halaman judul analisis gaya kepemimpinan kepala …
TRANSCRIPT
i
HALAMAN JUDUL
ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG KEPERAWATAN
DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Stikes Jenderal Achmad Yani
ERYANI
2212151
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016
i
ii
ii
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruang Keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan motivasi dari
berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika A, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. Rahayu Iskandar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen Penguji yang telah
memberikan saran, masukan dan pengarahan untuk melengkapi skripsi.
4. Indra Komala Rato Nggampo, M.P.H selaku dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan motivasi kepada saya dalam
penyusunan skripsi.
5. Deby Zulkarnain Rahadian Syah, S.Kep., Ns., MMR selaku dosen pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan
motivasi kepada saya dalam penyusunan skripsi.
6. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul, yang memberikan
kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, 24 September 2016
Eryani
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
INTISARI ....................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan .................................................................................... 6
1. Definisi .......................................................................................... 6
2. Kepala Ruang Keperawatan .......................................................... 9
3. Gaya Kepemimpinan .................................................................... 9
B. Kerangka Teori ................................................................................... 17
C. Kerangka Konsep ................................................................................ 18
D. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 20
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 20
D. Data dan Sumber Data ........................................................................ 20
E. Definisi Operasional ........................................................................... 21
F. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 21
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 23
H. Analisis Data ....................................................................................... 24
I. Etika Penelitian ................................................................................... 25
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..................................................................................................... 27
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 27
2. Karakteristik Informan ................................................................... 28
3. Hasil Penelitian .............................................................................. 30
B. Pembahasan .......................................................................................... 33
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 39
B. Saran ..................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3. 1 Definisi Operasional ....................................................................... 21
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Penelitian ................................................... 28
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 17
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep ........................................................................ 18
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Time Schedule
Lampiran 2. Lembar Pernyataan Kesediaan Informan
Lampiran 3. Lembar Pedoman Wawancara Kepala Ruang
Lampiran 4. Lembar Observasi
Lampiran 5. Surat Izin Studi Pendahuluan untuk BAPPEDA dari Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 6. Surat Izin Studi Pendahuluan untuk Kesbang dari Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 7. Surat Izin Studi Pendahuluan untuk RSUD Panembahan Senopati
Bantul dari Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 6. Surat Izin Studi Pendahuluan dari BAPPEDA Bantul
Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan dari RSUD Panembahan Senopati
Bantul
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian untuk BAPPEDA dari Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 12. Surat Izin Penelitian untuk Kesbang dari Stikes Jenderal Achmad
Yani Yogyakarta
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian untuk RSUD Panembahan Senopati Bantul
dari Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Bantul
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari RSUD Panembahan Senopati Bantul
Lampiran 12. Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 13. Hasil Analisa Data
x
ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG KEPERAWATAN
DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA 2016
INTISARI
Eryani¹, Indra Komala Rato Nggampo², Deby Zulkarnain Rahadian Syah³
Latar Belakang: Kepemimpinan dalam penerapan manajemen organisasi sangat
tergantung pada gaya kepemimpinan seseorang. Kepala ruangan sebagai
pemimpin dapat menggunakan gaya kepemimpinannya tergantung pada situasi
lingkungan kerjanya dengan memperhatikan karakteristik bawahan, karakteristik
organisasi, karakteristik lingkungan untuk memengaruhi perawat lain di bawah
pengawasannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Gaya Kepemimpinan Kepala
Ruang di Ruangan Penyakit Dalam Rumah Sakit Daerah Panembahan Senopati
Bantul.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yaitu
studi kasus dengan analisis deskriptif. Sumber data penelitian adalah kepala ruang
dan perawat pelaksana. Sampel yang diteliti yaitu ruang penyakit dalam yang
terdiri dari ruang flamboyan, ruang cempaka, dan ruang bakung.
Hasil: Kepala ruang R1 menerapkan tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter,
demokratis dan bebas kendali sedangkan Kepala ruang R2 dan R3 hanya
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dan terdapat 5 tema dari 3 gaya
kepemimpinan tersebut.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di tiga ruangan
penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul menunjukkan bahwa adanya
gaya kepemimpinan otoriter dengan satu tema yaitu pemimpin menentukan
sendiri yang diterapkan oleh kepala ruang R1. Tiga kepala ruang menerapkan
gaya kepemimpinan demokratis terdapat tiga tema kebersamaan pimpinan dan
bawahan serta komunikasi dua arah sedangkan tema kenyamanan hanya
diterapkan oleh kepala ruang R3. Gaya kepemimpinan bebas kendali hanya
terdapat satu tema yaitu tanggung jawab perorangan yang diterapkan oleh kepala
ruang R1.
Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan
¹Mahasiswa Program Stikes Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
²Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
³Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xi
ANALYSIS OF LEADERSHIP’S STYLE OF TREATMENT ROOM’S
CHIEF IN INTERNAL DISEASE’S ROOM IN RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA 2016
ABSTRACT
Eryani¹, Indra Komala Rato Nggampo², Deby Zulkarnain Rahadian Syah³
Background: Leadership, in application of organization management depends on
how the leadership style of in-charged nurse is. Chief of treatment room can use
specific leadership style, depends on the working-environment, which can be done
by put attention on staffs or subordinates’ characteristics, characteristics of
organization, and also working-environment characteristics to influence other
nurses that has been under controlled by the chief of the room.
