nida ghania lidinilla-fkik

Upload: rosemarie-rivera

Post on 18-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    1/73

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG

    (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP PENURUNAN

    KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH

    JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN KAFEINA

    SKRIPSI

    NIDA GHANIA LIDINILLA

    109102000038

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H / 2014

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    2/73

    ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG

    (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP PENURUNAN

    KADAR ASAM URAT DALAM DARAH TIKUS PUTIH

    JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN KAFEINA

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    NIDA GHANIA LIDINILLA

    109102000038

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H / 2014

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    3/73

    iii

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    4/73

    iv

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    5/73

    v

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    6/73

    vi

    ABSTRAK

    Nama : Nida Ghania Lidinilla

    Program Studi : Farmasi

    Judul : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong

    (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)Terhadap Penurunan

    Kadar Asam Urat dalam Darah Tikus Putih Jantan yang

    Diinduksi dengan Kafeina

    Secara empiris daun binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit,

    salah satu penyakit yang dapat disembuhkan adalah menurunkan kadar asam urat.

    Telah diketahui bahwa daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)

    mengandung alkaloid, flavonoid, saponin dan polifenol. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol 70% Daun Binahong dalam

    menurunkan kadar asam urat darah pada tikus. Penelitian ini dilakukan dengan

    metode induksi kafein secara intraperitoneal dengan dosis 3mg/200 gBB.

    Penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal I (kontrol

    normal) tanpa perlakuan, kelompok II (kontrol negatif) yang hanya diinduksikan

    kafein, kelompok III (kontrol pembanding) diberikan allopurinol, kelompok IV

    dosis rendah (50mg/kgBB), kelompok V dosis sedang (100mg/kgBB) dan

    kelompok VI dosis tinggi (200mg/kgBB) ekstrak daun binahong. Obat yang

    digunakan adalah allopurinol sebagai pembanding dari ekstrak etanol 70% daun

    binahong. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan pemberian ekstrak dan

    sesudah pemberian ekstrak pada hari ke 9, 12 dan 15. Pada dosis 200mg/kgBBmenunjukkan efek penurunan kadar asam urat tertinggi dengan persentase sebesar

    91,83%. Dengan uji statistik ANOVA dan BNT menunjukkan kelompok kontrol

    pembanding dan ekstrak uji dosis tinggi tidak ada perbedaan secara bermakna (P

    0,05) dengan kelompok normal.

    Kata kunci : Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), kafeina,

    allopurinol, asam urat.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    7/73

    vii

    ABSTRACT

    Name : Nida Ghania Lidinilla

    Program Study : Pharmacy

    Title : Activities Test of Binahong Leaves Ethanol 70%

    Extract to Decrease Blood Uric Acid Levels in White

    Male Rat Induced by Caffeine

    Empirically, binahong leaves could heal various diseases, one of the effication is

    lowering uric acid levels . It is known that Binahong leaves ( Anredera cordifolia

    ( Ten ) Steenis )contain alkaloids, flavonoids, saponins and polyphenols. The aim

    of this study was to determine the effect of 70 % ethanol extract of leaves

    Binahong in lowering blood uric acid levels in rats. This research was conductedusing caffeine induced method intraperitionally with a dose of 3 mg / 200kg BW.

    This study was divided into 6 groups; normal group I (normal control) without

    treatment, group II (negative control) was induced by caffeine only, group III

    (comparative control) was given allopurinol, group IV was treated with low dose

    (50 mg / kg BW), group V medium dose (100 mg/ kg BW), group VI high dose

    (200mg/kg BW) of binahong leaves extract. Allopurinol was used as drug

    comparison to 70% ethanol extract of binahong leaves. The measurement of blood

    uric acid levels was done before the controls were given extract and after on the

    ninth, twelfth, fifteenth day. The dose of 200 mg/kg showed the highest decline in

    blood uric acid level with a percentage of 91.83%. The result of ANOVA and

    BNT statistic assays showed an insignificant difference between comparative

    control, high dose induced control, and normal control (P 0,05).

    Key words: binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, caffeine,

    allopurinol, uric acid.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    8/73

    viii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan

    karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

    Serta shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa

    petunjuk bagi umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau.

    Skripsi dengan judul Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun

    Binahong (Anredera cordif olia (Ten) Steenis) Terhadap Penurunan Kadar

    Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Dengan

    Kafeina ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    sarjana farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

    dari perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini terasa sangat sulit bagi penulis

    untuk selesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Bapak Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt selaku pembimbing pertama dan IbuProf. Dr. Atiek Soemiati, M.Sc, Apt selaku pembimbing kedua, yang

    memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi saya

    ini, semoga segala bantuan dan bimbingan bapak dan Ibu mendapat

    imbalan yang lebih baik disisi-Nya.

    2. Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    3.

    Drs. Umar Mansur, M.Sc,Apt selaku Ketua Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikanbimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

    Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitar Islam

    Negerri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak H. Abdullah Ibrahim panutan dalam keluarga dan Ibu Hj. Suharti

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    9/73

    ix

    wanita terhebat dalam hidup ini yang selalu memberikan doa, dukungan

    serta nasihat. Serta kakak-kakakku tersayang aEko, teh Dewi dan aFaiz

    yang selalu memberikan doa dan motivasi.

    6. Seluruh keluarga besar, terkhusus untuk sepupu-sepupu Lilis, Nadia,Nanda, Fatin dan untuk Kak Junaedi yang selalu memberi bantuan dan doa

    7. Teman-teman Farmasi 2009, terkhusus untuk sahabat-sahabat terbaik Ota,Migi, Ummu, Qori, Bella, Nda, Agung, Isti, Widia, Puput, Liza, Emma,

    Andi yang selalu memberikan kecerian, semangat, bantuan yang luar biasa

    kepada penulis.

    8. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan selamapenyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

    Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

    jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya

    sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

    skripsi ini.

    Saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat member

    sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta dan pembaca pada umumnya.

    Jakarta, 7 Januari 2014

    Penulis

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    10/73

    x

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    11/73

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iv

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... v

    ABSTRAK ................................................................................................ vi

    ABSTRACT .............................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............ x

    DAFTAR ISI ............................................................................................. xiDAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 3

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3

    1.4 Hipotesis ............................................................................... 3

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................ 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4

    2.1 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).......... 4

    2.1.1 Klasifikasi Binahong ................................................. 4

    2.1.2 Deskripsi Binahong .................................................... 5

    2.1.3 Manfaat Binahong ..................................................... 5

    2.1.4 Kandungan Kimia ...................................................... 5

    2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan .............................. 6

    2.2 Simplisia ................................................................................. 6

    2.2.1 Pengertian .................................................................. 6

    2.3 Ekstrak dan Ekstraksi ........................................................... 7

    2.3.1 Pengertian .................................................................. 72.3.2 Metode Ekstraksi ....................................................... 8

    2.3.3 Ekstraksi daun binahong dengan metode digesti ....... 10

    2.4 Asam Urat ............................................................................... 11

    2.4.1 Struktur Asam Urat ................................................... 12

    2.4.2 Etiologi ...................................................................... 12

    2.4.3 Patologis Asam Urat ................................................. 13

    2.4.4 Obat-obat antihiperurisemia ...................................... 14

    2.5 Kafein .................................................................................... 17

    2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat ................................ 18

    2.4.4 Metode enzimatik Spektro uv-vis ............................. 18

    2.4.4 Metode Test Strip Asam Urat ................................... 19

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    12/73

    xii

    2.7 Tinjauan Hewan Coba ........................................................... 19

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 20

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 203.2 Alat dan Bahan ...................................................................... 20

    3.2.1 Bahan-bahan .............................................................. 20

    3.2.2 Alat-alat ..................................................................... 20

    3.3 Prosedur Penelitian ............................................................... 20

    3.3.1 Preparasi sampel ....................................................... 20

    3.3.2 Pembuatan ekstrak etanol .......................................... 21

    3.3.3 Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak .............. 21

    3.3.4 Uji Penapisan Fitokimia ............................................ 22

    3.3.5 Persiapan Hewan Uji ................................................. 23

    3.3.6 Rancangan Percobaan ............................................... 23

    3.3.7 Perhitungan dosis ...................................................... 243.3.8 Percobaan .................................................................. 25

    3.3.9 Cara pengambilan darah ........................................... 25

    3.3.10 Pengukuran kadar Asam Urat ................................... 25

    3.3.11 Uji Statistik terhadap kadar Asam Urat Darah ......... 25

    BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 27

    4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 27

    4.1.1 Hasil Determinasi ......................................................... 27

    4.1.2 Hasil pengujian ekstrak ................................................. 28

    4.1.3 Hasil penapisan Fitokimia ........................................... 284.1.4 Hasil pengukuran rata-rata uji pendahuluan ................ 28

