lembaga pengabdian kepada masyarakat universitas...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM Songket Jinengdalem
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
Oleh:
I Made Pradana Adiputra,SE,SH,M.Si, 0009117307 Ketua Tim Pengusul
Gede Putu Agus Jana Susila, SE.,MBA, 0031088203 Anggota Tim Pengusul
I Gd Mahendra Darmawiguna, S.Kom, M.Sc, 0004018502 Anggota Tim Pengusul
Dibiayai Oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian Kepada Masyarakat
Nomor : 383/UN48.15/LPM/2014
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Pendidikan Ganesha
Tahun 2014
ii
iii
RINGKASAN
Songket merupakan jenis kain hasil tenunan tradisional yang setiap daerah
memiliki ciri khas dan corak sendiri, tak terkecuali songket Bali. Sampai saat ini songket
Bali yang sangat dikenal oleh masyarakat luas baik dalam dan luar negeri adalah yang
dihasilkan oleh Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem, sedangkan songket
yang dihasilkan oleh Kabupaten Buleleng kalah bersaing di pasaran karena disebabkan
desain motif, produksi dan pola pemasaran dan promosi yang lebih baik secara kualitas
dan kuantitas.
Desa Jinengdalem oleh beberapa masyarakat Bali khususnya masyarakat
Buleleng mengenalnya sebagai desa penghasil kerajinan tenun songket yang sangat
dikenal. Harga bahan yang terus naik, sementara harga songket yang terus menurun
sehingga minat pengrajin songket di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut
menurun.tak adanya pola produksi dan pemasaran produksi songket yang efektif dan
rendahnya harga jual tenun songket sebagai bagian dari kurang pahamnya manajemen
produksi dan perencanaan bisnis pengrajin turut berkontribusi akan turunnya produksi
songket.
Dengan tujuan dan metode kegiatan IbM yang telah dibuat maka telah
dilaksanakan kegiatan pengabdian yaitu pembentukan pola kemitraan pengrajin dengan
pemerintah daerah melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Propinsi/Kabupaten dengan dibuatnya sentra industri songket Jinengdalem,
pemberdayaan pengrajin tenun songket melalui penguatan pemasaran produksi tenun
songket melalui dibuatnya media informasi dan teknologi web songket Jinengdalem,
pendampingan dan pelatihan perencanaan bisnis usaha tenun songket kepada para
pengrajin melalui penyusunan buku panduan perencanaan bisnis, pendampingan dan
pelatihan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi para pengrajin dengan disusunnya buku
pembukuan (akuntansi) sesderhana dan melakukan penyusunan Buku Profil “Songket
Jinengdalem”.
Kata Kunci : Songket Jinengdalem, Pola Kemitraan, Perencanaan Bisnis, Pembukuan
Sederhana, Web Songket, Buku Profil
iv
PRAKATA
Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa/Hyang Widhi sehingga laporan
kemajuan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) judul “IbM Songket Jinengdalem” dapat
terselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Laporan kemajuan ini
disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kelompok pelaksana IbM yang telah diberi
kesempatan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI
melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha dalam melaksanakan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) bagi para pengrajin
songket di Desa Jinengdalem Kabupaten Buleleng.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RImelalui Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha atas
bantuan dananya sekaligus ucapan terimakasih untuk Kelompok Pengrajin Songket Desa
Jinengdalem yang telah menjadi mitra baik serta semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan IbM ini. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
Tim Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan…………………………………………………………….. ii
Ringkasan……………………………………………………………………….. iii
Prakata…………………………………………………………………………... iv
Daftar Isi………………………………………………………………………… v
Bab 1. Pendahuluan ……………………………………………………………. 1
1.1. Analisis Situasi …………………………………………………….. 1
1.2. Permasalahan Mitra ……………………………………………….. 5
Bab 2. Target dan Luaran ……………………………………………………… 10
2.1. Target ……………………………………………………………… 10
2.2. Luaran ……………………………………………………………... 10
Bab 3. Metode Pelaksanaan ……………………………………………………. 11
Bab 4. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………….. 13
4.1. Hasil Kegiatan ……………………………………………………... 13
4.2. Pembahasan Kegiatan ……………………………………………… 14
Bab 5. Penutup …………………………………………………………………. 18
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………. 18
5.2. Saran ……………………………………………………………….. 18
Daftar Pustaka
Lampiran :
1. Kegiatan Pendampingan dan Pelatihan …………………………………. 21
2. Pola Kemitraan Sentra Industri Songket ………………………………... 24
3. Bahan Baku ……………………………………………………………… 25
4. Web Songket Jinengdalem ……………………………………………… 26
5. Panduan Perencanaan Bisnis Songket …………………………………... 27
6. Panduan Pembukuan Sederhana Pengrajin Songket ……………………. 41
7. Buku Profil Songket Jinengdalem ………………………………………. 73
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Songket merupakan jenis kain hasil tenunan tradisional yang setiap daerah
memiliki ciri khas dan corak sendiri, tak terkecuali songket Bali. Di Bali terdapat
beberapa daerah pengerajin kain songket, diantaranya adalah Kabupaten Karangasem,
Klungkung dan Buleleng.Sekitar akhir tahuan 1990an sampai awal tahun 2000an
permintaan kain songket sedang tinggi-tingginya, sehingga pilihan sebagian besar
masyarakat beralih menjadi pengerajin kain tenun karena upah dan penghasilan yang
diterima lumayan tinggi untuk kerja rumahan.
Corak dan motif songket Bali terus berinovasi dari tahun ke tahun seiring dengan
pesatnya permintaan pasar dan sumber daya manusia (SDM) yang semakin berkembang.
Selain untuk kebutuhan pasar lokal, songket Bali juga terkenal sampai ke mancanegara
sehingga menjadi komuditas ekspor.Geliat permintaan pasar untuk songket Bali naik lagi
diawal tahun 2010 ditandai dengan mulai bermunculannya pengerajin songket yang terus
meningkat.
Sampai saat ini songket Bali yang sangat dikenal oleh masyarakat luas baik
dalam dan luar negeri adalah yang dihasilkan oleh Kabupaten Klungkung dan Kabupaten
Karangasem, sedangkan songket yang dihasilkan oleh Kabupaten Buleleng kalah
bersaing di pasaran karena disebabkan desain motif, produksi dan pola pemasaran dan
promosi yang lebih baik secara kualitas dan kuantitas. Berikut ini beberapa contoh desain
motif dari 3 (tiga) kabupaten tersebut :
Ganbar 1. Tenun Kabupaten Klungkung
Tenun Songket Benang Sutra Tenun Songket Benang Emas
2
Gambar 2. Tenun Kabupaten Karangasem
Tenun Songket Benang Sutra Tenun Songket Benang Emas
Gambar 3. Tenun Kabupaten Buleleng
Tenun Songket Benang Sutra Tenun Songket Benang Emas
Desa Jinengdalem oleh beberapa masyarakat Bali khususnya masyarakat
Buleleng mengenalnya sebagai desa penghasil kerajinan tenun songket yang sangat
dikenal selain beberapa desa lainnya di Bali seperti Desa Beratan, Desa Kalianget dan
Desa Petemon. Khusus Desa Kalianget dan Desa Petemon lebih berfokus pada penghasil
tenun endek sedangkan Desa Beratan sebagai penghasil tenun songket yang menurut
sejarah para pengrajinnya adalah masyarakat yang dulunya berasal dari Desa
Jinengdalem yang akhirnya menetap di Desa Beratan.
Kain songket yang diproduksi di Desa Jinangdalem tetap eksis dan mampu
bersaing di pasaran. Meski persaingan makin ketat, kain songket yang diproduksi di
daerah tersebut, tetap dicari konsumen. Kondisi ini tentu saja menyebabkan kualitas kain
songket menjadi hal yang amat penting. Untuk itu, pengrajin songket di Desa
3
Jinengdalem tetap mengutamakan kualitas produk yang akan dijual. Desain motif
songket di masing-masing kabupaten penghasil kain songket, pada dasarnya memang
tidak bisa disamakan karena hal tersebut merupakan ciri khas dan keunggulan setiap
kabupaten. Para pengrajin di Desa Jinengdalem mengakui bahwa mereka merasa tidak
akan kalah bersaing dengan pengrajin dari kabupten lainnya karena produksi tenun
songket khas Desa Jinengdalem memiliki motifnya sendiri (khas Buleleng) dan tidak
mungkin akan disamakan dengan motif di luar Kabupaten Buleleng. Mereka menyatakan
tidak takut akan pengakuan desain motif karena mereka yakin bahwa hanya mereka yang
bisa membuat desain motif khas Bali Utara. Pilihan produk ada pada konsumsen, motif
yang mana yang menjadi pihan atau selera mereka.
Saat ini jumlah pengrajin tenin songket di Desa Jinengdalem sebanyak kurang
lebih 70 pengrajin. Dari sekian banyak pengrajin kain songket di Desa Jinengdalem yang
masih bertahan sampai saat ini adalah pengrajin Ketut Sriponi dan Ketut Suami. Mereka
adalah pengrajin sekaligus pengepul kain songket. Ketut Sriponi memiliki 10 anggota
pengrajin sedangkan Ketut Suami memiliki anggota 3 pengrajin. Perbedaan keduanya
adalah apabila Ketut Sriponi masih cukup lancar menjalankan usahanya dengan tetap
melakukan proses produksi tenun dengan inisiatifnya melakukan pemasaran sendiri ke
pembeli, sementara Ketut Suami dapat dikatakan macet proses produksinya hanya
mengandalkan pesanan atau pemberian order penyelesaian kain songket dari Ketut
Sriponi. Apabila tidak ada pesanan maka Ketut Suami dan pengrajin-pengrajinnya akan
kembali menjadi ibu rumah tangga di rumahnya.
Kebanyakan pengrajin melakukan usahanya secara sendiri-sendiri dengan
berkelompok dengan ibu-ibu rumah tangga lainnya sebagai pekerjaan sampingan untuk
membantu menambah pendapatan keluarga. Songket yang dikerjakan tangan-tangan
terampil di desa setempat ada dua jenis, yakni songket dengan sebutan pinggiran.
Artinya, kain jenis ini motif tenunannya tidak sepenuhnya pada selembar kain. Hanya
sebagiannya saja ditenun dengan memakai benang sutra berwarna kuning keemasan.
Sementara songket jenis lain, yakni pada selembar kain penuh ditenun. Harganya
berbeda, karena pemakaian bahan bakunya juga berbeda. Jika tenunannya penuh,
harganya mahal. Namun, kalau sebagian saja, harganya lebih murah. Saat ini
perkembangan penggunaan bahan baku tenun songket beralih menggunakan benang
biasa/sutra bukan benang emas dengan bahan dasar kain menggunakan kain sutra.
Manajemen usaha yang dilakukan para pengrajin adalah manajemen usaha rumah
tangga secara sederhana dengan satu orang sebagai koordinator atau pengepul. Setiap
4
pengrajin yang dalam hal ini adalah para ibu rumah tangga bekerja dengan alat tenun
yang disebut “cag-cag”, bekerja sesuai pesanan maupun produksi massa/terus-menerus.
Sebagaimana manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain
(Machfoedz, 2007), dimana para pengepul kemudian memberikan upah kepada para
pengrajin yang telah menyelesaikan proses produksi tenun songket.
Sementara itu aspek pemasaran termasuk promosi produksi yang masih dilakukan
secara parsial/sendiri-sendiri semakin membedakan kuantitas produksi dan penghasilan
para pengrajin. Bahkan sebagian pengrajin bersikap pasif hanya menunggu pesanan
datang. Mereka mencari pembeli produk dengan hanya mengandalkan perkenalan dan
membawa sendiri produksi kain songket ke kota Denpasar dan cenderung lebih banyak
ditawarkan kepada pengusaha salon pengantin bali.
Kondisi tersebut sebetulnya akan menjadi lebih efektif apabila pola pemasaran
atau promosi produk dilakukan melalui penggunaan akses teknologi informasi seperti
web yang dapat menunjang pula pada meningkatnya jumlah produksi dan penghasilan
bagi para pengrajin. Dalam web tersebut secara efektif akan diperkenalkan desain motif
kain songket ciri khas Buleleng khususnya dari Desa Jinengdalem sehingga akan
menggairahkan produksi tenun songket. Dikenalnya Desa Jinengdalem sebagai sentra
industri kain songket di Kabupaten Buleleng jaman dulu akan kembali memilki
eksistensi dengan dibuatnya Buku Profil Songket Jinengdalem yang akan dipasarkan ke
masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri untuk memperkenalkan bahwa
tenun songket Bali bukan hanya dari Klungkung dan Karangasem.
Diterapkannya manajemen rumah tangga dalam pengelolaan hasil produksi kain
songket di Desa Jinengdalem tentu saja akan berdampak pada pengelolaan keuangan
pengrajin yang masih sangat minim pengetahuan tentang perencanaan usaha/bisnis yang
baik. Pengetahuan bagaimana seharusnya melakukan perhitungan harga jual, keuntungan
dan pemberian upah bagi para pengrajin tentu saja tanpa disadari dapat menjadi kendala
bagi proses produksi selanjutnya dan bahkan kerugian karena salah menaksir biaya-biaya
produksi dan margin keuntungan yang harusnya diperoleh.
Oleh karena itu diperlukan pemberdayaan pengrajin kain songket di Desa
Jinengdalem tersebut dengan menguatkan pola produksi dan pemasaran/promosi melalui
penguatan kelompok pengarjin dengan pembuatan web yang bertujuan agar kedepannya
Desa Jinengdalem akan dikenal sebagai Desa Tenun Songket Bali Utara/ sentra industri,
upaya penyadaran melalui pengelolaan manajemen bisnis melalui pembukuan dan
perencanaan bisnis dan penyusunan Buku Profil Songket Jinengdalem.Pemberdayaan
5
diterjemahkan bahwa masyarakat memiliki pilihan untuk kepentingannya sendiri,
sehingga mereka harus bisa mempengaruhi keputusan yang terkait dengan hidup mereka
(Mahbub Ul Haq dalam Mardikanto, 2010)
1.2. Permasalahan Mitra
Desa Jinengdalem dahulu dikenal sebagai desa sentra industri tenun songket yang
memiliki nama besar khususnya di Kabupaten Buleleng. Harga bahan yang terus naik,
sementara harga songket yang terus menurun sehingga minat pengrajin songket di desa
ini untuk menggeluti usaha tersebut juga ikut menurun. Kondisi tersebut disertai dengan
minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin sebagai masalah klasik. Sementara itu tak
adanya pola produksi dan pemasaran produksi songket yang efektif dan rendahnya harga
jual tenun songket sebagai bagian dari kurang pahamnya manajemen produksi dan
perencanaan bisnis pengrajin turut berkontribusi akan turunnya produksi songket.
Padahal dilihat dari desain motif dan inovasi motif desain oleh para pengrajin sudah
dapat bersaing dengan penghasil tenun songket lainnya di Bali seperti Klungkung dan
Karangasem sesuai dengan ciri khas songket masing-masing daerah. Harapan para
pengrajin adalah tradisi menenun songket bisa kembali bergairah dengan adanya
perhatian dari pemerintah daerah untuk akses pemasaran dan strategi penjualan tenun
songket sehingga dapat dinilai dengan harga sesuai kualitas motif dan biaya
produksinya.Dalam hal ini pemerintah daerah dapat bersinergi dengan pihak swasta yang
memilki kepedulian atas hasil kerajinan tenun songket khas Desa Jinengdalem.
Pengrajin Tenun Songket Ketut Sriponi yang telah menekuni usaha tenun songket
selama 2 tahun menyatakan bahwa pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem saat ini
berjumlah kurang lebih 70 orang pengrajin. Ironisnya data tersebut tidak terdapat dalam
Buku Profil Desa Jinengdalem karena jumlah tersebut mengalami penurunan sangat
tajam dari jumlah pengrajin sebelumnya saat masa kejayaan tenun songket saat itu masih
dimana masih banyak ditekuni sebagai mata pencaharian oleh sebagian besar masyarakat
Desa Jinengdalem.
Untuk bahan baku tenun songket para pengrajin memperoleh bahan bakunya
sendiri baik benang emas maupun benang sutra dari Denpasar, Singaraja (satu-satunya di
UD Artha Dharma) ataupun dari Klungkung. Motif desain khas Buleleng diantaranya
Patra Sari, Patra Punggul, Cakra Kurung, Tambalan dan motif lainnya. Sedangkan jenis
produksi kain songket mayoritas yang dihasilkan adalah saput dan kamben. Produksi
dilakukan baik secara non order dengan inovasi desain motif maupun melalui by
6
orderdengan desain motif berdasarkan pesanan konsumen. Saput dikerjakan selama
kurang lebih 1 minggu dengan panjang rata-rata 60 – 90 cm dengan upah pembuatan
rata-rata Rp. 100.000,- s/d Rp 150.000 per saput per orang untuk panjang 60 cm
sedangkan upah pembuatan rata-rata Rp 200.000,- per saput per orang untuk panjang 90
cm. Untuk jenis kamben dengan panjang 2 meter dengan waktu pengerjaan rata-rata 1
bulan diberikan upah pembuatan rata-rata Rp. 450.000,- per kamben per orang. Produksi
tenun songket baik kamben maupun saput sebanyak rata-rata 10-15 lembar/bulan. Harga
jual untuk kamben songket antara Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.500.000,- per lembar, untuk
saput songket berkisar Rp. 600.000 s/d Rp. Rp. 1.000.000,- per lembar. Omzet bersih
yang diperoleh rata-rata Rp. 15.000.000,- s/d 20.000.000,- /bulan.
Pengrajin tenun songket Ketut Suami lebih tidak seberuntung Ketut Sriponi.
Produksi tenun songketnya rata-rata 5 s/d 6 lembar per bulan dengan harga jual untuk
kain kamben rata-rata Rp. 1.500.000/lembar dan saput rata-rata Rp. 500.000/leebar.
Omzet bersih yang diperoleh rata-rata sebesar Rp. 3.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-.
Pemasaran tenun songket yang dihasilkan oleh Ketut Sriponi dan Ketut Suami hanya
dilakukan hanya di seputaran kota Singaraja dan Denpasar. Pola pemasaran yang
dilakukan hanya berdasarkan door to door dan kepercayaan antara pedagang dan
pembeli. Padahal bagi Ketut Sriponi dan Ketut Suami, pemasaran merupakan aspek
penting bagi peningkatan produksi dan keuntungan mereka. Dalam hal ini tugas pemasar
adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran
yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menghantarkan
nilai kepada pelanggan (Kotler dan Keller, 2009)
Sementara itu dalam proses penjualan produksi tenun songket berdasarkan
taksiran harga jual yang hanya melihat keuntungan yang diperoleh, bukan berdasarkan
metode akuntansi biaya yang harus memasukkan aspek lain seperti biaya produksi,
penentuan harga pokok produksi dan margin keuntungan.Ketut Sriponi dan Ketut Suami
selama ini hanya melakukan pencatatan sederhana terhadap biaya produksi, upah tenaga
kerja dan keuntungan berdasarkan order tanpa mempertimbangkan biaya-biaya lain yang
sebenarnya sangat berpengaruh terhadap harga jual produk tenun songket.
