laporan maserasi
DESCRIPTION
laporan maserasi kuliah farmasi poltekksesTRANSCRIPT
M A S E R A S I
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara maserasi
dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan
cara maserasi.
2. Mahasiswa mampu membuat ekstrak kering kental dengan cara maserasi.
II. DASAR TEORI
2.1 Klasifikasi Kunyit
Klasifikasi ilmiah kunyit adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.
Kunyit yang memunyai nama latin Curcuma domestica Val. merupakan
tanaman yang mudah diperbanyak dengan stek rimpang dengan ukuran 20-25
gram stek. Bibit rimpang harus cukup tua. Kunyit tumbuh dengan baik di tanah
yang tata pengairannya baik, curah hujan 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun
dan di tempat yang sedikit terlindung. Tapi untuk menghasilkan rimpang yang
lebih besar diperlukan tempat yang lebih terbuka. Rimpang kunyit berwarna
kuning sampai kuning jingga. (Sumiati, 2004).
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk
bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan
1
menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan
bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm
dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah
merah jingga kekuning-kuningan.
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu
minyak atsiri sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan
sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone). zat warna kuning
yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-
60%,monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor,
kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut,kurkumin
merupakan komponen terbesar. Sering kadar total kurkuminoiddihitung sebagai %
kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding komponen
kurkuminoid lainnya. Karena alasan tersebut beberapa penelitian baik fitokimia
maupun farmakologi lebih ditekankan pada kurkumin (Sumiati, 2004).
2.2 Pengertian Ekstrak
Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula
berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam
cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan
serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent.
2
2.3 Pelarut
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa
menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar
Pelarut polar adalah pelarut yang larut dalam air. Digunakan untuk
melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak.
b. Pelarut non polar
Pelarut non polar adalah pelarut yang tidak larut dalam air. Digunakan untuk
melarutkan minyak atsiri.
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak
faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini:
a) Murah dan mudah diperoleh
b) Stabil secara fisika dan kimia
c) Bereaksi netral
d) Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e) Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f) Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Untuk ekstraksi ini Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai
cairan penyari adalah air,etanol,etanol – air atau eter.Pengekstraksian pada
perusahaan obat tradisional masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air,
etanol atau etanol – air.
2.4 Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana
dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat khasiat yang
tidak tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk
sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat
dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan
3
ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-
ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan
pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi
disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya.
Kelebihan cara Maserasi :
Alat dan cara yang digunakan sederhana
Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan
Kekurangan cara Maserasi
Banyak pelarut yang terpakai
Waktu yang dibutuhkan cukup lama (Manitto, 2001)
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-
lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut
lain.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan
terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.
Cara maserasi ini digunakan untuk membuat tincture, jika ingin dibuat
ekstrak, pengerjaannya dilanjutkan dengan memekatkan hasil penyarian tadi.
Pemekatan dilakukan dengan cara penyulingan atau penguapan dengan tekanan
rendah pada suhu 50°C sampai konsentrasi yang dikehendaki. Dalam buku
monografi ekstrak (depkes), ekstrak yang kental umumnya dibuat dengan cara
maserasi dengan menggunakan etanol. Satu bagian serbuk simplisia dimasukkan
ke dalam maserator, ditambah 10 bagian etanol, direndam selama 6 jam sesekali
diaduk, kemudian didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses
diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
4
dikumpulkan dan diuapkan dengan penguapvakum hingga diperoleh ekstrak
kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (Anonim, 2013).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia
dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian
dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai,
ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk dan
diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan
dipisahkan(Moelyono,1996)
Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan dengan
tujuan untuk meratakan konsentrasi diluar serbuk simplisia, sehingga dengan
pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang
sekecil-kecilnya antara larutan didalam sel dengan larutan diluar sel. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini
dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut
dalam cairan penyari.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi, antara lain (Anonim, 2013):
1) Digesti
Merupakan modifikasi maserasi dengan pemanasan lemah 40-50°C.
Simplisia yang digunakan dengan modifikasi digesti ini adalah hanya untuk
simplisia yang tahan terhadap pemanasan, supaya cairan penyari tidak hilang
gunakan pendingin balik. Keuntungannya adalah:
Kekentalan pelarut berkurang, lapisan-lapisan batas berkurang
Memiliki pengaruh yang sama dengan pengadukan
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu dan berbanding
terbalik dengan kekentalan.
5
2) Maserasi dengan Mesin Pengaduk
Pada modifikasi ini dilengkapi dengan mesin pengaduk yang berputar
terus menerus, sehingga waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6-24
jam.
3) Remaserasi
Remaserasi merupakan modifikasi maserasi dengan membagi cairan penyari
menjadi 2 bagian. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama kemudian enap tuangkan dan peras, ampasnya maserasi kembali dengan
cairan penyari kedua.