    4.1.5 Hasil pengukuran rata-rata selama pecobaan ........... .... 29

    4.1.6.Uji statistik kadar asam urat darah .......................... ..... 30

    4.2 Pembahasan ........................................................................... 31

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 34

    5.1 Kesimpulan ........................................................................... 34

    5.2 Saran ..................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 35

    LAMPIRAN .............................................................................................. 38

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    13/73

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Pembagian kelompok hewan uji ............................................. 23

    Tabel 2 Hasil pengujian ekstrak daun binahong .................................. 27Tabel 3 Hasil penapisan fitokimia ........................................................ 28

    Tabel 4 Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat uji pendahuluan . 29

    Tabel 5 Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat percobaan .......... 29

    Tabel 6 Nilai rerata dan standar deviasi kadar asam urat ..................... 30

    Tabel 7 Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata ... 33

    Tabel 8 Hasil pengukuran pada uji pendahuluan ................................. 49

    Tabel 9 Hasil pengukuran pada dosis uji .............................................. 49

    Tabel 10 Uji Normalitas ekstrak etanol 70% daun binahong ................ 51

    Tabel 11 Uji homogenitas ANOVA ...................................................... 51

    Tabel 12 Uji ANOVA ............................................................................ 53

    Tabel 13 Uji BNT ................................................................................... 54

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    14/73

    xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. Struktur asam urat .................................................................................. 122. Strukur Allopurinol ................................................................................ 14

    3. Struktur Kafeina ..................................................................................... 17

    4. Penghalusan daun binahong ................................................................... 39

    5. Proses Digesti dengan pemanasan 50C ................................................ 39

    6. Penyaringan ekstrak hasil dari Digesti ................................................... 39

    7. Evaporasi ................................................................................................ 39

    8. Pemberian sediaan secara oral ............................................................... 39

    9. Pengukuran kadar asam urat darah ........................................................ 39

    10. Daun Binahong .................................................................................... 40

    11. Tikus Putih Jantan Galur Sparague-Dawley ........................................ 40

    12. Rotary Evaporator ............................................................................... 4013. Pemanas Rotavapor .............................................................................. 40

    14. Alat Tes Strip Asam Urat (Easy Touch) .............................................. 40

    15. Strip Asam Urat ................................................................................... 40

    16. Alkaloid ................................................................................................ 41

    17. Flavonoid ............................................................................................. 41

    18.Saponin ................................................................................................... 41

    19. Polifenol ............................................................................................... 41

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    15/73

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Kegiatan Penelitian .............................................................................. 382. Alat dan Bahan yang digunakan .......................................................... 393. Hasil Penapisan Fitokimia .................................................................... 404. Surat Determinasi Daun Binahong ....................................................... 415. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong ........... 426. Skema Kerja Uji Pendahuluan ............................................................. 437. Skema Kerja Uji penurunan kadar asam urat darah ............................. 448. Perhitungan dosis ................................................................................. 459. Pemeriksaan Parameter Ekstrak ........................................................... 4810.Hasil Pengukuran asam urat pada uji pendahuluan............................... 4911.Hasil Pengukuran asam urat pada dosis uji ........................................... 4912.Hasil Statistik dosis Ekstrak daun Binahong ....................................... 50

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    16/73

    1

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangAsam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh manusia

    yang tidak memiliki fungsi fisiologis, yang dianggap sebagai produk buangan

    yang dapat menimbulkan peradangan ketika melebihi batas normal (Wibowo,

    2004).

    Batas normal kadar asam urat dalam darah manusia secara umum untuk

    laki-laki dewasa berkisar antara 3,5-7,2 mg/dl dan untuk perempuan 2,6-6,0

    mg/dl. Pada kondisi patofisiologis dapat terjadi peningkatan kadar asam urat

    dalam darah melebihi batas notmal yang disebut hiperurisemia. Hiperurisemia

    dapat disebabkan oleh tingkat produksi asam urat yang berlebih, ekskresi asam

    urat melalui ginjal yang berkurang, atau kombinasi keduanya (Wibowo, 2004).

    Salah satu jenis obat tradisional yang paling banyak dibutuhkan adalah

    obat rematiki, karena rematik tidak hanya menyerang seseorang yang memasukiusia 40 tahun, namun anak kecil pun bisa menderita rematik, baik laki-laki

    maupun perempuan. Selain itu, rematik mempunyai sifat sering kambuh sehingga

    dapat mengganggu aktivitas penderitanya (Utami et al, 2003)

    Pengobatan gout bertujuan untuk meredakan serangan gout akut dan

    mencegah masa gout berulang serta batu urat. Salah satu jalur untuk mengatasi

    gout adalah menurunkan kadar asam urat yang melebihi batas normal dalam darah

    (Katzung, 1998). Ada dua kelompok obat untuk terapi penyakit gout yaitu obat

    yang menghentikan proses inflamasi (urikosurik) akut atau obat yang

    mempengaruhi kadar asam urat (urikostatik). Obat golongan urikostatik

    menghambat kerja enzim xanthin oksidase yang mengubah hipoxantin menjadi

    xanthin dan xanthin menjadi asam urat. Dengan demikian produksi asam urat

    berkurang dan produksi xanthin maupun hipoxanthin meningkat. Contoh obatnya

    adalah Allopurinol. Allopurinol dapat menurunkan konsentrasi asam urat darah

    secara drastis dalam beberapa hari atau minggi (Mutscler, 1991)

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    17/73

    2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Saat ini pengobatan hiperurisemia serta gout dilakukan dengan allopurinol

    serta obat-obat anti inflamasi lainnya. Penggunaan obat sintesis dalam jangka

    waktu yang panjang dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan serta

    dilihat dari aspek ekonomi obat sintesis memberatkan pasien dalam hal biaya.

    Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan dari bahan alam yang lebih murah dan

    memiliki potensi yang lebih baik yang berasal dari bahan alam yaitu obat

    tradisional mengingat sumber daya alam Indonesia yang beragam akan tanaman

    obat. Selain itu obat-obat yang berasal dari bahan alam terbukti secara empiris

    lebih akan digunakan dalam penggunaan jangka panjang dibanding dengan obat-

    obat sintesis (Yuno, 2003).

    Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

    terbesar di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat mengobati

    melalui penelitian ilmiah. Hanya sekitar 180 spesies tersebut telah dimanfaatkan

    dalam tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (Herlina,

    2005).

    Tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman

    obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal

    dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dikenal dengan

    sebutan Madeira Vine (Feri, 2009).

    Salah satu tanaman obat yang belum dikenal secara luas di Indonesia

    adalah binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis). Hanya di beberapa daerah di

    Indonesia, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang telah mengetahui dan

    memanfaatkan binahong sebagai tanaman obat. Namun, beberapa kebun obat

    telah mulai mengembangkan binahong sebagai salah satu alternatif tanaman obat

    (Tita, 2006)

    Telah melakukan skrining fitokimia daun Binahong (Anredera Cordifolia

    (Ten ) Steenis) dengan melakukan maserasi terhadap serbuk kering daun dengan

    menggunakan pelarut n-heksana dan metanol didapatkan kandungan kimia berupa

    Saponin triterpenoid, flavanoid dan minyak atsiri (Rachmawati, 2007).

    Tujuan utama tumbuhan obat tersebut diteliti adalah dapat dikembangkan

    sebagai potensi alam yang berkhasiat sebagai pengobatan alternatif. Hingga saat

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    18/73

    3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ini belum ada penelitian mengenai ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera

    cordifolia (Ten) Steenis) sebagai pengobatan alternatif dalam menurunkan kadar

    asam urat. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian ini,

    yaitu pengujian aktivitas ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordifolia

    (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah pada hewan

    percobaan.

    1.2 Perumusan MasalahApakah ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)

    Steenis) memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar asam urat darah.

    1.3 Tujuan PenelitianUntuk mengetahui pengaruh dan potensi pemberian ekstrak etanol 70%

    daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) terhadap penurunan kadar

    asam urat darah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang dibuat

    hiperurisemia yang diinduksi dengan kafein.

    1.4 HipotesisPemberian ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)

    Steenis) berpengaruh terhadap kadar asam urat darah tikus putih jantan galur

    Sprague-Dawley diinduksi dengan kafein.

    1.5 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efektifitas

    penggunaan ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)

    Steenis) sebagai pengobatan alternatif alami dalam menurunkan kadar asam uratdarah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley diinduksi dengan kafein.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    19/73

    4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Binahong (Anredera cordif olia (Ten.) Steenis)Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) dari famili

    Basellaceaemerupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh sangat baik sejak

    lama, telah banyak dibudidayakan sebagai anggur hias di daerah tropis dunia.