Perkembangan kain tenun songket asli Jinengdalem sebenarnya telah
mendapatkan perhatian oleh perusahaan penerbangan Garuda dan Yayasan Cita Tenun
Indonesia (CTI) yang pernah pelatihan dan pengembangan tenun bagi pengrajin tenun
songket dari Desa Jinengdalem. Akan tetapi kegiatan tersebut belum memberikan
7
stimulus baik bagi para pengrajin karena hanya bersifat tanggungjawab sosial dan belum
menyentuh substansi permasalahan pengrajin.
Analisis permasalahan mitra akan dilihat berdasarkan analisis SWOT sesuai
dengan kondisi di lapangan sekaligus sebagai permasalahan bagi pengrajin tenun songket
di Desa Jinengdalem adalah :
1. Kekuatan (Streng)
a. Pangsa Pasar yang masih luas
b. Variasi Desain dan Motif
c. Ketrampilan/keuletan pengrajin
d. Lembaga Perkreditan Desa untuk pemberian fasilitas simpan pinjam
2. Kelemahan (Weakness)
a. Kesulitan akses pembiayaan
b. Kurangnya ketersediaan ruang publik untuk pemasaran/promosi
3. Peluang (Opportunities)
a. Perkembangan industri pariwisata
b. Program bantuan modal pemerintah
c. Kemungkinan kerjasama akademisi, pelaku usaha dan pemerintah
d. Pengembangan desain
e. Kemungkinan dikembangkan menjadi komoditi unggulan daerah
4. Ancaman (Threats)
a. Letak usaha yang jauh dari pusat Ibukota Propinsi
b. Rendahnya daya beli masyarakat
c. Rendahnya apresiasi terhadap karya seni
d. Daya saing produk lemah jika dibandingkan dengan daerah lain yang lebih
maju
Berdasarkan analisis SWOT diatas maka akan dianalisis permasalahan mitra sebagai
berikut :
1. Pengrajin tenun songket di Desa Jinengdalem mengalami kesulitan mendapatkan
akses informasi pangsa pasar dan pemasaran karena merasa kalah bersaing
dengan para pengrajin tenun songket dari Kabupaten Klungkung dan Kabupaten
Karangasem karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah.
2. Kondisi pengrajin tenun Desa Jinengdalem hanya berdasarkan idealisme dan
pasrah dengan kemampuan masing semata tanpa tujuan usaha yang pasti padahal
8
potensi pengrajin sangat besar dengan kemampuan ide motif desain yang
bersaing membuat para pengrajin menjual dan memasarkan hasil produksi tenun
songket secara sendiri-sendiri dan tak terarah. Mereka menekuni tenun songket
ini selain sebagai usaha keluarga, pengisi waktu sebagai istri juga untuk
mempertahankan dan melestarikan nama Desa Jinengdalem sebagai penghasil
tenun songket ternama di Kabupaten Buleleng sejak dahulu kala.
3. Belum dimilikinya kemampuan mengelola usaha dan berbagai hal-hal yang
terkait dengan perencanaan bisnis sehingga setiap pengrajin belum dapat
memperkirakan berapa jumlah produksi, penentuan harga jual, peramalan
penjualan dan perhitungan keuntungan/laba yang baik.Pencatatan sederhana
terhadap setiap hasil produksi dan omzet keuntungan yang diterima
mengakibatkan pengrajin belum dapat memahami proses akuntansi yang
baik.Masih banyak pengusaha kecil yang belum melakukan pencatatan atas
laporan keuangan usahanya dengan baik. Bahkan, ada juga yang tidak melakukan
pencatatan. Pelaku UMKM memiliki keterbatasan-keterbatasan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas (Kementerian Koperasi dan
UMKM, 2013).
4. Perhatian pemerintah daearah yang minim menambah kesulitan para pengrajin
tenun songket untuk dapat bertahan untuk menjalankan usahanya. Mereka
memilki skill yang sangat luar biasa dengan desain motif sesuai dengan ide
kreatif sendiri maupun pesanan para pembeli. Pelatihan apapun bentuknya
bukanlah hal yang mereka inginkan selama ini akan tetapi akses promosi
sekaligus penjualan produknya adalah hal yang mereka harapkan. Di setiap
kabupaten/kota dan propinsi terdapat Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Pasal 3
Anggaran Dasar Dekranas) yang harusnya merangkul dan membina para
pengrajin. Seperti dalam Pasal 5 point c Anggaran Dasar Dewan Kerajinan
Nasional (Dekranas) disebutkan bahwa Dekranasda : “memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan perajin dan peminat dengan mendorong semangat
kewirausahaan mereka”. Selanjutnya point e bahwa Dekranasda :
“mempromosikan produk hasil kerajinan dalam rangka perluasan pangsa pasar di
dalam dan di luar negeri. Kenyataannya, para pengrajin merasa belum ada
perhatian dari dewan ini. Menurut ibu Ketut Sriponi, pihak perusahaan Garuda
dan Lembaga Cita Tenun Indonesia yang lebih menujukkan perhatiannya pada
kondisi pengrajin dalam memberikan pelatihan dan pemberdayaan pengrajin.
9
Akan tetapi upaya tersebut belum maksimal karena hanya bersifat parsial dan
insidentil dan tergantung dari kemauan pengrajin apakah mau maju atau hanya
bertahan dalam menjalankan usahanya.
5. Tenun songket Desa Jinengdalem telah dikenal sebagai songket yang memiliki
nilai seni tinggi dari Kabupaten Buleleng sama seperti halnya tenun songket dari
Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Ketiadaan informasi untuk publik atas
kenyataan tersebut membuat tenun songket Desa Jinengdalem hanya diketahui
oleh sebagian kecil pihak luar. Banyak yang tidak tahu bahwa kualitas tenun
songket dan nilai seni yang tinggi atas produksi tenun songket Desa Jinengdalem
sebagai ciri khas tenun songket Kabupaten Buleleng adalah karya seni yang harus
dipertahankan dan diangkat sebagai kebudayaan daerah yang patut dikenal dan
dilestarikan.
Berdasarkan permasalahan mitra tersebut maka justifikasi tim pengusul dengan mitra
dalam menentukan persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama
pelaksanaan IbM adalah :
1. Pola kemitraan pengrajin dengan pemerintah daerah dan Dewan Kerajinan
Nasional Daerah (Dekranasda) Propinsi Bali/Kabupaten Buleleng dengan
dibuatnya sentra songket Jinengdalem.
2. Pemberdayaan pengrajin tenun songket melalui penguatan produksi dan
pemasaran produksi tenun songket melalui dibuatnya media informasi dan
teknologi web songket Jinengdalem.
3. Pemahaman perencanaan bisnis usaha tenun songket kepada para pengrajin.
4. Pemahaman pelatihan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi para pengrajin.
5. Penyusunan Buku Profil “Songket Jinengdalem”
10
BAB 2. TARGET DAN LUARAN
2.1. Target
Target pengabdian pada masyarakat IbM ini adalah Kelompok Pengrajin Songket
Desa Jinengdalem yang terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu Kelompok Pengrajin Songket
Ketut Sriponi dan Kelompok Pengrajin Songket Ketut Suami. Mereka adalah para
pengrajin yang bertahan sampai saat ini dalam melakukan produksi tenun songket
berdasarkan idealisme dan pasrah dengan kemampuan masing-masing semata. Mereka
tidak memiliki tujuan usaha yang pasti padahal potensi pengrajin sangat besar dengan
kemampuan ide motif desain yang bersaing membuat para pengrajin menjual dan
memasarkan hasil produksi tenun songket secara sendiri-sendiri dan tak terarah
pengelolaanya.
2.2. Luaran
Kegiatan Pengabdian Masyarakat IbM yang dilaksanakan untuk pengrajin tenun
songket di Desa Jinengdalem dilakukan melalui sosialisasi, pendampingan dan pelatihan
tersebut akan menghasilkan luaran sebagai berikut :
1. Pola kemitraan pengrajin dengan pemerintah daerah dan Dekranasda Propinsi
Bali atau Kabupaten Buleleng.
2. Web Songket Jinengdalem berisi informasi tentang perkembangan songket
khususnya desain motif songket Bali Utara dan akses pemasaran songket.
3. Buku perencanaan bisnis/usaha produksi songket ruang lingkup industri rumah
tangga.
4. Buku panduan pembukuan (akuntansi) pengelolaan usaha kecil/industri rumah
tangga
5. Buku Profil “Songket Jinengdalem”
11
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan
dari bulan Mei sampai dengan Nopember 2014 di Desa Jinengdalem melalui metode
pelaksanaan meliputi tahap sosialisasi dan diseminasi, tahap pelatihan dan tahap
pendampingan usaha mitra yang dilakukan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengatasi persoalan mitra yaitu :
1. Melakukan pola kemitraan dengan baik dengan pemerintah daerah dan
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda Kabupaten Buleleng dan
Propinsi Bali) dengan dibuatnya sentra songket Jinegdalem. Pola kemitraan
ini akan dilakukan dengan metode sosialisasi dan diseminasi Dengan hal ini
maka pengrajin akan mendapat akses produksi dan akses promosi/pemasaran
hasil kerajinan.
2. Pemberdayaan pengrajin melalui penyediaan fasilitas berupa komputer dan
jaringan internet untuk akses informasi perkembangan tenun songket di
Indonesia, pola produksi dan promosi/pemasaran, pangsa pasar tenun songket
sekaligus pembuatan website. Metode yang digunakan adalah sosialisasi dan
pendampingan pada pengrajin yang dilibatkan dengan menjadi informan
untuk melengkapi bahan web sehingga terjadi penguatan produksi dan akses
pemasaran dengan saranan IT.
3. Perencanaan bisnis bagi pengrajin dengan metode sosialisasi, pedampingan
dan pelatihan perencanaan bisnis bagi pengrajin terkait perencanaan usaha
songket. Langkah selanjutnya dilakukan penyusunan buku panduan
perencanaan bisnis.
4. Proses kegiatan pembukuan (akuntansi) sederhana dengan metode sosialisasi,
pendampingan dan pelatihan kepada pengrajin terkait cara pembukuan yang
baik dan benar sehingga mereka dapat melakukan perhitungan harga pokok
produksi, harga jual, dan keuntungan penjualan. Langkah selanjutnya
dilakukan penyusunan pembukuan (akuntansi) bagi pengrajin.
5. Menyusun buku profil industri tenun songket Desa Jinengdalem dengan judul
“SONGKET JINENGDALEM”. Dengan metode sosialisasi dan
pendampingan, pengrajin sebagai informan untuk menggali informasi sejarah,
motif desain Jinengdalem, produksi dan pemasaran songket.
12
Seluruh pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat akan diformulasikan
seperti gambar 1. berikut ini :
Gambar 1. Gambaran Ipteks Yang Akan Ditransfer Kepada Mitra
Transfer Ilmu Manajemen
Produksi, Bisnis, Pemasaran
Akuntansi dan IT
Pengrajin
Tenun
Songket yang
mandiri secara
desain motif
dan alat
produksi
MASALAH
MITRA
SOLUSI YANG
DITAWARKAN
TARGET
LUARAN
PEMECAHAN MASALAH MITRA MELALUI :
1. POLA KEMITRAAN PENGRAJIN DENGAN PEMDA DAN
DEKRANASDA
2. PEMBUATAN WEB UNTUK INFORMASI
PERKEMBANGAN SONGKET DAN AKSES PEMASARAN
SONGKET
3. PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PERENCANAAN
BISNIS KEPADA PARA PENGRAJIN SONGKET
4. PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN PEMBUKUAN
(AKUNTANSI) SEDERHANA KEPADA PARA PENGRAJIN
5. PENYUSUNAN BUKU PROFIL SONGKET
13
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Kegiatan
Pelaksanaan program IbM Songket Jinengdalem yang dilaksanakan dari
Bulan Mei sampai September 2014 telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
seperti ditampilkan dalam Tabel 1. Hasil Kegiatan IbM Songket Jinengdalem
berikut ini.
Tabel 1. Hasil Kegiatan IbM Songket Jinengdalem
No. Kegiatan Target Capaian
1. Pola Kemitraan
Pengrajin dengan
Dekranasda
Sentra Songket
Jinengdalem
Sentra Songket Jinengdalem
2. Pembuatan website
songket
Website songket
Jinengdalem
Website diakses melalui laman
www.songketjinengdalem.com
3. Perencanaan bisnis
bagi pengrajin pada
tahapan penyusunan
buku panduan
perencanaan bisnis.
Buku Panduan
Perencanaan Bisnis
Buku Panduan Perencanaan
Bisnis sebagai pemotivasi bagi
pengrajin tentang alasan
wirausaha, memulai usaha, kiat
usaha, logo dan kemasan
produk
4. Penyusunan buku
panduan pembukuan
(akuntansi)
sederhana bagi
pengrajin songket
Buku panduan
pembukuan
(akuntansi) sederhana
bagi pengrajin songket
Buku panduan pembukuan
(akuntansi) sederhana bagi
pengrajin songket : Penentuan
Harga Pokok Produksi dan
Harga Jual Produk
5. Penyusunan buku
profil industri tenun
songket Desa
Jinengdalem dengan
judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
Buku profil industri
tenun songket Desa
Jinengdalem dengan
judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
Buku profil industri tenun
songket Desa Jinengdalem
dengan judul “SONGKET
JINENGDALEM”.
14
4.2. Pembahasan Kegiatan
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat IbM Songket Jinengdalem bagi para
pengrajin songket dengan melibatkan 2 (dua) kelompok pengrajin songket Ni Ketut
Sriponi dan Ketut Suami elah melaksanakan seluruh kegiatan yang meliputi beberapa
kegiatan yaitu tahap sosialisasi dan diseminasi, tahap pelatihan dan tahap pendampingan
usaha mitra. Tahapan kegiatan pengabdian dilakukan berdasarkan analisis situasi mitra
khususnya menentukan waktu bagi mitra dan kelompok pengrajin untuk berkumpul
bersama menerima tahapan kegiatan baik oleh tim pelaksana kegiatan dan narasumber.
Sebelum kegiatan pengabdian dilaksanakan sebelumnya telah dilakukan
penentuan lokasi pelatihan dan pendampingan berdasarkan kalender kerja dan
kesepakatan tim pelaksana dengan mitra sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
dengan efektif mengingat para pengrajin songket adalah para ibu rumah tangga yang
juga mempunyai kesibukan baik dalam lingkungan rumah tangga dan kegiatan desa.
Sebelumya juga dilakukan koordinasi dengan pihak desa dengan bertemu kepala desa
guna mendapatkan dukungan pelaksanaan kegiatan pengabdian pada mastarakat IbM ini
karena diharapkan kedepan akan terbentuk sentra industri songket Jinengdalem.
Pada dasarnya kegiatan pengabdian IbM ini adalah untuk mengangkat kembali
songket Jinegdalem yang telah mati suri untuk beberapa waktu lamanya dilihat
berdasarkan kemampuan pengrajin secara individu dan bukan berdasarkan pola produksi
selama ini yaitu menghasilkan produksi songket secara pesanan akan tetapi diambil oleh
pengepul di wilayah Buleleng untuk dijual kembali.Oleh karena itu kegiatan IbM ini
lebih banyak difokuskan pada kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi para pengrajin
utamanya dalam desain motif songket.
Kegiatan awal yang dilakukan yaitu dengan melakukan tukar pikiran dengan
salah satu pengrajin dari Kabupaten Karangasem untuk mengubah pola pikir pengrajin
yang masih bertahan pada pola produksi lama yang sangat mempertahankan motif khas
Buleleng yang minim diminati oleh masyarakat. Selanjutnya dilakukan pelatihan
pembuatan songket dengan memberi sentuhan modifikasi pada songket motif khas Bali
Utara berikut upaya-upaya menentukan pola produksi yang efektif sehingga dapat
membangkitkan semangat berproduksi dan akan menguntungkan bagi kelompok
pengrajin.
Komunikasi antara tim pelaksana dengan kelompok pengrajin selama
kegiatanberjalan dirasakan sangat efektif guna mendapatkan informasi tentang aktivitas
15
produksi songket sehingga memberikan informasi untuk penyusunan buku perencanaan
bisnis, pembukuan sederhana dan buku profil songket Jinengdalem.
a. Melakukan pola kemitraan dengan baik dengan pemerintah daerah dan
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda Kabupaten Buleleng dan
Propinsi Bali).
Penyiapan pola kemitraan dilakukan melalui koordinasi dengan pihak
Dekranasda Kabupaten Buleleng untuk menyampaikan dan mendapatkan informasi
tentang keberadaan songket Jinengdalem dan upaya untuk membangkitkan kembali
potensi pengrajin dan kerajinan songket untuk pemberdayaan individu pada
kelompok pengrajin. Kegiatan dilakukan oleh tim pelaksana ke Kantor Dekranasda
Kabupaten Buleleng di Jalan Melur Singaraja. Tim pelaksana memberikan
penjelasan kegiatan pengabdian pada masyarakat IbM dan meminta pihak
Dekranasda untuk turut mendukung rencana pola kemitraan antara pengrajin
songket Jinengdalem dengan pihak Dekranasda dan penyiapan materi pola
kemitraan. Pada kegiatan ini disiapkan sentra industri songket Jinengdalem dengan
penyediaan ruangan yang berisikan display hasil produksi songket dan penyediaan
sarana komputer untuk digunakan pengrajin dalam akses produksi dan pemasaran
produk songket.
b. Pembuatan Website Songket Jinengdalem.
Pada kegiatan pembuatan web ini dilakukan pengumpulan data/materi isian
web songket meliputi sejarah umum songket, sejarah khusus songket Jinengdalem,
profil pengrajin songket di Desa Jinengdalem dan dokumentasi songket untuk
ditampilkan di web. Kegiatan dilaksanakan oleh tim pelaksana dengan dukungan
para pengrajin dan aparat desa yaitu Kepala Desa dan tokoh adat Desa
Jinengdalem. Sampai saat ini proses pembuatan web masih berjalan untuk
melengkapi isian web. Dengan adanya web ini diharapkan dapat membantu
pengrajin dalam melakukan promosi hasil kerajinan songket dan sarana komunikasi
secara on line dengan pengrajin dibantu oleh keluarga pengrajin yang paham
tentang IT, mengingat pengrajin adalah ibu-ibu yang tidak paham tentang IT. Web
songket Jinengdalem telah dapat diaskes melaui www.songketjinengdalem.com.
