hubungan penerapan 3j (jumlah, jenis, dan...

Download HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34281/1/CESIL... · 2012-2014 : Anggota LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah

If you can't read please download the document

Upload: doanngoc

Post on 28-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL)

    DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA

    DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI

    POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT

    TAHUN 2016

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar

    SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

    DISUSUN OLEH:

    CESIL MAGDALENA

    1112101000001

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H/ 2016 M

  • i

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Skripsi dengan Judul

    HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN

    AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA DARAH PADA

    PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POSBINDU

    WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016

    Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

    Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, Desember 2016

    Oleh:

    CESIL MAGDALENA

    1112101000001

    Mengetahui,

    Pembimbing I

    Ratri Ciptaningtyas, MHS

    NIP. 19840404 200912 2 007

    Pembimbing II

    Gitalia Budi Utami, SKM, MKM

    NIP. -

    PEMINATAN GIZI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H/ 2016 M

  • ii

    PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, Desember 2016

    Penguji I

    Febrianti, M.Si

    NIP. 19710221 200501 2 004

    Penguji II

    Dela Aristi, MKM

    NIP. -

    Penguji III

    Fitria, SKM, MKM

    NIP. -

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

    memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, November 2016

    Cesil Magdalena

  • iv

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

    Skripsi, Desember 2016

    CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001

    Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan Jadwal) Dan Aktivitas Fisik

    Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe

    2 Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016

    xviii + 88 halaman, 15 tabel, 2 bagan, 2 gambar, 8 lampiran

    ABSTRAK

    Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar

    gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan

    diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan non-farmakologis

    yaitu perubahan gaya hidup berupa penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik.

    Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran dalam

    aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan. Selain itu,

    aktivitas fisik juga berperan dalam pengaturan kadar gula darah karena resistensi

    insulin akan berkurang dan sebaliknya sensitivitas insulin akan meningkat.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan 3J

    (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah di

    Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. Penelitian ini

    menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita

    DM Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebanyak 84 sampel

    secara Proportional Random Sampling.

    Berdasarkan hasil penelitian didapatkan proporsi penderita DM tipe 2 di

    Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang memiliki status kadar gula darah

    terkontrol sebanyak 56,0%. Adapun variabel yang berhubungan dengan status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 adalah penerapan jenis makanan (P-

    value = 0,002). Sedangkan, variabel yang tidak berhubungan adalah penerapan

    jumlah makanan (P-value = 0,082), penerapan jadwal makan (P-value = 0,108)

    dan aktivitas fisik (P-value = 0,075).

    Saran untuk Puskesmas Ciputat adalah meningkatkan peran Posbindu

    dalam memotivasi masyarakat terutama penderita DM tipe 2 agar menerapkan

    penatalaksanaan DM tipe 2 dan meningkatkan monitoring dan evaluasi berkala

    pada kader posbindu. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah dapat menyertakan variabel penatalaksanaan yang tidak diteliti pada penelitian ini dan menggunakan

    metode eksperimental sehingga dapat melihat 4 pilar penatalaksanaan diabetes

    akan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kadar gula darah.

    Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Penerapan 3J, Aktivitas Fisik, Posbindu,

    Puskesmas

    Daftar bacaan: 65 (2002-2016)

  • v

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

    PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE

    PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION

    Undergraduate Thesis, December 2016

    CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001

    Relation of 3J Application (Amount, Type, and Schedule) and the Physical

    Activity with Status of Blood Sugar Levels in Patients with Type 2 Diabetes

    Mellitus In Posbindu Puskesmas Ciputat on 2016

    xviii + 88 pages, 15 tables, 2 charts, 2 images, 8 attachments

    ABSTRACT

    There are four pillars of management in order to maintain blood sugar

    levels in a stable condition in patients with type 2 DM, namely the management

    of diet, physical activity, education through counseling and pharmacological

    interventions. The first step that must be done is non-pharmacological

    management is the management of lifestyle changes such as diet and physical

    activity. In carrying out the diet, patients with type 2 DM should follow the

    advice in the 3J rules, the amount of food, type of food, and eating schedule. In

    addition, physical activity also plays a role in the regulation of blood sugar levels

    due to insulin resistance decreases and otherwise will increase insulin sensitivity.

    This study aims to determine the relation of the application of 3J

    (Amount, Type, and Schedule) and physical activity with status of blood sugar

    levels in Posbindu Puskesmas Ciputat 2016. This study used a cross-sectional

    study design. Samples of this study were patients with Type 2 DM in Posbindu

    Puskesmas Ciputat, a total of 84 samples were Proportional Random Sampling.

    From this research, the proportion of patients with type 2 DM in Posbindu

    Puskesmas Ciputat which has the status of blood sugar levels is controlled as

    much as 56,0%. The variables associated with the status of blood sugar levels in

    patients with type 2 DM is the application of the type of food (P-value = 0,002).

    Meanwhile, unrelated variables is the application of the amount of food (P-value

    = 0,082), schedule of meals (P-value = 0,108) and physical activity (P-value =

    0,075).

    Suggestions for Puskesmas Ciputat is increasing Posbindu role in

    motivating people, especially people with type 2 DM in order to implement the

    management of type 2 DM and improve the monitoring and periodic evaluation

    of the cadres Posbindu. Suggestion for further research is management can

    include variables not examined in this study and using experimental methods so

    that they can see the four pillars of the management of diabetes will have an

    effect or no effect on blood sugar levels.

    Keywords : Diabetes Mellitus, Application of 3J, Physical Activity, Posbindu,

    Puskesmas

    Bibliography : 65 (2002-2016)

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Identitas Pribadi

    Nama Lengkap : Cesil Magdalena

    Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 25 Mei 1994

    Alamat : Jalan Beo No.71 RT 003/007, Sawah, Ciputat

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Email : [email protected]

    Telepon : 085782428900

    Pendidikan Formal

    2000-2001 : TK Salman ITB Ciputat

    2001-2006 : MI Pembangunan UIN Jakarta

    2006-2009 : MTs Pembangunan UIN Jakarta

    2009-2012 : MA Pembangunan UIN Jakarta

    2012-Sekarang : S1-Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKIK

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pengalaman Organisasi

    2012-2014 : Anggota LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2014-2015 : Ketua LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pengalaman Kerja

    2015 : Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Jombang periode Januari

    s.d. Februari 2015

    2016 : Magang di Puskesmas Ciputat periode Februari s.d. Maret 2016

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    proposal skripsi yang berjudul Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan

    Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita

    Diabetes Mellitus Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun

    2016 dengan baik.

    Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibuku tercinta Dra. Umu Sadiyah dan adikku Annisa Elyana Dewi yang

    senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan

    skripsi ini.

    2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi

    Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Gitalia Budi Utami, S.KM, M.KM

    selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu dan

    arahan untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Dela Aristi, M.KM, Ibu Fitria, S.KM, M.KM selaku

    penguji, terimakasih atas segala kritik dan saran yang membangun sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik.

  • viii

    6. Pihak Puskesmas Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk

    melaksanakan penelitian di Posbindu dan para kader Posbindu yang banyak

    membantu penulis selama proses penelitian.

    7. Sahabat-sahabatku terbaik (Arini Mardatika, Ranti Rahmani, Dini Hanifa

    Sari, dan Ratu Amiratun) yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan

    semangatnya hingga laporan skripsi ini selesai.

