zahro abdani fauzi-fkik

98
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SUHU TUBUH PEKERJA PABRIK TAHU DI KECAMATAN CIPUTAT TAHUN 2013 Disusun oleh: ZAHRO ABDANI FAUZI 107101001774 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Upload: evapuspitasari

Post on 10-Nov-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ju

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SUHU TUBUH

    PEKERJA PABRIK TAHU DI KECAMATAN CIPUTAT TAHUN 2013

    Disusun oleh:

    ZAHRO ABDANI FAUZI

    107101001774

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1434 H / 2013 M

  • i

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu

    Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ini

    merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli

    penulis atau jiplakan dari karya orang lain, maka penulis bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, Juli 2013

    Zahro Abdani Fauzi

  • ii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

    Skripsi, Juli 2013

    Zahro Abdani Fauzi, NIM: 107101001774

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SUHU TUBUH

    PEKERJA PABRIK TAHU DI KECAMATAN CIPUTAT TAHUN 2013

    xii + 65 halaman, 12 Tabel, 2 gambar

    Fluktuasi suhu tubuh akibat aktifitas fisik dan suhu lingkungan tetap dijaga agar tetap dalam

    batas normal sekitar 37o

    C. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 8 pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat didapatkan 2 pekerja yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6o

    C.

    Dalam Physiological Strain Index suhu tersebut sudah termasuk dalam kategori heat strain ringan,

    dimana pekerja mulai mengeluhkan pusing, kelelahan dan banyak berkeringat. Ketika fluktuasi suhu

    inti tubuh melebihi batas suhu normal beberapa gangguan kesehatan atau bahkan kematian dapat

    terjadi.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang bertujuan

    untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu di

    kecamatan Ciputat. Dilaksanakan pada bulan Februari Juli 2013 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 59 orang dari total populasi sebesar 109 orang pekerja yang telah memenuhi kriteria inklusi

    dan eksklusi. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara variabel

    tekanan panas, usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh dengan suhu tubuh pekerja. Pengukuran

    suhu tubuh pekerja dilakukan dengan menggunakan termometer. Penentuan tekanan panas berdasarkan

    Indeks Suhu Basah dan Bola lingkungan dan beban kerja. Pengukuran ISBB lingkungan dilakukan

    dengan menggunakan Quest Temp 34o sedangkan pengukuran beban kerja dilakukan dengan observasi

    dan wawancara estimasi energi berdasarkan tabel standar analisis tugas NIOSH (1986). Pengukuran

    IMT dilakukan dengan mengunakan meteran dan timbangan berat badan. Untuk usia dan jenis kelamin

    diketahui melalui wawancara.

    Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak 39 dari 59 pekerja (66,1%) yang memiliki

    suhu tubuh lebih dari atau sama dengan 37,6o C. Hasil uji statistik dengan 5% menyatakan bahwa

    tekanan panas berhubungan signifikan dengan suhu tubuh pekerja (P-value = 0,024).

    Untuk mengurangi dan menanggulangi tekanan di tempat kerja pabrik tahu disarankan bagi

    pabrik untuk mengganti cara memasak yang tradisional dengan menggunakan teknik uap seperti pabrik

    tahu yang lain. Selain itu pemilik pabrik juga dianjurkan untuk membuat desain tempat kerja dengan

    menambah jarak dari sumber panas atau memberikan dinding/papan penghalang, menetapakan jadwal

    kerja, menyediakan alat bantu pesawat sederhana dan memberikan pelatihan praktik kerja aman bagi

    pekerja. Untuk menghindari fluktuasi suhu tubuh yang berlebihan akibat bahaya paparan tekanan

    panas disarankan bagi pekerja pabrik tahu untuk mengambil jeda setiap satu jam kerja dan menjaga

    konsumsi air minum.

    Kata Kunci: Suhu tubuh, Heat Stress, Heat Strain

    Daftar Bacaan: 45 (1978 - 2012)

  • iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    PUBLIC HEALTH, OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY

    Skripsi, July 2013

    Zahro Abdani Fauzi, NIM: 107101001774

    Some Factors Related To Workers Body Temperature at Tofu Factory In

    Kecamatan Ciputat Year 2013

    xii + 65 Pages, 12 Tables, 2 Images

    The fluctuation of body temperature caused by physical activities and environmental

    temperature should be maintained in order to be at the normal limit, it is around 37 C. Based on the

    preliminary study that has been done to 8 workers at Tofu factory in Kecamatan Ciputat, it was found

    that there are 2 workers whose body temperature is above 37,6o C. Based on Physiological Strain

    Index, that temperature is categorized as light heat strain, where the worker starts to feel dizziness,

    tiredness, and over-sweat. When the fluctuation of the main body temperature exceeds the normal

    temperature limit, some health disorders or even death can happen.

    This research is quantitative, it used the cross sectional design which aimed to know the

    factors that are related to the workers body temperature at Tofu factory in Kecamatan Ciputat. This study was done in February July 2013. The number of the sample is 59 workers from the total population 109 workers who have met the inclusive and exclusive criteria. Statistical examination was

    done by using Chi Square to know the relationship between the Heat Stress, age, sex, body mass index,

    and the workers body temperature. The measurement of workers body temperature was done using a thermometer. The determination of heat stress was based on Wet Bulb and Globe Temperature

    (WBGT) and the workload. The measurement of WBGT environment was done using Quest Temp 34,

    while the measurement of the workload was done using observation and interview of energy

    estimation based on the standard table of assignment analysis NIOSH (1986). The measurement of

    IMT or body mass index was done using height measuring equipment or stadiometers and body mass

    scale. The age and sex of the sample was known from the interview.

    Based on the result of the study, it was found that 39 out of 59 workers (66,1%) whose body

    temperature is 37,6 C or more than that. The result of statistical test with 5% stated that heat stress has significant relation with workers body temperature (P-value = 0,024).

    To decrease and prevent the work pressure in the tofu factory, it is suggested for the factory to

    change the traditional cooking method into steam technique like the other tofu factory does. Moreover,

    the factory owner should design the work place by adding the space from the heat source or giving a

    wall/preventive board, determine the work schedule, provide the simple equipment and give the

    practical work training, which is safe for workers. To avoid the excessive fluctuation of body

    temperature caused by the danger of heat stress exposure, it is suggested for workers at tofu factory to

    take a short break every hour and keep the water consumption.

    Keywords: Body Temperature, Heat Stress, Heat Strain

    Reading List: 45 (1978-2012)

  • iv

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Zahro Abdani Fauzi

    TTL : Ponorogo, 23 April 1989

    Agama : Islam

    No Telp : (0352) 313317 / 085310655477

    Email : [email protected] / [email protected]

    Alamat : Jln Menur No. 23 RT 02/01 Ds. Gandu Kec. Mlarak Kab. Ponorogo.

    Riwayat Pendidikan

    Tahun Riwayat Pendidikan

    19931995 RA MUSLIMAT Gandu

    19952001 MI MAARIF Gandu

    20012004 MTs AL-ISLAM Joresan

    20042007 MA AL-ISLAM Joresan

    2007Sekarang S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Pengalaman Organisasi

    Tahun Pengalaman Organisasi

    2007Sekarang CSS MORA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    20092010 Dep SosLing CSS MORA UIN Jakarta

    20062007 Ketua Bagian Bahasa PonPes AL-ISLAM Joresan

    20062007 Anggota Jumiyyatul Qurra Ponpes AL-ISLAM Joresan

    20042005 Anggota Forum Ilmiah Santri Ponpes AL-ISLAM Joresan

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan

    semesta alam, Yang mengajar (manusia) dengan perantara Qalam. Atas limpahan

    rahmat, nikmat, taufiq serta hidayah-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini tanpa halangan. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada

    Baginda Nabi Muhammad SAW. Dialah Nabi akhir zaman, suri tauladan bagi

    umatnya di setiap ihwal kehidupan. Beliaulah kotanya ilmu, dengan penuh kasih

    sayang beliau mengajarkan bagaimana berjuang mencari ilmu.

    Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ini disusun dan disajikan sebagai persyaratan

    memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Tidak terlepas atas kebaikan semua pihak yang telah membantu dan memberi

    masukan dalam proses penyusunan skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih

    sedalam-dalamnya kepada:

    1. Ibu tercinta Asna Saadah yang senantiasa memberikan kasih sayangnya.

    Selalu memotivasi penulis untuk selalu bangkit dan mendoakan demi

    kebaikan dan kelancaran urusan penulis.

    2. Ayah Misgiat Fauzi, Kakek Imam Syafaat, adik Alan Amani, Atqiya

    Muslihati dan Award el-Hakam yang selalu mendukung dan mendoakan

    penulis.

    3. dr. Yuli Satar, MARS selaku pembimbing skripsi I. Terima kasih atas

    ilmu, nasihat, saran, arahan, masukan dan kemurahan hati yang diberikan

    dalam menuntun penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan sebaik baiknya.

    4. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku pembimbing skripsi II. Terima

    kasih atas ilmu, nasihat, saran, arahan, masukan dan kemurahan hati yang

  • viii

    diberikan dalam menuntun penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi

    ini. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan sebaik baiknya.

    5. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, M.Kes, Ph.D, Ibu Fase Badriah, SKM,

    M.Kes, Ph.D dan Ibu Izzatu Millah, SKM, M.KKK selaku penguji skripsi

    ini. Semoga ilmu yang diberikan menjadi kebaikan dan bekal yang

    bermanfaat untuk penulis.

    6. Ibu Febrianti, SP, MKM selaku Kepala Prodi Kesehatan Masyarakat

    beseta dosen-dosen lainnya.

    7. Departemen Agama Republik Indonesia, yang telah memberikan

    kesempatan bagi para santri-santri berprestasi untuk menuntut ilmu seluas-

    luasnya melalui program beasiswa S1. Semoga ilmu yang didapat para

    santri dapat berguna bagi Masyarakat, Bangsa, Negara, dan Agama.

