karakteristik demografi keluarga
DESCRIPTION
Demografi kelurgaTRANSCRIPT
1
I. sKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn. Kasno
Alamat lengkap : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec.Kebasen
Bentuk Keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti)
Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama KedudukanL/
P
Umur
(th)Pendidikan Pekerjaan Keterangan
1 Kasno Kepala
keluarga
L 58 Tidak
tamat SD
Pensiunan
DPU
TB Paru,
Penyakit
Jantung
2 Sati Istri P 55 SD IRT Hipertensi
3 Warso Anak ke-3 L 24 Tidak
tamat SD
- -
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit
hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.
2
II. STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pada tahun
2010 mengalami kenaikan sebesar 400%, sehingga jumlahnya lebih di bawah
lima tahun (balita). Usia lanjut membawa konsekuensi meningkaNyya
berbagai penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan gagal jantung. Laporan ini
disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 55
tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Kebasen. Ibu tersebut
menderita hipertensi grade II dan hingga saat ini masih rutin menjalani
pengobatan serta kontrol ke Puskesmas Kebasen.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan Terakhir : SD
Penghasilan/bulan : Rp. 1.000.000
Alamat : Gambarsari RT 04 RW 02 Kec. Kebasen,
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Nyeri kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Kebasen dengan keluhan nyeri kepala.
Keluhan ini dirasakan pasien sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala
dirasakan terus-terusan sepanjang hari. Keluhan ini membuat kepala
pasien terasa berat dan menjalar hingga ke leher. Jika dinilai dengan
3
tafsiran angka antara 1-10, nyeri kepala pasien dirasa pada angka 7.
Keluhan ini sering dirasakan pasien sejak 2 tahun terakhir dan bersifat
hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan lebih berat jika pasien kecapaian
atau stress. Nyeri kepala berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Jika
nyeri kepala dirasakan memberat, pasien biasanya langsung berobat ke
Puskesmas dan nyeri kepala berkurang dengan obat yang diberikan dari
Puskesmas. Selain nyeri kepala, selama 2 hari ini pasien merasa lehernya
tegang atau kaku dan sulit tidur. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri
dada, sesak atau bengkak pada kaki.
Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah
berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Keluhan ini
dirasakan setelah suami pasien sering sakit-sakitan dan membuat pasien
sering merasa cemas dengan kondisi suaminya. Suami pasien bahkan
pernah hingga dirawat di ICU dengan penyakit Jantung dan TB Paru.
Hingga saat ini, suami pasien masih sering mengeluh sesak dan berdebar-
debar. Suami pasien juga rutin control ke Puskesmas untuk berobat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit : Hipertensi sejak thun 2008
asam urat disangkal
diabetes disangkal
penyakit paru disangkal
penyakit jantung disangkal
maag disangkal
b. Riwayat mondok : 1x di Puskesmas Kebasen dengan keluhan
utama sulit tidur selama 4 hari
c. Riwayat kecelakaan : disangkal
d. Riwayat pengobatan : obat-obatan antihipertensi
e. Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Ada, yaitu ibu dan adik
pasien
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
4
c. Riwayat hipertensi : disangkal
d. Riwayat diabetes/kencing manis : disangkal
e. Riwayat asma : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Sosial dan Exposure
a. Community : daerah pemukiman tidak padat penduduk
b. Home : rumah merupakan bangunan permanen tidak
bertingkat, dinding terbuat dari batu bata, lantai
rumah dari semen, atap rumah dari genteng,
ventilasi kurang dengan tingkat kelembaban
tinggi, pencahayaan kurang, halaman rumah
sempit, kebersihan dalam rumah cukup bagus,
sumber air minum dari mata air, luas rumah 90 m2
dengan jumlah anggota keluarga 3 orang.
c. Hobby : beternak
d. Occupational : ibu rumah tangga
e. Personal habit : berkumpul dengan keluarga, tidak merokok
f. Diet : sayur-sayuran, tempe, tahu, kadang daging
g. Drug : obat antihipertensi
6. Riwayat Gizi
Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging.
Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.
7. Riwayat Psikologis
Penderita memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dengan
tercermin dari perilaku mudah panik Ny.S jika sang suami sedikit-sedikit
mengeluh tentang penyakitnya. Riwayat penyakit suami, Tn.K adalah TB
paru dan penyakit jantung. Penyakit Tn.K ini pernah hingga membuat
Tn.K mondok berkali-kali baik di Puskesmas Kebasen maupun di RS
Banyumas. Tn.K terhitung dirawat di Puskesmas Kebasen sebanyak 8 kali,
di RS Banyumas sebanyak 3 kali, dan hingga pernah dirawat di ICU
5
sebanyak 2 kali. Kondisi Tn.K yang sakit-sakitan membuat Ny.S sering
nyeri kepala.
