koef.distribusi iod

21
Laporan Praktikum Kimia Analitik II Koefisien Distribusi Iod Oleh : 1. Fitri Aprilia 093194205 2. Wilda Ulin Nuha 093194211 3. Endah Rohmawati 093194216 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia 2011

Upload: wilda-ulin-nuha

Post on 03-Jul-2015

1.277 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

monggo d jadikan contoh untuk pengerjaan laporannya.. :Dtp d cntumkan sumbernya yaaa

TRANSCRIPT

Page 1: koef.distribusi iod

Laporan Praktikum Kimia Analitik II

Koefisien Distribusi Iod

Oleh :

1. Fitri Aprilia 093194205

2. Wilda Ulin Nuha 093194211

3. Endah Rohmawati 093194216

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jurusan Kimia

Program Studi Pendidikan Kimia

2011

Page 2: koef.distribusi iod

A. Judul Percobaan : KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD

B. Tujuan : 1. Mengekstrak iod ke dalam pelarut organik

2. Menghitung harga KD dari iod

C. Dasar Teori

Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) di antara

dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Secara umum, ekstraksi adalah

proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air oleh suatu

pelarut lain yang tidak dapat bercampur. Pelarut yang umum dipakai adalah air

dan pelarut organik lain seperti CCl4, eter atau pentana. Garam anorganik,

asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan

baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi

lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih

kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali

(Arsyad, 2001).

Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,

ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap

merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan

pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian

dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan

diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan

dipisahkan (Khopkar, 1990).

Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak

saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut

tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu.

Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut

akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah

dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua

pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan

Page 3: koef.distribusi iod

tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan

dengan rumus:

KD = ���� atau

KD = ���� ,

Dengan KD = Koefisien distrribusi, dan Co, dan Ca adalah konsentrasi solute

pada pelarut organik dan air. Sesuai dengan kesepakatan, konsentrasi solute

dalam pelarut organic dituliskan di atas dan konsentrasi solute dalam pelarut di

tuliskan di bawah. Dari rumus tersebut jika harga KD besar, solute secara

kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih banyak ke dalam pelarut organic

begitu pula terjadi sebaliknya. Rumus tersebut di atas hanya berlaku bila ; (a)

solute tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, (b) solute tidak berasosiasi

dalam salah satu pelarut, dan (c) zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah

satu pelarut atau adanya reaksi-reaksi lain.

Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi,

perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan

mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung

konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat

diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien

distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan.

Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih

bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi

menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik

(fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus

angka banding distribusi dapat ditulis:

D = ��� ���� �� ������ � ����� ���� �����

��� ���� �� ������ � ����� ���� ���

Page 4: koef.distribusi iod

D. Alat dan Bahan

Alat :

- Gelas kimia

- Pipet

- Gelas ukur

- Labu ukur

- Corong pisah

- Statif

- Erlenmeyer

- Buret

- Pipet gondok

Bahan :

- Larutan Iod

- Aquades

- Larutan Na2S2O3 0,01 N

- Cloroform

- Larutan H2SO4

- Larutan kanji

Page 5: koef.distribusi iod

E. Alur Percobaan

Larutan Iod 0,1 M 10 mL

Diencerkan pada labu ukur 100 mL

Larutan Iod

- Dipipet sebanyak 10 mL - Dipindahkan dalam corong pisah - Ditambahkan 1 mL kloroform - Kocok corong pisah dengan sesekali

membuka kran - Diamkan sampai kedua lapisan

(organik dan air) terpisah dengan baik.

Iod dalam pelarut organik

Iod dalam pelarut air

- Ditambahkan dengan 1 mL kloroform.

- Kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran

- Diamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik.

- Pisahkan iod dalam fasa organik dalam wadah yang disediakan.

