kista bartholini
DESCRIPTION
by puputTRANSCRIPT
REFERAT
KISTA BARTHOLINI
Disusun Oleh :
Putri Rina Wulandari KinantiG1A107064
Pembimbing :
Dr. Rudy Gunawan, SpOG. K (Onk)
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBIRSUD RADEN MATTAHER
2013
KISTA BARTHOLINI
PENDAHULUAN
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula
vestibularis mayor atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini
merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar
ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista
bartolini, kista bartolini adalah salah satu tumor jinak pada vulva. Kista bartolini
merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar
bartolini yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi didalam kista ini
dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat
mengumpul didalam menjadi abses.1
Kista bartolini ini merupakan masalah bagi wanita usia subur, kebanyakan kasus
terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun. Kista bartolini bias tumbuh dari ukuran seperti
kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak
menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti gonorea adalah
penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada
terbentuknya kista dan abses.2
DEFENISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk
di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar bartolin terjadi
ketika kelenjar ini tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau
iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran
kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan.
1
Cairan yang dihasilkan kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar
membengkak dan membentuk suatu kista.3,4
ANATOMI
Glandula Bartholini terletak pada kedua sisi kiri dan
kanan bawah, fossa navikulare, dengan ukuran diameter
lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni
dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 cm yang
bermuara di vulva pada saat koitus kelenjar barthoni
mengeluarkan getah lendir.5
PENYEBAB
Peradangan mendadak glandula bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi
gonokokkus, dapat pula oleh bakteri lain yang paling dominan berkaitan dengan
penyakit hubungan seksual adalah karena Neisseria Gonorrhoeae yang menimbulkan
abses.6
2
Tetapi meskipun termasuk bersamaan dengan penyakit yang ditularkan
melalui seksual, abses pada kelenjar bartholini tidak selalu diakibat infeksi
Gonorhoeae dan Klamidia. Pembentukan abses duktus bartholini dapat dimulai secara
de novo atau sebagai hasil infeksi sekunder kista duktus bartholini.
Pembentukan kista disebabkan oleh oklusi orifisum duktus pada vestibulum
sehingga menimbulkan pembengkakan kista pada salah satu atau sisi lain pada bagian
dalam posterior dan labia mayora.
Kadang-kadang obstruksi saluran juga dapat terjadi karena penyebab lain,
seperti stenosis traumatik atau kongenital atau akibat lapisan hiperplasia.7
PATOLOGI
Kista yang ada kalanya ganda, dapat timbul di daerah sub klitoris atau
periuretra atau di daerah kelenjar bartholini vulva pada wanita segala umur. Lebih
sering kista timbul sebagai kelainan tunggal yang umumnya berkaitan dengan
kelenjar bartholini. Kista yang timbul dalam kelenjar bartholini atau saluran ekskresi,
diameternya dapat sampai 5 cm dan sering sebagai akibat obstruksi salah satu saluran
ekskresi utama, sehingga mengakibatkan penimbunan sekret musin yang progresif.
Kista yang demikian dilapisi oleh epitel transisional atau epitel kubus dari
saluran, tetapi dapat berubah sangat pipih atau hampir hilang karena tekanan
intrakista. Selain menyebabkan rasa sakit setempat dan perasaan tidak nyaman, kista
ini mudah mengalami infeksi sekunder dan mudah menjadi suatu abses bartholini.
Kista-kista di tempat lain diduga timbul dari sisa embrional, pada umumnya kecil
(berdiameter 1 s/d 2 cm) dan dilapisi oleh epitel silindris atau kubus musinosa atau
epitel bersilia yang ada kalanya mengalami perubahan metaplasi menjadi epitel
skuamosa. Karena tidak berhubungan dengan vestibulum vulva, kista-kista ini jarang
terinfeksi.8
3
GEJALA
Kista Bartholini biasanya kecil, antara ukuran ibu jari dan bola pimpong, tidak
terasa nyeri dan tidak mengganggu koitus, bahkan kadang-kadang tidak disadari oleh
penderita. Tetapi ada pula yang sebesar telur ayam.5
Biasanya, dokter dapat meraba kelenjar yang membesar di sepertiga posterior
labium mayor dimana kelenjar biasanya menonjol ke medial ke arah introitus vagina.
