per tenunan
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PERSIAPAN PERTENUNAN, ALAT TENUN MESIN
DAN ALAT TENUN BUKAN MESIN
A. PERSIAPAN PERTENUNAN
I. Maksud dan Tujuan
Maksud
Mempelajari bagaimana proses persiapan pertenunan dilakukan agar diperoleh
mutu benang yang sebaik-baiknya dan efisiensi produksi yang setinggi-tingginya.
Tujuan
Memperbaiki sejauh mungkin kualitas benang, sehingga dalam proses
selanjutnya tidak banyak mengalami kesukaran, kemacetan atau banyak
menimbulkan noda-noda karena rusak.
Membuat gulungan benang yang sesuai dengan persyaratan proses
selanjutnya, baik dalam bentuk maupun volumenya.
II. Ringkasan Proses Persiapan Pertenunan
Benang-benang yang dihasilkan oleh pabrik pemintalan adalah benang-
benang grey yang masih kurang sempurna karena adanya kotoran, neps, simpul
sambungan-sambungan yang tidak rata, kerataan benang, dan lain-lain.
Keadaan ini dapat mempengaruhi atau menurunkan mutu benang-benang
tersebut. Dari hal diatas diketahui bahwa proses persiapan pertenunan sangat
penting dalam suatu perusahaan tekstil.
Proses pertenunan yang umumnya dilakukan di perusahaan tekstil
adalah : 1. Proses Pengelosan
2. Proses Penyetrengan
3. Proses Perangkapan
4. Proses Penggintiran
5. Proses Penghanian
6. Proses Penganjian
7. Proses Pencucukan
8. Proses Pemaletan
2
Alur proses persiapan pertenunan pada benang lusi dan benang pakan :
Proses Persiapan Pertenunan Benang Lusi
Penyetrengan
Pengelosan
Penggintiran
Penganjian
Penghanian
Pencucukan
Penyambungan
Benang Pakan
Penyetrengan
Pengelosan
Penggintiran
Pemaletan
Salah satu contoh alur proses pertenunan :
Dalam proses persiapan pertenunan juga perlu diketahui tentang bentuk-
bentuk bobin agar dapat diketahui bentuk gulungan yang akan disesuaikan
dengan proses selanjutnya. Macam-macam bobin antara lain :
a. Bobin Silinder
b. Bobin Cakra
Benang Lusi Benang Pakan
Twisting
Winding
Vacuum Heat Setting
Warping
Pemaletan
Drawing-in
Winding
Weaving
3
c. Bobin Kerucut
d. Bobin Botol
e. Bobin Pakan
B. TEKNOLOGI PENGELOSAN (WINDING)
I. Tujuan
Memperbaiki mutu benang meliputi kekuatan, kerataan, kebersihan, dan
sambungan-sambungan yang kurang baik.
Menyesuaikan bentuk gulungan benang sesuai dengan proses selanjutnya.
II. Ringkasan Proses Pengelosan
Macam mesin kelos dapat dibagi menjadi :
Mesin kelos yang penggulungan benangnya pada bobin dengan
menggunakan poros friksi (pengulungan pasif). Macam-macamnya yaitu :
Mesin kelos eksentrik
Mesin kelos bersayap
Mesin kelos silinder beralur eksentrik
Mesin kelos silinder beralur spiral
Mesin kelos khusus untuk bobin cakra
Mesin kelos yang penggulungan benangnya pada bobin langsung
diatas spindel bobin (penggulungan aktif). Keuntungan mesin ini yaitu
spindel bergerak dengan kecepatan pengantar benang yang diatur
sedemikian rupa sehingga jumlah spiral gulungan benang yang diperoleh
diatas bobin per satuan waktu selalu konstan walau terjadi pada diameter
bobin yang berbeda.
