maserasi curcuma aeruginosa

33
MASERASI CURCUMA AERUGINOSA A.Tujuan 1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat serbuk dengan derajat kehalusan tertentu. 2. Mahasiswa diharapkan memahami dan mampu melakukan penyarian bahan alam. 3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak. B.Dasar Teori Curcuma aeruginosa atau biasa disebut temu hitam, temu ireng (jawa) termasuk ke dalam famili Zingiberceae. Tanaman ini sejenis tumbuhan yang rimpangnya dimanfaatkan sebagai campuran obat atau jamu. Asli dari kawasan Asia Tenggara, dari Burma hingga ke Pulau Jawa. Selain ditanam di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400--750 m dpl. Tumbuhan ini termasuk tanaman tahunan, tinggi maksimum hanya mencapai 2 meter, berbatang semu yang tersusun dari kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau cokelat gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, keluar dari titik-titik kuncup pada rimpang. Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai

Upload: aprilia-kusuma

Post on 24-Jul-2015

362 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

A. Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat serbuk dengan derajat kehalusan

tertentu.

2. Mahasiswa diharapkan memahami dan mampu melakukan penyarian bahan alam.

3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak.

B. Dasar Teori

Curcuma aeruginosa atau biasa disebut temu hitam, temu ireng (jawa)

termasuk ke dalam famili Zingiberceae. Tanaman ini sejenis tumbuhan yang

rimpangnya dimanfaatkan sebagai campuran obat atau jamu.

Asli dari kawasan Asia Tenggara, dari Burma hingga ke Pulau Jawa. Selain ditanam

di pekarangan atau di perkebunan, temu hitam juga banyak ditemukan tumbuh liar di hutan

jati, padang rumput, atau di ladang pada ketinggian 400--750 m dpl.

Tumbuhan ini termasuk tanaman tahunan, tinggi maksimum hanya mencapai 2 meter,

berbatang semu yang tersusun dari kumpulan pelepah daun, berwarna hijau atau cokelat

gelap. Daun tunggal, bertangkai panjang, keluar dari titik-titik kuncup pada rimpang.

Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi

rata, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua dengan sisi kiri - kanan ibu tulang daun

terdapat semacam pita memanjang berwarna merah gelap atau lembayung, panjang 31-34 cm,

lebar 10-18 cm. Bunganya tersusun majemuk berbentuk bulir yang tandannya keluar

langsung dari rimpang, panjang tandan 20-25 cm, bunga mekar secara bergiliran dari

kantong-kantong daun pelindung (bractea) yang besar, pangkal daun pelindung berwarna

putih, ujung daun pelindung berwarna ungu kemerahan. Mahkota bunga berwarna kuning.

Rimpangnya cukup besar dan merupakan umbi batang serta bercabang-cabang. Jika rimpang

tua dibelah, tampak lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu

hitam mempunyai aroma yang khas. Perbanyakan dengan rimpang yang sudah cukup tua atau

pemisahan rumpun.

Page 2: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

(Hariana,2006)

Pemerian

Bau aromatik; rasa sangat pahit, lama-lama menimbulkan rasa tebal

Pemeriksaan Makroskopik

Makroskopik kepingan, pipih, keras, panjang 1 cm sampai 5 cm, lebar 1 cm

sampa 3 cm, tebal sampai 0,5 cm, tapi agak melengkung, permukaan berwarna coklat

keabu-abuan atau jingga keabu-abuan. Batas korteks dengan silinder pusat jelas.

Bekas patahan agak rata, tidak berserat, agak berdebu.

Pemeriksaan Mikroskopik

Epidermis terdiri dari 1 lapis sel, pada epidermis terdapat rambut penutup

berbentuk kerucut, lurus atau agak bengkok, panjang 200 µm sampai 750 µm.