    8. Cibengerss (Ofin, Cory, Silmi, Astrid, Widy, Rico, Agin, Nizar, Novaco, Tyo,

    Alviral, dan Tsabit) yang telah memberikan doa, keceriaan, canda, dan tawa

    dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

    9. Teman-teman Kesmas 2012, Peminatan Gizi 2012 khususnya (Andini, Widya,

    Evi, Reiza, Tyas, Nuni dan Arinbe) serta SACIHAS (2012,2013&2014)

    terimakasih untuk segala ilmu, kritik, dan pengalaman yang telah diberikan.

    10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal

    perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

    keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

    saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,

    semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

    Jakarta, Desember 2016

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ i

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iii

    ABSTRAK ............................................................................................................ iv

    ABSTRACT ........................................................................................................... v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

    DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xviii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

    C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7

    D. Tujuan .......................................................................................................... 8

    1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8

    2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8

    E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9

    1. Bagi Puskesmas Ciputat ........................................................................... 9

    2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ....................................... 9

    3. Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 10

  • x

    F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ........................ 10

    A. Diabetes Mellitus ....................................................................................... 10

    1. Definisi ................................................................................................... 10

    2. Klasifikasi ............................................................................................... 10

    3. Diagnosis ................................................................................................ 12

    B. Gula Darah ................................................................................................. 14

    1. Definisi ................................................................................................... 14

    2. Pengendalian Kadar Gula Darah ............................................................ 14

    C. Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................................ 15

    1. Definisi DM Tipe 2 ................................................................................ 15

    2. Gejala DM Tipe 2 ................................................................................... 16

    3. Patofisiologi DM Tipe 2 ......................................................................... 17

    4. Pengelolaan DM Tipe 2 .......................................................................... 17

    D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah ....................................... 20

    1. Tujuan ..................................................................................................... 21

    2. Standar Diet DM Tipe 2 ......................................................................... 22

    3. Jumlah Makanan ..................................................................................... 22

    4. Jenis Makanan ........................................................................................ 27

    5. Jadwal Makan ......................................................................................... 28

    E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah ................................................. 30

    F. Kerangka Teori........................................................................................... 32

    BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

    HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................... 33

  • xi

    A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 33

    B. Definisi Operasional................................................................................... 35

    C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 41

    BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 41

    A. Desain Penelitian ........................................................................................ 41

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41

    C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 43

    1. Populasi .................................................................................................. 43

    2. Sampel Penelitian ................................................................................... 43

    3. Perhitungan Sampel ................................................................................ 44

    4. Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 45

    D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 46

    1. Sumber Data ........................................................................................... 46

    2. Alur Pengumpulan Data ......................................................................... 47

    3. Instrumen Penelitian ............................................................................... 49

    4. Pengukuran ............................................................................................. 49

    E. Pengolahan Data......................................................................................... 52

    1. Penyuntingan Data (Editing) .................................................................. 52

    2. Pemasukan Data (Entry Data) ................................................................ 52

    3. Pemberian Kode (Coding) ...................................................................... 52

    4. Pengoreksian Data (Cleaning Data) ....................................................... 57

    F. Analisis Data .............................................................................................. 57

    1. Analisis Univariat ................................................................................... 57

    2. Analisis Bivariat ..................................................................................... 57

  • xii

    BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 54

    A. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat ........................................................ 54

    B. Hasil Analisis Univariat ............................................................................. 61

    1. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ................... 61

    2. Gambaran Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 .............. 61

    3. Gambaran Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 .................. 62

    4. Gambaran Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 ................... 63

    5. Gambaran Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 .................................... 63

    C. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................... 64

    1. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah

    64

    2. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah65

    3. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah 66

    4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ................. 67

    BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 68

    A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68

    B. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ....................... 69

    C. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah 70

    D. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah ... 72

    E. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah .... 74

    F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ..................... 76

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 73

    A. SIMPULAN ............................................................................................... 73

    B. SARAN ...................................................................................................... 80

  • xiii

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 75

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    2.1 Kriteria Diagnosis DM .................................................................................... 13

    2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring ......... 13

    2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus ........................................................ 15

    2.4 Jadwal Makan Pasien DM ............................................................................... 29

    4.1 Pembagian Sampel .......................................................................................... 46

    5.1 Nama Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ................................... 60

    5.2 Distribusi Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu

    Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 61

    5.3 Distribusi Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu

    Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62

    5.4 Distribusi Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu

    Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62

    5.5 Distribusi Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu

    Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 63

    5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja

    Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................ 63

    5.7 Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah

    Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016

    ............................................................................................................................... 64

    5.8 Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah

    Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016

    ............................................................................................................................... 65

  • xv

    5.9 Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah

    Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016

    ............................................................................................................................... 66

    6.0 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM

    Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................... 67

  • xvi

    DAFTAR BAGAN

    2.1 Kerangka Teori...32

    3.1 Kerangka Konsep .....33

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    4.1 Contoh entry data food recall hari ke-1 dan ke-2

    ...54

    4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam

    ...54

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Skrining Variabel Terkontrol Edukasi Dan Terapi

    Farmakalogis

    Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 3 Formulir Informed Consent

    Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Skripsi

    Lampiran 5 Instrumen

    Lampiran 6 Data Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Ciputat Bulan

    Januari S/D Desember 2015

    Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan

    Lampiran 8 Transkrip Hasil Fakta Lapangan di Posbindu Wilayah Kerja

    Puskesmas Ciputat

    Lampiran 9 Output Analisis Univariat dan Bivariat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing

    manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan

    hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein

    yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya

    (WHO, 2015). Diabetes Mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak

    disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Hal ini

    berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus dan pengelolaan

    yang tidak baik dalam mencegah komplikasi. (Kemenkes, 2013)

    Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) berdasarkan

    etiologinya, DM diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,

    DM gestasional, dan DM tipe lain (PERKENI, 2011). Dari berbagai tipe DM

    yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan kasusnya

    dari 90-95% kasus DM yang terdiagnosis secara keseluruhan (CDC, 2014).

    Umumnya penderita DM tipe 2 mempunyai latar belakang kelainan

    berupa resistensi insulin yang disusul oleh kelelahan Sel pankreas dan ditandai

    dengan kadar gula darah yang meningkat (Waspadji, 2011). Kadar gula darah

    yang tetap tinggi pada penderita DM menimbulkan penyakit penyulit pada

    berbagai organ tubuh seperti pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke,

    pembuluh darah mata menimbulkan kebutaan, pembuluh darah jantung

    menimbulkan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah ginjal menimbulkan

    gagal ginjal kronik (Waspadji, 2011)

  • 2

    Data WHO (2015) menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita

    diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah tersebut kemungkinan akan

    menjadi dua kali lipat di tahun 2025. Data International Diabetes Federation

    (IDF) (2015) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara urutan ke-7

    dengan prevalensi diabetes tertinggi sebesar 10 juta kasus.

    Pada penelitian PERKENI (2011) dengan responden di masyarakat

    umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar gula darah sewaktu melebihi

    200 mg/dL dan 15,63% dengan kadar gula darah 140-199 mg/dL. Dengan

    asumsi prevalensi DM sebesar 4% berdasarkan pola pertambahan penduduk

    seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk

    Indonesia berusia di atas 20 tahun yang berisiko terkena DM.