4
Gambar Mesin Winding
III. Alat & Bahan
Alat & bahan yang diperlukan : 1. Mesin Winding drum beralur
2. Neraca analitik
3. Jangka sorong
4. Roll meter
5. Paper cone
6. Benang Ne1 30/2 (untuk streng to cone)
7. Benang Ne1 30s (untuk cone to cone)
8. Stopwatch
IV. Langkah Kerja
a. Menimbang cone kosong
b. Memasang cone pada cradle
c. Menjalankan mesin
d. Menyinggungkan cone pada poros friksi
e. Mencatat waktu proses
f. Menimbang cone isi benang
g. Menghitung produksi netto
h. Menghitung produksi teoritis
i. Menghitung efisiensi mesin (η)
5
V. Data Percobaan
Cone to Cone Streng to Cone
Benang Ne1 30s Ne1 30/2
Cone kosong 33 gram 26,12 gram
Cone isi 78,14 gram 74,46 gram
Waktu 16,18 menit 14,41 menit
VI. Perhitungan
Dalam percobaan diketahui :
RPM Silinder (N) = 140 RPM
Pulley 1 (P1) = 4,605 cm
Pulley 2 (P2) = 33 / 3,14 = 10,51 cm
Pulley 3 (P3) = 57 / 3,14 = 18,15 cm
Jarak alur 1 (s1) = 8,36 cm
Jarak alur 2 (S2) = 5,37 cm
Jarak alur 3 (S3) = 3,37 cm
Diameter drum (d) = 8,2 cm
Satu putaran dipengaruhi oleh 2,5 alur benang, maka rumus
Produksi Teoritis = N (πD)2 + Sn2
2,5
Produksi Nyata = Berat cone isi – berat cone kosong
Perhitungan untuk Streng to Cone
N drum beralur = N x φ P1 / φ P3
= 1400 x 4,605/18,15
= 1400 x 0,25
= 350
Prod.teoritis 1 = N/2,5 x √ (πD)2 + S12
= 350/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 8,362
= 140 x √ 663 + 69,9
= 140 x √ 732,9
= 140 x 27,1
= 3794
Prod.teoritis 2 = N/2,5 x √ (πD)2 + S22
= 350/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 5,372
6
= 140 x √ 663 + 28,8
= 140 x √ 691,8
= 140 x 26,3
= 3682
Prod.teoritis 3 = N/2,5 x √ (πD)2 + S32
= 350/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 3,372
= 140 x √ 663 + 11,35
= 140 x √ 674,35
= 140 x 25,9
= 3626
Prod.toeritis rata-rata = (3794 + 3682 + 3626)/3
= 11102/3
= 3700,67
Prod.nyata = 74,46 – 26,12
= 48,34
Efisiensi mesin (η) = (prod.nyata / prod.teoritis) x 100%
= (48,34 / 3700,67) x 100%
= 0,013 x 100%
= 1,3 %
Perhitungan untuk Cone to Cone
N drum beralur = N x φ P1 / φ P2
= 1400 x 4,605/10,51
= 1400 x 0,44
= 616
Prod.teoritis 1 = N/2,5 x √ (πD)2 + S12
= 616/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 8,362
= 246,4 x √ 663 + 69,9
= 246,4 x √ 732,9
= 246,4 x 27,1
= 6677,44
Prod.teoritis 2 = N/2,5 x √ (πD)2 + S22
= 616/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 5,372
= 246,4 x √ 663 + 28,8
= 246,4 x √ 691,8
7
= 246,4 x 26,3
= 6480,32
Prod.teoritis 3 = N/2,5 x √ (πD)2 + S32
= 616/2,5 x √ (3,14 x 8,2)2 + 3,372
= 246,4 x √ 663 + 11,35
= 246,4 x √ 674,35
= 246,4 x 25,9
= 6381,76
Prod.toeritis rata-rata = (6677,44 + 6480,32 + 6381,76)/3
= 19539,52/3
= 6513,17
Prod.nyata = 78,14 – 33
= 45,14
Efisiensi mesin (η) = (prod.nyata / prod.teoritis) x 100%
= (45,14 / 6513,17) x 100%
= 0,0069 x 100%
= 0,69 %
VII. Diskusi & Kesimpulan
Diskusi
Terdapat beberapa hal yang menghambat proses produksi oleh karena
itu perlu diperhatikan :
1. Memasang benang pada kincir jangan sampai ada yang keluar .
2. Pemasangan kincir pada dudukannya harus tepat.
3. Jangan sampai benang ada yang tidak melewati bagian dari mesin kelos .
4. Perhatikan pemasangan beban harus disesuaikan dengan kekuatan
benangnya .