Hipodermis terdiri dari beberapa lapis sel berwarna kuning kecoklatan. Periderm

terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk segi empat sampai persegi panjang, warna

kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Korteks parenkimatik, terdiri dari sel-sel

berbentuk isodiametrik, berisi butir pati; sel sekresi dan berkas pembuluh tersebar di

korteks, butir pati umumnya berbentuk lonjong dengan ujung menonjol hingga mirip

berbentuk botol, lamela jelas, panjang butir pati 10 µm sampai 30 µm. Sel sekresi

berisi minyak dan berukuran 20 µm sampai 60 µm. Berkas pembuluh kolateral

dengan pembuluh kayu berpenebalan bentuk tangga dan jala, lebar 10 µm sampai 50

µm. Endodermis terdiri dari sel-sel yang agak pipih. Silinder pusat terdiri dari sel

parenkim serupa parenkim dikorteks; berkas pembuluh, sel sekresi dan butir pati

serupa di korteks.

Serbuk warna coklat muda. Fragmen pengenal adalah buti pati berbentuk bulat

telur dengan ujung menonjol atau berbentuk mirip botol, lamela jelas; fragmen

pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan jala; rambut penutup; sel minyak dalam

parenkim; fragmen gabus.

Cara Identifikasi

Page 3: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

a. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna

coklat kehitaman lama-lama berubah menjadi ungu kehitaman.

b. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna

coklat tua hitam.

c. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P terjadi

warna coklat tua.

d. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%

b/v; terjadi warna coklat tua.

e. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna

coklat tua.

f. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5%

b/v ; terjadi warna kuning kehijauan.

Uji Kemurnian

Kadar abu : tidak lebih dari 6,1%

Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 2,4%

Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 19,6%

Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2,4%

Bahan organik asing tidak lebih dari 2%

Kegunaan Karminatif

Kandungan Senyawa Minyak atsiri 2%, pati, damar, lemak.

(Anonim,1978).

Kandungan kimia pada rimpang Curcuma aeruginosa yang sudah diketahui antara

lain minyak atsiri, curcumol, kardione, isofortungemakrene, germakrene, tetrametilfrazine, zat

pati, lemak, damar, tanin, zat warna biru, alkaloid, zat pahit, saponin, dan mineral.

(Hariana,2006).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahay matahri

Page 4: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

langsung. Ekstrak kering jarus mudah digerus dengan serbuk. Cairan penyari sebagai

cairan penyari digunakan air, eter atau campuran etanol dan air. (Anonim,1979).

Pembuatan penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi,

perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol

dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter

dilakukan dengan cara perkolasi. (Anonim,1979).

Hal yang penting dalam teknologi farmasi adalah cara mengekstraksi. Jenis

ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya digunakan sangat tergantung dari kelarutan

bahan kandungan serta stabilitasnya (Voight, 1994).

Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. Jika derajat

halus serbuk dinyatakan satu nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak

dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan dengan dua nomor, berarti semua serbuk

dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui

pengayak dengan nomor tertinggi. Sebagai contoh serbuk 22/60, dimaksudkan bahwa

serbuk dapat melalui pengayak nomor 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40%

melalui pengayak nomor 60.

Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung

searah dengan panjang kawat. Pengayak dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang

cocok dengan penampang melintang yang sama di seluruh bagian.

Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umumn untuk menyatakan

kehalusan serbuk yang disesuaikan dengan nomor pengayak sebagai berikut:

1. serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)

2. serbuk kasar adalah serbuk (10/40)

3. serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)

4. serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)

5. serbuk halus adalah serbuk (85)

6. serbuk sangat halus adalah serbuk {120/200(300)}

(Anief, 2007)

Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan

mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan

dalam memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

Proses maserasi merupakan proses sederhana untuk mendapatkan ekstrak dan

diuraikan dalam kebanyakan farmakope. Cara ini sesuai, baik untuk skala

Page 5: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

kecil maupun skala industri. Proses yang paling sederhana hanya

menuangkan 5 pelarut pada simplisia. Sesudah mengatur waktu sehingga sesuai

untuk tiap – tiap bahan tanaman (simplisia), ekstrak dikeluarkan, dan ampas hasil

ekstraksi dicucidengan pelarut yang segar sampai didapat berat yang sesuai.