4) Maserasi Melingkar
Bagian-bagian alat pada maserasi melingkar ini terdiri dari:
1. Bejana penyari
2. Pipa penghubung
3. Pompa
4. Alat penyembur
5. Saringan
6. Serbuk simplisa dan cairan penyari
Keuntungan dengan modifikasi maserasi melingkar yaitu:
Aliran penyari mengurangi lapisan batas
Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat
Waktu yang diperlukan lebih pendek
5) Maserasi Melingkar Bertingkat
Dengan metode ini serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa
kali. Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan disari dengan cairan penyari baru
diharapkan penyarian yang dilakukan maksimal. Hasil penyarian sebelum
diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia baru, sehingga sari
kepekatannya maksimal. Penyarian lebih maksimal berulang daripada sekali
dengan jumlah pelarut sama. Maserasi melingkar bertingkat memperbaiki
maserasi melingkar karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan
telah terjadi.
6
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Bejana maserasi
2. Beaker glass 500 ml, 1000 ml
3. Timbangan digital
4. Batang pengaduk
5. Gelas ukur
6. Kain flannel
7. Water bath
8. Kompor
9. Pot plastic
10. Thermometer
11. Sudip
12. Kipas angin
3.2 Bahan
1. Air-etanol
2. Serbuk Simplisia Kunyit
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara Kerja Pembuatan Maserat
Dimasukkan 100 gram simplisia yang memiliki derajat halus yang
cocok ke dalam bejana
Ditambahkan 75 bagian ( 750ml) cairan penyari dan diaduk ,tutup
bejana dan biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil
sesekali diaduk
Saring, cuci ampas dengan penyari secukupnya hingga di peroleh
100 bagian.
7
Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk dan
terhindar dari cahaya selama 2 hari, endapkan kemudian saring
3.3.2 Penguapan maserat
Dilakukan pemekatan dengan cara penyulingan
Penguapan pada tekanan rendahdan suhu 50°C
Hitung rendemen
IV. PERHITUNGAN DAN HASIL
Maserasi ( kunyit )
Pembuatan 75 bagian penyari :
Etanol 70 % 750 ml
N1V1 = N2 V2
70 % . 750 ml = 96 % . V2
V2 ¿70 % .750 ml
96 %
= 546,88 ml 550 ml
Pembuatan 75 bagian penyari :
Etanol 70 % 250 ml
N1V1 = N2 V2
70 % . 250 ml = 96 % . V2
V2 ¿70 % .250 ml
96 %
= 182,29 ml 185 ml
Berat pot kosong : 7,1180 gram
Berat pot dan estrak : 11,4372 gram
8
Berat estrak : 11,4372 gram – 7,1180 gram = 4,3192 gram
Rendemen = jumlahestrak yangdi dapat
jumlah estrak yang digunakan×100 %
= 4,3192 gram
100 gram× 100 %
= 4,3192 % 4,32%
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini ekstrak yang dibuat adalah ekstrak kunyit dengan
metode maserasi.Kunyit merupakan tanaman dari family jahe dengan nama latin
Curcuma longa Koen atau Curcuma domestica Val. Kunyit ini dikenal luas di
Indonesia sebagai bahan pewarna dan penyedap makanan, rimpangnya sudah
sejak dulu dipakai untuk mewarnai kapas, wol, sutera, tikar, dan barang-barang
kerajinan lainnya. Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah
senyawa kurkuminoid yang memberi warna kuning pada kunyit. Kurkuminoid ini
(kebanyakan berupa kurkumin) menjadi pusat perhatian para peneliti
yangmempelajari keamanan, sifat antioksidan, antiinflamasi, efek
pencegahkanker, ditambah kemampuannya menurunkan resiko serangan jantung
(Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli, 2009).
Kunyit mempunyai banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri
sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta turmeron), zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50–60%,
monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium,
besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut, kurkumin
merupakan komponen terbesar.
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung senyawa kimia
yaitu minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Akar kunyit juga mengandung pati
getah yang terdiri dari kurkumin (zat berwarna kuning) turmeron, zingibern,
9
turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi pada kunyit)
lemak, pati dan damar (Agusta, 2000).
Maserasi adalah proses penyarian sederhana dengan merendam serbuk
simplisia dalam penyari selama 4-10 hari biasanya selama 5 hari sudah memadai.
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi merupakan proses dimana simplisia
yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap
dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Pada
proses maserasi dalam percobaan ini serbuk simplisia dengan derajat halus yang
cocok ditimbang sebanyak 100 gram dan direndam dengan 75 bagian penyari
selama 5 hari dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur kamar.
