gambaran pelaksanaan pemasangan infus...

118
GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS YANG TIDAK SESUAI SOP TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan” Oleh : Nurma Irawati S.10033 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: nguyenduong

Post on 30-Jan-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS YANG

TIDAK SESUAI SOP TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS

DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Nurma Irawati

S.10033

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

i

GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS YANG

TIDAK SESUAI SOP TERHADAP KEJADIAN FLEBITIS

DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO

KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Nurma Irawati

S.10033

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 3: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

ii

Page 4: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

iii

Page 5: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya

serta hidayahNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran

Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Tidak Sesuai SOP Terhadap Kejadian

Flebitis Di RSUD Dr.Soemarso Mangun Sudiran Kabupaten Wonogiri”. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai

pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang

sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns. M.Kep, selaku Pembimbing Utama dan

kepala program studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Ariyani, S.Kep,.Ns. M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu bc. Yeti Nurhayati,. M.Kes, selaku penguji I yang telah memberikan

masukan dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat menempuh

ujian dengan lancar.

Page 6: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

v

5. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian.

6. Bapak AL Hariyono, S.Kep selaku kepala ruang rawat inap Kenanga RSUD

dr.Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah membantu dan

mengarahkan peneliti dalam proses penelitian.

7. Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah

berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu –

persatu.

8. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

9. Kepada kedua orang tua Bapak (Parmin) dan Ibu (Sartinah) tercinta yang tak

henti – hentinya mendoakan penulis, memberikan ketulusan kasih sayang

sepenuhnya, membiayai semua penulisan dan selalu memberikan motivasi

serta dukungan terbesar kepada penulis.

10. Adik-adik tercinta (Fera Shonia Novita dan Dzaky Fatihul Ahsan) atas doa

dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

11. Kakek (Sarmin) dan Nekek (Siti Chomsinah) ku tercinta yang selalu

mendoakan mendukung setiap langkah yang telah dilalui penulis.

12. Ustadz ku yang selalu memberi motivasi melalui petuah islamiah hingga

penulis dapat menjalani dengan tenang dan sabar dalam penyusunan skripsi.

13. Sahabat-sabahat ku tercinta Ratih Swari Hadiyanti (Ratbo) dan Marni

Wahyuningsih (Marbo) yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi.

Page 7: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

vi

14. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti

memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak.

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, Juni 2014

Penulis

Page 8: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii

ABSTRAK .................................................................................................... xx

ABSTRACT .................................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 4

1.3. Tujuan ............................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

1.5. Keaslian Penelitian ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori .................................................................... 8

2.1.1. Standar Operasional Prosedur (SOP) ................. 8

Page 9: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

viii

1. Pengertian SOP ..................................... 8

2. Tujuan SOP ..................................... 8

3. Fungsi SOP ..................................... 9

4. Kapan SOP diperlukan ................................... 9

5. Keuntungan adanya SOP ................................ 9

2.1.2. Pemasangan Infus ............................................... 10

1. Pengertian Pemasangan Infus ......................... 10

2. Tujuan ............................................................. 10

3. Keuntungan dan kerugian ............................... 10

4. Lokasi Pemasangan Infus ............................... 11

5. Jenis Cairan Intravena ..................................... 14

6. Prosedur pemasangan infus sesuai teori ......... 15

7. SOP Pemasangan Infus RSUD Wonogiri ....... 20

8. Komplikasi Pemasangan Infus ........................ 23

9. Pencegahan Komplikasi pemasangan

Terapi Intravena .............................................. 26

2.1.3. Flebitis ................................................................ 27

1. Pengertian ...................................................... 27

2. Tanda dan Gejala ............................................ 28

3. Penyebab ......................................................... 29

4. Skala Flebitis ................................................... 30

5. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Flebitis 31

Page 10: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Fokus Penelitian .................................................................. 34

3.2 Desain Penelitian ................................................................. 34

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 35

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 37

3.5 Pengumpulan Data .............................................................. 37

3.5.1. Cara Pengumpulan Data ........................................ 38

3.6.2. Alat Pengumpulan Data ........................................ 39

3.6.4. Tahap Pengumpulan Data .................................... 39

1. Tahap Orientasi .............................................. 39

2. Tahap Pelaksanaan ......................................... 40

3.6 Analisa Data ........................................................................ 40

3.7 Validitas data ...................................................................... 41

3.8 Etika Penelitian ................................................................... 44

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran lokasi penelitian ................................................. 46

4.2 Gambaran karakteristik partisipan ...................................... 47

4.3 Hasil penelitian .................................................................... 51

4.3.1. Pengertian SOP ..................................................... 51

1. Aturan ............................................................ 51

2. Standar ........................................................... 52

4.3.2. Pelaksanaan SOP dibangsal .................................. 53

1. Jarang dipraktikan .......................................... 53

Page 11: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

x

2. Tidak hafal ..................................................... 54

3. Melihat situasi dan kondisi ............................. 55

4.3.3. Pemasangan belum sesuai SOP ............................. 56

1. Memakan waktu lama ..................................... 56

4.3.4. Alasan belum sesuai SOP ...................................... 56

1. Tuntutan pekerjaan yang banyak ................... 57

4.3.5. Waktu penggantian infus ...................................... 57

1. Infus diganti 4-5 hari ...................................... 57

4.3.6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari ................ 58

1. Pernah ............................................................ 58

2. Bengkak ......................................................... 59

3. Flebitis ........................................................... 60

4.3.7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan ................. 61

