laporan kasus chf jeje
DESCRIPTION
case chfTRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 34 tahun
Alamat : Brebes
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 16/11/2014
Ruangan : Rosela
No RM : 756033
Tanggal dikasuskan : 21/11/2014
1.2 Anamnesis dilakukan autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 21 November 2014 pukul
09.00 WIB di Bangsal Rosela RSUD Kardinah, Tegal.
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 4 hari SMRS
Keluhan tambahan
Batuk berdahak putih mudah dikeluarkan, perasaan berdebar-debar, mual muntah,
pitting oedem kedua kaki disertai asites, penurunan nafsu makan dengan badan
lemas
Riwayat penyakit sekarang
Seorang perempuan (34 tahun) datang ke IGD RSUD Kardinah, dengan keluhan
sesak nafas sejak 4 hari SMRS, dan apabila beraktifitas sedikit akan terasa sesak seperti
saat melakukan aktifitas sehari-hari (berjalan ±10 meter), namun akan menghilang saat
1
istirahat (DoE +). Selain itu, pasien harus tidur menggunakan 3 bantal (Ortophnea +) dan
mengeluh perasaan berdebar-debar. Pasien menyangkal mengalami batuk lama, hanya
sesekali batuk dengan dahak putih mudah dikeluarkan. Pasien mengaku mengalami perut
kembung sejak lima hari yang lalu disertai mual muntah dan penurunan nafsu makan,
Selain perut kembung yang dirasakan pasien terdapat bengkak pada kaki sejak 5 hari
yang lalu.
Pasien pernah dirawat sejak 3 tahun yang lalu dengan keluhan yang sama. Dalam
kurang lebih 3 tahun terakhir, pasien sering merasa sesak nafas saat melakukan pekerjaan
rumah tangga (mencuci baju, mengepel lantai). Pasien sering merasa jantungnya berdebar-
debar, terutama dirasakan saat bekerja. Pasien tidur dengan 1 bantal dan kadang-kadang
terbangun pada malam hari karena sesak nafas (PND +). Tidak didapatkan keluhan
bengkak pada tungkai bawah. Kemudian, pasien akhirnya berobat pada poli jantung sejak
3 tahun lalu, namun dalam dua bulan terakhir tidak berobat karena dirasakan sudah
membaik. Tidak ada gangguan dalam BAK, warna kencing kuning, tidak keruh, tidak
berbau dan tidak sakit maupun anyang-anyangan. Frekuensi BAB setiap 1x sehari dengan
tinja kuning dan tidak keras, bau maupun berlendir, darah disangkal pasien. Pasien
menyatakan tidak ada riwayat hipertensi, DM, TB maupun asma. Pasien mengaku
sebelum hamil menggunakan KB suntik lalu berhenti karena ingin hamil.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat nyeri tenggorok berulang (+)
Riwayat gerakan yang disadari tetapi tidak dapat dikendalikan: disangkal
Riwayat bercak kemerahan di kulit: disangkal
Riwayat benjolan di bawah kulit dan tidak nyeri: disangkal
Riwayat nyeri sendi berpindah: disangkal
Riwayat DM, hipertensi, TB, dan asma: disangkal
Riwayat keluarga
Tidak terdapat riwayat DM, hipertensi, PJK, Stroke, Hipertiroid, Ginjal, Hati
maupun asma pada keluarga pasien dan tidak ada yang mengalami sakit yang sama dalam
keluarga seperti pasien.
2
Laki Laki
Perempuan
Pasien anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan ibu dari tiga orang anak.
Anak pertama berumur 17 tahun, anak kedua meninggal saat berumur 2 bulan
karena aspirasi 10 tahun yang lalu, anak ketiga berumur 2 bulan
Riwayat pengobatan
Pasien berobat pada poli jantung sejak 3 tahun terakhir, namun sekitar 2 bulan belakangan
pasien jarang kontrol sehingga obat tidak diminum oleh pasien karena merasa sudah membaik.
Pasien mengaku tidak pernah meminum obat obatan racikan yang dibeli sendiri maupun jamu-
jamuan.
Riwayat Kebiasaan
Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok ataupun minum alkohol serta jarang
berolahraga.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan sudah menikah dan tinggal bersama suami dan 2
orang anaknya. Biaya hidup ditanggung oleh suami dan biaya RS ditanggung asuransi BPJS non
PBI.