Prosedur ini sama dengan pembuatan tingtur atau ekstrak khusus, dan kadang –

kadang merupakan satu – satunya prosedur untuk tanaman yang mengandung zat

berlendir (musilago) tinggi. Sebetulnya cara ini tidak begitu berguna karena tidak

pernah dapat menarik zat berkhasiat dari tanaman secara sempurna. Ampas

menahan sejumlah besar solute, yang untuk perolehanya harus dilakukan

proses pemerasan (penekanan) atau cara sentrifugasi.(Afifah, 2003).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan

zat aktif akan larut (Anonim, 1986).

Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau bejana yang

bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat

kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut masuk ke

seluruh permukaan simplisia (Ansel,1989). Rendaman tersebut disimpan terlindung

dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan

warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut keseimbangan

antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai.

Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentras i bahan ekstraksi lebih cepat

dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan

bahan aktif (Voight, 1994).

Etanol

Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki

stabilitas bahan obat terlarut. Keuntungan lain, etanol mampu mengendapkan albumin

dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan

pengekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, khususnya campuran

etanol-air. Etanol (70%) sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang

optimal, dimana bahan penganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam cairan

pengekstraksi (Voight, 1994).

Page 6: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin,

kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, dam ar dan klorofil. Lemak, malam , tanin

dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut

hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya menggunakan campuran

etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan air tergantung pada bahan yang disari

(Anonim, 1986).

Kontrol Kualitas Ekstrak

Susut Pengeringan

Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama

proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga

senyawa menguap lain yang hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan

pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat

konstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri).

susut pengeringan = x 100%

Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik

menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air

karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi

oleh kelembaban lingkungan penyimpanan. (Siskha,2008).

Parameter Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap

bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang

diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer, kecuali

dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C (anonim,

1995)

Uji Kelengketan

Pengujian ini dilakukukan untuk mengetahui kemampuan krim dapat melekat

pada kulit (Triayu, 2009)

Page 7: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Organolepstis

Uji organoleptik didasarkan pada kegiatan penguji-penguji rasa (panelis) yang

pekerjaannya mengamati, menguji, dan menilai secara organoleptik. Sensoris berasal

dari kata “sense” yang berarti timbulnya rasa, dan timbulnya rasa selalu dihubungkan

dengan panca indera. Leptis berarti menangkap atau menerima. Jadi pengujian

sensoris atau organoleptik mempunyai pengertian dasar melakukan suatu kejadian

yang melibatkan pengumpulan data-data, keterangan-keterangan atau catatan mekanis

dengan tubuh jasmani sebagai penerima.

Pengujian secara sensoris/organoleptik dilakukan dengan sensasi dari rasa,

bau/ aroma, penglihatan, sentuhan/rabaan, dan suara/pendengaran pada saat makanan

dimakan. Sebagai contoh rasa enak adalah hasil dari sejumlah faktor pengamatan

yang masing-masing mempunyai sifat tersendiri. (Madbardo,2010)

Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip

ini.

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan

kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,

komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan

fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak

akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase

diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan

bergerak lebih cepat.

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau

kombinasi cairan padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). (Haqiqi,2008).