16
c. Perencanaan bisnis bagi pengrajin pada tahapan penyusunan buku panduan
perencanaan bisnis.
Pada kegiatan perencanaan bisnis bagi pengrajin, kegiatan yang
dilaksanakan meliputi pengumpulan data/materi sehubungan aktivitas usaha
pengrajin songket guna mendapatkan masukan penyusunan materi buku panduan
perencanaan bisnis sebelum nantinya dilakukan sosialisasi dan pendampingan dan
pelatihan perencanaan bisnis. Untuk lebih meningkatkan produktivitas pengrajin
songket dilakukan pendampingan dan pelatihan motif songket Jinengdalem dengan
menghadirkan pengrajin songket Made Suabawa asal Karangasem. Pada pelatihan
ini dilakukan tukar pikiran tentang pola produksi dan upaya penciptaan motif-motif
baru songket tanpa meninggalkan kekhasan songket Jinengdalem/Bali Utara.
Kegiatan dihadiri 2 (dua) kelompok pengrajin songket sebanyak 30 orang dan
diikuti dengan antusias oleh pengrajin. Kegiatan pendampingan dan pelatihan
dilaksanakan secara kontinyu dengan cara komunikasi efektif dan dua arah antara
tim pelaksana dengan pengrajin. Pada dasarnya diharapkan dengan sebuah
perencanaan bisnis (usaha) bagi pengrajin songket adalah adanya motivasi untuk
melakukan usaha melalui pemahaman terhadap alasan wirausaha, memulai usaha,
kiat usaha, logo dan kemasan produk.
d. Buku panduan pembukuan (akuntansi) sederhana bagi pengrajin songket.
Pada kegiatan penyusunan buku pembukuan sederhana bagi pengrajin ini,
kegiatan yang dilaksanakanmelaluiinterview dengan para pengrajin sehubungan
dengan biaya-biaya produksi songket, penentuan harga jual sampai dengan
penentuan laba usaha sebagai pedoman bagi pengrajin agar paham dan cermat
dalam melakukan aktivitas usahanya sebelum nantinya dilakaukan pendampingan
dan pelatihan. Mengingat keberadaan pengrajin yang rata-rata berpendidikan SD,
maka dilakukan pendampingan terlebih dahulu tentang bagaimana melakukan
perhitungan keuntungan usahanya secara sederhana dari berapa modal usaha yang
dikeluarkan sampai dengan besarnya biaya produksi sampai menentukan tingkat
keuntungan setiap produk songket yang dihasilkan. Kegiatan pengumpulan datadan
pendampingan dilaksanakan dengan secara kontinyu melalui pertemuan di tempat
pengrajin dengan penyampaian materi secara sederhana dengan bahasa yang
dipahami oleh pengrajin.
17
e. Penyusunan buku profil industri tenun songket Desa Jinengdalem dengan
judul “SONGKET JINENGDALEM”.
Pada kegiatan penyusunan buku profil ini, para pengrajin sebagai informan
untuk menggali informasi sejarah, motif desain Jinengdalem, produksi dan
pemasaran songket.Upaya pencarian sejarah tentang songket di Bali dan sejarah
songket Jinengdalem dilakukan ke beberapa pusat referensi yaitu perpustakaan
daerah di Buleleng dan di Denpasar. Kegiatan proses pengumpulan materi
terkendala mencari sejarah songket Jinengdalem berikut jenis motif yang
dihasilkan pengrajin yang ternyata sebagian besar merupakan ide para pengrajin
yang tidak ada kaitannya dengan makna motif songket. Solusi yang dilakukan oleh
tim pelaksana adalah melakukan pencarian materi baik melalui tulisan maupun
hasil penelitian dari web, melakukan interaksi dan komunikasi dengan pengrajin
songket yang dapat ditemui langsung baik yang berdomisili di Denpasar dan
Klungkung dan sejarah makna songket dari pengrajin Desa Jinengdalem sendiri.
18
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada
masyarakat IbM Songket Jinengdalem adalah:
1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian pada masyarakat
memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program. Hal ini terlihat dari
antusiasme pengrajin songket dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan pengabdian,
efektivitas komunikasi dan kerjasama antara pengrajin dengan tim pelaksana,
sehingga dapat berjalan dengan lancar.
2. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat mampu menghasilkan luaran-
luaran yang diharapkan oleh tim pelaksana sesuai dengan target pelaksanaan
kegiatan pengabdian IbM Songket Jinengdalem
5.2. Saran
Songket Jinengdalem yang saat ini sedang mengalami masalah dalam
produksinya semestiya mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak yaitu
pemerintah daerah dan pihak swasta sehingga keberadannya dapat disejajarkan dan
bersaing dengan songket dari daeah lain di Bali khususnya Kabupaten Klungkung dan
Karangasem yang hasil produksi songketnya lebih diminati oleh masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Web :
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2013. “Kadin & LPDB Kemenkop Bergandengan
Tangan Demi UKM”. Tersedia www.depkop.go.id diakses pada 2 Oktober
2014.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi 13 Jilid 1,
Erlangga Jakarta.
Machfoedz, Mahfud. 2007. Pengantar Bisnis Modern, Andi Yogyakarta.
Mardikanto, Totok. 2010. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat Acuan Bagi
Akademisi dan Praktisi Pemberdayaan Masyarakat, Sebelas Maret University
Press Surakarta.
Peraturan Undang-Undang :
Anggaran Dasar Dewan Kerajinan Nasional
20
LAMPIRAN
KEGIATAN DAN LUARAN P2M
IbM SONGKET JINEGDALEM
21
LAMPIRAN KEGIATAN PENDAMPINGAN DAN PELATIHAN:
22
23
24
LAMPIRAN POLA KEMITRAAN MELALUI SENTRA INDUSTRI SONGKET
25
LAMPIRAN BAHAN BAKU BENANG SUTRA DAN HASIL KERAJINAN
26
LAMPIRAN WEB SONGKET JINENGDALEM
Alamat Web : www.songketjinengdalem.com
27
PANDUAN
PERENCANAAN BISNIS SONGKET
OLEH
TIM PELAKSANA
IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
28
USAHA UNTUK MENCARI SEBUAH KEBAHAGIAAN
ALASAN WIRAUSAHA —
Banyak orang mencoba memasuki dunia wirausaha setelah ditolak bekerja pada
beberapa instansi atau perusahaan atau sudah bekerja pada sebuah instansi tetapi
kemudian keluar dan merintis sebuah usaha. Sektor wiraswasta menjadi alternatif
terakhir setelah gagal menjadi PNS, gagal diterima kerja. Jiwa wirausaha atau
enterpreneurship merupakan sesuatu yang langka dan tidak dimiliki semua orang.
Berwiraswasta atau berwirausaha memerlukan keberanian dan tekad yang kuat serta
halangan yang tidak mudah. Harus ada semangat dan komitmen yang kuat serta siap
bersusah payah di awal untuk menuai kebahagiaan di akhir. Kemauan dan tekad yang
kuat merupakan modal utama dalam membangun sebuah usaha.
Mengapa pekerjaan yang “berat” tersebut banyak disarankan orang untuk
dilakukan? Tentu dibalik kesusahan dan tantangan yang berat ada sesuatu yang besar
bisa dicapai. Ada banyak alasan mengapa kita harus berwiraswasta . Sektor wiraswasta
dari kalangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) terbukti menjadi bidang usaha yang
tahan terhadap deraan krisis keuangan global. Di saat perusahaan-perusahaan besar
mengencangkan ikat pinggang dan PHK massal demi efisiensi, sektor UKM dan
Wirausaha justru berkembang. Mantan Karyawan perusahaan yang terkena PHK justru
beramai-ramai membuka usaha baru.
Ada beberapa alasan mengapa menjadi wirausahawan menjadi pilihan yang perlu
dipertimbangkan:
1. Merdeka Secara Finansial
Menjadi Pegawai baik itu Pegawai Swasta atau Pegawai Negeri ada batas
maksimal gajinya. Misal pegawai negeri dengan golongan tertinggi ada aturan-
aturan gaji pokok dan beberapa tunjangan dan fasilitasnya. Meskipun seorang
pegawai dapat menghasilkan laba milyaran rupiah bagi suatu perusahaan,
kenaikan gajinya tidak akan sebanding dengan kenaikan laba perusahaan yang
diperoleh. Selain itu kenaikan gaji terkadang tidak bisa mengimbangi kenaikan
harga-harga kebutuhan hidup yang makin meningkat pesat. Selain itu meski kita
memiliki prestasi yang baik jika pendidikan kita tidak cukup tinggi maka akan
sulit untuk mendapatkan gaji yang tinggi. Seorang Wirausaha bisa menentukan
besarnya finansial yang sampai secara tak terbatas. Banyak orang bekerja pada
orang lain hanya sebagai loncatan untuk mencari modal usaha dan modal relasi.
29
Meski telah mendapatkan fasilitas yang bagus di perusaaan tidak jarang seorang
dengan jiwa wiraswasta keluar dan mengembangkan usaha sendiri dengan modal
pengalaman bekerja.
2. Merdeka Waktu
Dengan mempunyai usaha sendiri, seorang wirausaha akan mempunyai
jam kerja yang bebas, tidak terikat jam kantor , serta bebas dari pelanggaran
disiplin kantor.Jika bisnis yang dijalankan sudah berjalann dengan baik tidak
perlu setiap hari kita pergi ke kantor karena bisa didelegasikan kepada orang lain.
waktu bisa dibagi untuk kegiatan bisnis yang lain atau aktifitas lain. Meski
wirausaha memerlukan disiplin yang tinggi tetapi dengan memiliki usaha sendiri
kita bisa mengatur waktu semau kita sendiri tanpa diatur oleh orang lain. Dari
segi waktu wiraswasta membuat kita merdeka dari segi waktu.
3. Mewujudkan Cita-Cita Hidup
Banyak orang yang memiliki cita-cita dan harapan hidup memberi banyak
manfaat bagi banyak orang dan hidup sejahtera dari segi finansial. Menjadi
wiraswasta akan memberi peluang orang lain mengembangkan usaha juga, paling
tidak memberi peluang orang lain mendapatkan penghidupan dari usaha yang kita
jalankan dengan menjadi karyawan.
Dalam berwirausaha yang paling perlu perlu dikembangkan adalah motif
berprestasi, kesuksesan dalam berwirausaha adalah prestasi yang ditentukan oleh
diri sendiri bukan ditentukan orang lain . Motif ini mestinya menjadi filofofi
dasar seorang enterpreneur.Hal kedua adalah semangat berkompetisi secara sehat,
bisnis adalah persaingan menjadi yang terbaik. Persaingan yang ketat
memerlukan kemauan dan tekad keras,serta kesanggupan berpacu dengan
keunggulan. Motif berafiliasi juga juga perlu perlu diperhatikan karena karena
wirausaha harus pandai pandai meningkatkan meningkatkan kemampuan
manajerial yang mampu menggerakkan orang lain dengan sebaik-baiknya yang
dilakukan dengan menjalin hubungan antar sesama yang yang baik.
Pengrajin songket yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan Bali atau ibu-ibu
rumah tangga dapat membuat usaha kerajinan songket menjadi sumber kebahagiaan.
Seluruh proses penenunan songket dilakukan di rumah, waktunya tidak terikat, masih
dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kegiatan adat dan kegiatan lainnya.
30
Usaha tenun songket yang mengutamakan keterampilan tangan dan semangat
menenun dari sebuah alat kayu yang disebut “cag-cag” telah banyak menghasilkan karya
adiluhung yang dapat dijual dengan harga yang sangat tinggi, asalkan hasil produksinya
memenuhi standar kualitas yang tinggi untuk dipasarkan ke konsumen. Tenun songket
dilakukan dengan suasana hati yang riang dimana para pengrajin sambil bekerja bias
bercengkerama, tidak menggunakan pikiran atau tenaga yang terlalu berat dan sesuai
kemampuan fisik yang mendukung.
Dengan hanya bekerja di rumah, para pengrajin dapat menghasilan pemasukan
keuangan bagi diri sendiri dan keluarga. Apabila dilakukan dengan keseriusan dan
komitmen yang baik maka kesejateraan pengrajin dapat lebih ditingkatkan.
31
MEMULAI USAHA
CARA MEMULAI USAHA —
Bagaimana harus memulai usaha? Bagaimana Cara Memulai Usaha? Pertanyaan
yang seringkali menghinggapi banyak orang. Salah satu jawabannya adalah mulai
melakukan usaha bisnis.
Memulai suatu usaha boleh dibilang sesuatu yang cukup berat. Tidak banyak
orang berani memulai usaha pada akhirnya tidak pernah berusaha. Akhirnya tidak pernah
menjadi pengusaha. Berbeda dengan menjalankan suatu bisnis udaha yang sudah mapan,
relatif lebih mudah. Tetapi lebih banyak orang harus memulai suatu usaha dari nol
dibandingkan dengan menjalankan usaha yang sudah mapan.
Menjalankan usaha dengan merintis usaha dari nol menjadikan pondasi usaha
yang kuat. Kadang orang memulai usaha dari kondisi tidak tahu bagaimana memulai
usaha, tetapi tetap melakukan apa adanya saja hingga akhirnya menemukan formula
yang tepat dalam usahanya. Sering kita jumpai banyak orang yang berpendidikan formil
tinggi menjadi pegawai dari orang yang berpendidikan lebih rendah atau bahkan “tidak
berpendidikan”. Meski sebenarnya setiap orang pernah mengalami pendidikan walaupun
tidak formal.
Pengalaman hidup, proses melihat, mendengar dan merasakan kejadian-kejadian
di sekitar kita sebenarnya adalah proses pendidikan juga. Sejauh mana seseorang bisa
mengambil pelajaran dari semua itu sangat berbeda-beda. Pembelajaran berdasarkan
pada pengalaman-pengalaman ini sebenarnya bisa menjadi modal untuk memulai usaha
bisnis tertentu.
Pertanyaan yang patut kita ajukan adalah mengapa orang yang “berpendidikan
rendah” atau “tidak berpendidikan” bisalebih sukses dibandingkan dengan orang yang
pendidikannya lebih tinggi? Salah satu jawaban kunci suksesnya adakah keberanian.
Orang yang berpendidikan rendah sering lebih berani mengambil resiko dibandingkan
dengan orang lain. Dia lebih berani untuk memulai suatu usaha tanpa banyak
pertimbangan resiko dan analisa yang muluk-muluk.
Keberanian dan tekad menjadi modal pertama dalam memulai suatu usaha/bisnis.
Semakin cepat seseorang berani mengambil keputusan untuk memulai usaha semakin
cepat orang itu akan sukses. Naluri bisnis kadang malah muncul di kalangan orang-orang
yang berpendidikan tidak tinggi, meski tidak semua. Naluri untuk menjalankan suatu
bisnis didukung keberanian untuk mengambil kesempatan dan bertindak menjadi kunci
32
kesuksesan seseorang. Naluri untuk menangkap peluang bisnis bukanlah sesuatu yang
sifatnya begitu saja melekat dalam diri seseorang.
Kemampuan menangkap peluang bisnis datang dari proses belajar dari memulai
usaha bisnis, menjalankan roda bisnis setahap demi setahap dan akhirnya melakukan
evaluasi terhadap usaha bisnis yang dijalankan. Tanpa keberanian untuk memulai suatu
usaha bisnis tidak akan pernah punya pengalaman dalam sebuah bisnis pada akhirnya
tidak akan memiliki kepekaan menangkap peluang bisnis. Kemampuan menangkap
peluang usaha ini biasanya akan terasah seiring dengan perjalanan memulai usaha. Usaha
lama yang sudah mapan akan membuka peluang usaha baru, sehingga pelaku akan
tergerak untuk memulai usaha baru untuk mendukung usaha lama.
Bisnis yang berkembang akan memacu untuk memulai usaha yang baru,
kuncinya adalah keberanian untuk memulai usaha. Orang yang berani mengambil
langkah memulai usaha bisnis, apabila dalam perjalanan usahanya mengalami kegagalan
tidak pernah dipikirkan terlalu jauh. Kegagalan adalah pelajaran dan cambuk untuk
meraih keberhasilan. Ketakutan akan kegagalan justru sering menghinggapi orang-orang
berpendidikan tinggi. Karena senantiasa dibayang-bayangi ketakutan akan kegagalan.
Ketakutan akan kegagalan justru menghambat diri untuk memulai usaha. Akhirnya
usaha tidak pernah dilakukan. Sebagian orang merasa nyaman dengan gaji menjadi
pegawai di sebuah instansi dengan berbagai macam fasilitas. Tetapi sebagian orang
merasa dirinya terbatas jika bekerja pada orang lain, dan lebih bisa berkembang jika
memiliki usaha sendiri.
Memulai usaha bisnis harus didasari oleh impian yang muluk-muluk tetapi
memulai dengan hal yang kecil, selanjutnya hal yang lebih besar dan pada akhirnya
mimpi bisa diraih. Jangan pernah melakukan yang besar jika hal yang kecil belum bisa
dikerjakan. Maka kata kunci pertama dalam merintis suatu usaha adalahkeberanian untuk
memulai usaha.
Jawaban dari pertanyaan bagaimana memulai usaha? Jawabannya adalah berani
melakukan usaha. Keberanian memulai usaha adalah salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan usaha.
Keberanian pengrajin songket adalah tuntutan untuk mau mengembangkan diri
dan berani melakukan pemasaran produksi songket kemanapun hasil tersebut dapat
dipasarkan. Berani melakukan terobosan baru dengan mengasah kemampuan diri akan
temuan motif-motif songket yang dibutuhkan oleh pasar dan melakukan diversifikasi
produk berbahan baku songket. Berani bertanya berani mencoba dan berani untuk
33
menghasilkan produk songket dan diversifikasinya yang belum ada di pasar dengan
melakukan pembelajaran terus menerus sehingga muncul ide murni dari seorang
pengrajin songket untuk menghasilkan produk tenun songket yang lebih kompetitif.
34
KIAT-KIAT USAHA
Memulai bisnis bukan sesuatu yang mudah. Banyak hal harus dipertimbangkan
dan dijalankan. Selain keberanian, kiat-kiat berikut ini perlu menjadi perhatian.
1. Jangan berpikir negatif
Cobalah untuk selalu berpikir positif. Jangan penuhi pikiran dengan ketakutan
akan kegagalan atau bangkrut. Pikiran negatif takkan membawa keberhasilan.
2. Lihat sasaran ke depan
Jangan hanya melihat bisnis sebagai peluang jangka pendek. Pikirkan
kelangsungan bisnis jangka panjang. Tentukan sasaran pencapaian bisnis.