    Berdasarkan data wawancara Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan bahwa

    prevalensi DM di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1%

    (2013), diketahui Provinsi Banten juga mengalami peningkatan prevalensi DM

    sebesar 0,5% pada tahun 2007 menjadi 1,3% (Kemenkes, 2013). Selain itu,

    berdasarkan laporan Penyakit Tidak Menular di Kota Tangerang Selatan terdapat

    laporan kasus lama DM menurut umur dan jenis kelamin sejumlah 5.599 jiwa

    sedangkan kasus baru sejumlah 509 jiwa (Dinkes Tangsel, 2015). Dari seluruh

    Puskesmas yang berada di Kota Tangerang Selatan, Puskesmas Ciputat termasuk

    ke dalam 3 besar puskesmas yang memiliki prevalensi DM tinggi sebesar 4,7%

    (Dinkes Tangsel, 2014).

    Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar

    gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan

    diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis

    (Waspadji, 2011). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah

  • 3

    penatalaksanaan non-farmakologis yaitu perubahan gaya hidup berupa

    penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik (Sukardji, 2011).

    Diet merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM tipe 2

    (Sukardji, 2011). Tujuan dari adanya penatalaksanaan diet adalah membantu

    penderita diabetes dalam perbaikan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik

    yang lebih baik (Soegondo, 2011). Ketidakpatuhan pasien dalam perencanaan

    makan yang disarankan oleh petugas kesehatan merupakan salah satu kendala

    dalam keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2 (Sukardji, 2011).

    Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran

    dalam aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan,

    (PERKENI, 2011). Jenis dan jumlah makanan yang banyak mengandung gula

    serta jadwal makan yang tidak teratur dapat meningkatkan kadar gula darah

    sehingga terjadilah DM tipe 2 (Idris, 2014). Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan

    jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit mengontrol kadar gula darah dalam

    batas normal (Waspadji, 2013). Jika aturan diet tersebut tidak diikuti maka kadar

    gula darah akan tidak stabil (ADA, 2015). Padahal tujuan dari penatalaksanaan

    DM tipe 2 dalam jangka pendek adalah mencapai target pengendalian glukosa

    darah (PERKENI, 2011).

    Berbagai studi meta-analisis juga sudah menunjukkan pengaruh

    signifikan intervensi diet dengan kadar gula darah. Berdasarkan studi meta-

    analisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi penelitian (randomized controlled

    trial) dalam melihat intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat

    memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah,

    penurunan berat badan, serta profil lipid (p

  • 4

    penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup termasuk diet

    berpengaruh dan efektif terhadap kontrol gula darah serta tujuan dari

    dijalankannya aktivitas (p

  • 5

    Selain itu, terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan

    aktivitas fisik dengan status kadar gula darah. Hasil penelitian cross-sectional

    Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan sampel penderita DM yang merupakan

    masyarakat urban dan rural menunjukkan adanya hubungan signifikan antara

    aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa darah (p

  • 6

    Selain itu, peran antara petugas kesehatan dengan pasien hanya bertemu

    saat adanya kegiatan posbindu yang dilaksanakan satu bulan sekali atau saat

    mereka melakukan kunjungan ke puskesmas. Saat berlangsungnya kegiatan

    posbindu di meja 5, petugas kesehatan kerap lupa menanyakan perkembangan

    diet serta aktivitas fisik dan langsung memberikan obat, padahal penatalaksanaan

    diet dan aktivitas fisik merupakan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan

    terlebih dahulu dalam mengontrol kadar gula darah. Sedikitnya pasien DM tipe 2

    yang berhasil dalam menerapkan aturan diet 3J juga disebabkan karena tidak

    adanya evaluasi penilaian tujuan kegiatan preventif dari pihak Dinas Kesehatan

    Kota Tangerang Selatan.

    Penerapan diet dan aktivitas fisik yang belum sesuai akan menghasilkan

    tidak terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal, timbulnya komplikasi

    dan berbagai penyakit menahun dari penderita DM tipe 2. Dari hasil studi

    pendahuluan dan hasil fakta lapangan peneliti yang telah didapat mengenai

    penerapan diet dan kadar gula darah, membuat peneliti perlu melakukan

    penelitian mengenai hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan

    aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di

    posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    B. Rumusan Masalah

    Penderita DM tipe 2 masih banyak yang belum memahami bagaimana

    penatalaksanaan diet yang sesuai sehingga kadar gula darah menjadi buruk.

    Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit

    mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Sama halnya dengan aktivitas

    fisik, jika aktivitas fisik tidak dilakukan secara benar dan teratur maka resistensi

    insulin akan meningkat dan sensitivitas insulin menurun.

  • 7

    Pada hasil fakta lapangan, sebagian besar penderita DM tipe 2

    menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi dalam sehari-hari sulit

    diterapkan karena harus sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan

    berakibat pada status kadar gula darah yang buruk. Dan dalam hal aktivitas fisik,

    penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga. Selain itu,

    hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat data sekunder laporan

    posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdapat 116 penderita DM tipe 2,

    dimana sejumlah 59 penderita DM tipe 2 (50,8%) masih memiliki kadar gula

    darah sewaktu 200 mg/ dL yang belum mencapai target penurunan kadar gula

    darah. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan penelitian mengenai Hubungan

    Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap

    Status Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Posbindu Wilayah

    Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016.

    C. Pertanyaan Penelitian

    Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian kali ini adalah:

    1. Bagaimanakah gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    2. Bagaimanakah gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    3. Bagaimanakah gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    4. Bagaimanakah gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    5. Bagaimanakah gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe

    2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?

  • 8

    6. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    7. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    8. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat tahun 2016?

    9. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula

    darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat

    tahun 2016?

    D. Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Diketahuinya hubungan antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal)

    dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di

    Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    b. Diketahuinya gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    c. Diketahuinya gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

  • 9

    d. Diketahuinya gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes

    Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    e. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2

    di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    f. Diketahuinya hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    g. Diketahuinya hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status

    kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    h. Diketahuinya hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar

    gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat tahun 2016.

    i. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah

    pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun

    2016.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Puskesmas Ciputat

    Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan oleh Puskesmas

    Ciputat sebagai bahan referensi dalam meningkatkan penerapan 3J (Jumlah,

    Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik agar status kadar gula darah baik pada

    pasien DM tipe 2 melalui kegiatan yang berada di klinik gizi dan posbindu.

    2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan masukan terkait

    masalah kesehatan serta menjadi tambahan kepustakaan di bidang gizi

  • 10

    mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), aktivitas fisik dan kadar

    gula darah pada penderita DM tipe 2.

    3. Bagi Peneliti Lain

    Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk

    melakukan penelitian selanjutnya mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan

    Jadwal), aktivitas fisik dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.

    F. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi

    Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

    antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap kadar

    gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat tahun 2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah penderita DM

    Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Penelitian ini menggunakan

    desain studi cross-sectional. Penelitian dimulai sejak bulan Agustus-Oktober

    2016. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan teknik

    wawancara dengan melihat penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dari

    Formulir Food recall 2x24 jam dan Global Physically Activity Questionnaire

    (GPAQ) untuk aktivitas fisik. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini

    adalah data rekam medik mengenai kadar gula darah penderita DM tipe 2 saat

    penelitian berlangsung di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diabetes Mellitus

    1. Definisi

    Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit

    kencing manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang

    dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme

    karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi

    insulin, kerja insulin, maupun keduanya (WHO, 2015). Dampak atau

    komplikasi akibat Diabetes Mellitus antara lain kebutaan, gagal ginjal,

    penyakit jantung, stroke, dan kaki diabetes (gangrene) sehingga harus

    diamputasi. (Kemenkes, 2013)

    2. Klasifikasi

    Menurut ADA (2012), DM diklasifikasikan berdasarkan etiologinya

    terdiri dari 4 jenis, yaitu:

    a. DM tipe 1

    DM tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat kegagalan sel beta

    pancreas untuk memproduksi insulin dan juga disebut sebagai Insulin

    Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penyakit ini biasa dijumpai pada

    anak-anak dan akan terus membutuhkan suntikan insulin setiap hari.