8. Riwayat Ekonomi
Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam
keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan primer dapat
terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sekunder tidak. Dalam
berobat, penderita menggunakan asuransi kesehatan.
9. Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien
dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien
menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap
keadaan orang tua mereka.
10. Riwayat Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa
kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.
11. Review of System
a. Keluhan Utama : nyeri kepala
b. Kulit : warna kulit sawo matang
c. Kepala : Sakit kepala (+)
d. Mata : penglihatan kabur (-)
e. Hidung : keluar cairan (-)
f. Telinga : pendengaran jelas, keluar cairan (-)
g. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
h. Tenggorokan : sakit menelan (-)
i. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (-),
kembung (-)
l. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-)
m. Sistem Genitourinaria : buang air kecil normal
6
n. Ekstremitas :
Atas : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)
Bawah : ujung jari terasa dingin (-), bengkak (-)
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 180/110 mmHg
b. Nadi : 88 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,6O C
3. Status gizi
a. BB : 55 kg
b. TB : 155 cm
c. IMT : 55/(1.55)2 = 22.9 (normal)
Kesan status gizi baik
4. Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali <1 detik, ikterus (-)
5. Kepala : mesocephal
6. Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), air mata (+), mata cekung (-/-)
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
9. Tenggorokan : Radang (-)
10. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
11. Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Auskultasi : suara normal jantung S1>S2, regular, bising (-)
Palpasi : nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
7
Perkusi : batas kanan atas di SIC II LPSD
batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
Pulmo :
Inspeksi : bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
Palpasi : pergerakan paru simetris, tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)
ronki (-)
12. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-)
13. Abdomen :
Inspeksi : hernia umbilikalis (-), asites (-), strie (-), lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
14. Genitalia : Tidak dilakukan
15. Anorektal : Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), clubbing finger (-/-), akral dingin (-/-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan
penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi:
1. Pemeriksaan gula darah
2. Pemeriksaan kolesterol darah
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. Pemeriksaan fungsi hati
8
5. Pemeriksaan EKG
6. Pemeriksaan mata
F. RESUME
Ny.S berusia 55 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade II. Penderita memiliki
stressor yang dihadapinya setiap waktu yaitu kondisi kesehatan suami yang
tidak bagus. Penderita tinggal bersama suami dan anak ketiganya. Status
ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pendidikan pasien juga
rendah. Penderita tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk,
dengan kondisi rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan
yang kurang, serta kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. S dengan
masyarakat sekitar baik.
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II
2. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang
suami yang memburuk
3. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah
4. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
5. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.
H. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
a. Pasien mengeluh nyeri kepala, leher terasa tegang dan sulit tidur sejak
dua hari yang lalu.
b. Harapan berobat adalah untuk sembuh (Idea)
c. Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit
Ny.S, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar
anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)
d. Yang diharapkan Ny.S sebagai pasien dan keluarganya adalah
kesembuhan. Hal ini dapat terwujud bila pola makan diatur sejak
9
sekarang dan perlunya manajemen stress bagi Ny.S dalam
kesehariannya. (Expectacy)
e. Ny.S merasa khawatir terhadap penyakitnya karena belum sembuh-
sembuh juga (Anxiety)
2. Aspek Klinis
Hipertensi grade II.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Usia : Dari faktor usia, Ny.S berumur 55 tahun yang
merupakan kelompok usia risiko tinggi munculnya
penyakit hipertensi.
Jenis Kelamin : Ny.S adalah perempuan yang memiliki sifat mudah
cemas
Perilaku individu : Kebiasaan Ny.S mengkonsumsi makanan yang asin,
menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
Psikologis : Pasien memiliki stressor pikiran yaitu masalah
kesehatan yang dihadapi suaminya.
4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu
Dilihat dari faktor kedekatan dengan keluarga, Ny.S dekat dengan
suami mereka selalu berbagi keluh kesah yang ada dalam kehidupan
mereka, serta kedekatan anak ketiga mereka yang selalu menjaga
orangtuanya termasuk ketika mereka sakit.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Ny.S dalam dikategorikan dalam skala 1 dalam penilaian fungsi social
karena masih mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit. Ny.S
mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun di luar rumah.
I. PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
a. Medikamentosa
1) ACE inhibitor : Captopril 12.5 mg 2 x1
2) Diuretik : Hidrochlorotiazide (HCT) 25 mg 1x1
10
b. Non Medikamentosa
1) Bed rest tidak total
2) Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
dengan latihan fisik secara teratur
- Istirahat cukup
- Manajemen stress
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, serta menurunkan
asupan lemak
- Hindari makanan tinggi kolesterol
- Hindari stressor pikiran
- Kontrol tekanan darah secara rutin
- Hindari makanan yang asin (menurunkan asupan garam),
berlemak, bersantan, gorengan dan minum kopi
2. Pengobatan Focus Family
a. Keluarga hendaknya bisa memilihkan makanan Ny.S, makanan yang asin
sebaiknya jangan dimakan oleh Ny.S karena akan meningkatkan tekanan
darah.
b. Karena Ny.S memiliki riwayat hipertensi, maka sebaiknya suami Ny.S
sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu penyakit
hipertensi.