3
1.3 Pemeriksaan Fisik
• KU : tampak kurus dengan tampak sakit sedang disertai sesak nafas
• Kesadaran : Compos mentis, GCS E4 M6 V5
• BB dan TB : 40kg / 155cm
• BMI : 16,67 (Underweight)
• Tanda Vital
- Nadi : 108 x/menit ireguler, isi dan tegangan kecil dan lemas (pulsus
parvus et tardus).
- Pernapasan : 36 x/menit, irama teratur
- Suhu : afebris (36.4 oC axilar)
- TD : 110/70 mmHg
Status Generalis
Kepala : Normocephali dengan rambut hitam distribusi merasa dan tidak mudah
dicabut, alopesia (-) nyeri tekan (-)
• Mata : alis mata tebal, simetris, dan tidak mudah dicabut serta bulu mata
tidak rontok trichiasis (-/-), oedem palpebra (-/-), benjolan (-/-), konjungtiva pucat
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor (+/+), diameter 3mm/3mm, reflek cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+), fotosensitivitas (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis
(-/-), sekret (-/-), benjolan/hordeolum (-/-), eksoftalmus (-/-).
• Hidung : deformitas septum nasi (-/-), nafas cuping hidung (-/-), mukosa
hiperemis (-/-), konka eutrofi (+/+), sekret (+/+), darah (-/-), benjolan (-/-), nyeri
tekan (-)
• Telinga : normotia, bentuk dan ukuran dalam batas normal, benjolan (-/-),
nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen
(-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
• Mulut : bibir berwarna kecoklatan, kering (-), pucat (-), sianosis (-),
mukosa mulut berwarna merah (+), sariawan (-), gusi bengkak (-), lidah warna
merah, lidah kotor (-), atrofi (-), tremor (-), karies gigi (-), kalkulus (-), faring
hiperemis (-), tonsil T1/T1.
4
Leher : Tiroid dan KGB tidak teraba membesar
Terdapat peningkatan JVP 5+4 cmH2O
Trakea teraba ditengah dan tidak ada deviasi
Toraks :Inspeksi bentuk rongga dada normal, simetris, dinding dada
berwarna sawo matang, ikterik(-), pucat(-), sianosis(-), kemerahan(-), spider nervi(-) ,
tidak tampak efloresensi yang bermakna. Retraksi intercostae (-/-), retraksi otot bantu
pernafasan (-/-), atrofi m pectoralis (-/-), sela iga dalam batas normal, tidak melebar dan
tidak menyempit
PARU :
Anterior : kanan kiri
Inspeksi : gerak dinding dada gerak dinding dada
saat statis maupun dinamis saat statis maupun dinamis
tampak simetris tampak simetris
Palpasi : vocal fremitus teraba simetris, vocal fremitus teraba simetris
tidak ada hemithorax tidak ada hemithorax
yang tertinggal yang tertinggal
Perkusi : sonor pada seluruh lapang sonor pada seluruh lapang
paru kanan paru kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+) suara dasar vesikuler (+)
suara tambahan: rbh (+) suara tambahan: rbh (+)
wh (-) wh (-)
Posterior : kanan kiri
Inspeksi : gerak dinding dada gerak dinding dada
saat statis maupun dinamis saat statis maupun dinamis
tampak simetris tampak simetris
Palpasi : vocal fremitus teraba simetris, vocal fremitus teraba simetris
tidak ada hemithorax tidak ada hemithorax
yang tertinggal yang tertinggal
Perkusi : sonor pada seluruh lapang sonor pada seluruh lapang
paru kanan paru kiri
5
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+) suara dasar vesikuler (+)
suara tambahan: rbh (+) suara tambahan: rbh (+)
wh (-) wh (-)
JANTUNG :
Inspeksi : Ictus cordis nampak di ICS V ± 2 cm di lateral linea midclavicularis sinistra.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V ± 2 cm di lateral linea midclavicularis sinistra, dengan
diameter 0,5 cm, kuat angkat (+), pulsasi parasternal (+), pulsasi epigastrial (+), sternal
lift (+)
Perkusi : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis dextra.
Batas jantung kiri : ICS V ± 2cm lateral linea midclavikularis sinistra.
Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra.
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra, berbentuk cekung.
Konfigurasi jantung : kesan kardiomegali.
Auskultasi : Suara dasar : S1 N, S2 (P2) iregular, 108x/menit.