Page 8: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

C. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

1. Blender

2. Kertas koran

3. Alat pengayak (40/80)

4. Plastik Klip

5. Kaca pengaduk

6. Toples untuk maserasi

7. Rotary evaporator

8. Kertas label

9. Pot salep

10. Oven

11. Botol timbang

12. Seperangkat alat uji kelengketan

13. Lemari asam

14. Alat penyemprot

15. Lampu UV 254 dan UV 366

b. Bahan yang digunakan

1. Simplisia tanaman Curcuma aeruginosa 100 gram

2. Pelarut etanol 750 ml

3. Silika gel GF 254

4. Reagen Dragendorf

5. Reagen lieberman burchard

Page 9: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

D. Cara Kerja

a. Pembuatan Serbuk

Disiapkan

Dihaluskan

Diayak dg

Didapatkan

Alat dan Bahan

Disimpan dan Dilabeli

Kualitas JelekKualitas Baik

Pensortiran Simplisia Curcuma aeruginosa

Serbuk Halus

Pengayak no.40 dan no.80

Blender

Page 10: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

b. Proses Maserasi

Dimasukkan

Diaduk-aduk

Didiamkan

Diserkai/Disaring

Didapatkan

Diekstrakan dg

Didapatkan

100 gram Serbuk Curcuma aeruginosa

Stoples

750 ml Etanol 70 %

2 jam awal

Ekstrak Simplisia

Kain Flanel

1 hari

Rotary evaporator

Sari Simplisia

Page 11: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

c. Kontrol Kualitas Ekstrak

Dibagi dalam

1. Rendemen yang dihasilkan

Ditimbang

Pada percobaan ini, menghitung kadar rendemen yang dihasilkan dengan

rumus :

Kadar rendemen (%) = x 100%

Kontrol Kualitas Ekstrak

5.Kermatografi Lapis Tipis

4.Uji Kelengketan

3.Organoleptis

1.Penghitungan Rendemen

2.Susut Pengeringan

Bobot Ekstrak yang dihasilkan

Dihitung rendemen

Page 12: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

2. Susut Pengeringan

Dipijarkan suhu 105o C selama 30 menit

Dimasukkan

Dipijarkan dg tutup terbuka suhu 105o C

Setelah didapatkan bobot tetap kita hitung kadar susut pengeringannya

menggunakan rumus:

(%) = x 100%

3. Organoleptis

Diamati

1 gram ekstrak

Botol timbang yang telah ditara

Bobot tetap

Botol timbang yang panas

Ekstrak yang dihasilkan

Bentuk, warna, bau

Page 13: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

4. Uji kelengketan

Diletakkan

Diberi

Diuji

dihitung

5. Kromatografi Lapis Tipis

dilarutkan

ditotolkan

dimasukkan

disemprot disemprot

Dipanaskan

Diamati dan dicatat

Alat uji

Pemberat 1kg selama 5 menitObyek glass

100 mg ekstrak

Diulangi 3x

Catat waktu

Plat 2Plat 1

Etil Asetat : n.Heksan 3:7

Plat KLT

Aseton 2 tetesEkstrak

Reagen Lieberman Buchard

Reagen Dragendorff

Oven

Page 14: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

E. Hasil dan Pembahasan

a. Pembuatan Serbuk

Tujuan dari pembuatan serbuk adalah memperluas permukaan simplisia

dengan derajat kehalusan tertentu dalam hal ini yaitu (40/80).

Simplisia Curcuma aeruginosa disortir dan dipilih dengan kualitas baik. Hal

ini untuk menghindari banyaknya kotoran dan jamur yang ada pada simplisia.

Lalu hasil sortiran dihaluskan dengan blender untuk memperkecil ukuran

partikelnya. Lalu di ayak dengan pengayak no.40 dan harus lolos semua.

Kemudian di ayak dengan pengayak no.80 jika ada yang tidaka lolos maka

dihaluskan kembali dengan blender agar serbuk lolos semua pada pengayak

nomor 80. Setelah serbuk diperoleh dengan derajat kehalusan yang di inginkan

serbuk ditimbang dan dimasukkan dalam plastik klip dengan diberikertas label.

b. Proses Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisisa dalam cairan penyari. Cairan penyari

dalam praktikum kami digunakan etanol 70%. Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan luar sel, maka larutan yang terpekat di desk keluar. Peristiwa

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangankonsentrasi antara larutan diluar

sel dan di dalam sel.