5. Pemasangan paper cone harus rata.
6. Menggerakan handle ke posisi jalan hati-hati dan pelan-pelan.
7. Selama proses berlangsung, harus terus diawasi.
Kesimpulan
1. Efesiensi mesin rendah , hal ini disebabkan karena sering terjadi putus
benang akibat dari banyaknya sambungan pada benang yang diolah dan
diameter benang yang tidak rata .
8
2. Waktu untuk menyambung benang terlalu lama yang mengakibatkan
waktu produksi terhambat.
3. Karena pada setiap tahapan proses pada pertenunan membutuhkan
gulungan benang tertentu maka bentuk gulungan benang harus
disesuaikan dengan kebutuhan pada proses selanjutnya
4. Proses pengelosan dapat memperbaiki mutu benang dan memperlancar
proses selanjutnya sehingga dapat menurunkan biaya produksi.
C. TEKNOLOGI PENGGINTIRAN (TWISTING)
I. Tujuan
Tujuan dari proses penggintiran benang adalah untuk menambah kekuatan
benang agar benang tidak mudah putus saat dilakukan proses selanjutnya.
II. Ringkasan Proses Penggintiran
Proses penggintiran benang adalah proses merangkap beberapa helai
benang yang kemudian sekaligus diberi puntiran/antihan (twist) dengan jumlah
tertentu untuk setiap panjang tertentu. Hasil dari proses penggintiran disebut
benang gintir (plied yarn). Ada dua cara sistem penggintiran yaitu :
Penggintiran Langsung
Beberapa helai benang single ditarik bersama-sama melalui rol pengantar, ke
delivery roll, kemudian digintir dan digulung pada bobin spindel dari mesin
gintir.
Keuntungan : prosesnya pendek, tidak memerlukanmesin perangkap.
Kekurangan : tiap helai benang sukar dikontrol keadaan maupun
tegangannya, sehingga sering diperoleh hasil penggintiran
yang kurang rata.
Penggintiran Tidak Langsung
Beberapa benang single dirangkap terlebih dahulu pada mesin rangkap,
kemudian ditarik bersama-sama dan digintir serta diberi antihan.
Keuntungan :
o Tegangan tiap-tiap helai benang terkontrol.
o Tiap-tiap bobin telah berisi benang rangkap, sehingga pada waktu
diproses/ditarik pada mesin gintir kemungkinan putusnya kecil.
o Kemungkinan akan terjadinya salah gintir kecil.
9
o Efisiensi produksi dapat ditingkatkan, begitu pula dengan mutu benang
gintir yang dihasilkan.
Berdasarkan jalannya benang, mesin gintir digolongkan atas :
1. Penggintiran Turun (Down Twister)
Pada system ini, jalannya benang yang dikerjakan dari rak kelosan sampai
digulung pada bobin dari ataske bawah (down process). Skema penggintiran
turun sebagai berikut :
2. Penggintiran Naik (Uptwister)
Pada mesin gintir dengan sistem uptwister jalannya benag dari bawah
keatas. Keuntungan dari mesi uptwister adalah bahwa benang yang digulung
pada bobin (penyuap) harus sudah dirangkap, karena setiap spindle khusus
melayani satu bobin penggulung. Skema mesinnya sebagai berikut :
10
Rumus dan perhitungan yang diperlukan pada proses penggintiran :
Twist Per Inchi Benang (TPI)
TPI = N spindle / n. π.D deliveri roll
N = Putaran per menit (RPM)
n. π.D = Keliling permukaan deliveri roll
Produksi
Produksi = N spindle / TPI
Efisiensi
Efisiensi = (Produksi nyata / Produksi perhitungan) x 100%
Macam-macam arah antihan / arah putaran :
1. Arah S (searah jarum jam)
2. Arah Z (berlawana jarum jam)
D. TEKNOLOGI PENGHANIAN (WARPING)
I. Tujuan
Menggulung benang kedalam boom lusi/tenun, yaitu boomyang akan dipasang
pada mesin tenun dengan bentuk gulungan sejajar.
