hubungan penerapan 3j (jumlah, jenis, dan...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL)
DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA
DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
CESIL MAGDALENA
1112101000001
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
-
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN
AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POSBINDU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Desember 2016
Oleh:
CESIL MAGDALENA
1112101000001
Mengetahui,
Pembimbing I
Ratri Ciptaningtyas, MHS
NIP. 19840404 200912 2 007
Pembimbing II
Gitalia Budi Utami, SKM, MKM
NIP. -
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
-
ii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Desember 2016
Penguji I
Febrianti, M.Si
NIP. 19710221 200501 2 004
Penguji II
Dela Aristi, MKM
NIP. -
Penguji III
Fitria, SKM, MKM
NIP. -
-
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2016
Cesil Magdalena
-
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Desember 2016
CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001
Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan Jadwal) Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe
2 Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
xviii + 88 halaman, 15 tabel, 2 bagan, 2 gambar, 8 lampiran
ABSTRAK
Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar
gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan
diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan non-farmakologis
yaitu perubahan gaya hidup berupa penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik.
Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran dalam
aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan. Selain itu,
aktivitas fisik juga berperan dalam pengaturan kadar gula darah karena resistensi
insulin akan berkurang dan sebaliknya sensitivitas insulin akan meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan 3J
(Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. Penelitian ini
menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita
DM Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebanyak 84 sampel
secara Proportional Random Sampling.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan proporsi penderita DM tipe 2 di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang memiliki status kadar gula darah
terkontrol sebanyak 56,0%. Adapun variabel yang berhubungan dengan status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 adalah penerapan jenis makanan (P-
value = 0,002). Sedangkan, variabel yang tidak berhubungan adalah penerapan
jumlah makanan (P-value = 0,082), penerapan jadwal makan (P-value = 0,108)
dan aktivitas fisik (P-value = 0,075).
Saran untuk Puskesmas Ciputat adalah meningkatkan peran Posbindu
dalam memotivasi masyarakat terutama penderita DM tipe 2 agar menerapkan
penatalaksanaan DM tipe 2 dan meningkatkan monitoring dan evaluasi berkala
pada kader posbindu. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah dapat menyertakan variabel penatalaksanaan yang tidak diteliti pada penelitian ini dan menggunakan
metode eksperimental sehingga dapat melihat 4 pilar penatalaksanaan diabetes
akan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kadar gula darah.
Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Penerapan 3J, Aktivitas Fisik, Posbindu,
Puskesmas
Daftar bacaan: 65 (2002-2016)
-
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, December 2016
CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001
Relation of 3J Application (Amount, Type, and Schedule) and the Physical
Activity with Status of Blood Sugar Levels in Patients with Type 2 Diabetes
Mellitus In Posbindu Puskesmas Ciputat on 2016
xviii + 88 pages, 15 tables, 2 charts, 2 images, 8 attachments
ABSTRACT
There are four pillars of management in order to maintain blood sugar
levels in a stable condition in patients with type 2 DM, namely the management
of diet, physical activity, education through counseling and pharmacological
interventions. The first step that must be done is non-pharmacological
management is the management of lifestyle changes such as diet and physical
activity. In carrying out the diet, patients with type 2 DM should follow the
advice in the 3J rules, the amount of food, type of food, and eating schedule. In
addition, physical activity also plays a role in the regulation of blood sugar levels
due to insulin resistance decreases and otherwise will increase insulin sensitivity.
This study aims to determine the relation of the application of 3J
(Amount, Type, and Schedule) and physical activity with status of blood sugar
levels in Posbindu Puskesmas Ciputat 2016. This study used a cross-sectional
study design. Samples of this study were patients with Type 2 DM in Posbindu
Puskesmas Ciputat, a total of 84 samples were Proportional Random Sampling.
From this research, the proportion of patients with type 2 DM in Posbindu
Puskesmas Ciputat which has the status of blood sugar levels is controlled as
much as 56,0%. The variables associated with the status of blood sugar levels in
patients with type 2 DM is the application of the type of food (P-value = 0,002).
Meanwhile, unrelated variables is the application of the amount of food (P-value
= 0,082), schedule of meals (P-value = 0,108) and physical activity (P-value =
0,075).
Suggestions for Puskesmas Ciputat is increasing Posbindu role in
motivating people, especially people with type 2 DM in order to implement the
management of type 2 DM and improve the monitoring and periodic evaluation
of the cadres Posbindu. Suggestion for further research is management can
include variables not examined in this study and using experimental methods so
that they can see the four pillars of the management of diabetes will have an
effect or no effect on blood sugar levels.
Keywords : Diabetes Mellitus, Application of 3J, Physical Activity, Posbindu,
Puskesmas
Bibliography : 65 (2002-2016)
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Cesil Magdalena
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Mei 1994
Alamat : Jalan Beo No.71 RT 003/007, Sawah, Ciputat
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : [email protected]
Telepon : 085782428900
Pendidikan Formal
2000-2001 : TK Salman ITB Ciputat
2001-2006 : MI Pembangunan UIN Jakarta
2006-2009 : MTs Pembangunan UIN Jakarta
2009-2012 : MA Pembangunan UIN Jakarta
2012-Sekarang : S1-Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
2012-2014 : Anggota LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015 : Ketua LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
2015 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Jombang periode Januari
s.d. Februari 2015
2016 : Magang di Puskesmas Ciputat periode Februari s.d. Maret 2016
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi yang berjudul Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan
Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2016 dengan baik.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibuku tercinta Dra. Umu Sadiyah dan adikku Annisa Elyana Dewi yang
senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Gitalia Budi Utami, S.KM, M.KM
selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu dan
arahan untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Dela Aristi, M.KM, Ibu Fitria, S.KM, M.KM selaku
penguji, terimakasih atas segala kritik dan saran yang membangun sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik.
-
viii
6. Pihak Puskesmas Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan penelitian di Posbindu dan para kader Posbindu yang banyak
membantu penulis selama proses penelitian.
7. Sahabat-sahabatku terbaik (Arini Mardatika, Ranti Rahmani, Dini Hanifa
Sari, dan Ratu Amiratun) yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan
semangatnya hingga laporan skripsi ini selesai.
8. Cibengerss (Ofin, Cory, Silmi, Astrid, Widy, Rico, Agin, Nizar, Novaco, Tyo,
Alviral, dan Tsabit) yang telah memberikan doa, keceriaan, canda, dan tawa
dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
9. Teman-teman Kesmas 2012, Peminatan Gizi 2012 khususnya (Andini, Widya,
Evi, Reiza, Tyas, Nuni dan Arinbe) serta SACIHAS (2012,2013&2014)
terimakasih untuk segala ilmu, kritik, dan pengalaman yang telah diberikan.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal
perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.