    8. Bapak Gozali yang selalu membantu dalam hal persuratan dan perizinan

    pada penulis. Semoga atas keikhlasannya beliau mendapat balasan dari

    Allah SWT.

    9. Nur Najmi Laila, SKM selaku laboran yang membantu setiap hal teknis

    lapangan dan seluruh teman angkatan K3 2007.

    10. Sahabat Nurli Faiz, Muhammad Wahid Muslim, Moch Syamsul MH serta

    seluruh teman CSS MORA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Banyak

    kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari

    semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pribadi juga semua

    pembaca. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan dalam hidup kita. Amiin.

    Ciputat, Juli 2013

    Zahro Abdani Fauzi

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... i

    ABSTRAK ................................................................................................................. ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv

    PANITIA SIDANG SKRIPSI .................................................................................. v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 4

    1.3. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 5

    1.4. Tujuan penelitian ................................................................................. 6

    1.4.1. Tujuan Umum ............................................................................ 6

    1.4.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 6

    1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    1.5.1. Manfaat Bagi Pekerja Pabrik Tahu ............................................ 7

    1.5.2. Manfaat Bagi Peneliti ................................................................ 7

    1.5.3. Manfaat Bagi Fakultas ............................................................... 7

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 9

    2.1. Sistem Termoregulasi Manusia ........................................................... 9

    2.2. Mekanisme Perpindahan Panas ........................................................... 9

    2.3. Heat Stress dan Heat Strain ............................................................... 12

    2.3.1. Definisi Heat Stress dan Heat Strain........................................ 12

    2.3.2. Dampak Kesehatan Yang Ditimbulkan (Heat Stress dan Heat

    Strain)........................................................................................ 13

    2.3.3. Evaluasi Heat Stress dan Heat Strain ....................................... 14

    2.3.3.1. Mengukur Heat Stress ................................................. 14

    2.3.3.2. Mengukur Heat Strain ................................................. 17

    2.4. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh..................... 19

    2.4.1. Tekanan Panas (Heat Stress) .................................................... 19

    2.4.2. Usia ........................................................................................... 20

    2.4.3. Jenis Kelamin ........................................................................... 21

  • x

    2.4.4. Indeks Massa Tubuh (IMT) ...................................................... 21

    2.4.5. Kondisi Kesehatan .................................................................... 22

    2.4.6. Tingkat Aklimatisasi ................................................................ 23

    2.4.7. Konsumsi Alkohol .................................................................... 23

    2.4.8. Pakaian Kerja............................................................................ 23

    2.5. Pengendalian dan Penanggulangan Heat Stress & Heat Strain ......... 23

    2.6. Kerangka Teori ................................................................................... 26

    BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

    HIPOTESIS .............................................................................................. 27

    3.1. Kerangka Konsep ............................................................................... 27

    3.2. Definisi Operasional ........................................................................... 29

    3.3. Hipotesis ............................................................................................. 31

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 32

    4.1. Rancangan Penelitian ......................................................................... 32

    4.2. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 32

    4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 32

    4.4. Sumber Data ....................................................................................... 34

    4.5. Metode Pengambilan Data ................................................................. 34

    4.6. Pengolahan Data ................................................................................. 38

    4.7. Analisis Data ...................................................................................... 39

    BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 41

    5.1. Gambaran Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat ................................... 41

    5.2. Gambaran Proses Produksi Pabrik Tahu ............................................ 42

    5.2.1. Persiapan................................................................................... 42

    5.2.2. Penggilingan ............................................................................. 42

    5.2.3. Pemasakan ................................................................................ 43

    5.2.4. Penyaringan .............................................................................. 43

    5.2.5. Pengendapan ............................................................................. 44

    5.2.6. Pencetakan ................................................................................ 45

    5.3. Gambaran Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan

    Ciputat Tahun 2013 ............................................................................ 45

    5.4. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu

    Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ........ 46

    5.4.1. Tekanan Panas .......................................................................... 47

    5.4.2. Usia ........................................................................................... 48

    5.4.3. Jenis Kelamin ........................................................................... 49

  • xi

    5.4.4. Indeks Massa Tubuh ................................................................. 49

    5.5. Analisis Bivariat Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

    Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun

    2013 .................................................................................................... 50

    5.5.1. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Suhu Tubuh

    Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun

    2013 .......................................................................................... 50

    5.5.2. Hubungan Antara Usia Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ................................. 51

    5.5.3. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Suhu Tubuh

    Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ......... 51

    5.5.4. Hubungan Antara IMT Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ................................. 52

    BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 53

    6.1. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 53

    6.2. Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun

    2013 .................................................................................................... 53

    6.3. Hubungan Antara Tekanan Panas Dengan Suhu Tubuh Pekerja

    Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ................................ 54

    6.4. Hubungan Antara Usia Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ............................................ 59

    6.5. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Suhu Tubuh Pekerja

    Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ................................ 60

    6.6. Hubungan Antara IMT Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ............................................ 61

    BAB VII PENUTUP ................................................................................................ 63

    7.1. Kesimpulan ......................................................................................... 63

    7.2. Saran ................................................................................................... 64

    7.2.1. Bagi Pengusaha ........................................................................ 64

    7.2.2. Bagi Pekerja.............................................................................. 64

    7.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................... 64

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 66

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Estimasi Pengeluaran Energi Berdasarkan Analisis Tugas........................ 16

    Tabel 2.2. Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB ..................................................... 17

    Tabel 2.3 Pengukuran Physiological Strain Index (PSI) Dari Suhu Inti Tubuh ........ 18

    Tabel 2.4 Gejala Heat Strain ...................................................................................... 19

    Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 29

    Tabel 4.1 Perhitungan Besar Sampel Minimal Penelitian ......................................... 34

    Tabel 5.1 Daftar Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat dan Jumlah Pekerjanya

    Tahun 2013 ................................................................................................ 41

    Tabel 5.2 Distribusi Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat

    Tahun 2013 ................................................................................................ 46

    Tabel 5.3 Distribusi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh

    Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 .......................... 47

    Tabel 5.4 Distribusi Beban Kerja Berdasarkan Perhitungan Kalori/Jam Pekerja ...... 48

    Tabel 5.5 Gambaran ISBB Lingkungan Kerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat .. 48

    Tabel 5.6 Hubungan Beberapa Faktor Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013 ................................................... 50

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 28

    Gambar 5.1 Proses Produksi Tahu ............................................................................. 42

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Manusia mempertahankan suhu inti tubuh tetap konstan sekitar 37o

    C agar

    organ-organ vital tubuh dapat terus berfungsi normal (Ministry of Bussines,

    Innovation and Employment, 2012). Fluktuasi suhu inti tubuh akibat aktifitas fisik

    dan suhu lingkungan tetap dijaga agar tetap dalam batas normal. Ketika fluktuasi

    suhu inti tubuh melebihi batas suhu normal beberapa gangguan kesehatan atau

    bahkan kematian dapat terjadi.

    Masalah lingkungan panas lebih sering ditemukan daripada lingkungan dingin.

    Terpapar oleh suhu lingkungan yang tinggi selama bekerja merupakan suatu keadaan

    yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan.

    Peningkatan suhu lingkungan 5,5o

    C dari suhu nyaman (24-26o

    C) dapat menurunkan

    produktifitas kerja 30% (Livchak, 2005). Risiko tingkat cedera kerja dalam

    lingkungan panaspun juga dapat meningkat seiring ketidaknyamanan pekerja

    terhadap suhu lingkungan (Onder dan Sarac, 2005). Selain dapat mengganggu

    kenyamanan, bekerja di lingkungan yang suhunya suhu tinggi juga dapat

    meningkatkan tekanan terhadap mekanisme sistem pertahanan suhu tubuh sehingga

    mengakibatkan gangguan kesehatan (OSHS, 1997). Hasil penelitian di Amerika

    menunjukkan terjadi 400 kematian setiap tahun yang diakibatkan oleh tekanan panas

    (Moreau dan Daater, 2005 dalam Arief, 2012). Sedangkan di Jepang dari tahun 2001-

    2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja selama lebih dari 4 hari karena penyakit

  • 2

    akibat panas. Dari 483 tersebut 63 orang meninggal (Kamijo dan Nose , 2006 dalam

    Arief, 2012).

    Tingginya potensi bahaya pada lingkungan kerja panas tersebut perlu

    diperhatikan dan dikendalikan agar kondisi keselamatan dan kesehatan pekerja tetap

    terjaga. Untuk mencegah hal-hal diatas Pemerintah telah membuat Undang-Undang

    keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada Permenaker No : Per

    13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika dilingkungan kerja.

    Dalam peraturan tersebut pemerintah menetapkan standar suhu lingkungan

    berdasarkan kategori beban kerja dan pola istirahat kerja yang dapat diterima tenaga

    kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan

    sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

    Realitanya belum banyak perusahaan yang menerapkan peraturan tersebut.

    Salah satunya adalah industri tahu di Kecamatan Ciputat. Industri ini tergolong dalam

    industri skala kecil dan menengah dengan jumlah pekerja dibawah 100 orang.

    Perkembangan industri ini cukup subur karena luwes dalam hal tenaga kerja dan tidak

    terlalu mementingkan keahlian khusus dalam seleksi karyawan. Namun hal ini tidak

    diikuti dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran pengusaha terhadap potensi bahaya

    yang dapat mengganggu proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja yang

    sewaktu-waktu dapat mengakibatkan kecelakaan dan merugikan jiwa manusia (Agati,

    2003).