11
II. Ringkasan Proses Penghanian
Pada proses penghanian, benang yang akan digulung dapat berasal dari
bobin kerucut, bobin cakra atau bobin silinder yang ditempatkan pada creel. Cara
penghanian digolongkan sebagai berikut :
Penghanian langsung dari bobin yang ditempatkan di creel tanpa melalui
larutan kanji.
Penghanian sementara, menghani langsung dari bobbin yang ditempaykan
pada creel ke warp beam atau boom hani kemudian dari beberapa boom
hani digulung kembali ke boom tenun melalui larutan kanji.
Penghanian sementara, menghani langsung dari bobin-bobin yang
ditempatkan di creel ke boomhani setelah melewati larutan kanji,kemudian
dari beberapa boomhani (warp beam) dilakukan penggulungan ke boom
tenun.
Pada proses penghanian dilakukan proses penggulungan benang
dengan : panjang tertentu, lebar tertentu, jumlah lusi tertentu dan tegangan lusi
yang sama. Dimana semua hal tersebut disesuaikan dengan raport hanian atau
harus sesuai dengan persyaratan kain yang akan ditenun.
Proses penghanian berdasarkan pembagian caranya :
Sectional Warping
Menghani dengan cara ini merupakan proses menghani dengan tetal yang
sesungguhnya. Proses penghaniannya dilakukan dengan menggulung
benang-benang lusi pada beam dan dibagi dalam beberapa seksi dalam
bentuk band-band (tapes) di drum / tambur, dimana pada proses ini terdapat
sisirhani yang akan menentukan tetal lusi.. Band-band benang lusi tersebut
digulung berjajaran satu dengan lainnya sehingga selebar boom tenun.
Banyaknya benag lusi yang digulung dalam seluruh band tersebut sama
dengan jumlah benang lusi yang diperlukan. Kebaikan mesin hani
sectional antara lain :
a. Jumlah lusi yang dihani dapat tepat sebanyak yang diperlukan.
b. Lebar lusi dapat tepat selebar yang dikehendaki.
c. Urutan warna dari benag-benang lusi sesuai dengan bentuk corak.
d. Dapat melayani penghanian untuk pembuatan kain yang bercorak
dengan panjang yang terbatas.
e. Silangan benang dapat diletakkan dengan baik.
12
Kekurangan mesin hani sectional antara lain :
a. Panjang dan tegangan benag-benang pada boom tenun kadang-kadang
tidak sama.
b. Kurang tepat digunakan untuk masa produksi.
a. Mesin hani
b. Mesin penggulung
Gambar Skema Penghanian Seksional :
Direct Warping
Proses penghaniannya benang ditarik dari bobbin yang ditempatkan di creel,
kemudian benang digulungpada boom hani. Menghani denga cara ini
merupakan menghani dengan lebar kain yang sesungguhnya. Pada direct
warping terdapat sisr expansi yang akan menentukan lebar penhanian pada
beam hani.
III. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan dalam praktikum :
13
E. TEKNOLOGI PENCUCUKAN (DRAWING-IN / REACHING)
I. Tujuan
Merencanakan anyaman kain yang kan dibuat agar diperoleh kualitas kain yang
tetap baik.
II. Ringkasan Proses Pencucukan
Sebelum lusi pada boom dapat ditenun, diperlukan proses pencucukan.
Proses mencucuk dipengaruhi oleh anyaman kain yang akn dibuat, alat
pembentuk mulut lusi pada mesin tenun dan macam mesin tenun yang akan
digunakan. Proses-proses yang termasuk dalamproses mencucuk adalah :
1. Memasukkan benang lusi pada dropper.
2. Memasukkan benang lusi pada gun-gun.
3. Memasukkan benang lusi pada sisir tenun.
Ketiga proses tersebut biasanya dilakukan bersama-sama dalam satu
proses. Skema pencucukan sebagai berikut :
14
A. Mencucuk (Drawing-in)
Berdasarkan cara mencucuk, proses mencucuk dapat dilakukan dengan :
i. Mencucuk dengan tangan
Mencucuk cara ini merupakan cara terbaik untuk mempertahankan
kualitas kain yang akan dihasilkan. Benang-benang lusi dari boom tenun
diletakkan pada frame dan alat mencucuk dimana telah digantungkan
pula dropper dan harnas yang berisikan gun. Pencucukan pada sisir
dilakukan sesudah proses mencucuk pada dropper dan gun selesai.