Fluktuasi yang tidak nyeri biasanya menandai kelenjar berubah menjadi kista yang
tidak terinfeksi.7
Rasa nyeri yang berat sebagai keluhan utama biasanya mengganggu duduk
dan berjalan, daerah kelenjar Bartholini membengkak dan nyeri tekan, edema reaktif
dapat meluas dan mengenai bagian kulit vulva sehingga sisi seluruh labium terkena.
Massa terasa panas, edema, eritema, dan indurasi.9
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, manifestasi
klinik dari kista bartolini termasuk nyeri, tenderness, dispareunia. Jaringan sekitar
mengalami inflamasi dan edema. Pada pemeriksaan fisik, introitus vagina biasanya
berubah dengan tampak adanya fluktuasi massa pada pemeriksaan palpasi. Jarang
sekali gejala sistemik dan tanda-tanda infeksi dilaporkan.10
4
Jika kista bartolini tidak terinfeksi, mungkin hanya akan terasa benjolan di daerah
vulva, dengan kemerahan atau bengkak. Ukuran kista dapat bervariasi mulai dari 0,25
inci hingga 1 inci. Kista mungkin dapat ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan. Jika kista terinfeksi, hal itu mungkin akan menyebabkan kesakitan yang
lebih. Kista yang terinfeksi membentuk suatu abses. Kelenjar mungkin terinfeksi jika
pasien berada dalam kesakitan yang ekstrim bahkan kesulitan berjalan atau duduk.11
DIAGNOSA BANDING
Bila seorang wanita datang dengan keluhan terabanya benjolan pada daerah
kemaluannya terutama bagian introitus vagina, maka kemungkinan dapat kita
pertimbangkan adanya :
Abses glandula bartholini
Ca glandula bartholini
PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Sejumlah tindakan konservatif dapat dilakukan untuk membantu meringankan
secara sementara rasa nyeri yang berat sehubungan dengan infeksi kelenjar
atau saluran bartholini. Misalnya, anjurkan pasien untuk mencuci vulva engan
5
air hangat beberapa kali sehari. Berikan obat analgesik jika diperlukan.
Setelah mengambil kultur, pertimbangkan untuk memberikan antibiotik
spekttrum luas yang efektif melawan organisme yang tersering ditemukan
pada infeksi ini seperti bakteri koliform, klamidia dan gonokokus.7
2. Marsupialisasi
Kadang merupakan terapi terpilih untuk pasien dibawah umur 40 tahun jika
tidak di indikasi eksisi kista.9 Selain itu marsupialisasi ditujukan untuk
mencegah kekambuhan dimasa mendatang.7
Marsupialisasi kista Bartholini.(I)
Kelenjar Bartholini kanan sangat membesar
dan kritik. Sulkus interlabianya hilang.
Suatu insisi dibuat pada sisi dalam labium
minus di perbatasan sepertiga tengah dan
sepertiga posterior.12
Marsupialisasi kista Bartholini (II)
6
Setelah kista dikosongkan, pelapisnya
dijahit ke kulit labium minus dengan jahitan
terputus halus sepanjang pinggir luka. Sepotong
kasa dimasukkan ke dalam ostium yang baru
dibentuk.12
3. Mengeksisi Kista Bartholini
Pada saat ini jarang ada keperluan mengeksisi kista Bartholini kecuali jika
diduga karsinoma kelenjar Bartholini, eksisi bisa menjelaskan diagnosis
histologi.
Kulit labium minus diinsisi dan tepi
luka ditegangkan. Kemudian dinding
kistanya dikeluarkan secara tajam
dengan skalpel.
7
4. Kateter Word
Kateter word biasanya digunakan untuk penanganan kista saluran bartolini
dan abses. Batang karet kateter ini memiliki panjang 1 inchi dan diameter
no.10 french foley catheter. Balon kecil yang ditiup di ujung kateter dapat
menahan sekitar 3 ml larutan salin atau garam. Setelah persiapan steril dan
anestesi local, dinding kista atau abses dijepit dengan forsep kecil, dan mata
pisau no 11 digunakan untuk membuat sayatan 5 mm (menusuk) kedalam
kista atau abses. Sayatan harus berada dalam introitus hymenalis eksternal
terhadap daerah dilubang saluran. Jika sayatan terlalu besar, kateter word akan
jatuh keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter word dimasukkan, dan ujung
balon di kembangkan dengan 2-3 ml larutan garam yang disuntikkan melalui
pusat kateter yang memungkinkan balon kateter untuk tetap berada di dalam
rongga kista atau abses. Ujung bebas kateter dapat di tempatkan dalam vagina.