- Ulangi penambahan kloroform dalam fasa air, sampai total kloroform yang ditambahkan adalah 5 ml

- Pisahkan iod dalam pelarut organik dan letakkan dalam wadah yang disediakan

-

Iod dalam pelarut air, setelah ekstraksi ganda

Page 6: koef.distribusi iod

Menentukan konsentrasi iod mula-mula

F. Hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil pengamatan

Sebelum Sesudah

1 Membuat larutan iod :

- Mengambil 10 ml larutan iod 0,1 M

- Memasukkannya dalam labu ukur 100 mL

- Menambahkan larutan dengan aquades

sampai tanda batas

- Mengocok hingga tercampur sempurna

(homogen)

Iod : cokelat (+++) Larutan iod : merah

kecokelatan

2 Penentuan konsentrasi iod mula-mula - Larutan iod : merah - Larutan Iod +

Iod dalam pelarut air, setelah ekstraksi ganda

- Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H2SO4 - Tambahkan 1 mL larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai

warna biru hilang - Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan.

Hasil

10 ml larutan iod yang telah diencerkan

- Dimasukkan dalam erlenmeyer - Tambahkan dengan 2 ml H2SO4 - Tambahkan 1 mL larutan kanji 0,2 % - Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai

warna biru hilang - Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan.

Hasil

Page 7: koef.distribusi iod

- Mengambil larutan iod baku, sebanyak 10

mL

- Memasukkan dalam erlenmeyer

- Menambahkan 2 mL H2SO4 2M

- Menambahkan dengan 1 mL larutan kanji

0,2%

- Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai

warna biru hilang.

- Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali.

- Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang

diperlukan.

kecokelatan

- Larutan H2SO4 :

jernih tidak

berwarna

- Larutan kanji :

jernih tidak

berwarna

- Larutan Na2S2O3 :

jernih tidak

berwarna

H2SO4 : merah

kecokelatan

- Larutan Iod +

H2SO4 + larutan

kanji : biru (+++)

- Volume Na2S2O3 :

1. 13,5 mL

2. 13,8 mL

3. 14 mL

3 Ektraksi larutan iod

- Mengambil 10 mL larutan iod

- Memasukkan larutan iod ke dalam corong

pisah

- Menambahkan 1 mL kloroform lalu

dikocok searah dengan sesekali membuka

kran

- Diamkan sampai kedua larutan terpisah

dengan baik

- Pisahkan iod dalam pelarut organik, dan

letakkan pada wadah yang disediakan

- Iod dalam pelarut air ditambahkan lagi

dengan 1 mL kloroform. Kemudian

dikocok dan didiamkan sampai terpisah

dengan baik. Pisahkan iod dalam pelarut

organik. (ulangi langkah ini sampai 4 kali,

sehingga jumlah total kloroform yang

ditambahkan adalah 5 mL)

- Pindahkan iod dalam pelarut organik

dalam erlenmeyer

- Menambahkan 2 mL H2SO4 dan 1 mL

- Larutan iod : merah

kecokelatan

- Kloroforn : jernih

tidak berwarna

- Larutan H2SO4 :

jernih tidak

berwarna

- Larutan kanji :

jernih tidak

berwarna

- Larutan Na2S2O3 :

jernih tidak

berwarna

- Larutan iod dalam

pelarut organik :

ungu

- Larutan iod dalam

pelarut air : orange

jernih (++)

- Larutan iod dalam

pelarut air + H2SO4

: orange jernih

(++)

- Larutan iod dalam

pelarut air + H2SO4

+ larutan kanji :

biru (+++)

- Volume larutan

Na2S2O3 :

V.1 : 2,1 mL

V.2 : 2,0 mL

V.3 : 2,5 mL

Page 8: koef.distribusi iod

larutan kanji 0,2%

- Menitrasi larutan tersebut dengan larutan

Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang.

- Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang

diperlukan untuk mengubah warna larutan.

G. Analisis Data

1. Penentuan Konsentrasi Awal Iod

Dalam menentukan konsentrasi distribusi iod, konsentrasi awal iod harus

diketahui lebih dahulu. Konsentasi awal dari iod dapat diketahui dengan

melakukan titrasi I2 dengan Na2S2O3 atau biasa disebut dengan titrasi

iodometri. Larutan iod 0,1 M sebanyak 10 mL (berwarna coklat) diencerkan

dengan aquades pada labu ukur 100 mL, larutan berubah warna menjadi coklat

kemerahan. Kemudian dari larutan iod yang telah diencerkan tadi, dipipet

menggunakan pipet seukuran sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan Na2S2O3.