    Penggunaan yang tidak memadai dari hasil insulin akan menyebabkan

    ketoasidosis dan akibatnya sering memerlukan rawat inap. (ADA, 2012)

  • 12

    b. DM tipe 2

    DM tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat resistensi insulin

    disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi

    insulin (PERKENI, 2011). DM tipe 2 biasa dijumpai pada orang dewasa

    berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini disebut juga sebagai Non Insulin

    Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) karena pada DM tipe 2, insulin

    tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin sedikit menurun atau

    berada dalam rentang normal (ADA, 2012).

    c. DM gestasional

    DM gestasional adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan

    peningkatan gula darah tinggi yang menetap sewaktu kehamilan pada

    wanita yang sebelumnya tidak menderita diabetes sebelum hamil. Wanita

    dengan riwayat DM gestasional harus melakukan skrining untuk melihat

    perkembangan DM setidaknya setiap 3 tahun. (ADA, 2012)

    d. DM tipe lain

    DM tipe ini berhubungan dengan keadaan timbulnya

    hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25 tahun). Hal

    tersebut dikarenakan adanya penyakit lain seperti defek genetik fungsi sel

    beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

    endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang,

    dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. (PERKENI, 2011)

    3. Diagnosis

    Berdasarkan PERKENI (2011), diagnosis DM ditegakkan atas dasar

    pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam penentuan diagnosis DM,

    pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa

  • 13

    secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Diagnosis DM dapat

    ditegakkan melalui tiga kriteria, yaitu:

    Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM

    No Diagnosis DM

    1. Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11,1 mmol/L)

    (Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

    tanpa memperhatikan waktu makan terakhir)

    2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/ dL (7,0 mmol/L)

    (Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)

    3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/ dL (11,1 mmol/L)

    (TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

    yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air)

    Sumber: PERKENI (2011)

    Apabila seseorang tidak menunjukkan adanya gejala DM, maka

    dilakukan pemeriksaan penyaring yang dilakukan pada mereka yang

    mempunyai risiko DM (PERKENI, 2011). Pemeriksaan penyaring dapat

    dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar

    glukosa darah puasa yang dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan

    Penyaring

    No Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti

    DM

    DM

    1 Kadar glukosa

    darah sewaktu

    (mg/ dL)

    Plasma vena

    Darah kapiler

    < 100

    < 90

    100 199

    90 199

    200

    200

  • 14

    No Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti

    DM

    DM

    2 Kadar glukosa

    darah puasa

    (mg/ dL)

    Plasma vena

    Darah kapiler

    < 100

    < 90

    100 125

    90 - 99

    126

    100

    Sumber: PERKENI (2011)

    B. Gula Darah

    1. Definisi

    Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang

    terdapat dalam darah (Parker, 2004). Menurut kamus kedokteran Dorlan

    (2002) gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama

    organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat

    gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l

    (70-150 mg/ dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada

    pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan.

    2. Pengendalian Kadar Gula Darah

    Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yaitu menjaga berat

    badan ideal, penatalaksanaan diet, dan melakukan olahraga/latihan fisik.

    Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang

    memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada

    keadaan yang seperti inilah baru diperlukan terapi farmakologis dengan obat

    anti diabetes (OAD). Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan

    cara diet dan olahraga, gula darah belum terkontrol dengan baik. (Sukardji,

    2011)

  • 15

    Pengendalian kadar glukosa darah berarti menjaga kadar gula darah

    agar sedapat mungkin mendekati normal. Kriteria pengendalian kadar gula

    darah berdasarkan PERKENI (2011) diantaranya adalah:

    Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus

    Baik Sedang Buruk

    Glukosa darah

    puasa (mg/ dL)

    80-109 110-125 126

    Glukosa darah 2

    jam (mg/ dL)

    110-144 145-179 180

    Glukosa darah

    sewaktu

    80-144 145-199 200

    A1C (%) < 6,5 6,5-8 >8

    Kolesterol Total

    (mg/ dL)

    140/90

    Sumber: PERKENI (2011)

    C. Diabetes Mellitus Tipe 2

    1. Definisi DM Tipe 2

    Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit

    kencing manis adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak

    dapat memproduksi insulin yang cukup dan menyebabkan peningkatan

    konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2015). DM tipe 2

    biasa dijumpai pada orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini

    disebut juga sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

  • 16

    karena pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin

    sedikit menurun atau berada dalam rentang normal (ADA, 2012). Dari

    berbagai tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak

    ditemukan kasusnya yaitu sebesar 90 95% dari kasus DM yang terdiagnosis

    secara keseluruhan. (CDC, 2014)

    2. Gejala DM Tipe 2

    Gejala diabetes mellitus tipe 2 dibedakan menjadi gejala akut dan

    kronik menurut Subekti (2011). Gejala akut diabetes mellitus yaitu:

    a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

    Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan penderita DM lebih

    banyak mengeluarkan urin, terutama pada malam hari.

    b. Polidipsi (peningkatan rasa haus)

    Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya

    cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada

    terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang pengeluaran ADH

    (Antidiuretik Hormone) dan menimbulkan rasa haus.

    c. Polyphagia (peningkatan rasa lapar)

    Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah dimetabolisasikan menjadi

    glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga

    penderita selalu merasa lapar.

    d. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lapar

    Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan

    cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber energi untuk

    menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa yang masuk ke

    dalam sel.

  • 17

    Selain itu terdapat gejala kronik pada penderita DM tipe 2 seperti

    gangguan saraf tepi berupa kesemutan, gangguan penglihatan (mata kabur),

    gatal, bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan, dan gangguan ereksi

    (Subekti, 2011).

    3. Patofisiologi DM Tipe 2

    Pada patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang

    berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel pancreas (Brunner dan

    Suddarth, 2002). Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

    permukaan sel. Hasil dari akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,

    terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.

    Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel

    ini. Pada akhirnya, insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

    pengambilan glukosa oleh jaringan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pada DM

    tipe 2, jumlah sel beta berkurang sampai 50 60% dari normal, akan tetapi

    jumlah sel alfa meningkat dan yang terlihat jelas adalah adanya peningkatan

    jumlah jaringan amyloid pada sel beta yang disebut amilin (Suyono, 2011)

    Hormon insulin memiliki tiga lokasi kerja yang utama yaitu otot,

    hepar, dan jaringan adiposa. Pada ketiga tempat ini terdapat sejumlah besar

    aktivitas insulin terhadap kebutuhan zat gizi. Jika terjadi kekurangan hormon

    insulin bukan hanya menimbulkan gangguan metabolisme hidratarang tetapi

    juga gangguan metabolisme protein dan lemak. (Beck, 2011)

    4. Pengelolaan DM Tipe 2

    Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat

    mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun seperti penyakit

  • 18

    serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai,

    penyulit pada mata, ginjal, dan syaraf (Waspadji, 2011). Tujuan dari adanya

    pengelolaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup

    penyandang diabetes. Adapun tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari

    penatalaksanaan DM, untuk tujuan jangka pendek adalah menghilangkan

    keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target

    pengendalian glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu

    mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,

    makroangiopati, dan neuropati. (PERKENI, 2011)

