kerajaan samudera pasai

47
KERAJAAN SAMUDERA PASAI LETAK KERAAJAAN Kerajaan samudera pasai adalah kerajaan pertama di Indonesian yang menganut agama Islam. Secara geografis, Kerajaan Smaudera Pasai terletak di daerah pantai timur pulau Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur perdagangan internasional pada masa itu, yakni Selat Malaka. Dengan posisi yang sangat strategis seperti ini, Kerajaan Saudera Pasai berrmbang menjadi kerajaan Islam ang cukup kuat pada masa itu. Perkembangan ini juga di dukung dengan hasil bumi dari kerajaan samuder pasai seperti lada. Di piha lain, bandar-bandar dari pihak kerajaan samudera pasai juga dijadikan bandar penghubung (Bandar transito) anatar para pedagang islam yang datang dari arah barat denga pedagang islam yang datang dari arah timur. Keadaan seperti ini lah yang mengakibatkan kerajaan samudera pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa itu, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, social, dan budaya. MATA PENCAHARIAN Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim, dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan- pelabuhan penting di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batutah. Menurut cerita Ibnu Batutah, perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada laut yang kuat, sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai. Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapur barus dan emas. Dan untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (Dirham). Selain perdagangan, sumber pendapatan utama dari kerajaan

Upload: ridwan1696

Post on 26-Dec-2015

409 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejaran, Budaya, Agama, Kesenian, Geografi, Arsitektur, Perekonomian

TRANSCRIPT

Page 1: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

LETAK KERAAJAAN

Kerajaan samudera pasai adalah kerajaan pertama di Indonesian yang menganut agama Islam.

Secara geografis, Kerajaan Smaudera Pasai terletak di daerah pantai timur pulau Sumatera bagian

utara yang berdekatan dengan jalur perdagangan internasional pada masa itu, yakni Selat Malaka.

Dengan posisi yang sangat strategis seperti ini, Kerajaan Saudera Pasai berrmbang menjadi

kerajaan Islam ang cukup kuat pada masa itu. Perkembangan ini juga di dukung dengan hasil bumi

dari kerajaan samuder pasai seperti lada. Di piha lain, bandar-bandar dari pihak kerajaan samudera

pasai juga dijadikan bandar penghubung (Bandar transito) anatar para pedagang islam yang datang

dari arah barat denga pedagang islam yang datang dari arah timur.

Keadaan seperti ini lah yang mengakibatkan kerajaan samudera pasai mengalami

perkembangan yang cukup pesat pada masa itu, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, social, dan

budaya.

MATA PENCAHARIAN

Dengan letaknya yang strategis, maka Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan Maritim,

dan bandar transito. Dengan demikian Samudra Pasai menggantikan peranan Sriwijaya di Selat

Malaka. Kerajaan Samudra Pasai memiliki hegemoni (pengaruh) atas pelabuhan-pelabuhan penting

di Pidie, Perlak, dan lain-lain. Samudra Pasai berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan

Malik al-Tahir II. Hal ini juga sesuai dengan keterangan Ibnu Batutah. Menurut cerita Ibnu Batutah,

perdagangan di Samudra Pasai semakin ramai dan bertambah maju karena didukung oleh armada

laut yang kuat, sehingga para pedagang merasa aman dan nyaman berdagang di Samudra Pasai.

Komoditi perdagangan dari Samudra yang penting adalah lada, kapur barus dan emas. Dan untuk

kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat tukar yaitu uang emas yang dinamakan

Deureuham (Dirham). Selain perdagangan, sumber pendapatan utama dari kerajaan Samudera Pasai

adalah pajak yang dikenakan pada kapal-kapal dagang yang melintasi kerajaan samudera Pasai.

 

SISTEM PERALATAN

Sebagai Negara perdagangan, untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal uang sebagai alat

tukar alat tukar Yaitu uang emas yang dinamakan Deureuham (Dirham).

 

ILMU PENGETAHUAN

Sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam bukan hanya di Nusantara  tetapi untuk Asia

Tenggara. Pada masa pemerintahan Sultan Zaenal Abidin Bahiyan Syah pernah mengantar dua orang

pendakwah ke Jawa yaitu : Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak.

 

KEORGAISASIAN

Komposisi masyarakat yang menjadi warga Kesultanan Samudera Pasai menunjukkan sifat

yang berlapis-lapis. Menurut Ayatrohaedi, lapisan itu terdiri atas Sultan dan Orang-Orang Besar

kerajaan pada lapisan atas sampai dengan hamba sahaya pada lapisan yang paling bawah

Page 2: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

(Ayatrohaedi, 1992). Pada lapisan kelompok birokrasi terlihat adanya kelompok Orang-Orang Besar,

perdana menteri, menteri, tentara, pegawai, dan kaum bangsawan kerajaan yang lainnya.

 

KEPERCAYAAN

Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Samudera Pasai terutama kalangan istana kerajaan

adalah  Islam Ahlul Sunah wal Jama’ah : Yang dibuktikan dengan kegiatan sultan yang mengikuti

upacara Syafi’I, rakyat disekitar negeri masih banyak yang belum menganut Islam 

KESENIAN

Kesenian yang sudah nampak pada masa itu terutama pada seni pahat kaligrafi dan syair-syair

seperti yang terdapat pada batu nisan makam raja-raja kerajaan Samudera Pasai. Seperti yang

terdapat pada makam Sultan Malik Al Saleh dan makam Sultan Malik Az Zahir.

 

BAHASA

Bahasa yang digunakan pada masa itu antara lain : bahasa Melayu, bahasa Arab dan bahasa

Sansekerta yang dibuktikan dengn tulisan-tulisan yang ada pada batu nisan seperi batu nisan yang

ditemukan pada makam yang ditemukan di  Menyetujuh Pasei yang menggunakan tiga bahasa diatas.

KEHIDUPAN POLITIK

Berdirinya kerajaan samudera pasai tidak dapat diketahui dengan pasti. Akan tetapai para ahli

berhasik menemukan bukti tentang erkembangan kekuasaan kerajaan samudera pasai. Raja-raja yang

ernah memerintah kerajaan samudera pasai adalah :

1. Nazimuddin al-Kamil

2. Sultan Malikul Saleh

3. Sultan Malikul Thahir

Page 3: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

KERAJAAN MALAKA

LETAK KERAJAAN

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam

di Asia Tenggara.perkembangan Kerajaan Malaka di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya

tidak dapat dipisahkan dengan posisi dan letaknya yang strategis dalam aktivitas pelayaran dan

perdagangan pada masa itu.

KEHIDUPAN POLITIK

ISKANDAR SYAH, pada awal abad ke-15M, terjadi perang saudara di kerajaan Majapahit.

Perang itu dikenal dengan sebutan Perang Paregreg. Dalam perang tersebut, seorang pangeran

Kerajaan Majapahit yang bernama Paramisora diiringi para pengikutnya melarikan diri dari daerah

Blambangan ke Tumasik (Singapura).

Daerah Tumasik dianggap kurang aman dan kurang sesuai untuk mendirikan kerajaan. Daerah

tersebut menjadi sarang dan tempat persembunyian para bajak laut. Karena itu, Paramisora beserta

pengikutnya melanjutkan perjalanannyake arah utara sampai di Semenanjung Malaya. Di daerah itu,

Paramisora membangun sebuah kampung bersama pengikutnya dengan dibantu oleh para petani dan

para nelayan setempat. Perkampungan itu diberi nama Malaka. Daerah perkampungan yang baru

dibangun itu mengalami perkembangan yang cukup pesat karena letaknya yang strategis, yaitu di tepi

jalur pelayaran dan perdagangan Selat Malaka.