Objective: This research aims to analyze the leadership style of chief of treatment
room in internal disease’s room in RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Method: This research used qualitative method, which used case study’s plan
with descriptive analysis. Sources of the research were chief of the treatment
room’s chief and in-charged nurses. Sampling was done by purposive sample. The
instruments used for the research were in-depth interview, which was done by
electronic voice recorder, and notebook.
Results: Chief of Room R1 applied three leadership’s styles; authoritarian,
democratic, and control-free. Chief of room R2 and R3 applied democratic style
of leadership, there were five themes of those three leadership’s style.
Conclusion: Based on the research that had been done in three internal diseases’
rooms in RSUD Panembahan Senopati Bantul, it could be concluded that there
was authoritarian style of leadership with a theme, which was the chief decided
which styles that should be applied by R1’s chief. Three chiefs’ of the room
applied democratic style of leadership, and there were three themes about
togetherness of the leader and subordinate and two-ways communication. While
comfortable theme was applied only by R3’s chief. Free-control style of
leadership only has one theme, it was individual responsibility which was applied
by R1’s chief.
Kata Kunci: Leadership’s style
¹Student of Nursing Study Program at Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
²Lecturer of Nursing Science Study Program of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
³Lecturer of Nursing Science Study Program of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di lingkungan masyarakat dalam organisasi formal ataupun nonformal
selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki
kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang
dipercaya untuk mengatur orang lain. Biasanya orang seperti itu disebut
pemimpin atau manajer. Kepemimpinan merupakan kemampuan memberi
inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar
dapat mencapai tujuan umum. Pemimpin perlu mengetahui kematangan pengikut
sebab ada kaitan langsung antara gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan
dengan tingkat kematangan pengikut agar pemimpin memperoleh ketaatan atau
pengaruh yang memadai (Zainal, 2014).
Gaya kepemimpinan dalam arti cara manajer untuk memengaruhi bawahan
muncul sejak tahun 1940-an di Universitas Ohio dan Mchigan di Amerika Serikat.
Penelitian ini difokuskan pada perilaku dan sikap dari manajer dan supervisor,
berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mencari kepribadian bawahan dan
sifat-sifat intelektual untuk posisi kepemimpinan (Sellgren, Ekvall, & Tomson,
2006).
Gaya kepemimpinan tidak dapat dilepaskan pada suatu proses
kepemimpinan. Setiap pemimpin memiliki gaya dengan karakteristik yang bisa
berbeda antara para pemimpin. Beberapa gaya kepemimpinan bisa dimiliki
seorang pemimpin dalam pelaksanaan kepemimpinannya, namun ada gaya yang
menonjol yang dipakai pemimpin dalam organisasi (Toni, 2008). Menurut K.
Lewin, R. Lippitt dan R. White dalam Sullivan dan Decker, (2009) dalam
mengidentifikasikan tiga dasar gaya kepemimpinan: Otoriter (pemimpin
memegang semua kekuasaan dan pengaruh dalam mengambil keputusan),
Demokratis (dimana pemimpin membagi bersama dengan kelompok kekuasaan
dan pengaruh dalam mengambil keputusan), dan bebas kendali (semua kekuasaan
dan pengaruh dalam membuat keputusan diberikan kepada kelompok).
2
Kepemimpinan dalam penerapan manajemen organisasi sangat tergantung
pada gaya kepemimpinan (leadership style) seseorang. Seperti pada rumusan
popular manajemen “Melaksanakan Suatu Pekerjaan Melalui Tangan Orang
Lain”. Hal tersebut juga digunakan dalam penerapan manajemen kepala ruang di
bidang keperawatan. Sementara manajemen kepala ruang di bidang keperawatan
tidak sesederhana itu, karena berhubungan dengan pengakuan masyarakat atau
profesi lain tentang eksistensi profesi keperawatan, partisipasi dalam
pembangunan kesehatan dan citra profesi keperawatan itu sendiri (Nursalam,
2007). Kepemimpinan merupakan unsur penting dan menentukan kelancaran
pelayanan di rumah sakit, karena kepemimpinan merupakan inti dari manajemen
organisasi. Dalam organisasi rumah sakit, kepala ruang rawat inap adalah
pimpinan yang langsung membawahi dan berhubungan langsung dengan perawat
pelaksana di ruang rawat inap. Seorang kepala ruangan sangat memerlukan suatu
pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas (Triwibowo, 2013)
Soekarso dkk (2010) dalam Triwibowo (2013) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan cara-cara berinteraksi seorang pemimpin dalam
melakukan kegiatan pekerjaannya. Kepala ruangan sebagai pemimpin dapat
menggunakan gaya kepemimpinannya tergantung pada situasi lingkungan
kerjanya dengan memperhatikan karakteristik bawahan, karakteristik organisasi,
karakteristik lingkungan untuk memengaruhi perawat-perawat lain di bawah
pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan
tercapai. Menurut Putra (2008) seorang kepala ruangan mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan kepuasan dan kinerja tenaga keperawatan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
4-5 Maret 2016 di RSUD Panembahan Senopati Bantul bangsal penyakit dalam
menemukan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala ruang di ruang
penyakit dalam adalah gaya kepemimpinan cenderung otoriter dari 10 responden
lima orang mengatakan gaya kepemimpinan otoriter, tiga orang mengatakan gaya
kepemimpinan demokratis dan dua orang mengatakan gaya kepemimpinan bebas
3
kendali/laissez faire serta beberapa perawat mengatakan kurang puas
bekerja selama ini karena berbagai macam hal yaitu karna cara kepemimpinan
kepala ruang otoriter, rekan kerja kurang kompak contohnya datang terlambat,
dan gaji kurang mencukupi.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang
Keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam Rumah Sakit Daerah Panembahan
Senopati Bantul?”