Rencana Tenun
ii. Mencucuk dengan mesin
Mencucuk dengan cara ini hanya dilakukan untuk mengurangi tenaga
operator saja.
B. Proses menyambung benang
Dalam persiapan pertenunan juga perlu diketahui tentang sistem-sistem
penyambungan benang yaitu :
Syarat sambungan yang baik :
: Harus kuat, kekuatannya harus sama kuatnya seperti benang yang
15
sebelum putus.
: Tidak terlihat bekas / simpul sambungannya.
: Ekor sambungannya tidak terlalu panjang, sependek mungkin antara
2-3 mm.
: Simpul sambungannya sekecil mungkin.
Macam-macam sistem penyambungan benang :
a. Sambungan dengan tangan
Sambungan berbutir
Benang disejajarkan → disimpul → ditarik
Sambungan pilihan
Dilakukan pada proses drawing-in (sifatnya sementara) untuk
melewatkan lusi dari beam ke sisisr tenun / Reed
Sambungan mati
Sambungan Tenun Benang stapel
Benang filamen
Benang wool
b. Sambungan dengan alat (menggunakan Knotter)
c. Sambungan dengan mesin (menggunakan TYING MACHINE)
Dilakukan pada saat penggantian beam lusi yang kosong dengan
catatan konstruksi kainnya sama.
F. ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM)
I. Tujuan
mengetahui bagian-bagian pokok dan fungsinya pada ATBM, menjelaskan
mekanisme kerja Alat Tenun Bukan Mesin.
II. Ringkasan Materi
ATBM sebenarnya merupakan perkembangan dari alat tenun gedogan,
yaitu pada ATBM dibuat rangka mesin yang mempermudah penggunaannya
daripada alat tenun gedogan. ATBM digerakkan oleh tenaga tangan dan kaki.
Pada awalnya ATBM dibuat untuk memenuhi kebutuhan tekstil kain, karena
keterbatasan kapasitas produksi kain dengan alat tenun gedogan Seperti pada
alat atau mesin tenun lainnya maka ATBM mempunyai prinsip kerja yang sama
yaitu yang disebut dengan gerakan pokok pertenunan. Adapun gerakan pokok
(Primary Motion) dari proses pertenunan sebagai berikut :
16
1. Gerakan pembukaan mulut lusi, yaitu gerakan yang terjadi karena adanya
gerakan naik kelompok benang-benang lusi tertentu dan gerakan turun
kelompok benang-benang lusi tertentu. Akibat dari pembukaan mulut lusi
terbentuklah sebuah celah yang disebut mulut lusi. Pada ATBM pembukaan
mulut lusi terjadi karena adanya peralatan : injakan, tali ikatan, kamran,
matagun, tali penghubung, dan rol kerek.
2. Gerakan peluncuran pakan, yaitu gerakan memasukan benang pakan pada
mulut lusi yang telah terbentuk. Pada ATBM peralatan yang berfungsi untuk
meluncurkan benang pakan : batang pemukul, tali penarik picker, picker
(pemukul), laci teropong, teropong, dan palet. Gerakan ini terjadi karena
teropong yang membawa benang pakan dipukul oleh picker bolak-balik dari
kanan ke kiri melalui mulut lusi.
3. Gerakan pengetekan, yaitu gerakan merapatkan benang pakan yang telah
diluncurkan dengan kain. Gerakan ini terjadi karena adanya gerakan maju
mundur dari lade yang mempunyai sisir tenun yang digerakkan oleh tangan.
Disamping gerakan pokok tersebut diatas terdapat juga gerakan
sekunder (Secondary motion) yaitu :
1. Gerakan penguluran lusi, yaitu gerakan penguluran benang lusi oleh boom
tenun agar benang-benang lusi mempunyai tegangan yang konstan. Peralatan
yang digunakan : boom lusi, balok pembesut, piringan pengerem, tali
pengerem, batang pengerem, dan bandul pengerem.