Suara tambahan : gallop (-)
Middiastolik murmur grade ¾, punctum maximum di apex,
diastolic rumble
Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, ikterik (-), venektasi (-), smiling umbilicus (-), caput medusae
(-), sikatriks (-).
Auskultasi : bising usus (+) normal ± 3x/menit.
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-), hepar teraba (+) 3 jari di
bawah arcus costae dengan tepi tumpul, permukaan rata, nyeri tekan (-),
konsitensi kenyal, splenomegali (-), ballotement (-), shifting dullness (+)
Perkusi : timpani di keempat kuadan abdomen, hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae,
ruang traube sonor. Pekak alih (+), pekak sisi (-). nyeri ketok costovertebra (-)
6
Ekstremitas : Oedem extremitas superior -/- extremitas inferior +/+
Akral hangat extremitas superior +/+ extremitas Inferior +/+
Berkeringat extremitas superior -/- extremitas Inferior -/-
Ikterik extremitas superior -/- extremitas Inferior -/-
Sianosis extremitas superior -/- extremitas Inferior -/-
Pucat extremitas superior -/- extremitas Inferior -/-
Capilary Refill Time extremitas superior <2 detik
extremitas Inferior <2 detik
petechie extremitas superior -/- extremitas Inferior -/-
1.4 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan EKG 16 / 11 / 2014 di UGD
DESKRIPSI:Irama : AtrialRate : 150 kali/menitAksis : RADGelombang P : sulit dievaluasiInterval PR : sulit dievaluasiDurasi QRS : 0,08 detikMorfologi QRS : R>S di V1, S persistent di V6; Rsr’ di V1, V2 ST-T segment : RV strain (+) di V1, V2 Lain-lain : Gelombang F (+)Kesan : Atrial fibrillation rapid ventrikular respone, RAD, RVH, RBBB inkomplit
7
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap tanggal 16/11/14:
Hb : 12 g/dL (12-16 g/dL)Ht : 36 % (37-47%)Leukosit : 10.000/uL (4.000-10.000/uL)
Basofil : 0.3% (0-1%)Eosinofil : 0% (2-4%)Neutrofil : 69,3% (50-70%)Limfosit : 19,3% (25-40%)Monosit : 10,7% (2-8%)
Trombosit : 330 ribu/uL (150.000-410.000/uL)MCV : 89.1 U (80-96 U)MCH : 29,7 Pcg (28-33 Pcg)MCHC : 33,3 g/dL (33-36 g/dL)fEritrosit : 4,3 juta/uL (4,2-5,4 juta/uL)LED 1jam : 3 mm/jam (0-20 mm/jam)LED 2jam : 7 mm/jam (0-35 mm/jam)SGOT : 32 U/L (13-35 U/L)SGPT : 26 U/L (7-35 U/L)Ureum : 41 (12.8-42.8 U/L)Creatinin : 0.72 (0.5-1.1 U/L)HbsAg : Negatif (Negatif)Na : 126,7 mmol/L (136-145 mmol/L)K : 3,90 mmol/L (3,9-5,1 mmol/L)Cl : 98,0 mmol/L (98-106 mmol/L)
3. Pemeriksaan rontgen Thoraks tanggal 19/11/14
Deskripsi:
CTR 83%
Elongasi aorta (-)
8
Segmen pulmonal menonjol (+)
Pinggang jantung mendatar
Apeks bergeser ke lateral upward
Pulmo: cephalisasi (+)
Kesan:
Kardiomegali (RV, LA)
Hipertensi pulmonal
Edema paru
1.5. Daftar Abnormalitas
1. Dypsnea2. Paroxymal Nocturnal Dypsnea3. Orthopnea4. Oedem Pulmonal5. Ascites6. Oedem Kaki Bilateral7. Mual Muntah8. Rhonchi basah halus (+/+) di 1/3 basal lapang paru9. Batuk berdahak putih mudah keluar10. Badan Lemas11. Penurunan nafsu makan12. Perasaan berdebar-debar
1.6 Daftar Masalah
NO DAFTAR MASALAH AKTIF
TANGGAL DAFTAR MASALAH PASIF
TANGGAL
1. Oedem Pulmonal 21/11/2014
2. Right Heart Failure ec Mitral Stenosis Berat
21/11/2014
3. Sulit tidur 21/11/2014
4. Mual Muntah 21/09/2014
5. Badan Lemas 21/09/2014
9
1.7 Diagnosa kerja 21/11/2014
CHF NYHA IV Ec suspect mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal
AF RVR
1.8 Diagnosa Banding
ASD
1.9 Rencana Pemecahan Masalah
Problem I : Oedem Pulmonal
Assesment : menegakan diagnosis penyebab Oedem Pulmonal
Inisial plan : Diagnosa : Sesak (DoE, PND, dan Orthopnea), Pemeriksaan fisik, Rontgen
thorax PA
Terapi : Posisi setengah tidur 30o
Kanul O2 2-4 L/menit
Diuretik 2x2 amp IV (1-2mg/KgBB/hari)
KSR 2x2 tablet
Clobazam 1x1
Kateter urin
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran (sesak,oedem,rhonki -)
Edukasi : - penjelasan kepada pasien tentang kemungkinan
penyebab Oedem Pulmonal
- rencana penatalaksanaan untuk mengurangi gejala
- istirahat cukup, jangan terlalu banyak bicara
- penjelasan kepada pasien tentang efek samping
pengobatan diatas
Problem II : Right Heart Failure
Assesment : menegakan diagnosis penyebab Right heart failure
Inisial plan : Diagnosa : gejala klinis, Peningkatan JVP dan Oedem Kaki Bilateral ,
Ascites ,Tensimeter, EKG, rontgen thorax PA.