3. Pisahkan keuangan pribadi dan bisnis
Bagi para pebisnis pemula terutama anak muda, mencampurkan keuangan
seringkali merupakan kesalahan yang terjadi berulang kali.Lebih baik keuangan
dipisah apalagi jika bisnis yang mau Anda rintis adalah bisnis kongsi bersama
rekan Anda. Selain memudahkan manajemen keuangan Anda, transparansi
terjaga, juga menghindarkan pertengkaran dengan rekan Anda.
4. Ikuti passion anda dan berbagi
Merintis bisnis harus mengikuti passion, tidak mengikuti arus trend. Kerahkan
tenaga dan modal pada bidang yang disukai. Untuk awal, tidak berharap profit
yang besar akan tetapi mengedepankan kualitas yang terbaik bagi pelanggan.
Berbagi ilmu dengan dengan rekan. Dengan berbagi, uang senantiasa mengikuti.
5. Fokus
Jika sudah tahu apa yang ingin dicapai, fokuslah dengan hal itu. Jangan mudah
atau cepat berubah dalam menentukan tujuan dan haluan. Ini akan mempersulit
dan mengganggu kestabilan bisnis.
6. Jadilah konsultan bisnis bagi diri sendiri
Bisnis yang baru dirintis adalah tempat dan waktu yang tepat untuk belajar dan
mencari pengalaman. Tidak perlu terburu-buru menyewa konsultan bisnis. Selain,
membutuhkan dana, berdampak pada kurang dipahaminya bisnis sendiri.Jalani
dulu jadi konsultan bisnis untuk diri sendiri. Jika bisnis sudah stabil dengan
keuangan yang memadai, sudah paham seluk beluk bisnis, dan sudah mulai sibuk
untuk menangani semuanya sendiri, baru mulailah cari konsultan untuk
membantu bisnis.
35
Kebanyakan dari sebagian besar orang ketika akan membuka suatu usaha, maka
tentunya mereka berfikir terlebih dahulu, tentang usaha apa yang terus laku dari waktu
ke waktu atau usaha yang cepat laku. Padahal seharusnya laku tidak laku suatu usaha itu
tergantung keapada orang yang menjalankannya.
Banyak orang yang sukses dari berbisnis, namun banyak juga yang bangkrut di
dalam bisnis tersebut. Banyak orang yang berhasil dengan membuka bisnis yang sedang
trend, namun juga tidak sedikit yang membuka bisnis yang sedang trend tersebut namun
sepi pembeli/peminat. Banyak juga orang yang telah sukses dalam menjalankan bisnis
online, namun juga tak sedikit yang gagal dalam bisnis ini.
Oleh karena itu sebelum memulai suatu usaha yang paling penting untuk
dilakukan adalah melakukan riset atau penelitian terhadap kondisi pasar bisnis. Apa yang
menjadi trend kebutuhan masyarakat sekitar yang belum terpenuhi dengan baik atas
berbagai usaha bisnis yang sudah ada. Atau bisa juga mengembangkan usaha bisnis yang
dikembangkan oleh orang lain, asalkan punya konsep bisnis yang berbeda, konsep itu lah
yang akan membuat bisnis kita nantinya berbeda dengan orang lain.
Berikut ini adalah beberapa usaha bisnis di Indonesia yang kebanyakan laku pada
umumnya adalah :
1. Usaha elektronik dan otomotif
Telah banyak kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia pada umunya paling hobi
bergaya dengan barang-barang elektronik meski mereka sendiri sama sekali tak
mampu untuk membuatnya. Untuk itu, usaha di bidang elektronik dan otomotif
merupakan salah satu jenis usaha yang cukup laris di Indonesia. Meskipun
harganya terbilang cukup mahal, namun tak menghalangi minat para konsumen
di Indonesia untuk memilikinya. Masyarakat Indonesia memang paling suka
bergaya dengan produk elektronil dan otomotif. Tradisi inilah yang bisa dijadikan
sebagai peluang untuk membuka sebuah usaha bisnis tersebut.
2. Usaha makanan
Makan adalah kepentingan nomor satu, setiap hari manusia harus makan. Ini
adalah peluang usaha yang perlu diperhatikan oleh para pengusaha. Usaha bisnis
ini memang boleh dibilang sebagai usaha bisnis nomor satu yang paling banyak
dikembangkan orang. Mengapa bisnis makanan hampir dibilang sebagai bisnis
nomor satu yang banyak dilakukan orang? faktor salah satunya karena memang
jumlah penduduk yang cukup besar, dan makanan merupakan kebutuhan primer
36
manusia yang harus dipenuhi terlebih dahulu dibandingkan dengan jenis
kebutuhan lainnya.
Apa yang menjadi kunci kesuksesan mengembangkan usaha bisnis makanan?Ada
dua unsur penting yang menjadi syarat bertahannya usaha tersebut. Jika ke dua
syarat itu bisa dipertahankan, maka bisnis yang satu ini sangat tepat untuk
dikembangkan. Syarat yang pertama adalah syarat cita rasa. Soal makanan
mayoritas orang sangat butuh rasa enak. Jika makanan yang dijual rasanya enak,
maka percayalah usaha tersebut akan laris manis. Karena Rasa itu adalah harapan
alami seseorang saat menikmati suatu makanan. Jika punya cita rasa yang
berkualitas, maka jualan produk bisnis kita pasti akan dicari orang, meski dari
luar daerah yang jauh.Syarat kedua yang harus diperhatikan adalah harga. Harga
yang terjangkau dan rasa berkualitas adalah kunci sukses usaha makanan yang di
kelola. Buat yang ingin membuka usaha makanan dan belum mendapatkan resep
yang cocok dengan usaha makanan yang sedang trend saat ini, Kita bisa
mendapatkan referensi aneka resep kelas restoran dari internet atau dari buku
resep makanan.
3. Usaha fashion
Jenis usaha ini juga merupakan contoh usaha yang sangat menjanjikan di
Indonesia. Produk-produk aksesoris fashion seperti pakaian, tas, dompet, sepatu,
sendal dan sebagainya. Usaha bisnis ini cukup potensial dikembangkan di
Indonesia mengingat sandang merupakan bagian dari kebutuhan primer kedua
yang harus dipenuhi setelah pangan. Jumlah penduduk yang besar dituntut untuk
menciptakan produk usaha fashion yang sesuai dengan kelas ekonomi masing-
masing.
Sebagai jenis usaha yang masih dibutuhkan oleh masyarakat, maka seharusnya
perkembangan songket juga harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju dan
berkembang sepanjang masa. Kebutuhan masyrakat akan dunia pakaian/fashion terlebih
di Bali pakaian dapat digunakan pada saat upcara keagamaan/adat dan mode, ,maka
songket akan selalu mendapat tempat di hati pengggemar dan penggunanya. Para
pengrajin songket khususnya di Desa Jinengdalem juga akan mendapat kesempatan besar
untuk mendapatkan pagsa pasar apabila menjaga dan mengembangkan motif songket
sehingga dapat bersaing dengan songket dari daerah lain di Bali. Tahu dan memahami
pangsa pasar menjadi tuntutan bagi para pengrajin untuk dapat maju dalam persaingan
37
songket di Bali. Mencari jati diri songket dengan menggali dan menetapkan ciri khas
songket Bali Utara menjadi tantangan bagi para pengrajin tanpa menutup diri dari trend
atau perkembangan songket yang sedang diminati masyarakat/konsumen.
Oleh karena itu bagi para pengrajin diperlukan komitmen dan keseriusan. Sikap
yang mudah bergaul, ulet dan jeli melihat peluang menjadi keunggulan dalam bersaing di
dunia bisnis.Para pengrajin harus menunjukkan gairah terhadap usaha yang
digeluti/dikerjakan. Selalu belajar secara terus menerus untuk mengembangkan diri.
Berani menghadapi dunia luar untuk pemasaran produk, belajar berkomunikasi dengan
orang lain khususnya dalam menghadapi konsumen dalam proses tawar menawar atau
pada saat transaksi jual beli
Pengrajin yang terkumpul dalam suatu kelompok harus memiliki ketua yang
tegas dalam pengambilan keputusan baik dalam proses produksi maupun pada saat
menentukan harga jual produk songket. Ketegasan dalam urusan keuangan khususnya
pada saat bagi hasil keuntungan juga harus dimiliki oleh seorang ketua kelompok
pengrajin. Perhatikan tujuan utama dan fokus pada langkah kecil untuk menggapai
tujuan tadi. Misalnya, bila ingin mendapatkan keuntungan 50 juta, harus dipikirkan
terlebih dahulu dulu bagaimana cara mendapatkan 10 juta, kemudian 20 juta dan
seterusnya. Akan lebih baik jika segala sesuatu diatur menjadi beberapa bagian.
Bagi para pengrajin yang merupakan perempuan desa yang berlatarbelakang
pendidikan formal yang minim harus belajar meningkatkan pengetahuan/wawasan diri
pada saat proses produksi dan pada saat memasarkan produk. Belajar menghilangkan
segala keraguan dan membuat lebih sederhana setiap masalah yang timbul pada saat
proses produksi dan pemasaran produk. Pengrajin harus percaya diri sebagai hal yang
utama dengan menyampaikan pendapat atau berkomunikasi dengan sesame pengrajin
atau dengan pihak lain.
38
LOGO DAN KEMASAN PRODUK
Membuka usaha atau bisnis baru memang bukan hal yang mudah tetapi bukan
juga tergantung bakat. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti perubahan teknologi
dan persaingan pasar yang kian ketat. Ketatnya persaingan ini semakin memaksa kita
untuk melakukan inovasi dan kreatifitas dalam segala bidang dalam melancarkan strategi
bisnis dan marketing yang handal untuk memenangkan pertempuran merebut pangsa
pasar ataupun mempertahankan pangsa pasar yang sudah dengan susah payah dikuasai.
Mengenali pasar, mengenali pesaing hingga menilai potensi pasar adalah hal
wajib dan penting untuk dilakukan sebelum memilih strategi mana yang akan dipakai.
Ada banyak cara dalam memilih dan menerapkan strategi yang dianggap terbaik.
Tetapi dari semua hal yang telah disebut diatas yang paling penting dan paling
sering dilupakan banyak perusahaan adalah pentingnya logo pada kemasan produk dan
tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memiliki logo untuk produk mereka. Seberapa
jitu dan hebatnya strategi bisnis dan pemasaran sebuah perusahaan apabila melupakan
logo pada kemasan produk atau logo produk akan sangat sulit untuk berhasil karena logo
merupakan pintu gerbang kedalam pikiran konsumen.
Logo adalah simbol pengingat produk bagi konsumen. Jadi penggunaan sebuah
logo pada produk atau kemasan produk akan membantu konsumen mengingat produk
kita lebih mudah. Pemakaian logo pada produk atau kemasan produk dapat
meningkatkan gengsi pemakai atau konsumennya. Hal ini terlihat jelas pada bidang
fashion seperi beberapa merek desainer terkemuka dengan membuat symbol atau tanda
tertentu pada produk dan kemasan produk sehingga mampu menaikan gengsi dan akan
selalu diingat oleh para pemakainya.
Semuanya ini dikarenakan oleh kebiasaan manusia yang lebih mudah untuk
mengingat sebuah gambar atau simbol dalam mengenali sesuatu yang baru. Karenanya
tidak jarang para konsumen membeli sebuah produk berdasarkan bentuk, simbol atau
gambar yang mereka ingat tertera dalam kemasan produk walaupun sebenarnya mereka
lupa akan nama produk tersebut.
Banyak dari pelaku industri skala kecil menengah (UKM) berkilah dengan
menyatakan bahwa perusahaan mereka masih kecil atau pemain baru dan karenanya
memiliki alasan untuk tidak mencantumkan logo pada kemasan produk atau pada
produknya. Perlu diketahui bahwa kesemua perusahaan besar dulunya memulai
perusahaannya berpuluh-puluh tahun yang lalu dari kecil dan telah menyadari
39
pentingnya logo serta melakukan secara konsisten program pemasaran dan branding
dengan mencantumkan logo mereka pada kemasan produk.
Bagi para perusahaan yang telah menyadari pentingnya logo dalam kemasan
produk untuk tujuan memudahkan pemasaran maka perusahaan tersebut menjadi logo
mereka sebagai salah satu media promosi untuk mengenalkan brand perusahaan kepada
konsumen dan calon konsumen.
Hal-hal yang perlu dipikirkan dalam membuat logo pada kemasan produk adalah
agar produk dapat menarik dan mudah diingat oleh konsumen. Logo harus dibuat sesuai
dengan pesan produk tersebut sehingga membantu konsumen dan calon konsumen untuk
mengingat produk tersebut. Logo harus berbeda dari para pesaing. Pembuatan logo yang
unik dan berbeda dapat sangat membantu program branding dan pemasaran dalam
memenangkan pangsa pasar.
Sementara itu desain kemasan harus dapat menguraikan mulai dari mendesain
suatu kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar tercapai sasaran. Ada
tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama, soal makna kemasan.
Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat komunikasi
antara pengirim ke penerima pesan atau dari produsen ke konsumen, kemasan harus
punya nilai maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh pelakunya, tidak
ingin orang lain tahu apa isi produk dalam kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna
sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil yang
dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk produk untuk
komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh semua orang yang
membacanya. Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari kemasan primer melekat
pada produknya), kemasan sekunder (melindungi produk), kemasan tersier (fungsi
kemudahan dan praktis pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya.
Kemasan harus mampu menyampaikan pesan lewat komunikasi informatif, seperti
halnya komunikasi antara penjual dengan pembeli. Tampilan kemasan tidak lepas dari
perkembangan jaman. Misalnya kemasan untuk individu, disesuaikan dengan jumlah
suatu keluarga yang makin sedikit. Bahkan orang-orang kota lebih menyukai kemasan
yang praktis, mudah dibuka dan disimpan.
Desain kemasan sebaiknya sudah mengarah pada pada jenis dan fungsi produk.
Kemasan juga harus mempertimbangkan kekuatan sebagai pelindung produk. Kemasan
juga harus nyaman dipakai. Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika
disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan,
40
disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan
segmentasi pasar pemakainya. Kemasan juga berprinsip mendukung keselarasan
lingkungan. Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk
baru dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali ke produk (re-use) asal.
Bagi para pengrajin songket di Desa Jinengdalem harus memikirkan dan mencari
ide untuk membuat logo dan kemasan produk ini sebagai nilai tambah dari hasil akhir
sebuah produk yang akan memberikan kepuasan pembeli/konsumen. Sebagai bagian dari
kegiatan berusaha tersebut, maka terlebih masyrakat Bali yang sangat kaya dengan ide
seni, maka pengrajin songket Jinengdalem dapat membuat logo dan kemasan produk
songket memiliki ciri khas dan seni tersendiri di hati konsumen/pembeli.
41
PANDUAN
PEMBUKUAN SEDERHANA PENGRAJIN SONGKET
OLEH
TIM PELAKSANA
IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
42
Pemahaman Umum Akuntansi Untuk UKM
Dalam proses pembukuan itulah diperlukan Akuntansi. Fungsi sederhana dari
akuntansi itu sendiri agar dap pertanyaan berikut:
1. Apakah bisnis kita menguntungkan atau justru malah sebaliknya?
2. Jika laporan keuangan kita bagus, kita pun akan lebih percaya diri untuk
mengajukan pendanaan kepada investor atau bank.
Banyak hal yang lebih luas lagi yang bisa kita dapatkan dari laporan keuangan,
namun dalam konteks UKM kita sederhana kan saja biar tidak terlalu rumit.Dalam
akuntansi UKM, laporan keuangan yang dibutuhkan itu terdiri dari Neraca, Laba Rugi,
dan Arus Kas.
1. Neraca, berisikan nilai Aset, kewajiban dan Modal suatu usaha dalam suatu
periode akuntansi.
2. Laba Rugi, berisikan tentang aktivitas perusahaan berupa Penjualan, Harga
Pokok Penjualan dan Biaya -biaya yang terjadi .
3. Laporan arus kas, berisi informasi mengenai kas masuk dan keluar dalam periode
akuntansi yang berjalan.
Nah, yang biasa sudah dilakukan teman-teman UKM adalah aliran keluar masuk kas atau
Cash Flow.
Basis Pencatatan Akuntansi
1. Basis Kas, pendapatan atau beban diakui setelah adanya kas keluar atau kas
masuk , yang menganut basis ini dalam laporan keuangan adalah laporan arus
kas.
2. Basis Akrual, Pendapatan dan beban diakui tanpa memperhatikan uang masuk
atau keluar, basis ini dianut oleh Neraca dan Laba rugi, contoh: Transaksi
Penjualan Kredit.
Poin poin yang harus di pegang teguh oleh para pengusaha UKM, bahkan bukan
hanya UKM tetapi Perusahaan besar juga.
43
Keuangan usaha harus terpisah dari keungan pribadi
Objektivitas pencatatan transaksi harus berdasar bukti contoh: kwitansi, tagihan
dari pemasok, dan lain-lain.
Kegiatan yang dicatat diukur dengan uang.
Lalu selanjutnya kita masuk ke persamaan akuntansi, akan terlihat rumit jika kita tidak
memahami logika sederhana ini:
Aset = Kewajiban + Modal
Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan.
Kewajiban adalah dana yang berasal dari pihak ketiga
Modal adalah dana yang disetorkan oleh pemilik usaha
Siklus Akuntansi adalah:
Transaksi – Jurnal – Buku Besar – Laporan Keuangan
Setelah transaksi terjadi, segala dokumen telah disiapkan dan dikonversi menjadi Jurnal,
lalu dari kumpulan jurnal tersebut jadilah Buku Besar dan akhirnya berakhir pada
penyajian laporan keuangan.
Trik Menjurnal:
1. Pahami Posisi “Nature of account” dari suatu akun. Contoh: kas,persediaan
dalam neraca berada di sisi debet dan hutang dalam posisi kredit.
2. Identifikasikan transaksi yang ada dalam usaha kita lalu modifikasi kan kode
nomer akun sesuai dengan usahanya.
3. Setiap jurnal selalu berpasangan jumlah antara debet dan kredit, keduanya harus
balance.
Contoh PT X menjual barang dengan Nilai Rp 15.000.000 secara kredit, maka jurnalnya:
Piutang (D) 15.000.000
Penjualan (K) 15.000.000
44
Piutang bertambah di debet, karena secara alaminya posisi piutang dalam neraca
ada di debet.
Penjualan bertambah di kredit, karena secara alamiahnya posisi penjualan di
Laporan Laba rugi berada di kredit.
Secara sederhana itulah akuntansi, jadi pada intinya, apa yang harus dilakukan
teman-teman UKM secara bertahap.
1. Buatlah laporan masuk keluar kas dan Bank (sepertinya rata-rata sudah
melakukannya)
2. Buat jurnal dari transaksi-transaksi kas tersebut pisahkan transaksi penjualan,
pembelian, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan transaksi lain-lain.