Dalam dunia perdagangan, malaka berkembang sebagai penghubung antara Dunia Barat dan

Dunia Timur. Perkembangan yang sangat pesat itu mendorong Pamisora untuk membangun sebuah

kerajaan yang bernama Kerajaan Malaka dan ia langsung menjadi rajanya.

Aktivitas perdagangan di Selat Malaka pada waktu itu didominasi oleh pedagang islam.Mereka

hanya melakukan aktivitas perdagangan pada bandar-bandar perdagangan islam. Untuk itu,

Paramisora memutuskan untuk menganut Agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi Iskandar

Syah dan menjadikan Kerajaan Malaka sebagai Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan

Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar Cina dengan menyatakan takluk kepadanya

pada tahun 1405 M.

Iskandar Syah berhasil meletakan dasar-dasar Kerajaan Malaka. Ia mengembangkan Malaka

menjadi kerajaan penting di Selat Malaka. Ia memerintah Malaka dari tahun 1396-1414M.

MUHAMMAD ISKANDAR SYAH,setelah Iskandar Syah meninggal tahta kerajaan Malaka

dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah. Ia memerintah malaka dari tahun

1414-1424 M. Dibawah pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas hingga

mencapai seluruh wilayah Semenanjung Malaya.

Untuk memajukan perekonomian, Muhammad Iskandar Syah berupaya menjadikan Kerajaan

Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Kerajaan Malaka. Untuk

mencapai usaha itu, ia harus dapat menguasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan hal yang tidak

mungkan dilakukan, mengingat pasukan perang Kerajaan Samudra Pasai jauh lebih kuat di

bandingkan Kerajaan Malaka. Oleh karena itu, Muhammad Iskandar Syah memilih jalan melalui

perkawinan politik dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudra Pasai.

Page 4: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Melaliui perkawinannya dengan putri Kerajaan Samudra Pasai ini, Muhammad Iskandar Syah

berhasil mencapai citi-citanya menguasai Selat Malaka. Di bawah pemerintahannya, pelayaran dan

perdagangan Selat Malaka semakin ramai. Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

Kerajaan Malakadalam aktivitas perdagangan.

MUDZAFAT SYAH,setelah Mudzafat Syah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar

Syah dari tahta Kerajaan Malaka,ia langsung naik tahta menjadi raja Malaka dengan galar Sultan

sehingga Mudzafat Syah merupakan Raja pertama dari Kerajaan Malaka yang memakai gelar Sultan.

Mudzafat Syah, memerintah Malaka dari tahun 1424-1458 M. Pada masa pemerintahannya,

terjadi serangan dari kerajaan Siam. Serangan dilakukan dari darat maupun dari laut. Namun, semua

semua serangan itu dapat digagalkan. Keberhasilan dari menggagalkan serangan dari kerajaan Siam

itu menambah pentingnya Kerajaan Malaka di Selat Malaka. Bahkan dibawah pemerintahan Sultan

Mudzafat Syah, Kerajaan Malaka terus mengadakan perluasan ke daerah- daerah yang berada

disekitar kerajaan Malaka seperti Pahang,Indragiri, dan Kampar. Setelah Sultan Mdzafat Syah

meninggal dunia, tahta Kerajaan Malaka diwariskan kepada putranya yang bergelar Sultan Mansyur

Syah.

SULTAN MANSYUR SYAH, memerintah Malaka dari tahun 1458-1477 M. Di bawah

pemerintahannya, Kerajaan Malaka mengalami kemajuan yang sangat pesat dan bahkan mencapai

masa kejayaannya sebagai pusat perdagangan dan pusatpenyebaran agama Islam di Asia Tenggara.

Kejayaan yang dialami Kerajaan Malaka ini adalah berkat usaha dari Sultan Mansyur Syah.

Dengan melanjutkan ppolitik ayahnya, yaitu memperluas wilayah kekuasaannya, baik di

Semenanjung Malaya maupun di wilayah Sumatera tengah.

Walaupun kerajaan Malaka semakin bertambah maju, tetapi kerajaan Samudra Pasaai tidak

diserangnya. Jambi dan Palembang yang dilindungi oleh kerajaan Majapahit, terpaksa dihormati oleh

Kerajaan Malaka. Kerajaan Batak, Aru (Haru) tetap sebagai kerajaan merdeka dan menjalin

hubungan baik dengan Kerajaan Malaka.

Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, hidup seorang laksamana yang terkenal dalam

membantu sultan dalam mengembangkan kerajaannya. Laksamana itu bernama Hang Tuah., yang

berjasa besar dalam mengembangkan Kerajaan Malaka. Informasi ini didapat melaluisebuah cerita

rakyat yang dikenal dengan nama Hikayat Hang Tuah. Kebesaran Hang Tuah sering disamakan

dengan patih gajah mada dari kerajaan majapahit.

SULTAN ALUDIN SYAH, yang menggantikan Sultan Mansyur Syah. Ia memerintah Malaka

dari tahun 1477-1488 M,dan mewarisi wilayah kekuasaaan Kerajaan Malaka yang cukup luas.

Perkembangan ekonomikerajaan tetap stabil pada awal masa pemerintahannya. Namun, karena

Sultan Alaudin Syah tidak secakap Sultan Mansyur Syah (ayahnya),maka kekuasaan Kerajaan

Malaka mulai mengalami kemerosotan. Daerah-daerah yang dullu ditaklukkan oleh Mansyur Syah,

satu per satu melepaskan diri dari Kerajaan Malaka. Setelah ia meninggal, tahta kerajaan Malaka

digantikan oleh putra yang bergelar Sultan Mahmud Syah.

SULTAN MAHMUD SYAH, yang memerintah malaka dari tahun 1488-1511 M. Di bawah

pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah. Daerah kekuasaannya

meliputi sebagaian kecil Semenanjung Malaya. Keadaan ini menambah suram Kerajaan Malaka.

Page 5: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Pada masa kekuasaannya muncul ekpedisi bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso

d’Albuquerque dan berusaha merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya, pada tahun 1511 Kerajaan Malaka

jatuh ketangan bangsa Portugis.

KEHIDUPAN EKONOMI

Peranan Kerajaan malaka sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari

ramainya perdagangan yang berpusat di ibukota kerajaan tersebut. Kapal-kapal dari Indonesia bagian

timur membongkar saug di pelabuhan Malaka., demikian juga kapal-kapal dari negeri Cina.

Sedangkan kapal-kapal dari India maupun negara Arab datang dari arah utara untuk membeli dan

mengangkut barang dagang ke negerinyaatau diteruskan ke Eropa melalui pelabuhan Vanesia.

Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang keluar dan masuk, yang banyak

memasukan uang ke khas Negara. Sementara itu raja maupun pejabat-pejabatpentinh memperoleh

upeti atau persembahan dari pedagang yang menjadikan mereka sangat kaya.

Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undangan- undangan laut yang

berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Dalam undangan-undangan itu

ditentukan syarat-syarat sebuah kapal yang berlayar, nama-nama jabatan serta tanggung jawab

masing-masing saat berlabuhnya suatu kapal untuk berlayar dan sebagainya. Untuk mempermudah

terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa melayu dijadikan sebagai bahasa perantara

(bahasa Melayu disebut juga sebagai bahasa Kwu-lun)

KEHIDUPAN SOSIAL

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh Faktor letak, keadaan alam dan

lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup di dinia maritim, sudah jelas hubungan

sosial masyarakatnya sangat kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat

individualisme. Kelompok- kelompok dalam masyarakat pun bermunculan seperti adanya golongan

buruh dan majikan. Perbedaan kedua golongan ini sangat nyata dalam masyarakat, karena golongan

majikan dapat melaksanakan perintah sesuai dengan kehendaknya.