Prinsip maserasi yaitu 10 bagian simplisia dengan derajat halus tertentu dimasukkan

dalam bejana, dan dituangi 75 bagian cairan penyari. Lalu ditutup dan dibiarkan selama

5 hari terlindung cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari, lartan tadi

diserkai menggunakan kain flanel lalu ampas dipisahkan. Ampas ditambah cairan

penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh sari hingga 100 bagian. Bejana ditutup,

dibiarkan ditempat sejuk, terlindung cahaya selama 2 hari. Kemudian endapan

dipisahkan.

Berat Serbuk Volume pelarut (etanol70%) Hasil

Sinar UV 254 dan UV 366

Page 15: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

100 gram 750 ml 17,27 gram

Pada praktikum ini digunakan 100 gram serbuk dari simplisia Curcuma

aeruginosa lalu digunakan cairan penyari etanol 70% sebanyak 750 ml. Lalu

dicampur dimasukkan dalam bejana berupa stoples dan dibiarkan selama 1 hari

dengan 2 jam pertama diaduk-aduk. Setelah 1 hari diserkai dengan kain flanel.

Lalu dipekatkan menggunakan rotary evaporator.

Karena kurangnya waktu, evaporasi dilakukan hanya 2,5 jam. Dan dari 750 ml

larutan tinggal 250 ml cairan yang tersisa. Kemudian di pekatkan kembali

menggunakan water bath diatas cawan dan diaduk-aduk hingga diperoleh ekstrak

yang kental. Hasil yang diperoleh di simpan dalam pot salep yang sebelumnya

telah ditara, kemudian bersama pot salep hasil ditimbang. Sehingga diperoleh

ektrak kental Curcuma aeruginosa dengan berat 17,27 gram.

Pada praktikum ini dipilih etanol 70% bukan air karena etanol 70%

memperbaiki stabilitas obat yang terlarut, pengotor yang terambil lebih sedikit

dibandingkan air, menghambat kerja enzim karena kerja enzim menginaktifkan

zat-zat dalam tanaman.

c. Kontrol Kualitas Ekstrak

1. Rendemen yang dihasilkan

% rendemen = x 100%

= 17,27 %

Berat Awal Bobot hasil Kadar

100 gram 17,27 gram 17,27%

Dari 100 gram dihasilkan bobot hasil 17,27 gram, sehingga diperoleh

kadar rendemen sebesar 17,27 %. Hal ini berarti dalam 100 gram serbuk

simplisia Curcuma aeruginosa akan dihasilkan ekstrak sebesar 17,27 gram.

2. Susut Pengeringan

Page 16: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Botol Timbang 27,29 gram

Berat ekstrak (mula-mula) 1 gram

Bobot tetap (ekstrak dalam botol timbang) 27,81 gram

Dengan menggunakan rumus :

%susut pengeringan = x 100%

Menggunakan data dan rumus diatas, kita dapat menghitung susut

pengeringannya.

% susut pengeringan = x 100%

= 48%

Tujuan dari menghitung susut pengeringan adalah untuk memberikan

batas maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang dari proses

pengeringan.

Susut pengeringan dilakukan dengan suhu 105o C, hal ini agar air yang

terkandung pada botol timbang maupun ekstrak yang dihasilkan dapat

menguap, sehingga botol timbang maupun ekstrak benar-benar bebas dari air.

Botol timbang yang telah ditara dipanasakan pada suhu 105o C selama

30 menit. Lalu dimasukkan ekstrak sebesar 1 gram, lalu dipanaskan kembali

dengan suhu 105o C hingga diperoleh bobot yang tetap. Dalam hal ini kita

memperoleh bobot tetap yaitu 0,48 gram, sehingga kadar yang dihasilkan yaitu

48%.