Terapi : - posisi setengah duduk 30º
10
- O2 4 L/menit
- infus NaCl 0,9% 10 tetes/menit
- pasang DC
- furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 2 x 2 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, perkembangan gejala klinis
(jvp menurun,ascites,oedem kaki -)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan
penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Problem III : Atrial Fibrilasi
Assesment : menegakan diagnosis penyebab Atrial Fibrilasi
Inisial plan : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - Digoksin 1x1 (0,25mg) tablet
- Clopidogrel 1x1
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, perkembangan gejala klinis
(perasaan berdebar-debar)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan
penyebab AF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
11
1.10 MONITORING
21/11/2014 22/11/2014 23/11/2014 24/11/2014 25/11/2014 26/11/2014
120110 110 110 110 110
7060
70 70 70 70
tekanan darah
sistolik diastolik
Gambar 1. Monitoring tekanan darah
41964 41965 41966 41967 41968 4196980
85
90
95
100
105
110108
98
90 90
94 94
nadi
Nadi
Gambar 2. Monitoring Nadi
12
41964 41965 41966 41967 41968 4196936.0
36.2
36.4
36.6
36.8
37.0
suhu0C
Gambar 3. Monitoring Suhu
Tabel Follow Up Masalah
Oedem pulmonal dan CHF
21/11/14 22/11/14 23/11/14 24/11/14 25/11/14 26/11/14
Sesak nafas + -
PND + - - -
Ronchi + + + - -
Perasaan Berdebar + + + -
Oedem Kaki + - -
Ascites + - -
Terapi Posisi setengah tidur 30o
Kanul O2 2-4 L/menit
Infus NaCl 0,9% 10 tetes/menit
Diuretik 2x2 amp IV (1-2mg/KgBB/hari)
KSR 2x2 tablet
Digoxin 1x1(0,25mg) tablet
Clopidogrel 1x1
Kateter urin
13
1.11 Follow Up:
Tanggal : 22/11/14
Problem 1 : Oedem Pulmonal
S : sesak berat, PND +, DoE +, Ortopnea +
O : KU : tampak sakit berat, sesak nafas
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/60 mmHg, nadi 98x/menit
nafas 30x/menit, suhu 36.4ºC
Paru : Rh +/+
A : Oedem Pulmonal
P : Diagnosa : anamnesis + rh basah (+/+) di kedua lapang paru
Terapi :Posisi setengah duduk 30O
O2 2-4L/menit
Furosemide 2x2 amp
KSR 2x2 tab
Kateter
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran
Edukasi : - edukasi untuk minum obat yang teratur
- istirahat yang cukup dan tidak banyak beraktivitas
Problem 2 : Right heart failure
S : pasien masih mengeluh kaki bengkak, dan ascites
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/60 mmHg, nadi 98x/menit
nafas 30x/menit, suhu 36.4ºC
Leher : JVP 5+4CmH2O
Abdomen : Shifting dullnes +
Extremitas : Oedem pitting extremitas superior -/- , extremitas inferior +/+
A : Right heart failure
P : Diagnosa : gejala klinis, pemeriksaan fisik, EKG
14
Terapi : - furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 600 mg 2 x 2 tab
- digoxin 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran
perkembangan pemeriksaan fisik (oedem , ascites)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Problem 3 : Atrial fibrilasi
S : pasien masih mengeluh berdebar-debar (+)
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/60 mmHg, nadi 98x/menit
nafas 30x/menit, suhu 36.4ºC
A : Atrial Fibrilasi
P : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - digoxin 1 x 1 tab
- clopidogrel 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, keluhan
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Tanggal : 23/11/2014
Problem 1 : Oedem Pulmonal
S : sesak sedang, PND +, DoE + , Ortopnea +
O : KU : tampak sakit sedang, sesak nafas
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 26x/menit, suhu 36.6ºC
Paru : Rh +/+
15
A : Oedem Pulmonal
P : Diagnosa : anamnesis + rh basah (+/+) di kedua lapang paru
Terapi :Posisi setengah duduk 30O
O2 2-4L/menit
Furosemide 2x2 amp
