karl popper

13
BAB I PENDAHULUAN Ilmu merupakansalahsatuhasil usaha manusia untuk membentuk peradaban.Perkembangan ilmu darimasa lalu hinggamasa kini merupakan jawaban rasa ingin tahu manusia untuk mengetahui kebenaran sehingga kritirisasi kemampuan akal berperan untuk melakukan kreatifitas intelektualnya. Dengan munculnya Karl Raimund Popper sebagai seorang filsuf ilmu pengetahuan abad ke 20 , disebut sebagai “critical-rasionalist” ( menandai babak baru dan sekaligus merupakanmasa transisi bagi suatu zaman yang kemudian di sebut ilmu pengetahuan baru. Dimana menghadapkan teori – teori pada faktor – faktor yang dapat menunjukkanketidakbenaran nya adalah satu – satunya cara yang tepat untuk mengujinya dan juga satu – satunya memungkinkan ilmu pengetahuan bisa berkembang terus menerus. Dan dengan kemungkinan untuk menguji teori – teori tentang ketidak benaran berarti te terbuka untuk di kritik. Popper menegaskan bahwa cara kerja (berdasarkan prinsip falsifiabili paling nampak dalam sejarah ilmu-ilmu. Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan manusia bisa difalsifikasikan. Jika tidak demikian, ilmu peng telah merosot menjadi ideologi tertutup dari segala kritik dan pembaharua di tunjukkan dengan Ketidaksetujuan Popper terhadap gagasan dan cara aliran positivisme logis. Popper juga menyimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap kritis yang tidakmencari pembenaran-pembenaran melainkan tes yang crucial berupa pengujian yang dapat menyangkal teori yang diujinya, meskipun tak pernah meneguhkannya, sebagaimana ia juga mengungkapkan bahwa arti terbaik “akal” dan “masuk akal” adalah keterbukaan terhadap kritik – kesediaan untuk dik keinginan untuk mengkritik diri sendiri.Dengan demikian ia munculkan apa dinamakan rasionalisme kritis. 1

Upload: eric-chan

Post on 21-Jul-2015

365 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUANIlmu merupakan salah satu hasil usaha manusia peradaban.Perkembangan ilmu dari masa lalu untuk membentuk

hingga masa kini merupakan

jawaban rasa ingin tahu manusia untuk mengetahui kebenaran sehingga kritirisasi kemampuan akal berperan untuk melakukan kreatifitas intelektualnya. Dengan munculnya Karl Raimund Popper sebagai seorang filsuf ilmu

pengetahuan abad ke 20 , disebut sebagai critical-rasionalist (rasionalis kritis) menandai babak baru dan sekaligus merupakan masa transisi bagi suatu zaman yang kemudian di sebut ilmu pengetahuan baru. Dimana menghadapkan teori teori pada faktor faktor yang dapat menunjukkan ketidakbenaran nya adalah satu satunya cara yang tepat untuk mengujinya dan juga satu satunya cara yang memungkinkan ilmu pengetahuan bisa berkembang terus menerus. Dan dengan kemungkinan untuk menguji teori teori tentang ketidak benaran berarti teori itu terbuka untuk di kritik. Popper menegaskan bahwa cara kerja (berdasarkan prinsip falsifiabilitas) itu paling nampak dalam sejarah ilmu-ilmu. Selanjutnya dikatakan bahwa semua pengetahuan manusia bisa difalsifikasikan. Jika tidak demikian, ilmu pengetahuan telah merosot menjadi ideologi tertutup dari segala kritik dan pembaharuan. Hal ini di tunjukkan dengan Ketidaksetujuan Popper terhadap gagasan dan cara kerja aliran positivisme logis. Popper juga menyimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap kritis yang tidak mencari pembenaran-pembenaran melainkan tes yang crucial berupa pengujian yang dapat menyangkal teori yang diujinya, meskipun tak pernah dapat meneguhkannya, sebagaimana ia juga mengungkapkan bahwa arti terbaik akal dan masuk akal adalah keterbukaan terhadap kritik kesediaan untuk dikritik dan keinginan untuk mengkritik diri sendiri.Dengan demikian ia munculkan apa yang dinamakan rasionalisme kritis.