Jakarta, Desember 2016
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7
D. Tujuan .......................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1. Bagi Puskesmas Ciputat ........................................................................... 9
2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ....................................... 9
3. Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 10
-
x
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ........................ 10
A. Diabetes Mellitus ....................................................................................... 10
1. Definisi ................................................................................................... 10
2. Klasifikasi ............................................................................................... 10
3. Diagnosis ................................................................................................ 12
B. Gula Darah ................................................................................................. 14
1. Definisi ................................................................................................... 14
2. Pengendalian Kadar Gula Darah ............................................................ 14
C. Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................................ 15
1. Definisi DM Tipe 2 ................................................................................ 15
2. Gejala DM Tipe 2 ................................................................................... 16
3. Patofisiologi DM Tipe 2 ......................................................................... 17
4. Pengelolaan DM Tipe 2 .......................................................................... 17
D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah ....................................... 20
1. Tujuan ..................................................................................................... 21
2. Standar Diet DM Tipe 2 ......................................................................... 22
3. Jumlah Makanan ..................................................................................... 22
4. Jenis Makanan ........................................................................................ 27
5. Jadwal Makan ......................................................................................... 28
E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah ................................................. 30
F. Kerangka Teori........................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................... 33
-
xi
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 33
B. Definisi Operasional................................................................................... 35
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 41
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 41
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 43
1. Populasi .................................................................................................. 43
2. Sampel Penelitian ................................................................................... 43
3. Perhitungan Sampel ................................................................................ 44
4. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 46
1. Sumber Data ........................................................................................... 46
2. Alur Pengumpulan Data ......................................................................... 47
3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 49
4. Pengukuran ............................................................................................. 49
E. Pengolahan Data......................................................................................... 52
1. Penyuntingan Data (Editing) .................................................................. 52
2. Pemasukan Data (Entry Data) ................................................................ 52
3. Pemberian Kode (Coding) ...................................................................... 52
4. Pengoreksian Data (Cleaning Data) ....................................................... 57
F. Analisis Data .............................................................................................. 57
1. Analisis Univariat ................................................................................... 57
2. Analisis Bivariat ..................................................................................... 57
-
xii
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 54
A. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat ........................................................ 54
B. Hasil Analisis Univariat ............................................................................. 61
1. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ................... 61
2. Gambaran Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 .............. 61
3. Gambaran Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 .................. 62
4. Gambaran Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 ................... 63
5. Gambaran Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 .................................... 63
C. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................... 64
1. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
64
2. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah65
3. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah 66
4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ................. 67
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 68
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68
B. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ....................... 69
C. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah 70
D. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah ... 72
E. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah .... 74
F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ..................... 76
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 73
A. SIMPULAN ............................................................................................... 73
B. SARAN ...................................................................................................... 80
-
xiii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
-
xiv
DAFTAR TABEL
2.1 Kriteria Diagnosis DM .................................................................................... 13
2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring ......... 13
2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus ........................................................ 15
2.4 Jadwal Makan Pasien DM ............................................................................... 29
4.1 Pembagian Sampel .......................................................................................... 46
5.1 Nama Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ................................... 60
5.2 Distribusi Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 61
5.3 Distribusi Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62
5.4 Distribusi Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62
5.5 Distribusi Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 63
5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................ 63
5.7 Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
............................................................................................................................... 64
5.8 Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
............................................................................................................................... 65
-
xv
5.9 Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
............................................................................................................................... 66
6.0 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM
Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................... 67
-
xvi
DAFTAR BAGAN
2.1 Kerangka Teori...32
3.1 Kerangka Konsep .....33
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
4.1 Contoh entry data food recall hari ke-1 dan ke-2
...54
4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam
...54
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Skrining Variabel Terkontrol Edukasi Dan Terapi
Farmakalogis
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Formulir Informed Consent
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Skripsi
Lampiran 5 Instrumen
Lampiran 6 Data Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Ciputat Bulan
Januari S/D Desember 2015
Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 8 Transkrip Hasil Fakta Lapangan di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat
Lampiran 9 Output Analisis Univariat dan Bivariat
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing
manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan
hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya
(WHO, 2015). Diabetes Mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Hal ini
berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus dan pengelolaan
yang tidak baik dalam mencegah komplikasi. (Kemenkes, 2013)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) berdasarkan
etiologinya, DM diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,
DM gestasional, dan DM tipe lain (PERKENI, 2011). Dari berbagai tipe DM
yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan kasusnya
dari 90-95% kasus DM yang terdiagnosis secara keseluruhan (CDC, 2014).
Umumnya penderita DM tipe 2 mempunyai latar belakang kelainan
berupa resistensi insulin yang disusul oleh kelelahan Sel pankreas dan ditandai
dengan kadar gula darah yang meningkat (Waspadji, 2011). Kadar gula darah
yang tetap tinggi pada penderita DM menimbulkan penyakit penyulit pada
berbagai organ tubuh seperti pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke,
pembuluh darah mata menimbulkan kebutaan, pembuluh darah jantung
menimbulkan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah ginjal menimbulkan
gagal ginjal kronik (Waspadji, 2011)
-
2
Data WHO (2015) menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita
diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah tersebut kemungkinan akan
menjadi dua kali lipat di tahun 2025. Data International Diabetes Federation
(IDF) (2015) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara urutan ke-7
dengan prevalensi diabetes tertinggi sebesar 10 juta kasus.
Pada penelitian PERKENI (2011) dengan responden di masyarakat
umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar gula darah sewaktu melebihi
200 mg/dL dan 15,63% dengan kadar gula darah 140-199 mg/dL. Dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4% berdasarkan pola pertambahan penduduk
seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk
Indonesia berusia di atas 20 tahun yang berisiko terkena DM.
Berdasarkan data wawancara Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan bahwa
prevalensi DM di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1%
(2013), diketahui Provinsi Banten juga mengalami peningkatan prevalensi DM
sebesar 0,5% pada tahun 2007 menjadi 1,3% (Kemenkes, 2013). Selain itu,
berdasarkan laporan Penyakit Tidak Menular di Kota Tangerang Selatan terdapat
laporan kasus lama DM menurut umur dan jenis kelamin sejumlah 5.599 jiwa
sedangkan kasus baru sejumlah 509 jiwa (Dinkes Tangsel, 2015). Dari seluruh
Puskesmas yang berada di Kota Tangerang Selatan, Puskesmas Ciputat termasuk
ke dalam 3 besar puskesmas yang memiliki prevalensi DM tinggi sebesar 4,7%
(Dinkes Tangsel, 2014).
Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar
gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan
diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis
(Waspadji, 2011). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
-
3
penatalaksanaan non-farmakologis yaitu perubahan gaya hidup berupa
penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik (Sukardji, 2011).
Diet merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM tipe 2
(Sukardji, 2011). Tujuan dari adanya penatalaksanaan diet adalah membantu
penderita diabetes dalam perbaikan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik
yang lebih baik (Soegondo, 2011). Ketidakpatuhan pasien dalam perencanaan
makan yang disarankan oleh petugas kesehatan merupakan salah satu kendala
dalam keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2 (Sukardji, 2011).
Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran
dalam aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan,
(PERKENI, 2011). Jenis dan jumlah makanan yang banyak mengandung gula
serta jadwal makan yang tidak teratur dapat meningkatkan kadar gula darah
sehingga terjadilah DM tipe 2 (Idris, 2014). Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan
jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit mengontrol kadar gula darah dalam
batas normal (Waspadji, 2013). Jika aturan diet tersebut tidak diikuti maka kadar
gula darah akan tidak stabil (ADA, 2015). Padahal tujuan dari penatalaksanaan
DM tipe 2 dalam jangka pendek adalah mencapai target pengendalian glukosa
darah (PERKENI, 2011).
Berbagai studi meta-analisis juga sudah menunjukkan pengaruh
signifikan intervensi diet dengan kadar gula darah. Berdasarkan studi meta-
analisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi penelitian (randomized controlled
trial) dalam melihat intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat
memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah,
penurunan berat badan, serta profil lipid (p
-
4
penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup termasuk diet
berpengaruh dan efektif terhadap kontrol gula darah serta tujuan dari
dijalankannya aktivitas (p
-
5
Selain itu, terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
aktivitas fisik dengan status kadar gula darah. Hasil penelitian cross-sectional
Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan sampel penderita DM yang merupakan
masyarakat urban dan rural menunjukkan adanya hubungan signifikan antara
aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa darah (p
-
6
Selain itu, peran antara petugas kesehatan dengan pasien hanya bertemu
saat adanya kegiatan posbindu yang dilaksanakan satu bulan sekali atau saat
mereka melakukan kunjungan ke puskesmas. Saat berlangsungnya kegiatan
posbindu di meja 5, petugas kesehatan kerap lupa menanyakan perkembangan
diet serta aktivitas fisik dan langsung memberikan obat, padahal penatalaksanaan
diet dan aktivitas fisik merupakan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan
terlebih dahulu dalam mengontrol kadar gula darah. Sedikitnya pasien DM tipe 2
yang berhasil dalam menerapkan aturan diet 3J juga disebabkan karena tidak
adanya evaluasi penilaian tujuan kegiatan preventif dari pihak Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan.
Penerapan diet dan aktivitas fisik yang belum sesuai akan menghasilkan
tidak terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal, timbulnya komplikasi
dan berbagai penyakit menahun dari penderita DM tipe 2. Dari hasil studi
pendahuluan dan hasil fakta lapangan peneliti yang telah didapat mengenai
penerapan diet dan kadar gula darah, membuat peneliti perlu melakukan
penelitian mengenai hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan
aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Penderita DM tipe 2 masih banyak yang belum memahami bagaimana
penatalaksanaan diet yang sesuai sehingga kadar gula darah menjadi buruk.
Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit
mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Sama halnya dengan aktivitas
fisik, jika aktivitas fisik tidak dilakukan secara benar dan teratur maka resistensi
insulin akan meningkat dan sensitivitas insulin menurun.
-
7
Pada hasil fakta lapangan, sebagian besar penderita DM tipe 2
menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi dalam sehari-hari sulit
diterapkan karena harus sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan
berakibat pada status kadar gula darah yang buruk. Dan dalam hal aktivitas fisik,
penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga. Selain itu,
hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat data sekunder laporan
posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdapat 116 penderita DM tipe 2,
dimana sejumlah 59 penderita DM tipe 2 (50,8%) masih memiliki kadar gula
darah sewaktu 200 mg/ dL yang belum mencapai target penurunan kadar gula
darah. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan penelitian mengenai Hubungan
Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap
Status Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016.
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian kali ini adalah:
1. Bagaimanakah gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
2. Bagaimanakah gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
3. Bagaimanakah gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
4. Bagaimanakah gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
5. Bagaimanakah gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe
2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
-
8
6. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016?
7. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016?
8. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016?
9. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat
tahun 2016?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal)
dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
b. Diketahuinya gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
c. Diketahuinya gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
-
9
d. Diketahuinya gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
e. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2
di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
f. Diketahuinya hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016.
g. Diketahuinya hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status
kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016.
h. Diketahuinya hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2016.
i. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun
2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Ciputat
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan oleh Puskesmas
Ciputat sebagai bahan referensi dalam meningkatkan penerapan 3J (Jumlah,
Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik agar status kadar gula darah baik pada
pasien DM tipe 2 melalui kegiatan yang berada di klinik gizi dan posbindu.
2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan masukan terkait
masalah kesehatan serta menjadi tambahan kepustakaan di bidang gizi
-
10
mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), aktivitas fisik dan kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian selanjutnya mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan
Jadwal), aktivitas fisik dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap kadar
gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat tahun 2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah penderita DM
Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Penelitian ini menggunakan
desain studi cross-sectional. Penelitian dimulai sejak bulan Agustus-Oktober
2016. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara dengan melihat penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dari
Formulir Food recall 2x24 jam dan Global Physically Activity Questionnaire
(GPAQ) untuk aktivitas fisik. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini
adalah data rekam medik mengenai kadar gula darah penderita DM tipe 2 saat
penelitian berlangsung di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit
kencing manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, maupun keduanya (WHO, 2015). Dampak atau
komplikasi akibat Diabetes Mellitus antara lain kebutaan, gagal ginjal,
penyakit jantung, stroke, dan kaki diabetes (gangrene) sehingga harus
diamputasi. (Kemenkes, 2013)
2. Klasifikasi
Menurut ADA (2012), DM diklasifikasikan berdasarkan etiologinya
terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a. DM tipe 1
DM tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat kegagalan sel beta
pancreas untuk memproduksi insulin dan juga disebut sebagai Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penyakit ini biasa dijumpai pada
anak-anak dan akan terus membutuhkan suntikan insulin setiap hari.