    Salah satu kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan dampak

    bahaya terhadap kesehatan pekerja pabrik tahu adalah iklim kerja panas (Santoso,

    2008). Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di dua tempat pabrik tahu di

  • 3

    Kecamatan Ciputat didapatkan rata-rata hasil Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

    lingkungan kerja 31o C dengan beban kerja sedang. Dibandingkan dengan standar

    iklim kerja Per 13/Men/X/2011 hasil ini sudah melebihi NAB. Hal ini cukup

    berpotensi untuk meningkatkan suhu tubuh pekerja. Dari hasil pengukuran suhu

    tubuh 8 pekerja didapatkan 2 pekerja yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6o C. Dalam

    standar kategori Physiological Strain Index (Moran, 1998) suhu tersebut sudah

    termasuk dalam kategori heat strain ringan, dimana pekerja mulai mengeluhkan

    pusing, kelelahan dan banyak berkeringat. Dari hasil wawancara ternyata rata-rata

    pekerja juga mengeluhkan hal tersebut.

    Selain faktor lingkungan kerja panas, terdapat beberapa faktor lain yang

    berhubungan dengan suhu tubuh pekerja. Seperti dalam penelitian Sari (2007) yang

    menyebutkan bahwa 75% dari 20 responden pekerja PT Indocement Tunggal

    Prakarsa yang bekerja diarea boiler dan mechanist dengan suhu panas diatas NAB

    juga mengalami peningkatan suhu tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) pekerja dalam

    penelitian Sari (2007) berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh pekerja. Dalam

    penelitian Gusman (2008) di sebuah industri logam di Cirebon disebutkan bahwa

    faktor umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan suhu tubuh

    pekerja.

    Masalah tekanan panas yang dialami beberapa pekerja pabrik tahu di

    Kecamatan Ciputat menjadi salah satu potensi bahaya yang perlu untuk diteliti.

    Ditambah lagi belum ada penelitian yang membahas tentang potensi bahaya tersebut

    terhadap suhu tubuh pekerja, menjadikan penelitian lebih lanjut perlu untuk

    dilakukan. Dengan harapan nantinya dapat memberikan sumbangsih penelitian

  • 4

    mengenai kesehatan kerja bagi masyarakat pekerja pabrik tahu dan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN. Atas dasar pertimbangan inilah penelitian

    mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu di

    Kecamatan Ciputat ini dilaksanakan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Pentingnya pengendalian bahaya lingkungan panas dan upaya kesehatan kerja

    di industri tahu di Kecamatan Ciputat masih belum banyak diperhatikan oleh

    pengelola dan tenaga kerja. Kondisi lingkungan kerja yang sehat dan nyaman masih

    jarang ditemukan di beberapa pabrik tahu di Kecamatan Ciputat. Intensitas beban

    kerja yang cukup berat dan suhu lingkungan yang cukup tinggi menjadikan tekanan

    panas di dua pabrik tahu di Kecamatan Ciputat melebihi batas NAB yang ditetapkan

    Pemerintah. Hal ini dapat berpengaruh terhadap keseimbangan suhu tubuh pekerja.

    Bila ini terus dibiarkan dapat mengakibatkan serangkaian penyakit akibat panas yang

    sangat merugikan bagi kesehatan pekerja dan menurunkan produktifitas kerja.

    Tingginya potensi bahaya tersebut ditambah belum adanya penelitian sejenis yang

    membahas tentang pabrik tahu di Kecamatan Ciputat menjadikan penelitian mengenai

    faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013 perlu dilaksanakan.

  • 5

    1.3. Pertanyaan Penelitian

    1. Bagaimana gambaran suhu tubuh pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013?

    2. Bagaimana gambaran tekanan panas pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013?

    3. Bagaimana gambaran usia pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat

    tahun 2013?

    4. Bagaimana gambaran jenis kelamin pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013?

    5. Bagaimana gambaran IMT pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat

    tahun 2013?

    6. Apakah terdapat hubungan antara tekanan panas dengan suhu tubuh

    pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013?

    7. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan suhu tubuh pekerja pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013?

    8. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan suhu tubuh

    pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013?

    9. Apakah terdapat hubungan antara IMT dengan suhu tubuh pekerja pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013?

  • 6

    1.4. Tujuan Penelitian

    1.4.1. Tujuan Umum

    Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    1.4.2. Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran suhu tubuh pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013.

    2. Diketahuinya gambaran tekanan panas pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013.

    3. Diketahuinya gambaran usia pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat

    tahun 2013.

    4. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pekerja pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat tahun 2013.

    5. Diketahuinya gambaran IMT pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat

    tahun 2013.

    6. Diketahuinya hubungan antara tekanan panas dengan suhu tubuh pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    7. Diketahuinya hubungan antara usia dengan suhu tubuh pekerja pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    8. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan suhu tubuh pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

  • 7

    9. Diketahuinya hubungan antara IMT dengan suhu tubuh pada pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1.5.1. Manfaat Bagi Pekerja Pabrik Tahu

    Diharapkan pekerja pabrik tahu dapat mengetahui faktor-faktor yang

    berhubungan dengan suhu tubuh, sehingga dapat lebih waspada terhadap kondisi

    dan hal-hal yang dapat menimbulkan tekanan panas yang berlebihan yang sewaktu-

    waktu dapat mengganggu keseimbangan suhu tubuh pekerja.

    1.5.2. Manfaat Bagi Peneliti

    Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang

    berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu, serta sebagai penerapan ilmu

    yang telah didapat selama kuliah.

    1.5.3. Manfaat Bagi Fakultas

    Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan di bidang kesehatan dan

    keselamatan kerja dalam hal kesehatan pekerja pabrik tahu.

    1.6. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan februari sampai juli tahun 2013 di

    seluruh lokasi pabrik tahu di Kecamatan Ciputat. Dengan tujuan untuk mengetahui

    faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja pabrik tahu. Sifat

    penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional terhadap

    59 pekerja.

  • 8

    Penelitian ini dilaksanakan karena berdasarkan studi pendahuluan yang telah

    dilakukan, didapatkan hasil bahwa rata-rata tekanan panas dibeberapa titik yang ada

    di dua pabrik tahu di Kecamatan Ciputat melebihi batas NAB (31oC ISBB dengan

    beban kerja sedang). Begitu juga hasil pengukuran suhu tubuh terhadap delapan

    pekerja pabrik didapatkan dua pekerja yang memiliki suhu tubuh lebih dari 37,6oC

    (heat strain ringan), dimana rata-rata pekerja dalam wawancara mengeluhkan pusing,

    kelelahan dan banyak berkeringat.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Diambil dari

    hasil observasi dan pengukuran langsung terhadap responden. Data hasil tersebut

    akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dianalisa dengan uji

    statistik menggunakan rumus chi square untuk melihat hubungan antara variabel

    independen dengan variabel dependen.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sistem Termoregulasi Manusia

    Suhu tubuh dipertahankan tetap konstan (homeotherm) sekitar 37o

    C dalam

    berbagai kondisi lingkungan oleh sistem pengaturan suhu (Hunt, 2011). Sistem

    pengaturan suhu (thermoregulatory system) tersebut diatur oleh hypothalamus di

    otak. Hypothalamus mengatur tekanan otot, tekanan pembuluh darah dan pengaturan

    kelenjar keringat. Hypothalamus memiliki kemampuan merespon panas dan dingin

    yang berfungsi menerima informasi suhu tubuh dan mengirimkan pesan kekulit, otot

    dan organ lainnya untuk mengatur suhu tubuh agar tetap normal (LaDou, 2006).

    Suhu tetap merupakan kesetimbangan antara panas yang dihasilkan didalam

    tubuh dengan panas yang dikeluarkan ke lingkungan (Sumamur, 1996). Ketika suhu

    tubuh meningkat, otak memberikan pesan untuk mengeluarkan keringat dan

    meningkatkan aliran darah dikulit. Dan ketika suhu turun, otak memberikan pesan

    untuk menurunkan aliran darah dan menggigil (Kenney dalam Hunt, 2011).

    2.2. Mekanisme Perpindahan Panas

    Tubuh menjaga suhu konstan agar sistem organ tubuh dapat berfungsi optimal.

    Ketika panas terus diproduksi oleh tubuh, panas yang hilang ke lingkungan harus

    tetap seimbang untuk mencegah fluktuasi kenaikan suhu inti tubuh (Hunt, 2011).

    Seluruh proses biologis seperti aktifitas mekanis, reaksi kimia dan transpor aktif

    memerlukan energi dalam bentuk Adenosine Triphosphate (ATP). Karbohidrat,

    lemak dan protein dalam makronutrien dibongkar untuk proses metabolisme dan

  • 10

    menghasilkan energi. Sekitar 40% dari energi ini disimpan dalam rantai ATP yang

    mana dapat digunakan untuk aktifitas eksternal. Sedangkan 60% sisanya keluar

    sebagai panas (McArdle dalam Hunt, 2011). Metabolisme basal diperlukan tubuh

    untuk menjaga kelangsungan hidup. Dari metabolisme basal tersebut tubuh selalu

    menghasilkan panas. Dalam keadaan istirahat sekitar 1,2 kkal/menit energi panas

    dihasilkan dalam metabolisme. Sedangkan dalam beraktifitas, metabolisme dapat

    lebih meningkat (Nadel dalam Hunt, 2011). Untuk mencegah efek yang merugikan

    dari naiknya suhu inti tubuh yang melebihi batas aman, jumlah panas yang dihasilkan

    harus seimbang dengan jumlah panas yang hilang.

    Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa panas mengalir dari tubuh

    yang panas ke lingkungan yang dingin (Parsons, 2003). Dari proses ini, terdapat

    beberapa cara panas untuk mengalir dari permukaan kulit ke lingkungan, yaitu

    melalui cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Parsons, 2003).

    Konduksi merupakan proses transfer panas melalui kontak langsung antara dua

    permukaan benda. Melalui konduksi, udara disekitar tubuh menjadi hangat karena

    menyeimbangkan suhu kulit. Proses ini dapat menjadi buruk bila lingkungan

    memiliki tingkat panas yang sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan

    kulit (McArdle dalam Hunt, 2011).