3. Pengobatan Focus Community
Untuk tetangga Ny.S sebaiknya sedini mungkin menghindari makanan
yang bisa meningkatkan tekanan darah, seperti makanan asin, kebiasaan
minum kopi, olah raga teratur. Dengan kondisi yang dialami Ny. S maka
tetangganya akan lebih memperhatikan kesehatannya.
J. FOLLOW UP
Selasa, 28 September 2010
S : nyeri kepala, leher terasa kaku
O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru
vesikuler normal
11
VS : TD : 180/110 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 36.6 ° C
A : Hipertensi grade II
P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa
dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah
garam, dll.
Rabu, 29 September 2010
S : nyeri kepala berkurang, leher masih terasa kaku
O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru
vesikuler normal
VS : TD : 160/100 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit Suhu : 36.7 ° C
A : Hipertensi grade II
P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa
dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah
garam, dll.
Jum’at, 1 Oktober 2010
S : Sudah tidak pusing, leher masih terasa sedikit kaku
O : KU baik, compos mentis, suara jantung normal, suara paru
vesikuler normal
VS : TD : 140/80 mmHg RR : 20 x/menit
Nadi : 80 x/menit Suhu : 36.7 ° C
A : Hipertensi grade I
P : Terapi medikamentosa (antihipertensi) dan nonmedikamentosa
dengan modifikasi gaya hidup olahraga teratur, diet rendah
garam, dll
Kesimpulan :
Berdasarkan follow up, pasien mengalami sedikit penurunan tekanan
darah, namun masih di atas normal. Pasien perlu melakukan modifikasi gaya
hidup untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah. Pasien diberikan
edukasi mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur.
12
K. FLOW SHEET
Nama : Ny. S
Diagnosis : Hipertensi grade 2
Tabel 2.1. Flow Sheet
N
o
Tgl Problem TD N BB TB Planning Target
1 28/9/
2010
nyeri
kepala,
leher
terasa
kaku
180/
110
88 55 155 Obat anti
hipertensi,
diuretik, diet
rendah garam,
istirahat cukup
Menurunkan
tensi
2 29/9/
2010
nyeri
kepala
berkuran
g, leher
masih
terasa
kaku
160/
100
80 55 155 Obat anti
hipertensi,
diuretik, diet
rendah garam,
istirahat cukup
Tekanan
darah
menjadi
140/80
3 1/10/
2010
Sudah
tidak
pusing,
leher
masih
terasa
sedikit
kaku
140/
80
80 55 155 Modifikasi
gaya hidup,
istirahat cukup
Pertahankan
tekanan
darah
13
Tabel 2.2. Master Problem List
MASTER PROBLEM LIST
Problem
Number
Approx
Date of
Onset
Date
Problem
Recorded
Active
Problems
Inactive/Resolved
Problems
Date
Resolved
1. 2008 28/9/2010 Hipertensi
Grade II
(180/110),
nyeri
kepala,
leher terasa
kaku
-
2. 29/9/10 Hipertensi
grase II
(160/100),
nyeri kepala
berkurang,
leher masih
terasa kaku
3. 1/10/10 Hipertensi
grade I
(140/80),
leher masih
terasa
sedikit kaku
Nyeri kepala 29/9/
2010
14
III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Ny. S dan Tn.K memiliki 3 orang anak, 2 anak telah
berkeluarga dan 1 anak belum berkeluarga. Anak ke-3 tinggal bersama
Ny.S dan Tn.K. Ny.S memiliki 1 orang anak dari pernikahan
sebelumnya dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki 3 orang cucu dari
kedua anaknya. Tidak ada anak pasien yang menderita hipertensi.
Riwayat penyakit maag, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan
penyakit paru disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua
dan keluarga diterima yaitu ibu dan adik dari Ny.S.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga
dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Tn.K sebagai suami telah pensiun dan
sakit-sakitan. Selama dua tahun terakhir, Tn.K terhitung opname di RS
Banyumas sebanyak 5 kali dan di Puskesmas Kebasen sebanyak 3 kali,
bahkan di RS Banyumas pernah hingga dirawat di ICU selama kurang
lebih dua minggu. Riwayat penyakit Tn.K adalah TB Paru dan
Penyakit Jantung. Tn.K hingga saat ini masih sering mengeluhkan
sesak nafas dan berdebar-debar, terutama setelah berjalan agak jauh.
Kondisi Tn.K ini dipandang Ny.S sebagai beban sehingga pasien
sering cemas memikirkan kondisi kesehatan Tn.K. Bila Tn.K
mengalami sedikit keluhan tentang penyakitnya, Ny.S langsung
merasa pusing dan sulit tidur.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang
cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap
untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Anak ke-3 pasien
tidak bekerja dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan kedua
orangtuanya.