Penggunaan yang tidak memadai dari hasil insulin akan menyebabkan
ketoasidosis dan akibatnya sering memerlukan rawat inap. (ADA, 2012)
-
12
b. DM tipe 2
DM tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin (PERKENI, 2011). DM tipe 2 biasa dijumpai pada orang dewasa
berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini disebut juga sebagai Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) karena pada DM tipe 2, insulin
tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal (ADA, 2012).
c. DM gestasional
DM gestasional adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
peningkatan gula darah tinggi yang menetap sewaktu kehamilan pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita diabetes sebelum hamil. Wanita
dengan riwayat DM gestasional harus melakukan skrining untuk melihat
perkembangan DM setidaknya setiap 3 tahun. (ADA, 2012)
d. DM tipe lain
DM tipe ini berhubungan dengan keadaan timbulnya
hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25 tahun). Hal
tersebut dikarenakan adanya penyakit lain seperti defek genetik fungsi sel
beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang,
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. (PERKENI, 2011)
3. Diagnosis
Berdasarkan PERKENI (2011), diagnosis DM ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
-
13
secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Diagnosis DM dapat
ditegakkan melalui tiga kriteria, yaitu:
Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM
No Diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11,1 mmol/L)
(Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir)
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/ dL (7,0 mmol/L)
(Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/ dL (11,1 mmol/L)
(TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air)
Sumber: PERKENI (2011)
Apabila seseorang tidak menunjukkan adanya gejala DM, maka
dilakukan pemeriksaan penyaring yang dilakukan pada mereka yang
mempunyai risiko DM (PERKENI, 2011). Pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar
glukosa darah puasa yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring
No Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti
DM
DM
1 Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/ dL)
Plasma vena
Darah kapiler
< 100
< 90
100 199
90 199
200
200
-
14
No Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti
DM
DM
2 Kadar glukosa
darah puasa
(mg/ dL)
Plasma vena
Darah kapiler
< 100
< 90
100 125
90 - 99
126
100
Sumber: PERKENI (2011)
B. Gula Darah
1. Definisi
Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang
terdapat dalam darah (Parker, 2004). Menurut kamus kedokteran Dorlan
(2002) gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama
organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat
gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l
(70-150 mg/ dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada
pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan.
2. Pengendalian Kadar Gula Darah
Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yaitu menjaga berat
badan ideal, penatalaksanaan diet, dan melakukan olahraga/latihan fisik.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang
memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada
keadaan yang seperti inilah baru diperlukan terapi farmakologis dengan obat
anti diabetes (OAD). Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan
cara diet dan olahraga, gula darah belum terkontrol dengan baik. (Sukardji,
2011)
-
15
Pengendalian kadar glukosa darah berarti menjaga kadar gula darah
agar sedapat mungkin mendekati normal. Kriteria pengendalian kadar gula
darah berdasarkan PERKENI (2011) diantaranya adalah:
Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah
puasa (mg/ dL)
80-109 110-125 126
Glukosa darah 2
jam (mg/ dL)
110-144 145-179 180
Glukosa darah
sewaktu
80-144 145-199 200
A1C (%) < 6,5 6,5-8 >8
Kolesterol Total
(mg/ dL)
140/90
Sumber: PERKENI (2011)
C. Diabetes Mellitus Tipe 2
1. Definisi DM Tipe 2
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit
kencing manis adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
dapat memproduksi insulin yang cukup dan menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2015). DM tipe 2
biasa dijumpai pada orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini
disebut juga sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
-
16
karena pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin
sedikit menurun atau berada dalam rentang normal (ADA, 2012). Dari
berbagai tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak
ditemukan kasusnya yaitu sebesar 90 95% dari kasus DM yang terdiagnosis
secara keseluruhan. (CDC, 2014)
2. Gejala DM Tipe 2
Gejala diabetes mellitus tipe 2 dibedakan menjadi gejala akut dan
kronik menurut Subekti (2011). Gejala akut diabetes mellitus yaitu:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan penderita DM lebih
banyak mengeluarkan urin, terutama pada malam hari.
b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)
Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada
terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang pengeluaran ADH
(Antidiuretik Hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polyphagia (peningkatan rasa lapar)
Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga
penderita selalu merasa lapar.
d. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lapar
Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan
cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber energi untuk
menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa yang masuk ke
dalam sel.
-
17
Selain itu terdapat gejala kronik pada penderita DM tipe 2 seperti
gangguan saraf tepi berupa kesemutan, gangguan penglihatan (mata kabur),
gatal, bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan, dan gangguan ereksi
(Subekti, 2011).
3. Patofisiologi DM Tipe 2
Pada patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang
berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel pancreas (Brunner dan
Suddarth, 2002). Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Hasil dari akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel
ini. Pada akhirnya, insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pada DM
tipe 2, jumlah sel beta berkurang sampai 50 60% dari normal, akan tetapi
jumlah sel alfa meningkat dan yang terlihat jelas adalah adanya peningkatan
jumlah jaringan amyloid pada sel beta yang disebut amilin (Suyono, 2011)
Hormon insulin memiliki tiga lokasi kerja yang utama yaitu otot,
hepar, dan jaringan adiposa. Pada ketiga tempat ini terdapat sejumlah besar
aktivitas insulin terhadap kebutuhan zat gizi. Jika terjadi kekurangan hormon
insulin bukan hanya menimbulkan gangguan metabolisme hidratarang tetapi
juga gangguan metabolisme protein dan lemak. (Beck, 2011)
4. Pengelolaan DM Tipe 2
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat
mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun seperti penyakit
-
18
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,
penyulit pada mata, ginjal, dan syaraf (Waspadji, 2011). Tujuan dari adanya
pengelolaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Adapun tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari
penatalaksanaan DM, untuk tujuan jangka pendek adalah menghilangkan
keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target
pengendalian glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu
mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. (PERKENI, 2011)
Tujuan jangka pendek tersebut dapat tercapai jika pasien DM dapat
mengikuti beberapa penatalaksanaan seperti manajemen gaya hidup (diet dan
aktivitas fisik), mengikuti dan memahami adanya edukasi DM, dan
monitoring klinis (farmakologis) (IDF, 2012). Penatalaksanaan tersebut juga
diadaptasi oleh PERKENI (2011) dengan nama lain empat pilar
penatalaksanaan DM. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
penatalaksanaan non-farmakologis seperti edukasi, penatalaksanaan diet dan
aktivitas fisik (Waspadji, 2011). Lalu, jika langkah tersebut belum maksimal
dalam mencapai tujuan pengelolaan, maka dilanjutkan dengan langkah
intervensi farmakologis (Waspadji, 2011). Berikut penjelasan dari keempat
pilar penatalaksanaan tersebut:
a. Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan diet merupakan bagian penatalaksanaan
diabetes secara total. Setiap penderita diabetes sebaiknya mendapat
penatalaksanaan diet sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai
sasaran diet. Prinsip penatalaksanaan diet pada penderita DM tipe 2
-
19
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Tetapi, pada penderita DM tipe 2 perlu
patuh terhadap keteraturan makan dalam hal jenis makanan, jumlah
makanan, dan jadwal makan. (PERKENI, 2011)
Pada studi meta-analisis Morris, et al (2010) terdapat 8 studi
penelitian (randomized controlled trial) dalam melihat keefektifan
tatalaksana diet selama lebih dari 3 bulan sampai 1 tahun didapatkan
hasil bahwa intervensi diet berhasil dalam perbaikan metabolik dan
perubahan perilaku sehat.