Untuk memungkinkan ephitelialisasi dari pembedahan saluran di ciptakan,
kateter word dibiarkan pada tempatnya selama empat sampai enam minggu,
meskipun epithelialisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai empat
minggu. Jika kista bartolini atau abses terlalu dalam, penempatan kateter
tidak praktis, dan pilihan laian harus di pertimbangkan.11
PROGNOSA
Baik, tetapi walaupun terjadinya karsinoma kelenjar Bartholini jarang, harus
dipertimbangkan juga pada pasien tua yang menderita kista atau abses Bartholini
pada usia lanjut.7
8
SIMPULAN
Kista kelenjar bartolin terjadi ketika kelenjar ini tersumbat karena berbagai
alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran
kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain
dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.3,4
Kista bartolini bukanlah suatu infeksi, meskipun dapat disebabkan oleh
infeksi, peradangan, atau penyumbatan fisik (lendir atau halangan lain) ke saluran
bartolini (tabung yang mengarah dari kelanjar vulva).2
Rasa nyeri yang berat sebagai keluhan utama biasanya mengganggu duduk
dan berjalan, daerah kelenjar Bartholini membengkak dan nyeri tekan, edema reaktif
dapat meluas dan mengenai bagian kulit vulva sehingga sisi seluruh labium terkena.
Massa terasa panas, edema, eritema, dan indurasi.7,9
Jika infeksi parah atau berulang prosedur pembedahan yang dikenal sebagai
marsupialization diperlukan untuk menghentikan rekuren yang lebih lanjut.2
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York : Churcill
living Stone Division. 2000;p.172.
2. Anonymous. Bartholin’s Cyst. Available from URL:http//www.wapedia.com/.
Accessed on February 10, 2013
3. Dodd NR. Bartholin Cyst. Available from URL:http//www.emedicine.com/.
Accessed on February 10, 2013
4. Anonymous. Bartholin’s Gland Cyst. Available from
URL:http//www.google.com/. Accessed on February 10, 2013
5. Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan
kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007,
hal. : 32 dan 406-411.
6. Johann H. Duenhoetter, Ginekologi Greenhill, alih bahasa: dr. Chandra
Sanusi, editor oleh : dr. Petrus Andrianto, edisi 10, hal : 24.
7. Geoffrey Chamberlain, Prof, MD, FRCS, FRCOG, Obstetri dan Ginekologi
Praktis, alih bahasa: dr. R.F. Maulany, Msc, edisi ke-2, 1994, hal : 145-148.
8. Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi II, Alih Bahasa : Staf Pengajar
Laboratorim Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga,
Edisi ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995, hal : 372-374.
10
9. Wiknjosatro H, Prof, dr, DSOG, Ilmu Kandungan, edisi ketiga cetakan
kesembilan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2007,
hal.272.
10. Pernoll Martin L. Disorders Of The Vulva and Vagina. Dalam: Obstetric ang
Gynaecology. New York:Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2001.
P.579-80.
11. Omole Folasade. Management Of Bartholin’s Duct Cyst and Gland Abcess.
Available from URL:http//www.american family physician.com/. Accessed
on February 10, 2013
12. Emanuel A. Friedman, MD, Sc.D, Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan Ginekologi, Alih bahasa: Dr. Widjaja Kusuma, edisi ke-2,
Penerbit Binarupa Aksara, hal : 138-139.
11
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
KISTA BARTHOLINI
Pendahuluan...................................................................................................... 1
Defenisi............................................................................................................. 1
Anatomi............................................................................................................ 2
Penyebab........................................................................................................... 2
Patologi............................................................................................................. 3
Gejala................................................................................................................ 4
Diagnosa........................................................................................................... 4
Diagnosa Banding............................................................................................. 5
Penatalaksanaan................................................................................................ 5
Prognosa........................................................................................................... 8
Simpulan …………………………………………………………………….. 8
Daftar Pustaka................................................................................................... 10
12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini yang
berjudul Kista Bartholini yang merupakan salah satu syarat dalam menjalani
kepaniteraan klinik senior (KKS) pada bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD
Raden Mataher.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing Dr.Rudy Gunawan, SPOG. K (Onk) yang telah berkenan memberikan
bimbingan dan meluangkan waktu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan berharap paper ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Jambi, 10 Februari 2013
ii
13
Penulis
i
14