2. Gerakan penggulungan kain, yaitu gerakan penggulungan kain yang teleh
dihasilkan. Gerakan ini dimaksudkan untuk untuk menjaga ketegangan benang
lusi yang diproses tetep konstan. Peralatan yang digunakan : boom kain, balok
dada, gigi rachet, dan pemutar gigi rachet.
Disamping itu juga terdapat gerakan tambahan (Auxilary motion) /
otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
17
GAMBAR ATBM
1. Lade 11. Batang Pemukul
2. Laci 12. Mata gun
3. Sisir tenun 13. Rol/kerek
4. Teropong 14. Gun/kamran
5. Balok dada 15. Balok pembesut
6. Gigi rachet 16. Benang lusi
7. Pemutar gigi rachet 17. Boom lusi
8. Boom kain 18. Piringan rem
9. Injakan 19. Batang pengerem
10. Rangka ATBM 20. Bandul pengerem
Bagian-bagian ATBM dan fungsinya :
1. Lade, funsinya sebagai tempat landasan teropong dan tempat sisir.
2. Laci, fungsinya sebagai ruangan untuk teropong sebelum dipukul oleh picker.
3. Sisir tenun, fungsinya untuk mengatur lebar kain yang akan dibuat, untuk
merapatkan benang pakan yang telah diluncurkan dan untuk mengatur tetal
lusi.
11
3
10 11 12
2
5
6
7
8
9
13 14
16
15
17
18
19
20
4
1
18
4. Teropong, fungsinya untuk meluncurkan benang pakan dari kanan ke kiri atau
sebaliknyadan tempat palet.
5. Balok dada, fungsinya untuk pengantar jalannya kain yang telah terbentuk dan
agar kain tetap datar.
6. Gigi rachet, fungsinya sebagai alat untuk penggulungan kain secara manual.
7. Pemutar gigi rachet, fungsinya untuk memutarkan roda gigi rachet.
8. Boom kain, fungsinya untuk menggulung kain yang telah terbentuk agar tidak
terjadi penumpukan kain dan juga untuk menjaga ketegangan benang lusi agar
konstan.
9. Injakan, fungsinya untuk menurunkan dan menaikkan kamran pada saat
injakan diinjak, antara injakan dan kamran digunakan tali pengikat.
10. Rangka, fungsingya sebagai penopang bagian-bagian yang lainnya agar dapat
bekerja sesuai dengan kegunaannya.
11. Batang pemukul, fungsinya untuk menarik picker agar teropong terpukul dan
meluncur.
12. Mata gun, fungsinya untuk memasukkan benang lusi agar dapat naik turun
sesuai gerakan kamran.
13. Rol/kerek, fungsinya menghubungkan dua kamran yang bekerjanya saling
berlawanan,sehingga pada saat salah satu kamran naik maka kamran yang
lainnya akan turun.
14. Gun/kamran, fungsinya untuk menaikkan atau menurunkan kelompok benang-
benang lusi yang dicucuk dalam matagun agar terbentuk mulut lusi.
15. Balok pembesut, fungsinya untuk pengantar benang-benang lusi pada saat
penguluran.
16. Palet , fungsinya untuk temapt menggulung benang pakan yang terdapat pada
teropong
17. Boom lusi, fungsinya sebagai tempat digulungnya benang-benang lusi yang
akan ditenun pada proses pertenunan.
18. Piringan rem, fungsinya untuk landasan pengereman putaran boom lusi
19. Batang pengerem, fungsinya untuk mengerem atau melepaskan rem pada
saat penggulungan kain (secara manual).
20. Bandul, fungsinya untuk memberi beban pada batang pengerem sehingga
terjadi pengereman pada piringan pengerem.
19
21. Tempat sisir, fungsinya untuk tempat sisir agar sisir tetap berada
ditempatnya.
Rencana Tenun
G. ALAT TENUN MESIN (ATM)
I. Tujuan
Mengetahui nama bagian-bagian ATM beserta fungsinya, mengetahui cara kerja
(gerakan pokok) pada ATM.
II. Ringkasan Materi
Alat Tenun Mesin (ATM) merupakan perkembangan dari ATBM.
Berdasarkan kebutuhan, perkembangan zaman dan pemikiran manusia maka
dibuatlah mesin tenun yang memiliki banyak kelebihan dibandingkan ATBM.