b. Aktivitas Fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan
kaki, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI, 2011)
c. Edukasi
DM tipe 2 umumnya terjadi karena perubahan pola gaya hidup
dan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan
motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah secara
mandiri, tanda, dan gejala serta cara mengatasinya harus diberikan
kepada penderita. (PERKENI, 2011)
-
20
Pada Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM) dari Kemenkes (2014) dipaparkan bahwa
edukasi atau penyuluhan di posbindu dilakukan >6 kali dalam setahun
dengan cakupan peserta yang hadir saat jadwal posbindu sebesar
75% sasaran, sehingga dapat terlihat seluruh pasien mendapatkan
edukasi atau tidak saat jadwal posbindu berlangsung.
Berdasarkan studi meta-analisis IDF (2012), didapatkan hasil
bahwa bukti dari 8 studi penelitian randomized controlled trial dan 2
studi controlled clinical trial menunjukkan keefektifan edukasi dalam
meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya tatalaksana DM.
d. Intervensi Farmakologis
Menurut Dworatzek (2013) jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan penatalaksanaan diet dan latihan jasmani, maka
dilanjutkan dengan intervensi farmakologis. Hal tersebut juga sesuai
dengan pernyataan Waspadji (2013). Intervensi farmakologis dapat
berupa obat hipoglikemik oral, suntikan insulin, dan terapi kombinasi
(PERKENI, 2011).
D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah
Setiap pasien DM sebaiknya mendapat penatalaksanaan diet sesuai
dengan kebutuhannya guna mencapai tujuan pengelolaan. Penatalaksanaan diet
merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM secara total.
Berdasarkan ADA (2015) dan PERKENI (2011) terdapat kunci keberhasilan
penatalaksanaan diet yang dapat terlihat dengan adanya keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain,
keluarga pasien dan pasien itu sendiri).
-
21
Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 terutama setelah
makan (Holt et al, 2010). Tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah
terjadinya komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat
gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi, kadar gula darah
yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan karena
pasien kurang berdisiplin dalam menjalankan diet atau tidak mampu
mengurangi jumlah kalori makanannya (Soegondo, 2007).
Berdasarkan studi meta-analisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi
penelitian (randomized controlled trial) yang melibatkan 307 penderita DM tipe
2 dalam melakukan intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat
memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah,
penurunan berat badan, serta profil lipid (p
-
22
a. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan secara khusus untuk
mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah mendekati
normal, mempertahankan berat badan normal, serta mencegah adanya
komplikasi diabetes.
b. Mengatasi kebutuhan gizi pasien DM berdasarkan preferensi, akses
ketersediaan makanan, serta kemauan dan kemampuan untuk merubah
perilaku.
c. Memberikan pesan positif tentang pilihan makanan yang dianjurkan,
dibatasi, dan tidak dianjurkan.
d. Pasien DM dapat praktis menjalankan perencanaan makan untuk
sehari-hari.
2. Standar Diet DM Tipe 2
Standar diet DM yang diberikan pada pasien DM sesuai kebutuhan,
dimana terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi yaitu standar
diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien DM yang gemuk.
Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien DM dengan berat badan
normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien DM
kurus. (Waspadji, 2007)
3. Jumlah Makanan
Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan
jumlah kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan makan,
di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung
pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.
-
23
Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total,
protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total.
a. Kebutuhan Energi
Ada beberapa cara dalam menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan orang dengan diabetes, di antaranya adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor antara lain (PERKENI, 2011):
1) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria.
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria
sebesar 30 kal/kg BB.
2) Umur
Penurunan kebutuhan energi bagi pasien yang berusia > 40 tahun
dengan ketentuan usia 40-59 tahun, kebutuhan energinya
dikurangi 5%. Pada usia 60-69 tahun, kebutuhan energinya
dikurangi 10% dan jika usia > 70 tahun, kebutuhan energinya
dikurangi 20%.
3) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
Kebutuhan energi dapat ditambah sesuai dengan intensitas atau
kategori aktivitas fisik sebagai berikut:
a) Keadaan istirahat: ditambah 10% dari energi basal
b) Ringan: pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum,
ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan energi ditambah
20% dari kebutuhan energi basal
-
24
c) Sedang: pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer
yang sedang tidak berperang, kebutuhan dinaikkan 30%
dari energi basal.
d) Berat: petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari,
atlet, kebutuhan ditambah 40% dari energi basal.
e) Sangat berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi,
kebutuhan harus ditambah 50% dari energi basal.
4) Status Gizi
Bila penderita DM tipe 2 kegemukan maka energi dikurangi
sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan. Bila
penderita DM tipe 2 kurus, maka energi ditambah sekitar 20-30%
sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Pada tujuan
penurunan berat badan. Jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal
untuk pria.
b. Kebutuhan Karbohidrat dan Pemanis
Menurut PERKENI (2011), kebutuhan karbohidrat yang
dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi dan makanan. ADA
(2015) memaparkan bahwa harus adanya pembatasan konsumsi
makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi karena indeks glikemik
makanan dapat mempengaruhi kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan. Makanan dengan indeks glikemik rendah memberikan
manfaat tidak hanya untuk glikemik postprandial tetapi juga untuk
profil lipid (ADA, 2015). Sayuran, kacang-kacangan, buah, dan
gandum merupakan sumber karbohidrat yang kaya akan serat,
-
25
mikronutrien, dan vitamin. Namun banyak pasien DM tidak
mengkonsumsi makanan tersebut secara teratur (ADA, 2015).