    Agar panas yang hilang tetap kontinyu ke lingkungan, pergerakan udara sekitar

    tubuh harus terus mengalir. Hal ini bertujuan agar uap air dan gas sekitar tubuh terus

    berganti. Proses perpindahan panas dari tubuh kelingkungan dengan melibatkan

    gerakan media itu sendiri dikenal sebagai konveksi (McArdle dalam Hunt, 2011).

  • 11

    Hilangnya panas dari tubuh juga dapat terjadi melalui radiasi. Dengan radiasi,

    gelombang elektromagnetik panas menyebar dari permukaan kulit yang hangat ke

    permukaan dingin di dekatnya yang tidak bersentuhan langsung dengan individu.

    Pada saat istirahat, sebagian besar panas hilang melalui radiasi (McArdle dalam Hunt,

    2011).

    Cara terakhir hilangnya panas dari tubuh adalah evaporasi. Ketika terpapar

    lingkungan yang panas, tubuh akan memproduksi keringat yang menyebar di seluruh

    permukaan kulit. Air keringat menyerap panas dari tubuh. Yang mana dengan panas

    tersebut keringat mendapatkan energi kinetik untuk menguap. Uap air masuk udara

    dan menjauhi tubuh sehingga panas tubuh menjadi berkurang. Dalam jumlah kecil,

    hilangnya panas melalui proses penguapan juga terjadi di paru-paru selama respirasi.

    Dimana udara yang masuk menjadi hangat dan lembab sebelum dihembuskan

    (Brooks dalam Hunt, 2011).

    Berikut ini rumus keseimbangan suhu tubuh dapat diperoleh melaui persamaan

    berikut:

    M W = Cres+ Eres + K + C+ R + E + S

    Dimana:

    M = rata-rata metabolisme C = konveksi

    W = kekuatan mekanis (aktifitas) R = radiasi

    Cres = konveksi dari pernapasan E = evaporasi

    Eres = evaporasi dari pernapanasan S = Panas tubuh

    K = konduksi

    Sumber: International Organization for Standardizations 2004

  • 12

    2.3. Heat Stress dan Heat Strain

    2.3.1. Definisi Heat Stress dan Heat Strain

    Tekanan panas (Heat Stress) menurut Sumamur (1996) adalah kombinasi

    dari temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi

    dengan produksi panas oleh tubuh. Dalam pengertian lain menurut (ACGIH 2001),

    tekanan panas merupakan batasan kemampuan pekerja dalam menerima panas dari

    kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor

    lingkungan (seperti temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi

    perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Pada saat heat stress mendekati

    batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan

    meningkat.

    Sedangkan pengertian heat strain menurut DiCorleto dalam Hunt (2011)

    adalah gambaran respon fisiologis tubuh akibat terpapar tekanan panas. MBIE

    (2012) menjelaskan bahwa manusia menjaga suhu inti tubuh tetap konstan sekitar

    37oC agar organ vital tubuh dapat berfungsi normal. Ketika tubuh terpapar tekanan

    panas, sistem fisiologis tubuh akan merespon untuk mempertahankan suhu inti

    tubuh agar tetap dalam batas suhu konstan tersebut dengan meningkatkan proses

    hilangnya panas melalui berkeringat. Ketika proses hilangnya panas ini seimbang

    dengan produksi panas tubuh, suhu tubuh akan stabil. Namun jika tidak seimbang,

    suhu tubuh akan terus naik melebihi batas suhu yang aman bagi tubuh (DiCorleto

    dalam Hunt, 2011).

  • 13

    2.3.2. Dampak Kesehatan Yang Ditimbulkan (Heat Stress & Heat Strain)

    Paparan panas terhadap tubuh secara akumulatif dapat menimbulkan

    berbagai masalah kesehatan. Menurut Arief (2012) masalah kesehatan yang terjadi

    akibat heat strain adalah:

    1. Heat Rash

    Merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit

    akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi

    lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan pakaian.

    Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagaian kecil area kulit atau bagian

    tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi keringat

    tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6 minggu.

    2. Heat Syncope

    Adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan

    ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas

    pada waktu yang cukup lama.

    3. Heat Cramp

    Gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada kaki, tangan

    dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan

    karena ketidak seimbangan cairan dan garam selama melakukan kerja

    fisik yang berat di lingkungan yang panas.

    4. Heat Exhaustion

    Diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi

    ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari

  • 14

    air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya adalah keringat

    sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual, pernapasan pendek dan

    cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37C - 40C).

    5. Heat Stroke

    Adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait

    dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini

    dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit ini adalah

    detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40oC atau lebih, panas, kulit

    kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di

    tubuh korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental

    dan pingsan.

    2.3.3. Evaluasi Heat Stress dan Heat Strain

    2.3.3.1. Mengukur Heat Stress

    Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, bahwa tekanan panas

    merupakan kombinasi dari temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan

    gerakan udara dan suhu radiasi dengan produksi panas oleh tubuh. Pemenaker

    2011 telah menetapkan Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe

    Temperature) yang selanjutnya disingkat ISBB sebagai standar pengukuran panas

    dilingkungan.

    Menurut Permenaker No: 13/Per/X/2011, ISBB adalah parameter untuk

    menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara

    kering, suhu basah alami dan suhu bola. Pengukuran ISBB menurut OSHA dapat

  • 15

    dilakukan secara kontinyu (selama 8 jam kerja) atau hanya pada waktu-waktu

    paparan tertentu. Pengukuran seharusnya dilakukan dengan periode waktu

    minimal 60 menit. Sedangkan untuk pajanan yang terputus-putus minimal selama

    120 menit.

    Hasil ISBB adalah nilai derajat suhu dalam Celsius. Dengan perhitungan

    rumus sebagai berikut:

    1. ISBB untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:

    ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.

    2. ISBB untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi:

    ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

    Sedangkan pengukuran produksi panas tubuh metoda yang bisa

    digunakan adalah dengan melakukan estimasi panas metabolik (beban kerja),

    yaitu dengan menggunakan tabel pengeluaran energi dan melakukan analisis

    tugas (NIOSH, 1986).

  • 16

    Tabel 2.1

    Estimasi Pengeluaran Energi Berdasarkan Analisis Tugas

    A. Body position and movement Kcal/min *

    Sitting

    Standing

    Walking

    Walking uphill

    0,3

    0,6

    2,0 3,0 Add 0,8 per meter

    rise

    B. Type of work Average Kcal/min Range Kcal/min

    Hand work

    Light

    Heavy

    Work one arm

    Light

    Heavy

    Work both arm

    Light

    Heavy

    Work whole body

    Light

    Moderate

    Heavy

    Very heavy

    0,4

    0,9

    1,0

    1,8

    1,5

    2,5

    3,5

    5,0

    7,0

    9,0

    0,2 1,2

    0,7 2,5

    1,0 3,5

    2,5 9,0

    C. Basal metabolism 1,0

    D. Sample calculation ** Average Kcal/min

    Assembling work with heavy hand

    tools

    Standing

    Two arm work

    Basal metabolism

    Total

    0,6

    3,5

    1,0

    5,1

    * For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1,8 m2 body surface (19,4 lt

    2)

    ** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial

    screening

    Sumber: Criteria for a recommended standard, Occupational Exposure to Hot

    Evironments, Revised Criteria 1986, NIOSH.

    Setelah hasil ISBB lingkungan dan beban kerja didapatkan, langkah

    selanjutnya adalah membandingkan dengan standar Permenaker No 13/X/2011

    tentang iklim kerja.

  • 17

    Tabel 2.2

    Pengaturan Waktu Kerja dengan ISBB

    Pengaturan waktu kerja

    setiap jam

    ISBB (oC)

    Beban Kerja

    Ringan Sedang Berat

    75% - 100% 31,0 28,0 -

    50 % - 75% 31,0 29,0 27,5

    25% - 50% 32,0 30,0 29,0

    0% - 25% 32,2 31,1 30,5

    Sumber : Permenaker No. Per-13/MEN/X/2011.

    Catatan:

    - Beban kerja ringan membutuhkan kalori 200 kkal / jam.

    - Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 - 350 kkal/ jam.

    - Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 - 500 kkal /jam.

    2.3.3.2. Mengukur Heat Strain

    Menurut OSHA (2012) mengukur heat strain dapat dilakukan dengan

    pemantauan denyut jantung, suhu inti tubuh dan keluhan subjektif pekerja.

    pengukuran denyut jantung dilakukan dengan cara mengukur recovery heart rate.

    Yaitu jenis pengukuran denyut jantung untuk mengevaluasi pengendalian tekanan

    panas. Dengan denyut jantung setelah kerja (HRR1) tidak boleh melebihi 110

    beats per minute (bpm). Atau HRR3 pada menit ketiga tidak melebihi 90 bpm.

    Atau selisih HRR1 dengan HRR3 tidak boleh melebihi 10 bpm.

    Pengukuran heat strain selanjutnya yaitu pemantauan suhu inti tubuh

    (Core Body Temperature). Merupakan pengukuran utama untuk mengevaluasi

    heat strain. Untuk mendapatkan gambaran suhu inti tubuh, dapat dilakukan

    pengukuran suhu pada daerah esofagus atau daerah rektal. Namun dalam

  • 18

    penelitian di lapangan, dua area tersebut menjadi kendala karena alasan

    ketidaknyamanan, faktor keamanan, ketidakmauan partisipan untuk dilakukan

    pengukuran dan membatasi aktifitas gerak partisipan. Sehingga beberapa tahun

    terakhir digunakanlah pengukuran suhu oral, yang secara luas dapat diakukan

    terhadap partisipan tanpa mengganggu aktifitas normal mereka (Hunt, 2011).

    Pengukuran suhu oral menurut Bernard (2006) cukup menggambarkan suhu inti

    tubuh dengan menambahkan 0,5oC.