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis gaya kepemimpinan kepala ruang keperawatan di Ruangan
Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis gaya kepemimpinan otoriter kepala ruang keperawatan di
Ruangan Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
b. Menganalisis gaya kepemimpinan demokratis kepala ruang keperawatan
di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Menganalisis gaya kepemimpinan bebas kendali kepala ruang
keperawatan di Ruangan Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
pada bidang ilmu kesehatan khususnya manajemen keperawatan di masa
sekarang dan akan datang.
4
2. Manfaat Praktis
a. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan
evaluasi gaya kepemimpinan kepala ruang keperawatan dan terciptanya
kenyaman bagi perawat yang bekerja di ruangan tersebut.
b. Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani
Untuk tambahan referensi bagi pembaca di perpustakaan khususnya
dalam bidang manajemen keperawatan.
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengamatan sebatas yang diketahui peneliti dalam
penelusuran, gaya kepemimpinan kepala ruang. Beberapa penelitian sebelumnya
antara lain:
1. Mamonto, (2013) melakukan penelitian tentang “Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di
Ruang Rawat Inap RSUD Bitung”. Hasil dalam penelitian menunjukkan
bahwa sebesar 84,9% perawat pelaksana mengisi kecenderungan gaya
kepemimpinan kepala ruangan adalah demokratik dan 15,1% perawat mengisi
gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah otokratik. Sedangkan untuk
tingkat stres kerja perawat, sebesar 92,5% perawat mengalami tingkat stres
ringan dan 7,5 perawat mengalami tingkat stres sedang. Ada hubungan gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan tingkat stres kerja perawat dengan
nilai signifikan 0,009 menunjukkan adanya korelasi yang signifikan.
Persamaan penelitian terletak pada variabel independent. Perbedaan
penelitian Mamonto dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti pada
variabel dependent, waktu, tempat penelitian dan penelitian tersebut
merupakan penelitian kuantitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah penelitian kualitatif.
2. Ronsumbre, (2009) meneliti tentang “Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang
Perawatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sorong”. Metode
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitian yang
5
digunakan adalah studi kasus dengan desain kasus tunggal holistik. Penelitian
ini dilakukan di ruang perawatan penyakit dalam pria, ruang perawatan
penyakit anak dan ruang perawatan ICU. Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa Kepala ruang perawatan penyakit dalam pria
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, bebas dan otoriter. Ciri-ciri
bawahan adalah masih ada bawahan yang terlambat masuk kerja dan bahkan
tidak masuk kerja, operan pasien hanya lewat buku laporan jaga, ada perawat
yang menggantikan tugas jaga perawat lain, terkadang waktu penyuntikan
pasien terulur namun juga terdapat bawahan yang disiplin, responsibilitas
tinggi, dan adanya kepatuhan, kepala ruang perawatan penyakit anak
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dan bebas. Ciri bawahan adalah
adanya kepatuhan dalam melaksanakan tugas, responsibilitas tinggi walau ada
beberapa bawahan yang tidak disiplin. Kepala ruang ICU menerapkan gaya
kepemimpinan demokratis dan bebas. Ciri-ciri bawahan adalah kepatuhan
dalam melaksanakan tugas, responsibilitas tinggi walau masih ada beberapa
bawahan yang tidak disiplin bahkan tidak masuk kerja. Persamaannya metode
penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Perbedaannya adalah waktu
dan tempat penelitian.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati
merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
yang telah berdiri sejak tahun 1953 sebagai rumah sakit Honger Oedeem
(HO) yang berlokasi di Jl. Laksada Adisucipto Bantul dengan kapasitas
pasien sebanyak 60 tempat tidur. Pada tahun 1967 kapasitas tempat tidur
bertambah menjadi 90 tempat tidur.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu terus
meningkat sejalan dengan keberhasilan pembangunan berdasarkan analisis
organisasi, ternyata fasilitas dan kemampuan RSUD Panembahan Senopati
Bantul telah memenuhi persyaratan. Maka selanjutnya terhitung tanggal 8
Januari 2007 Menteri Kesehatan mengeluarkan SK Men.Kes No.
142/Menkes/SK/2007 tentang peningkatan kelas RSUD Panembahan
Senopati Bantul milik Pemerintah Kabupaten Bantul Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dari kelas C menjadi kelas B Non Pendidikan.
