lp abortus 11 azys

18
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS A. KONSEP DASAR ABORTUS 1. DEFENISI ABORTUS Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram atau kurang 20 minggu tidak dapat hidup, meskipun sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir (Winkjosastro, 2005). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi dua, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Wijono, 2000). 2. KLASIFIKASI ABORTUS Menurut Bustan (2000) terjadinya abortus dibedakan atas : a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja. b. Abortus provokatus yaitu abortus ini hanya dibolehkan bila bertujuan menjaga kesehatan fisik, mental serta kehidupan ibu hamil. Abortus yang disengaja ini dapat bersifat murni medialis, tetapi dapat pula bersifat medialisasi kriminalis tergantung pelaku abortusnya yang dibedakan antara lain : 1) Abortus provokatus medialis yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi medis. Profesi Ners STIKMAR Majene 2015

Upload: azys-al-faris

Post on 08-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fathir algibran

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANABORTUS

A. Konsep dasar Abortus1. Defenisi AbortusIstilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram atau kurang 20 minggu tidak dapat hidup, meskipun sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir (Winkjosastro, 2005).Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi dua, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya upaya-upaya dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Wijono, 2000).

2. KLASIFIKASI ABORTUSMenurut Bustan (2000) terjadinya abortus dibedakan atas : a. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja.b. Abortus provokatus yaitu abortus ini hanya dibolehkan bila bertujuan menjaga kesehatan fisik, mental serta kehidupan ibu hamil. Abortus yang disengaja ini dapat bersifat murni medialis, tetapi dapat pula bersifat medialisasi kriminalis tergantung pelaku abortusnya yang dibedakan antara lain :1) Abortus provokatus medialis yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi medis.2) Abortus provokatus kriminalis yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi medis.Abortus buatan (provokatus) sebetulnya diperbolehkan jika memang memenuhi kriteria medis. Berdasarkan undang-undang kesehatan no.23 tahun 1992 pasal 15, dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.Sebagai mana yang dimaksudkan dalam abortus provokatus medialis hanya dapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambil tindakan tersebut, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan dan suami atau keluarga pada sarana kesehatan tertentu (BKKBN, 2007).

Menurut gambaran klinis :a. Abortus imminens Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan atau kehamilan dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut.b. Abortus insipiens Abortus insipiens yaitu perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda hasil konsepsi masih ada dalam kavum uteri kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlangsung menjadi abortus inkomplit dan komplit.c. Abortus inkomplitAbortus inkomplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda di mana sebagian dari konsepsi telah keluar dari cavum uteri melalui kanalis servikalis.d. Abortus komplitAbortus komplit yaitu perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.e. Missed abortion Missed abortion adalah keadaan di mana janin telah mati sebelum 20 minggu, tetapi bertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

3. ETIOLOGI Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian muda sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin di keluarkan dalam keadaan masih hidup, hal-hal yang menyebabkan abortus dibagi sebagai berikut : (Winkjosastro, 2005).a. Kelainan Pertumbuhan hasil konsepsiKelainan Pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan abortus sebagai berikut :1) Kelainan kromosomKelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.2) Lingkungan kurang sempurnaBila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.

3) Pengaruh dari luarRadiasi, virus, obat-obat dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh tiratogenb. Kelainan pada plasentaEndarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.c. Penyakit ibuPenyakit mendadak, seperti pneumonia, malaria dan lain-lain. Dapat menyebabkan abortus, anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis umum dan penyakit menahun seperti bruselosis, toksoplasmasis. Juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih jarang.

4. PATOGENESISPada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kronta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Mansjoer dkk, 1999).