3. Pisahkan Jurnal menjadi dua kategori, mana yang berbasis akrual mana yang
berbasis kas.
4. Setelah jurnal siap, ikhtisarkan menjadi buku besar.
5. Lalu sudah mulai bisa disusun laporan keungannya.
Pembukuan Sederhana Untuk UKM
Pembukuan adalah kegiatan pencatatan keuangan yang terjadi di dalam bisnis
atau usaha yang sedang kita jalankan. Pembukuan ini sangat penting untuk dilakukan
sebagai evaluasi kita untuk melihat perkembangan usaha dan mengetahui keuntungan
atau kerugian yang kita dapatkan dari usaha yang kita jalankan tersebut. Pembukuan juga
dapat dikatakan sebagai kompas atau petunjuk arah bagi kita dalam menjalankan bisnis
kita.Sebagai pelaku Usaha Kecil Menengah, kita diwajibkan untuk mengetahui dan
melaksanakan pembukuan sederhana ini. Tidak diperlukan pendidikan khusus dalam hal
ini, karena pembukuan sederhana ini dapat dilakukan oleh siapa saja dan bisa dengan
mudah dipelajari. Rata-rata pendidikan di Indonesia saat ini sudah mengajarkan
pembukuan sederhana sejak di bangku sekolah menengah, sehingga bagi kita, hal ini
pastilah bisa kita lakukan dan kita pelajari.
Alasan mengapa pembukuan ini penting untuk dilakukan adalah :
Mengetahui arus keluar masuk uang yang ada di dalam bisnis atau usaha yang
sedang kita jalankan.
45
Mengetahui posisi modal yang terpakai dan modal yang telah kembali. Jangan
sampai, karena tidak ada pencatatan pembukuan, modal yang seharusnya kembali
malah hilang begitu saja tanpa kita ketahui di bagian mana uang modal tersebut
terpakai.
Mencegah tercampurnya, pengeluaran (keuangan) pribadi dan keuangan usaha.
Para pelaku usaha, jika ingin melakukan pengembangan usaha yang lebih baik
haruslah benar-benar memperhatikan hal ini karena pencampuran keuangan
pribadi dan keuangan bisnis akan mengakibatkan arus kas dan arus uang yang
beredar di dalam bisnis yang sedang dijalankan menjadi kacau balau.
Yang harus diingat adalah banyak sekali usaha kecil yang mengalami
kebangkrutan dan terpaksa menutup usahanya karena tidak adanya pencatatan
keuangan atau pembukuan ini.
Dengan pencatatan dan pembukuan sederhana yang kita lakukan maka kita bisa
menganalisa dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan dari hasil analisa
keuangan yang telah kita lakukan.
Bagian-bagian Di Dalam Pembukuan Sederhana
1. Neraca
Di dalam neraca ini kita melakukan pencatatan terhadap aset bisnis yang kita
miliki seperti berapa modal yang telah kita tanamkan untuk menjalankan bisnis ini,
berapa kewajiban yang harus kita bayarkan dan berapa harta termasuk piutan yang kita
miliki. Biasanya pembuatan neraca keuangan ini dilakukan setahun sekali dan dicatatkan
setiap akhir tahun pembukuan, misalnya tanggal 31 Desember.
2. Laporan rugi laba
Di dalam laporan rugi laba, yang harus kita catat adalah berbagai informasi
tentang aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di dalam bisnis yang kita jalankan seperti
berapa besar hasil dari penjualan yang telah kita lakukan dan seberapa besar beban dan
biaya yang harus kita lakukan. Dari hasil penjualan kotor yang dikurangi dengan beban
dan biaya yang harus dikeluarkan itulah maka kita akan mengetahui apakah bisnis yang
kita jalankan ini mendapatkan laba atau keuntungan atau malah mengalami kerugian.
46
3. Laporan arus kas
Di dalam laporan arus kas, kita melakukan pencatatan sejumlah pengeluaran dan
penerimaan kas yang terjadi di dalam bisnis kita termasuk bukti sumber-sumbernya.
Contohnya adalah jika kita melakukan pembelian bahan baku maka kita harus
melakukan pencatatan berapa jumlah uang yang harus kita lakukan untuk melakukan
pembelian tersebut dan kita mencatat pula di mana kita melakukan pembelian bahan
baku itu. Bukti pengeluaran atau penerimaan kas seperti faktur, nota atau bon harus
disimpan untuk melengkapi laporan arus kas ini.
Hal-hal Yang Perlu Di Perhatikan
Pendapatan atau pemasukan yang diakui dan wajib di catat di dalam pembukuan
sederhana ini adalah ketika uang telah diterima, atau ketika beban dan biaya telah
benar-benar terbayarkan. Jika belum terjadi penerimaan atau pembayaran, maka
kegiatan ini tidak dicatat di dalam pembukuan.
Pencatatan yang dilakukan di dalam pembukuan sederhana ini harus dipisahkan
antara keuangan usaha dan keuangan pribadi. Hal ini bertujuan agar memudahkan
kita untuk menganalisa hasil usaha dan melihat perkembangan usaha kita secara
lebih terperinci berdasarkan data-data dan fakta yang ada. Pencampuran
keuangan membuat kita tidak bisa dengan pasti menentukan apakah usaha yang
kita jalankan ini benar-benar menghasilkan keuntungan atau sebenarnya dalam
kondisi rugi namun sering kali tertutup dengan pemasukan yang berasal dari
keuangan pribadi.
Pencatatan yang kita lakukan di dalam pembukuan sederhana haruslah
berdasarkan bukti-bukti seperti kuitansi dan tagihan dari supplier, nota pembelian
bahan baku, faktur-faktur penjualan dan bukti lainnya. Jika terjadi pengeluaran
yang tidak memiliki bukti yang konkret maka pengeluaran tersebut tidak diakui
dan tidak dicatatkan di dalam pembukuan.
Seluruh transaksi yang terjadi di dalam menjalankan usaha harus dicatat dengan
jelas. Transaksi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan kondisi usaha
secara keseluruhan di mana kegiatan tersebut mengubah, baik menambah
maupun mengurangi, kewajiban usaha, modal pemilik serta aset usaha yang
dimiliki. Di dalam pencatatan transaksi ini juga disebutkan (dicatatkan) biaya-
47
biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan serta pendapatan yang diperoleh
dalam satu periode tertentu.
Tahapan Pencatatan Transaksi yang Harus Diketahui
1. Transaksi yang dilakukan.
2. Transaksi yang terjadi.
3. Mempersiapkan dokumen berdasarkan transaksi yang terjadi.
4. Melakukan pencatatan di jurnal keuangan
5. Memindahkan seluruh pencatatan pembukuan yang telah dilakukan di jurnal ke
buku besar.
MENGENAL USAHA KECIL DAN MENENGAH
A. Mengenal UKM
1. Berdasarkan UU Nomor 9 tahun 1995 ukm adalah sebuah usaha milik rakyat
atau warga negara indonesia yang kemungkinan besar masih menggunakan
sistem tradisional dan belum terdaftar atau tercatat didalam badan hukum,
yang memiliki omzet paling banyak Rp 83.330.000,00 per bulan atau Rp
1.000.000.000,00 per tahun, dimana belum memiliki sistem yang begitu kuat
sehingga masih membutuhkan bantuan pemerintah dari persaingan usaha
tidak sehat serta perkembangan dari UKM itu.
2. Berdasarkan Keppres Nomor 99 Tahun 1998 UKM addalah usaha rakyat
yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara umum merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah usaha yang tidak
sehat.
3. Berdasarkan BPS, UKM adalah sebuah usaha rakyat yang dapat dilihat dari
banyaknya tenaga kerja, biasanya antara 5-9 orang atau 20-99 orang.
4. Berdasarkan Kepmenkeu Nomer 316/KMK.016/1996 UKM adalahsebuah
usaha perorangan yang berbentuk badan usaha dengan omzet paling banyak
Rp 600.000.000 pertahun atau asset/aktiva paling banyak Rp 600.000.000,
belum termasuk tanah dan bangunan usaha, yang mana UKM dapat terdiri
dari:
48
a. Perusahaan perorangan, contohnya peternak sapi, ayam, bebek dsb.
b. Pedagang barang, contohnya pemiliki toko kosmetik, toko baju, toko
sembako grosir atau eceran.
c. Pelayan jasa, contohnya counter pengiriman barang, laundry kecantikan,
alat alat, dsb.
d. Penambangan, contohnya penambang emas, batu bara, pasir, batu
belerang, dsb.
e. Pengrajin, contohnya pengrajin meja kursi kayu, jati, tas, sepatu, dompet,
gazebo, dsb.
f. Industri rumahan, contohnya industri konveksi yang menghasilkan
pakaian ibadah, pakaian santai, pakaian kantoran, dsb.
Badan Usaha, yang meliputi:
1. Firma (FA)contohnya FA Yunior Sutanto, Fa Sandi Bakri, FA Rizki Santi
dsb.
2. Perseroan Terbatas (PT), contoh: PT Gemilang Abadi, PT Jaya Makmur, PT
Agung, Tbk, dsb
3. Persekutuan Komanditer (CV), contoh: CV, Wahyu Sejahtera, CV Mitra
Salma Mandiri, CV Global Planet.
4. Koperasi, contohnya: Koperasi Maju Lestari, Koperasi Boyolali Makmur,
Koperasi Madani Indonesia, dsb.
Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008, UKM memiliki dua pengertian, yakni:
a. Usaha kecil, adalah sebuah usaha yang memiliki kriteria kekayaan bersih
antara Rp 50.000.000,00 – Rp 500.000.000,00, dan omzet tahunan antara Rp
300.000.000,00 – Rp 2.500.000.000,00.
b. Usaha menengah adalah adalah sebuah usaha yang memiliki kriteria kekayaan
bersih antara Rp 500.000.000,00 – Rp 10.000.000.000,00, dan omzet tahunan
antara Rp 2.500.000.000,00 – Rp 50.000.000.000,00.
B. Kriteria UKM
Kriteria UKM yaitu:
1. Manajemen bisnis sendiri
49
2. Modal usaha terbatas
3. Karyawan kebanyakan dari penduduk lokal
4. Bersifat usaha keluarga
5. Posisi kunci dipegang oleh pemilik
6. Menuntut motivasi tinggi
7. Menggunakan teknologi sederhana dalam proses produksi
C. Kelebihan dan Kekurangan UKM
a. Kelebihan UKM
1. Pemiliki memiliki kebebasan dalam bertindak
2. Meningkatkan perubahan struktur ekonomi didaerah tempat berdirinya
UKM
3. Meningkatkan kemampuan produktif sumber daya manusia
b. Kekurangan UKM
1. Sistem produksi dan pemasaran relatif lemah
2. Sulit mendapatkan modal jangka panjang
3. Pemiliki tidak mampu mengelola usaha dan sumber daya manusia
c. Jenis-jenis perusahaan dalam Lingkup UKM
Terdapat tiga jenis sistem perusahaan dalam lingkup UKM yang mana terdiri
dari:
1. Perusahaan manufaktur (manufacturing) adalah perusahaan yang
melakukan pembelian atas bahan baku, kemudian melakukan pengolahan
bahan baku, tersebut menjadi barang setengah jadi, dan bahan jadi untuk
dijual dipasarkan. Contoh: perusahaan kain, perusahaan minyak goreng,
rokok, tisu, sepatu, penerbitan buku, dsb.
2. Perusahaan dagang (merchandising) adalah perusahaan yang melakukan
pembelian atas produk( barang jadi), kemudian menjualnya langsung
kepada konsumen atau pelanggan tanpa mengeluh kembali atas produk
yang dibeli tersebut. Contoh: minimarket swayalan (berskala kecil), toko
pakaian (grosir dan eceran), toko sembako (grosir eceran), toko kelontong
(grosir atau eceran).
3. Perusahaan jasa (service) adalah perusahaan yang kegiatan utamanya
menyediakan layanan jasa (bukan barang atau produk) untuk pelanggan.
50
Contoh: laundry, agen naskah, jasa konsultasi hukum, jasa konsultasi
Skripsi, Tesis, Disertasi, Tailor, salon kecantikan dan lain sebagainya.
AKUNTANSI UKM SECARA UMUM
A. Bukti Bukti Transaksi
Bukti bukti transaksi suatu UKM sangat diperlukan guna untuk memperkuat
transaksi-transaksi yang telah terjadi dan untuk menghindari kemungkinan
adanya penyelewengan dana dari orang orang yang tidak bertanggung jawab
antara lain:
1. Bukti Transaksi Penjualan yang dilakukan secara tunai contohnya nota kontan
atau bukti kas masuk (BKM), seperti contoh dibawah ini :
2. Bukti transaksi pembelian yang dilakukan secara tunai, misalnya nota kontan
(bukti kas keluar/BKK). Seperti contoh dibawah ini :
3. Bukti transaksi penerimaan uang tunai, misalnya kuitansi (bukti kas
masuk/BKM) yang formnya sama persis dengan form penjualan tunai (bukti
kas masuk/BKM)
4. Bukti transaksi penjualan dan pembelian yang dilakukan secara kredit,
misalnya: faktur . berikut ini contoh faktur penjualan dan faktur pembelian.
51
5. Bukti transaksi retur penjualan dan pembelian, misalnya nota debit dan nota
kredit.
B. Akun
Akun adalah suatu formulir yang digunakan sebagai tempat untuk mencatat
transaksi-trasaksi sejenis yang terjadi, misalnya akun pemasukan, akun
pengeluaran, akun kewajiban dan sebagainya.
1. Akun Riil adalah kelompok akun yang dilaporkan dineraca yang
keberadaannya dapat mengubah saldo dineraca, akun riil terdiri dari :
a. Akun Harta (Aktiva/ Asset) adalah sumber ekonomi yang dimiliki
perusahaan, yang kedepannya diharapkan dapat memberikan keuntungan
lebih pada perusahaan. Akun harta terdiri dari:
1. Harta lancar adalah dapat diambil dalam jangka waktu satu tahun,
contoh wesel tagih, kas, piutang, persediaan beban dibayar
dimuka, perlengkapan dan surat surat berharga.
2. Harta jangka panjang adalah harta yang dapat diambil manfaat
ekonomisnya dalam jangka waktu lebih dari satu tahun, contoh
gedung, tanah, saham obligasi dsb.
Kepada Yth. UD........ No Faktur
Tn............. Tanggal:
No. Keterangan Jumlah
Yang Menyerahkan Yang Menerima
52
3. Harta tetap adalah harta yang dapat diambil manfaat ekonomisnya
untuk kegiatan produksi atau penyediaan barang/jasa perusahaan,
misalnya properti, bangunan pabrik, alat-alat produksi,
perlengkapan kantor, kendaraan operasional, dan sebagainya.
4. Harta tidak berwujud adalah harta yang dapat diambil manfaat
ekonomisnya, namun tanpa teridentifikasi atau tanpa wujud fisik,
misalnya merek dagang.
b. Akun Kewajiban adalah kewajiban membayar kepada pihak lain yang
disebabkan oleh tindakan/transaksi sebelumnya. Berdasarkan jangka
waktu pelunasannya kewajiban diklasifikasikan kedalam tiga kelompok,
yaitu kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-
lain.
1. Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar/utang lancar/utang jangka pendek (current
liabilities) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu tidak
elbih dalam waktu satu tahun atau satu siklus normal operasi
perusahaan, antara lain:
a. Utang usaha (account payable), yaitu kewajiban yang harus
dilunasi karena pembelian barang atau jasa secara kredit.
b. Utang wesel/wesel bayar (notes payable) adalah janji tertulis yang
membayar kepada pihak lain dalam jumlah tertentu dan pada
tanggal yang telah ditetapkan.
c. Utang beban adalah kewajiban membayar karena perusahaan telah
menerima manfaatnya. Seperti utang bunga (interest payable),
utang gaji (salaries payable), utang sewa (rent payable).
d. Pendapatan diterima di muka adalah pendapatan yang belum
menjadi hak, tetapi sudah diterima pembayarannya. Contohnya:
sewa diterima di muka, bunga diterima di muka.
2. Kewajiban Jangka Panjang atau utang jangka panjang (long term
debt) adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari
satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan. yang termasuk
kewajiban jangka panjang antara lain sebagai berikut:
a. Utang Hipotek adalah pinjaman jangka panjang dengan jaminan
aktiva tetap.
53
b. Utang obligasi adalah pinjaman jangka panjang yang timbul
karena perusahaan menjual/mengeluarkan surat-surat obligasi.
Obligasi adalah surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang
obligasi meminjamkan uang kepada perusahaan yang
mengeluarkan obligasi tersebut. Pemegang obligasi akan
mendapat bunga tetap secara berkala yang disebut kupon.
c. Kredit Investasi adalah pinjaman jangka panjang yang diterima
dari bank atau lembaga keuangan lain, yang digunakan untuk
pelunasan perusahaan.
3. Kewajiban/utang lain-lain adalah meliputi semua kewajiban yang
tidak sesuai untuk diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar dan
kewajiban jangka panjang. Misalnya, uang jaminan yang diterima dari
pelanggan.
c. Akun Modal
Modal adalah aeset bersih yang diperlukan sebagai pokok untuk
membangun perusahaan berserta operasionalnya dengan dikurangi
kewajiban.
2. Akun Nominal
Akun nominal adalah suatu akun yang akan dilaprkan kedalam laporan laba
rugi, termasuk Akun Nominal/sementara dan berikut penjelasannya :
1. Akun Pendapatan
Pendapatan adalah hasil atau penghasilan yang diperoleh perusahaan.
Pendapatan dibedakan atas:
1. Pendapatan Usaha, adalah pendapatan yang berhubungan langsung
dengan kegiatan usaha.
2. Pendapatan di luar usaha, adalah pendapatan yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Misalnya :
a. pendapatan sewa, pada perusahaan dagang menyewakan sebagian
ruang yang tidak dipakai untuk kegiatan usaha, tetapi disewakan
kepada pihak lain.
b. Pendapatan bunga, pendapatan yang diterima perusahaan karena
memiliki simpanan di bank atau pihak lain.
54
2. Akun Beban
Beban adalah pengorbanan yang terjadi selama melaksanakan
kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan. Beban dapat dibedakan
atas:
1) Beban Usaha, adalah pengorbanan yang langsung berhubungan dengan
kegiatan usaha.
a. Beban gaji
b. Beban listrik, air dan telepon
c. Beban iklan
d. Beban penyusutan
2) Beban Lain-lain, adalah pengorbanan yang tidak langsung berhubungan
dengan
kegiatan pokok usaha. Misalnya
a. Beban bunga. Beban (biaya) yang dibayar oleh perusahaan pada saat
tertentu atas pinjaman yang diperoleh dari Bank.
b. Beban macam-macam
C. Kode Akun
Kode akun adalah pemberian tanda pada akun-akun tertentu dengan memakai angka,
huruf, atau kombinasi antara keduanya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian kode akun, yaitu :
a. Kode akun dibuat secara sederhana dan mudah untuk diingat.
b. Kode akun dalam penggunaannya harus konsisten.
c. Jika ada penambahan akun baru, usahakan jangan sampai mengubah kode yang
sudah ada .