    Tanaman Binahong asli dari Brazil dan nama umum anggur Madeira atau

    Mignonette anggur (Wagner et.al, 1999). Di Indonesia, tanaman Binahong belum

    familiar, tapi tanaman ini adalah makanan yang dikonsumsi di masyarakatVietnam (Ferri, 2009) dan di Taiwan sering digunakan sebagai sayuran (Mao-Te

    et. al, 2007). Tanaman ini dikenal memiliki aktivitas penyembuhan yang sangat

    baik, dan telah dikonsumsi selama ribuan tahun oleh bangsa Cina, Korea, Taiwan

    (Feri, 2009). Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang dan

    daun dapat digunakan dalam herbal Terapi (Yuswantina, 2009) dan (Ferri, 2009).

    2.1.1 Klasifikasi Binahong (Anredera cordif olia (Ten.) Steenis)Klasifikasi tanaman binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Menurut situs

    http://www.plantamor.com.Adalah :

    Sinonim :Boussingaultia gracilis Miers

    Boussingaultia cordifolia

    Bousisngaultia basselloides

    Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Divisi : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

    Sub kelas : Hamamelidae

    Ordo : Caryophyllales

    Famili : Basselaceae

    Genus : Anredera

    Spesies :Anredera cordifolia (Ten.) Steenis

    http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/
  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    20/73

    5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.1.2 Deskripsi Binahong (Anredera cordif olia (Ten.) Steenis)Berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai

    panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak,

    silindris, saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus,

    kadang membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk

    tak beraturan dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek

    (subsessile), tersusun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang

    5 - 10 cm, lebar 3 - 7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal

    berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk

    berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna

    krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai

    mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Perbanyakan Generatif (biji), namun lebih

    sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar

    rimpangnya (http://www.plantamor.com).

    2.1.3 Manfaat TanamanManfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris

    binahong dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan,

    bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari akar, batang, daun dan bunga

    maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Beberapa penyakit yang dapat

    disembuhkan dengan menggunakan tanaman ini adalah: kerusakan ginjal,

    diabetes, pembengkakkan jantung, muntah darah, tifus, stroke, wasir, rhematik,

    pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca melahirkan, menyembuhkan segala

    luka-luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan

    peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak nafas, sariawan berat, pusing-

    pusing, sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag,

    asam urat, keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan

    tubuh. (Feri, 2009)

    2.1.4 Kandungan Kimia Daun Binahong (Anredera cordif olia (Ten.) Steenis)Tanaman Binahong mengandung saponin, alkaloid, polifenol, flavonoid,

    dan mono polisakarida termasuk L-arabinosa, D-galaktose, L-rhamnosa, D-

    http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/
  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    21/73

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    glukosa adalah salah satu yang paling umum komponen rantai terpasang.

    Tanaman ini juga memiliki senyawa tinggi flavonoid dari daun, batang, umbi-

    umbian dan bunga , mungkin berkhasiat sebagai anti-mikroba. Sebagai flavonoid

    memiliki peran langsung sebagai fungsi antibiotik memiliki target spektrum yang

    luas. Daun binahong memiliki aktivitas antioksidan, asam askorbat, dan senyawa

    fenolik dan senyawa tersebut memiliki kemampuan melawan bakteri Gram positif

    dan Gram negatif lebih rentan pada efek penghambatan dan digunakan dalam

    pengobatan penyakit menular seksualitas. Daun juga memiliki kandungan asam

    oleanolik yang memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat mengurangi rasa sakit

    pada luka bakar. Asam-asam oleanolik adalah mengandung triterpenoid, dan dari

    umbi-umbian itu ditemukan kandungan protein (ancordin) sebagai stimulan

    kekebalan tubuh untuk merangsang pembentukan antibodi. Protein dapat

    merangsang oksida nitrit, yang dapat meningkatkan aliran darah yang membawa

    nutrisi untuk setiap sel-sel jaringan dan merangsang tubuh untuk memproduksi

    hormon pertumbuhan dan reproduksi sel menggantikan sel rusak (Sri et al, 2011).

    2.1.5 Pertumbuhan dan PerkembanganBinahong menunjukkan pertumbuhan yang produktif di lingkungan

    cahaya yang tinggi, dengan pertumbuhan musiman hingga 6 m (van Steenis

    1957). Tingkat pertumbuhan dilaporkan dari pengamatan lainnya berkisar dari 1

    m per bulan (Floyd 1989), lebih dari 1 m per minggu selama musim semi

    (Stockard et al. 1985).

    2.2 SIMPLISIA2.2.1 Pengertian

    Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk obat dan belum mengalami

    perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan

    yang telah dikeringkan (Gunawan et al, 2004).

    Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

    simplisia nabati, hewani, dan pelikan / mineral (Gunawan et al, 2004).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    22/73

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    A. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh bagiantanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.

    B. Simplisia hewani adalah simpisia berupa hewan utuh atau zat-zat bergunayang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.

    C. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia berupa bahan pelikan ataumineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

    belum berupa bahan kimia murni.

    Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman

    atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat

    berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu

    dipisahkan atau diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia

    berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum

    berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang

    berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan

    belum berupa bahan kimia murni (Depkes RI, 1979).

    Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme

    patogen, dan harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, dan binatanglain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan

    warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan.

    Sebelum diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau

    pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing (Depkes

    RI, 1995).

    2.3 Ekstrak dan Ekstraksi2.3.1 Pengertian

    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

    aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

    sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah

    ditetapkan (Depkes RI, 1995).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    23/73

    8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight,2005) :

    A. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madudan dapat dituang.

    B. Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidakdapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 %. Tingginya

    kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran

    bakteri.

    C. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering danmudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari

    5%.

    D. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagiansimplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.

    Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat

    pada simplisia. Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur

    dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang

    diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah

    terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996).

    Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan

    senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.

    Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam

    golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang

    yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-

    senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat

    keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

    mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Proses ekstraksi

    dapat melalui tahap menjadi : Pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan

    pemekatan (Depkes RI Dirjen POM, 2000).

    2.3.2 Metode EkstraksiMacam-macam metode penyarian dalam ekstraksi yang dapat dilakukan

    diantaranya (Depkes RI Dirjen POM, 2000) :

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    24/73

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    A. Ekstraksi dengan pemerasan, penekanan, atau penghalusan mekanik

    B. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut :1. Cara Dingina. Maserasi

    Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

    beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan secara

    teknologi termasuk ekstraksi dengan metode pencapaian konsentrasi pada

    keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu,

    sedangkan remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

    dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

    b. PerkolasiPerkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

    sempurna (exchaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

    ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi dan

    perkolasi sebenarnya (penetesan, penampungan ekstrak) secara terus menerus

    sampai diperoleh ekstrak.

    2. Cara Panasa. Refluks

    Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

    selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

    dengan adanya pendinginan balik.

    b. SoxhletasiSoxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru.

    Umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi

    berlanjut sampai jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

    balik.

    c. DigestiDigesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan berlanjut) pada

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    25/73

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, secara umum

    dilakukan pada temperatur 40oC-50oC.

    d. InfusInfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

    mendidih, temperatur terukur 96oC - 98oC selama waktu tertentu (15-20

    menit). Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengekstraksi

    zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak

    ini akan menghasilkan zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh

    kuman dan kapang, sehingga ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak

    boleh disimpan lebih dari 24 jam.

    e. DekokDekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

    temperatur sampai titik didih air.

    f. Destilasi uapDestilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa mudah menguap dari

    bahan segar atau simplisia dengan uap air. Cara ini didasarkan pada

    peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap

    air dari ketel secara berlanjut sampai sempurna dan diakhiri dengan

    kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama senyawa

    kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.

    2.3.3 Ekstraksi dengan metode DigestiEkstraksi merupakan penarikan zat aktif yang diinginkan dari bahan mentah

    obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang akan diinginkan

    larut (Ansel, 2005). Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah

    jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi),

    perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pelarut, yaitu pelarut

    harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak

    beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat melarutkan ekstrak

    yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak menyebabkan

    perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih kedua bahan

    tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995). Proses ekstraksi Digesti memiliki

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    26/73

    11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut

    mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

    2.4 Asam UratAsam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, yaitu

    perombakan enzimatis sel-sel tubuh dari asam dinukleotida atau asam

    ribonukleotida (Conn, 1987; Mathews dan Holde, 1990; Tjay dan Rahardja,

    1991; Schunack dkk, 1993). Namun peningkatan asam urat dalam tubuh

    secara berlebihan (hiperurikemia) akan menyebabkan penyakit pirai/gout

    (Mutschler, 1991).Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh oleh asam

    urat karena kadarnya yang tinggi (Widman,1995).Penelitian terhadap laki-laki di Jepang selama 6 tahun menerangkan

    bahwa kegemukan, tekanan darah tinggi, tingkat trigliserida yang tinggi dan

    pemakaian alkohol merupakan pemicu terjadinya peningkatan kadar asam

    urat darah (Nakanishi dkk, 1999). British Regional Heart Study

    menyebutkan, ada faktor resiko hiperurikemia terhadap penyakit

    kardiovaskuler, juga aterotrombosis (Voelkel dkk, 2000). Prevalensi pirai di

    Taiwan 11,7% dari 41,4% penderita hiperurikemia (Chou dan Lai, 1998),

    dan di Amerika kira-kira satu juta penduduk menderita penyakit ini

    (Gislason, 2000). Penderita penyakit ini berdasarkan data dari RS. Cipto

    Mangunkusumo, Jakarta, cenderung meningkat dari tahun ke tahun

    (Krisnatuti et al,2001).