5. TANDA DAN GEJALAa. Abortus imminen : perdarahan sedikit-sedikit nyeri pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan tidak diketemukan kelainan pada serviks.b. Abortus insipien perdarahan banyak (kadang ada gumpalan) nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat sudah terjadi pembukaan serviks.c. Abortus inkomplit Janin sudah keluar tetapi perdarahan masih terus berlangsung karena masih ada plasenta yang tertinggal. Serviks tetap membuka tetapi bila dibiarkan lama kelamaan akan menutup.d. Abortus komplet perdarahan akan segera berkurang setelah janin keluar serviks segera menutup kembali.e. Abortus infeksious demam, kadang mengiggil lokea berbau busuk.f. Messed abortion rahim tidak membesar, bahkan mengecil buah dada mengecil kembali amenorhoe berlangsung terus.

6. INDIKASI ABORTUSBeberapa indikasi membenarkan dilakukannya tindakan abortus dapat dibagi sebagai berikut :a. Indikasi medisGolongan indikasi ini membenarkan kalau kehamilan dapat menyebabkan kematian bagi wanita seperti pada keadaan pada penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit jantung hipertensi, diabetes melitus, karsinoma mammae dan karsinoma serviks.b. Indikasi sosialDalam keadaan ini kebanyakan abortus dilakukan dengan alasan :1) Menginginkan jenis kelamin tertentu.2) Tidak ingin punya anak.3) Karena belum menikah, jadi kehamilan terjadi pada wanita diangap aib dan tidak dapat diterima.4) Jarak kehamilan terlalu pendek.5) Belum siap untuk hamil. 6) Kehamilan yang tidak diinginkan.c. Indikasi psikiatrisKehamilan akan memberikan penyakit jiwa yang diterima oleh ibu seperti depresi reaktif, usaha bunuh diri, skizofrenia, ansietas dan hysteria, psikopatia, wanita di bawah 16 tahun.

7. DIAGNOSIS ABORTUSKriteria terjadinya abortus yaitu :a. Terjadinya keterlambatan datang bulan.b. Terjadinya perdarahan.c. Rasa sakit atau kram perut pada daerah simfisis.d. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi.e. Pemeriksaan hasil tes kehamilan masih positif atau pernah positif.Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan :a. Anamnesis dan gejala klinik.b. Pemeriksaan laboratorium.c. Pemeriksaan radiologi.8. KOMPLIKASI ABORTUSa. Perdarahan.b. Infeksi.c. Perforasi.d. Syok.9. PENANGANAN ABORTUSPenanganan yang dilakukan tergantung pada jenis abortus yang dialami, namun secara umum penanganan yang diberikan adalah sebagai berikut :a. Memperbaiki keadaan umum dan tanda vital umum.b. Pemberian makanan yang seimbang.c. Anjuran istirahat yang cukup.d. Larangan koitus dan olahraga.e. Pemeriksaan USG untuk penentuan apakah janin masih hidup pada abortus imminens.f. Pemberian obat-obatan antibiotika dan uteritonika.g. Umumnya dilakukan pengeluaran sisa jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase pada abortus inkompletus.10. PENCEGAHAN ABORTUSTindakan pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan atau mengurangi kejadian abortus ini adalah tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan menurut Bustan, (2000), yaitu antara lain :a. Pendidikan seksual yang benar dan terarah kepada para remaja.b. Penyuluhan mengenai risiko atau akibat abortus.c. Penyuluhan tentang penggunaan alat kontrasepsi secara benar dan penyediaannya yang terjangkau.d. Abortus hanya dilakukan atas tindakan medis yang jelas seperlunya guna mengatasi komplikasi.B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajiana. Kaji riwayat Keperawatanb. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran

2. Diagnose Keperawatana. Devisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturanb. Intoleransi aktivitas b.d Tirah Baring atau imobilisasi, Kelemahan menyeluruh, Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan, Gaya hidup yang dipertahankan.c. Nyeri akut b.d Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringand. Resiko tinggi Infeksi b.d Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan e. Cemas b.d perubahan status kesehatan kurang pengetahuan dan hospitalisasi

3. Rencana KeperawatanDiagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Defisit Volume CairanBerhubungan dengan: 1. Kehilangan volume cairan secara aktif 1. Kegagalan mekanisme pengaturan