    Berikut ini tingkat gejala heat strain berdasarkan Physiological Strain

    Index (PSI) dalam ukuran suhu tubuh inti menurut Moran dkk (1998):

    Tabel 2.3

    Pengukuran Physiological Strain Index (PSI) Dari Suhu Inti Tubuh

    Strain PSI to C

    No/Little

    0 37,12

    1 37,15

    2 37,35

    Low 3 37,60

    4 37,77

    Moderate 5 37,99

    6 38,27

    High 7 38,60

    8 38,70

    Sumber: Moran dkk (1998)

    Evaluasi heat strain yang terakhir yaitu pemantauan keluhan subjektif

    yang dialami pekerja. Menurut OSHS (1997) keluhan subjektif pekerja terhadap

    heat strain dimulai dengan sakit kepala. Gejala lain juga mungkin timbul yaitu

  • 19

    keram otat, perubahan pola napas, keringat berlebih dan bintik-bintik merah pada

    kulit.

    Tabel 2.4

    Gejala Heat Strain

    Kriteria

    Observasi

    Heat Strain

    Gejala Awal Ringan Berat

    Keram otot

    Ya, dapat menjadi

    berat biasanya

    pada tangan dan

    perut

    Ya, dapat menjadi

    berat biasanya

    pada tangan dan

    perut

    Ya, (mungkin

    dengan gangguan

    hebat atau kejang

    otot)

    Napas Berubah Cepat

    Napas dalam pada

    awal kemudian

    dangkal

    Denyut nadi Berubah dangkal Menurun cepat

    Kelemahan Ya Pada seluruh

    tubuh Ya (berat parah)

    Kulit Hangat dan

    lembab

    Dingin hingga

    lembab panas Kering dan panas

    Keringat Banyak banyak Sedikit atau tidak

    sama sekali

    Tingkat

    kesadaran

    Performa

    berkurang,

    kadang-kadang

    pusing

    Sakit kepala,

    pusing seperti

    ingin pingsan.

    Kebingungan,

    kekuatan

    menurun, hilang

    kesadaran, pupil

    dilatasi,

    kemungkinan

    koma atau

    kematian.

    Sumber: OSHS (1997)

    2.4. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh

    2.4.1. Tekanan Panas (Heat Stress)

    Tekanan panas adalah total panas tubuh seseorang yang berasal dari

    kombinasi panas metabolik (internal) dan panas lingkungan (eksternal). Yang

    dimaksud dengan panas metabolik adalah hasil sampingan (by-product) dari proses

  • 20

    kimia yang terjadi pada sel, jaringan dan organ (Fundamentals of industrial

    Hygiene, 4 th edition, Thermal stress). Panas yang dihasilkan dari proses

    metabolisme tersebut berasal dari aktivitas manusia. Tekanan panas merupakan

    faktor penyebab utama naiknya suhu tubuh. Menurut penelitian Fanani (2011),

    pekerja industri krupuk yang mengeluhkan gejala heat strain (suhu tubuh tinggi,

    kelelahan dan pusing), terpapar tekanan panas selama bekerja. Dalam penelitian

    Sari (2007) disebutkan ada hubungan antara tekanan panas dengan peningkatan

    suhu tubuh.

    2.4.2. Usia

    Usia merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dikontrol. Walaupun tidak

    banyak penelitian yang menyebutkan bahwa penyesuaian terhadap lingkungan baik

    panas maupun dingin bergantung pada usia seseorang, akan tetapi beberapa

    pengamatan menunjukkan usia seseorang berhubungan terhadap penurunan

    aktivitas fisik yang terkait dengan penyesuaian tubuh dengan lingkungan panas.

    Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa

    lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa

    awal. Lansia sensitif terhadap suhu eskrim, karena kemunduran mekanisme kontrol,

    terutama pada kontrol vasomotor, penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan

    aktivitas kelenjar, dan penurunan metabolisme (Pearce, 1990).

    Menurut Bartnicki dalam Graveling (1988), usia optimum seseorang

    menyesuaikan diri dengan panas adalah 31-35 tahun, di atas usia 40 tahun tingkat

    toleransi terhadap panas menurun. Hal ini juga didukung oleh NIOSH (1986) yang

  • 21

    menyatakan usia di atas 40 tahun terkait dengan respon fisiologis kelenjar keringat

    yang sudah menurun.

    2.4.3. Jenis Kelamin

    Menurut Yousef dalam Bishop (1997), tingkat toleransi perempuan terhadap

    termoregulasi lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian ini didukung

    juga oleh Hertig, Wyndham dan Fox dalam Bishop, 1997 bahwa tingkat produksi

    keringat pada perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki. Ada beberapa perbedaan

    fisiologis mendasar antara perempuan dan laki-laki yang menyebabkan perbedaan

    dalam tingkat aklimatisasi.

    Diantara perbedaan fisiologis mendasar antara pria dan wanita yaitu fluktuasi

    hormon estrogen dan progesteron terkait dengan siklus menstruasi yang dapat

    mengubah kinerja dan toleransi terhadap lingkungan panas (Lindle dkk, 1997).

    Nunneley (1978) menyimpulkan bahwa dibandingkan laki-laki yang sama-sama

    dalam tekanan panas, perempuan memiliki suhu inti dan suhu kulit yang lebih

    tinggi, denyut jantung yang lebih cepat dan tingkat berkeringat yang lebih rendah.

    2.4.4. Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Menurut Cheung (2000), Individu dengan proporsi lemak tubuh yang lebih

    tinggi memiliki toleransi panas yang lebih rendah karena penurunan kemampuan

    menyimpan panas tubuh. Secara sederhana orang yang tidak gemuk mempunyai

    luas permukaan tubuh lebih kecil daripada orang yang gemuk sehingga panas yang

    hilang dari tubuh akibat evaporasi lebih sedikit. Selain itu orang yang gemuk

    mempunyai fungsi sirkulasi yang lebih buruk daripada orang yang tidak gemuk.

  • 22

    Orang yang tidak berbadan gemuk relatif lebih tahan panas pada saat melakukan

    pekerjaan mulai dari kapasitas kerja minimum sampai kapasitas kerja maksimum.

    Pekerja dengan berat badan berlebih mempunyai risiko tinggi dalam lingkungan

    panas maupun dingin karena ketidakseimbangan transfer panas tubuh (MBIE,

    2012).

    2.4.5. Kondisi Kesehatan

    Pekerja yang sakit berisiko tinggi terkena stress lingkungan kerja. Menurut

    Bishop (1997), demam dapat menimbulkan efek pada sistem saraf dan suhu tubuh

    di atas kondisi nomal. Ini artinya beberapa pekerja yang demam akan menghasilkan

    penyimpanan panas lebih tinggi dari kondisi normal dan ini sangat berbahaya bagi

    pekerja.

    2.4.6. Tingkat Aklimatisasi

    Aklimatisasi adalah penyesuaian tubuh terhadap panas. Diantara faktor-

    faktor yang dapat dikontrol, yang paling penting adalah aklimatisasi. Ketika pekerja

    terpapar kondisi lingkungan kerja panas 1 sampai 6 minggu, orang tersebut akan

    secara perlahan-lahan berkeringat lebih banyak, seringkali meningkatkan sekresi

    maksimal keringat 2 sampai 3 liter/jam (Guyton, 1997). Evaporasi keringat yang

    lebih bayak ini dapat memudahkan panas dari tubuh dengan kecepatan lebih dari 10

    kali kecepatan pembentukan panas basa normal. Peningkatan efektivitas mekanisme

    berkeringat ini disebabkan oleh peningkatan langsung pada kemampuan kelenjar

    keringat itu sendiri.

  • 23

    2.4.7. Konsumsi Alkohol

    Menurut NIOSH (1986), alkohol merusak fungsi susunan saraf pusat dan

    tepi, serta berpengaruh terhadap terjadinya hypohidration dengan menekan poduksi

    hormon ADH. Mengkonsumsi alkohol selarna bekerja sebaiknya dilarang, karena

    mengurangi toleransi tubuh terhadap panas dan menaikkan risiko terjadinya heat

    illness.

    2.4.8. Pakaian Kerja

    Pakaian kerja merupakan alat pelindung diri yang sangat penting jika pekerja

    berada di daerah dengan suhu tinggi. Dengan media perantara, jumlah paparan

    panas ke kulit dapat dikurangi. Pekerjaan dengan pancaran panas yang tinggi,

    seringkali tergantung kepada pantulan pakaian yang digunakan (Alpaugh, 1988).

    Efek dari pakaian sulit untuk dikaji sejak terjadinya penurunan kehilangan panas

    melalui radiasi dan konveksi. Terjadinya penurunan tersebut sangat dipengaruhi

    oleh banyak faktor antara lain ketebalan bahan pakaian, warna, dan apakah pakaian

    tersebut longgar atau tidak.

    2.5. Pengendalian dan Penanggulangan Heat Stress & Heat Strain

    Untuk mengendalikan pengaruh paparan tekanan panas terhadap tenaga kerja

    perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas

    kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat

    faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan

    sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar. Di samping itu koreksi

  • 24

    itu juga dimaksudkan untuk menilai efektifitas dari sistem pengendalian yang telah

    dilakukan di masing-masing tempat kerja (Tarwaka, 2004).

    1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.

    2) Mengurangi beban panas radiasi dengan cara pengendalian teknis

    (engineering control):

    a. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan

    panas.

    b. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.

    c. Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan

    panas.

    3) Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui

    ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara

    mekanis (mechanical cooling).

    4) Aklimatisasi (OSHA)

    Proses penyesuaian diri terhadap panas biasanya membutuhkan 5-7 hari.

    Setelah masa aklimatisasi, tuntutan kardiovaskular pekerja menjadi lebih

    sedikit, berkeringat lebih efisien dan dapat lebih mudah mempertahankan

    suhu tubuh normal. Pemberian waktu untuk aklimatisasi dapat mengurangi

    risiko penyakit yang berhubungan dengan suhu panas bagi pekerja baru.