Pada tahun 2015, bulan Maret RSUD Panembahan Senopati Bantul
memperoleh akreditasi bintang lima atau paripurna, merupakan peringkat
tertinggi untuk RS Tipe B di DIY hanya RSUD Panembahan Senopati Bantul
yang mendapat akreditasi paripurna. Akreditasi itu diberikan oleh Komite
Akreditasi Rumah Sakit. Lembaga itu melakukan penilaian untuk seluruh RS
baik swasta maupun negeri di DIY berdasarkan tipe RS. Guna mengetahui
sejauh mana tingkat pelayanan dan kualitas RS tersebut.
28
2. Karakteristik Informan
Tabel 4. 1 Karakteristik Informan Penelitian
No Kode Nama
Informasi
Jenis Karakteristik
Pendidikan Umur Jenis
kelamin
Masa
mengabdi
Kepala Ruang
1 R1 D3 Kep 49 PR 29 tahun
2 R2 S1-Kep 40 PR 19 tahun
3 R3 S1-Kep 45 PR 20 tahun
Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2016 sampai 29
Agustus 2016 di 3 ruangan penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati
Bantul. Sumber data ini diambil dari 3 kepala ruang masing-masing ruangan,
teknik wawancara dilakukan dengan indepth interview. Informan dalam
penelitian ini mempunyai karakteristik yang berbeda-beda yaitu:
a. Sebelum dilakukan pengambilan data peneliti sudah bertemu untuk
melakukan kontrak waktu dengan informan. Informan bersedia dilakukan
pengambilan data dengan waktu yang telah disepakati. Peneliti datang
pada waktu yang telah disepakati namun informan ternyata tidak bisa
dilakukan pengambilan data sehingga peneliti harus melakukan kontrak
waktu ulang, peneliti datang pada waktu yang disepakati tersebut akan
tetapi informan ternyata ada rapat dadakan sehingga peneliti harus
menunggu kurang lebih dua jam setengah. Informan pertama R1
pengambilan data dilakukan di depan ruang tunggu Nursing Station.
Suasana pengambilan data kurang kondusif karena tempat terbuka.
Wawancara dilakukan selama 29 menit serta sedikit terganggu pada menit
ke 05.46 detik wawancara terputus karena keluarga pasien memanggil.
Informan dan peneliti duduk bersampingan akan tetapi kontak mata saling
berhadapan. Informan pertama berumur 49 tahun dengan tingkat
pendidikan D3 Keperawatan. Masa mengabdi informan 29 tahun dan
berjenis kelamin perempuan. Satu hari setelah dilakukan pengambilan
29
data lalu peneliti membuat transkrip verbatim. Peneliti memperlihatkan
hasil transkrip verbatim dan informan menyutujuinya.
b. Pengambilan data informan ke-2 dilakukan di Ruang Utama 1. Sebelum
dilakukan pengambilan data peneliti melakukan kontrak waktu dengan
informan. Peneliti datang pada waktu yang telah disepakati namun
informan tidak bisa dilakukan pengambilan data di karenan sibuk dengan
tugas laporan yang belum selesai, lalu peneliti melakukan kontrak waktu
ulang. Peneliti datang pada waktu yang telah disepakati akan tetapi harus
menunggu kurang lebih satu jam karena informan masih ada kesibukan
yaitu melakukan tindakan pada pasien. Suasana pengambilan data sangat
kondusif dan informan sangat kooperatif. Wawancara dilakukan selama
32 menit. Peneliti dan informan duduk berhadapan adanya kontak mata.
Informan ke-2 berumur 40 tahun. Tingkat pendidikan informan SI
Keperawatan dengan jenis kelamin perempuan serta masa mengabdi
selama 19 tahun. Satu hari setelah informan membuat transkrip verbatim
peneliti datang kembali untuk menunjukkan hasil wawancara dan
informan menyetujui hasil trankrip verbatim tersebut.
c. Setelah membina hubungan saling percaya, informan bersedia dilakukan
pengambilan data pada hari itu juga. Pengambilan data dilakukan di
Ruang B dengan waktu yang telah disepakati antara peneliti dan
informan. Suasana pengambilan data kurang kondusif di karenakan di
belakang ruang tersebut sedang dilakukan perbaikan pembangunan.
Wawancara berlangsung selama 30 menit. Informan ke-3 berumur 45
tahun dengan tingkat pendidikan SI keperawatan, jenis kelamin
perempuan dan masa mengabdi informan 20 tahun. Satu hari setelah
peneliti membuat transkip verbatim lalu peneliti memperlihatkan hasil
transkrip verbatim dan informan menyetujuinya.
30
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya tiga gaya kepemimpinan
kepala ruang keperawatan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan
bebas kendali/laissez faire dari tiga ruangan penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul dan terdapat 5 tema dari tiga gaya
kepemimpinan yang didapat.
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter terdapat satu tema yaitu pimpinan
menentukan sendiri.
Tema 1. Pemimpin menentukan sendiri
Dari hasil wawancara di tiga ruangan menunjukkan bahwa kepala ruang
R1 menerapkan gaya kepemimpinan otoriter yang menyatakan jika ada
permasalahan dan tidak ada titik temu dalam pemecahan masalah maka
kepala ruang akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangannya
sendiri. Hal ini di dukung dengan kutipan wawancara:
...tapi suatu saat ada yang harus saya ambil sendiri ya saya
harus ngambil keputusan kewenangan saya... (R1, lines 6-
9).