DS : 1. Haus DO:1. Penurunan turgor kulit/lidah 1. Membran mukosa/kulit kering 1. Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi 1. Pengisian vena menurun 1. Perubahan status mental1. Konsentrasi urine meningkat 1. Temperatur tubuh meningkat 1. Kehilangan berat badan secara tiba-tiba1. Penurunan urine output1. HMT meningkat1. Kelemahan

NOC: 1. Fluid balance1. Hydration1. Nutritional Status : Food and Fluid IntakeSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama.. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, 1. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal1. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan1. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik1. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal1. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal1. pH urin dalam batas normal1. Intake oral dan intravena adekuatNIC :1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat1. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan1. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )1. Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam1. Kolaborasi pemberian cairan IV 1. Monitor status nutrisi1. Berikan cairan oral1. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)1. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan1. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk 1. Atur kemungkinan tranfusi1. Persiapan untuk tranfusi1. Pasang kateter jika perlu1. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan :0. Tirah Baring atau imobilisasi0. Kelemahan menyeluruh0. Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhanGaya hidup yang dipertahankan.DS: Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan. Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.DO :

Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas Perubahan ECG : aritmia, iskemia

NOC : 1. Self Care : ADLs1. Toleransi aktivitas1. Konservasi eneergiSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama . Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR1. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri1. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas1. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan1. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat1. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan1. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)1. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan1. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial1. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan1. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek1. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai1. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang1. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas1. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas1. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan1. Monitor respon fisik, emosi,sosial dan spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringanDS: Laporan secara verbal DO: Posisi untuk menahan nyeri Tingkah laku berhati-hati Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) Terfokus pada diri sendiri Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam nafsu makan dan minumNOC : Pain Level, pain control, comfort levelSetelah dilakukan tinfakan keperawatan selama . Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal Tidak mengalami gangguan tidur

NIC : Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ... Tingkatkan istirahat Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko : 1. Prosedur Infasif1. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan 1. Malnutrisi 1. Peningkatan paparan lingkungan patogen 1. Imonusupresi 1. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)1. Penyakit kronik1. Imunosupresi1. Malnutrisi1. Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)NOC : 1. Immune Status1. Knowledge : Infection control1. Risk controlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi1. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi1. Jumlah leukosit dalam batas normal1. Menunjukkan perilaku hidup sehat1. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC :1. Pertahankan teknik aseptif1. Batasi pengunjung bila perlu1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan1. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung1. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum1. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing 1. Tingkatkan intake nutrisi1. Berikan terapi antibiotik:.................................1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal1. Pertahankan teknik isolasi k/p1. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase1. Monitor adanya luka1. Dorong masukan cairan1. Dorong istirahat1. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi1. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Masalah KolaborasiRencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensi

Kecemasan berhubungan denganFaktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:1. Insomnia1. Kontak mata kurang1. Kurang istirahat1. Berfokus pada diri sendiri1. Iritabilitas1. Takut1. Nyeri perut1. Penurunan TD dan denyut nadi1. Diare, mual, kelelahan1. Gangguan tidur1. Gemetar1. Anoreksia, mulut kering1. Peningkatan TD, denyut nadi, RR1. Kesulitan bernafas1. Bingung1. Bloking dalam pembicaraan1. Sulit berkonsentrasiNOC : Kontrol kecemasan Koping Setelah dilakukan asuhan selama klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas1. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas1. Vital sign dalam batas normal1. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 1. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur1. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut1. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis 1. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien1. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi1. Dengarkan dengan penuh perhatian1. Identifikasi tingkat kecemasan 1. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi1. Kelola pemberian obat anti cemas:........

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi FK.Unpad. 1993.Ginekologi, Elstar. Bandung Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.Jakarta Friedman,Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan Ginekologi. Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta. Pedoman Diagnosa & Terapi Lab. SMF Ilmu Kebidanan dan penyakit Kandungan RSUD.Dr.Soetomo. Surabaya

Profesi Ners STIKMAR Majene 2015