Berikut beberapa macam kode akun :
1. Kode Numeral, adalah cara pemberian kode akun dengan menggunakan nomor (0-
9).
a. Kode Nomor berurutan, pada cara ini akun dibei nomor secara berurutan.
Nomor yang diinginkan dapat mulai dari 1 atau 100 atau sesuai yang diinginkan.
Contoh :
55
Nomor
Kode
Nama Akun
100
101
102
103
121
122
201
202
Kas
Bank
Piutang Usaha
Wesel Tagih
Tanah
Gedung
Utang Usaha
Wesel Bayar
b. Kode Kelompok, dengan cara in akun yang ada dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok, dan setiap kelompok dibagi menjadi golongan dan
seterusnya diberi nomor kode tersendiri. Kode akun bisa terdiri atas 2,3, atau 4
angka yang masing-masing mempunya arti tersendiri, misal : suatu akun kas
diberi kode 111 (1 pertama : kelompok akun Harta; 1 kedua menunjukkan
golongan akun Harta Lancar; 1 ketiga menunjukkan jenis akun kas
Nomor
Kode
Arti
Angka
pertama
Angka
kedua
Angka
ketiga
Angka
keempat
Kelompok Akun
Golongan Akun
Subgolongan
Akun
Jenis Akun
c. Kode Blok, dalam cara ini, akun yang ada dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok, tiap kelompok dibagi menjadi beberapa golongan, dan tiap golongan
56
menjadi beberapa jenis. Masing-masing kelompok, golongan, dan jenis diberi satu
blok nomor kode yang berbeda. Contoh :
Kelompok Kode
Harta
Utang
Modal
Pendapatan
Beban
100 – 199
200 – 299
300 – 399
400 – 499
500 – 599
Golongan Kode
Harata Lancar
Harta Tetap
Utang Lancar
Utang Jgk. Pnjg
100 – 149
150 – 199
200 – 249
500 – 299
Jenis Kode
Kas
Piutang
Peralatan
Kendaraan
Utang usaha
100
101
150
151
201
2. Kode Desimal, pada cara ini akun diklasifikasikan menjadi kelompok atau rubrik,
tiap rubrik menjadi golongan, dan tiap golongan dibagi menjadi jenis akun. Setiap
rubrik, golongan dan jenis akun diberi nomor kode mulai 0 sampai 9.
a. Akun dibagi menjadi beberapa rubrik, misalnya :
Rubrik 0 : Akun Harta Lancar
Rubrik 1 : Akun Harta Tetap
Rubrik 2 : Akun Utang Lancar
Rubrik 3 : Akun Utang Jangka Panjang
57
Rubrik 4 : Akun Modal
Rubrik 5 : Akun Pendapatan
Rubrik 6 : Rubrik Beban
b. Rubrik dibagi menjadi beberapa golongan, misalnya :
Rubrik 2 : Akun Utang Lancar
Golongan 20 : Utang Usaha
Golongan 21 : Utang Wesel
c. Golongan dibagi menjadi beberapa jenis, misalnya :
Golongan 20 : Utang Usaha
Jenis 201 : Utang Gaji
Jenis 202 : Utang Sewa
3. Kode Mnemonik, pada cara ini pemberian kode dilakukan dengan menggunakan
huruf. Contoh :
Jenis Kode
Harta
Harta Lancar
Harta Tetap
Utang
Utang Lancar
Modal
H
HL
HT
U
UL
M
4. Kode Kombinasi Huruf dan Angka, Cara ini dilakukan dengan mengkombinasikan
huruf dan angka untuk membentuk kode yang diinginkan. Contoh :
58
Jenis Kode
Harta
Harta Lancar
Kas
Piutang
Harta Tetap
Utang
Utang Lancar
Utang Dagang
Modal
H
HL
HL 01
HL 02
HT
U
UL
UL 01
M
D. Neraca Saldo Awal
Dalam neraca saldo awal dibuat berdasarkan sisa saldo suatu akun, yang mana
didalam neraca saldo awal terdapat tiga kolom yaitu kolom nomer akun,
keterangan/nama akun, dan saldo yang terdiri dari debit dan kredit.
d. Jurnal Umum
Jurnal umum dimaksudkan untuk menampung data yang telah dimasukkan kedalam
neraca saldo awal. Kriteria yang harus diperhatikan dalam menyusun jurnal umum dalam
UKM adalah :
1. Judul jurnal umum yang terdiri dari nama UKM, dan tanggal periode jurnal umum
tersebut. Judul ini harus disertakan dan tidak boleh tidak disertakan untuk
menghindari kekeliruan dalam penyusunan buku besar.
2. Persamaan dasar akuntansi: harta = utang + modal dan utang= harta – modal.
3. Pertambahan akun-akun yang ada didalam ilmu akuntansi, seperti harta, utang,
beban, modal dan pendapatan, dengan pertambahan sebagai berikut
a. Harta bertambah didebit dan berkurang dikredit
b. Utang bertambah dikredit dan berkurang didebit
c. Modal bertambah dikredit dan berkurang didebit
d. Pendapatan bertambah dikredit dan berkurang didebit
4. Didalam jurnal umum terdapat empat kolom, yakni kolom tanggal, keterangan,
debit (yang terdiri dari nomor akun, nama akun dan jumlah), dan kredit (yang
terdiri dari nomor akun, nama akun, dan jumlah).
59
5. Ada juga jurnal umum yang didalamnya terdapat lima kolom, yakni kolom
tanggal, keterangan, ref, debit dan kredit.
6. Jumlah total saldo debit harus seimbang dengan jumlah total saldo kredit.
e. Jurnal Khusus
Jurnal khusus digunakan untuk mencatat transaksi yang sejenis dan sering terjadi.
Jurnal ini biasanya digunakan UKM untuk mencatat transaksi banyak dan beraneka
ragam, sehingga kurang efisien jika dilakukan pencatatan hanya dalam satu jurnal umum.
Berikut ini adalah macam macam jurnal khusus terdiri dari
1. Jurnal Pembelian itu hanya untuk mencatat pembelian barang dagang secara
kredit maka analisis transaksi tersebut adalah pembelian di sebelah debet,
sedangkan utang usaha di sebelah kredit. Agar lebih jelasnya lagi coba simak
bagan jurnal pembelian beserta kolom-kolomnya sebagai berikut.
2. Jurnal Pengeluaran Kas merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat semua
transaksi- transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran uang tunai. Berikut
merupakan contoh bagan Jurnal Pengeluaran Kas :
60
3. Jurnal Penjualan merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan barang dagang secara kredit. Berikut merupakan contoh bagan jurnal
penjualan :
4. Jurnal Penerimaan Kas merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat
transaksi penerimaan yang terjadi di dalm suatu perusahaan. Berikut merupakan
contoh bagan Jurnal Penerimaan Kas :
5. Jurnal Memorial Jurnal Umum merupakan jurnal yang digunakan untuk mencatat
semua transaksi yang tidak dapat dicatat pada jurnal khusus. Perlu diingat,
61
terdapat transaksi-transaksi yang biasanya dicatat dalam Jurnal Umum.
Transaksi-transaksi tersebut adalah:
1. Retur pembelian barang dagang, yang dahulu dibeli dengan kredit
karena barang rusak;
2. Retur penjualan barang dagang, yang dahulu dijual dengan secara
kredit karena barang rusak;
3. Pengubahan utang usaha menjadi utang wesel;
4. Pengubahan piutang usaha menjadi piutang wesel;
5. Penjualan sebagian aktiva tetap yang sudah tidak layak pakai secara
kredit;
6. Pengurangan harga.
f. Buku Besar
Buku besar adalah buku utama pencatatan transaksi keuangan yang digunakan untuk
meringkas akun akun transaksi yang telah dicatat didalam jurnal umum. Dalam
menyusun buku besar untuk UKM ada harus yang diperhatikan yaitu:
1. Judul buku besar terdiri dari nama UKM dan tanggal periode buku besar
tersebut.
2. Jenis/nama akun dan nomor akun harus disertakan untuk memperjelas
rincian akun buku besar
3. Di dalam buku besar terdapat enam kolom yaitu kolom tanggal,
keterangan, ref, debit, kredit, dan saldo yang terdiri dari kolom debit dan
kredit.
62
4. Nilai kolom transaksi yang akan dimasukkan kedalam kolom debit dan
kredit harus sesuai dengan jurnal umum.
5. Kolom saldo merupakan hasil hasil penjumlahan dari saldo transaksi
sebelumnya ditambah transaksi yang terjadi pada kolom debit. Atau,
dikurangi transaksi yang terjadi pada kolom kredit.
6. Memperhatikan mekanisme pencatatan pada buku besar sebagai berikut:
No Kelompok Penambahan Pengurangan
1. Perkiraan harta Debit Kredit
2. Perkiraan utang Kredit Debit
3. Perkiraan modal Kredit Debit
4. Perkiraan pendapatan Kredit Debit
5. Perkiraan biaya Debit Kredit
g. Buku Besar Pembantu
Buku besar pembantu merupakan perincian dari buku besar umum, bentuk dari
buku besaar pembantu sama dengan buku besar umum. Yang mana ada dua jenis yaitu
form pembantu utang dan piutang.
63
h. Neraca Saldo
Neraca saldo adalah ringkasan dari saldo-saldo yang telah dicatat didalam buku
besar, yang keberadaannya digunakan untuk memastikan kebenaran dari setiap akun
transaksi yang dicatat dalam buku besar. Berikut dibawah ini adalah form neraca saldo.
i. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan saldo-saldo yang
tercatat didalam jurnal umum dan buku besar. Jurnal penyesuaian terdiri dari:
1. Jurnal penyesuaian untuk taksiran kerugian piutang. Dimana pencatatannya
beban kerugian piutang dicatat didebit dan cadangan kerugian dicatat piutang
dikredit
2. Jurnal penyesuaian untuk persediaan barang dagangan ada dua jenis
pencatatan, yang pertama, jika menggunakan pencatatan Ikhtisar laba rugi,
maka pencatatannya adalah pada awal periode ikhtisar laba rugi dicatat
didebit, sedangkan persediaan barang dagang dicatat dikredit. Sedangkan
jika pada akhir periode adalah persediaan barang dagang dicatat didebit,
sedangkan ikhtisar laba rugi dicatat dikredit. Yang kedua menggunakan
perkiraan harga pokok penjualan, untuk unsur-unsur yang menambah
harga pokok penjualan pencatatannya adalah harga pokok penjualan
dicatat didebit, sedangkan persediaan barang dagang, pembelian, dan
beban angkut pembelian dicatat dikredit. Untuk unsur-unsur yang
mengurangi harga pokok penjualan , berikut ini pencatatannya adalah
persediaan barang dagang, retur pembelian, potongan pembelian dicatat
didebit, sedangkan harga pokok penjualan dicatat dikredit.
64
3. Jurnal penyesuaian untuk pemakaian perlengkapan, ada dua jenis pencatatan.
Yang pertama jika dicatat sebesar harga perlengkapan yang dipakai selama
periode akuntansi bersangkutan maka beban perlengkapan dicatat didebit,
sedangkan perlengkapan dicatat dikredit. Sedangkan yang kedua
perlengkapan yang masih ada pada akhir akuntansi maka perlengkapan
dicatat didebit, sedangkan beban perlengkapan dicatat dikredit.
4. Jurnal penyesuaian untuk beban dibayar dimuka, ada dua cara yang pertama
jika dicatat sebagai harta maka beban...... dicatat didebit, sedangkan
......dibayar dimuka dicatat dikredit (dicatat sebesar beban yang dipakai
selama periode akuntansi yang bersangkutan dan nama perkiraan dilengkapi
dengan jenis beban yang dibayar). Yang kedua jika dicatat sebagai beban
maka ...... dibayar dimuka dicatat didebit, sedangkan beban....... dicatat
dikredit (dicatat sebesar beban yang dipakai selama periode akuntansi yang
bersangkutan dan nama perkiraan dilengkapi dengan jenis beban yang
dibayar).
5. Jurnal penyesuaian untuk beban penyusutan harta tetap. Maka beban
penyusutan dicatat didebit, sedangkan akumulasi penyusutan...... dicatat
dikredit. nama perkiraan pada titik titik itu dilengkapi dengan nama harta
tetap yang disesuaikan.
6. Jurnal penyesuaian untuk utang biaya. Maka pencatatannya beban dicatat
didebit, sedangkan utang dicatat dikredit.
7. Jurnal penyusuaian untuk piutang pendapatan, maka pencatatannya
piutang......... dicatat didebit, sedangkan pendapatan....... dicatat dikredit
j. Neraca lajur
Neraca lajur adalah kertas berkolom yang digunakan untuk meringkas seluruh data
transaksi keuangan UKM yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan. Berikut
langkah langkah dalam menyusun neraca lajur.
1. Memasukkan saldo kedalam kolom neraca saldo.
2. Memasukkan data jurnal penyusuaian kedalam kolom ayat jurnal
penyesuaian.
3. Memasukkan data neraca saldo dan ayat jurnal penyesuaian kedalam
kolom neraca, dengan ketentuan sebagai berikut:
65
a. Perkiraan yang hanya memiliki angka dalam neraca saldo atau ayat
jurnal penyesuaian, angka tersebut langsung dipindahkan kedalam
kolom neraca saldo sesuai dengan letaknya, debit atau kredit.
b. Perkiaraan yang memiliki angka dalam kolom neraca saldo dan
kolom ayat jurnal penyesuaian yang terletak pada sisi yang sama,
yang ditulis dalam kolom neraca saldo disesuaikan, adalah kedua
jumlah angka tersebut.
c. Perkiraan yang memiliki angka dalam neraca saldo dan ayat jurnal
penyesuaian yang terletak pada sisi yang berbeda, ditulis dalam
kolom neraca saldo disesuaikan dengan selisih kedua angka atau
selisih angka dalam neraca saldo dengan ayat penyesuaian dan letak
penulisannya mengikuti angka yang lebih besar.
4. Memindahkan saldo kolom neraca saldo disesuaikan kedalam kolom rugi
laba dan kolom neraca.
5. Menghitung saldo laba atau rugi pada kolom rugi laba dan neraca dengan
cara membandingkan jumlah sisi debit dengan jumlah sisi kredit.
Dibawah ini adalah contoh Neraca Lajur
k. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporran keuangan yang mencatat unsur-unsur
pendapatan dan beban UKM sampai akhirnya menghasilkan suatu laba atau rugi. (Yang
intinya mencatat seluruh pendapatan/pemasukan dan pengeluaran/beban dalam kurun
waktu tertentu. Berikut ini adalah unsur- unsur dalam laporan laba rugi:
66
1. Judul laporan laba rugi yang terdiri dari nama UKM dan tanggal periode
laporan laba rugi tersebut, yang mana judul harus disertakan dan tidak boleh
tidak disertakan.
2. Penghasilan yang mencakup macam-macam penghasilan usaha dan
penghasilan luar usaha.
3. Total semua penghasilan.
4. Beban yang mencakup macam-macam beban usaha dan diluar usaha
5. Jumlah semua beban.
6. Hasil akhir (laba/rugi) =total semua penghasilan-jumlah semua beban.
7. Bentuk form laporan laba rugi:
67
HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL PRODUK
Harga pokok dapat dirumuskan sebagai biaya yang tidak dapat dihindarkan
terhisap dalam proses produksi yang dapat diperhitungkan sebelumnya dan yang secara
kuantitatif dapat dihitung. Harga pokok adalah biaya yang tidak dapat
dihindarkan/inhaerent/melekat pada produk,dapat diperhitungkan sebelumnya, dan
secara kuantitatif dapat dihitung dengan satuan moneter misanya rupiah. Untuk
menghitung harga pokok hendaknya diketahui dengan baik biaya dan jenis-
jenisnya.Komponen/ elemen harga pokok adalah BIaya Bahan Baku ditambah Biaya
Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Tidak dapat dihindarkan berarti bahwa tanpa
pengeluaran biaya proses produksi tidak dapat berjalan dan tidak akan ada hasil. Bahan
baku dan tenaga kerja langsung termasuk yang tidak dapat dihindarkan di dalam proses
produksi, akan tetapi tidak berarti semua pengeluaran biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja diperhitungkan ke dalam harga pokok.Misalnya seloyang roti memerlukan dua
setengah ons tepung gandum, dua setengah ons tepung gandum adalah biaya yang
inhaerent untuk roti dengan ukuran tertentu. Bila karena satu dan lain hal kemudian
dikeluarkan tiga ons tepung gandum maka yang setengah ons ini tidak inhaerent, oleh
karena itu tidak dapat diperhitungkan ke dalam harga pokok. Tepung gandum yang
setengah ons dianggap pemborosan yang menjadi kerugian perusahaan.
Biaya yang akan diperhitungkan ke dalam harga pokok hendaknya dapat diduga
sebelumnya sebelum proses produksi. Dua setengah ons tepung gandum dalam seloyang
roti dalam contoh di atas hendaknya dapat diduga sebelumnya, atau dapat diketahui
terlerbih dahulu. Demikian pula halnya dengan perhitungan-perhitungan yang lain
hendaknya dapat diduga sebelumnya untuk dapat diperhitungkan dalam harga pokok.
Misanya setiap membuat dua puluh Loyang ada yang rusak satu, Maka satu loyang yang
rusak sudah dapat diramalkan sebelumnya. Dianggap masih dalam kewajaran, Akan
tetapi kalau yang rusak lebih dari satu maka kelebihan itu tidak lagi dianggap sebagai
biaya yang diperhitungkan ke dalam harga pokok. Yang berarti harga pokok dua puluh
loyang roti sama dengan biaya untuk membuat dua puluh satu loyang roti.
Tujuan menghitung harga pokok:
1. Untuk menentukan harga penjualan, harga pokok penjualan tidak dapat
ditentukan sebelum harga pokoknya ditentukan terlebih dahulu.
68
2. Untuk menentukan laba atau rugi perusahaan. Laba dihitung dengan cara
penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Padahal harga pokok
penjualan baru dapat ditentukan setelah harga pokok ditentukan terlebih dahulu.
3. Untuk memberi penilaian didalam laporan keuangan yang berupa neraca. Harta
dalam neraca yang berupa persediaan produk jadi harus dinilai, diberi harga.
Dengan pemberian harga tersebut dapat diketahui kekayaan perusahaan.
Penilaian atau pemberian harga tersebut informasinya dari harga pokok.