Setelah 10 mL larutan iod dimasukkan kedalam erlenmeyer, sebelumya

ditambahkan 2 mL H2SO4 2M, hal ini dilakukan untuk memberikan suasana

asam pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 mL,

larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Kemudian larutan tersebut

diititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N. Berikut reaksi yang terjadi :

I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O6

2-

Titrasi dihentikan pada saat warna biru pada larutan tepat hilang. Dari titrasi yang telah dilakukan, diperoleh volume Na2S2O3 sebanyak :

V1 = 13,5 mL

V2 = 13,8 mL

V3 = 14 mL

Dari data tersebut, dapat kita cari mEk dari I2, dengan rumus

mEk I2 = mEk Na2S2O3

mEk I2 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3

Page 9: koef.distribusi iod

Setelah kita mengetahui mEk, mol mula-mula dri Na2S2O3 dapat diketahui, dengan menggunakan rumus :

mmol I2 = ½ mEk I2

Mmol I2 mula-mula ini digunakan untuk menetukan mmol iod dalam fasa organik.

Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Volume Na2S2O3 mEk I2 mmol I2 mula-mula

V1 = 13,5 mL 0,135 mEk 0,0675 mmol V2 = 13,8 mL 0,138 mEk 0,069 mmol V3 = 14 mL 0,14 mEk 0,07 mmol

2. Ekstraksi Larutan Iod

Untuk menentukan KD atau koefisien distribusi, kita haru mengetahui

konsentrasi iod dalam pelarut organik dan konsantrasi iod dalam pelarut air.

Penentuan konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebur dapat diketahui dengan

melakukan ekstraksi. Hal pertama yang dilakukan adalah memipet 10 mL larutan

iod yang sudah diencerkan tadi dan memasukkannya kedalam corong pisah.

Kemudian menyiapkan kloroform sebanyak 5 mL, kloroform disini bertindak

sebagai pelarut organik. Kemudian mamasukkan kloroform secara bertahap

kedalam corong pisah. Sebanyak 1 mL kloroform dimasukkan kedalam corong

pisah, kocok corong pisah dengan sesekali membuka kran pada corong pisah.

Reaksi yang terjadi antara larutan iod dan kloroform adalah:

I2 + 2CHCl3 → 3Cl2 + 2CHI

Setelah dilakukan pengocokan beberapa kali, kemudian larutan dalam corong

pisah didiamkan sampai kedua lapisan terpisah dengan baik, yaitu lapisan organik

dan lapisan air. Lapisan organik berada di bawah corong dan berwarna ungu

dikeluarkan dari corong pisah dan disimpan di tempat yang telah disediakan.

Kemudian memasukkan 1 mL kloroform dan melakukan tahap yang sama dengan

yang dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan sampai larutan kloroform sebanyak

5 mL tadi habis terpakai.

Page 10: koef.distribusi iod

Lapisan air yang telah didapatkan dari ekstraksi dipindahkan ke dalam

erlenmeyer, kemudian ditambahkan dengan H2SO4 2M sebanyak 2 mL, hal ini

bertujuan untuk memberikan suasana asam pada larutan. Lalu ditambahkan

larutan kanji 0,2% sebanyak 1 mL, larutan kanji disini bertindak sebagai

indikator. Titrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan natrium tiossulfat

(Na2S2O3) 0,01 N. Titrasi dehentikan pada saat warna biru tepat hilang. Langkah-

langkan diatas diulangi sampai tiga kali untuk ketelitian dan kevalidan data yang

didapatkkan.

Setelah melakukan titrasi, diperoleh volume dari Na2S2O3 sebesar, V1 =

2,1 mL , V2 = 2,0 mL, V3 =2,5 mL. Dari data ini, dapat dicari meK dari I2 pada

fasa air ( f(a) ) dengan rumus :

mEk I2 f(a) = mEk Na2S2O3

mEk I2 f(a) = V Na2S2O3 x N Na2S2O3

setelah mEk I2 pada fase air diketahui, mmol I2 dalam fasa air pun dapat dicari,

dengan menggunakan rumus :

mmol I2 f(a) = ½ mEk I2 f(a)

Konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) dapat dihitung setelah mmol I2 dalam fasa air

dikatahui, menggunakan rumus :

M I2 f(a) = ��� �� ����

� ����

Dengan V adalah volume fasa air, yaitu sebanyak 10 mL.