1

BAB II PEMBAHASAN RASIONALISME KRITIS KARL POPPERA.. Riwayat Karl Popper Karl Raimund Popper dilahirkan pada 28 Juli 1902 di Vienna. Ayahnya Dr. Simond Siegmund Karl Popper bekerja sebagai pengacara professional, tapi ia juga tertarik pada karya-karya sastra Yunani-Romawi Kuno dan Filsafat. Ibunya menanamkan ketertarikannya pada musik hingga ia sempat ingin mengambil karir di bidang ini. Kemudian, kecintaanya terhadap musik menjadi kekuatan inspiratif dalam membangun pemikiran dan originalitas interpretasi antara dogmatis dan pemikiran kritis, kontribusinya dalam pembedaan objektifitas dan subjektivias, dan yang sangat penting, menumbuhkan perlawanan terhadap segala bentuk historisisme, termasuk ide-ide sejarawan tentang sifat alami progresif pada music Ketika berusia 16 tahun ( 1918 ) Popper keluar dari sekolahnya Realgymnasium, dengan alasan ia bosan dengan pelajaran disana . Setelah itu ia menjadi pendengar bebas di universitas Wina . Namun ia baru menjadi mahasiswa formal di sana pada tahun 1922 karena sebelumnya ia mengambil pengujian matrikulasi yang lain selama 4 tahun.Setelah perang dunia I dimana begitu banyak penindasan dan pembunuhan maka Popper terdorong untuk menulis sebuah karangan tentang kebebasan., Dan pada usia 17 tahun ia menjadi anti Marxis karena kekecewaannya pada pendapat yang menghalalkan segala cara dalam melakukan revolusi termasuk pengorbanan jiwa Adapun riwayat hidup Popper , termasuk juga riwayat ilmu dan filsafatnya , di tandai dengan kebencian akan segala usaha untuk memutlakkan sesuatu yang telah menggores pribadinya baik karena pengalamannya maupun akibat kekejian dari pengamukan ideologi Hitler dan kaum Nazi yang mengakibatkan terjadinya pembantaian pemuda yang beraliran sosialis dan komunis dan banyak dari temantemannya yang terbunuh.. Maka sejak saat itu pun perkembangan macam macam

2

ideolagi dalam rangka sejarah filsafat Barat mulai di kecam Popper. Sebagaimana halnya dalam ilmu alam segala teori yang bercorak dogmatis itu di tolaknya, demikian pun dalam filsafat sosial dan ilmu masyarakat . Terutama ajaran Plato, Hegel dan Marx oleh Popper di curigai sebagai ideolgi yang menjadi musuh utama dari open society yang di idam- idamkannya. 1 Dalam aliran-aliran filsafat , Popper termasuk aliran rasionalisme kritis, bahkan merupakan perintis aliran tersebut, yang . Meskipun berkenalan dengan beberapa tokoh dalam lingkaran Wina, namun ia tidak pernah menjadi anggota lingkaran Wina. Bahkan ia jengkel, kalau pandangan-pandangannya dikaitkan dengan positivisme logis. Adapun Tokoh yang cukup berpengaruh pada Popper yang berkaitan dengan perkembangan pemikiran filsafatnya adalah Karl Buhler, seorang profesor psikologi di Universitas Wina. Buhler memperkenalkan pada Popper tentang 3 tingkatan fungsi bahasa, yaitu fungsi ekspresif, fungsi stimulatif, dan fungsi deskriptif. Dua fungsi pertama selalu hadir pada bahasa manusia dan binatang sedangkan fungsi ketiga khas pada bahasa manusia dan bahkan tidak selalu hadir. Dan pada perkembangannya Popper menambahkan fungsi keempat yaitu fungsi argumentatif, yang dianggapnya terpenting karena merupakan basis pemikiran kritis. B. Karya Karya Karl Popper Meskipun kekhasan sumbangan Popper pada filsafat ilmu pengetahuan menyolok , namun gagasan gagasannya agak lama dan hampir tidak di ketahui secara umum. Hal ini di sebabkan : 1. Popper tidak pernah masuk ( atau mendirikan ) suatu aliran atau kelompok sebagaiamana halnya pada filsuf lainnya.