    Tujuan jangka pendek tersebut dapat tercapai jika pasien DM dapat

    mengikuti beberapa penatalaksanaan seperti manajemen gaya hidup (diet dan

    aktivitas fisik), mengikuti dan memahami adanya edukasi DM, dan

    monitoring klinis (farmakologis) (IDF, 2012). Penatalaksanaan tersebut juga

    diadaptasi oleh PERKENI (2011) dengan nama lain empat pilar

    penatalaksanaan DM. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah

    penatalaksanaan non-farmakologis seperti edukasi, penatalaksanaan diet dan

    aktivitas fisik (Waspadji, 2011). Lalu, jika langkah tersebut belum maksimal

    dalam mencapai tujuan pengelolaan, maka dilanjutkan dengan langkah

    intervensi farmakologis (Waspadji, 2011). Berikut penjelasan dari keempat

    pilar penatalaksanaan tersebut:

    a. Penatalaksanaan Diet

    Penatalaksanaan diet merupakan bagian penatalaksanaan

    diabetes secara total. Setiap penderita diabetes sebaiknya mendapat

    penatalaksanaan diet sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai

    sasaran diet. Prinsip penatalaksanaan diet pada penderita DM tipe 2

  • 19

    hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu

    makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat

    gizi masing-masing individu. Tetapi, pada penderita DM tipe 2 perlu

    patuh terhadap keteraturan makan dalam hal jenis makanan, jumlah

    makanan, dan jadwal makan. (PERKENI, 2011)

    Pada studi meta-analisis Morris, et al (2010) terdapat 8 studi

    penelitian (randomized controlled trial) dalam melihat keefektifan

    tatalaksana diet selama lebih dari 3 bulan sampai 1 tahun didapatkan

    hasil bahwa intervensi diet berhasil dalam perbaikan metabolik dan

    perubahan perilaku sehat.

    b. Aktivitas Fisik

    Kegiatan jasmani sehari-hari dan secara teratur (3-4 kali

    seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar

    dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan

    kaki, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan

    jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

    badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

    memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI, 2011)

    c. Edukasi

    DM tipe 2 umumnya terjadi karena perubahan pola gaya hidup

    dan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

    dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan

    motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah secara

    mandiri, tanda, dan gejala serta cara mengatasinya harus diberikan

    kepada penderita. (PERKENI, 2011)

  • 20

    Pada Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak

    Menular (Posbindu PTM) dari Kemenkes (2014) dipaparkan bahwa

    edukasi atau penyuluhan di posbindu dilakukan >6 kali dalam setahun

    dengan cakupan peserta yang hadir saat jadwal posbindu sebesar

    75% sasaran, sehingga dapat terlihat seluruh pasien mendapatkan

    edukasi atau tidak saat jadwal posbindu berlangsung.

    Berdasarkan studi meta-analisis IDF (2012), didapatkan hasil

    bahwa bukti dari 8 studi penelitian randomized controlled trial dan 2

    studi controlled clinical trial menunjukkan keefektifan edukasi dalam

    meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya tatalaksana DM.

    d. Intervensi Farmakologis

    Menurut Dworatzek (2013) jika sasaran glukosa darah belum

    tercapai dengan penatalaksanaan diet dan latihan jasmani, maka

    dilanjutkan dengan intervensi farmakologis. Hal tersebut juga sesuai

    dengan pernyataan Waspadji (2013). Intervensi farmakologis dapat

    berupa obat hipoglikemik oral, suntikan insulin, dan terapi kombinasi

    (PERKENI, 2011).

    D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah

    Setiap pasien DM sebaiknya mendapat penatalaksanaan diet sesuai

    dengan kebutuhannya guna mencapai tujuan pengelolaan. Penatalaksanaan diet

    merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM secara total.

    Berdasarkan ADA (2015) dan PERKENI (2011) terdapat kunci keberhasilan

    penatalaksanaan diet yang dapat terlihat dengan adanya keterlibatan secara

    menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain,

    keluarga pasien dan pasien itu sendiri).

  • 21

    Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan

    peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 terutama setelah

    makan (Holt et al, 2010). Tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah

    terjadinya komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat

    gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi, kadar gula darah

    yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan karena

    pasien kurang berdisiplin dalam menjalankan diet atau tidak mampu

    mengurangi jumlah kalori makanannya (Soegondo, 2007).

    Berdasarkan studi meta-analisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi

    penelitian (randomized controlled trial) yang melibatkan 307 penderita DM tipe

    2 dalam melakukan intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat

    memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah,

    penurunan berat badan, serta profil lipid (p

  • 22

    a. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan secara khusus untuk

    mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah mendekati

    normal, mempertahankan berat badan normal, serta mencegah adanya

    komplikasi diabetes.

    b. Mengatasi kebutuhan gizi pasien DM berdasarkan preferensi, akses

    ketersediaan makanan, serta kemauan dan kemampuan untuk merubah

    perilaku.

    c. Memberikan pesan positif tentang pilihan makanan yang dianjurkan,

    dibatasi, dan tidak dianjurkan.

    d. Pasien DM dapat praktis menjalankan perencanaan makan untuk

    sehari-hari.

    2. Standar Diet DM Tipe 2

    Standar diet DM yang diberikan pada pasien DM sesuai kebutuhan,

    dimana terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi yaitu standar

    diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien DM yang gemuk.

    Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien DM dengan berat badan

    normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien DM

    kurus. (Waspadji, 2007)

    3. Jumlah Makanan

    Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan

    jumlah kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan makan,

    di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang

    besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung

    pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.

  • 23

    Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total,

    protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total.

    a. Kebutuhan Energi

    Ada beberapa cara dalam menentukan jumlah kalori yang

    dibutuhkan orang dengan diabetes, di antaranya adalah dengan

    memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30

    kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung pada

    beberapa faktor antara lain (PERKENI, 2011):

    1) Jenis Kelamin

    Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria.

    Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria

    sebesar 30 kal/kg BB.

    2) Umur

    Penurunan kebutuhan energi bagi pasien yang berusia > 40 tahun

    dengan ketentuan usia 40-59 tahun, kebutuhan energinya

    dikurangi 5%. Pada usia 60-69 tahun, kebutuhan energinya

    dikurangi 10% dan jika usia > 70 tahun, kebutuhan energinya

    dikurangi 20%.

    3) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

    Kebutuhan energi dapat ditambah sesuai dengan intensitas atau

    kategori aktivitas fisik sebagai berikut:

    a) Keadaan istirahat: ditambah 10% dari energi basal

    b) Ringan: pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum,

    ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan energi ditambah

    20% dari kebutuhan energi basal

  • 24

    c) Sedang: pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer

    yang sedang tidak berperang, kebutuhan dinaikkan 30%

    dari energi basal.

    d) Berat: petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari,

    atlet, kebutuhan ditambah 40% dari energi basal.

    e) Sangat berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi,

    kebutuhan harus ditambah 50% dari energi basal.