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Terdapat tiga tema dari gaya kepemimpinan demokratis yaitu kebersamaan
pimpinan dan bawahan, komunikasi dua arah serta kenyamanan.
Tema 2. Kebersamaan Pimpinan dan Bawahan
Hasil penelitian di tiga ruangan penyakit dalam RSUD Panembahan
Senopati Bantul terdapat gaya kepemimpinan demokratis. Kepala ruang
memberikan wewenang dan tindakan pengambilan keputusan secara
musyawarah bersama jika ada masalah langsung berdiskusi adanya
feedback. Perawat pelaksana diberi kesempatan untuk menyampaikan
saran dan pertimbangan serta keberhasilan organisasi menjadi tanggung
jawab bersama, di samping itu dengan gaya kepemimpinan demokratis
kepala ruangan merangsang bawahannya berpartisipasi dalam dalam
keputusan yang akan dibuat. Seperti hasil wawancara berikut:
31
...Biasanya kalo ada masalah kita lakukan berdiskusi atau
dengan bersama-sama... (R1, lines 6-9).
...Masalah diselesain bareng-bareng jadi, kan tetep kita
harus data tetep harus moso saya gak, misalnya saya gak
mengalami jadi saya gak tau, yang mengalami langsung
kan perawat kami validasi dulu bagaimana langkah-
langkahnya di klarisivikasi dulu... (R2, lines 28-33).
...Masalah, kalau ada masalah kita bicarakan, diskusikan
bersama-sama tentang kaitannya dengan pelayanan, itu
selalu kita diskusikan bersama-sama... (R3, lines 16-18).
Tema 3. Komunikasi Dua Arah
Hasil wawancara dan observasi dari tiga ruang penyakit dalam bahwa
adanya komunikasi dua arah saling memahami antara pimpinan dan
bawahan dan berkomunikasi secara kekeluargaan serta semua harus
bertanggung jawab dan memiliki tanggung jawab. Jika ada masukan dari
bawahan tetap diterima dan jika ada informasi penting pimpinan segera
menyampaikan kepada bawahan pada saat meeting morning apabila
terdapat masalah maka harus dikomunikasikan langsung dari pimpinan
akan memberikan masukan dan di selesaikan bersama. Seperti hasil
wawancara berikut:
...jika komunikasi setiap pagi di usahakan ada meeting
morning semua bisa disampaikan jika ada masalah bisa di.
langsung dibicarakan saja cara komunikasinya kita seperti
keluarga Ya komunikasi harus 2 2 nya karna ... mungkin
ada yang memberikan pendapat... (R1, lines 12-15).
.... yang saya harus informasikan ke teman-teman kalo
misalnya ada informasi pas habis rapat ada informasi yang
memang harus di sampaikan, saya langsung sampaikan
tidak pernah saya tutup-tutupi mungkin rahasia gitu gak,
ada batas-batasnya ya, terus masukan dari teman-teman
saya senang dapat masukan jadi gak saya harus begini gitu
gak ... (R2, lines 59-72).
32
... Kalau komunikasi kita itu kalau setiap pagi usahakan
ada meeting morning jadi segala sesuatunya bisa
diinformasikan kalau ada masalah juga bisa diselesaikan
bersama-sama, langsung di bicarakan biasanya ... (R3,
lines 49-57).
Tema 4. Kenyamanan
Dari hasil wawancara kepala ruang R3 menyatakan bahwa kenyamanan
dalam bekerja semuanya harus diciptakan antar teman. Selama ini kepala
ruang belum menemukan atau belum merasakan suatu masalah yang
sangat menggangu pekerjaan. Selain itu kepala ruang menjelaskan bahwa
ketika terdapat masalah antar perawat satu dengan yang lainnya maka
salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengkomunikasikan secara
personal karena kadangkala permasalahan muncul hanya disebabkan oleh
ego dari masing-masing perawat namun hal ini juga bukan merupakan
solusi yang paling baik karena terkadang cara komunikasi yang dilakukan
untuk masing-masing individu berbeda-beda. Selain itu kepala ruang
menyebutkan bahwa salah satu solusi untuk menjaga kenyamanan adalah
dengan menjaga toleransi antar perawat. Seperti hasil wawancara sebagai
berikut:
...tentunya sering disampakain ya, kurang itunya kurang
ininya, tidak bisa bekerja sendiri sendiri ya. Jadi ya satu
dengan lainnya harus bekerja bersama, toleransi, jadi gak
gampang dengan banyak orang dan berbagai karakter tapi
diusahakan disampakain apapun biar bisa bekerja nyaman
enak, kalau ada permasalahan terbuka saja nanti
disampakain, jangan dibelakang kan gak enak, karena
sering ketemu. Kalau ada masalah gitu, kurang enak... (R3,
lines 94-101).
33
c. Gaya Kepemimpinan Bebas Kendali
Dari gaya kepemimpinan bebas kendali terdapat satu tema yaitu tanggung
jawab perorangan.