15
3. Fungsi Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, seperti
pengajian, dasawisma dan PKK.
4. Fungsi Ekonomi
Tn. K sebagai kepala keluarga adalah pensiunan DPU,
keuangan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan primer dan
sekunder dalam kehidupan sehari-hari. Biaya pengobatan
menggunakan asuransi kesehatan.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Masing-masing anggota keluarga memiliki keterbukaan dalam
berkomunikasi. Antar anggota keluarga memiliki kebiasaan untuk
saling berbagi bila sedang mengalami masalah. Anggota keluarga lain
akan mendengarkan dan berusaha membantu bila mampu.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R.
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = buruk, 5-7 = sedang, dan
8-10 = baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi suatu masalah, tiap anggota keluarga suka
untuk bercerita kepada anggota keluarga lainnya. Tiap anggota keluarga
sering berbagi cerita tentang apapun. Apabila mampu, anggota keluarga
lainnya akan berusaha untuk membantu. Misalnya, jika Ny. S meminta
sesuatu, maka anggota keluarga lainnya akan berusaha mengabulkannya.
16
PARTNERSHIP
Dalam hal komunikasi, pengambilan suatu keputusan, penyelesaian
suatu masalah, dapat dikatakan baik. Ny. S selalu menceritakan
perasaannya kepada suami dan anaknya. Sedangkan anak-anak Ny. S yang
tinggal di luar kota masih dapat berkomunikasi melalui telepon, selain itu
anak-anak Ny.S juga selalu mengusahakan untuk berkunjung ke rumah
Ny. S beberapa bulan sekali, walaupun secara bergantian.
GROWTH
Antar anggota keluarga selalu mendukung dalam hal mematangkan
petumbuhan atau kedewasaaan anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga mendukung pola makan yang dianjurkan demi kesehatan Ny. S.
Namun kesadaran akan kesehatan kadang ditentang Ny. S dengan suka
minum kopi, teh dan makanan asin.
AFFECTION
Dalam hal mengekspresikan perasaan atau emosi, antar anggota
keluarga berusaha untuk selalu jujur. Apabila ada hal yang tidak berkenan
di hati, maka anggota keluarga akan mengutarakannya kepada yang lain
sehingga permasalahan dapat selesai tanpa ada yang salah pengertian.
Rasa sayang antar anggota keluarga juga dapat dilihat dari sikap Ny. S
yang selalu merawat Tn.K dengan sukarela.
RESOLVE
Waktu untuk kebersamaan antar seluruh anggota keluarga memang
tidak mempunyai jadwal yang tetap. Dalam keluarga tidak mempunyai
kebiasaan makan malam bersama, nonton televisi bersama, karena Ny. S
sibuk dengan kegiatannya. Apabila anggota keluarga sedang berada dalam
rumah, akan diusahakan untuk berkumpul dengan anggota keluarga
lainnya.
17
Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. S
A.P.G.A.R. Ny. S Terhadap Keluarga S
ering/
selalu
Kadang-
kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10
Ny. S mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya
walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan suami, anak
dan cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang
sedang dia rasakan kepada suaminya.
Tabel 3.2. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn.K
A.P.G.A.R. Tn. K Terhadap Keluarga S
ering/
selalu
Kadang-
kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
18
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9.
Tn. K sebagai suami dari Ny. S saat ini hanya sebagai pensiunan
pekerja DPU. Sehari-harinya suami penderita tinggal di rumah. Tn. K
merupakan tipe orang yang suka bercerita apa yang dirasakannya kepada
istrinya.
Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga An.W
A.P.G.A.R. An.W Terhadap Keluarga S
ering/
selalu
Kadang-
kadang
Jarang/tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga
saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6
An. W sebagai anak dari Ny. S tidak bekerja agar kedua
orangtuanya yang sakit bisa diperhatikan olehnya bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu. An. W tidak selalu berbagi masalah kepada orangtuanya.
Dia lebih sering bercerita kepada teman-temannya..
A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+6) / 3 = 8.3
Kesimpulan : keluarganya dinilai baik.
Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun
waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan
19
tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap
membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)
Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M.
Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. S
Sumber Patologis
Social
Membina hubungan yang baik dengan tetangga
sekitarnya. Keluarga Ny. S aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan seperti pengajian, arisan, PKK,
dasawisma, kerja bakti, dll.
-
Culture
Keluarga ini masih menggunakan bahasa jawa
dalam percakapan sehari-hari. Adat dan
kesopanan Jawa masih dipertahankan, walaupun
ada anggota keluarga yang fasih berbahasa
Indonesia. Kepuasan atau kebanggaan terhadap
budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat
hajatan, sunatan, nyadran dll
-
Religious
Dalam keluarga ini pemahaman agama baik.