KEHIDUPAN BUDAYA

Kehidupan budaya di Kerajaan Malaka tidak banyak di ketahui. Namun, dari perkembangan

seni sastra Melayu muncul beberapa hasil karya sastra yang menggambarkan kepahlawanan dan

keperkasaan tokoh-tokoh pendamping Kerajaan Malaka dalam melaksanakan roda pemerintahannya.

Tokoh-tokoh yang dianggap sebagai pahlawan dari Kerajaan Malaka pada masa kejayaannya adalah

Hang Tuah, Hang Lekir, dan Hang Jebat.

Page 6: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

SEJARAH

Kerajaan Aceh berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam

sejarah, pada tahun 1360 M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan

Pasai terus mengalami kemunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan

Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan

pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M) . Pada tahun 1524 M, Mughayat Syah berhasil

menaklukkan Pasai, dan sejak saat itu, menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar

di kawasan tersebut. Bisa dikatakan bahwa, sebenarnya kerajaan Aceh ini merupakan kelanjutan dari

Samudera Pasai untuk membangkitkan dan meraih kembali kegemilangan kebudayaan Aceh yang

pernah dicapai sebelumnya.

Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang

dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia

berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk

menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di

Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh

Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis.

Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis,

kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah kerajaannya.

Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas,

hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.

Sejarah mencatat bahwa, usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi

Aceh dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang sudah berada di bawah Portugis berjalan

lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan.

Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa

mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng

Portugis di Pasai.

Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama dari aspek

persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh banyak meninggalkan

persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam gerak mundur pasukan. Senjata-

senjata inilah yang digunakan kembali oleh pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis.

Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, Mughayat Syah

tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga

Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya

Portugis mundur ke Malaka. Dengan kekuatan besar, Aceh kemudian melanjutkan serangan untuk

mengejar Portugis ke Malaka dan Malaka berhasil direbut. Portugis melarikan diri ke Goa, India.

Seiring dengan itu, Aceh melanjutkan ekspansinya dengan menaklukkan Johor, Pahang dan Pattani.

Dengan keberhasilan serangan ini, wilayah kerajaan Aceh Darussalam mencakup hampir separuh

wilayah pulau Sumatera, sebagian Semenanjung Malaya hingga Pattani.

Demikianlah, walaupun masa kepemimpinan Mughayat Syah relatif singkat, hanya sampai

tahun 1528 M, namun ia berhasil membangun kerajaan Aceh yang besar dan kokoh. Ali Mughayat

Page 7: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Syah juga meletakkan dasar-dasar politik luar negeri kerajaan Aceh Darussalam, yaitu: (1)

mencukupi kebutuhan sendiri, sehingga tidak bergantung pada pihak luar; (2) menjalin persahabatan

yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara; (3) bersikap waspada terhadap negara

kolonial Barat; (4) menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar; (5) menjalankan dakwah Islam ke

seluruh kawasan nusantara. Sepeninggal Mughayat Syah, dasar-dasar kebijakan politik ini tetap

dijalankan oleh penggantinya.

Dalam sejarahnya, Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda

Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590-1636). Pada masa itu, Aceh merupakan salah satu pusat

perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki

hubungan diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda. Pada masa Iskandar

Muda, Aceh pernah mengirim utusan ke Turki Usmani dengan membawa hadiah. Kunjungan ini

diterima oleh Khalifah Turki Usmani dan ia mengirim hadiah balasan berupa sebuah meriam dan

penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang Aceh.

Hubungan dengan Perancis juga terjalin dengan baik. Pada masa itu, Perancis pernah mengirim

utusannya ke Aceh dengan membawa hadiah sebuah cermin yang sangat berharga. Namun, cermin

ini ternyata pecah dalam perjalanan menuju Aceh. Hadiah cermin ini tampaknya berkaitan dengan

kegemaran Sultan Iskandar Muda pada benda-benda berharga. Saat itu, Iskandar Muda merupakan

satu-satunya raja Melayu yang memiliki Balee Ceureumeen (Aula Kaca) di istananya yang megah,

Istana Dalam Darud Dunya. Konon, menurut utusan Perancis tersebut, luas istana Aceh saat itu tak

kurang dari dua kilometer. Di dalam istana tersebut, juga terdapat ruang besar yang disebut Medan

Khayali dan Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan gajah, dan aliran sungai

Krueng yang telah dipindahkan dari lokasi asal alirannya.

Sebelum Iskandar Muda berkuasa, sebenarnya juga telah terjalin hubungan baik dengan Ratu

Elizabeth I dan penggantinya, Raja James dari Inggris. Bahkan, Ratu Elizabeth pernah mengirim

utusannya, Sir James Lancaster dengan membawa seperangkat perhiasan bernilai tinggi dan surat

untuk meminta izin agar Inggris diperbolehkan berlabuh dan berdagang di Aceh. Sultan Aceh

menjawab positif permintaan itu dan membalasnya dengan mengirim seperangkat hadiah, disertai

surat yang ditulis dengan tinta emas. Sir James Lancaster sebagai pembawa pesan juga dianugerahi

gelar Orang Kaya Putih sebagai penghormatan. Berikut ini cuplikan surat Sulta Aceh pada Ratu

Inggris bertarikh 1585 M:

I am the mighty ruler of the Regions below the wind, who holds sway over the land of Aceh and

over the land of Sumatra and over all the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to

the sunset.

(Hambalah Sang Penguasa Perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah

Aceh, tanah Sumatera dan seluruh wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk

matahari terbit hingga matahari terbenam).

Ketika Raja James berkuasa di Inggris, ia pernah mengirim sebuah meriam sebagai hadiah

kepada sultan Aceh. Hubungan ini memburuk pada abad ke 18, karena nafsu imperialisme Inggris

untuk menguasai kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Aceh juga pernah mengirim utusan yang

dipimpin oleh Tuanku Abdul Hamid ke Belanda, di masa kekuasaan Pangeran Maurits, pendiri

Page 8: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

dinasti Oranye. Dalam kunjungan tersebut, Abdul Hamid meninggal dunia dan dimakamkan di

pekarangan sebuah gereja dengan penuh penghormatan, dihadiri oleh para pembesar Belanda. Saat

ini, di makam tersebut terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Pangeran Bernhard, suami Ratu

Juliana.

Ketika Iskandar Muda meninggal dunia tahun 1636 M, yang naik sebagai penggantinya adalah

Sultan Iskandar Thani Ala‘ al-Din Mughayat Syah (1636-1641M). Di masa kekuasaan Iskandar

Thani, Aceh masih berhasil mempertahankan masa kejayaannya. Penerus berikutnya adalah Sri Ratu

Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675 M), putri Iskandar Muda dan permaisuri Iskandar Thani. Hingga

tahun 1699 M, Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh empat orang ratu. Di masa ini, kerajaan

Aceh sudah mulai memasuki era kemundurannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya konflik

internal di Aceh, yang disebabkan penolakan para ulama Wujudiyah terhadap pemimpin perempuan.

Para ulama Wujudiyah saat itu berpandangan bahwa, hukum Islam tidak membolehkan seorang

perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki. Kemudian terjadi konspirasi antara para hartawan dan

uleebalang, dan dijustifikasi oleh pendapat para ulama yang akhirnya berhasil memakzulkan Ratu

Kamalat Syah. Sejak saat itu, berakhirlah era sultanah di Aceh.