Seri Driyarkara , Dosen STF, Sebuah bunga Rampai Dari Sudut Sudut Filsafat, Yayasan Kanisius, Jakrta, 1977, hal : 1311

3

2. Buku utamanya sudah terbit dalam bahasa Jerman pada tahun 1934 namun baru terbit dalam bahasa Inggris pada tahun 1959 3. Selama pengungsian di Selandia Baru buku itu di susun dengan

perlengkapan ilmiah yang kurang memadai dan sempurna 2 Adapun diantara karya karya Karl Popper adalah sebagai berikut : 1. Logik der Forschung. Julius Springer Verlag, Vienna, 1935. 2. The Open Society and Its Enemies. (2 Vols). Routledge, London, 1945. 3. The Logic of Scientific Discovery. (translation of Logik der Forschung). Hutchinson, London, 1959. 4. Conjectures and Refutations: The Growth of Scientific Knowledge. Routledge, London, 1963. 5. The Poverty of Historicism (2nd. ed). Routledge, London, 1961. 6. Objective Knowledge: An Evolutionary Approach. Clarendon Press, Oxford, 1972. 7. Unended Quest; An Intellectual Autobiography. Fontana, London, 1976. 8. A Note on Verisimilitude, The British Journal for the Philosophy of Science 27, 1976, 147-159. 9. The Self and Its Brain: An Argument for Interactionism (with J.C. Eccles). Springer International, London, 1977. 10. The Open Universe: An Argument for Indeterminism. (ed. W.W. Bartley 111). Hutchinson, London, 1982. 11. Realism and the Aim of Science. (ed. W.W. Bartley III). London, Hutchinson, 1983. 12. The Myth of the Framework: In Defence of Science and Rationality. Routledge, London, 1994. 13. Knowledge and the Mind-Body Problem: In Defence of Interactionism. (ed. M.A. Notturno). Routledge, London, 1994. C..Rasionalisme Kritis Karl Popper2

Ibid, hal : 138

4

Dalam pandangan aliran rasionalisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan sering dikaitkan dengan akal. Dalam arti sempit, rasionalisme berarti anggapan mengenai teori pengetahuan yang menekankan akal dan atau ratio, untuk membentuk pengetahuan. Ini berarti bahwa sumbangan akal lebih besar dari pada sumbangan sumbangan indera. Mengenai ilmu diketengahkan oleh rasionalisme bahwa mustahillah membentuk ilmu hanya berdasarkan fakta, data empiris, atau pengamatan. 3 Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes ( 1596- 1650 ) yang di sebut sebagai bapak filsafat modern , yang muncul untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional ( skolastik ) yang pernah di terima dari Aristoteles dimana pada saat itu masih di pengaruhi oleh khayalan . Sedangkan Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir ,maka diperlukan titik tolak pemikiran yang pasti yang dapat di temukan dalam keragu raguan, cogito ergo sum ( saya berpikir maka saya ada ) jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian. Dengan demikian aliran rasionalisme lewat akallah berpendapat , bahwa sumber

pengetahuan yang dapat di percaya adalah akal . Hanya pengetahuan yang diperoleh yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang di contohkan dalam ilmu pasti. Sedangkan pandangan aliran kritisme merupakan suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme yang di sebut pencerahan. Yang pada akhirnya mengakui peranan akal dan keharusan empiri kemudian di cobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal

3

C.A .VAN Peursen ,di terjemahkan J. Drost, PT Gramedia, Jakarta, 1989, Hal :

80

5

( Rasionalisme ) tetapi ada pengertian timbal balik dari benda ( empirisme ) jadi metode berpikir di sebut metode kritis.4 Aliran kritisme di mulai di Inggris kemudian ke Prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh Eropa, terutama di Jerman., yang mana terjadi pertentangan antara rasionalisme dengan empiris semakin berlanjut . Masing- masing berebut otonom , kemudian timbullah masalah mengenai perolehan sumber pengetahuan , ( pengetahuan lewat rasio atau empiri ). Dalam menyelesaikan persoalan tersebut Immanuel Kant ( 1724 -1804 ). Ia berupaya mengikuti rasionalisme kemudian terpengaruh empirsme ( hume ) , namun ia tidak menerimanya karena empirisme mengandung skeptisme. Namun ia tetap mengakui kebenaran ilmu dan daya akal manusa akan dapat mencapai kebenaran.Di ibarat burung terbang harus mempunyai sayap ( rasio ) dan udara ( empiri ) Dengan demikian ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan nilai yang tinggi dari akal dan tidak mengingkari adanya persoalan yang berasal dari kehidupan yang di terima kenyataan. Adapun pada abad 19 menjelang abad 20 , banyak teori yang berguguran karena tidak cocok dengan fakta empiri atau hasil pengamatan atau penginderaan , sehingga harus di modifikasi, bahkan boleh jadi di buang dan diganti dengan teori baru. Sebagaimana kebenaran ilmiah , selalu bersifat sementara , di samping berciri spekulatif , epestimologis dan pragmatis pungsional. Teori baru merupakan akibat sangkalan terhadap teori lama, yang akan sendirinya membuahkan wacana baru, yaitu ilmu pengetahuan yang berkembang melalui penyangkalan atau penyanggahan, yakni di sebut falsifikasi. Adapun teori tersebut di kenal sebagai paham Falsifikasionisme yang di pelopori oleh Karl Raimund Popper.5