Tema 5. Tanggung jawab perorangan
Hasil penelitian menunjukan saat bawahan ada masalah di ruangan
tersebut, kepala ruang sudah menegur sesuai kewenangannya jika bawahan
tidak mau patuh maka harus bertanggung jawab sendiri. Seperti hasil
wawancara berikut:
...Ya sudah, mau tidak mau kalo ada masalah ya
tanggungjawab sendiri.... (R1, lines 21-21).
B. Pembahasan
Dari tiga ruangan penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul
hasil wanawancara dan observasi yang didapat yaitu R1 menerapkan tiga
gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan bebas
kendali. Namun dari hasil observasi yang dilakukan kepala ruang cenderung
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Kepala ruang R1 memiliki
karakteristik umur 49 tahun menurut Depkes RI (2009) telah memasuki masa
lansia awal, tingkat pendidikan yaitu D3 keperawatan, jenis kelamin
perempuan dan masa mengabdi selama 29 tahun. Kepala ruang R2 cenderung
menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dengan memiliki karakteristik
umur 40 tahun telah memasuki masa dewasa akhir menurut Depkes RI
(2009), tingkat pendidikan yaitu S1 Keperawatan dan jenis kelamin
perempuan serta masa mengabdi 19 tahun. Hasil observasi dan wawancara
kepala ruang R3 menerapkan gaya kepemimpinan demokratis yang
berkarakteristik umur 45 tahun telah memasuki masa dewasa akhir menurut
Depkes RI (2009), tingkat pendidikan S1 Keperawatan, jenis kelamin
perempuan, dan masa mengabdi 20 tahun. Dari ketiga kepala ruang di tiga
ruangan penyakit dalam, kepala ruang cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan demokratis mempunyai karakteristik umur yang bervariasi,
tingkat pendidikan D3 keperawatan dan S1 Keperawatan, masa mengabdi
34
juga bervariasi yaitu mulai dari 19 tahun dan yang paling lama yaitu 26 tahun
serta tiga kepala ruang penyakit dalam berjenis kelamin perempuan. Hal ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ronsumbre (2009),
ditemukan beberapa gaya kepemimpinan di ruang penyakit dalam pria
ruangan garuda yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan
otoriter, dan gaya kepemimpinan bebas kendali namun dari pengumpulan
data yang dilakukan terhadap perawat melalui metode wawancara didapat
bahwa gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan otoriter yang
diterapkan, melalui observasi cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
demokratis dan bebas kendali dengan karakteristik informan, umur 53 tahun,
tingkat pendidikan D3 Keperawatan, masa kerja 26 tahun 11 bulan dan jenis
kelamin perempuan.
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter terdapat satu tema yaitu pimpinan
menentukan sendiri.
Tema 1. Pemimpin Menentukan Sendiri
Hasil penelitian dari tiga ruangan penyakit dalam menunjukkan
bahwa kepala ruang R1 menerapkan gaya kepemimpinan otoriter. Hal ini
ditunjukkan dengan pernyataan dari kepala ruang bahwa jika ada
permasalahan dan tidak ada titik temu dalam pemecahan masalah maka
kepala ruang akan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangannya
sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian Ronsumbre (2009), mengatakan
bahwa kepala ruang penyakit dalam garuda menerapkan gaya
kepemimpinan otoriter dengan dibuktikan kewenangan mutlak pada
pimpinan, dan keputusan yang cenderung selalu pada kepala ruang.
Menurut Blais K.K, dkk (2009) keputusan untuk kelompok dibuat oleh
pemimpin pada gaya kepemimpinan otoriter. Pemimpin mengeluarkan
perintah dan mengarahkan anggota kelompok, dan menentukan kebijakan.
Gaya kepemimpinan otoriter digambarkan bahwa keputusan tidak mampu
dibuat oleh tim. Dalam memerlukan pengambilan keputusan segera,
pemimpin otoriterlah yang paling efektif. Kuntoro (2010) menyatakan
35
bahwa pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan otokratis
biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan
seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggota untuk mematuhi dan
melaksanakannya. Dalam kondisi kritis dan darurat, tipe otokratis
merupakan gaya yang tepat untuk dilaksanakan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Terdapat tiga tema dari gaya kepemimpinan demokratis yaitu
kebersamaan pimpinan dan bawahan, komunikasi dua arah serta
kenyamanan.
Tema 2. Kebersamaan Pimpinan dan Bawahan
Dari tiga ruangan penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati
Bantul menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Kepala ruangan
memberikan wewenang dan pengambilan keputusan secara musyawarah
jika ada masalah langsung berdiskusi adanya feedback. Perawat pelaksana
diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan serta
keberhasilan organisasi menjadi tanggung jawab bersama di samping itu
kepala ruang mengajak bawahannya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang akan dibuat. Respon bawahan dalam melaksanakan tugas
penuh tanggung jawab dan kesadaran akan kepentingan bersama. Hal
serupa ditemukan pada penelitian Ronsumbre (2009), di ruang penyakit
dalam garuda terdapat gaya kepemimpinan kepala ruang demokratis
dengan ciri-ciri pengambilan keputusan dilakukan bersama dan tanggung
jawab keberhasilan ruangan dilakukan bersama. Menurut Omalayo (2007),
menyatakan bahwa bawahan bekerja dalam kepemimpinan demokratis
pimpinan memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat bekerja
optimal. Gillies dalam Kuntoro (2010) gaya kepemimpinan demokratis
biasanya melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan
memberikan tanggung jawab pada karyawannya. Menurut Brannen (2009)
gaya kepemimpinan demokratis dapat diterapkan pada lingkungan kerja
dengan memiliki keahlian. Gaya ini dapat meningkatkan semangat kerja.