Dari hasil perhitungan, diperoleh data sebagai berikut:

Volume Na2S2O3

mEk I2 f(a) mmol I2 f(a) M I2 f(a)

V1 = 2,1 mL 0,021 mEk 0,0105 mmol M1 = 1,05 x 10-3 M V2 = 2,0 mL 0,02 mEk 0,01 mmol M2 = 10-3 M

V3 = 2,5 mL 0,025 mEk 0,0125 mmol M3 = 1,25x10-3M1,25 x MM10-3 M

Page 11: koef.distribusi iod

Setelah mol serta konsentrasi iod dalam fasa air diketahui, selanjutnya adalah

menghitung mol dan konsentrasi iod dalam fasa organik. mmol iod dalam fasa

organik ( f(o) ) dapat dihitung menggunakan rumus :

Mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a)

Dari perhitungan diatasi ,konsentrasi I2 dalam fasa organik dapat dihitung

menggunakan rumus :

M I2 f(o) = ��� �� ���

� ���

Dengan V adalah volume pelarut organik, yaitu volume klorofom sebesar 5 mL.

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh data sebagai berikut:

mmol I2 f(o) M I2 f(o) 0,057 mmol M1 = 0,0114 M 0,059 mmol M2 = 0,0118 M 0,0575 mmol M3 = 0,0115 M

Berdasarkan data konsentrasi iod dalam pelarut organik ( M I2 f(o) ) dan

konsentrasi iod dalam pelarut air ( M I2 f(a) ), harga KD dapat dihitung, dengan

mengunakan rumus :

KD = � �� ���� �� ����

M I2 f(o) M I2 f(a) KD M1 = 0,0114 M M1 = 0,000105 M KD1 = 10,5871 M2 = 0,0118 M M2 = 0,001 M KD2 = 11,8 M3 = 0,0115 M M3 = 0,00125 M KD3 = 9,2

KD rata-rata KD = 10,6190

Page 12: koef.distribusi iod

H. Diskusi

Pada saat melakukan titrasi, baik titrasi untuk penentuan konsentrasi awal

larutan iod maupun titrasi iod dalam pelarut air, penambahan larutan kanji

0,2% seharusnya ditambahkan setelah titrasi dijalankan setengahnya dulu, yaitu

pada saat warna pada larutan berubah dari coklat kemerahan menjadi kuning.

Bukan ditambahkan sebelum titrasi.

I. Simpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan tentang Koefisien distribusi Iod,

didapatkan nilai Koefisien distribusi ( KD ) sebesar 10,6190.

J. Jawaban Pertanyaan

1. Apa perbedaan antara KD dan D?

Jawab :

KD digunakan jika solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, solut

tidak berasosiasi dalm satu pelarut, dan zat terlarut tidak dapat bereaksi

dalam salah satu pelarut.

Secara matematis KD dinyatakan dengan:

KD = ��� ���� �� ����� ���� �����

��� ���� �� ����� ���� ���

Sedangkan Angka banding distribusi (D) adalah perbandingan konsentrasi

total zat terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa

air) pada suhu dan tekanan yang tidak konstan, melainkan dipengaruhi

oleh pH fasa air.

Secara matematis D dinyatakan dengan :

D = ��� ���� �� !� ����� ����� ���� �����

��� ���� �� !� ����� ����� ���� ���

2. Bilamana harga KD = D ?

Jawab : Harga KD = D bila berada pada kondisi ideal dan tidak terjadi

interaksi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi.

Page 13: koef.distribusi iod

3. Bagaimana mencari harga hubungan KD dan D untuk asam lemah HB yang

mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organic?