    Pengobatan gout bertujuan untuk meredakan serangan gout akut dan

    mencegah masa gout berulang serta batu urat. Salah satu jalur untuk

    mengatasi gout adalah menurunkan kadar asam urat yang melebihi batas

    normal dalam darah (Katzung,1998). Ada dua kelompok obat untuk terapi

    penyakit gout yaitu obat yang menghentikan proses inflamasi (urikosurik)

    akut dan obat yang mempengaruhi kadar asam urat (urikostatik). Obat

    golongan urikostatik menghambat kerja enzim xanthin oksidase yang

    mengubah hipoxantin menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat.

    Dengan demikian produksi asam urat berkurang dan produksi xanthin

    maupun hipoxanthin meningkat. Contoh obatnya adalah Allopurinol.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    27/73

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Allopurinol dapat menurunkan konsentrasi asam urat darah secara drastis

    dalam beberapa hari atau minggu (Mutschler, 1991).

    2.4.1 Asam urat ( C5H4N4O3atau 2,6,8-trioksipurin )

    Gambar 1. Struktur asam urat

    2.4.2 Etiologi ( Sifat Fisika Kimia)Asam urat merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa

    purin yang paling mudah dioksidasi. Purin berasal dari makanan, penghancuran

    sel-sel tubuh yang sudah tua, serat hasil sintesa bahan-bahan yang ada dalam

    tubuh, seperti: CO2, glutamin, glisin, asam asparat, metilentetrahydrofolat dan

    N10

    formiltetrahydrofolat oleh karena itu dalam kondisi normal asam urat ada

    dalam darah dan air seni (urin). Purin dan pirimidin yang dilepaskan oleh

    pemecahan nukleotida mungkin digunakan kembali atau dikatabolisme.

    Pirimidin dikatabolisme menjadi CO2 dan NH3, dan purin dikonversi menjadi

    asam urat (Ganong, 1995).

    Asam urat yang bersifat asam lemah disebabkan dari mudah terionisasinya

    atom hidrogen pada posisi 9 (pK1 = 5,71) dan posisi 3 (pK2 = 10) dari molekul

    tersebut. Hanya disosiasi proton pertama yang perlu dipertimbangkan, karena pK2yang bernilai 10,3 berada diatas nilai pada cairan fisiologik yang memilki pH 14.

    Jadi hanya asam urat dan garam natrium urat yang terdapat dalam cairan tubuh.

    Garam natrium urat jauh lebih larut dalam air bila dibandingkan dengan asam

    urat. Namun kelarutan garam tersebut memiliki batas tertentu pada cairan plasma.

    Serum darah akan jenuh dengan garam natrium urat pada konsentrasi 6,4

    mg/100ml. Pada konsentrasi tersebut, larutan akan menjadi tidak stabil dan garam

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    28/73

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    natrium urat akan mengendap dengan cepat membentuk kristal natrium urat yang

    tertimbun pada persendian (Kasper et al, 2004).

    2.4.3 Patologis Asam UratAsam urat dari purin diproduksi dari 3 sumber yaitu diet purin,

    perombakan asam nukleat dan nukleotida purin, dan dari sintesis de novo purin.

    Normalnya rata- rata produksi asam urat sekitar 600-800 mg tiap hari (Dipiro et

    al., 2005). Sebagian kecil dari a s a m urat dipergunakan kembali untuk

    sintesis protein inti (inti sel), tetapi sisanya dieksresikan melalui ginjal (70%)

    dan usus (30%) (Tjay dan Raharja, 2002).

    A. HiperurisemiaHiperurisemia adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam

    darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan definisi tersebut

    konsentrasi asam urat yang melebihi dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan 5,7

    mg/dl pada wanita sudah dianggap hiperurisemia dan beresiko terkena

    gout. Hiperurisemia juga dapat dibedakan berdasarkan kenyataan apakah

    pasien mengeksresikan asam urat dengan jumlah total atau berlebihan

    (lebih dari 600 mg/24 jam) (Kelley, 1991). Penyebab primer dari penyakit

    hiperurisemia adalah gangguan pada metabolisme purin yang berakibat

    pada terganggunya keseimbangan sintesa asam urat dan eksresinya oleh

    ginjal, sehingga kadar asam urat tinggi. Serangan hiperurisemia secara

    sekunder dapat disebabkan beberapa penyakit darah (Leukimia, Anemia

    haemolitik ) dan hal ini diduga karena eritrosit dan leukosit sanggup

    mensintesis 5 phosphoribosil-1-amin. 5 phosphoribosil-1-amin merupakan

    produk antara pada metabolisme purin secara de novo yang akhirnya

    menjadi asam urat. Penyebab hiperurisemia yang lain yaitu psoriasis,

    radioterapi, tranfusi darah, dan injeksi dengan preparat hati yang kaya

    akan purin (Raharjo dan Tan,1979).

    B. GoutKata gout berasal dari bahasa latin Gutta yang berarti tetes. Kata

    tersebut mulai digunakan sekitar tahun 1270 dan dipercaya bahwa gout

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    29/73

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    disebabkan oleh tetesan cairan yang beracun noxa pada persendian.

    Penyakit gout merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi karena

    penumpukan kristal asam urat pada sekitar jaringan sendi akibat kadar

    asam urat serum yang melebihi kelarutannya. Kristalisasi natrium urat

    dalam jaringan lunak dan persendian akan membentuk endapan yang

    dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut,

    yaitu artritis akut gout, yang dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout.

    Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan

    kristal natrium urat yang terbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif

    (tampak berwarna kuning jika sumbu memanjangnya sejajar dengan

    bidang cahaya terpolarisasi) dalam cairan sendi merupakan tanda

    diagnostik penyakit gout (Garreth et al, 1995).

    2.4.4 Obat-obat hiperurisemiaBeberapa kelompok obat untuk terapi penyakit gout adalah antiinflamasi

    nonsteroid, urikosurik yaitu obat yang dapat meningkatkan ekskresi asam urat

    dan urikostatik yaitu obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat.

    Terapi untuk mengatasi gout umumnya membutuhkan waktu yang lama bahkan

    satu tahun, sehingga efek samping yang ditimbulkan obat-obat yang digunakan

    untuk mengatasi penyakit ini sering terjadi seperti gangguan ginjal dan

    gangguan saluran cerna (Hawkins & Rahn,2005). Dengan demikian diperlukan

    obat hipourisemik yang memiliki efektivitas dan keamanan yang lebih tinggi.

    Allopurinol

    Gambar 2. Struktur Allopurinol

    Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan

    kadar asam urat. Allopurinol berguna untuk pengobatan pirai sekunder akibat

    polistemia vera, metaplasia mieloid, leukimia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    30/73

    15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    akibat obat dan radiasi. Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase,

    enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam

    urat. Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin

    yang merupakan prekursor xantin. Allopurinol sendiri mengalami biotranformasi

    oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang

    dari pada allopurinol, itu sebabnya allopurinol yang masa paruhnya pendek

    cukup diberikan satu kali sehari (Sulistia G.G et al, 2007).

    Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk

    penyakit yang lebih berat. Dosis untuk anak hiperurisemia sekunder 100-200 mg

    sehari. Untuk anak 6-10 tahun: 300 mg sehari dan anak dibawah 6 tahun: 150

    mg sehari (Sulistia G.G et al, 2007).

    Efek samping Allopurinol (Australian Rheumatology Association, 2009)Ada beberapa samping yang jarang tapi berpotensi serius efek dengan

    allopurinol.

    - Masalah kulit: Allopurinol dapat menyebabkan ruam atau pengelupasankulit, serta bisul atau bibir sakit atau mulut. Jika salah satu terjadi hubungi

    Dokter langsung.

    - Kelelahan: Mengantuk dapat terjadi. Jika itu membuat Anda merasamengantuk, menghindari mengemudi atau mengoperasikan mesin.

    - Hati: Allopurinol dapat mengobarkan hati menyebabkan jenis hepatitis.Tes darah dapat dipilih jika hal ini terjadi. Dosis allopurinol mungkin perlu

    dikurangi atau mungkin perlu dihentikan jika terjadi masalah. Hubungi

    dokter segera jika kulit anda mulai menguning dan mata berwarna putih.