36
Tema 3. Komunikasi Dua Arah
Hasil wawancara dan observasi dari tiga ruang penyakit dalam
menunjukkan bahwa adanya komunikasi dua arah saling memahami antara
pimpinan dan bawahan dan berkomunikasi secara kekeluargaan serta
semua harus bertanggung jawab. Hasil penelitian Ronsumbre (2009)
menunjukkan bahwa dalam gaya kepemimpinan demokratis adanya
komunikasi timbal balik dan hasil observasi 9 orang menyatakan
komunikasi timbal balik dari 13 perawat pelaksana. Jika ada masukan dari
bawahan tetap diterima dan jika ada informasi penting pimpinan segera
menyampaikan kepada bawahan pada saat meeting morning apabila
terdapat masalah maka harus dikomunikasikan langsung dari pimpinan
akan memberikan masukan dan diselesaikan bersama. Menurut Marquis &
Carol (2010), secara umum, semakin langsung komunikasi tersebut
semakin besar kemungkinan kejelasannya. Semakin banyak orang yang
terlibat dalam menyaring komunikasi, semakin besar kemungkinan
penyimpangannya. Pimpinan mengevaluasi setiap situasi secara terpisah
untuk menentukan model yang optimal untuk setiap situasi. Komunikasi
sangat penting untuk keberhasilan kepemimpinan dan manajemen.
Seorang pemimpin mempunyai kewenangan dan tanggung jawab formal
berkomunikasi dengan banyak orang. Komunikasi menjadikan orang dapat
saling berbagi informasi, bertukar fikiran, berbagi rasa dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi (Triwibowo, 2013).
Tema 4. Kenyamanan
Hasil wawancara terdapat satu ruangan yaitu kepala ruang R1
menununjukan bahwa kenyamanan dalam bekerja semuanya harus
diciptakan antar teman. Selama ini kepala ruang belum menemukan atau
belum merasakan suatu masalah yang sangat menggangu pekerjaan. Selain
itu kepala ruang menjelaskan bahwa ketika terdapat masalah antar perawat
satu dengan yang lainnya maka salah satu cara yang digunakan adalah
dengan mengkomunikasikan secara personal karena kadangkala
permasalahan muncul hanya disebabkan oleh ego dari masing-masing
37
perawat namun hal ini juga bukan merupakan solusi yang paling baik
karena terkadang cara komunikasi yang dilakukan untuk masing-masing
individu berbeda-beda. Kemampuan komunikasi seorang pemimpin
memegang peranan yang penting karena seorang pemimpin akan
berhadapan dengan bermacam watak maupun latar belakang. Hal ini perlu
disadari oleh seorang pemimpin, sehingga pemimpin akan berusaha
memahami pribadi serta watak bawahannya (Zainal, 2014). Dalam
melaksanakan proses interaksi komunikasi manusia berusaha agar terjadi
saling pengertian, saling merasakan saling menyadari kebutuhan masing-
masing (Rakhmat, 2005). Selain itu kepala ruang menyebutkan bahwa
salah satu solusi untuk menjaga kenyamanan adalah dengan menjaga
toleransi antar perawat. Menurut Simamora (2014) suasana kerjasama
demokratis yang sehat tidak akan ada, tanpa adanya rasa persahabatan dan
persaudaraan yang akrab, sikap saling hormat menghormati secara wajar di
antara seluruh rekan kerja sehingga terciptanya kenyamanan saat bekerja.
Sedangkan penelitian Mamonto (2013), menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang cenderung ke demokratis lebih menekan tingkat stres
kerja perawat dengan presentase 97,8% perawat memilih gaya
kepemimpinan demokratis dengan tingkat stres ringan.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas Kendali
Dari gaya kepemimpinan bebas kendali terdapat satu tema yaitu
tanggung jawab perorangan.
Tema 5. Tanggung Jawab Perorangan
Pada salah satu ruang penyakit dalam kepala ruang R1 juga adanya
gaya bebas kendali penelitian menunjukkan saat bawahan ada masalah di
ruangan tersebut, kepala ruang sudah menegur sesuai kewenangannya jika
bawahan tidak mau patuh maka harus bertanggung jawab sendiri. Menurut
Blais K.K, dkk (2007), bahwa gaya kepemimpinan bebas kendali,
pemimpin kelihatan pasif dan sedikit memberikan perintah. Pemimpin
sedikit ikut serta, bawahan bisa mandiri bertindak namun koordinasi
38
kurang terjalin sehingga menimbulkan kekacauan. Tidak akan tercapainya
suatu tujuan yang telah ditetapkan apabila suatu organisasi tidak dapat
menegakkan kedisiplinan (Brennan, 2009). Disiplin yang dilakasanakan
itu harus dilakukan secara sukarela, patuh taat dan apabila melanggar
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi seperti bersedia menaati
peraturan dengan penuh kesadaran, bersedia bertanggungjawab, dan
adanya kesanggupan individu dalam melakukan pekerjaan dengan
kesediaan bersikap jujur maka bisa menerima sanksi (Siagian, 2008).