4. Untuk menentukan kebijakan perusahaan. Misalnya dalam kasus akan memberi
potongan harga pada saat menjual secara besar-besaran.Dalam pengambilan
kebijakan ini jangan sampai harga yang ditentukan berada di bawah harga pokok.
5. Untuk menentukan efisiensi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan perkiraan penentuan harga pokok sebelum proses produksi
dikaksanakan dengan perhitungan harga pokok setelah proses produksi
dikerjakan.
Tujuan perhitungan harga pokok tersebut di atas tidak dapat terpisah satu dengan yang
lain. Masing-masing tujuan saling terkait.
Komponen harga pokok:
Komponen harga pokok juga sering disebut elemen harga pokok, yang terdiri Biaya
bahan baku , biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Bahan baku adalah bahan yang melekat dan dapat diidentifikasi secara jelas pada
produk jadi.misalnya kain untuk baju , kedelai untuk tempe. Bahan pembantu adalah
bahan yang membatu untuk proses produksi . Tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia,
ini ada yang langsung berhubungan dengan pengerjaan proses produksi ada yang tidak
langsung berhubungan dengan dengan pengerjaan proses produksi.Biaya overhead
pabrik merupakan biaya umum selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Contohnya
biaya penyusutan, biaya-biaya listrik, air, telepon, asuransi, perbaikan mesin,dan masi
banyak contoh yang lain.
Biaya Bahan baku, ada dua hal yang penting yakni penetapan kuantitas yang digunakan
dan penetapan harga bahan ynag digunakan.Penetapan jumlah dapat dilakukan secara
fisik dengan mencatat berapa yang masuk dalam proses produksi dengan
memperhatikan syrarat-syaratnya atau dengan mempergunakan standart.Untuk
produksi potongan dipergunakan dengan mencatat apa yang masuk dalam proses
produksi dengan mengingat criteria harga pokok. Sedang untuk produksi massa
69
memakai cara standart atas dasar pengalaman dengan mengeluarkan yang bersifat
pemborosan dan atas dasar teknis penelitian laboratorium.
Mengenai harga dapat dipergunakan : Harga beli/ harga historis/ harga perolehan, Harga
pengganti yakni harga yang terjadi di pasar pembelian sesudah menjual produk. Harga
rata-rata sedehana, tertimbang ,bergerak. Metode masuk pertama keluar pertam, Metode
masuk terakhir keluar pertama. Hasil dari metode metode tersebut tidak sama dan akan
berpengaruh kepada perhitungan harga pokok. Setiap metode mempunyai kebaikan dan
kelemahan masing-masing.
Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dibayarkan oleh perusahaan kepada tenaga
pekerja. Perhitungan upah dapat dilakukan dengan dua cara : Upah berdasarkan waktu
dan upah berdasarkan unit/ prestasi.Upah berdasarkan waktu dapat ditentukan per jam ,
per hari, per minggu, per bulan.Upah berdasarkan prestasi merupakan upah atas dasar
prestasi kerja karyawan. Makin tinggi prestasinya makin besar upahnya. Masing-masing
cara pengupahan memiliki kelebihan dan kelemahan.
Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Penetapan besarnya biaya dapat dibebankan misalnya 80% dari biaya bahan
baku , atau 50% dari biaya tenaga kerja . Karena banyak cara membebankan biaya
overhead pabrik.
Untuk ilustrasi diberikan contoh sebagai berikut: Untuk Memproduksi 6 uni produk
dibutuhkan 5 kg bahan baku @ Rp 8000,00 , Biaya tenaga kerja 6 Jam kerja @ Rp
5000,00 per jam. Biaya overhead pabrik 50% dari Biaya bahan baku.
Perhitungan:
Biaya Bahan Baku 5 x Rp 8000,00 = Rp 40.000.00
Biaya tenaga Kerja 6 x Rp 5000,00 = Rp30.000.00
Biaya Overhead Pabrik 50% x Rp 40.000 ,00 = Rp 20.000,00
Harga pokok = BBB + BTK + BOP = Rp 40.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 20.000,00
= Rp. 90.000,00
Harga pokok 1 unit produk = Rp 90.000.00 : 6 = Rp 15.000.00
Apabila produk tersebut dijual per unit Rp 20.000.00 maka :
Penjualan = 6x Rp 20.000.00 = Rp 120.000,00
Harga Pokok Penjualan = 6 x Rp 15.000,00 = Rp 90.000,00
Laba = Penjualan - Harga Pokok penjualan = Rp 120.000.00 – Rp 90.000,00= Rp
30.000,00
70
Dari contoh tersebut diatas dapat diketahui bahwa harga pokok dapat digunakan untuk
pedoman menetukan harga jual, dan dapat diketahui besarnya laba yakni :
( Rp 30.000,00 : Rp 120.000,00) x 100% = 25 %
Dengan keuntungan sebesar 25% tersebut maka dapat diketahui tujuan perusahaan
tercapai atau tidak . Juga efisien atau tidak. Bila mengingat besar bunga Bank untuk
waktu sekarang tidak ada 25% maka dapat disebut bahwa efisien juga tercapai.
PENENTUAN HARGA JUAL
Penentuan harga jual produk haruslah dilakukan dengan pertimbangan dan
perhitungan yang cermat, karena sangat mempengaruhi bagaimana pengelolaan
keuangan dan strategi pemasaran perusahaan. Kesalahan dalam menentukan harga jual
dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. Jika harga jual terlalu murah, maka
perusahaan akan mengalami kerugian, sedangkan jika harga jual terlalu mahal, maka
produk tersebut tidak laku di pasaran, sehingga perusahaan rugi.Oleh karena itu, harga
jual harus ditentukan secara tepat, agar menguntungkan perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu:
1. Customers atau pelanggan. Pelanggan dapat mempengaruhi harga berdasarkan
fitur yang terdapat pada produk tersebut serta kualitasnya.
2. Competitors atau pesaing. Perusahaan harus memperhatikan apa yang dilakukan
oleh pesaingnya, termasuk harga jual produk mereka, yang bisa menjadi
substitusi produk tersebut.
3. Costs atau biaya. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin
mahal produk tersebut dijual.
Perhitungan Penentuan Harga Jual Produk
Sebelum kita menentukan harga jualnya, ada baiknya kita terlebih dahulu
menghitung berapa titik impas atau break event point (BEP)nya, yaitu titik di mana kita
tidak untung dan tidak rugi. Dengan demikian, kita tidak akan membuat harga yang
terlalu rendah.Beberapa biaya yang harus diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja,
biaya material/bahan baku, dan biaya lain-lain seperti biaya administrasi, biaya
pemasaran, dan sebagainya. Setelah itu, baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin
kita peroleh, lalu dinaikkan harganya (mark up).
Ilustrasi perhitungan harga jual:
71
Total biaya untuk memproduksi Produk A adalah Rp250.000.-, kemudian ingin
mengambil keuntungan sebesar 20%, maka besar harga jual yang ditetapkan adalah (1 +
20%) x Rp250.000,- = Rp300.000,-.
Dalam penentuan besarnya mark up, kita juga harus memperhatikan kondisi pasar
produk kita, jangan sampai harganya terlalu mahal, sehingga produk tersebut tidak laku
di pasaran. Hal lain yang harus diperhatikan adalah penentuan harga jual pada produk
yang dikerjakan secara proses maupun pesanan. Secara sederhana para pelaku usaha
dapat menerapkan cara-cara tersebut diatas untuk memudahkan menentukan harga pokok
produk dan harga jual produknya.
72
BUKU PROFIL
SONGKET JINENGDALEM
OLEH
TIM PELAKSANA
IbM Songket Jinengdalem
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
73
Ni Ketut Sriponi :
“mudah-mudahan semakin banyak dikenal oleh orang-orang di luar Buleleng”
Ni Ketut Suami :
“mudah-mudahan songket jinengdalem biar bisa maju ”
Songket Bali sebagai produk budaya Bali merefleksikan cara hidup sehari-hari dari
masyarakat Bali. Pandangan hidup masyarakat dapat direpresentasikanmelalui ragam
hias motif pada lembaran-lembaran songket yang mengandungmakna-makna yang
tertanam kuat dalam filsafat Hidu. Selain itu latar belakangsejarah merupakan hal yang
melekat inheren pada nilai estetika songket Bali,dimana di dalamnya ada banyak
peristiwa hidup yang membentuk sejarahkebudayaan Bali.
74
BALI : PULAU KECIL YANG LEBIH DIKENAL DUNIA
Pulau Bali merupakan sebuah pulau kecil yang sangat menawan sehingga banyak
diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bali sangat menonjol dengan objek
wisatanya, baik untuk wisata alam maupun wisata budaya. Bahkan tidak jarang orang
asing lebih tahu Pulau Bali daripada Indonesia atau dapat dikatakan bahwa nama Bali
lebih terkenal dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Bali punya
daya tarik yang sangat kuat di mata internasional. Bahkan dalam buku “Indonesians
Portraits from an Archipelago” yang ditulis oleh Ian Charles Stewart, Bali disebutkan
sebagai “Permata” di ujung timur Pulau Jawa. Sepanjang malam terdengar musik
gamelan dan anak-anak berhias emas menarikan legong. Bali disebutkan sebagai “Green
Island”, di mana lereng bukit yang bertingkat-tingkat memenuhi langit. Di pulau ini
setiap orang adalah seniman.
Penduduk Pulau Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu menjadikannya
sebagai tempat dengan budaya yang sangat unik. Agama merupakan kekuatan yang
mendominasi dan meresap ke dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali. Hampir
semua unsur kebudayaan Bali mengintegrasikan bagian dari nilai-nilai keagamaan.
Misalnya seni tari dan drama Bali, pertunjukannya ditujukan untuk memuja Tuhan
(Dewa). Bali sangat identik dengan keberadaan pura-pura yang terdiri atas pura keluarga
dan klan, pura desa dan kerajaan, gunung dan danau, serta pura hutan dan sumber air,
sehingga dijuluki “Pulau Seribu Pura”. Pura-pura tersebut digunakan untuk upacara-
upacara tertentu dan sebagai tempat di mana manuasia dapat berhubungan dengan
sesama manusia dan dewa-dewanya. Tidak heran apabila pulau ini juga terkenal dengan
sebutan “Pulau Dewata”. Kesemuanya ini menjadikan Bali sebagai sebuah pulau yang
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan pulau-pulau yang lain di Indonesia.
Selain keunikan budayanya, keindahan alam di pulau ini juga sangat eksotik. Pantai-
75
pantai di Pulau Bali (Sanur, Kuta dan Legian) merupakan tempat wisata alam yang
sangat indah.
Adat dan Kebudayaan
Adat dan kebudayaan di Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan
religius masyarakatnya. Adat dan kebudayaan tersebut memiliki akar sejarah yang sangat
panjang sehingga mencerminkan konfigurasi yang ekspresif dengan dominannya nilai
religius dari agama Hindu. Kongifurasi tersebut meliputi agama, pola kehidupan, pola
pemukiman, lembaga kemasyarakatan, dan kesenian pada masyarakat Bali.
76
Pola Kehidupan
Pola kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali sangat terikat pada segi-segi
kehidupannya yaitu diwajibkan melakukan pemujaan atau sembahyang pada pura
tertentu, diwajibkan pada satu tempat tinggal bersama dalam komunitas, dalam
kepemilikan tanah pertanian diwajibkan dalam satu subak tertentu, diwajibkan dalam
status sosial berdasarkan warna, pada ikatan kekerabatan diwajibkan menurut prinsip
patrilineal, diwajibkan menjadi anggota terhadap sekeha tertentu, dan diwajibkan dalam
satu kesatuan administrasi desa dinas tertentu.
Kesenian
Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak
digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga terlihat seolah-olah mendominasi seluruh
kehidupan masyarakat Bali. Atas dasar fungsinya yang demikian maka kesenian
merupakan satu fokus kebudayaan Bali. Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian,
seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang
meliputi seni rupa, seni pertunjukan dan seni suara.
77
Kerajinan
Seni kerajinan berkembang dan dilakukan melalui tradisi sosial suatu masyarakat
yang berfungsi untuk menopang dan mempertahankan kolektivitas sosial. Seni kerajinan
merupakan bagian penting dalam sistem perekonomian masyarakat. Peran tersebut
menjadikan seni kerajinan itu, memiliki posisi yang unik dalam membentuk identitas
masyarakat. Hal ini dapat dilihat melalui sudut pandang perajin yang bersangkutan
sebagai penghasil karya seni tersebut, eksistensi seni kerajinan yang terdiri dari beberapa
unit usaha baik yang bersifat kelompok maupun perseorangan bergerak dalam jenis
usaha yang sama dan jenis produk yang sama pula. Dalam prosesnya dilandasi sifat
gotong-royong, tenggang rasa, solidaritas dan loyalitas dalam menjunjung tinggi
kehidupan berkelompok. Sifat-sifat ini sangat mewarnai iklim kerja para perajin yang
terdiri dari kelompok-kelompok usaha. Suatu karya seni karajinan tidak lepas dari
keterlibatan person, proses dan produk. Sebab itu jika dari proses atau aktivitas perajin
dalam bentuk kolektif, maka aktivitas kesenian ini, berfungsi sebagai pengikat solidaritas
masyarakat.
78
SONGKET : SEMANGAT DENTINGAN TENUN CAG-CAG
Kain Tenun songket Bali bukan hanya buah keterampilan turun-temurun bagi
masyarakat Bali, melainkan juga bentuk identitas kultural dan artefak ritual. Di luar
lingkup tradisi masyarakat daerah tujuan wisata, kain songket Bali pun tidak sebatas
cenderamata atau sekedar oleh-oleh khas Bali semata, tetapi terus berkembang sebagai
komoditas ke dunia fashion yang berbasiskan budaya.
Masyarakat pengrajin kain tenun songket Balitersebar hampir di seluruh pelosok
Pulau Bali dari ujung barat sampai timur dan dari selatan sampai ujung utara pulau
seribu pura ini. Kain tenun songket Bali digunakan untuk beragam upacara penting
dalam siklus kehidupan masyarakat Bali, antara lain upacara potong gigi, perkawinan,
hari raya, kremasi, dan upacara keagamaan serta dalam acara adat.Pada tenun songket
Bali, kain ditenun dengan menyisipkan benang perak, emas, tembaga, atau benang warna
di atas lungsin yang mendasari. Penempatan tambahan benang ini membentuk corak
yang diinginkan dan adakalanya dipadu pula dengan teknik ikat.
Songket dihasilkan dari kelihaian gerakan tangan para perempuan Bali pada
sebuah alat yang disebut “cag-cag” atau alat tenun bukan mesin (atbm). Kebanyakan
para perempuan bali di berbagai belahan desa menggunakan “cag-cag” sebagai penghasil
karya cipta yang dituangkan dari olah rasa, selera, ketelitian dan perpaduan benang-
benang sutra, benang emas atau kolaborasi kedua jenis bahan benang tersebut. Dentingan
suara akibat benturan kayu-kayu cag-cag menjadi penyemangat perempuan pengrajin
songket untuk menghasilkan songket yang indah dan elegan sebagai ciri khas dan citra
fashion Bali.
Cag-cag adalah alat penghasil tenun songket, berupa kumpulan bongkahan kayu
yang disusun sedemikian rupa sehingga fisiknya disesuaikan dengan anatomi tubuh
pengrajin ataupun sesuai kebutuhan produksi agar dapat menghasilkan songket yang
sesuai dengan yang diharapkan sebagai produksi massa atau pesanan. Cag-cag sebagai
alat tenun yang sangat tradisional akan tetapi dapat menghasilkan karya adiluhung.
Menenun cagcag selama ini dianggap sebagai bagian dari kehidupan perempuan
Bali. Jaman dahulu perempuan akan dianggap tidak pantas lahir sebagai perempuan jika
belum bisa menenun. Oleh karena itu, sejak kanak-kanak perempuan di Jembrana diajari
dan dilatih menenun oleh ibunya. Merupakan suatu keharusan bagi setiap gadis di daerah
itu untuk menenun sebelum mereka menemukan jodohnya.
Kegiatan itu, di samping untuk mengisi waktu lowong, juga sekaligus membuat
hasil tenun yang dapat dipergunakan untuk membantu ekonomi keluarga, terutama pada
79
saat musim paceklik. Tradisi itu demikian kuatnya sehingga bertahan dari generasi ke
generasi. Tradisi itu juga mengandung nilai-nilai sosial budaya sehingga menjadikannya
tetap eksis.
Gambar Alat Tenun Cag-Cag Jaman Dahulu
80
Gambar Alat Tenun Cag-Cag Kini
81
MOTIF SONGKET BALI
Selain memiliki keindahan alam dan budayanya yang unik dan menarik hingga
banyak menarik minat kalangan wisatawan asing, Pulau Bali juga memiliki tradisi
memakai kain tenun songket yang sangat kuat. Hal itu terjadi karena budaya memakai
kain tenun songket diantara masyarakat Bali sudah berlangsungsejak lama, yaitu sejak
masih berkuasanya dinastidinasti kerajaan di daerah tersebut. Tradisi dan budaya
memakai kain tenun songket itu kini terus diturunkan dan dilestarikan oleh
kalanganmasyarakat Bali, khususnya oleh kalangan keturunan keluarga kerajaan.
Walaupun pada awalnya kain tenun songket digunakan hanya terbatas di kalangan
anggota keluarga puri (kerajaan), namun kini hamper seluruh lapisan masyarakat Bali
juga menggunakan kain songket, terutama pada saat penyelengaraan upacara-upacara
adat keagamaan. Adanya budaya dan tradisi yang sangat kuat dalam menggunakan kain
tenun songket di kalangan masyarakat Bali inilah yang telah mengakibatkan tradisi dan
budaya pembuatan kain tenun songket di Bali dapat tetap hidup dan bertahan walaupun
teknologi pembuatan kain kini sudah jauh berkembang. Dukungan tradisi dan budaya
untuk menggunakan kain tenun songket inilah yang telah membuat kalangan perajin kain
songket di Bali untuk tetap eksis dan secara turun temurun melestarikan seni kerajinan
pembuatan kain tenun songket Bali kepada generasi berikutnya. Keaslian dan keunikan
motif maupun teknik pembuatannya yang sangat menarik dan indah tidak lekang
dimakan usia maupun jaman. Faktoritulah yang justru membuat kain songket Bali tetap
memiliki ciri khas dan daya tarik yang tidak akan dapat digantikan oleh kain hasil
produksi mesin-mesin modern.