Keluarga ini melakukan shalat 5 waktu dan sering
mengikuti pengajian.
-
Economic
Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
bawah. Kebutuhan primer dapat tercukupi,
walaupun kebutuhan sekunder tidak dapat
tercukupi.
+
Educational Latar belakang pendidikan tergolong kurang.
Keluarga tidak berlangganan koran, biasanya
+
20
melihat berita dari acara tv ataupun radio.
Medical
Bila ada anggota keluarga yang sakit, segera
dibawa ke puskesmas. Keluarga menggunakan
ASKES untuk pembiayaan kesehatan.
-
a. Economic (+) artinya status ekonomi keluarga ini tergolong menengah
ke bawah. Walaupun kebutuhan pimer sudah terpenuhi, tetapi
kebutuhan sekunder belum dapat dipenuhi.
b. Educational (+) artinya status pendidikan keluarga ini tergolong
rendah, melihat dari pendidikan terakhir keluarga yang hanya tamat
SD. Keluarga juga tidak berlangganan koran untuk mengetahui berita
terakhir, biasanya hanya dengan melihat televisi atau mendengar radio.
Kesimpulan :
Keluarga Ny. Y memiliki fungsi patologis dari segi ekonomi dan edukasi
D. GENOGRAM
Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny.S
21
(Sumber; Data Primer, 2010)
Ny. S menikah dengan Tn. K dan mempunyai 3 orang anak dan 3
orang cucu. Suami Ny. S menderita TB Paru dan Penyakit Jantung. Ny. S
memiliki 2 anak yang tinggal di luar kota anak ke-3 tinggal bersama Ny S
dan suaminya. Ibu Ny. S meninggal karena penyakit jantung dan memiliki
riwayat hipertensi. Adik Ny.S juga memiliki penyakit hipertensi.
Kesimpulan: Terdapat intervensi faktor keturunan dalam hipertensi
yang diderita Ny. S.
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
Keterangan:
= hubungan baik
= hubungan kurang baik
Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S
(Sumber; Data Primer, 2010)
22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU
KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku masing-masing anggota keluarga sangat mendukung untuk
kesehatan Ny. S. Pengetahuan anggota keluarga mengenai hipertensi dapat
dikatakan cukup. Apabila penderita sudah mengeluhkan pusing, leher kaku,
atau sulit tidur, maka penderita akan segera berobat ke Puskesmas. Selain itu
anggota keluarga lainnya turut menjaga pola makan penderita untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam, ataupun tinggi
lemak. Penderita yang sejak muda juga tidak suka mengkonsumsi makanan
berlemak, selalu menaati pola makan yang disediakan keluarganya, yaitu
tempe, tahu, sayur, dan kadang-kadang daging namun terkadang
mengkonsumsi ikan asin dan minum teh. Penderita termasuk orang yang rajin
memeriksakan tekanan darah ke puskesmas.
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, arisan,
dasawisma, PKK, atau kegiatan pengajian. Dalam hal keagamaan,
penderita dan anggota keluarga lainnya termasuk taat dalam menjalankan
ibadah. Walaupun tidak selalu shalat dalam masjid, tetapi penderita dan
anggota keluarga lainnya selalu menjalankan shalat 5 waktu.
Dari segi psikologis, penderita memiliki psikologi yang baik.
Namun sebenarnya penderita memiliki stressor pikiran yang cukup berat
karena Tn, K, suami Ny.S, memiliki riwayat TB Paru dan Penyakit
Jantung. Penyakit Tn.K sering membuatnya masuk untuk dirawat di RS
atau di Puskesmas. Ny.S sering merasa cemas dengan keasaan kesehatan
Tn.K. bila Tn.K mengeluh sedikit saja, Tn.K akan sangat merasa khawatir
dan tidak bisa istirahat bahkan hingga berhari-hari. Pasien tinggal
23
bersama anak ke-3nya, An. W. An. W tidak bekerja sehingga dapat
membantu mengurus kesehatan orangtuanya. Stress psikis yang dialami
Ny.S terkait kesehatan Tn.K inilah yang dapat memacu munculnya
hipertensi pada penderita. Penderita juga selalu berusaha untuk sabar dalam
menghadapi masalah ini dan lebih menyerahkan diri kepada Allah SWT.
2. Faktor Non Perilaku
Jika melihat usia Ny. S yang sudah berusia 55 tahun, yaitu kelompok
pra-lansia, dapat menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi.
Dari segi genetik Ny. S memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya
yaitu pada ibu dan adik pertamanya
Dari segi pelayanan kesehatan, keluarga ini segera mencari
pertolongan kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit. Jenis
pelayanan kesehatan yang sering digunakan adalah puskesmas yang terletak
tidak jauh dari rumah. Ny. S rutin memeriksakan tekanan darahnya namun
tidak mentaati apa yang dianjurkan dokter untuk menjaga pola makan agar
tekanan darahnya tidak tinggi.