Pelarut yang digunakan untuk merendam serbuk simplisia ini adalah
etanol-air. Digunakan etanol-air yaitu agar tidak terjadinya pertumbuhan mikroba
selama perendaman. Jika pelarut yang digunakan adalah air, maka harus
ditambahkan bahan pengawet untuk tidak terjadinya pertumbuhan mikroba.
Karena air merupakan media pertumbuhan mikroba. Oleh sebab itu digunakan
bahan pengawet atau digunakan pelarut etanol atau campuran etanol-air.
Pada prinsipnya, dalam proses maserasi cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak
keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi ini digunakan untuk penyarian
simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyarian, tidak
mengandung zat mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan lain-lain. Karena jika mengandung zat yang mudah
mengembang akan mengganggu perpindahan konsentrasi zat aktif ke luar.
Pada metode maserasi ini harus dilakukan pengadukan selama beberapa
kali, hal ini untuk meratakan keseimbangan konsentrasi antara didalam sel dengan
diluar sel. Setelah direndam 5 hari, dicukupkan sisa penyari hingga 100 bagian.
10
Hasil maserat tersebut disaring dan diendapkan lagi selama 2 hari. Perlu
dienapkan kembali dikarenakan untuk mengendapkan kembali zat-zat yang tidak
diinginkan yang ditakutkan ikut terlarut dalam penyari selama perendaman.
Setelah diendapkan selama 2 hari kemudian dienap tuangkan ke dalam bejana
untuk dilakukan pemekatan. Pemekatan dilakukan dengan cara diuapkan pada
tekanan rendah yaitu antara suhu 40-50°C. Pemekatan ini dilakukan untuk
mengurangi kadar pelarut agar hasil maserat lebih tahan lama dari pencemaran
kuman dan kapang. Penguapan maserat dilakukan pada tekanan rendah karena
penyari yang digunakan adalah bahan yang mudah menguap yaitu etanol, oleh
sebab itu dilakukan penguapan pada tekanan rendah agar pelarut tidak menguap
dengan cepat.
Pada penguapan maserat ini juga dilakukan pengadukan secara merata dan
terus menerus agar tidak terjadi pengeringan dan perlengketan sisa hasil maserat
pada pinggiran bejana. Penguapan ini dilakukan sampai ekstrak mengental dan
kadar pelarutnya hanya sedikit. Setelah diperoleh ekstrak yang kental kemudian
dimasukkan ke dalam wadah pot plastik. Kemudian hitung nilai rendemen dengan
cara membandingkan jumlah ekstrak yang didapatkan dengan jumlah simplisia
yang ditimbang. Nilai rendemen yang didapat dari praktikum kali ini adalah
4,32%.
Keuntungan cara penyarian dengan Maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara
Maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna
(Fathiyawati 2008). Proses perpindahan konsentrasi akan berhenti jika telah
tejadinya kesetimbangan konsentrasi antara didalam sel dengan diluar sel, hal ini
akan membuat zat aktif yang masih terkandung dalam simplisia tidak akan
didesak keluar ke dalam penyari oleh sebab itu penyarian pada metode maserasi
ini dikatakan kurang sempurna.
VI. KESIMPULAN
Dari praktikum ini maka dapat kita simpulkan :
11
1. Maserasi adalah proses penyarian senyawa kimia secara sederhana dengan
cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
2. Kunyit merupakan simplisia yang memiliki zat aktif yang mudah larut
dalam cairan penyari.
3. Perlu dilakukan pengadukan pada proses penyarian maserasi karena agar
tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya
antara larutan didalam sel dengan larutan diluar sel.
4. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu
tertentu ± 2 hari. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak
diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari.
5. Berat pot kosong adalah 7,1180 gram; berat pot + ekstrak adalah 11,4372
gram dan berat ekstrak adalah 4,3192 gram.
6. Nilai rendemen yang di peroleh dari ekstrak kunyit pada pecobaan ini
adalah 4,32 %
12
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika indonesia. Bogor: penerbit
Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Anonim. 2013. Bahan Ajar Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes
RI Aceh.
Anonim. 2013. Penuntun Fitokimia. Aceh Besar: Farmasi Poltekkes Kemenkes RI
Aceh.
Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli, 2009. Curcuminoid and essential oil
components of turmeric at different stages of growth cultivated in, School
of Pharmacy and Pharmaceutical MSciences, Isfahan University of
Medical Sciences, Isfahan, IR.Iran.
Fathiyawati. 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus racemosa terhadap Artemia
salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah press.
Manitto, P., 1981. Biosintesis Produk Alami. Terjemahan : Koensoenmardiyah.
IKIP Semarang Press. Semarang.
Moelyono, M.W., 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Bandung:
Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas
Padjadjaran.
13