Memasuki paruh kedua abad ke-18, Aceh mulai terlibat konflik dengan Belanda dan Inggris

yang memuncak pada abad ke-19. Pada akhir abad ke-18 tersebut, wilayah kekuasaan Aceh di

Semenanjung Malaya, yaitu Kedah dan Pulau Pinang dirampas oleh Inggris. Pada tahun 1871 M,

Belanda mulai mengancam Aceh atas restu dari Inggris, dan pada 26 Maret 1873 M, Belanda secara

resmi menyatakan perang terhadap Aceh. Dalam perang tersebut, Belanda gagal menaklukkan Aceh.

Pada tahun 1883, 1892 dan 1893 M, perang kembali meletus, namun, lagi-lagi Belanda gagal

merebaut Aceh. Pada saat itu, Belanda sebenarnya telah putus asa untuk merebut Aceh, hingga

akhirnya, Snouck Hurgronye, seorang sarjana dari Universitas Leiden, menyarankan kepada

pemerintahnya agar mengubah fokus serangan, dari sultan ke ulama. Menurutnya, tulang punggung

perlawanan rakyat Aceh adalah para ulama, bukan sultan. Oleh sebab itu, untuk melumpuhkan

perlawanan rakyat Aceh, maka serangan harus diarahkan kepada para ulama. Saran ini kemudian

diikuti oleh pemerintah Belanda dengan menyerang basis-basis para ulama, sehingga banyak masjid

dan madrasah yang dibakar Belanda.

Saran Snouck Hurgronye membuahkan hasil: Belanda akhirnya sukses menaklukkan Aceh. J.B.

van Heutsz, sang panglima militer, kemudian diangkat sebagai gubernur Aceh. Pada tahun 1903,

kerajaan Aceh berakhir seiring dengan menyerahnya Sultan M. Dawud kepada Belanda. Pada tahun

1904, hampir seluruh Aceh telah direbut oleh Belanda. Walaupun demikian, sebenarnya Aceh tidak

pernah tunduk sepenuhnya pada Belanda. Perlawanan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat

tetap berlangsung. Sebagai catatan, selama perang Aceh, Belanda telah kehilangan empat orang

jenderalnya yaitu: Mayor Jenderal J.H.R Kohler, Mayor Jenderal J.L.J.H. Pel, Demmeni dan Jenderal

J.J.K. De Moulin.

Kekuasaan Belanda berlangsung hampir setengah abad, dan berakhir seiring dengan masuknya

Jepang ke Aceh pada 9 Februari 1942. Saat itu, kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong

Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat

umum. Hubungan baik dengan Jepang tidak berlangsung lama. Ketika Jepang mulai melakukan

Page 9: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

pelecehan terhadap perempuan Aceh dan memaksa masyarakat untuk membungkuk pada matahari

terbit, maka, saat itu pula mulai timbul perlawanan. Di antara tokoh yang dikenal gigih melawan

Jepang adalah Teungku Abdul Jalil. Kekuasaan para penjajah berakhir ketika Indonesia merdeka dan

Aceh bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

SILSILAH

Berikut ini daftar para sultan yang pernah berkuasa di kerajaan Aceh Darussalam:

1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)

2. Sultan Salahuddin (1528-1537).

3. Sultan Ala‘ al-Din al-Kahhar (1537-1568).

4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575)

5. Sultan Muda (1575)

6. Sultan Sri Alam (1575-1576).

7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).

8. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589)

9. Sultan Buyong (1589-1596)

10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).

11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)

12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).

13. Iskandar Thani (1636-1641).

14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675).

15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678)

16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)

17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)

18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)

19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)

20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)

21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)

22. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)

23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah (1727-1735)

24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah (1735-1760)

25. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)

26. Sultan Badr al-Din (1781-1785)

27. Sultan Sulaiman Syah (1785-…)

28. Alauddin Muhammad Daud Syah.

29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)

30. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)

31. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)

32. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)

33. Sultan Mansur Syah (1857-1870)

Page 10: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

34. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)

35. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)

Catatan: Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (sultan ke-29) berkuasa pada dua periode yang

berbeda, diselingi oleh periode Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818).

Periode Pemerintahan

Kerajaan Aceh Darussalam berdiri sejak akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-20 M. Dalam

rentang masa empat abad tersebut, telah berkuasa 35 orang sultan dan sultanah.

Wilayah kekuasaan

Di masa kejayaannya, wilayah kerajaan Aceh Darussalam mencakup sebagian pulau Sumatera,

sebagian Semenanjung Malaya dan Pattani.

Struktur pemerintahan

Pada masa Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589) berkuasa, kerajaan Aceh sudah

memiliki undang-undang yang terangkum dalam kitab Kanun Syarak Kerajaan Aceh. Undang-

undang ini berbasis pada al-Quran dan hadits yang mengikat seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di

dalamnya, terkandung berbagai aturan mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk syarat-syarat

pemilihan pegawai kerajaan. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa, walaupun Aceh telah

memiliki undang-undang, ternyata belum cukup untuk menjadikannya sebagai sebuah kerajaan

konstitusional.

Dalam struktur pemerintahan Aceh, sultan merupakan penguasa tertinggi yang membawahi

jabatan struktural lainnya. Di antara jabatan struktural lainnya adalah uleebalang yang mengepalai

unit pemerintahan nanggroe (negeri), panglima sagoe (panglima sagi) yang memimpin unit

pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan mukim yang terdiri

dari beberapa gampong, dan keuchiek atau geuchiek yang menjadi pimpinan pada unit pemerintahan

gampong (kampung). Jabatan struktural ini mengurus masalah keduniaan (sekuler). Sedangkan

pemimpin yang mengurus masalah keagamaan adalah tengku meunasah, imam mukim, kadli dan

para teungku.

Kehidupan Sosial Budaya

a. agama

Dalam sejarah nasional Indonesia, Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena

Islam masuk pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini. Sesuai

dengan namanya, Serambi Mekah, orang Aceh mayoritas beragama Islam dan kehidupan mereka

sehari-hari sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu

sendi kehidupan masyarakat Aceh. Selain dalam keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama

Islam berlangsung di dayah dan rangkang (sekolah agama). Guru yang memimpin pendidikan dan

pengajaran di dayah disebut dengan teungku. Jika ilmunya sudah cukup dalam, maka para teungku

Page 11: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

tersebut mendapat gelar baru sebagai Teungku Chiek. Di kampung-kampung, urusan keagamaan

masyarakat dipimpin oleh seseorang yang disebut dengan tengku meunasah.

Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh. Manuskrip-

manuskrip terkenal peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal dari Aceh,

seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi Ma‘rifatil Adyan karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad

ke-17; kitab Tarjuman al-Mustafid yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh

Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip

tersebut merupakan bukti bahwa, Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam

di Nusantara. Karya sastra lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi, Hikayat Malem Diwa, Syair Hamzah

Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, merupakan bukti lain kuatnya pengaruh Islam

dalam kehidupan masyarakat Aceh.

b. Struktur sosial

Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas keagamaan dan

kepemilikan harta benda. Mereka yang menduduki jabatan struktural di kerajaan menduduki lapisan

sosial tersendiri, lapisan teratasnya adalah sultan, dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan

lapisan berbasis keagamaan merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran yang dimainkan

oleh seseorang dalam kehidupan keagamaan. Dalam lapisan ini, juga terdapat kelompok yang

mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad. Mereka ini menempati posisi istimewa dalam

kehidupan sehari-hari, yang laki-laki bergelar Sayyed, dan yang perempuan bergelar Syarifah.