Songket adalah merupakan hasil karya tenun tradisional di mana motif-motifnya
dibuat bervariasi seperti sebuah anyaman sehingga menghasilkan corak dan ciri khas
tersendiri. Di Indonesia pusat kerajinan tenun songket bisa ditemukan diberbagai daerah
seperti Sulawesi, Sumatera, Sumbawa, Lombok, Kalimantan dan tidak terkecuali Bali,
pengrajin songket di Bali bisa ditemukan di Desa Sidemen, Kabupaten Karangasem dan
Gelgel di Kabupaten Klungkung, mereka juga menghasilkan kain tenun endek. Bali yang
memiliki seni budaya tradisional sangat mempengaruhi hasil tenun songket ini, hasil
kerajinan terus berkembang dari jaman ke jaman.
Kebutuhan kain tenun tradisional ini sangat tinggi di dalam negeri, apalagi Bali
identik dengan berbagai kegiatan upacara agama yang menggunakan pakaian tradisional,
memakai kain songket adalah kelebihan, kemewahan dan gengsi tersendiri yang lebih
82
dominan dipakai oleh kaum wanita, karena harga daripada kain songket ini melebihi nilai
rata-rata kain yang lainnya. Pada jaman kerajaan kerajaan kain songket hanya digunakan
oleh kalangan raja, namun semenjak tahun 1990-an permintaan kain ini mulai tinggi.
Hasil karya ini merupakan kekayaan intelektual Bali, yang masih dilestarikan sampai
sekarang dan menjadi salah satu komoditi eksport. Sehingga membuat pengrajin songket
di Bali terus bertambah.
Kain songket menggunakan bahan dasar benang sutera, dipadu dengan benang
berwarna emas ataupun perak, kemudian diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan
corak yang bervariasi dan sesuai yang kita inginkan. Kain songket yang dulunya
diperuntukkan untuk kamben/ sarung dan juga udeng, sekarang dalam perkembangannya
kain songket dengan motif endek digunakan untuk seragam, tas, dompet dan souvenier
lainnya.Pembuatan kain ini membutuhkan kesabaran, untuk menghasilkan karya yang
maksimal dan sempurna bisa menghabiskan waktu selama satu bulan, jadi tidak mustahil
harga songket menjadi tinggi dan cenderung mahal.
Berbagai jenis dan motif songket Bali secara umum yang telah dihasilkan dan
dikenal oleh pengrajin dan masyarakat luas seperti berikut ini:
1. Songket Bali Benang Emas
83
Sesuai dengan namanya, Songket Bali benang emas hanya menggunakan benang
emas dalam designnya. Karena harga benangnya yang mahal, harga Songket Bali
benang emas biasanya sangat mahal. Terutama bila songket ini didesign dengan motif
yang sangat rapat dan padat. Semakin rapat tingkat kepadatan motifnya, tentu semakin
banyak benang emas yang dibutuhkan dan semakin rumit cara pembuatannya yang
mengakibatkan harga jenis songket Bali ini menjadi sangat tinggi.
2. Songket Bali Benang Perak
Songket Bali benang perak memiliki bahan baku benang perak. Walaupun
keberadaannya sudah diakui sejak dulu kala, saat ini songket Bali benang perak memiliki
tingkat popularitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan songket Bali benang emas. Ini
terlihat dari lebih banyaknya jenis songket Bali ini yang beredar di pasaranmenggunakan
benang perak.
84
3. Songket Bali Benang Katun
Songket Bali benang katu memiliki warna warni yang sangat indah yang tidak
dimiliki oleh jenis songket Bali benang emas maupun perak. Designnya pun kelihatan
jauh lebih menawan dan lebih kreatif. Selain itu, jika digunakan juga tidak seberat dan
sekaku kain songket yang menggunakan benang emas atau perak, sehingga lebih disukai
untuk acara yang lebih santai tidak terlalu formil.
4. Songket Bali Campuran
Songket Bali jenis ini yang sedang diminati dan disukai. Songket Bali benang
campuran menggunakan kombinasi jenis benang. Benang Katun – Emas, atau benang
Katun- Perak, atau benang Emas- Perak. Kombinasi ini tentu memberikan alternative dan
dukungan bagi pengembangan motif-motif dan design baru yang dikeluarkan oleh para
designer kain songket traditional. Kombinasi tidak saja menghasilkan songket Bali
85
berkualitas baik dalam harga yang lebih terjangkau, namun sekaligus juga memberikan
inovasi dan trend yang lebih disukai oleh generasi yang lebih muda.
Budaya Indonesia memang sangat luar biasa, termasuk tenun songket Bali.
Sebuah Songket Bali yang dihargai jutaan merupakan bukti bahwa budaya dan tradisi
merupakan sesuatu yang tidak murah harganya, bahkan sangat berharga. Dengan kerja
keraspara pengrajin songket Bali, sangat masuk akal jika sebenarnya banyak peminat
songket dari belahan dunia ini baik sebagai pengagum karya cipta adiluhung ini sampai
dengan inovasi dan terobosan pemakaian songket sebagai bahan fashion dengan segala
diversifikasi produk yang menyertainya.
86
SONGKET JINENGDALEM : SEMANGAT NYARINGNYA BELIDE
Berita Bali Post tentang Songket Jinengdalem beberapa waktu menyebutkan:
”Kerajinan tenun songket yang cukup terkenal di Desa Jinangdalem Kecamatan
Buleleng, terancam punah. Hal ini dipicu harga bahan yang terus naik, sementara harga
songket menurun sehingga minat penenun di desa ini untuk menggeluti usaha tersebut
juga ikut turun.
Sekretaris Desa (Sekdes) Jinangdalem Kecamatan Buleleng, Ketut Sumerta, yang
ditemui di kantornya Jumat (14/12) kemarin, menuturkan, dari hasil penelusurannya di
lapangan menurunnya minat penenun berproduksi dipicu karena harga tenun songket di
pasaran memang terus menurun. Sementara harga benang untuk bahan baku semakin
melambung. Kondisi ini memaksa penenun yang modalnya pas-pasan harus berpikir dua
kali untuk meneruskan produksinya”.(balipost.co.id tanggal 15 Desember 2012)
“Keberadaan usaha tenun endek dan songket di Buleleng belakangan ini makin
mengkhawatirkan. Perajin yang sebelumnya mampu berproduksi, kini usaha tradisional
tersebut banyak yang gulung tikar karena berbagai persoalan. Atas kondisi ini, usaha
pertenunan di Buleleng kini terancam punah. Mencegah usaha tenun ini lenyap ditelan
modernisasi, Pemkab Buleleng mulai serius membangkitkan kembali usaha pertenunan
di Bali Utara. Selain menyerap produksinya, perajin kini diajarkan dalam teknik
pewarnaan, sehingga kain tenun endek dan songket yang dihasilkan kualitasnya
meningkat dan bisa bersaing dengan kain tenun endek dari daerah lain di
Bali.Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, Minggu (13/7), usaha tenun endek di
Buleleng menyebar di beberapa lokasi seperti di Desa Tejakula (Kecamatan Tejakula),
Desa Sinabun (Kecamatan Sawan), Desa Jinang Dalem (Kecamatan Buleleng), dan Desa
Kalianget (Kecamatan Seririt). Dari beberapa desa yang sebelumnya dikenal sebagai
sentra usaha kain tenun endek maupun kain tenun songket, hingga kini yang tetap
bertahan eksis dan pengelolaanya cukup baik adalah tenun di Desa Sinabun. Sementara
desa lain, situasinya mulai terancam punah dan walaupun ada, perajinnya berproduksi
ketika menerima order” (balipost.com tanggal 13 Juli 2014)
Desa Jinengdalem merupakan wilayah desa yang berjarak 10 kilometer dari
Ibukota Kabupaten Buleleng, Singaraja. Di desa ini sebetulnya merupakan sejarah
lahirnya songket khas Bali Utara sebelum. Para pengrajin perempuan songket yang
mahir lahir dari desa ini sebelum akhirnya beberapa diantara mereka akhirnya hijrah ke
desa lain untuk kemudian mengembangkan songket di tempat yang baru.
87
Singaraja Jinengdalem
Selama ini songket Bali yang lebih dikenal masyarakat Bali khususnya dan
Indonesia umumnya adalah yang dihasilkan pengrajin dari Klungkung dan Karangasem.
Kerajinan songket dari 2 (dua) kabupaten tersebut memang lebih mendominasi
pemasaran songket dan memang lebih diminati masyarakat. Sebagian besar masyarakat
Buleleng pun ironisnya juga belum mengetahui bahwa di Jinengdalem merupakan desa
penghasil songket sejak dulu. Karena kemudian produktivitas pengrajin di Desa
Jinengdalem menurun dan “mati suri”, maka nama songket Jinengdalem pun bak hilang
ditelan bumi.
Hingga sampai pada tahun 2010, beberapa pengrajin songket Desa Jinegdalem
akhirnya bangkit dan mulai mulai meneruskan tradisi menenun meskipun hanya sebatas
melakukannya karena mendapat pesanan dari konsumen. Hal itupun karena kegigihan
seorang pengrajin bernama Ni Ketut Sriponi yang menjadi motor penggerak bangkitnya
Songket Jinengdalem dibantu pengrajin Ni Ketut Suami sebagai ahli motif sehingga
mulai merintis melakukan aktivitas produksi songket sampai sekarang ini. Mereka
membangkitkan semangat ibu-ibu pengrajin songket lainnya yang kesehariannya juga
sebagai ibu rumah tangga. Mereka berjuang kembali untuk mengangkat nama Songket
Jinengdalem agar kembali dan mulai dikenal masyarakat agar menjadi alternative pilihan
88
pemakaian bahan baku songket untuk keperluan upacara keagamaan maupun
fashion/mode pakaian.
Ni Ketut Sriponi Ni Ketut Suami
Berkembangnya seni tenun songket di Desa Jinengdalem sangat besar
peranannya terhadap keberadaan kain tenun songket yang ada di Kabupaten Buleleng,
dan bahkan satu-satunya yang masih berkembang dengan baik sebagai seni kerajinan
tenun songket yang memiliki ciri khas sebagai karya kain tenun songket Buleleng. Tentu
saja hal ini yang menjadi perbedaan dengan hasil tenun songket yang ada di daerah lain
di Bali.
Meskipun pengrajin tenun songket mengalami pasang surut dalam memproduksi
karyanya, namun sebagai seni kerajinan yang menjadi warisan tradisi secara turun-
temurun masih tetap berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui jenis-jenis
kain tenun songket dan penerapan motif hiasnya yang dihasilkan oleh pengrajin
Jinengdalem sampai saat ini sangat beragam.
Keragaman hasil tenun songket yang dihasilkan oleh perajin tidak hanya beragam
pada jenis ragam hiasnya, akan tetapi juga kain tenun songket yang dihasilkan, termasuk
juga keanekaragaman warna yang ditampilkan dari tenunan benang emas, benang perak,
dan jenis benang berwarna lainnya yang memberikan estetika tersendiri hasil tenun
songket Jinengdalem. Tidak dapat dipungkiri pada zaman sekarang ini, bahwa perajin
selalu setia memroduksi barang kerajinan karena hanya mengisi waktu luang, akan tetapi
semangat kerja selalu tumbuh berkat pesanan dari para konsumen.
Proses penenunan songket Jinegdalem dengan berbagai hasil produk utama yaitu
kamben dan saput merupakan sebuah olah pikir, rasa dan fisik para pengrajin. Akan
tetapi banyak yang tidak tahu bahwa semangat menenun dengan cag-cag adalah bukan
karena selalu dilihat dari hasil akhir dari perpaduan benang-benang yang membentuk
89
songket, melainkan lengkingan suara “belide” yang akan membuat para pengrajin akan
lebih bersemangat dalam memenuhi panggilan jiwa sebagai seorang pengrajin songket.
Cag-cag yang merupakan kumpulan bongkahan kayu jati, nangka, piling atau kayu besi.
Bahan cag-cag dari jenis kayu tersebut akan membentuk satu kesatuan berfungsinya cag-
cag dalam menghasilkan songket, sehingga pengrajin merasa nyaman selama proses
penenunan berlangsung. Siapa sangka bahwa usia alat tenun cag-cag dapat melebihi usia
sang pengrajin yaitu antara 30-50 tahun, tetap dapat menghasilkan hasil karya kerajinan
songket yang luar biasa indah dan menawan. Oleh karena itu cag-cag yang masih
digunakan oleh pengrajin songket Desa Jinengdalem sebagaian besar adalah cag-cag
warisan orang tua. Alasan pengrajin mengapa tidak mau membuat alat tenun cag-cag
baru, hal itu disebabkan lengkingan kayu yang disebut “belide” yang kurang sehingga
membuat pengrajin tidak bersemangat dan akibatnya secara fisik akan cepat merasa lelah
dalam proses penenunan berlangsung.
PROSES TENUN SONGKET DAN ALAT TENUN CAG-CAG
Berbagai jenis songket khas Jinengdalem telah dihasilkan melalui proses
penenunan yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Benang sebagai bahan dasar songket dicuci dengan air kanji kemudian
dijemur sampai kering
2. Setelah kering lalu digulung dengan menggunakan “degkrek” dan “undar”
3. Kemudian dilanjutkan dengan proses “anyinin” dengan alat “panyinan”
90
4. Selanjutnya proses suntik untuk dimasukkan ke sisir/serat
5. Setelah itu proses disasah/dipanjangkan yang kemudian digulung dengan
menggunakan pandalan.
91
6. Tahap berikutnya adalah membuat motif dengan “guwon”
7. Usai motif dibuat maka diteruskan dengan proses penenunan melalui ruas-
ruas bamboo di sepanjang bahan dasar benang
Ketahanan pengrajin selama proses penenunan songket didukung oleh beberapa
alat yang mendukung alat tenun cag-cag sekaligus sebagai semangat bagi para pengrajin
untuk menghasilkan songket yang indah dan berkualitas baik.
1. Prorogan dari bambu berfungsi untuk tempat meletakkan belide dan
pebungbungan selama proses penenunan berlangsung.
92
2. Belide (sebelah kiri) yang mengeluarkan lengkingan yang keras dan
pebungbungan
Jenis-jenis kerajinan tenun songket yang dihasilkan oleh perajin Desa
Jinengdalem adalah: kain/kemben, saput/kampuh, ada juga beberapa jenis yang lainnya
seperti selendang, dan taplak meja. Semua jenis produk ini sebagai ciri produksi perajin
Jinengdalem. Sebagai karya seni kerajinan yang tradisional alat-alat yang digunakan
untuk memroduksi masih bersifat tradisional, atau disebut juga alat tenun cagcag.
Ketekunan dan keuletan para perajin wanita dalam berkarya/menenun menjadi modal
dasar sehingga kualitas barang yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Motif Bade
Bade atau juga disebut wadah adalah sarana religius dalam upacara ngaben yang
digunakan untuk membawa sawa atau jenasah ke setra.Bentuk bangunan wadah/bade ini
93
di hiasi oleh beragam ornamen Bali yang dalam dominasi ornamen patra punggel pada
bangunan wadah/bade disebutkan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :Bagian
kepala, Bagian badan, dan Bagian kaki. Hiasan patra punggel pada bangunan bade yang
dapat memberikan nilai artistik dari segi reringgitan dan kerumitan serta kesan yang
angker dan magis dalam prosesi kematian sebagai jalan yang tidak bisa kita
hindari. Secara keseluruhan disebutkan pula bahwa bangunan wadah/bade yang dihiasi
patra - patra punggel akan memberikan kesan keagungan.
Motif Patra Punggel Motif Patra Sari
Motif flora atau patra adalah motif yang paling banyak digunakan dalam kain songket
termasuk songket Bali. Motif flora mencakup motif pohon, sulur- suluran, daun, bunga,
biji-bijian dan tunas tumbuhan. Bunga secara umum bagi umat Hindu menggambarkan
kesucian hati karena itu dipakai untuk memuja Sang Hyang Widhi dan para leluhur.
Patra adalah tumbuhan yang merambat dan menjalar sebagai bagian jejepan dari rumus
perhitungan wariga dan dewasa ayu dalam kalender bali yang digunakan untuk
menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu. Patra yang digunakan dalam
motif hias ukir - ukiran sebagaimana disebutkan dalam keketusan dan kekarangan, yang
berbeda halnya dengan ukiran kekarangan, pepatran ini merupakan jenis ragam hias yang
berwujud gubahan - gubahan keindahan hiasan dalam patern - patern yang juga disebut
patra. Ide dasar pepatran sebagaimana ditambahkan, banyak motif patra yang diambil
dari bentuk - bentuk keindahan flora yang diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun,
bunga, putik dan ranting dibuat berulang - ulang. Patra Punggel yang ide dasarnya
diambil dari potongan tumbuh - tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang
masih muda.
94
Motif Wayang
Motif wayang adalah motif yang menggunakan gambar-gambar manusia. Tokoh-tokoh
yang digambarkan dalam motif songket Bali ini adalah karakter yang berasal dari epos
Mahabarata dan Ramayana. Motif motif seperti cili, wayangdan topeng merupakan
simbol penghormatan kepada roh leluhur
Motir Sekar Gejora
Motif ini merupakan bagian dari motif patra. Bunga secara umum bagiumat Hindu
menggambarkan kesucian hati karena itu dipakai untuk memuja SangHyang Widhi dan
para leluhur.
Motif Pinggiran Merak
Songket bermotif fauna atau karang menampilkan gambar-gambar berbagi jenis hewan.
Hewan-hewan ini melambangkan sifat-sifat sakral dari dewa-dewa dalam agama Hindu
atau juga merupakan sahabat atau tunggangan para dewa. Simbol-simbol hewan yang
dianggap sakral antara lain: singa, naga, sapi, angsa, buruk merak, manuk dewata, kupu-
kupu dan sebagainya.Motif burung merak juga disakralkankarena merak adalah
kendaraan dewa Kumara atau Subramanyam.
95
Motif Semanggi Gunung
Merupakan bagian dari motif tumbuh-tumbuhan (flora) yang diilhami dari adanya
tumbuhan semanggi yang diberi modifikasi dengan dibuatnya kotak-kotak membentuk
gunung di sekelilingnya diberi hiasan tumbuhan semanggi
Motif Ancak Bingin
Merupakan perpaduan motif tumbuhan dan binatang (flora dan fauna) yaitu tumbuhan
beringin (daun beringin) dan pohonnya (ancak) ditambahkan motif burung dalam
songket.
Motif Cakra Kurung
Motif cakra kurung pada dasarnya berfokus pada cakra sebagai delapan arah mata angin.
Selain itu, secara kasat mata terdapat empat garis panjang dan empat garis pendek yang
sama ukurannya. Hal ini menunjukkan adanya makna keseimbangan yang tersirat di
balik simbol tersebut. Untuk itu, motif cakra dimaknai sebagai simbol keseimbangan
antara raga dan jiwa manusia.
96
Dan motif-motif lain yang merupakan penuangan ide pengrajin dengan didasari pada
motif tumbuhan dan binatang atau alam, seperti berikut ini:
Motif Tambalan
Motif Bulan
Motif Tirta Nadi
Motif Cakar Ayam