4

Asmoro Ahmadi , Filsafat Umum, Badan Penerbit IAIN Walisongo Press, 1995,

hal : 110 Peter Soedojo, Pengantar Sejarah Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Gadjah Mada University Press, 2004, Hal : 605

6

Dengan demikian julukan yang melekat pada Popper adalah metode ilmiah falsifikasi, yaitu pembuktian bahwa sebuah tesis harus teruji untuk lolos agar tidak bernilai salah. Falsifikasi ini menimbulkan perdebatan yang sangat luas dan bahkan telah menjawab masalah induksi milik Hume. Induksi adalah metode untuk mendapatkan sebuah teori . Munculnya Karl Raimund Popper dalam teori flasifikasinya menjadi orang pertama yang meruntuhkan dominasi aliran Positivisme Logis dari lingkungan Wina. Yang mana Menurut Posivisme , pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta fakta ., maka Dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan . Maka filsafat pun harus meneladani contoh itu . 6 Popper menentang lingkungan Wina terutama dalam distingsi antara ungkapan yang disebut meaningful dan meaningless secara empiris. Oleh Popper distingsi itu diganti dengan apa yan disebut garis batas (demarcation) antara ungkapan yang ilmiah dan yang tidak ilmiah.7 Sebagai ganti asas pembenaran, Popper menyodorkan prinsip falsifiabilitas, artinya ciri utama pengetahuan ilmiah adalah dapat dibuktikan salah. Dengan begitu Popper dianggap berhasil memberikan pemecahan bagi masalah induksi. Dengan itu pula, Popper serentak mengubah seluruh pandangan tradisional atau the Received View yang dipegang oleh Lingkungan Wina. Bila cara kerja ilmu pengetahuan tradisional didasarkan pada prinsip verifikasi, dasar yang diajukan Popper adalah prinsip falsifiabilitas, suatu cita-cita yang sebenarnya diimpikan oleh para ilmuan tradisional yakni mendasarkan cara kerja ilmu-ilmu emperis pada deduktif yang ketat.tersebut antara lain adalah: 1.Kritik terhadap induktivisme

Juhaya . S. Praja , Aliran Aliran Filsafat Dan Etika, Prenada Media, Jakarta, 2005, Hal : 132 7 Seri Driyarkara , Dosen STF, Op.Cit, 1977, hal : 1336

7

Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh cara kerja positivisme logis menggunakan cara berfikir yang induktif, yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil observasi di simpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum8. Cara berfikir itu berangkat dari singular statement sebagai hasil observasi pengalaman, menuju universal statement yang berupa hipotesis atau teori. Menurut klaim dari positivisme logis, metode induktif merupakan logika dalam menemukan ilmu pengetahuan (the logic of scientific discovery). Menurut argumentasi Popper, metode induktif tidak dapat dipergunakan untuk menyusun universal statement. 2.Falsifikasi Pernyataan dan teori yang diperoleh melalui empiris atau positivisme logis pada akhirnya mutlak harus disimpulkan apakah pernyataan dan teori tersebut benar atau salah. Artinya pernyataan atau teori tersebut harus memiliki kesimpulan akhir. Untuk mencapai kendisi tersebut, pernyataan dan teori perlu ditest melalui bukti empiris. Jika hasil tesnya menunjukkan bahwa teori tersebut benar maka disebut verifiability. Sebaliknya jika salah maka disebut falsiability. Tes untuk membuktikannya salah disebut falsifikasi. Dengan demikian system tes dalam ilmu pengetahuan tidak selalu berarti positif (membuktikan benar) tetapi juga harus berarti negative (membuktikan salah). Menurut Popper, ciri khas ilmu pengetahuan adalah falsifiable, artinya harus dapat dibuktikan salah melalui proses falsifikasi karena menurutnya dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengalami proses pengurangan kesalahan (error elimination). 3.Corroboration

8

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu , Edisi Revisi , Grafindo Persada , Jakrta, 2004