Kadar yang kita peroleh sangatlah besar (48%), hal ini berarti waktu

pemekatan (pengekstrakan) kurang maksimal. Oleh karena itu di dalam

ekstrak masih banyak terdapat air/ pelarut sehingga ekstrak yang dihasilkan

kurang bagus

.

3. Organoleptis

Pengamatan Deskripsi

Bentuk Ekstrak kental, lengket

Page 17: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Warna Coklat tua

Bau Khas temu hitam

Uji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan

mendeskripsikan khususnya bentuk, warna dan bau simplisia yang diuji.

4. Uji Kelengketan

Pengujian Ke- Waktu Lepas (detik)

I 1,92

II 1,79

III 1,71

Rata-rata 1,8067

Uji kelengketan bertujuan untuk mengetahui seberapa lengket atau

kekentalan suatu ekstrak yang diperoleh.

Dapat diketahui kalau ekstrak yang dihasilkan tidak terlalu lengket

dibanding ekstrak dari kelompok lain. Parameter yang digunakan dalam

pengujian ini hanyalah untuk mengetahui seberapa mudah atau susah suatu

ekstrak untuk dicampur dengan bahan atau pelarut lain. Suatu ekstrak apabila

terlalu encer ataupum terlalu lekat juga tidak baik atau mudah dicampur

dengan bahan/pelarut lain.

5. Kromatografi Lapis Tipis

Kandungan kimia suatu tanaman dapat dilihat secara kualitatif

menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan

metode kromatografi yang cepat, sederhana dan teknik analisis murah,

kegunaannya antara lain :

1. Monitor suatu senyawa dalam campuran.

2. Identifikasi senyawa.

Page 18: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

3. Memonitor pemurnian.

Tujuan dari pengjian KLT pada praktikum ini adalah untuk

mengetahui senyawa atau kandungan Curcuma aeruginosa .

Cara pengujiannya adalah ekstrak dilarutkan dalam 2 tetes aseton, lalu

di totolkan pada plat KLT, dalam praktek ini kita menggunakan 2 plat KLT.

Kemudian dimasukkan pada fase gerak berupa Etil aetat : n.heksan dengan

perbandingan 3:7. Setelah plat dikembangkan pada bejana berisi fase gerak

tadi hingga jarak pengembang 7 cm, keduaplat silika diamati, dibawah lampu

UV 254 dan UV 366. Dan muncullah warna ungu sampai hijau dibawah

lampu. Lalu pada plat pertama di semprot dengan reagen liberman buchart dan

plat kedua disemprot dengan reagen dragendorf. Lalu kedua plat dikeringkan

di oven dengan suhu 110o C selama 5 menit. Lalu dilihat lagi di sinar UV 254 dan

366, dan keduanya muncul warna hijau dengan spot yang berbeda pada plat

pertama terdapat 1 spot dan plat kedua ada 3 spot.

PLAT SEBELUM SESUDAH (disemprot reagen)

warna Jarak (cm) warna jarak

Plat 1 Ungu 6 - 7,5 Hijau 8 – 10,7

Hijau 6 – 9

Plat 2 Ungu 6 – 9,3 Hijau 6 – 11

Hijau 6 – 11,7 6 – 8,7

6 – 7

Identifikasi dari senyawa – senyawa yang terpisah dapat dikerjakan

dengan menggunakan pereaksi kimia dan melalui Rf pada kromatografi lapis

tipis. Nilai Rf (Retardation Factor) merupakan rasio antara jarak migrasi

bercak dengan jarak migrasi pelarut jarak pengembangan senyawa pada

kromatogram biasanya dinyatakan dengan Rf atau hRf. Nilai Rf berjarak

anatara 0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dengan dua desimal. hRf

Page 19: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

adalah nilai Rf dikalikan 100. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus :

. maka diperoleh data sebagai berikut :