Lapisan sosial lainnya dan memegang peranan sangat penting adalah para orang kaya yang

menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya adalah rempah-rempah, dan yang terpenting adalah

lada.

c. Kehidupan sehari-hari

Sebagai tempat tinggal sehari-hari, orang Aceh membangun rumah yang sering disebut juga

dengan rumoh Aceh. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bercocok tanam di lahan yang

memang tersedia luas di Aceh. Bagi yang tinggal di kawasan kota pesisir, banyak juga yang

berprofesi sebagai pedagang. Senjata tradisional orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong,

bentuknya menyerupai huruf L, dan bila dilihat dari dekat menyerupai tulisan kaligrafi bismillah.

Senjata khas lainnya adalah Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon Teubee.

PENYEBAB KEMUNDURAN KERAJAAN ACEH

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636 tidak ada raja-raja besar yang mampu

mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas. Di bawah Sultan Iskandar Thani (1637-1641

M), kemunduran itu mulai terasa dan terlebih lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar

Thani.

Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan

golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan Aceh.

Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perak,

Minangkabau dan Siak.

Page 12: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

KERAJAAN DEMAK

LETAK KERAJAAN

Kerajaan Demak merupakan kerjaan Islam pertama di Pulau Jawa. Secara geografis kerajaan Demak

terletak di kabupaten Demak propinsi Jawa Tengah. Pada awalnya daerah Demak dikenal dengan

sebutan Bintoro atau disebut juga Glagah Wangi, yang merupakan kerajaan bawahan Majapahit.

KEHIDUPAN POLITIK

Kerajaan Islam Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475-1518 M. Di Bintoro

Demak. Pada saat itu kerajaan Majapahit sedang mengalami kemunduran, sehingga mudah bagi

Raden Patah untuk mendirikan kerajaan sendiri lepas dari kerajaan Majapahit. Berdirinya kerajaan

Demak mendapat dukungan penuh dari para Wali Songo, yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam

masyarakat. Dalam waktu singkat Demak berhasil menjadi kerajaan besar. Adapun faktor-faktor yang

mendorong Demak cepat menjadi kerajaan besar antara lain :

Letaknya strategis karena di tengah-tengah jalur pelayaran nasional dan dekat dengan muara sungai

Demak merupakan produsen beras terbesar di Pulau Jawa pada saat itu.

Mundurnya Kerajaan Majapahit

RAJA – RAJA YANG MEMERINTAH DI KERAJAAN DEMAK ANTARA LAIN :

1. Raden Patah ( 1500 – 1518 )

Nama kecilnya terkenal dengan sebutan Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi raja bergelar

Sultan Alam Akbar al Fatah. Pada masa pemerintahan Raden Patah, kerajaan Demak menjadi

kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting. Untuk itu, dibangunlah

Masjid Agung Demak.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, di satu sisi membuat kedudukan Demak semakin penting

arti dan peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam. Namun, di sisi lain hal itu juga

merupakan ancaman bagi kekuasaan Demak. Oleh karena itu, pada tahun 1513, Demak mengirim

armadanya untuk menyerang Portugis di Malaka dibawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah.

Serangan yang dibantu oleh Aceh dan Palembang itu gagal karena kualitas persenjataan yang kurang

memadai.

2. Pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )

Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus

terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap

Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia

juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, sehingga

mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makan.

3. Pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )

Pati Unus tidak memiliki putra. Ketika wafat , tahta kerajaan diganti oleh adiknya yang

bernama Raden Trenggono. Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak mencapai masa

kejayaan. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana dan gagah berani. Wilayah kekuasaannya sangat luas

yaitu meliputi Jawa Timur dan Jawa Barat.

Page 13: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat dan

merencanakan mendirikan benteng Sunda Kelapa. Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim

tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah. Pengiriman pasukan Demak ke Jawa Barat

bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis. Tahun 1527 Fatahillah beserta para pengikutnya berhasil

mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Sejak itulah, Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta

yang artinya kemenangan yang sempurna ( kini dikenal dengan Jakarta )

Sultan Trenggono bercita-cita menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak. Untuk

mewujudkan cita-cita tersebut Sultan Trenggono mengambil langkah sebagai berikut :

menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah

menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang ) dipimpin Sultan

Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasil karena Sultan Trenggono meninggal

mengadakan perkawinan politik. Misalnya :

Fatahillah dijodohkan dengan adiknya

Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )

Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )

Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon ).

KEHIDUPAN EKONOMI

Letak kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim. Lagi

pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat berkembang.

Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di Demak tumbuh dengan

baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi

andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.

KEHIDUPAN KEAGAMAAN

Berdirinya kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan

dakwah Islam. Oleh karena itu tidak heran jika Demak gigih melawan daerah-daerah yang ada

dibawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo , Demak berhasil menjadikan diri sebagai

kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh cukup luas. Untuk mendukung dakwah

pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung Demak sebagai pusatnya.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah bangunan Masjid Demak yang terletak

di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang

utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di belakngnya terdapat makam raja-

raja Demak.

KERUNTUHAN KERAJAAN

Sepeninggal Sultan Trenggono, di Demak terjadi pertikaian antar keluarga. Pangeran Sekar

Sedo Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan

Page 14: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran Sedo Lepen yang bernama Arya

Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan beberapa pendukungnya. Naiknya Arya

Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu

Sultan Trenggono. Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaoko Tingkir yang selanjutnya

memindahkan pusat kerajaan ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Demak

pada tahun 1568.

KESULTANAN BANTEN

Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten,

Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan

pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya

sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.

Maulana Hasanuddin, seorang putera Sunan Gunung Jati, mendirikan benteng pertahanan yang

dinamakan Surosowan dan kemudian menjadi pusat pemerintahan, setelah Banten menjadi kerajaan

sendiri.

PEMBENTUKAN AWAL

Penyerangan dan penaklukan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 oleh Kerajaan Demak, yang

waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda dipicu oleh adanya kerjasama

Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik. Hal ini dianggap dapat membahayakan

kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513.

Maulana Hasanuddin yang telah berada di Banten ikut serta dalam penaklukan tersebut, kemudian

melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam

penyebaran Islam di kawasan tersebut, selain itu ia juga telah melakukan kontak dagang dengan raja

Malangkabu (Minangkabau, Kerajaan Inderapura) dan dianugerahi keris oleh raja tersebut (Sultan

Munawar Syah).

Pada awalnya kawasan Banten masih menjadi vassal dari Kerajaan Demak, seiring dengan

kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten mulai melepaskan diri

menjadi kerajaan yang mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin melanjutkan ekspansi

Banten ke kawasan pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran di tahun 1579.

Kemudian ia digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun

1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di nusantara, namun

gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.

Pada masa Pangeran Ratu anak dari Maulana Muhammad, ia menjadi raja pertama di Pulau

Jawa yang mengambil gelar "Sultan" pada tahun 1638 dengan nama Arab Abu al-Mafakhir Mahmud

Abdulkadir. Pada masa ini Sultan Banten telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi

dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, salah satu diketahui surat Sultan Banten kepada Raja

Inggris, James I tahun 1605 dan tahun 1629 kepada Charles I.

Page 15: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

PUNCAK KEJAYAAN

Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam

menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa

Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi

salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh

Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark dan Tionghoa,

Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.

Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten.

Di bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga

telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur

pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura

(Kalimantan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha

keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-

kapal dagang menuju

PERANG SAUDARA

Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, akibat perebutan kekuasaan

dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan

oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan kepada Sultan Haji,

sehingga perang saudara tidak dapat dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji

atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2 orang utusannya, menemui Raja

Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan. Dalam

perang ini Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah ke kawasan yang disebut dengan

Tirtayasa, namun pada 28 Desember 1682 kawasan ini juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC.