    5) Penggantian cairan (OSHA)

    Air dingin (50 - 60F) diusahakan selalu tersedia bagi pekerja untuk

    mendorong mereka untuk minum sedikit namun sering. Misalnya, satu

  • 25

    gelas setiap 20 menit. suplai air yang cukup dapat menggantikan cairan

    tubuh yang hilang ketika bekerja dilingkungan panas.

    6) Pengendalian administratif dan praktik kerja

    Pengendalian secara administratif merupakan alternatif pelengkap

    pengendalian teknis yang telah dilakukan. Pengendalian secara

    administratif pada dasarnya adalah untuk melakukan tindakan pencegahan

    terhadap dampak pajanan panas. Beberapa pengendalian secara

    administratif antara lain adalah :

    a. Pembatasan temperatur dan waktu pajanan dengan penerapan jadwal

    kerja.

    b. Memberikan pelatihan K3.

    c. Monitoring kerja.

    7. Menyediakan alat pelindung diri berupa baju atau jaket dingin, pakaian

    yang terbuat dari katun.

  • 26

    2.6. Kerangka Teori

    Teori yang mendukung rancangan penelitian ini adalah:

    Sumber: Sumamur (1996), Pearce (1990), MBIE (2012), Guyton (1997), Bishop

    (1997), Alpaugh, 1988, NIOSH (1986), Hunt (2011).

    Usia

    Jenis Kelamin

    Tingkat Aklimatisasi

    Indeks Massa Tubuh

    Kondisi Kesehatan

    Konsumsi Obat atau

    Alkohol

    Tekanan Panas

    Suhu Tubuh Pekerja

    Pakaian Kerja

  • 27

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Konsep

    Berdasarkan kerangka teori, ada beberapa variabel yang digunakan dalam

    penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah suhu tubuh pekerja

    pabrik tahu di Kecamatan Ciputat, sedangkan variabel independennya adalah

    tekanan panas, usia, jenis kelamin, pekerja dan indeks massa tubuh pekerja.

    Ada beberapa variabel yang tidak diikutsertakan atau diteliti, yaitu kondisi

    kesehatan, tingkat aklimatisasi, konsumsi alkohol dan pakaian kerja. Variabel

    tersebut tidak dimasukkan dalam penelitian karena terdapat beberapa pertimbangan.

    Variabel kondisi kesehatan tidak diteliti karena untuk mendapatkan status kesehatan

    yang representatif sangatlah sulit. Pemeriksaan medis dalam hal ini perlu dilakukan.

    Untuk meminimalisir hal tersebut dilakukan wawancara mengenai status kesehatan

    sebelum penelitian. Begitu juga dengan variabel tingkat aklimatisasi pekerja, semua

    pekerja yang sudah beraklimatisasi dengan tekanan panas dalam masa kerja paling

    tidak dua minggu di lingkungan panas pabrik tahu adalah pekerja yang memenuhi

    kriteria menjadi responden, sehingga tidak ada variasi dalam kategori aklimatisasi.

    Variabel alkohol dan konsumsi obat juga tidak diteliti karena dimungkinkan adanya

    bias informasi karena ketidakjujuran ataupun rasa malu responden dalam menjawab

    pertanyaan. Variabel pakaian kerja tidak diteliti karena jenis pakaian dan tingkat

    ketebalan pakaian pekerja hampir sama sehingga sulit untuk dikaji hubunganya

    dengan suhu tubuh pekerja.

  • 28

    Hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar kerangka konsep di bawah ini :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep

    Jenis Kelamin

    Indeks Massa Tubuh

    Usia

    Tekanan Panas

    Suhu tubuh Pekerja

  • 29

    3.2. Definisi Operasional

    Tabel 3.1

    Definisi Operasional

    No. Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Kriteria hasil ukur Skala Ukur

    1. Suhu tubuh

    pekerja

    Keseimbangan antara panas

    yang diproduksi dengan panas

    yang dikeluarkan dari tubuh

    dalam satuan derajat yang

    disesuaikan dengan

    Physiological Strain Index

    (PSI)

    Termometer

    Mengukur suhu

    tubuh pekerja dengan

    menempelkan

    termometer dibawah

    lidah pekerja sesudah

    bekerja.

    0. Suhu tubuh >37,60

    oC

    1. Suhu tubuh

  • 30

    No. Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Kriteria hasil ukur Skala Ukur

    3. Usia

    Masa waktu hidup pekerja yang

    dihitung dalam satuan tahun

    hingga bulan ketika penelitian ini

    mulai dilaksanakan.

    Kuesioner Wawancara

    0. > 40 tahun 1. < 40 tahun NIOSH (1986)

    Ordinal

    4. Jenis kelamin Status pertanda gender pekerja.

    Yaitu laki-laki atau perempuan. Kuesioner Wawancara

    0. Perempuan 1. Laki-laki Bishop (1997)

    Ordinal

    5. Indeks Massa

    Tubuh

    Kondisi status gizi pekerja saat

    dilakukan penelitian. Diukur

    berdasarkan rasio antar berat

    badan (Kg) dengan tinggi badan

    (meter) pangkat dua hasilnya

    dibandingkan dengan tabel

    standar nilai IMT menurut WHO

    2005.Dengan rumus TB/BB2.

    Timbangan

    badan dan

    meteran

    Pengukuran langsung

    1. Gemuk (>25) 2. Sedang (18,5-25) 3. Kurus (

  • 31

    3.3. Hipotesis

    1. Ada hubungan antara tekanan panas dengan suhu tubuh pada pekerja pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    2. Ada hubungan antara usia dengan suhu tubuh pada pekerja pabrik tahu di

    Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    3. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan suhu tubuh pada pekerja pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    4. Ada hubungan antara IMT dengan suhu tubuh pada pekerja pabrik tahu di

    Kecamatan Ciputat tahun 2013.

  • 32

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Bertujuan untuk untuk

    melihat hubungan antara variabel dependen (suhu tubuh pekerja) dengan variabel

    independen (tekanan panas, usia, jenis kelamin dan IMT pekerja) dalam sekali waktu.

    4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2013 di beberapa pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat.

    4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

    1) Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik tahu di

    Kecamatan Ciputat yang berjumlah 109 orang.

    2) Sampel

    Sampel penelitian adalah beberapa pekerja di pabrik tahu di Kecamatan

    Ciputat.

    a. Kriteria Sampel:

    Kriteria Inklusi: Semua pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat yang

    bersedia menjadi responden selama penelitian ini dilaksanakan.

  • 33

    Kriteria Eksklusi: Pekerja pabrik tahu yang dalam kondisi sakit,

    pekerja yang belum mencapai masa kerja 2 minggu dan pekerja yang

    tidak bersedia menjadi responden penelitian.

    b. Metode Pengambilan Sampel:

    Metode yang digunakan adalah simple random sampling. Yakni

    pengambilan sampel acak sederhana. Dengan rumus uji hipotesis beda

    dua proporsi:

    n = {Z 1- / 2 2 [P(1-P) + Z 1- [P1 (1 P1) + P2 (1 P2)}2 (P1 - P2 )2

    Keterangan :

    n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

    Z 1- / 2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan / kemaknaan pada 2

    sisi: 5 % (1, 96)

    Z 1- = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1 : 80 % (0,80)

    P = (P1 + P2)/2

    P1 = Proporsi pekerja yang mengalami heat strain (suhu tubuh >37,60

    oC) pada kelompok yang berisiko.

    P2 = Proporsi pekerja yang mengalami heat strain (suhu tubuh >37,60

    oC) pada kelompok yang tidak berisiko.

  • 34

    Tabel 4.1

    Perhitungan Besar Sampel Minimal Penelitian

    No. Topik P1 P2 OR Jumlah

    Sampel (n) Penulis, Tahun

    1. Tekanan Panas 1 0,6 1,686 15 Mauludi, 2010

    2. Tekanan Panas 0,29 0,02 17,7 27 Brahmapurkar,

    2012

    3. Usia 0,76 0,5 3,2 58 Mauludi, 2010

    4. Status hidrasi 0,34 0,16 2,6 90 Hunt, 2011

    Total jumlah sampel minimal dalam penelitian adalah 27. Karena untuk

    dua proporsi maka dikalikan 2 menjadi 54 sampel. Untuk

    mengantisipasi drop out ditambah 5 pekerja menjadi 59.

    4.4. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data

    suhu tubuh sesudah bekerja, tekanan panas, jenis kelamin, usia dan IMT pekerja.

    4.5. Metode Pengambilan Data

    Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    1) Tekanan panas (ISBB lingkungan kerja dengan beban kerja)

    a. Data mengenai tekanan panas (ISBB) diperoleh dari laboran yang

    melakukan pengukuran langsung pada lokasi penelitian dengan

    menggunakan thermal environmental monitor quest temp 34o dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

  • 35

    Persiapan pengukuran

    - Menentukan lokasi pengukuran

    - Menyiapakan alat ukur

    Memastikan alat ukur dalam kondisi baik dan berfungsi.

    Melakukan kalibrasi internal menggunakan akat kalibrasi

    yang tersedia.

    Menutup termometer suhu basah dengan kain katun.

    Melakukan set-up untuk mengatur beberapa indikator

    pengukuran yaitu: bahasa, satuan, tanggal/bulan/tahun,

    jam/menit/detik, heat index, humidity index dan logging

    rate.

    Mengisi kotak dengan aquades hingga setengah bagian

    dan menunggu selama 10-15 menit.

    Pasang WBGT pada alat penyangga.

    Pelaksanaan pengukuran

    - Meletakkan alat pada lokasi sampling (untuk pekerja yang

    dominan duduk, yaitu 2 kaki atau +60 cm dari permukaan

    tanah. Sedangkan untuk pekerja yang dominan berdiri, yaitu

    3,5 kaki atau +100-110 cm dari permukaan tanah).