    - Lainnya: Sakit kepala, pusing, rasa gangguan, tekanan darah tinggi,umumnya merasa tidak enak, dan rambut rontok dapat terjadi.

    Obat urikosorik (Ganiswarna, 1995)Obat-obat urikosurik meningkatkan klirens ginjal dari asam urat dengan

    menghambat reabsorpsi tubular asam urat, memperbesar eksresi dan

    mengurangi konsentrasi asam urat di serum. Terapi dengan obat-obat

    urikosurik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    31/73

    16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    efek urikosuria dan terbentuknya endapan asam urat. Aliran urin yang

    teratur dan cukup serta pembasaan urin dengan natrium bikarbonat pada

    beberapa hari pertama terapi dengan obat urikosurik dapat

    menghilangkan kemungkinan adanya kristalisasi asam urat. Efek

    samping yang sering terjadi pada pengobatan dengan terapi urikosurik

    adalah iritasi saluran pencernaan, ruam kulit, hipersensitivitas, dan

    kristalisasi asam urat di urin. Obat-obat urikosurik memiliki

    kontraindikasi terhadap pasien yang alergi pada masing-masing obat dan

    pada penderita yang mengalami ketidaknormalan fungsi ginjal. Obat-

    obat urikosurik diantaranya adalah:

    1. ProbenesidProbenesid berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta

    pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif untuk mengatasi

    serangan akut. Probenesid juga berguna untuk pengobatan hiperurisemia

    sekunder. Obat ini biasanya diberikan pada dosis 250 mg dua kali sehari

    selama 1-2 minggu kemudian dilanjutkan 500 mg selama 2 minggu.

    Setelah itu dosis dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu hingga keadaan

    menjadi normal atau sampai dosis maksimum 3 g (Sulistia G.G et al,

    2007)

    2. SufinpirazonSufinpirazon mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada

    penyakit pirai kronik berdasarkan hambatan reabsorbsi tubular asam urat.

    Diberikan dengan dosis 100-200 mg dua kali sehari dan ditingkatkan

    sampai 400-800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal.

    3. SalisilatObat ini memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah.

    Dosis kecil ( 1 g atau 2 g sehari) menghambat ekskresi asam urat, sehingga

    kadar asam urat dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya

    tidak mengubah eksresi asam urat. Tetapi pada dosis lebih dari 5 g perhari

    terjadi peningkatan eksresi asam urat melalui urin, sehingga kadar asam

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    32/73

    17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah

    salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat

    juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir peningkatan eksresi

    asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersifat basa. Dengan

    alkalinasi urin, kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak

    terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.

    2.5 Kafein

    Gambar 4. Struktur kafeina

    Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus

    metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga

    dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Maka, dalam penelitian ini

    kafein digunakan sebagai penginduksi asam urat yang poten yang dapat

    menyebabkan hewan coba menjadi hiperurisemia (Azizahwati et al, 2005).

    Kafein adalah basa sangat lemah dari larutan air atau alkohol tidak

    terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai

    jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air

    (1:50), alkohol (1:75), atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter.

    Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80oC) atau alkohol panas (1:25 pada

    60oC). Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat, merangsang otot

    jantung dan melemaskan otot polos bronchus. Secara klinis biasanya digunakan

    berdasarkan khasiat sentralnya merangsang semua susunan saraf pusat, mula

    mula korteks kemudian batang otak, sedangkan medulla spinalis hanya dirangsang

    dengan dosis besar (Sudarmi, 1997)

    Kafein dapat dikeluarkan dari otak dengan cepat, tidak sepertialkohol atau

    perangsang sistem saraf pusat yang lain. Tambahan lagi, kafein tidak mengganggu

    fungsi mental tinggi dan tumpuan otak. Pengambilan kafein secara berkelanjutan

    http://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol
  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    33/73

    18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    akan menyebabkan badan menjadi toleran dengan kehadiran kafein. Oleh itu, jika

    pengambilan kafein diberhentikan (proses ini dinamakan "penarikan" atau

    "tarikan"), badan menjadi terlalu sensitif terhadap adenosin menyebabkan tekanan

    darah turun secara mendadak yang seterusnya mengakibatkan sakit kepala dan

    sebagainya (Ganiswarna, 1995).

    Dalam dosis standar antara 50-200 mg, kafein utamanya mempengaruhi

    lapisan luar otak. Pengaruh ini bisa mengurangi kelelahan. Dalam dosis besar

    pusat vasomotor dan pernapasan terpengaruh. Konsumsi kafein sebaiknya tidak

    melebihi 300 mg sehari. Para ahli menyarankan 200-300 mg kafein dalam sehari

    merupakan jumlah yang cukup. Tapi mengkonsumsi kafein sebanyak 100 mg tiap

    hari dapat menyebabkan individu tersebut tergantung kepada kafein. Keracunan

    kafein kronis, bila minum 5 cangkir teh setiap hari yang setara dengan 600 mg

    kafein. Lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan

    pencernaan makanan, rasa lelah, gelisah, sukar tidur, tidak nafsu makan, sakit

    kepala, pusing, bingung, berdebar, sesak nafas, dan kadang sukar buang air besar

    (Setiawan, 2002).

    2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis

    Kadar asam urat ditetapkan berdasarkan reaksi enzimatik menggunakan

    reagen uric acid FS* TBHBA, dengan cara 20 ul serum ditambah 1000 ul

    monoreagen yang dibuat dengan mencampurkan 4 bagian reagen 1 dan 1 bagian

    reagen 2. Serum yang telah dicampur homogen dengan pereaksi uric acid FS*

    TBHBA diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 C. Selanjutnya larutan sampel,

    standar dan blangko dibaca absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer

    StartDustFC*15 pada panjang gelombang 546 nm (Ariyanti et al. 2007).

    Metode Tes Strip Asam UratPengukuran kadar asam urat darah tikus putih dilakukan dengan alat tes

    strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat

    asam urat di dalam darah. Alat tes strip Easytouch GCU dirancang untuk

    http://id.wikipedia.org/wiki/Sakit_kepalahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sakit_kepala
  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    34/73

    19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pengukuran kuantitatif dari tingkat asam urat dalam darah. Teknologi yang

    digunakan adalah electrode-based biosensor. Pengukuran ini berdasarkan

    penentuan perubahan arus yang disebabkan oleh reaksi asam urat dengan reagen

    pada elektroda dari stip tersebut. Ketika sampel darah menyentuh area target

    sampel dari strip, darah secara otomatis ditarik ke dalam zona reaksi dari strip.

    Hasil tes akan ditampilkan pada layar setelah 20 detik (Bioptik technologi Inc).

    2.7 Tinjauan Hewan CobaHewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian farmakologi

    dan toksikologi adalah mencit dan tikus putih. Hewan ini dipilih karena murah,

    mudah didapat dan mudah ditangani. Mencit dan tikus putih memiliki banyak datatoksikologi, sehingga mempermudah pembandingan toksisitas zat-zat kimia.

    Tikus putih telah digunakan secara luas untuk tujuan penelitian, karena hewan ini

    telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan

    hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian (Lu, 1995).

    Tikus putih mempunyai 3 galur yang umum dikenal yaitu, galur Sprague-

    Dawley, galur Winstar dan galur Long-Evans. Galur Sprague-Dawley yang umum

    digunakan untuk penelitian, mempunyai ciri berwarna putih albino, berkepalakecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur Wistar mempunyai ciri-ciri

    warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih

    pendek dari badannya, sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna hitam

    dibagian kepala, dan tubuh bagian depan (Malole et al. 1989).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    35/73

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Belangsung

    mulai dari bulan Mei 2013 sampai bulan September 2013.

    3.2Bahan dan Alat3.2.1 Bahan-bahan

    Simplisia daun binahong didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman Obat

    dan Aromatik (Balittro). Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian

    adalah : hewan coba berupa tikus putih jantan galur Sprague-Dawley, berat

    berumur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram. Pakan berupa butiran

    (pellet) diberikan sebanyak 10 gr/ekor/hari dan diberikan minum berupa air

    ledeng secukupnya, ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis),

    etanol 70%, Kafeina, allopurinol, Eter, Na CMC, NaCl, ammoniak, kloroform,

    HCl, serbuk Mg, pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, amil alkohol , FeCl3,Aquades, tes strip asam urat.

    3.2.2 Alat-alatAdapun alat-alat yang digunakan dalam penlitian ini adalah : timbangan

    hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat makanan dan minum, sonde oral,

    jarum suntik, hotplate, blender, magnetic stirrer, destiller, oven, timbangan

    analitik, holder, waterbath, vacuum rotary evaporator, kertas saring, kapas,

    kamera, alat tes strip asam urat (EasyTouch GCU),timbangan hewan, timbangan

    analitik, dan alat-alat gelas.