    4) Status Gizi

    Bila penderita DM tipe 2 kegemukan maka energi dikurangi

    sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan. Bila

    penderita DM tipe 2 kurus, maka energi ditambah sekitar 20-30%

    sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Pada tujuan

    penurunan berat badan. Jumlah kalori yang diberikan paling

    sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal

    untuk pria.

    b. Kebutuhan Karbohidrat dan Pemanis

    Menurut PERKENI (2011), kebutuhan karbohidrat yang

    dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi dan makanan. ADA

    (2015) memaparkan bahwa harus adanya pembatasan konsumsi

    makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi karena indeks glikemik

    makanan dapat mempengaruhi kadar glukosa darah 2 jam setelah

    makan. Makanan dengan indeks glikemik rendah memberikan

    manfaat tidak hanya untuk glikemik postprandial tetapi juga untuk

    profil lipid (ADA, 2015). Sayuran, kacang-kacangan, buah, dan

    gandum merupakan sumber karbohidrat yang kaya akan serat,

  • 25

    mikronutrien, dan vitamin. Namun banyak pasien DM tidak

    mengkonsumsi makanan tersebut secara teratur (ADA, 2015).

    Sejumlah faktor mempengaruhi respon glikemik yang

    terkandung dalam makanan antara lain sifat pati (amilosa,

    amilopektin, pati), jumlah serat makanan dan jenis gula (ADA, 2015).

    Salah satu jenis gula yang tidak boleh digunakan lebih dari 5% total

    asupan energi adalah sukrosa (gula murni) (PERKENI, 2011).

    Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak

    melebihi bata aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake). Dalam

    penggunaannya, pemanis berkalori seperti fruktosa dan gula alkohol

    perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari

    kebutuhan kalori sehari karena dapat memberikan efek samping pada

    lemak darah. (PERKENI, 2011)

    c. Kebutuhan Protein

    Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 10-20% dari

    kebutuhan kalori. Sumber protein yang baik antara lain seafood (ikan,

    udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu

    rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe (PERKENI, 2011).

    Selain itu pada pasien DM tipe 2, protein yang dicerna dapat

    meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan konsentrasi glukosa

    (ADA, 2015).

    d. Kebutuhan Lemak

    Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan

    kalori (ADA, 2015). Lemak jenuh yang diperkenankan < 7% dari

    kebutuhan kalori sedangkan lemak tidak jenuh ganda < 10%,

  • 26

    selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Adapun bahan makanan

    yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan

    lemak trans seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk) dan

    anjuran konsumsi kolesterol sebesar < 200 mg/hari. (PERKENI,

    2011)

    e. Kebutuhan Serat

    Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari. Seperti halnya

    masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi

    cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta

    sumber karbohidrat yang tinggi serat, karena mengandung

    vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.

    (PERKENI, 2011)

    Hasil penelitian Toharin (2015) menunjukkan adanya hubungan

    antara anjuran jumlah makanan dengan status kadar gula darah (p=0,018).

    Hal tersebut menunjukkan jika penderita mengikuti anjuran jumlah makanan

    maka status kadar gula darahnya akan terkontrol. Selain itu, pada penelitian

    Muliani (2013) menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi,

    karbohidrat, protein dan serat dengan status kadar gula darah., tetapi juga

    menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan lemak dengan status

    kadar gula darah.

    Namun, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya

    hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah

    (p=0,868). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden

    belum dapat memenuhi anjuran asupan serat perhari.

  • 27

    4. Jenis Makanan

    Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan

    apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan

    makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007).

    Menurut Almatsier (2006), jenis makanan yang diperbolehkan dalam

    penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber karbohidrat kompleks

    tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu; sumber

    protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,

    dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk

    makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan cara dipanggang,

    dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, Waspadji (2007) juga memaparkan

    bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air,

    makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni

    diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu.

    Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup,

    gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti

    buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, dan bayam

    harus dibatasi tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori

    tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo

    sebaiknya dibatasi. Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan

    kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak,

    selada air, jamur kuping, dan tomat (Waspadji, 2007). Selain itu, makanan

    yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung banyak kolesterol,

    lemak trans, lemak jenuh, dan tinggi natrium (ADA, 2010).

  • 28

    PERKENI (2011) menyebutkan bahwa penderita DM tipe 2 sebaiknya

    menghindari makanan dari jenis gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa,

    sirup, es krim, susu kental manis, selai dan lain-lain; minyak; tinggi natrium

    (garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan.

    Pada penelitian Toharin (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan

    antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah (p=0,001). Selain

    itu, hasil penelitian Verawati, dkk (2014) juga menunjukkan adanya

    hubungan antara jenis makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Menurut

    Verawati, dkk (2014) adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena sebagian

    besar responden sudah mengetahui tentang anjuran diet DM, akan tetapi rata-

    rata responden tidak mengetahui tentang jenis makanan yang mengandung

    karbohidrat kompleks dan sederhana, tidak patuh pada prinsip diet, jadwal

    makan yang tidak tepat, dan konsumsi jenis makanan pantangan.

    Tetapi, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya

    hubungan ketepatan jenis makanan dengan status kadar glukosa darah

    (p=0,063). Dalam penelitian tersebut, responden telah membatasi atau

    menghindari jenis makanan apa saja yang dipantang, akan tetapi dalam cara

    mengolah masih banyak responden yang mengolah makanan dengan cara

    digoreng terus menerus dan berakibat pada konsumsi lemak jenuh melebihi

    kebutuhan per hari dan status kadar gula darah.

    5. Jadwal Makan

    Pasien DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali

    makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut jadwal makan standar

    yang digunakan oleh pasien DM (Waspadji, 2007):

  • 29

    Tabel 2. 4 Jadwal Makan Pasien DM

    Waktu Total Kalori

    Makan Pagi 07.00 20%

    Selingan 10.00 10%

    Makan Siang 13.00 30%

    Selingan 16.00 10%

    Makan Sore/Malam 19.00 20%

    Selingan 21.00 10%

    Sumber : Waspadji (2007)

    Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) untuk melihat apakah

    jadwal makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua

    hari pengujian makan terpisah, masing-masing selama 14 jam. Reponden

    mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00,

    makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00. Didapatkan hasil

    bahwa asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan energi responden pada

    sarapan pagi, siang, dan malam maka glukosa plasma akan mengalami

    penurunan sebesar 10% (p

  • 30

    antara jadwal makan terhadap status kadar gula darah (p=0,460). Tidak

    adanya hubungan tersebut mungkin dpengaruhi oleh banyak faktor seperti

    pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai

    jadwal yang dianjurkan (Putro, 2012). Penyebab lainnya bisa terjadi karena

    jadwal makan yang tidak diikuti dengan jumlah porsi makanan yang

    dianjurkan tidak sesuai dengan kebutuhan (Idris, 2014).

    E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah

    Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot

    rangka dan menghasilkan pengeluaran energi. Berdasarkan tipenya aktivitas fisik

    terbagi menjadi empat yaitu aerobik, kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan.

    Sedangkan berdasarkan intensitasnya aktivitas fisik terbagi menjadi dua yaitu

    aktivitas fisik intensitas sedang dan berat. Aktivitas fisik intensitas sedang adalah

    aktivitas yang menggunakan kekuatan fisik sedang dan membuat peningkatan

    kecil dalam bernafas atau denyut jantung meliputi kegiatan seperti bersepeda,

    jogging, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (menyapu, mengepel), berenang,

    bermain voli, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas fisik intensitas berat adalah

    kegiatan yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan membuat peningkaan

    besar dalam bermafas atau denyut jantung yang meliputi gerakan seperti bermain

    sepak bola, bermain basket, mendaki gunung, mencangkul, menggali dan

    sebagainya (WHO, 2010).

    Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan utama dalam

    pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Dalam PERKENI (2011) juga

    disebutkan bahwa olahraga teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,

    mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar

    kolesterol HDL. Masalah utama pada penderita DM tipe 2 adalah kurangnya

  • 31

    respon reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Karena adanya gangguan

    tersebut, insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel (Ilyas,

    2011).

    Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin dan permeabilitas membrane

    terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat melakukan

    aktivitas fisik, resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin

    meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada DM tipe 2 akan

    berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik tetapi

    bukan merupakan efek menetap atau berlangsung lama. Oleh karena itu, aktivitas

    fisik harus dilakukan secara teratur. (Ilyas, 2011)

    Hasil penelitian cross-sectional Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan

    sampel penderita DM yang merupakan masyarakat urban dan rural menunjukkan

    adanya hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa

    darah (p

  • 32

    F. Kerangka Teori

    Penatalaksanaan DM yang terdiri dari 3 aspek yaitu edukasi, perubahan

    gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), dan terapi farmakologis merupakan

    penatalaksanaan terbaik agar status kadar gula darah yang tinggi dapat terkontrol.

    Berikut ini kerangka teori yang didasarkan pada modifikasi teori IDF (2012),

    PERKENI (2011), Dworatzek (2013) mengenai penatalaksanaan DM tipe 2:

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    Sumber: modifikasi teori IDF (2012), PERKENI (2011), Dworatzek (2013)

    PERUBAHAN

    GAYA HIDUP:

    - Diet (3J)

    - Aktivitas fisik

    TERAPI

    FARMAKOLOGIS

    STATUS KADAR

    GULA DARAH PENATALAKSANAAN

    DM TIPE 2

    EDUKASI

  • 33

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penelitian disusun berdasarkan kerangka teori yang

    telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti

    meliputi variabel independen yaitu penerapan diet (3J) penderita DM tipe 2 dan

    aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu kadar gula darah penderita DM

    tipe 2. Berikut merupakan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian kali

    ini:

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Independen Dependen

    Status Kadar gula

    darah penderita DM

    tipe 2 di Posbindu

    Wilayah Kerja

    Puskesmas Ciputat

    Penerapan diet 3J

    - Jumlah makanan - Jenis makanan

    - Jadwal makan

    Aktivitas Fisik

  • 34

    Alasan memilih penatalaksanaan perubahan gaya hidup yaitu diet dan

    aktivitas fisik diantara penatalaksanaan DM tipe 2 lainnya karena diet dan

    aktivitas fisik merupakan bagian penatalaksanaan gaya hidup diabetes secara

    total dan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan agar kadar gula darah

    tetap dalam keadaan stabil. Variabel edukasi dan farmakologis tidak menjadi

    varibel penelitian tetapi menjadi variabel yang dikontrol untuk mengurangi

    tingkat bias dalam melihat aturan anjuran diet dan aktivitas fisik.

    Pada hasil yang telah didapat, diketahui bahwa variabel edukasi memiliki

    sifat yang homogen karena dilihat dari frekuensi pemberian edukasi di setiap

    posbindu sama yaitu dilakukakan setiap 1 bulan sekali saat adanya jadwal

    posbindu, konten yang diberikan juga sama yaitu materi pencegahan serta

    penanganan DM yang terdapat di leaflet DM tipe 2 dari Dinas Kesehatan Kota

    Tangerang Selatan, dan petugas yang memberikan konten atau materi edukasi

    juga sama yaitu bidan desa dan kader terlatih yang sudah memiliki keterampilan

    dalam memberikan penyuluhan edukasi.

    Selain itu, didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%) pasien DM mengikuti

    edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang artinya sudah mencapai target

    petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes (2014) yaitu 75% sasaran.

    Sedangkan pada variabel terapi farmakologis, di seluruh posbindu

    Puskesmas Ciputat tidak dilakukan pemberian suntik insulin tetapi petugas

    kesehatan memberikan obat diabetes yang sama dengan obat anti diabetes yaitu

    metformin. Alasan lainnya terapi farmakologis tidak diambil karena merupakan

    penatalaksanaan yang bersifat kuratif dan peneliti tidak dapat meneliti lebih jauh

    mengenai hal farmakologis.

  • 35

    B. Definisi Operasional

    Pada penelitian ini dipaparkan mengenai definisi operasional guna menghindari kesalahan persepsi mengenai variabel-variabel

    yang akan diteliti. Berikut definisi operasional penelitian ini yang diuraikan pada tabel 3.1 berikut:

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    Status Kadar

    Gula Darah

    Hasil status pemeriksaan

    kadar gula darah

    penderita DM tipe 2

    berupa gula darah

    sewaktu.

    Rekam medik

    kadar gula

    darah pasien

    yang terdapat

    di Posbindu

    pada bulan

    September

    2016

    Telaah

    dokumen

    0. Baik: Jika hasil pemeriksaan kadar

    gula darah sewaktu sebesar 80-144

    mg/ dL.

    1. Sedang: Jika hasil pemeriksaan kadar

    gula darah sewaktu sebesar 145-199

    mg/ dL.

    2. Buruk: Jika hasil pemeriksaan kadar

    gula darah sewaktu sebesar 200 mg/

    dL.

    Ordinal

  • 36

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    PERKENI (2011)

    Penerapan 3J

    Jumlah makanan Jumlah rata-rata asupan

    karbohidrat, protein,

    lemak, gula murni

    (sukrosa) selama 2x24

    jam.

    Form food

    recall 2x24

    jam.

    Wawancara 0. Baik: Jika responden mengikuti aturan

    jumlah makanan sesuai standar diet

    secara rata-rata dalam 2 hari recall

    yaitu:

    - Karbohidrat: 45-65% dari

    kebutuhan energi

    - Protein: 10-20% dari kebutuhan

    energi

    - Lemak: 20-25% dari kebutuhan

    Ordinal

  • 37

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    energi

    - Gula murni (sukrosa) :

  • 38

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    - Protein hewani tinggi lemak

    - Makanan berkolesterol tinggi,

    sumber lemak trans dan lemak

    jenuh

    1. Tidak baik: Jika responden tidak

    menghindari salah satu jenis makanan

    tersebut dalam 2 hari recall.

    PERKENI (2011); Waspadji (2010);

    Almatsier (2006); Lestari (2011)

    Jadwal makan Pengaturan waktu

    makan (makan pagi,

    siang, malam, dan

    Form food

    recall 2x24

    jam

    Wawancara 0. Baik: Jika jadwal makan responden

    sesuai dengan standar diet DM dalam

    2 hari recall yaitu:

    Ordinal

  • 39

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    selingan) selama 2x24

    jam.

    - Makan pagi jam 06.30-07.30 WIB

    - Selingan pagi jam 09.30-10.30

    WIB

    - Makan siang jam 12.30-13.30

    WIB

    - Selingan siang jam 15.30-16.30

    WIB

    - Makan malam jam 18.30-19.30

    WIB

    - Selingan malam jam 20.30-21.30

    WIB

    1. Tidak baik: Jika responden tidak

    mengikuti salah satu atau lebih aturan

  • 40

    Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

    jadwal makan sesuai standar diet DM

    dalam 2 hari recall

    Waspadji (2007); Amtiria (2016)

    Aktivitas Fisik Aktivitas fisik yang

    biasa dilakukan sehari-

    hari, termasuk saat

    bekerja, olahraga, pergi

    dari satu tempat ke

    tempat lain, maupun

    istirahat selama satu

    minggu terakhir.