Hal : 109

8

Menurut Popper, teori tidak dapat diverfikasi tapi dapat dikoroborasi. Hal ini disebabkan karena teori tidak dapat dikatakan benar atau salah tapi mungkin benar atau mungkin salah. Diawali system ilmu yang terbuka, maka proses falsifikasi terhadap suatu teori dapat terus dilakukan. Apabila suatu teori tahan uji atau belum dapat dibuktikan salah maka teori tersebut semakin dikukuhkan atau corroborated. 9 Dengan demikian Popper adalah penganut paham Rasionalisme Kritisisme yang mengkritik paham Positifisme logis. Menurutnya prinsip ilmu pengetahuan tidak hanya bisa dibuktikan keberannya namun juga bisa dibuktikan salahnya dengan metode falsifikasi. Karena menurutnya hal itu akan membawa kepada perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tidak menghasilkan ilmu pengetahuan yang baku dan tertutup dari kritik Maka apa yang dimaksud oleh Popper Rasionalisme Kritis adalah

memberikan kebebasan pada manusia untuk berfikir penuh kepada manusia. Pikiran manusia merupakan percobaan atau terkaan belaka. Untuk memperbaiki nasibnya manusia dituntut mengembangkan pengetahuan ilmiah dengan cara mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang tersimpan dalam pikirannya sendiri. Teori disatu pihak hanyalah alat untuk mencapai pikiran yang lain dan lebih tepat. Teori pada hakekatnya merupakan jalan menuju fakta-fakta baru. Tugas Ilmuwan menurut Popper adalah membebaskan manusia dari terkaan dan ia dituntut untuk berkarya dan menciptakan fakta baru sehingga dengan cara ini manusia dapat dibebaskan dari cengkraman kesalahan.. Dan inti dari pesan filsafat Popper adalah tentang pentingnya kemampuan manusia untuk belajar dari kesalahan.10 D. Filsafat Ilmu Ciptaan Popper 1. Garis batas antara ilmu dan bukan ilmuC.A .VAN Peursen ,Op.Cit Hal : 85 Kumara Ari Yuana, The Greathes Fhilosopers 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM- Abad 21 yang menginspirasi Dunia Bisnis, ANDI , Yogyakarta, 2010, Hal : 3589 10

9

Filsafat pengetahuan Popper bertitik tolak pada perbedaan antara ilmu dengan bukan ilmu. Dalam kedua bidang pengetahuan terdapatlah ungkapan partikuler ( mengenai ini atau itu ) Ciri khasnya pernyataan universal dalam bidang ilmu pengetahuan ialah bahwa dapat di bantah atas dasar pengamatan dan pemeriksaan, sedangkan pernyataan universal dari luar bidang ilmu tidak terbuka akan usaha bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan 2. Asas pemalsuan Keterbukaan akan bantahan empiris sebagai ciri khas ungkapan ilmiah diterangkan Popper lebih lanjut dengan menentukan bahwa segala ungkapan itu pada asasnya dapat di buktikan salah ( can be falsified )Dengan demikian asas pemalsuan ( principle of falsifiabillity ) di tentukan untuk membedakan dari yang bukan ilmiah. ungkapan ilmiah Asas pemalsuan yang di kemukakan Popper mempunyai keistimewaan sendiri. Jalan buntu yang sudah di tempuh sekian banyak sarjana ilmu pengetahuan dan ahli filsafat pengetahuan dengan sia- sia mau membenarkan cara kerja induktif yang diterapkan dalam ilmu pengetahuan itu, dengan memakai asas pemalsuan bagaikan cara terbalik di buka lagi. Malahan ketatnya ilmu pasti yang selama sejarah ilmupengetahuan telah menjadi impian para sarjana yang mencita- citakan ilmu pengetahuan sekuat dan seketat matematika dan logika ternyata mulai di wujudkan. Ketatnya logika deduktif di pakai Popper untuk memperlihatkan cara kerja ilmu alam yang bentuk perjalanannya lazimnya dianggap induktif. 3. Ciri ciri khas yang tersangkut pada asas pemalsuan Sehubungan dengan anggapan pokok Popper tentang berkembangnya ilmu pengetahuan , maka pendirian itu dengan istilah - istilah lain di lukiskan kannya. Umpamanya antifundamentalisme , di lawankan dengan fundamentalisme atau dogmatism buta yang menurut Popper dianut rasionalisme dan empiris kuno maupun neopositivisme, yang mana setiap dasar teoritis yang mau dikemukakan itu sejak semula harus siap sedia untuk mundur atau diganti. Lalu realism , di lawankan