KSR 2x2 tab
Kateter
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran
Edukasi : - edukasi untuk minum obat yang teratur
- istirahat yang cukup dan tidak banyak beraktivitas
Problem 2 : Right heart failure
S : pasien masih mengeluh kaki bengkak, dan ascites
O : KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 26x/menit, suhu 36.6ºC
Leher : JVP 5+4CmH2O
Abdomen : Shifting dullnes +
Extremitas : Oedem pitting extremitas superior -/- , extremitas inferior +/+
A : Right heart failure
P : Diagnosa : gejala klinis, pemeriksaan fisik , EKG
Terapi : - furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 600 mg 2 x 2 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran
perkembangan pemeriksaan fisik (oedem , ascites)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
16
Problem 3 : Atrial fibrilasi
S : pasien masih mengeluh berdebar-debar (+)
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 26x/menit, suhu 36.6ºC
A : Atrial fibrilasi
P : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - digoxin 1 x 1 tab
- clopidogrel 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, keluhan
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Tanggal : 24/11/2014
Problem 1 : Oedem Pulmonal
S : sesak sedang, PND ( - ) , DoE + ( ), Ortopnea + ( - )
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 22x/menit, suhu 36.5ºC
Paru : Rh +/+ ( )
A : Oedem Pulmonal
P : Diagnosa : anamnesis + rh basah (+/+) di kedua lapang paru
Terapi :Posisi setengah duduk 30O
O2 2-4L/menit
Furosemide 2x2 amp
KSR 2x2 tab
Digoxin 1x1 tab
Kateter
17
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran
Edukasi : - edukasi untuk minum obat yang teratur
- istirahat yang cukup dan tidak banyak beraktivitas
Problem 2 : Right heart failure
S : pasien masih mengeluh kaki bengkak, dan ascites
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 22x/menit, suhu 36.5ºC
Leher : JVP 5+2CmH2O
Abdomen : Shifting dullnes +, Ballotement +
Extremitas : Oedem pitting extremitas superior -/- , extremitas inferior +/+
A : Right heart failure
P : Diagnosa : gejala klinis, pemeriksaan fisik , EKG
Terapi : - furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 600 mg 2 x 2 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran
perkembangan pemeriksaan fisik (oedem , ascites)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Problem 3 : Atrial fibrilasi
S : pasien masih mengeluh berdebar-debar ( )
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 22x/menit, suhu 36.5ºC
A : Atrial Fibrilasi
18
P : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - digoxin 1 x 1 tab
- clopidogrel 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, keluhan
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Tanggal : 25/11/14
Problem 1 : Oedem Pulmonal
S : sesak ( ), PND (- ) , DoE ( - ), Ortopnea ( - )
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 94x/menit
nafas 24x/menit, suhu 36.5ºC
A : Oedem Pulmonal
P : Diagnosa : anamnesis + rh basah (-/-)
Terapi : Furosemide 2x2 amp
KSR 2x2 tab
Digoxin 1x1 tab
Kateter
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran
Edukasi : - edukasi untuk minum obat yang teratur
- istirahat yang cukup dan tidak banyak beraktivitas
Problem 2 : Right heart failure
S : bengkak kaki berkurang banyak, dan ascites (-)
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 94x/menit
nafas 24x/menit, suhu 36.5ºC
19
Leher : JVP 5+1CmH2O
Abdomen : Shifting dullnes +
Extremitas : Oedem pitting extremitas superior -/- , extremitas inferior -/- ( )
A : Right heart failure
P : Diagnosa : gejala klinis, pemeriksaan fisik , EKG
Terapi : - furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 600 mg 2 x 2 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran
perkembangan pemeriksaan fisik (oedem , ascites)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Problem 3 : Atrial fibrilasi
S : pasien masih mengeluh berdebar-debar ( )
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 94x/menit
nafas 324x/menit, suhu 36.5ºC
A : Atrial fibrilasi
P : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - digoxin 1 x 1 tab
- clopidogrel 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, keluhan
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
20
Tanggal 26/11/2014 – Pasien diperbolehkan pulang
Problem 1 : Oedem Pulmonal
S : sesak (–), PND (- ) , DoE ( - ), Ortopnea ( - )
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 20x/menit, suhu 36.5ºC
A : Oedem Pulmonal
P : Diagnosa : anamnesis + rh basah (-/-)
Terapi : Furosemide 2x2 amp
KSR 2x2 tab
Digoxin 1x1 tab
Kateter
Monitoring : - KU, TTV, kesadaran
Edukasi : - edukasi untuk minum obat yang teratur
- istirahat yang cukup dan tidak banyak beraktivitas
Problem 2 : Right heart failure
S : bengkak kaki berkurang banyak, dan ascites (-)
O : KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 20x/menit, suhu 36.5ºC
Leher : JVP 5+0CmH2O
Abdomen : Shifting dullnes + ( )
Extremitas : Oedem pitting extremitas superior -/- , extremitas inferior -/-
A : Right heart failure
P : Diagnosa : gejala klinis, pemeriksaan fisik , EKG
Terapi : - furosemide 2 x 2 amp iv
- ksr 600 mg 2 x 2 tab
21
Monitoring : KU, TTV, kesadaran
perkembangan pemeriksaan fisik (oedem , ascites)
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit dan kemungkinan penyebab RHF
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
- Kontrol rutin di Poli Jantung
Problem 3 : Atrial fibrilasi
S : pasien tidak mengeluh berdebar-debar ( - )
O : KU : tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD 110/70 mmHg, nadi 90x/menit
nafas 20x/menit, suhu 36.5ºC
A : Atrial Fibrilasi
P : Diagnosa : gejala klinis, EKG
Terapi : - digoxin 1 x 1 tab
- clopidogrel 1 x 1 tab
Monitoring : KU, TTV, kesadaran, keluhan
Edukasi : - edukasi perjalanan penyakit
- edukasi tentang pengobatan yang diberikan
- istirahat cukup, restriksi cairan
Terapi pulang: - Furosemid 2x1/2 tab
- KSR 2x1 tab
- Digoxin 1x1 tab
- Clopidogrel 1x1 tab
Edukasi : - Usul pemeriksaan Echo
- Kontrol rutin poli jantung dan minum obat teratur
- Hindari makan kopi, teh, coklat
- Batasi minum, maksimal 1500cc
- Jangan beraktivitas terlalu berlebihan
- Tidur cukup
22
BAB II
Tinjauan Pustaka
Mitral Stenosis
2.1 Mitral stenosis
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah ke
ventrikel pada katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur mitral leaflets, yang
menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat
diastol.1,2,3 Stenosis mitral merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung kongestif di
negara-negara berkembang.3,4 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rowe dkk (1925) terhadap
250 penderita mitral stenosis, setelah sepuluh tahun 39% penderita meninggal dunia, 22%
menjadi semakin sesak dan 16% memiliki setidaknya satu manifestasi komplikasi tromboemboli.
Setelah 20 tahun kemudian, 7% meninggal dunia, 8% penderita menjadi semakin sesak dan 26%
memilki setidaknya satu manifestasi tromboemboli.4
Secara keseluruhan 10-years survival rate dari penderita stenosis mitral tanpa pengobatan
lanjut hanya sekitar 50-60%, tergantung dari keluhan yang timbul saat itu. Tanpa tindakan
pembedahan, 20-years survival rate hanya sekitar 85%. Penyebab kematian pada penderita yang
tidak mendapat pengobatan, yaitu:3
Gagal jantung (60-70%),
Emboli sistemik (20-30%) dan emboli paru (10%),
Infeksi (1-5%).