    3.3Prosedur kerja3.3.1 Preparasi sampel

    Pembuatan simplisia berupa daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)

    Steenis)melalui tahapan-tahapan pembuatan simplisia yang baik dan memenuhi

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    36/73

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    syarat terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut : sortasi basah, pencucian,

    perajangan, pengeringan, sortasi kering, penggilingan dan pengayakan.

    3.3.2 Pembuatan EkstrakPada pembuatan ekstrak daun binahong digunakan metode ekstraksi cara

    panas dengan digesti dan menggunakan etanol 70%.

    Ditimbang serbuk simplisia daun binahong 400 gram, kemudian

    dimasukkan ke dalam wadah lalu diekstraksi dengan metode digesti menggunakan

    pelarut etanol 70 % sampai seluruh serbuk terendam oleh pelarut, pada suhu 50C

    selama 3 jam diatas waterbathdan sesekali diaduk hingga tidak ada lagi senyawayang terekstrak dengan ditandai warna pelarut jernih. Filtrat yang diperoleh

    diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak

    yang dihasilkan selanjutnya disimpan dan digunakan untuk perlakuan. Setelah

    didapatkan ektrak kental maka dihitung hasil rendemen ekstrak (hasil perolehan

    kembali) dengan rumus:

    Bobot ekstrak yang didapat% Rendemen = ------------------------------------------------- x 100%

    Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi

    3.3.3 Pengujian Parameter Non Spesifik Ekstrak Susut Pengeringan dan Kadar Air

    Ekstrak ditimbang dengan seksama sebanyak 1 gram dan dimasukan ke

    dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan

    pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang,

    ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan

    botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan

    dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105oC hingga diperoleh bobot tetap

    lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam

    keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar.

    Kadar AbuLebih kurang 2 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama,

    dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    37/73

    22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang

    habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan

    air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu.

    Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama. Filtrat

    dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap,

    ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan

    dalam % b/b (Depkes RI, 2000).

    3.3.4 Uji Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1996)A. Identifikasi golongan alkaloidSebanyak + 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25 % digerus

    dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus kembali

    dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring, filtrat berupa

    larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai larutan A (10 ml)

    diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung

    reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan

    beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi dengan pereaksi

    Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring

    menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi dalam 2 tabung

    reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff dan pereaksi

    Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi Dragendroff dan

    endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

    B.Identifikasi golongan flavonoidSebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5

    menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi), ditambahkan

    serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol,

    kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau

    jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

    C.Identifikasi golongan saponinSerbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas.

    Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    38/73

    23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1%

    busa tetap stabil.

    D.Identifikasi golongan Polifenol200 mg ekstrak dilarutkan dalam 10 mL air lalu dipanaskan selama 10 menit,

    larutan didinginkan, setelah dingin larutan disaring. Filtrat ditetesi dengan

    FeCl3 sebanyak 3 tetes. Lalu diamati perubahan warnanya. Hasil positif

    polifenol adalah terbentuknya larutan berwarna hijau kehitaman atau biru tua,

    maka menunjukkan mengandung polifenol.

    3.3.5 Persiapan Hewan UjiHewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan bergalur Sprague-

    Dawley yang berumur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram diaklimatisasi

    selama 1 bulan agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya, mengontrol

    kesehatan dan berat badannya. Selama proses adaptasi dilakukan pengamatan

    kondisi umum dan penimbangan berat badan. Hewan uji dipilih sebanyak 36 ekor

    tikus putih jantan secara acak untuk dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing

    terdiri dari 6 ekor.

    3.3.6 Rancangan PercobaanHewan uji dipilih sebanyak 36 ekor tikus putih jantan secara acak untuk

    dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor (Tabel 1).

    Tabel 1.Pembagian kelompok hewan uji

    Kelompok JumlahTikus

    Perlakuan

    I 6 Kontrol normal, diberi air larutan Na-CMC 0,5 %

    II 6 Kontrol negatif, diberi kafeina 3 mg/200 g BB dalam

    larutan Na-CMC 0,5 %

    III 6 Diberi kafeina 3 mg/200 g BB dalam larutan Na-

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    39/73

    24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    CMC 0,5 % dan allopurinol 4 mg/200 g BB dalam

    larutan Na-CMC 0,5 % (Pembanding)

    IV 6 Diberi kafeina 3 mg/200 g BB dalam larutan Na-CMC 0,5 % dan ekstrak etanol 70% dosis rendah

    V 6 Diberi kafeina 3 mg/200 g BB dalam larutan Na-

    CMC 0,5 % dan ekstrak etanol 70% dosis sedang

    VI 6 Diberi kafeina 3 mg/200 g BB dalam larutan Na-

    CMC 0,5 % dan ekstrak Etanol 70% dosis tinggi

    Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer : (n-

    1) (t-1) 15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah

    ulangan minimal dari tiap perlakuan (Sudjana, 1992).

    Jumlah hewan uji yang digunakan adalah :

    (n-1) (t-1) 15

    (n-1) (6-1) 15

    (n-1) (5) 15

    (5n-5) 15

    5n 20

    n 4

    jadi hasil ini sudah dapat diterima, berdasarkan rumus Federer.

    3.3.7 Perhitungan Dosis. Perhitungan Dosis Untuk Uji Pendahuluan

    Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan uji pendahuluan terlebih

    dahulu, hal ini dikarena belum adanya penelitian terdahulu mengenai daun

    Binahong sebagai penurun kadar asam urat darah. Dosis pendahuluan yang

    digunakan adalah dosis rendah 10 mg/kgBB, dosis sedang 100 mg/kgBB,

    dosis tinggi 1000 mg/kgBB, dan dosis agak tinggi 2000 mg/kgBB untuk

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    40/73

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    seluruh ekstrak kental. Setelah itu didapatkan rentang dosis uji masing-

    masing ekstrak untuk diujikan kepada hewan uji.

    3.3.8 PercobaanPada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan

    menginduksi tikus dengan kafein 3 mg/200 g BB. Setelah penginduksian tersebut,

    kadar asam urat darah tikus dikontrol dan diukur pada hari ke 0 untuk meyakinkan

    bahwa kafeina dengan dosis tersebut menyebabkan hiperurisemia. Selesai

    perlakukan, semua tikus diistirahatkan di dalam kandang masing-masing dan

    diberi makan dan minum. Pada hari ke 1 dilakukan pemberian perlakuan

    berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari. Pengukuran kadar asam

    urat darah selanjutnya pada hari ke 3, ke 6 dan ke 9 setelah perlakuan (Azizahwati

    et al, 2005)

    3.3.9 Cara Pengambilan DarahSebelum diambil darah, ekor tikus dibersihkan dengan etanol 70%. Darah

    diambil melalui ekor dengan cara melukai/memotong ekor dengan pisau kecil.Darah yang keluar dari ekor lalu diteteskan pada strip asam urat.

    3.3.10 Pengukuran Kadar Asam Urat DarahPengukuran kadar asam urat dalam darah dilakukan dengan menggunakan

    alat tes strip asam urat. Alat tes strip Easytouch GCU(Glucose Cholesterol Uric

    acid) dirancang untuk pengukuran kuantitatif dari tingkat asam urat dalam darah.

    Pengukuran ini berdasarkan penentuan perubahan arus yang disebabkan oleh

    reaksi asam urat dengan reagen pada elektroda dari strip tersebut. Ketika sampel

    darah menyentuh area target sampel dari strip, darah secara otomatis ditarik ke

    dalam zona reaksi dari strip. Hasil tes akan ditampilkan pada layar setelah 20

    detik (Bioptik technologi Inc).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    41/73

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.3.12 Uji Statistik Terhadap Kadar Asam Urat Darah

    Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Dimana

    kadar asam urat darah Hari Pertama untuk semua kelompok uji diuji

    homogenitasnya (Levene) dan uji kenormalannya (One-Sample Kolmogorov-

    Smirnov Test). Bila kedua uji ini dipenuhi maka selanjutnya dilakukan uji

    ANOVA satu arah untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara

    kelompok perlakuan dan bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk

    mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan uji Beda Nyata

    Terkecil (BNT) dengan metode LSD. Tetapi bila ada salah satu atau kedua uji

    tersebut tidak dipenuhi maka analisis dilakukan dengan uji Kruskall Wallis

    (Dahlan, 2004).

    Hipotesis : Ho: tidak ada perbedaan yang bermakna anatara setiap kelompok

    Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok

    Kriteria pengujian : Bila nilai sig 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

    Bila nilai sig 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat

    perbedaan (Dahlan, 2004).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    42/73

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Hasil Determinasi

    Daun binahong yang digunakan diperoleh dari BALITTRO Bogor.

