lapkas dka

14
BAB I PENDAHULUAN Bila dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI), penderita Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitifitas). Diramalkan bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang di pakai oleeh masyarakat. Dulu di perkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan DKA 20%, tetapi data baru menunjuukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja kareena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60%. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sring dari pada DKA akibat kerja. 1

Upload: mul-ya

Post on 03-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jkghkh

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Dka

BAB I

PENDAHULUAN

Bila dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Iritan (DKI), penderita

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lebih sedikit, karena hanya mengenai orang

yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitifitas). Diramalkan bahwa jumlah

DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk

yang mengandung bahan kimia yang di pakai oleeh masyarakat.

Dulu di perkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan

DKA 20%, tetapi data baru menunjuukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja

kareena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60%. Sedangkan

dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih

sring dari pada DKA akibat kerja.

Namun informasi mengenai prevalensi dan insiden DKA di masyarakat

sangat sedikit, sehingga bebeerapa angka yang mendekati kebenaran belum

didapat.

1

Page 2: Lapkas Dka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dapat terjadi karena kulit terpajan

berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sentisizer (alergen). Dermatitis

Kontak Alergik lebih kurang merupakan 20% dari seluruh dermatitis kontak.

2.2 ETIOLOGI

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul

umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses disbut

Hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum

sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup).

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya potensi

sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,

oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum dan pH. Juga faktor

individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,

ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit,

terpajan sinar matahari).

2

Page 3: Lapkas Dka

2.3 GEJALA KLINIS

Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak

eritematosa yang berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel

atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi

(basah).

DKA akut di tempat tertentu, misalnya kelopak mata, penis, skrotum,

eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel. Pada yang kronis terlihat kulit

kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak

jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis,

mungkin penyebabnya juga campuran.

2.4 DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan

klinis yang teliti. Pertanyaan mengenai kontak yang dicurigai didasarkan kelainan

3

Page 4: Lapkas Dka

kulit yang ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berukuran numular disekitar

umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka

perlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat

pinggang yang terbuat dari logam (nikel).

Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi,

obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang

di ketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi,

baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat lokasi dan pola

kelainan kulit sering kali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya di

ketiak oleh deeodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, di kedua kaki oleh

sepatu/sandal. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang,

pada seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-

sebab endogen.

2.5 DIAGNOSA BANDING

Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang

khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis atopik, dermatitis numularis,

dermatitis seboroik, atau psoriasis.

4

Page 5: Lapkas Dka

Diagnosis banding yang terutama ialah dengan DKI. Dalam keadaan ini

pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah

dermatitis terseebut karena kontak alergi.

2.6 PENATALAKSANAAN

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah

upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyeebab, dan

menekan kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteroid dapat di berikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel atau

bula, serta eksudatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari. Umumnya

kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Sedangkan kelainan kulitnya

cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air salisil 1:1000.

Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat

pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau

makrolaktam (pimocrolimus atau tacrolimus) secara topikal.

2.7 PROGNOSIS

Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat

disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan

5

Page 6: Lapkas Dka

dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis,

atau psoriasis), atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari, misalnya

berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di lingkungan

peenderita.

6

Page 7: Lapkas Dka

BAB III

KESIMPULAN

1. Dermatitis Kontak Alergi (DKA) dapat terjadi karena kulit terpajan

berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sentisizer (alergen).

2. Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul

umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses

disbut Hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat meenembus stratum

korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup).

3. Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada

keparahan dermatitis ndan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan

bercak eritematosa yang berbatas jelas, kemudiian diikuti edema,

papulovesikel, vvesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah

menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).

4. Diagnosis banding DKA yang terutama ialah dengan DKI.

5. Kortikosteroid dapat di berikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel

atau bula, serta eksudatif (madidans), misalnya prednison 30 mg/hari.

7

Page 8: Lapkas Dka

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. J

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sagoe, Sp. Tiga, Pidie

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

No.CM : 143734

Keluhan Utama : Gatal-gatal pada kedua kaki dan kedua lengan sejak 10 hari

yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal pada

kedua kaki dan lengan, keluhan ini sudah dirasakan sejak 10 hari yang lalu. Gatal

yang dirasakan setiap saat, pasien juga mengaku sering ke sawah dan pasien juga

sering memakai sandal jepit.

Riwayat Penyakit Dahulu : tidak pernah mengalami penyakit serupa

Riwayat Penggunaan Obat : belum pernah berobat sebelumnya

8

Page 9: Lapkas Dka

UKK :

At regio dorsal pedis : tampak kulit kering disertai adanya papul berwarna

kehitaman, berbatas tegas dengan jumlah multiple, bentuk polisiklik lesi tidak

teratur dengan penyebaran regional.

At regio ekstremitas superior : tampak adanya makula hipopigmentasi disertai

dengan skuama dengan ukuran lentikular, berbatas tegas dengan jumlah multiple,

berbentuk polisiklik, penyebaran regional.

At regio thoraks posterior : tampak adanya makula hipopigmentasi, ukuran miliar

dan lentikular berbatas tegas dengan jumlah multiple, berbentuk polisiklik,

penyebaran regional.

Diagnosa Banding

1. Dermatitis kontak alergi

2. Ptiriasis vesikolor

3. Dermatitis Seboroik

4. Dermtitis kontak iritan

Penatalaksanaan

1. Metilprednisolon 8 mg 1x1

2. Cetirizine tab 1x1

3. Ketoconazole cream

Pencegahan : Hindari terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab.

9

Page 10: Lapkas Dka

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin MD. 2002. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar

Palomo JJ, Moreno A. 2011. Epidemiology of Contact Dermatitis.

Prof. Dr. Marwali Harahap. 2000. Ilmu Pnyakit Kulit. Penrbit Hipokrates. Jakarta

Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda. 2007. Ilmu Pnyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Prof. Dr. R.S. Siregar, Sp.KK (K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

10