    Global

    Physical

    Activity

    Questionnare

    (GPAQ)

    Wawancara 0. Aktivitas ringan, jika nilai

  • 41

    C. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis pada penelitian ini adalah:

    a. Ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula

    darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat.

    b. Ada hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula

    darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat.

    c. Ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula

    darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat.

    d. Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada

    penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.

  • 42

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik

    deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-

    sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan 3J

    (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah

    pada penderita DM tipe 2 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang

    diidentifikasi secara bersamaan atau dalam satu waktu.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di 7 posbindu wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat pada bulan Agustus-Oktober tahun 2016. Pemilihan lokasi penelitian

    yaitu di posbindu memiliki beberapa pertimbangan diantaranya pemberian

    edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik dilakukan di dua tempat yaitu di

    posbindu dan klinik gizi Puskesmas Ciputat. Akan tetapi pasien DM tipe 2 yang

    berkunjung ke klinik gizi tidak semua berasal dari wilayah kerja Puskesmas

    Ciputat dan sangat jarang untuk melakukan kunjungan ulang sehingga peneliti

    memilih posbindu dimana penderita DM tipe 2 juga telah diberikan edukasi

    mengenai diet dan aktivitas fisik dan memudahkan peneliti dalam menentukan

    sampel penelitian.

  • 43

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang

    tercatat di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan

    yang terdiri dari Posbindu Salak, Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan,

    Posbindu Melon, Posbindu Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk

    yaitu berjumlah 116 orang.

    2. Sampel Penelitian

    Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

    dapat mewakili populasi. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian

    ini adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat di posbindu wilayah kerja

    Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi

    pada penelitian ini melihat dari hasil skrining farmakologis.

    Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah penderita DM

    tipe 2 yang tercatat di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Sedangkan

    kriteria eksklusi responden pada penelitian ini adalah responden yang patuh

    dalam meminum obat metformin, dimana terdapat 32 (27,5 %) penderita DM

    tipe 2 yang patuh dalam hal jadwal meminum obat, dosis obat, dan habisnya

    obat yang diberikan oleh petugas kesehatan. Peneliti menanyakan terlebih

    dahulu ke bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat

    berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metformin yang

    diberikan sehingga peneliti menjadikan konsumsi obat metformin sebagai

    penentu patuh tidaknya meminum obat.

  • 44

    3. Perhitungan Sampel

    Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus

    jumlah sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu:

    n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

    Z1-/2 = Derajat kepercayaan (CI 95% = 1,96; =5%)

    Z1- = Kekuatan uji 90% 1,28

    P = Rata-rata proporsi pada populasi

    P = Proporsi populasi status kadar gula darah baik dengan

    penderita DM tipe 2 yang baik dalam penerapan jenis makanan

    0,526 (Ardyana, 2014)

    P = Proporsi populasi status kadar gula darah baik dengan

    penderita DM tipe 2 yang tidak baik dalam penerapan jenis

    makanan 0,167 (Ardyana, 2014)

    Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel minimum didapatkan

    hasil untuk besar sampel sebanyak 35 orang dan karena uji yang dilakukan

    adalah uji beda dua proporsi, maka sampel dikalikan 2 sehingga didapat besar

    sampel minimum untuk penelitian ini adalah 70 orang kemudian ditambahkan

    15% untuk mengurangi missing data. Namun setelah dilakukan penentuan

    eksklusi, dari 116 didapat 32 orang yang patuh mengkonsumsi obat

    metformin maka tidak dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel

    dalam penelitian ini menjadi 84 orang.

  • 45

    4. Teknik Pengambilan Sampel

    Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan

    metode proportionate random sampling, yaitu metode yang digunakan pada

    populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo,

    2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan menghitung jumlah sampel di

    masing-masing posbindu yang menjadi populasi penelitian dalam 3 bulan

    yaitu April-Mei dan Agustus tahun 2016 diantaranya adalah Posbindu Salak,

    Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan, Posbindu Melon, Posbindu

    Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk dimana total penderita DM

    tipe 2 yang tercatat berjumlah 116 penderita DM tipe 2.

    Masing-masing jumlah penderita DM tipe 2 di Posbindu Salak

    berjumlah 20 orang, Posbindu Kunir Putih berjumlah 13 orang, Posbindu

    Rambutan berjumlah 15 orang, Posbindu Melon berjumlah 13 orang,

    Posbindu Alpukat berjumlah 18 orang, Posbindu Melati berjumlah 15 orang,

    dan Posbindu Jeruk berjumlah 22 orang. Adapun rumus yang digunakan

    dalam menentukan proporsi setiap posbindu adalah:

    Keterangan:

    jumlah anggota sampel tiap posbindu

    jumlah anggota populasi tiap posbindu

    jumlah anggota populasi seluruh posbindu

    jumlah anggota sampel seluruh posbindu

    Wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 mempunyai 7 pos

    pembinaan terpadu (posbindu) yang tersebar pada 2 (dua) Kelurahan. Berikut

  • 46

    adalah tabel yang menunjukkan penentuan jumlah sampel yang diambil

    berdasarkan alokasi dari tiap posbindu.

    Tabel 4.1 Pembagian Sampel

    No Kelurahan Posbindu Jumlah

    Responden

    1

    2

    3

    4

    5

    Cipayung

    Salak

    Kunir Putih

    Rambutan

    Melati

    Jeruk

    20/116 x 84 = 14

    13/116 x 84 = 9

    15/116 x 84 = 11

    15/116 x 84 = 11

    22/116 x 84 = 16

    6

    7 Ciputat

    Melon

    Alpukat

    13/116 x 84 = 9

    18/116 x 84 = 14

    Total 84

    Sampel setiap responden diambil secara random sesuai dengan jumlah

    responden yang dibutuhkan. Dari 116 penderita DM tipe 2 yang terpilih

    berdasarkan kriteria, apabila responden tidak sesuai kriteria akan segera

    dilakukan drop out dan dilakukan pemilihan responden dengan pengocokan

    hingga menemukan responden yang sesuai kriteria.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi Kesehatan

    Masyarakat dan dibantu para kader di 7 Posbindu serta bidan desa Puskesmas

    Ciputat. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi sumber data, alur

    pengumpulan data, instrumen penelitian, dan pengukuran.

    1. Sumber Data

    Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder:

  • 47

    a. Data Primer

    Data primer yang langsung diperoleh saat penelitian adalah hasil

    wawancara recall 2x24 jam untuk melihat penerapan aturan 3J (Jumlah,

    Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik dengan kuesioner GPAQ.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai kadar gula

    darah penderita DM tipe 2 yang diperoleh dari data rekam medik

    Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.

    2. Alur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan membagi atas beberapa tahap,

    berikut alur pengumpulan data:

    a. Tahap pertama adalah pada variabel terkontrol edukasi dengan melihat

    frekuensi, konten atau materi, dan siapa yang memberikan edukasi

    tersebut. Selain itu, pada variabel terkontrol edukasi juga dilihat daftar

    hadir penderita DM tipe 2 saat jadwal posbindu dari bulan Agustus 2015-

    Juli 2016 setiap 6 bulan sekali. Didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%)

    pasien DM mengikuti edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang

    artinya sudah mencapai target petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes

    (2014) yaitu 75% sasaran.

    Sedangkan, pada variabel terkontrol terapi farmakologis dilakukan

    pengambilan data dengan melihat jenis obat apa yang diberikan kepada

    penderita DM tipe 2 dan kepatuhan meminum obat dari segi jadwal, dosis

    obat, dan habisnya obat tersebut. Peneliti menanyakan terlebih dahulu ke

    bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat

    berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metf