    Determinasi tanaman dimaksudkan untuk menetapkan kemurnian sampel yang

    berkaitan dengan ciri-ciri makroskopis dengan mencocokan ciri-ciri tersebut

    terhadap pustaka. Sehingga telah dilakukan determinasi Daun Binahong

    (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dilaboratorium Herbarium LIPI Bogor , Jawa

    Barat. Dari hasil determinasi dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

    4.1.2 Hasil Pengujian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera

    cordif olia (Ten.) Steenis)

    Tabel 2. Hasil Pengujian Ekstrak Etanol 70% Daun Binahong (Anredera

    cordifolia (Ten.) Steenis)

    Jenis Pengujian Hasil Pengujian

    Warna Hijau tua

    Bau Agak menyengat

    Rendemen 4,45 %

    Kadar air 1,8768 %

    Kadar abu 4,83279 %

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    43/73

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.1.3 Hasil Penapisan Fitokimia Daun Binahong

    Tabel 3.Hasil Penapisan Fitokimia Daun Binahong

    Golongan Senyawa Hasil Penapisan

    a. Alkaloidb. Flavonoidc. Saponind. Steroid/Triterpenoide. Tanninf. Kuinong. Minyak atsirih. Kumarini. Polifenol

    +

    +

    +

    -

    -

    -

    -

    -

    +

    Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan reaksi negatif

    4.1.4 Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah Uji

    Pendahuluan

    Gambar 1. Kurva Kadar Asam Urat Darah Rata-rata Hewan Uji Pendahuluan

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    0 6 9

    KadarAsamUratDarah

    Waktu (hari)

    Dosis 10mg/kgBB

    Dosis 100mg/kgBB

    Dosis 1000mg/kgBB

    Dosis 2000mg/kgBB

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    44/73

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah pada Uji Pendahuluan

    (mg/dl)

    Waktu (Hari) Dosis rendah Dosis sedang Dosis tinggi

    Dosis agak

    tinggi

    0 1,8 1,6 1,65 1,5

    6 2,65 3,3 3,25 3,15

    9 2,2 2,25 2,4 2,6

    4.1.5 Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah selama

    percobaan (mg/dl)

    Gambar 2. Kurva kadar asam urat darah rata-rata hewan uji selama percobaan

    Tabel 5. Hasil Pengukuran Rata-rata Kadar Asam Urat Darah selama percobaan

    (mg/dl)

    Waktu

    (Hari)

    Kontrol

    Normal

    Kontrol

    Negatif

    Kontrol

    Pembanding

    Ekstrak

    Dosis

    Rendah

    Ekstrak

    Dosis

    Sedang

    Ekstrak

    Dosis

    Tinggi

    0 1,58 1,5 1,5 1,6 1,58 1,63

    6 1,51 3,16 3,03 3,06 3,08 3,1

    9 1,65 3,4 2,55 2,6 2,53 2,45

    12 1,55 3,48 2,08 2,3 2,26 2,18

    15 1,61 3,56 1,55 1,91 1,83 1,75

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4

    0 6 9 12 15

    Kad

    arAsamUratDarah

    Waktu (hari)

    Kontrol Normal

    Kontrol Negatif

    Kontrol Pembanding

    Dosis 50mg/kgBB

    Dosis 100mg/kgBB

    Dosis 200mg/kgBB

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    45/73

    30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 6. Nilai Rerata dan Standar Deviasi Kadar Asam Urat Tikus

    Waktu

    (Hari)

    Kontrol

    Normal

    Kontrol

    Negatif

    Kontrol

    Pembanding

    Ekstrak

    Dosis

    Rendah

    Ekstrak

    Dosis

    Sedang

    Ekstrak

    Dosis

    Tinggi

    Sebelum

    diinduksi

    Hari ke 0

    1,580,14 1,50,16 1,50,14 1,60,14 1,580,14 1,630,1

    Sebelum

    pemberian

    Ekstrak

    Hari ke 6

    1,510,19 3,160,26 3,030,6 3,060,18 3,080,19 3,10,25

    Setelah

    pemberian

    Ekstrak

    Hari ke 9

    1,650,25 3,40,26 2,550,1 2,60,14 2,660,18 2,660,1

    Setelah

    pemberian

    Ekstrak

    Hari ke 12

    1,550,21 3,480,21 2,030,14 2,20,14 2,350,15 2,330,11

    Setelah

    pemberian

    Ekstrak

    Hari ke15

    1,610,25 3,560,2 1,680,17 1,810,13 1,80,15 1,780,13

    4.1.6 Uji Statistik kadar asam urat darahKadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan seluruh kelompok hewan

    uji dilakukan uji normalitas (One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test) dan uji

    homogenitas (Levene) menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah

    percobaan terdistribusi normal (p 0,05) dan pada uji homogenitas menunjukkan

    bervariasi homogen (p 0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA

    satu arah (Lampiran 12). pada Uji ANOVA satu arah bila (p 0,05) maka harus

    dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD (Tabel 12).

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    46/73

    31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.2 Pembahasan

    Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak daun binahong (Anredera

    cordifolia (Ten.) Steenis)dengan ekstraksi pelarut etanol 70%. Dikarenakan daun

    binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) belum diketahui dosis yang tepat

    dalam menurunkan kadar asam urat, maka diperlukan uji pendahuluan. Dalam uji

    pendahuluan dibuat dalam 4 kelompok, yaitu dosis rendah 10mg/kgBB, dosis

    sedang 100mg/kgBB, dosis tinggi 1000mg/kgBB dan dosis sangat tinggi

    2000mg/kgBB yang terdiri dari 2 tikus tiap kelompoknya. Dari hasil uji

    pendahuluan dapat diketahui bahwa dosis sedang 100mg/kgBB yang dapat

    menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan baik.

    Pada penelitian ini menggunakan tikus sebagai hewan uji karena mudah

    didapat, murah dan telah ada penelitian mengenai asam urat menggunakan hewan

    tikus. Tikus yang digunakan sebanyak 36 ekor tikus yang dibagi dalam 6

    kelompok. Penggunaan variasi dosis ditujukan untuk melihat pengaruh perbedaan

    dosis dengan efek menurunkan kadar asam uratnya. Tikus putih jantan galur

    Sparague-Dawley berusia 3-4 bulan. Pemilihan usia 3-4 bulan karena rentang

    umur tersebut mewakili usia dewasa pada tikus sehingga diharapkan proses

    absorpsi, distribusi, metabolisme dan eksresi sedang berjalan normal. Pemilihan

    jenis kelamin jantan dilakukan untuk menghindari pengaruh hormonal yang

    umumnya terjadi pada tikus betina yang dapat mempengaruhi jumlah asam urat

    sebenarnya dalam darah. Tikus yang digunakan dengan ciri-ciri bulu bersih, mata

    merah jernih bersinar, ukuran kepala kecil, ekor lebih panjang dari badannya,

    tingkah laku normal dan berat badan bertambah setelah di aklimatisasi menjadi

    180-250g selama 1 bulan.

    Pada hari ke-0 sebelum diinduksi dengan kafeina, dilakukan pengukurankadar asam urat darah untuk mengetahui seluruh kelompok tikus menunjukkan

    kadar asam urat darah yang normal. Kemudian pada hari ke-6 tikus mengalami

    hiperurisemia awal. Dan pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan

    berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari. Pengukuran kadar asam

    urat darah selanjutnya pada hari ke-9, ke-12 dan ke-15.

    Daun binahong diesktraksi dengan menggunakan metode digesti. Cara ini

    dipilih karena daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    47/73

    32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan. Serbuk

    simplisia daun binahong yang digunakan untuk ekstraksi sebanyak 400gram yang

    kemudian diperoleh ektsrak etanol 70% sebanyak 17,8 gram dengan rendemen

    4,45%.

    Pemilihan pelarut etanol 70% ini karena etanol 70% lebih mudah dan

    mampu melarutkan hampir semua zat baik yang bersifat polar, semipolar, dan

    nonpolar. Etanol 70% sebagai penyari dapat memperbaiki stabilitas bahan terlarut

    dan sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, dimana

    bahan pengotor hanya dalam skala kecil turut dalam cairan pengekstraksi.

    Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus

    metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga

    dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Maka, dalam penelitian ini

    kafein digunakan sebagai penginduksi asam urat yang poten yang dapat

    menyebabkan hewan coba menjadi hiperurisemia.

    Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Azizahwati (2005),

    pada penelitian kali ini dosis kafein yang digunakan adalah 3 mg/200gBB.

    Sedangkan dosis yang digunakan Azizahwati adalah 27 mg/200g BB. Meskipun

    jauh lebih rendah, pada dosis yang digunakan dalam penelitian ini kafein sudah

    mampu menginduksi asam urat dengan baik.

    Digunakan allopurinol sebagai pembanding karena allopurinol adalah obat

    modern yang umum digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dan

    allopurinol merupakan derivat asam nukleat yang diduga juga mampu

    menghambat sintesis asam urat. Mekanisme penghambatan allopurinol ini

    dimanfaatkan untuk menjaga sintesis asam urat tetap stabil.