10

dengan idealism yang menurut dia kurang terbuka akan kenyataan ( reality ) yang mau di selidiki oleh ilmu pengetahuan. Istilah lainnya adalah indeterminisme, tidak seolah- olah dia yakin bahwa kenyataan itu kurang tetap atau determined ( tidak merasa mampu mengucapkan sesuatu tentang itu ), melainkan karena yakinlah dia bahwa tidak ada sesuatu hipotesa ( hokum, teori )pin yang dapat mencakup atau merangkum kenyataan itu sedemikian rupa sehingga kenyataan itu tertangkapatau di tentukannya. Akhirnya , kemungkinan paling tepat dikatakan bahwa anggapan bercirikan rasionalisme kritis, karena kenyataan yang di selidikiitu mau di ucapkan dan di pahami reson, akan tetapi secara asasi selalu critizable yaitu terbuka untuk di buktikan salah. Maka berkenan dengan itu pendirian Popper menekankan kesementaraan sebagai ciri khas segala pengetahuan ilmiah yang berdasakan pengamatan. Namun demikian masuk relativisme, karena menegaskan hipotesa yang telah di singkirkan setelah di buktikan salah. 4. Dunia III menurut Popper Untuk semakin mempertahankan anggapannya mengenai kesementaraan pengetahuan ilmiah serta pendekatan sereta mengenai pengetahuan ilmiah , Popper telah mengembangkan gagasan tentang suatu Dunia III ( Word III ).Maksudnya Dunia I ( Word I ) yaitu kenyataan fisis dunia yang kita alami ini, dan dunia II ( word II ) yaitu segala kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia ( sejauh tidak termasuk Dunia I ) , terdapatlah suatu dunia III, yaitu segala hipotesa , hokum dan teori dalam ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara Dunia II dan Dunia I. 11

BAB III11

Seri Driyarkara , Dosen STF Op.Cit,, hal : 137

11

KESIMPULANKarl Popper adalah seorang filsuf ilmu pengetahuan yang membuat pengaruh besar pada abad ke 20. Dia juga seorang filsuf sosial dan politik terkemuka, ia disebut sebagai critical-rasionalist (rasionalis kritis), mempersembahkan diri sebagai lawan seluruh bentuk skeptisism, konvensionlisme, dan relativisme dalam ilmu dan hal ihwal manusia secara umum, seseorang yang komitmen menyokong dan pelindung setia Open Society (masyarakat terbuka), dan mengkritik keras totalitarianisme dalam seluruh bentuknya. Ilmu dan filsafat Bagi Popper adalah untuk mempelajari sesuatu tentang teka-teki dunia tempat kita hidup, dan teka-teki pengetahuan manusia mengenai dunia itu. Dia percaya bahwa hanya dengan penghidupan kembali dan minat pada teka-teki inilah yang dapat menyelamatkan ilmu-ilmu dan filsafat dari spesialisasi sempit dan dari keyakinan kabur dari pengetahuan dan otoritas pribadinya. Karl Popper adalah penganut paham Rasionalisme Kritisisme yang mengkritik paham Positifisme logis. Menurutnya prinsip ilmu pengetahuan tidak hanya bisa dibuktikan keberannya namun juga bisa dibuktikan salahnya dengan metode falsifikasi. Karena menurutnya hal itu akan membawa kepada perkembangan ilmu pengetahuan sehingga tidak menghasilkan ilmu pengetahuan yang baku dan tertutup dari kritik keahlian khusus sang pakar dalam

DAFTAR PUSTAKA Asmoro Ahmadi , Filsafat Umum, Badan Penerbit IAIN Walisongo Press, 1995,

12

Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu , Edisi Revisi , Grafindo Persada , Jakrta, 2004 C.A .VAN Peursen ,di terjemahkan J. Drost, PT Gramedia, Jakarta, 1989

Juhaya . S. Praja , Aliran Aliran Filsafat Dan Etika, Prenada Media, Jakarta, 2005 Kumara Ari Yuana, The Greathes Fhilosopers 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM- Abad 21 yang menginspirasi Dunia Bisnis, ANDI , Yogyakarta, 2010, Peter Soedojo, Pengantar Sejarah Dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Gadjah Mada University Press, 2004 Seri Driyarkara , Dosen STF, Sebuah bunga Rampai Dari Sudut Sudut Filsafat, Yayasan Kanisius, Jakrta, 1977

13