4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 Agustus sampai 29 Agustus
2016. Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian yaitu:
1. Waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama dari yang direncanakan awal
untuk melaksanakan wawancara kepada beberapa informan terutama kepala
ruang karena tingginya mobilitas dan kesibukan informan.
2. Informan hanya bisa menjanjikan hari namun tidak bisa menjanjikan waktu
di karenakan sering ada rapat dadakan kepala ruang.
3. Ketika dilakukan wawancara ada beberapa informan saat menjawab
pertanyaan nampak gugup. Pada saat observasi beberapa informan merasa
canggung sehingga tampak ruang gerak informan tidak leluasa.
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di tiga ruangan penyakit
dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul menunjukkan bahwa adanya gaya
kepemimpinan otoriter dengan satu tema yaitu pemimpin menentukan sendiri
yang di terapkan oleh kepala ruang R1. Tiga kepala ruang menerapkan gaya
kepemimpinan demokratis terdapat tiga tema kebersamaan pimpinan dan
bawahan serta komunikasi dua arah sedangkan tema kenyamanan hanya
diterapkan oleh kepala ruang R3. Gaya kepemimpinan bebas kendali hanya
terdapat satu tema yaitu tanggung jawab perorangan yang diterapkan oleh
kepala ruang R1.
B. Saran
1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disarankan bagi kepala ruang dalam menerapkan gaya kepemimpinan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di ruangan baik gaya
kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan demokratis serta gaya
kepemimpinan bebas kendali karena dari tiga gaya kepemimpinan tersebut
tidak ada gaya kepemimpinan yang paling baik.
2. Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi mengenai gaya
kepemimpinan dan bagi perpustakaan Stikes Jenderal Achmad Yani dapat
menambah bacaan atau teori tentang gaya kepemimpinan khususnya di bidang
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Blais, K.K. dkk. (2007). Praktik Keperawatan Profesional. Konsep dan
Perspektif. Ed 4. Jakarta: EGC.
Brennen, A.M. (2009). Leadership Style. Articles & Resources on Educational
Administration & Supervision. www.soencouragement.org/leadership-
style...[diakses 03 September 2016].
Creswell, J. W. (2008). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed, Edisi Ketiga. Bandung: Pustaka Pelajar.
Kreitner, R & Kinicki, A. (2007). Organizational Behavior. 7th Ed. New York:
McGraw-Hill/Irwin.
Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Lapau, B. (2015). Metode Penelitian Kesehatan Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
dan Disertasi. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Mamonto D. Novita. (2013). Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan
dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Bitung.
Skripsi. Manado; Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=Hubungan+Gaya+Kepemi
mpinan+Kepala+Ruangan+dengan+tingkat+stres+kerja+perawat&btnG=
Diakses 16 Mei 2016.
Marquis, B & Carol, J.H. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
_______. (2012). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
_______. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Omalayo, B. (2007). Effect of Leadership Style on Job-Related Tension and
Psychological Sense of Community in Work Organizations. Bangladesh
e-Journal of Sociology, 4(2): 8-1.
http://www.bangladeshsociology.org/Effect%20of%20Leadership%20St
yle4.2.pdf. Diakses 08 September 2016.
Putra, M. (2008). Hubungan Gaya Kepemimpinan Situasional dengan Motivasi
Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Dokter
Soedarso Pontianak. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Raya.
Ronsumbre, F. A. (2009). Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Perawatan pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sorong. Tesis. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.
Sellgren, S., Ekvall, G., & Tomson, G. (2006). Leadership styles in nursing
management : preferred and perceived. Journal of Nursing Management,
14 (4), 348–355.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&q=leadership+styles+in+nursi
ng+management%3A+preferred+and+perceived&btnG=. Diakses 05 Juli
2016.
Siagian, S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed 1. Jakarta: Bumi
Aksara.
Simamora, R. H. (2014). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Sugiyono. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sullivan, J dan Decker, P. (2009). Effective Leadership and Management in
Nursing. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Suyatno. (2009). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres.
Syafrudin. (2011). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam
Kabidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Terry, G.R & Rue, L.W. (2008). Dasar-dasar Manajemen. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Thoha, M. (2009). Kepemimpinan dalam Manajemen. Ed 1. Jakarta: Kharisma
Putra Utama Offset.
Toni, R. (2008) Kepemimpinan yang Efektif dalam Organisasi. Artikel Pusdiklat
Bea dan Cukai. www.bppk.depkeu.go.id/webbc. Diakses 20 Juli 2016.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta Timur: CV Trans Info Media.
Yukl, G. (2010). Leadership in Organizations, 7th edition. Prentice Hall. (also in
7 other languages).
Zainal, V.R, Hadad, M.D, Ramly M. (2014). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.