Sejumlah faktor mempengaruhi respon glikemik yang
terkandung dalam makanan antara lain sifat pati (amilosa,
amilopektin, pati), jumlah serat makanan dan jenis gula (ADA, 2015).
Salah satu jenis gula yang tidak boleh digunakan lebih dari 5% total
asupan energi adalah sukrosa (gula murni) (PERKENI, 2011).
Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak
melebihi bata aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake). Dalam
penggunaannya, pemanis berkalori seperti fruktosa dan gula alkohol
perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari karena dapat memberikan efek samping pada
lemak darah. (PERKENI, 2011)
c. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 10-20% dari
kebutuhan kalori. Sumber protein yang baik antara lain seafood (ikan,
udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe (PERKENI, 2011).
Selain itu pada pasien DM tipe 2, protein yang dicerna dapat
meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan konsentrasi glukosa
(ADA, 2015).
d. Kebutuhan Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan
kalori (ADA, 2015). Lemak jenuh yang diperkenankan < 7% dari
kebutuhan kalori sedangkan lemak tidak jenuh ganda < 10%,
-
26
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Adapun bahan makanan
yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan
lemak trans seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk) dan
anjuran konsumsi kolesterol sebesar < 200 mg/hari. (PERKENI,
2011)
e. Kebutuhan Serat
Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari. Seperti halnya
masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi
cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta
sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
(PERKENI, 2011)
Hasil penelitian Toharin (2015) menunjukkan adanya hubungan
antara anjuran jumlah makanan dengan status kadar gula darah (p=0,018).
Hal tersebut menunjukkan jika penderita mengikuti anjuran jumlah makanan
maka status kadar gula darahnya akan terkontrol. Selain itu, pada penelitian
Muliani (2013) menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi,
karbohidrat, protein dan serat dengan status kadar gula darah., tetapi juga
menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan lemak dengan status
kadar gula darah.
Namun, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya
hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah
(p=0,868). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden
belum dapat memenuhi anjuran asupan serat perhari.
-
27
4. Jenis Makanan
Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan
apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan
makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007).
Menurut Almatsier (2006), jenis makanan yang diperbolehkan dalam
penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber karbohidrat kompleks
tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu; sumber
protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,
dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk
makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, Waspadji (2007) juga memaparkan
bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air,
makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni
diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu.
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup,
gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti
buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, dan bayam
harus dibatasi tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori
tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo
sebaiknya dibatasi. Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan
kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak,
selada air, jamur kuping, dan tomat (Waspadji, 2007). Selain itu, makanan
yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung banyak kolesterol,
lemak trans, lemak jenuh, dan tinggi natrium (ADA, 2010).
-
28
PERKENI (2011) menyebutkan bahwa penderita DM tipe 2 sebaiknya
menghindari makanan dari jenis gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, es krim, susu kental manis, selai dan lain-lain; minyak; tinggi natrium
(garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan.
Pada penelitian Toharin (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah (p=0,001). Selain
itu, hasil penelitian Verawati, dkk (2014) juga menunjukkan adanya
hubungan antara jenis makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Menurut
Verawati, dkk (2014) adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena sebagian
besar responden sudah mengetahui tentang anjuran diet DM, akan tetapi rata-
rata responden tidak mengetahui tentang jenis makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks dan sederhana, tidak patuh pada prinsip diet, jadwal
makan yang tidak tepat, dan konsumsi jenis makanan pantangan.
Tetapi, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya
hubungan ketepatan jenis makanan dengan status kadar glukosa darah
(p=0,063). Dalam penelitian tersebut, responden telah membatasi atau
menghindari jenis makanan apa saja yang dipantang, akan tetapi dalam cara
mengolah masih banyak responden yang mengolah makanan dengan cara
digoreng terus menerus dan berakibat pada konsumsi lemak jenuh melebihi
kebutuhan per hari dan status kadar gula darah.
5. Jadwal Makan
Pasien DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali
makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut jadwal makan standar
yang digunakan oleh pasien DM (Waspadji, 2007):
-
29
Tabel 2. 4 Jadwal Makan Pasien DM
Waktu Total Kalori
Makan Pagi 07.00 20%
Selingan 10.00 10%
Makan Siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan Sore/Malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : Waspadji (2007)
Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) untuk melihat apakah
jadwal makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua
hari pengujian makan terpisah, masing-masing selama 14 jam. Reponden
mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00,
makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00. Didapatkan hasil
bahwa asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan energi responden pada
sarapan pagi, siang, dan malam maka glukosa plasma akan mengalami
penurunan sebesar 10% (p
-
30
antara jadwal makan terhadap status kadar gula darah (p=0,460). Tidak
adanya hubungan tersebut mungkin dpengaruhi oleh banyak faktor seperti
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai
jadwal yang dianjurkan (Putro, 2012). Penyebab lainnya bisa terjadi karena
jadwal makan yang tidak diikuti dengan jumlah porsi makanan yang
dianjurkan tidak sesuai dengan kebutuhan (Idris, 2014).
E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot
rangka dan menghasilkan pengeluaran energi. Berdasarkan tipenya aktivitas fisik
terbagi menjadi empat yaitu aerobik, kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan.
Sedangkan berdasarkan intensitasnya aktivitas fisik terbagi menjadi dua yaitu
aktivitas fisik intensitas sedang dan berat. Aktivitas fisik intensitas sedang adalah
aktivitas yang menggunakan kekuatan fisik sedang dan membuat peningkatan
kecil dalam bernafas atau denyut jantung meliputi kegiatan seperti bersepeda,
jogging, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (menyapu, mengepel), berenang,
bermain voli, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas fisik intensitas berat adalah
kegiatan yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan membuat peningkaan
besar dalam bermafas atau denyut jantung yang meliputi gerakan seperti bermain
sepak bola, bermain basket, mendaki gunung, mencangkul, menggali dan
sebagainya (WHO, 2010).
Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan utama dalam
pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Dalam PERKENI (2011) juga
disebutkan bahwa olahraga teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL. Masalah utama pada penderita DM tipe 2 adalah kurangnya
-
31
respon reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Karena adanya gangguan
tersebut, insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel (Ilyas,
2011).
Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin dan permeabilitas membrane
terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat melakukan
aktivitas fisik, resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin
meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada DM tipe 2 akan
berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik tetapi
bukan merupakan efek menetap atau berlangsung lama. Oleh karena itu, aktivitas
fisik harus dilakukan secara teratur. (Ilyas, 2011)
Hasil penelitian cross-sectional Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan
sampel penderita DM yang merupakan masyarakat urban dan rural menunjukkan
adanya hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa
darah (p
-
32
F. Kerangka Teori
Penatalaksanaan DM yang terdiri dari 3 aspek yaitu edukasi, perubahan
gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), dan terapi farmakologis merupakan
penatalaksanaan terbaik agar status kadar gula darah yang tinggi dapat terkontrol.
Berikut ini kerangka teori yang didasarkan pada modifikasi teori IDF (2012),
PERKENI (2011), Dworatzek (2013) mengenai penatalaksanaan DM tipe 2:
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: modifikasi teori IDF (2012), PERKENI (2011), Dworatzek (2013)
PERUBAHAN
GAYA HIDUP:
- Diet (3J)
- Aktivitas fisik
TERAPI
FARMAKOLOGIS
STATUS KADAR
GULA DARAH PENATALAKSANAAN
DM TIPE 2
EDUKASI
-
33
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian disusun berdasarkan kerangka teori yang
telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti
meliputi variabel independen yaitu penerapan diet (3J) penderita DM tipe 2 dan
aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu kadar gula darah penderita DM
tipe 2. Berikut merupakan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian kali
ini:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Independen Dependen
Status Kadar gula
darah penderita DM
tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat
Penerapan diet 3J
- Jumlah makanan - Jenis makanan
- Jadwal makan
Aktivitas Fisik
-
34
Alasan memilih penatalaksanaan perubahan gaya hidup yaitu diet dan
aktivitas fisik diantara penatalaksanaan DM tipe 2 lainnya karena diet dan
aktivitas fisik merupakan bagian penatalaksanaan gaya hidup diabetes secara
total dan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan agar kadar gula darah
tetap dalam keadaan stabil. Variabel edukasi dan farmakologis tidak menjadi
varibel penelitian tetapi menjadi variabel yang dikontrol untuk mengurangi
tingkat bias dalam melihat aturan anjuran diet dan aktivitas fisik.
Pada hasil yang telah didapat, diketahui bahwa variabel edukasi memiliki
sifat yang homogen karena dilihat dari frekuensi pemberian edukasi di setiap
posbindu sama yaitu dilakukakan setiap 1 bulan sekali saat adanya jadwal
posbindu, konten yang diberikan juga sama yaitu materi pencegahan serta
penanganan DM yang terdapat di leaflet DM tipe 2 dari Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan, dan petugas yang memberikan konten atau materi edukasi
juga sama yaitu bidan desa dan kader terlatih yang sudah memiliki keterampilan
dalam memberikan penyuluhan edukasi.
Selain itu, didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%) pasien DM mengikuti
edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang artinya sudah mencapai target
petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes (2014) yaitu 75% sasaran.
Sedangkan pada variabel terapi farmakologis, di seluruh posbindu
Puskesmas Ciputat tidak dilakukan pemberian suntik insulin tetapi petugas
kesehatan memberikan obat diabetes yang sama dengan obat anti diabetes yaitu
metformin. Alasan lainnya terapi farmakologis tidak diambil karena merupakan
penatalaksanaan yang bersifat kuratif dan peneliti tidak dapat meneliti lebih jauh
mengenai hal farmakologis.
-
35
B. Definisi Operasional
Pada penelitian ini dipaparkan mengenai definisi operasional guna menghindari kesalahan persepsi mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti. Berikut definisi operasional penelitian ini yang diuraikan pada tabel 3.1 berikut:
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Status Kadar
Gula Darah
Hasil status pemeriksaan
kadar gula darah
penderita DM tipe 2
berupa gula darah
sewaktu.
Rekam medik
kadar gula
darah pasien
yang terdapat
di Posbindu
pada bulan
September
2016
Telaah
dokumen
0. Baik: Jika hasil pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu sebesar 80-144
mg/ dL.
1. Sedang: Jika hasil pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu sebesar 145-199
mg/ dL.
2. Buruk: Jika hasil pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu sebesar 200 mg/
dL.
Ordinal
-
36
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
PERKENI (2011)
Penerapan 3J
Jumlah makanan Jumlah rata-rata asupan
karbohidrat, protein,
lemak, gula murni
(sukrosa) selama 2x24
jam.
Form food
recall 2x24
jam.
Wawancara 0. Baik: Jika responden mengikuti aturan
jumlah makanan sesuai standar diet
secara rata-rata dalam 2 hari recall
yaitu:
- Karbohidrat: 45-65% dari
kebutuhan energi
- Protein: 10-20% dari kebutuhan
energi
- Lemak: 20-25% dari kebutuhan
Ordinal
-
37
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
energi
- Gula murni (sukrosa) :
-
38
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
- Protein hewani tinggi lemak
- Makanan berkolesterol tinggi,
sumber lemak trans dan lemak
jenuh
1. Tidak baik: Jika responden tidak
menghindari salah satu jenis makanan
tersebut dalam 2 hari recall.
PERKENI (2011); Waspadji (2010);
Almatsier (2006); Lestari (2011)
Jadwal makan Pengaturan waktu
makan (makan pagi,
siang, malam, dan
Form food
recall 2x24
jam
Wawancara 0. Baik: Jika jadwal makan responden
sesuai dengan standar diet DM dalam
2 hari recall yaitu:
Ordinal
-
39
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
selingan) selama 2x24
jam.
- Makan pagi jam 06.30-07.30 WIB
- Selingan pagi jam 09.30-10.30
WIB
- Makan siang jam 12.30-13.30
WIB
- Selingan siang jam 15.30-16.30
WIB
- Makan malam jam 18.30-19.30
WIB
- Selingan malam jam 20.30-21.30
WIB
1. Tidak baik: Jika responden tidak
mengikuti salah satu atau lebih aturan
-
40
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
jadwal makan sesuai standar diet DM
dalam 2 hari recall
Waspadji (2007); Amtiria (2016)
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik yang
biasa dilakukan sehari-
hari, termasuk saat
bekerja, olahraga, pergi
dari satu tempat ke
tempat lain, maupun
istirahat selama satu
minggu terakhir.