ATM menggunakan rangka dari logam, digerakkan dengan tenaga motor. Hal itu
dilakukan untuk menyesuaikan dengan sifat bahan yang digunakan, misalnya
rangka mesin tenun menggunakan bahan dari kayu akan hancur ketika
1 2
1
2
1
2
3
4
1 2 3 4
20
menerima getaran yang keras dan rutin dari gerakan proses menenun yang
berasal dari motor. Karena pada ATM bahan penyusunnya terbuat dari logam
sehingga lebih stabil dan tahan lama dibanding ATBM. Dengan menggunakan
motor sebagai sumber gerakan ATM memiliki produktifitas yang tinggi selain itu
prosesnya cepat, pengoperasiannya lebih mudah dan stabil karena ATM terbuat
dari logam serta tahan lama.
Walaupun bentuknya berbeda dengan ATBM tetapi ATM memiliki prinsip
kerja yang sama. Pada dasarnya masih menggunakan gerakan pokok
pertenunan, yaitu :
Gerakan pembukaan mulut lusi (Shedding Motion).
Mulut lusi adalah rongga atau celah yang dibentuk antara sebagian benang lusi
yang naik, turun, atau diam terhadap ujung kain. Pembentukan mulut lusi ini
dibantu dengan adanya gun / kamran dan mata gun yang digerakkan oleh
peralatan pembukaan mulut lusi seperti eksentrik dan injakan, dobby maupun
jacquard, yang sedemikian rupa sehingga dapat menaikkan sebagian lusi dan
menurunkan sebagian lusi lainnya dalam waktu bersamaan.
Gerakan peluncuran benang pakan (Picking Motion).
Agar terjadi anyaman maka harus terjadi silangan antara benang lusi dan
benang pakan. Hal itu dilakukan dengan jalan memasukkan benang pakan
tersebut kedalam mulut lusi yang telah terbentuk. Peluncuran benang pakan ini
dilakukan dengan meluncurkan teropong yang berisi benang pakan dari kiri ke
kanan bolak balik yang dipukul oleh picker.
Gerakan pengetekkan benang pakan (Beating Motion).
Setelah benang pakan yang diluncurkan harus dirapatkan oleh sisir agar
terbentuk kain.. Pengetekan ini dilakukan oleh sisir tenun yang terdapat pada
lade yang bergerak maju mundur dan membentuk lengkungan.
Selain itu ada 2 gerakan tambahan dan gerakan lain, yaitu :
Gerakan penguluran lusi (Let- off Motion).
Agar proses pertenunan lancar maka kain yang telah dianyam harus digulung
oleh karena itu lusi harus mempunyai tegangan yang stabil, tegangan ini
diatur dengan perbandingan antara penguluran benang lusi dan
penggulungan kain.
Gerakan penggulungan kain (Take-up Motion).
21
Penggulungan kain dilakukan karena tidak mungkin kain yang telah terbentuk
dari hasil anyaman pada proses pertenunan dibiarkan begitu saja. Hal itu
akan menyulitkan jalannya proses serta mempegaruhi tegangan lusi pada
waktu pertenunan.
Gerakan Otomatis seperti : stop motion, pergantian teropong, pergantian
palet dan lain-lain.
Bagian-bagian mesin ATM I yaitu :
1. Rangka samping
2. Rangka penghubung bawah
3. Rangka penghubung belakang
4. Gandar layang (belakang) , gandar dada (depan)
5. Rangka atas
6. Kuda-kuda
7. Poros utama (crank shaft / main shaft / poros engkol)
8. Poros pukulan
9. Pulley poros utama
10. Steer
11. Roda gigi poros utama
12. Roda gigi poros pukulan
13. Poros lade (sley)
Bagian-bagian mesin ATM II yaitu :
1. Dudukan poros utama
2. Dudukan poros pukulan
3. Dudukan poros sley
a. Rangka samping
b. Rangka penghubung bawah
c. Rangka penghubung belakang
d. Gandar layang
e. Rangka atas
f. Kuda-kuda
H. DAFTAR PUSTAKA
Like Soeparlie, S.Teks, dkk. 1974. Teknologi Persiapan Pertenunan. Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.