Plat

Nilai Rf =

Plat 1 2,7/7= 0,39

Plat 2 Paling bawah (Rfa) 1/7 = 1,14

Tengah (Rfb) 2,7/7 = 0,39

Paling atas (Rfc) 5/9 = 0,71

Pada percobaan ini digunakan reagen lieberman buchart dan reagen

draggendorf. Telah kita ketahui kalau reagen dragendorf untuk menguji ada

atau tidaknya kandungan alkaloid, apabila positif mengandung alkaloid plat

silika akan menunjukan perubahan warna yaitu bercak berwarna coklat jingga

dengan latar belakang kuning. Dan reagen lieberman buchart adalah reagen

untuk mengetahui ada tidaknya kandungan terpenoid ditandai dengan bercak

warna hijau kebiruan. Namun pada praktikum ini warna plat setelah disemprot

reagen, keduanya berwarna hijau. Sehingga kita tidak menemukan adanya

kandungan alkaloid maupun terpenoid pada ekstrak Curcuma aeruginosa yang

kita uji. Hal ini berbeda dengan literatur yang kita dapat, harusnya Curcuma

aeruginosa mengandung alkaloid dan terpenoid.

Hal ini terjadi kemungkinan karena fase gerak yang kurang sesuai.

Seharusnya untuk menentukan fase gerak dilakukan beberapa pengujian

perbandingan fase gerak agar sesuai. Namun dalam laboratorium sudah

ditentukan fase geraknya yaitu Etil aetat : n.heksan dengan perbandingan 3:7,

ditambah kemungkinan adanya pengotor / terkontaminasi pada plat silika

sehingga hasil pengujian kurang sempurna. Padahal dari literatur yang kami

Page 20: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

peroleh seharusnya perbandingan yang tepat untuk fase gerak ekstrak

Curcuma aeruginosa adalah Etil aetat : n.heksan dengan perbandingan 2:8.

F. Kesimpulan

1. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada

temperatur kamar dan terlindung cahaya.

2. Didapatkan ekstrak dari simplisia Curcuma aeruginosa dengan bentuk kental dan

lengket, berwarna coklat tua dan mempunyai bau khas.

3. Hasil ekstrak kental yang diperoleh dari praktikum adalah 17,27 gram dari 100

gram serbuk simplisia Curcuma aeruginosa.

4. Rendemen yang diperoleh dari praktikum ini adalah 17,27%

5. Susut pengeringan yang didapatkan adalah 48%

6. Rata-rata waktu yang didapatkan dari uji kelengketan adalah 1,8 detik.

7. Pada pengujian Kromatografi Lapis Tipis, pada ekstrak tidak ditemukan adanya

senyawa alkaloid maupun terpenoid ketika di semprot dengan reagen dragendorf

dan lieberman buchart.

Page 21: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

G. Daftar Pustaka

Afifah, dr.Efi & Tim Lentera. 2003. Khasiat & Manfaat temulawak. Penerbit Agro

Media, Jakarta.

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim. 1978. Materia Medika Jilid II. Departemen Kesehatan republik Indonesia,

Jakarta

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anif,N dan Heru,S. 2012. Petunjuk Praktikum Galenika. FMIPA UNS, Surakarta.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Universitas

Indonesia Press.

Haqiqi, Sohibul Himam. 2008. Kromatografi Lapis Tipis. Penebar, Swadaya, Jakarta.

Hariana, Arief. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya seri 3. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Page 22: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Pensortiran Penghalusan dengan blender

Page 23: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Pengayakan proses Maserasi

Diserkai dengan kain Flanel Proses Pemekatan dengan Rotary Evaporator

Page 24: MASERASI CURCUMA AERUGINOSA

Proses Pemekatan dengan Water Bath Hasil Pengekstrakan

Plat KLT yang digunakan Pengembangan KLT di Fase gerak

Plat KLT 1 di bawah lampu UVPlat KLT 2 di bawah lampu UV