Global
Physical
Activity
Questionnare
(GPAQ)
Wawancara 0. Aktivitas ringan, jika nilai
-
41
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
a. Ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
b. Ada hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
c. Ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula
darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat.
d. Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
-
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik
deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-
sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan 3J
(Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
pada penderita DM tipe 2 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang
diidentifikasi secara bersamaan atau dalam satu waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di 7 posbindu wilayah kerja Puskesmas
Ciputat pada bulan Agustus-Oktober tahun 2016. Pemilihan lokasi penelitian
yaitu di posbindu memiliki beberapa pertimbangan diantaranya pemberian
edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik dilakukan di dua tempat yaitu di
posbindu dan klinik gizi Puskesmas Ciputat. Akan tetapi pasien DM tipe 2 yang
berkunjung ke klinik gizi tidak semua berasal dari wilayah kerja Puskesmas
Ciputat dan sangat jarang untuk melakukan kunjungan ulang sehingga peneliti
memilih posbindu dimana penderita DM tipe 2 juga telah diberikan edukasi
mengenai diet dan aktivitas fisik dan memudahkan peneliti dalam menentukan
sampel penelitian.
-
43
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang
tercatat di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan
yang terdiri dari Posbindu Salak, Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan,
Posbindu Melon, Posbindu Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk
yaitu berjumlah 116 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
dapat mewakili populasi. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat di posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi
pada penelitian ini melihat dari hasil skrining farmakologis.
Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah penderita DM
tipe 2 yang tercatat di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Sedangkan
kriteria eksklusi responden pada penelitian ini adalah responden yang patuh
dalam meminum obat metformin, dimana terdapat 32 (27,5 %) penderita DM
tipe 2 yang patuh dalam hal jadwal meminum obat, dosis obat, dan habisnya
obat yang diberikan oleh petugas kesehatan. Peneliti menanyakan terlebih
dahulu ke bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat
berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metformin yang
diberikan sehingga peneliti menjadikan konsumsi obat metformin sebagai
penentu patuh tidaknya meminum obat.
-
44
3. Perhitungan Sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus
jumlah sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu:
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z1-/2 = Derajat kepercayaan (CI 95% = 1,96; =5%)
Z1- = Kekuatan uji 90% 1,28
P = Rata-rata proporsi pada populasi
P = Proporsi populasi status kadar gula darah baik dengan
penderita DM tipe 2 yang baik dalam penerapan jenis makanan
0,526 (Ardyana, 2014)
P = Proporsi populasi status kadar gula darah baik dengan
penderita DM tipe 2 yang tidak baik dalam penerapan jenis
makanan 0,167 (Ardyana, 2014)
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel minimum didapatkan
hasil untuk besar sampel sebanyak 35 orang dan karena uji yang dilakukan
adalah uji beda dua proporsi, maka sampel dikalikan 2 sehingga didapat besar
sampel minimum untuk penelitian ini adalah 70 orang kemudian ditambahkan
15% untuk mengurangi missing data. Namun setelah dilakukan penentuan
eksklusi, dari 116 didapat 32 orang yang patuh mengkonsumsi obat
metformin maka tidak dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel
dalam penelitian ini menjadi 84 orang.
-
45
4. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan
metode proportionate random sampling, yaitu metode yang digunakan pada
populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo,
2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan menghitung jumlah sampel di
masing-masing posbindu yang menjadi populasi penelitian dalam 3 bulan
yaitu April-Mei dan Agustus tahun 2016 diantaranya adalah Posbindu Salak,
Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan, Posbindu Melon, Posbindu
Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk dimana total penderita DM
tipe 2 yang tercatat berjumlah 116 penderita DM tipe 2.
Masing-masing jumlah penderita DM tipe 2 di Posbindu Salak
berjumlah 20 orang, Posbindu Kunir Putih berjumlah 13 orang, Posbindu
Rambutan berjumlah 15 orang, Posbindu Melon berjumlah 13 orang,
Posbindu Alpukat berjumlah 18 orang, Posbindu Melati berjumlah 15 orang,
dan Posbindu Jeruk berjumlah 22 orang. Adapun rumus yang digunakan
dalam menentukan proporsi setiap posbindu adalah:
Keterangan:
jumlah anggota sampel tiap posbindu
jumlah anggota populasi tiap posbindu
jumlah anggota populasi seluruh posbindu
jumlah anggota sampel seluruh posbindu
Wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 mempunyai 7 pos
pembinaan terpadu (posbindu) yang tersebar pada 2 (dua) Kelurahan. Berikut
-
46
adalah tabel yang menunjukkan penentuan jumlah sampel yang diambil
berdasarkan alokasi dari tiap posbindu.
Tabel 4.1 Pembagian Sampel
No Kelurahan Posbindu Jumlah
Responden
1
2
3
4
5
Cipayung
Salak
Kunir Putih
Rambutan
Melati
Jeruk
20/116 x 84 = 14
13/116 x 84 = 9
15/116 x 84 = 11
15/116 x 84 = 11
22/116 x 84 = 16
6
7 Ciputat
Melon
Alpukat
13/116 x 84 = 9
18/116 x 84 = 14
Total 84
Sampel setiap responden diambil secara random sesuai dengan jumlah
responden yang dibutuhkan. Dari 116 penderita DM tipe 2 yang terpilih
berdasarkan kriteria, apabila responden tidak sesuai kriteria akan segera
dilakukan drop out dan dilakukan pemilihan responden dengan pengocokan
hingga menemukan responden yang sesuai kriteria.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi Kesehatan
Masyarakat dan dibantu para kader di 7 Posbindu serta bidan desa Puskesmas
Ciputat. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi sumber data, alur
pengumpulan data, instrumen penelitian, dan pengukuran.
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder:
-
47
a. Data Primer
Data primer yang langsung diperoleh saat penelitian adalah hasil
wawancara recall 2x24 jam untuk melihat penerapan aturan 3J (Jumlah,
Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik dengan kuesioner GPAQ.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai kadar gula
darah penderita DM tipe 2 yang diperoleh dari data rekam medik
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
2. Alur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan membagi atas beberapa tahap,
berikut alur pengumpulan data:
a. Tahap pertama adalah pada variabel terkontrol edukasi dengan melihat
frekuensi, konten atau materi, dan siapa yang memberikan edukasi
tersebut. Selain itu, pada variabel terkontrol edukasi juga dilihat daftar
hadir penderita DM tipe 2 saat jadwal posbindu dari bulan Agustus 2015-
Juli 2016 setiap 6 bulan sekali. Didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%)
pasien DM mengikuti edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang
artinya sudah mencapai target petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes
(2014) yaitu 75% sasaran.
Sedangkan, pada variabel terkontrol terapi farmakologis dilakukan
pengambilan data dengan melihat jenis obat apa yang diberikan kepada
penderita DM tipe 2 dan kepatuhan meminum obat dari segi jadwal, dosis
obat, dan habisnya obat tersebut. Peneliti menanyakan terlebih dahulu ke
bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat
berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metf