Jawab :

HB ↔ H+ + B-

D = [#$]�

[#$]�&[$']� ..................................... persamaan (1)

KDHA = {#$]�[#$]� ...................................... persamaan (2)

Ka = [#)]� {$'}�

[#)]� ...................................... persamaan (3)

Dari persamaan 3 dapat dituliskan:

[+,]� = �� [#$]�[#)]� ...................................... persamaan (4)

Dari persamaan 4 disubtitusikan ke dalam persamaan 1 akan diperoleh:

. = [/+][/+]� + 12 [/+]�[/&]�

= [#$]�[#$]�34& 5�

[6)]�7 ...................................... persamaan (5)

Bila persamaan 2 disubtitusikan ke dalam persamaan 5 akan diperoleh

persamaan 6 sebagai berikut:

. = �8694& 5�

[6)]� ...................................... persamaan (6)

Page 14: koef.distribusi iod

4. Bagaimana mencari hubungan antara KD dan D untuk basa lemah yang

terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?

Jawab :

HB

(fasa organik)

HB + H2O H3O+ + B – (fasa air)

1�#$ = [/:;&]�[+,]�[/+]�

[+,]� = ��6< [#$]�[#=>)]� ……………………..(1)

1?#$��� = [/+][/+]� … … … … … … . . �2�

D = [ ]

[ ] [ ]O

a a

HB

HB B−+ ……………………..(3)

Persamaan (1) disubstitusikan dalam persamaan (3)

D =

3

[ ][ ]

[ ][ ]

O

aa

a

HBKa HB

HBH O++

[ ]3

[ ]

1

O

aa

a

HB

KHB

H O+

= + …………(4)

Persamaan 2 disubstitusikan kedalam persamaan (4),sehingga

D =

3

1[ ]

D

a

KKa

H O++

5. Buktikan bahwa dengan ekstraksi ganda akan dihasilkan persen terekstrak

lebih besar daripada satu kali terekstraksi!

Jawab :

Misalkan pada percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan Vo=

5mL dan Va=10 mL didapatkan harga koefisien distribusi (KD )sebesar 10,6.

Page 15: koef.distribusi iod

Untuk mencari fraksi zat terekstrak dalam ekstraksi tunggal ( 5 mL kloroform

digunakan semua sekaligus) digunakan rumus:

fa= C Vaq

Vaq+ (KEF x VI�J

Jika data dimasukkan akan diperoleh:

fa= K 10mL

10mL+ (10,6 x 5mL�R

fa=0,1587

fo = 1 − 0,1587

fo=0,8413

% yang terekstrak = 0,8413 x 100 %

= 84,13 %

Sedangkan untuk mencari fraksi zat yang terekstrak dalam pelarut organik jika

menggunakan ekstraksi berganda 5kali ( volume kloroform yang digunakan

@1mL) dapat menggunakan rumus

fF = C Vaq

Vaq+ (KEF x VI�JW

Dengan memasukkan data akan diperoleh:

fa= K 10mL10mL+ (10,6 x 1�RX

fa=0,0269

fo = 1 − 0,0269

fo=0,9731

% yang terekstrak = 0,9731 x 100 %

= 97,31 %

Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa hasil zat terekstrak

dalam pelarut organik akan lebih banyak jika menggunakan ekstraksi ganda.

K. Daftar Pustaka

- Intan, Nur. 2010. Penentuan Koefisien Distribusi, (Online).

(http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/tetapan-distribusi-iod-dalam-

sistem.html, diakses 18 maret 2011)

Page 16: koef.distribusi iod

- Kimia,Unesa.2009. Koefisien Distribusi Iod “Laporan Praktikum Dasar-

Dasar Pemisahan Kimia”, (online).

(http://brown13zt.blogspot.com/2008/06/koefisien-distribusi-iod.html,

diakses 18 Maret 2011).

- Azizah Utiya, dkk. 2003. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar

Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.

- JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-

enam). Jakarta: Erlangga.

- Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri

Malang.

- Annisa. 2008. Pemisahan Campuran yang Tidak Saling Campur,(Online).

(http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/pemisahan-campuran-

yang-tidak-saling-campur/,diakses 18 Maret 2011).