Sultan Ageng bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf dari Makasar mundur

ke arah selatan pedalaman Sunda. Namun pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap kemudian

ditahan di Batavia.

Sementara VOC terus mengejar dan mematahkan perlawanan pengikut Sultan Ageng yang

masih berada dalam pimpinan Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf. Pada 5 Mei 1683, VOC mengirim

Untung Surapati yang berpangkat letnan beserta pasukan Balinya, bergabung dengan pasukan

pimpinan Letnan Johannes Maurits van Happel menundukkan kawasan Pamotan dan Dayeuh Luhur,

di mana pada 14 Desember 1683 mereka berhasil menawan Syekh Yusuf. Sementara setelah terdesak

akhirnya Pangeran Purbaya menyatakan menyerahkan diri. Kemudian Untung Surapati disuruh oleh

Kapten Johan Ruisj untuk menjemput Pangeran Purbaya, dan dalam perjalanan membawa Pangeran

Purbaya ke Batavia, mereka berjumpa dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Willem Kuffeler,

namun terjadi pertikaian di antara mereka, puncaknya pada 28 Januari 1684, pos pasukan Willem

Kuffeler dihancurkan, dan berikutnya Untung Surapati beserta pengikutnya menjadi buronan VOC.

Sedangkan Pangeran Purbaya sendiri baru pada 7 Februari 1684 sampai di Batavia.

Page 16: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

PENURUNAN

Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan memberikan kompensasi

kepada VOC di antaranya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC, seperti

tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia

yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22

Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Selain

itu berdasarkan perjanjian tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga mesti mengganti kerugian akibat

perang tersebut kepada VOC.

Setelah meninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan pengaruhnya di

Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten mesti mendapat persetujuan dari

Gubernur Jendral Hindia-Belanda di Batavia. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya diangkat

mengantikan Sultan Haji namun hanya berkuasa sekitar tiga tahun, selanjutnya digantikan oleh

saudaranya Pangeran Adipati dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin dan

kemudian dikenal juga dengan gelar Kang Sinuhun ing Nagari Banten.

Perang saudara yang berlangsung di Banten meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa

berikutnya. Konfik antara keturunan penguasa Banten maupun gejolak ketidakpuasan masyarakat

Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada

masa akhir pemerintahan Sultan Abulfathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di antaranya perlawanan

Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Akibat konflik yang berkepanjangan Sultan Banten kembali

meminta bantuan VOC dalam meredam beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten

telah menjadi vassal dari VOC.

PENGHAPUSAN KESULTANAN

Pada tahun 1808 Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810,

memerintahkan pembangunan Jalan Raya Pos untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan

Inggris. Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kotanya ke Anyer dan

menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung

Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebagai jawabannya Daendels memerintahkan

penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Surosowan. Sultan beserta keluarganya disekap di

Puri Intan (Istana Surosowan) dan kemudian dipenjarakan di Benteng Speelwijk. Sultan Abul Nashar

Muhammad Ishaq Zainulmutaqin kemudian diasingkan dan dibuang ke Batavia. Pada 22 November

1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten telah

diserap ke dalam wilayah Hindia Belanda.

Kesultanan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun

itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta

oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri

riwayat Kesultanan Banten.

Page 17: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

AGAMA

Berdasarkan data arkeologis, masa awal masyarakat Banten dipengaruhi oleh beberapa kerajaan

yang membawa keyakinan Hindu-Budha, seperti Tarumanagara, Sriwijaya dan Kerajaan Sunda.

Dalam Babad Banten menceritakan bagaimana Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanuddin,

melakukan penyebaran agama Islam secara intensif kepada penguasa Banten Girang beserta

penduduknya. Beberapa cerita mistis juga mengiringi proses islamisasi di Banten, termasuk ketika

pada masa Maulana Yusuf mulai menyebarkan dakwah kepada penduduk pedalaman Sunda, yang

ditandai dengan penaklukan Pakuan Pajajaran.

Islam menjadi pilar pendirian Kesultanan Banten, Sultan Banten dirujuk memiliki silsilah

sampai kepada Nabi Muhammad, dan menempatkan para ulama memiliki pengaruh yang besar dalam

kehidupan masyarakatnya, seiring itu tarekat maupun tasawuf juga berkembang di Banten.

Sementara budaya masyarakat menyerap Islam sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Beberapa

tradisi yang ada dipengaruhi oleh perkembangan Islam di masyarakat, seperti terlihat pada kesenian

bela diri Debus.

Kadi memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kesultanan Banten, selain

bertanggungjawab dalam penyelesaian sengketa rakyat di pengadilan agama, juga dalam penegakan

hukum Islam seperti hudud.

Toleransi umat beragama di Banten, berkembang dengan baik. Walau didominasi oleh muslim,

namun komunitas tertentu diperkenankan membangun sarana peribadatan mereka, di mana sekitar

tahun 1673 telah berdiri beberapa klenteng pada kawasan sekitar pelabuhan Banten.

KEPENDUDUKAN

Kemajuan Kesultanan Banten ditopang oleh jumlah penduduk yang banyak serta multi-etnis.

Mulai dari Jawa, Sunda dan Melayu. Sementara kelompok etnis nusantara lain dengan jumlah

signifikan antara lain Makasar, Bugis dan Bali.

Dari beberapa sumber Eropa disebutkan sekitar tahun 1672, di Banten diperkirakan terdapat

antara 100 000 sampai 200 000 orang lelaki yang siap untuk berperang, sumber lain menyebutkan,

bahwa di Banten dapat direkrut sebanyak 10 000 orang yang siap memanggul senjata. Namun dari

sumber yang paling dapat diandalkan, pada Dagh Register-(16.1.1673) menyebutkan dari sensus

yang dilakukan VOC pada tahun 1673, diperkirakan penduduk di kota Banten yang mampu

menggunakan tombak atau senapan berjumlah sekita 55 000 orang. Jika keseluruhan penduduk

dihitung, apa pun kewarganegaraan mereka, diperkirakan berjumlah sekitar 150 000 penduduk,

termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia.

Sekitar tahun 1676 ribuan masyarakat Cina mencari suaka dan bekerja di Banten. Gelombang

migrasi ini akibat berkecamuknya perang di Fujian serta pada kawasan Cina Selatan lainnya.

Masyarakat ini umumnya membangun pemukiman sekitar pinggiran pantai dan sungai serta memiliki

proporsi jumlah yang signifikan dibandingkan masyarakat India dan Arab. Sementara di Banten

beberapa kelompok masyarakat Eropa seperti Inggris, Belanda, Perancis, Denmark dan Portugal juga

telah membangun pemondokan dan gudang di sekitar Ci Banten.

Page 18: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

PEREKONOMIAN

Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk

daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini

berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian

masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah Sanghyang

Siksakanda ng Karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu)

dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan

nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.

Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk

mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga

sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan

ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut,

termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Cina di tahun

1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat

signifikan.

Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan

jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar

di dunia pada masa tersebut.

PEMERINTAHAN

Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya menggunakan gelar Sultan,

sementara dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti,

dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten terdapat

seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang memiliki peran dalam

administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten terdapat kelompok bangsawan yang

digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau sayyid, dan golongan khusus lainya yang mendapat

kedudukan istimewa adalah terdiri atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara.

Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci Karangantu.

Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun-alun dan Istana Surosowan yang dikelilingi

oleh tembok beserta parit, sementara disebelah utara dari istana dibangun Masjid Agung Banten

dengan menara berbentuk mercusuar yang kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara

pengawas untuk melihat kedatangan kapal di Banten.

Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid Agung Banten

dan Ci Banten, dan dikenal dengan nama Kapalembangan. Sementara pada kawasan alun-alun

terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat

kepada rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan kota Banten berbentuk segi empat yang dpengaruhi

oleh konsep Hindu-Budha atau representasi yang dikenal dengan nama mandala. Selain itu pada

kawasan kota terdapat beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan

(Persia) dan Kampung Pecinan.

Page 19: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal yang singah ke Banten,

pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean.

Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng bernama Syahbandar Kaytsu.

DAFTAR PENGUASA BANTEN

Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin 1552 - 1570

Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan 1570 - 1585

Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana 1585 - 1596

Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647

Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 - 1651

Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1682

Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 - 1687

Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya 1687 - 1690

Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin 1690 - 1733

Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin 1733 - 1747

Ratu Syarifah Fatimah 1747 - 1750

Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri 1753 - 1773

Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin 1773 - 1799

Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1799 - 1803

Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin 1803 - 1808

Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin 1809 - 1813

KESULTANAN MATARAM

Page 20: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-

17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang

mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu

Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki

Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya

(Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,

termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin

berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-

masa akhir menjelang keruntuhannya.

Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia

meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di

Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur

bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi wilayah yang masih

berlaku hingga sekarang.

MASA AWAL

Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar

Panembahan Senopati. Pada saat itu wilayahnya hanya di sekitar Jawa Tengah saat ini, mewarisi

wilayah Kerajaan Pajang. Pusat pemerintahan berada di Mentaok, wilayah yang terletak kira-kira di

timur Kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto sekarang. Lokasi keraton (tempat

kedudukan raja) pada masa awal terletak di Banguntapan, kemudian dipindah ke Kotagede. Sesudah

ia meninggal (dimakamkan di Kotagede) kekuasaan diteruskan putranya Mas Jolang yang setelah

naik tahta bergelar Prabu Hanyokrowati.

Pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak berlangsung lama karena beliau wafat karena

kecelakaan saat sedang berburu di hutan Krapyak. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda

Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yang artinya Raja (yang) wafat (di) Krapyak. Setelah itu

tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro.

Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas

Jolang yang bernama Mas Rangsangpada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami

masa keemasan.

SULTAN AGUNG

Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo atau lebih

dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh

di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah,

DIY, dan Jawa Timur sekarang). Ia memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul

sebutan pula "Mataram Karta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara

Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten

dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC.

Page 21: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat

(Amangkurat I).

TERPECAHNYA MATARAM

Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830, setelah Perang

Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwa Kasunanan Surakarta memiliki banyak enklave di wilayah

Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di

Yogyakarta. Kelak enklave-enklave ini dihapus.

Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tidak jauh dari Karta. Selain itu,

ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang

Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan

pemberontakan. Pada masanya, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan

memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi

sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat

patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi.

Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena

kraton yang lama dianggap telah tercemar.

Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwana I

(1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II (1726-1749). VOC tidak menyukai

Amangkurat III karena menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai

raja. Akibatnya Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal. Amangkurat

III memberontak dan menjadi "king in exile" hingga tertangkap di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.

Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah

Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari

1755. Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari lokasi

penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah). Berakhirlah era Mataram

sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun demikian sebagian masyarakat Jawa

beranggapan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari

Kesultanan Mataram.

PERISTIWA PENTING

1558 - Ki Ageng Pemanahan dihadiahi wilayah Mataram oleh Sultan Pajang Adiwijaya atas jasanya

mengalahkan Arya Penangsang.

1577 - Ki Ageng Pemanahan membangun istananya di Pasargede atau Kotagede.

1584 - Ki Ageng Pemanahan meninggal. Sultan Pajang mengangkat Sutawijaya, putra Ki Ageng

Pemanahan sebagai penguasa baru di Mataram, bergelar "Ngabehi Loring Pasar" (karena

rumahnya di utara pasar).

1587 - Pasukan Kesultanan Pajang yang akan menyerbu Mataram porak-poranda diterjang badai

letusan Gunung Merapi. Sutawijaya dan pasukannya selamat.

Page 22: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

1588 - Mataram menjadi kerajaan dengan Sutawijaya sebagai Sultan, bergelar "Senapati Ingalaga

Sayidin Panatagama" artinya Panglima Perang dan Ulama Pengatur Kehidupan Beragama.

1601 - Panembahan Senopati wafat dan digantikan putranya, Mas Jolang yang bergelar Panembahan

Hanyakrawati dan kemudian dikenal sebagai "Panembahan Seda ing Krapyak" karena wafat saat

berburu (jawa: krapyak).

1613 - Mas Jolang wafat, kemudian digantikan oleh putranya Pangeran Aryo Martoputro. Karena

sering sakit, kemudian digantikan oleh kakaknya Raden Mas Rangsang. Gelar pertama yang

digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Setelah

Menaklukkan Madura beliau menggunakan gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir

setelah 1640-an beliau menggunakan gelar bergelar "Sultan Agung Senapati Ingalaga

Abdurrahman"

1645 - Sultan Agung wafat dan digantikan putranya Susuhunan Amangkurat I.

1645 - 1677 - Pertentangan dan perpecahan dalam keluarga kerajaan Mataram, yang dimanfaatkan

oleh VOC.

1677 - Trunajaya merangsek menuju Ibukota Pleret. Susuhunan Amangkurat I mangkat. Putra

Mahkota dilantik menjadi Susuhunan Amangkurat II di pengasingan. Pangeran Puger yang

diserahi tanggung jawab atas ibukota Pleret mulai memerintah dengan gelar Susuhunan Ing

Ngalaga.

1680 - Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibukota ke Kartasura.

1681 - Pangeran Puger diturunkan dari tahta Plered.

1703 - Susuhunan Amangkurat III wafat. Putra mahkota diangkat menjadi Susuhunan Amangkurat

III.

1704 - Dengan bantuan VOC Pangeran Puger ditahtakan sebagai Susuhunan Paku Buwono I. Awal

Perang Tahta I (1704-1708). Susuhunan Amangkurat III membentuk pemerintahan pengasingan.

1708 - Susuhunan Amangkurat III ditangkap dan dibuang ke Srilanka sampai wafatnya pada 1734.

1719 - Susuhunan Paku Buwono I meninggal dan digantikan putra mahkota dengan gelar Susuhunan

Amangkurat IV atau Prabu Mangkurat Jawa. Awal Perang Tahta Jawa Kedua (1719-1723).

1726 - Susuhunan Amangkurat IV meninggal dan digantikan Putra Mahkota yang bergelar

Susuhunan Paku Buwono II.

1742 - Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwana II berada dalam

pengasingan.

1743 - Dengan bantuan VOC Ibukota Kartasura berhasil direbut dari tangan pemberontak dengan

keadaan luluh lantak. Sebuah perjanjian sangat berat (menggadaikan kedaulatan Mataram kepada

VOC selama belum dapat melunasi hutang biaya perang) bagi Mataram dibuat oleh Susuhunan

Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC.

1745 - Susuhunan Paku Buwana II membangun ibukota baru di desa Sala di tepian Bengawan

Beton.

1746 - Susuhunan Paku Buwana II secara resmi menempati ibukota baru yang dinamai Surakarta.

Konflik Istana menyebabkan saudara Susuhunan, P. Mangkubumi, meninggalkan istana. Meletus

Page 23: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Perang Tahta Jawa Ketiga yang berlangsung lebih dari 10 tahun (1746-1757) dan mencabik

Kerajaan Mataram menjadi dua Kerajaan besar dan satu kerajaan kecil.