23
2.2 Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik, akibat reaksi yang
progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.1,2,3,4 Diperkirakan 90% stenosis mitral
didasarkan atas penyakit jantung rematik.2,5 Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis
mitral kongenital, vegetasi dari systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid,
mucopolysaccharhidosis, rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry disease, akibat obat
fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut akibat
proses degeneratif.1,2,3
2.3 Patologi
Pada stenosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses peradangan (valvulitis)
dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini akan menimbulkan
fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi komisura serta pemendekan korda atau
kombinasi dari proses tersebut. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari apparatus mitral
yang normal, mengecilnya area katup mitral menjadi seperti mulut ikan (fish mouth) atau lubang
kancing (button hole). Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium,
sedangkan fusi korda mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder.1,2
Pada endokarditis reumatik, daun katup dan korda akan mengalami sikatrik dan
kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda, sehingga menimbulkan penarikan daun katup
menjadi bentuk funnel shape.1,2
24
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2, bila area orifisium katup
berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan
atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila
pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm2.1,4 Pada tahap ini diperlukan suatu tekanan
atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal.1 Peningkatan
tekanan atrium kiri akan meningkatkan tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler, sehingga
bermanifestasi sebagai exertional dyspneu.4 seiring dengan perkembangan penyakit, peningkatan
tekanan atrium kiri kronik akan menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya
akan menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diatol, regurgitasi trikuspidal dan
pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik.1,4
Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi lanjut, yaitu
pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20% penderita, dan terjadinya atrial
fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40% penderita.4
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga
ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara
penutupan katup aorta dan kejadian opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat
stenosis mitral sebagai berikut:
Minimal : bila area >2,5 cm2
Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
Sedang : bila area 1-1,4 cm2
Berat : bila area <1,0 cm2
25
Reaktif : bila area <1,0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup mitral
menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm2). Hubungan antara gradien dan luasnya area
katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada tabel berikut:
Derajat stenosis A2-OS interval Area Gradien
Ringan >110 msec >1,5 cm2 <5 mmHg
Sedang 80-110 msec >1 cm2-1,5 cm2 5-10 mmHg
Berat <80 msec <1 cm2 >10 mmHg
A2-OS: Waktu antara penutupan katup aorta dengan pembukaan katup mitral
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan meningkat
bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm2 yang berupa stenosis mitral
berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas.
Berat ringannya kelainan katup yang terjadi dapat ditentukan melalui Echo yang nantinya akan
menentukan penatalaksanaan, prognosa maupun outcome jangka panjang yang akan dilakukan,
penilaian ini dengan menggunakan scoring Wilkin’s Score.
26
2.5 Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan utama berupa
sesak napas dan dapat juga berupa fatigue. Pada stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami
sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema
paru.1,2,3,4,5,6
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada
stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut atau distensi atrium yang
akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat
stenosis.1
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli,
infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia
dan suara serak.1
27
2.6 Diagnosis
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, elektrokardiografi (EKG) atau ekokardiografi.1,2,3,4,5,6
Dari riwayat penyakit biasanya didapatkan adanya:
Riwayat demam rematik sebelumnya, walaupun sebagian besar penderita menyangkalnya.3,4,5
Dyspneu d’effort.3,4,6
Paroksismal nokturnal dispnea.3,4,6
Aktifitas yang memicu kelelahan.4
Hemoptisis.4
Nyeri dada.4
Palpitasi.4
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Sianosis perifer dan wajah.4
Opening snap.1,2,3,4,5,6
Diastolic rumble.1,2,3,4,5,6
Distensi vena jugularis.4
Respiratory distress.4
Digital clubbing.8
Systemic embolization8
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan oedem perifer.1,2,3,4,5
28
Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta pembesaran
arteri pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda bendungan pada lapangan
paru.1,2,3
Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupa takik pada
gelombang P dengan gambaran QRS kompleks yang normal. Pada tahap lebih lanjut dapat
terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran RS
pada hantaran prekordial kanan.7,
Dari pemeriksaan ekokardiografi akan memperlihatkan:2
E-F slope mengecil dari anterior leaflets katup mitral, dengan menghilangnya gelombang a,
Berkurangnya permukaan katup mitral,
Berubahnya pergerakan katup posterior,
Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
2.7 Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan hanya bersifat
suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung, atau pencegahan terhadap
infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin
sering digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik
negatif seperti ß-blocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama
sinus yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada latihan.10
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang bermakna akibat
hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta frekuensi ventrikel yang cepat.