    Berdasarkan pada uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)menunjukkan bahwa kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji

    terdistribusi normal (p0,05) dan pada uji homogenitas (Levene) menunjukkan

    bervariasi homogen (p0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA.

    Pada uji ANOVA satu arah bila (p0,05) maka harus dilakukan uji Beda Nyata

    Terkecil (BNT) dengan metode LSD ( Lampiran 12).

    Kadar asam urat darah pada hewan uji setelah diberikan kafeina 6 hari

    menunjukkan kadar asam urat darah berbeda secara bermakna (p0,05) dan

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    48/73

    33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    setelah dilakukan uji BNT hari ke-6 hasilnya menunjukkan kadar asam urat darah

    semua kelompok hewan uji berbeda secara bermakna (p0,05) dengan kelompok

    normal karena telah mengalami hiperurisemia.

    Uji BNT hari ke-9 kadar asam urat seluruh kelompok hewan uji ekstrak,

    kontrol negatif dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda bermakna (p0,05)

    dengan kelompok normal ; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol normal

    dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda bermakna (p0,05) dengan kontrol

    negatif; seluruh kelompok hewan uji ekstrak menunjukkan tidak berbeda

    bermakna (p0,05) dengan kontrol pembanding sehingga dapat disimpulkan

    walaupun seluruh kelompok hewan uji ekstrak dan kontrol pembanding kadar

    asam urat darahnya belum normal tetapi telah menunjukkan adanya penurunan

    kadar asam urat dibandingkan dengan kontrol negatif dan kerja semua ekstrak uji

    sebanding dengan pembanding.

    Uji BNT hari ke-12 kadar asam urat darah kelompok hewan uji ekstrak

    dan kontrol negatif menunjukkan berbeda bermakna (p0,05) dengan kontrol

    normal; seluruh kelompok ekstrak uji, kontrol normal dan kontrol pembanding

    menunjukkan berbeda secara bermakna (p0,05) dengan kontrol negatif;kontrol

    normal, kontrol negatif, ekstrak uji dosis rendah dan ekstrak uji dosis sedang

    menunjukkan berbeda secara bermakna (p0,05) dengan kontrol pembanding.

    Uji BNT hari ke-15 kadar asam urat kontrol negatif dan ekstrak uji dosis

    tinggi berbeda secara bermakna (p0,05) dengan kontrol normal; seluruh

    kelompok ekstrak uji, kontrol normal dan kontrol pembanding menunjukan

    berbeda bermakna (p0,05) dengan kontrol negatif; ekstrak uji dosis sedang dan

    ekstrak uji dosis tinggi menunjukkan tidak berbeda bermakna (p0 ,05) dengan

    kontrol pembanding.Perhitungan persentase penurunan kadar asam urat darah

    Tabel 7. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata kelompok

    ekstrak uji dan kontrol pembanding

    Kelompok Perlakuan% Penurunan

    9 hari* 12 hari* 15 hari*

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    49/73

    34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Kontrol Pembanding 31,37 % 62,09 % 96,73 %

    Ekstrak Dosis 50mg/kgBB 31,50 % 52,05 % 78,76 %

    Ekstrak Dosis 100mg/kgBB 36,66 % 52 % 83,33 %

    Ekstrak Dosis 200mg/kgBB 44,21 % 62,58 % 91,83 %

    Keterangan :

    * Hari setelah perlakuan

    Data efektivitas penurunan kadar asam urat rata-rata pada hari ke-15 yang

    diperoleh dari setiap kelompok terlihat bahwa allopurinol (kontrol pembanding)

    memiliki kemampuan menurunkan kadar asam urat yang paling besar yaitu

    96,73%. Efektivitas kedua yang dimiliki oleh kelompok ekstrak uji dengan dosis

    tinggi (200mg/kgBB) yaitu 91,83%, dosis sedang (100mg/kgBB) yaitu 83,33%

    dan kelompok dosis rendah (50mg/kgBB) yaitu sebesar 78,76%.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    50/73

    35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :

    1. Ekstrak etanol 70% dari daun binahong (Anredera cordifolia (Ten)Steenis) dapat menurunkan kadar asam urat darah tikus putih yang

    diinduksi dengan kafein.

    2. Persentase penurunan kadar asam urat darah terbesar yaitu pada dosistinggi (200mg/kgBB) sebesar 91,83%.

    5.2.1 Saran1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui zat atau

    senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman daun binahong (Anredera

    cordifolia (Ten) Steenis) yang mampu beraktivitas sebagai penurun

    kadar asam urat darah tersebut.

    2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhdaun binahong terhadap sintesis asam urat dengan metode yang telah

    ada dan dengan menambah parameter pengamatannya.

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    51/73

    36

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. 1995. Jakarta: Bagian

    Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.

    Jakarta. UI Press.

    Azizahwati, W., Sumali, Prihandini, K. 2005. Efek Penurunan Kadar

    Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan Dari Rebusan Akar

    Tanaman Akar Kucing (Acalypha Indica L). Departemen Farmasi

    FMIPA-UI. Depok.

    Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Jilid 2. Edisi pertama. Jakarta. PT.

    Pradaya Paramita.

    Bioptik technologi Inc. Buku petunjuk manual Easy Touch GCU. China :

    4, 38-41

    Cameron JS, Moro F, Simmonds HA. (1993). "Gout, uric acid and purine

    metabolism in paediatric nephrology.". Pediatr Nephrol. 7 (1):

    105118. Diakses pada tanggal 7 Maret 2013.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materi Medika

    Indonesia Jilid V. Direktorat Jendral pengawasan Obat dan

    Makanan, Jakarta.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,

    edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

    Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak

    Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

    Makanan. Jakarta.Elda A.H., Sri U.S., Sugiarto P. 2011. Efek Ekstrak Etanol Daun Binahong

    (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dalam Mempercepat Durasi

    Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Swiss Webster Jantan.

    Jurnal Bahan Alam Indonesia. Volume 9, no 2.

    Feri, M. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Sebagai

    Obat. Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman

    Industri. Volume 15 Nomor 1:3

  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    52/73

    37

    Fransworth NR. 1996.Biological and Phytochemical, Screening of Plant.

    Journal Pharm Science, 55(3), 225-265.

    Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Fakultas

    Kedokteran UI. Jakarta; 220-222; 226-2.

    Ganong William F. 1995.Fisiologi Kedokteran Edisi 14. Jakarta : EGC.

    Gunawan Didik. Apt.SU dan Mulyani Sri, Apt. SU. 2004.Ilmu Obat Alam

    (Farmakognosi) Jilid 1. Hal : 9

    Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara modern

    Menganalisis Tumbuhan.Terjemahan: Kosasih P, Soediro Iwang,

    Bandung ITB; 6-17.

    Hawkins, D. W,. & Rahn, D.W. (2005). Gout and hyperuricemia:

    pharmacotherapy a pathophysiological approach.Mc Graw-Hill.

    Katrin, B., Elya, J., Amin, M., Permawati. (2009). Aktivitas ekstrak air

    daun gandarusa (Justicia gandarusa Burm.f) terhadap penurunan

    kadar asam urat darah tikus. Jurnal Bahan Alam Indonesia, vol 7,

    no 1.

    Katzung, B.G., 1998, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh

    Kutoalubun, B.H., Indrawasih B., dan Sanjaya, C., Edisi VI,

    Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.

    Krisnatuti, D, Rina, Y, Vera, U. 1999.Perencanaan Menu untuk Penderita

    Gangguan Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya.

    Malole, M.B.M & C.S.N. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan di

    Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat

    Antar Universitas Bioteknologi, Bogor, 104-107.

    Mus. 2008. Informasi Spesies Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis). http://www.plantamor.com. Diakses tanggal 19 Februari

    2013.

    Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat, Edisi 5, 217-219, Alih Bahasa ole

    Mathilda B. Widiyanto dan Ana S. Penerbit ITB, Bandung.

    Pacher, P.; Nivorozhkin, A; Szab, C (2006). "Therapeutic Effects of

    Xanthine Oxidase Inhibitors: Renaissance Half a Century after the

    Discovery of Allopurinol".Diakses pada tanggal 7 Maret 2013.

    http://www.plantamor.com/http://www.plantamor.com/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2233605/http://www.plantamor.com/
  • 5/28/2018 Nida Ghania Lidinilla-fkik

    53/73

    38

    Rachmawati, S. 2007. Studi Makroskopi, Dan Skrining Fitokimia Daun

    Anredera Cordifolia (Ten.) Steenis. Skripsi Tidak Diterbitkan

    Surabaya: Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya.

    Sri M. A., Mimi S., Retno A., Awaludin R. 2011. Determination of

    Saponin Compound from Anredera cordifolia (Ten) Steenis Plant

    (Binahong) to Potenti