1749 - 11 Desember Susuhunan Paku Buwono II menandatangani penyerahan kedaulatan

Mataram kepada VOC. Namun secara de facto Mataram baru dapat ditundukkan sepenuhnya

pada 1830. 12 Desember Di Yogyakarta, P. Mangkubumi diproklamirkan sebagai Susuhunan

Paku Buwono oleh para pengikutnya. 15 Desember van Hohendorff mengumumkan Putra

Mahkota sebagai Susuhunan Paku Buwono III.

1752 - Mangkubumi berhasil menggerakkan pemberontakan di provinsi-provinsi Pasisiran

(daerah pantura Jawa) mulai dari Banten sampai Madura. Perpecahan Mangkubumi-RM Said.

1754 - Nicolas Hartingh menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. 23 September, Nota

Kesepahaman Mangkubumi-Hartingh. 4 November, PB III meratifikasi nota kesepahaman.

Batavia walau keberatan tidak punya pilihan lain selain meratifikasi nota yang sama.

1755 - 13 Februari Puncak perpecahan terjadi, ditandai dengan Perjanjian Giyanti yang membagi

Kerajaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan atas Kesultanan Yogyakarta dengan gelar "Ingkang

Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing-Ngalaga Ngabdurakhman Sayidin

Panatagama Khalifatullah" atau lebih populer dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.

1757 - Perpecahan kembali melanda Mataram. R.M. Said diangkat sebagai penguasa atas sebuah

kepangeranan, Praja Mangkunegaran yang terlepas dari Kesunanan Surakarta dengan gelar

"Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangku Nagara Senopati Ing Ayudha".

1788 - Susuhunan Paku Buwono III mangkat.

1792 - Sultan Hamengku Buwono I wafat.

1795 - KGPAA Mangku Nagara I meninggal.

1799 - Voc dibubarkan

1813 - Perpecahan kembali melanda Mataram. P. Nata Kusuma diangkat sebagai penguasa atas

sebuah kepangeranan, Kadipaten Paku Alaman yang terlepas dari Kesultanan Yogyakarta dengan

gelar "Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam".

1830 - Akhir perang Diponegoro. Seluruh daerah Manca nagara Yogyakarta dan Surakarta

dirampas Belanda. 27 September, Perjanjian Klaten menentukan tapal yang tetap antara Surakarta

dan Yogyakarta dan membagi secara permanen Kerajaan Mataram ditandatangani oleh

Sasradiningrat, Pepatih Dalem Surakarta, dan Danurejo, Pepatih Dalem Yogyakarta. Mataram

secara de facto dan de yure dikuasai oleh Hindia Belanda.

RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh

letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi

yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak. Kedua, runtuhnya

kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M. Ketiga, runtuhnya

kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi.

Page 24: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya

pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang

strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram,

lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh

sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil

membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa

Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.

SUMBEAR SEJARAH

Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain

prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti

Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang

berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya

putra Teguh Dharmawangsa.

KEHIDUPAN EKONOMI

Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usahausaha yang ia lakukan,

seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk

pemeliharaan bangunan suci untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa

pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai

Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. Sementara itu dibidang sastra,

pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karya sastra yang terkenal, yaitu karya Mpu

Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi

dari sumber kronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak

menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti

emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa

masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

KEHIDUPAN SOSIAL-BUDAYA

Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengi inkan penyusunan kitab Sanghyang

Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada

masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa.

Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastra Ramayana dan

Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa. Raja Airlangga merupakan raja

yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan

waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga

banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang

melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga, sehingga mereka dengan bebas dapat

mengembangkan kreativitas yang mereka miliki.

Page 25: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:

1. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata

dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.

2. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman mati bagi perampok.

3. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja para dewa.

RAJA-RAJA YANG PERNAH MEMERINTAH KSULTANAN MATARAM

1. Panembahan Senapati

2. Mas Jolang

3. Sultan Agung

4. Amengkurat I

5. Amengkurat II

LETAK KERAJAAN

Page 26: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini

terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting,

karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat

persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang

yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan

Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

AWAL BERDIRINYA

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate

Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung,

Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai

maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari

pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar

lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah

Batara Guru dan saudaranya

Gambar di bawah merupakan peta Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat

beberapa kerajaan di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Untuk mengetahui

letak kerajaan-kerajaan tersebut, silahkan diamati gambar peta tersebut.

Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-

masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528,

sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama

Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama

ibukota propinsi Sulawesi Selatan.

Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada

di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan

para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia

bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan

besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

MASA PERKEMBANGAN KARAJAAN GOWA TALLO

KEHIDUPAN POLITIK

Perkembangan pesat Kerajaan Makassar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memertntah

seperti:

RajaAlaudin Dalam abad ke-17 M, agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan.

Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam bernama Raja Alaudin yang memerintah

Makassar dari tahun 1591-1638 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai terjun

dalam dunia pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya

kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar. Namun setelah wafatnya Raja Alauddin, keadaan

pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti.

Page 27: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Sultan Hasanuddin Pada masa peme-rintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar

mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat, Kera¬jaan Makassar telah berhasil

menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai

sepenuhnya jalur perdagang-an Nusantara, mendorong perluasan ke-kuasannya ke kepulauan Nusa

Tenggara, seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian, seluruh aktivitas pelayaran

perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan Makassar.

Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan

pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar.

Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan

Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda

di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan

kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".

Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan

Bone, dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil

mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhimya dilanjutkan dengan

Perjanjian Bongaya (1667 M).

Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama

Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan

Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih

keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi

Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil di-hancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan

kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.

KEHIDUPAN EKONOMI

Seperti yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan

berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa

faktor seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya

Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah

ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak

disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang

datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan

ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan adanya

hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan

yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar

juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

Page 28: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan

pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari

mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.

Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan

Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa

Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan

Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk

Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib

Tunggal yang berasal dari Minangkabau.

Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja

yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo,

Soppeg, dan Bone. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam

bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam

mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma

adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan

agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap

norma-norma tersebut.

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri

dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan

“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan

bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya

yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang

dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo

merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

 

KEHIDUPAN POLITIK DAN MASA KEMUNDURAN KERAJAAN GOWA -TALLO

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang dari Sumatera,

sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun

memeluk agama Islam.

Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang

bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng

Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan

Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa

pemerintahan raja Malekul Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan

Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah

kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat

Page 29: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

menunjang keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa

Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat

dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh

karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di

Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon

terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara

Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut

terjadi di daerah Maluku.

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk

memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin

terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya

sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar

yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan

Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada

VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu

dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan

secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian

Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:

a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.

b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.

c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar

Makasar.

d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap

berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin)

meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda

mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya

kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Page 30: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

LETAK KERAJAA

Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara sulawesi dan

irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada

masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai

“The Spicy Island”. Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada saat

itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati

rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, seperti Ambon, ternate, dan tidore.

Keadaan seperti ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang

politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

KEHIDUPAN POLITIK

Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin

Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan sembilan bersaudara.

Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal ini

dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore

akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan

menciptakan perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan

maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.

Sultan Hairun

Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri

nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para

penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu sultan hairun secara terang-terangan menentang politik

monopoli dari bangsa portugis.

Sultan Baabullah

Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1575 M Portugis

dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.

KEHIDUPAN EKONOMI

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil

diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M

permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting.

Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.

Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

KEHIDUPAN SOSIAL

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan

mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam

1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon,

berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.

Page 31: KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai

pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan

oleh orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila

pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya

orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik

harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat

besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.

Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di

Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat

dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat

memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

KEHIDUPAN BUDAYA

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu banyak

mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis

kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya

kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.