Dari segi pendidikan, pasien hanya tamat SD. Pasien belum
mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.
Dari segi ekonomi, pasien tergolong ekonomi menengah ke bawah.
Hal ini tercermin dari keadaan rumah pasien yang tidak sehat dengan
ventilasi dan pencahayaan yang kurang.
Keluarga Ny. S
Tindakan :Penderita tidak memiliki aktivitas berlebihan di usianya yang lanjut.
Keturunan : ada riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga.keluarga.
Usia: Merupakan usia beresiko menderita hipertensi.menderita hipertensi.
Sikap :Memiliki beban psikis yang besar.
Pola makan: suka makan asin-asin dan minum teh
Pelayanan Kesehatan :Segera berobat ke puskesmas bila sakit namun tidak menaati ajuran dokter
Ekonomi :tergolong ekonomi menengah ke bawah
24
Keterangan :
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga Ny.S
(Sumber; Data Primer, 2010)
Pendidikan :hanya
tamat SD, tidak
mengetahui bahaya dan
komplikasi hipertensi
25
B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan Rumah
Ukuran rumah keluarga Ny. S adalah 90 m2. Lingkungan tempat
tinggal merupakan suatu pemukiman tidak padat dengan jalan depan
rumah dari batu-batu. Atap rumah terbuat dari genteng, dinding terbuat
dari batu bata, lantai terbuat dari semen. Ventilasi rumah berukuran sekitar
25% dari luas ruangan, pencahayaan yang masuk ke dalam rumah cukup.
Begitu juga tingkat kelembapan dalam rumah dapat dikatakan cukup.
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1
ruang makan, 1 dapur, dan 1 kamar mandi yang berdekatan dengan sumur.
Sedangkan pencahayaan matahari dan ventilasi udara cukup, sehingga
udara dapat mengalir cukup dan cahaya matahari masuk cukup banyak.
Sumber air bersih adalah sumur.
2. Denah Rumah
Rumah penderita seluas 96 m2. Rumah terdiri dari teras, 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 1
kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah
cukup baik. Sumber air berasal dari sumur timba yang terletak di luar
rumah. Pasien memiliki jamban yang terbuat dari bambu dan dibuat di atas
empang di sebelah rumah penderita.
Kamar tidur
Ruang makan
Ruang keluarga
Ruang tamu
DapurDapur
Teras
Kamar tidur
Kamar tidur U
26
Gambar 4.2. Denah Rumah Ny.S
(Sumber; Data Primer, 2010)
27
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
Hipertensi grade II
B. MASALAH NON MEDIS
1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun.
2. Konsumsi teh dan makanan yang asin
3. Riwayat keluarga hipertensi
4. Pra usia lanjut
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Gambar 5.1 Diagram Permasalahan Keluarga Ny.S
(Sumber; Data Primer, 2010)
Ny. S
Hipertensi
1. Stress psikis karena keadaan
kesehatan suami yang
menurun
2. Konsumsi teh dan
makanan yang asin
3. Riwayat
keluarga
hipertensi.
5. Pra usia
lanjut
4. Latar belakang
pendidikan
rendah
6. Ekonomi
menengah
ke bawah
28
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S SB Mn Mo Ma
1
1
Stress psikis karena
keadaan kesehatan
suami yang
menurun
4 5 4 3 4 3 4 11520
2 Riwayat keluarga
hipertensi
4 4 4 4 3 3 3 6912
3 Konsumsi teh dan
makanan yang asin
4 3 3 3 4 3 4 5184
4 Pra usia lanjut 3 4 3 3 3 3 3 2916
5 Latar belakang
pendidikan rendah
3 3 3 2 3 2 3 972
6 Ekonomi menengah
ke bawah
3 3 3 3 2 2 2 648
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya
masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
29
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
(Azwar, 1996)
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny. S adalah sebagai berikut :
1. Stress psikis karena keadaan kesehatan suami yang menurun
2. Riwayat keluarga hipertensi
3. Konsumsi teh dan makanan yang asin
4. Pra usia lansia
5. Latar belakang pendidikan rendah
6. Ekonomi menengah ke bawah
Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah stress psikis karena
keadaan kesehatan suami yang menurun
30
VI. RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
Tabel 6.1 Rencana dan Hasil Pembinaan Keluarga
Tgl Kegiatan yang
dilakukan
Anggota
keluarga
yang terlibat
Hasi kegiatan Target kegiatan
29/9
2010
1. Manajemen stress
2. Perjanjian untuk
pertemuan
selanjutnya
Pasien dan
suaminya
Pasien menepati
janjinya selalu
mentaati
manajemen
stess
1. Pasien tahu
akan hal apa
saja yang dapat
mengurangi
beban
psikisnya
1/10
2010
1. Edukasi pencegahan
hipertensi
Pasien dan
suaminya
Pengetahuan
keluarga
bertambah
1. Pasien dan
akan kontrol
secara teratur
2. Menjaga pola
makan yang
baik untuk
penderita
hipertensi
a. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan apa
penyakit hipertensi, apa saja yang dapat memacu timbulnya hipertensi,
dan bagaimana cara penatalaksanaan hipertensi. Lebih khususnya lagi,
pembinaan keluarga ini bertujuan agar pasien dapat lebih bisa
mengontrol stress psikis yang dihadapinya.