    - Mengaktifkan alat tanpa logging selama 15 menit untuk

    adaptasi.

    - Mengaktifkan logging data sesuai dengan waktu pengukuran

    yang diinginkan.

  • 36

    - Mematikan logging data ketika selesai dan data siap untuk

    diproses.

    Analisis

    Analisis hasil pengukuran sesuai dengan data yang diperoleh.

    b. Data mengenai beban kerja didapatkan melalui observasi pengukuran

    dan wawancara kepada tentang cara dan posisi saat bekerja. Hasil

    tersebut akan dibandingkan dengan standar dari NIOSH. Menurut

    NIOSH beban kerja diklasifikasikan menjadi kerja ringan, sedang dan

    berat. Sedangkan panas metabolik dilihat dari postur kerja yang akan

    disesuaikan dengan jumlah kalori/jam yang digunakan berdasarkan

    standar.

    Amati setiap aktifitas pekerja (jenis dan posisinya) yang diambil

    sebagai sampel setiap jam.

    Hitung dan catat setiap posisi dan lama gerakan dengan

    menggunakan stopwatch.

    Hitung beban kerja yang dikeluarkan menggunakan tabel analisis

    tugas NIOSH (1986), kemudian disesuaikan dengan kriteria beban

    kerja menurut Permenaker No: 13/Men/X/2011.

    2) Data suhu tubuh pekerja.

    Data suhu tubuh pekerja diperoleh dengan cara mengukur langsung suhu

    tubuh pekerja. Termometer dijepit dibawah lidah responden. Ditunggu 30

    detik setelah itu hasil dicatat. Pengukuran dilakukan sesudah bekerja.

  • 37

    3) Data jenis kelamin pekerja.

    Data jenis kelamin pekerja didapatkan melalui wawancara langsung dengan

    pekerja.

    4) Data usia pekerja

    Data usia pekerja didapatkan melalui wawancara langsung dengan pekerja.

    5) Data IMT pekerja

    Data IMT memerlukan pengukuran dua variabel. Yaitu data berat badan

    dalam kilogram dan tinggi badan dalam meter. Untuk pengukuran berat

    badan pekerja diminta untuk menimbang berat badan diatas timbangan

    yang telah disediakan. Sedangkan untuk data tinggi badan, peneliti

    mengukur dengan menggunakan meteran. Data hasil berat badan dan tinggi

    badan kemudian dihitung menggunakan rumus standar IMT (WHO, 2005).

    IMT

  • 38

    4.6. Pengolahan Data

    Seluruh data primer yang terkumpul diolah melalui tahap-tahap berikut:

    a. Mengkode data (Data Coding)

    Proses pengklasifian data dan pemberian kode jawaban responden.

    Dilakukan saat pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data

    selanjutnya. Data coding yang dilakukan dikuesioner tersebut adalah

    sebagai berikut:

    a. Suhu tubuh

    >37,60oC. kode: 0

    40 tahun = 0, < 40 tahun = 1)

    e. Indeks Massa tubuh

    Gemuk: IMT > 25. Kode: 1

    Sedang: IMT = 18,5-25. Kode: 2

    Kurus: IMT < 18,5. Kode: 3

    b. Menyunting data (Data Editing)

    Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

    kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

  • 39

    jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian

    ini.

    c. Memasukkan data (Data Entry)

    Memasukkan data hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada

    masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan

    memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan

    analisis univariat. Yakni untuk mengetahui gambaran suhu tubuh, tekanan

    panas, jenis kelamin, usia dan IMT pekerja. Serta analisis bivariat untuk

    mengetahui variabel-variabel yang berhubungan.

    d. Membersihkan data (Data Cleaning)

    Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

    tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah

    siap diolah dan dianalisis.

    4.7. Analisa Data

    Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

    a. Analisis Univariat

    Analisis univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi

    frekuensi masing-masing variabel yang diteliti, yaitu suhu tubuh, tekanan

    panas, jenis kelamin, usia dan indeks massa tubuh. Hasil penelitian yang

    diperoleh berupa prosentase dan disajikan dalam bentuk tabel.

  • 40

    b. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel dependen

    (suhu tubuh) dengan variabel independen (tekanan panas, jenis kelamin,

    usia dan IMT) dengan uji Chi Square. Nilai alpha yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah 0,05. Dengan demikian bila hasil penelitian P-value

    (nilai probabilitas) < 0,05 dapat dikatakan kedua variabel tersebut

    berhubungan.

  • 41

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1. Gambaran Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat

    Banyaknya pabrik tahu di Kecamatan Ciputat berjumlah 9 pabrik yang tersebar

    di beberapa lokasi, yaitu di jalan Legoso, Ciputat dan Tabanas. Dalam klasifikasi

    industri menurut BPS (2012) pabrik-pabrik tahu tersebut tergolong dalam industri

    rumah tangga, industri kecil dan industri sedang. Berikut ini data pabrik tahu dan

    pekerjanya yang ada di Kecamatan Ciputat tahun 2013.

    Tabel 5.1

    Daftar Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat dan Jumlah Pekerjanya Tahun 2013

    Pabrik Jumlah Pekerja

    Pabrik 1 13

    Pabrik 2 8

    Pabrik 3 15

    Pabrik 4 11

    Pabrik 5 14

    Pabrik 6 4

    Pabrik 7 18

    Pabrik 8 6

    Pabrik 9 20

    Total 109

  • 42

    5.2. Gambaran Proses Produksi Pabrik Tahu

    Tahapan pembuatan tahu dimulai dari persiapan bahan baku kedelai,

    penggilingan, pemasakan, penyaringan, pengendapan dan pencetakan.

    Gambar 5.1. Proses Produksi Tahu

    5.2.1. Persiapan

    Pada tahap ini kedelai direndam kurang lebih 3 jam untuk mempermudah

    proses penggilingan dan penghilangan kulit ari pada kedelai sehingga dapat

    dihasilkan bubur kedelai yang kental. Setelah direndam, kedelai dicuci bersih

    dengan air mengalir untuk membersihkan biji-biji kedelai dari kotoran-kotoran

    supaya tidak mengganggu proses penggilingan serta agar kotoran-kotoran tidak

    tercampur ke dalam adonan tahu.

    5.2.2. Penggilingan

    Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling biji

    kedelai dengan tenaga penggerak dari motor lisrik. Tujuan penggilingan yaitu untuk

    memperoleh bubur kedelai yang kemudian dimasak sampai mendidih. Saat proses

    penggilingan dialiri air secukupnya untuk didapatkan kekentalan bubur yang

    diinginkan.

    Persiapan Penggilingan Pemasakan Penyaringan Pengendapan Pencetakan

  • 43

    5.2.3. Pemasakan

    Proses pemasakan pada masing-masing pabrik dibedakan berdasarkan

    sumber panas yang digunakan. Ada yang menggunakan sumber panas dari kayu

    bakar yang diatasnya diletakkan tungku/wadah bubur kedelai (teknik tradisional).

    Ada juga yang menggunakan sumber uap panas yang berasal dari ketel uap yang

    diletakkan agak jauh dari proses pemasakan. Perbedaan kedua teknik tersebut

    berdampak kepada suhu lingkungan di sekitar pekerja dimana suhu lingkungan

    yang menggunakan teknik masak tradisional lebih tinggi dibandingkan dengan suhu

    lingkungan yang menggunakan teknik uap.

    Ketika proses memasak dilakukan, bubur kedelai diaduk dengan kedua

    tangan pekerja secara berulang-ulang. Tujuan tersebut adalah untuk mendenaturasi

    protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat penambahan asam.

    Titik akhir perebusan ditandai dengan timbulnya gelembung-gelembung panas dan

    mengentalnya larutan/bubur kedelai.

    5.2.4. Penyaringan

    Setelah bubur kedelai direbus dan mengental, dilakukan proses penyaringan

    dengan menggunakan kain saring. Tujuan dari proses penyaringan ini adalah

    memisahkan antara sari kedelai dengan ampas kedelai yang tidak diinginkan. Pada

    proses penyaringan ini bubur kedelai yang telah mendidih dan sedikit mengental

    dipindahkan ke dalam bak yang diatasnya terdapat kain saring. Bubur kedelai

    disaring dengan cara dialirkan keatas kain saring tersebut.

  • 44

    Saat penyaringan secara terus-menerus dilakukan, air ditambahkan dengan

    cara dituangkan pada bagian tepi saringan agar tidak ada padatan yang tersisa di

    saringan. Penuangan air ini diakhiri ketika sari yang dihasilkan sudah mencukupi.

    Kemudian saringan yang berisi ampas diperas sampai benar-benar kering. Ampas

    hasil penyaringan disebut ampas yang kering, ampas tersebut dipindahkan ke dalam

    karung. Ampas tersebut dimanfaatkan untuk makanan ternak ataupun dijual untuk

    bahan dasar pembuatan tempe gembus. Proses penyaringan ini melibatkan seluruh

    aktifitas tubuh mulai dari memindahkan beban, menyaring hingga kaki menekan

    saringan.

    5.2.5. Pengendapan

    Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian

    akan diproses lebih lanjut. Filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka

    dalam jumlah tertentu. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan

    menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara whey dengan

    gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan

    atas (whey) dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi

    karena adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan

    asam yang ditambahkan. Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang akan

    dicetak menjadi tahu.

  • 45

    5.2.6. Pencetakan

    Proses pencetakan merupakan tahap akhir pembuatan tahu. Terdapat dua

    Cetakan yang digunakan, yaitu cetakan kain dan cetakan kayu berukuran 70x70 cm

    yang berisi ruang-ruang persegi 5x5 cm.