Page 17: koef.distribusi iod

L. Lampiran

Lampiran I

Perhitungan

A. Menghitung mmol I2 mula-mula

Diketahui :

- Vol.1 Na2S2O3 = 13,5 mL

- Vol.2 Na2S2O3 = 13,8 mL

- Vol.3 Na2S2O3 = 14 mL

- N Na2S2O3 = 0,01 N

Ditanya :

- mmol I2 mula-mula ?

jawab :

Reaksi:

I2 + 2 e- � 2I-

2S2O32- � S4O6

2- + 2e-

I2 + 2S2O32- � 2I- + S4O6

2-

1. meK I2 = meK Na2S2O3

meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

I2 = 13,5 mL X 0,01 meK/mL

I2 = 0,135 meK

Mmol I2 = ½ X meK

= ½ X 0,135

= 0,0675 mmol

2. meK I2 = meK Na2S2O3

meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

I2 = 13,8 mL X 0,01 meK/mL

Page 18: koef.distribusi iod

I2 = 0,138 meK

Mmol I2 = ½ X meK

= ½ X 0,138

= 0,069 mmol

3. meK I2 = meK Na2S2O3

meK I2 = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

= 14 mL X 0,01 meK/mL

I2 = 0,14 meK

Mmol I2 = ½ X meK

= ½ X 0,14

= 0,07 mmol

B. Menghitung mmol dan konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) Diketahui : - Vol.1 Na2S2O3 : 2,1 mL - Vol.2 Na2S2O3 : 2,0 mL - Vol.3 Na2S2O3 : 2,5 mL - N Na2S2O3 : 0,01 N - Volume f air : 10 mL

Ditanya : mmol dan konsentrasi I2 ..?

Jawab :

1. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3

meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

I2 f(a) = 2,1 mL X 0,01 meK/mL

I2 f(a) = 0,021 meK

mmol I2 f(a) = ½ X meK

= ½ X 0,021

= 0,0105 mmol

Page 19: koef.distribusi iod

M I2 f(a) = ��� �� ����

�Z� �� �� ����

= Z,Z4ZX

4Z

= 1,05 x 10 -3 M

2. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3

meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

I2 f(a) = 2,0 mL X 0,01 meK/mL

I2 f(a) = 0,02 meK

mmol I2 f(a) = ½ X meK

= ½ X 0,02

= 0,01 mmol

M I2 f(a) = ��� �� ����

�Z� �� �� ����

= Z,Z44Z

= 10 -3 M

3. meK I2 f(a) = meK Na2S2O3

meK I2 f(a) = V Na2S2O3 X N Na2S2O3

I2 f(a) = 2,5 mL X 0,01 meK/mL

I2 f(a) = 0,025 meK

mmol I2 f(a) = ½ X meK

= ½ X 0,025

= 0,0125 mmol

M I2 f(a) = ��� �� ����

�Z� �� �� ����

= Z,Z4�X

4Z

= 1,25 x 10 -3 M

Page 20: koef.distribusi iod

C. Menghitung mmol I2 dan konsentrasi dalam fasa organik (f(o)) 1. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,0675 – 0,0105 mmol = 0,057 mmol

M I2 f(o) = ��� �� ���

�Z� �� �� ���

= Z,ZX[

X

= 0,0114 M

2. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,069 – 0,01 mmol = 0,059 mmol

M I2 f(o) = ��� �� ���

�Z� �� �� ���

= Z,ZX\

X

= 0,0118 M

3. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a) = 0,07 – 0,0125 mmol = 0,0575 mmol

M I2 f(o) = ��� �� ���

�Z� �� �� ���

= Z,ZX[X

X

= 0,0115 M

D. Menghitung KD

1. KD 1 = � ����� ���

= Z,Z44] �

Z,ZZ4ZX �

= 10,8571

2. KD 2 = � ����� ���

= Z,Z44^ �Z,ZZ4 �

Page 21: koef.distribusi iod

= 11,8

3. KD 3 = � ����� ���

= Z,Z44X �

Z,ZZ4�X �

= 9,2

KD rata-rata = _E4& _E�& _E:

:

= 4Z,^X[4 & 44,^ & \,�

:

= 10,6190