31
b. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen stress,
misalnya:
a. Membantu pasien untuk mengendalikan emosi, melatih kesabaran,
hal ini dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri pada Allah
SWT.
b. Bantu pasien untuk melaksanakan terapi meditasi dan relaksasi, dan
melakukan olahraga ringan misalnya seperti senam lansia.
c. Meningkatkan harga diri pasien, meyakinkan pada pasien bahwa
sakit yang dialami pasien dapat diatasi jika pasien mau mengikuti
saran dokter dan petugas kesehatan untuk melaksanakan pola hidup
sehat
d. Tetap melibatkan pasien dalam aktivitas sosial sesuai kemampuan
e. Dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat berpengaruh
terhadap pasien dalam menghadapi penyakitnya
f. Memberikan pengertian pada keluarga agar menjaga suasana
hubungan sosial dan keluarga dalam suasana yang harmonis dan
mengurangi timbulnya konflik dengan pasien yang memacu emosi
pasien hipertensi
g. Ajarkan pada keluarga agar tetap memperhatikan pasien dan
membuat pasien tetap merasa dihargai dengan cara tetap melibatkan
pasien dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan
h. Membina hubungan kasih sayang dan keharmonisan dalam keluarga,
sering mengajak pasien ngobrol dan bersenda gurau
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan
hipertensi, misalnya:
a. Kurangi konsumsi garam.
b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan
kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi
tekanan darah tinggi. Misalnya seperti semangka, alpukat, melon,
buah pare, labu siam, labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang
dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur
32
omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan
darah.
c. Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol.
d. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi.
Pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari
santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari
sebanyak 3 kali seminggu.
e. Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau,
pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.
f. Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan
darah tinggi atau hipertensi.
g. Hindari makanan tinggi kolesterol
h. Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan
i. Hindari stressor pikiran
j. Istirahat cukup
k. Kontrol secara teratur tekanan darah
c. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan
keluarga.
d. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan
keluarganya.
33
VII. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSI
A. STRESS PSIKIS
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah
deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon
berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka
secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf
simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk
menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).
Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang ’General Adaptation
Syndrome (GAS)’, (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990;
Taylor, 1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan
mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa
memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola
reaksi fisiologis yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan
mengulangi atau memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem
(wear and tear of the system) (Taylor, 1991).
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan
manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang
kehidupan. Kadang-kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang.
Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung
pada keadaan rasa sakit dan umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan
muncul dalam seseoang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang
melawan, bila seseorang mengalami konflik.
34
B. HIPERTENSI
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung
jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya
angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan
obat jangka panjang.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alas an penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent
killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ
vital seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi,
seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada
saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka
tertentu yang bermakna..
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada
dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg
dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap
sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan
darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini
harus diberi terapi obat.
35
Tabel 7.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII Tahun 2003
Sistole Diastole
Normal ≤ 120 mmHg ≤ 80 mmHg
Prehipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat
menimbulkan atau telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai
oleh tekanan darah >180/120 mmHg; dikategotikan sebagai hipertensi
emergensi atau hipertensi urgensi.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai
edema paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan
eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai
kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat
antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa
jam sampai beberapa hari.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
36
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,
yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-
faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem
saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh
secara otomatis).
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
37
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi
kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Selama ini dikenal dua jenis hipertensi, yaitu:
1. Hipertensi primer (Essensial)
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Kira-kira 90% hipertensi adalah jenis ini. Nama lain dari
hipertensi ini adalah hipertensi esensial atau idiopatik. Hipertensi esensial
adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi
38
antara factor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah :
a. Faktor resiko seperti diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas,
merokok dan genetic.
b. Sistem saraf simpatis yang terdiri dari tonos simpatis dan variasi
diurnal.
c. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi :
endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari
endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.
d. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin,
angiotensin dan aldosteron.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat
dari penyakit lain. Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi
sekunder adalah penyakit parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal.
Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
sekunder adalah sebagai berikut :
a. Penyakit ginjal
1) Sekresi rennin meningkat
2) Retensi natrium dan cairan
3) Sekresi vasodilator (vasipresor)menurun
b. Penyebab endokrin
1) Aldosteronisme
2) Kontrasepsi oral
3) Feokromositoma
4) Tirotoksikosis
c. Penyebab vascular
1) Koarktasio aorta
2) Vaskulitis
d. Penyebab neurogenik
1) Psikogenik
2) Tekanan intracranial meningkat
39
C. HUBUNGAN STRESS PSIKIS DENGAN HIPERTENSI
Pada kenyataannya, faktor stres psikis atau pikiran yang berlebihan
merupakan pemicu utama terjadinya hipertensi. Pembuluh darah yang kurang
elastis mengakibatkan resistensi (tahanan) perifer yang meningkat berbanding
lurus dengan tekanan darah. Pembuluh darah dipengaruhi berbagai faktor,
salah satunya emosi.
Hipertensi dipengaruhi oleh faktor psikis (emosi). Pada saat cemas
atau dalam keadaan marah, tubuh melepaskan hormon katekolamin yang
berpengaruh terhadap peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf
simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara
waktu akan:
1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar)
2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh
4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah
D. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Pengobatan hipertensi bertujuan untuk menurunkan dan
mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Hipertensi juga dapat
menyebabkan komplikasi pada organ lain. Komplikasi yang paling sering
adalah stroke, penyakit jantung koroner, dan akhirnya menjadi gagal jantung
dan gagal ginjal. Penyakit stroke dan jantung koroner merupakan penyebab
kematian tertinggi.
40
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi nonmedika
mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan
nonmedika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan antihipertensi.
Misalnya edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan
olahraga secara teratur; diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah
kolesterol, dan tinggi serat; hindari minum alkohol, rokok, dan kopi; hindari
stressor pikiran; istirahat cukup.
Sedangkan terapi farmakologi, dengan menggunakan obat-obat
antihipertensi. Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:
1. β Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung
dan tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal
adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tidak diragukan
lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan
hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-hati bila
digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
2. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.
3. Antagonis kanal kalsium: vasodilator yang menurunkan tekanan darah.
Nifedipine (kemungkinan amlodipin) menyebabkan takikardia refleks
kecuali bila diberikan juga β Blocker. Efek sampingnya muka merah,
edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin)
4. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril,
memberikan efek antihipertensi dengan menghambat pembentukan
angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal jantung, gangguan
fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner
(PJK) bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada
penderita hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping
diantaranya batuk kering dan angioderma.
5. Antagonis reseptor angiotensin II, seperti losartan dan valsatan, bekerja
antagonis terhadap aksis angiotensin II – renin. Efikasinya sebanding
dengan inhibitor ACE. Indikasinya pada gagal jantung atau gangguan
41
fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE terasa mengganggu.
Efeknya dalam fungsi ginjal pada hipertensi renovaskular sama.
6. Antagonis α, seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan tekanan
darah dengan bekerja antagonis terhadap reseptor α-adrenergik pada
pembuluh darah perifer.
7. Obat-obat lain misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa, atau
moksonidin)
Pengobatan hipertensi bersifat long term therapy. Hal ini karena
penyebab pasti belum diketahui sehingga pasien harus rajin minum obat
antihipertensi. Apabila tidak teratur, bisa mengakibatkan percepatan
komplikasi, salah satunya penyakit jantung koroner.
42
VIII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik Ny.S adalah:
a. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade II
b. Diagnosis Psikologis : Stress pikiran dalam mengurus kesehatan sang
suami yang memburuk
c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi menengah ke bawah
d. Diagnosis Sosial : Hubungan dengan masyarakat baik
e. Diagnosis Demografi : Hubungan yang terjalin antar anggota keluarga
baik.
B. SARAN
Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai manajemen stress
dan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi.
Promotif :
1. Kontrol secara teratur tekanan darah
2. Kontrol berat badan
Preventif :
1. Olahraga secara teratur
2. Diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi
serat
3. Hindari minum alkohol, rokok, teh dan kopi
4. Hindari stressor pikiran
5. Istirahat cukup
Kuratif
Obat antihipertensi
Rehabilitatif
Tetap rutin untuk konsumsi obat hipertensi, dan secara teratur control
tekanan darah ke pelayanan kesehatan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 2003; 289: 2560-2572.
Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract 2001;50:707-712.
Oparil S, et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med. 2003; 139: 761 - 776.
Neal, MJ. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi keelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197-205.
Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gasindo. Jakarta. Hal: 107-8.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta. Hal: 1654-5.
Williams, GH. 1998. Harrison's Principles of Internal Medicine 14th ed vol 1: Approach to the Patient with Hypertension. Hal: 202-5.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
44
LAMPIRAN
FOTO 1
Foto pemeriksaan tekanan darah Ny.S saat home visit
FOTO 2
45
Foto dapur rumah Ny.S
FOTO 3
Foto dinding rumah Ny.S
FOTO 4
Foto kamar mandi Ny.S
46
FOTO 5
Foto jamban Ny.S
FOTO 6
Foto bersama Tn.K (kiri) dan Ny.S (tengah)
47