    Sebelum proses pencetakan yang harus dilakukan adalah memasang kain

    saring tipis di permukaan cetakan. Setelah itu, endapan yang telah dihasilkan pada

    tahap sebelumnya dipindahkan dengan menggunakan alat semacam wajan secara

    pelan-pelan. Selanjutnya kain saring ditutup rapat dan kemudian diletakkan kayu

    yang berukuran hampir sama dengan cetakan di bagian atasnya. Setelah itu, bagian

    atas cetakan diberi beban untuk membantu mempercepat proses pengepresan tahu.

    Waktu untuk proses pengepresan ini tidak ditentukan secara tepat, pekerja hanya

    memperkirakan dan membuka kain saring pada waktu tertentu. Pemilik mempunyai

    parameter bahwa tahu siap dikeluarkan dari cetakan apabila tahu tersebut sudah

    cukup keras dan tidak hancur bila digoyang.

    5.3. Gambaran Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat

    Tahun 2013

    Pengukuran suhu tubuh dilakukan sekali setelah satu jam pekerja terpapar

    tekanan panas. Suhu tubuh pekerja didapatkan berdasarkan pengukuran suhu mulut

    pekerja. Hasil penelitian mengenai suhu tubuh dapat dilihat melalui tabel berikut.

  • 46

    Tabel 5.2

    Distribusi Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013

    Suhu Tubuh Pekerja N Prosentase

    > 37,6o

    C 39 66,1%

    < 37,6o

    C 20 33,9%

    Total 59 100%

    Dari tabel diatas, data suhu tubuh yang diambil melalui pengukuran suhu mulut

    terhadap 59 pekerja yang tersebar di 9 pabrik tahu di Kecamatan Ciputat menyatakan

    bahwa terdapat 39 pekerja (66,1%) yang memiliki suhu tubuh diatas 37,6o

    C dan 20

    pekerja (33,9%) yang memiliki suhu tubuh 37,6o

    C. Batas rentang suhu tubuh pekerja

    diatas 37,6o

    C yang paling tinggi ialah 37,8o

    C. Dibandingkan dengan standar

    physiological strain index Moran (1998), tingkat heat strain yang dialami pekerja

    mencapai kategori sedang.

    5.4. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh

    Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Empat variabel yang diukur sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan

    suhu tubuh meliputi tekanan panas, usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh

    pekerja. Berikut ini tabel gambaran univariat faktor-faktor tersebut.

  • 47

    Tabel 5.3

    Distribusi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh Pekerja

    Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013

    Variabel Kategori N Prosentase

    Tekanan Panas Iya 50 84,7%

    Tidak 9 15,3%

    Usia Diatas 40 tahun 10 16,9%

    Dibawah 40 tahun 49 83,1%

    Jenis Kelamin Perempuan 8 13,6%

    Laki-laki 51 86,4%

    Indeks Massa

    Tubuh

    Gemuk 5 8,5%

    Sedang 44 74,6%

    Kurus 10 16,9%

    5.4.1. Tekanan Panas

    Tekanan panas merupakan hasil kombinasi panas lingkungan dengan panas

    tubuh akibat beban kerja. Panas lingkungan diukur dari beberapa titik dimana

    pekerja terpapar di masing-masing pabrik. Kemudian hasil pengukuran

    dibandingkan dengan menghitung beban kerja yang dialami oleh pekerja. Beban

    kerja diukur dengan melihat keadaan dan posisi pada masing-masing pekerja,

    metabolisme basal dan dikalikan waktu berdasarkan tabel estimasi pengeluaran

    energi NIOSH (1986). Kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar nilai

    ambang batas tekanan panas berdasarkan lamanya kerja (Permenaker No

    13/X/2011). Hasil pengukuran ini menggambarkan pekerja yang terpapar dan yang

    tidak terpapar tekanan panas. Berikut ini gambaran distribusi frekuensi beban kerja,

    ISBB dan tekanan panas pekerja pabrik tahu di Kecamatan Ciputat.

  • 48

    Tabel 5.4

    Distribusi Beban Kerja Berdasarkan Perhitungan Kalori/Jam Pekerja

    Beban Kerja Frekuensi (N) Prosentase (%)

    Berat (350 - 500 kkal/jam)

    Sedang (200 - 350 kkal/jam)

    Ringan (>200 kkal/jam)

    34

    15

    10

    57,6

    25,4

    16,9

    Total 59 100

    Tabel 5.5

    Gambaran ISBB Lingkungan Kerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat

    Variabel Minimum Maximum Mean SD

    WBGTi 29,0 31,0 29,924 0,8974

    Dari hasil pengukuran ISBB lingkungan kerja didapatkan rata-rata pabrik

    tahu di Kecamatan Ciputat mempunyai ISBB diatas 29,9o

    C. Sedangkan hasil

    pengukuran beban kerja didapatkan rata-rata beban kerja pekerja pabrik tahu di

    kecamatan Ciputat adalah sedang. Dari tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa pekerja

    yang mengalami tekanan panas berjumlah 50 pekerja (84,7%). Sedangkan pekerja

    yang tidak mengalami tekanan panas berjumlah 9 pekerja (15,3%).

    5.4.2. Usia

    Data usia pekerja didapatkan melalui wawancara langsung dengan pekerja.

    Distribusi frekuensi usia pekerja dikategorikan dalam dua kelompok. Yaitu diatas

    40 tahun dan dibawah 40 tahun. Rata-rata usia pekerja pabrik tahun Informal di

  • 49

    Kecamatan Ciputat lebih didominasi usia muda. Dengan rentang usia yang paling

    muda mulai dari 18 tahun hingga yang paling tua yaitu 60 tahun.

    Dari tabel 5.2 memperlihatkan bahwa pekerja yang berusia diatas 40 tahun

    berjumlah 10 pekerja (16,9%). Sedangkan pekerja yang berusia dibawah 40 tahun

    berjumlah 49 pekerja (83,1%).

    5.4.3. Jenis Kelamin

    Data jenis kelamin didapatkan melalui wawancara langsung. Dari hasil

    wawancara pekerja laki-laki lebih mendominasi. Dari tabel 5.2 memperlihatkan

    bahwa pekerja perempuan berjumlah 8 pekerja (13,6%). Sedangkan pekerja laki-

    laki berjumlah 51 pekerja (86,4%).

    5.4.4. Indeks Massa Tubuh

    Data indeks massa tubuh didapatkan melalui pengukuran langsung. Dari hasil

    pengukuran IMT, pekerja yang mempunyai badan sedang lebih mendominasi.

    Berdasarkan tabel 5.2 dapat dikatakan bahwa jumlah pekerja yang mempunyai

    badan gemuk adalah 5 pekerja (8,5%), pekerja yang mempunyai badan sedang

    adalah 44 (74,6%) dan pekerja yang mempunyai badan kurus adalah 10 pekerja

    (16,9%).

  • 50

    5.5. Analisis Bivariat Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Suhu Tubuh

    Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan suhu tubuh pekerja dapat dilihat

    melalui tabel berikut:

    Tabel 5.6

    Hubungan Beberapa Faktor Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di

    Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Variabel

    Suhu Tubuh Total

    Pvalue >37,6oC 40 Tahun 7 70 3 30 10 100

    0,775 37,6o

    C dan 3 dari 9

    pekerja tanpa tekanan panas (33.3%) yang memiliki suhu tubuh > 37,6o

    C. Dari

  • 51

    hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,024. Hal ini dapat diartikan

    bahwa pada 5 % ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan suhu

    tubuh pekerja.

    5.5.2. Hubungan Antara Usia Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di

    Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 7 dari 10 pekerja

    dengan usia diatas 40 tahun (70%) yang memiliki suhu tubuh > 37,6o

    C dan 32 dari

    49 pekerja dengan usia dibawah 40 tahun (65,3%) yang memiliki suhu tubuh >

    37,6o C.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,775. Hal ini dapat

    diartikan bahwa pada 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan

    suhu tubuh pekerja.

    5.5.3. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Suhu Tubuh Pekerja Pabrik

    Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 3 dari 8 pekerja

    perempuan (37,5%) yang memiliki suhu tubuh > 37,6o

    C dan 36 dari 51 pekerja

    laki-laki (70,6%) yang memiliki suhu tubuh > 37,6o C.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,066. Hal ini dapat

    diartikan bahwa pada 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis

    kelamin pekerja dengan suhu tubuh pekerja.

  • 52

    5.5.4. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Suhu Tubuh Pekerja

    Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013.

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 2 dari 5 pekerja (40%)

    dengan IMT kategori gemuk yang mempunyai suhu tubuh > 37,6oC. Sejumlah 28

    dari 44 pekerja (63,6%) dengan IMT kategori sedang yang memiliki suhu tubuh >

    37,6oC dan 9 dari 10 pekerja (90%) dengan IMT kategori kurus yang memiliki suhu

    tubuh > 37,6oC.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P-value sebesar 0,123. Hal ini dapat

    diartikan bahwa pada 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan

    suhu tubuh pekerja.

  • 53

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1. Keterbatasan Penelitian

    1. Salah satu keterbatasan desain penenelitian cross sectional ini adalah

    pengukuran variabel independen dan dependen dilakukan dalam sekali

    waktu dan tidak ada kontrol rasio proporsi dalam variabel independen,

    sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menilai hubungan sebab-akibat

    dan korelasi waktu.

    6.2. Suhu Tubuh Pekerja Pabrik Tahu di Kecamatan Ciputat Tahun 2013

    Pengukuran suhu tubuh pekerja pabrik tahu bertujuan untuk mengetahui respon

    fisiologis akibat bekerja di lingkungan panas. Dalam bekerja dilingkungan panas,

    suhu tubuh akan terus meningkat akibat panas yang dihasilkan tubuh ketika bekerja

    ditambah faktor lingkungan panas yang menjadi beban tambahan kerja (Moran,

    1999). Meningkatnya suhu tubuh pekerja di lingkungan panas sangatlah bervariasi

    tergantung aktifitas kerja dan lingkungan ysng menjadi faktor utama, serta perbedaan

    karakteristik masing-masing individu sebagai faktor