29
Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan
penyekat beta atau antagonis kalsium.9,8
Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium
atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena
tromboemboli.10
Valvotomi mitral perkutan dengan balon, pertama kali diperkenalkan oleh Inoue pada
tahun 1984 dan pada tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik. Mulanya dilakukan dengan
dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan dalam teknik pembuatan balon, prosedur
valvotomi cukup memuaskan dengan prosedur satu balon.11
Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali diajukan oleh
Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun 1920. Akhir-akhir ini
komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena adanya mesin jantung-paru. Dengan cara
ini katup terlihat jelas antara pemisahan komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan
kalsifikasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil
apakah itu reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa.13
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:12
Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan keluhan,
Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri.
30
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:15
1. Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa komplikasi,
2. Open commissurotomy (open mitral valvotomy), dipilih apabila ingin dilihat dengan jelas
keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya trombus di dalam atrium,
3. Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai regurgitasi dan
kalsifikasi katup mitral yang jelas.
Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American Heart
Association (ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur terapi sebagai berikut:1
1. Kelas I: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu bermanfaat dan efektif,
2. Kelas II: keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang manfaat atau efikasi dari
suatu prosedur atau pengobatan,
a. II.a. Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau efektif,
b. II.b. Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya menfaat atau efikasi.
3. Kelas III: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa prosedur atau
pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan pada beberapa kasus berbahaya.
2.8 Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka harapan hidup 10
tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angka harapan hidup 10 tahun). Hal ini
dikarenakan angka resiko terjadinya emboli arterial secara bermakna meningkat pada atrium
fibrilasi.14
31
32
33
Daftar Pustaka
1. Iung B, Baron G, Butchart EG, et al. a prospective survey of patients with valvular heart
disease in Europe : the euro heart survey on valvular heart disease. Eur Heart J 2003; 24
(13) : 1231-43
2. Rilantono L L. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskuler. FKUI 2013;277-309
3. Panggabean MM. Gagal Jantung In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. edisi 5. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;
2009
4. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Dalam : Rachman LY, editor.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta :EGC ; 2007
5. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Profesional Guide of Pathophysiology. Dalam :
Hartono A, editor. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC ; 2011
6. Boswood, A. 2008. Heart failure management; the use of diuretics vasodilators and
inotropes. In Proceeding of the European Veterinary Conference Voorjaarsdagen. 24-26
April 2008. Amsterdam, Netherlands.
7. Feigenbaum,Harvey;Armstrong,William; Ryan,Thomas. Evaluation of systolic and
diastolic function of left ventricle.In: Feigenbaum’s Echocardiography,6th edition,
Lippincott Williams & Wilkins 2005.
8. Oh,Jae K; Seward, James B; Tajik AJ. Assessment of diastolic function and diastolic
heart failure. In: Echo manual,The,3rd edition, Lippincott Williams and Wilkins 2006.
9. Feigenbaum,Harvey;Armstrong,William; Ryan,Thomas. Evaluation of systolic and
diastolic function of left ventricle.In: Feigenbaum’s Echocardiography,6th edition,
Lippincott Williams & Wilkins 2005.
10. Oh,Jae K; Seward, James B; Tajik AJ. Assessment of diastolic function and diastolic
heart failure. In: Echo manual,The,3rd edition, Lippincott Williams and Wilkins 2006.
11. Miller C A, O’gara PT, Lilly L S. valvular heart disease. In: lilly L S
(ed( Pathophysiology of heart disease fifth ed. Philadelphia : lippincott williams &
wilkins; 2011: 190-209
12. Branch, William T., R. Wayna Alexande, Robert C. Schlant, and J. Wilis Hurst. 2000.
Cardiology in Primary Care. Singapore : McGraw Hill.
34
13. Madiyono B. demam rematik dan penyakit jantung rematik pada anak di akhir milenium
kedua. In kalgis RWM, Kalim H, Yusak M, et al. Penyakit kardiovaskuler dari pediatic
sampai geriatric. Balai penerbit rumah sakit jantung harapan kita, Jkarta 2001. P3-16
14. Oh JK, Seward JB, Tajik AJ. Echocardiography Manual. Second edition. Lippincott-
raven : philadelphia-new york, 1999; p113-19
15. Vahanian A. valve disease : ballon Valvuloplasty. Heart 2001; 85 ; 223-8
35
36