1. Pernah ............................................................ 61

2. Lupa ............................................................... 62

4.3.8. Intervensi pasien flebitis ....................................... 63

1. Ganti lokasi .................................................... 63

2. Melepas infus ................................................. 64

4.3.9. Penyebab Infus ..................................................... 65

1. Aktifitas fisik ................................................. 65

2. Transfusi darah .............................................. 66

3. Cairan infus .................................................... 68

4. Kebersihan ..................................................... 68

Page 12: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xi

4.3.10. Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai SOP 69

1. Mempertahankan vena pada posisi stabil ...... 70

2. Memakai hanschoon ...................................... 70

3. Membersihkan kulit pada kapas alkohol

(melingkar -> keluar) ..................................... 70

4. Melakukan desinfektan tutup botol cairan ..... 71

5. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang

akan ditusuk ................................................... 71

6. Memasang perlak pengalas ............................ 71

4.4. Pembahasan ......................................................................... 72

4.4.1. Pengertian SOP ..................................................... 72

4.4.2. Pelaksanaan SOP dibangsal .................................. 73

4.4.3. Pemasangan belum sesuai SOP ............................. 74

4.4.4. Alasan belum sesuai SOP ..................................... 75

4.4.5. Waktu penggantian infus ...................................... 75

4.4.6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari ................ 76

4.4.7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan ................. 77

4.4.8. Intervensi pasien flebitis ....................................... 78

4.4.9. Penyebab flebitis .................................................. 79

4.4.10.Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai SOP 81

1. Mempertahankan vena pada posisi stabil ...... 81

2. Memakai hanschoon ...................................... 83

3. Membersihkan kulit pada kapas alkohol

Page 13: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xii

(melingkar -> keluar) ..................................... 83

4. Melakukan desinfektan tutup botol cairan ..... 84

5. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang

akan ditusuk .................................................. 85

6. Memasang perlak pengalas ............................ 86

4.5. Keterbatasan penelitian ....................................................... 86

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................... 88

5.1.1. Gambaran pelaksanaaan pemasangan infus .......... 88

1. Pengertian SOP ................................................... 88

2. Pelaksanaan SOP dibangsal ................................ 88

3. Pemasangan belum sesuai SOP .......................... 89

4. Alasan belum sesuai SOP ................................... 89

5. Waktu penggantian infus .................................... 89

6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari .............. 89

7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan ............... 90

8. Intervensi pasien flebitis ..................................... 90

9. Penyebab Flebitis ................................................ 90

10. Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP ...................................................................... 90

5.1.2. Prosentase gambaran pelaksanaan pemasangan infus

yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis ..... 91

5.1.3. Dampak dari gambaran pelaksanaan pemasangan infus

Page 14: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xiii

yang tidak sesuai SOP ................................................ 91

5.1.4. Menganalisa gambaran pelaksanaan pemasangan infus

yang tidak sesuai SOP ................................................ 91

5.2 Saran ..................................................................................... 92

5.2.1. Bagi rumah sakit ................................................... 92

5.2.2. Bagi institusi Pendidikan ...................................... 92

5.2.3. Bagi peneliti lain .................................................. 92

5.2.4. Bagi peneliti ......................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...................................................................... 6

Page 16: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pemasangan Infus 12

Page 17: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xvi

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Fokus Penelitian .............................................................................. 34

Page 18: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xvii

DAFTAR SINGKATAN

CDC : Center Of Disease Control

CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil

D3 : Diploma

IV : Intravena

INS : Intgravenous Nurses Society

PNS : Pegawai Negeri Sipil

RL : Ringer Laktat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

S1 : Sarjana

SOP : Standar Operasional Prosedur

WHO : World Health Organisation

Page 19: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : F.01 Usulan topik penelitian

Lampiran 2 : F.02 Pengajuan judul Skripsi

Lampiran 3 : F.03 Penggantian judul skripsi

Lampiran 4 : F.04 Pengajuan izin studi pendahuluan

Lampiran 5 : Surat Izin pendahuluan

Lampiran 6 : Surat izin pendahuluan Rekomendasi Kesbangpol Wonogiri

Lampiran 7 : Surat izin pendahuluan RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Lampiran 8 : F.05 Lembar oponent ujian sidang proposal skripsi

Lampiran 9 : F.06 Lembar audience ujian sidang proposal skripsi

Lampiran 10 : F. 07 Pengajuan Surat izin penelitian

Lampiran 11 : Surat izin penelitian

Lampiran 12 : Surat izin penelitian Rekomendasi Kesbangpol Wonogiri

Lampiran 13 : Surat izin penelitian RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Lampiran 14 : Surat pernyataan selesai penelitian dari RSUD dr.Soediran

Mangun Sumarso

Lampiran 15 : Surat permohonan menjadi partisipan

Lampiran 16 : Persetujuan menjadi partisipan

Lampiran 17 : SOP Pemasangan infus Wonogiri

Lampiran 18 : Pedoman wawancara

Lampiran 19 : Transkrip wawancara

Lampiran 20 : Lembar observasi kejadian flebitis

Page 20: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xix

Lampiran 21 : Lembar hasil observasi kejadian flebitis

Lampiran 22 : Kategori

Lampiran 23 : Dokumentasi

Lampiran 24 : Lembar konsultasi

Lampiran 25 : Jadwal penelitian

Page 21: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xx

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2014

Nurma Irawati

Gambaran Pelaksanaan Pemasangan Infus Yang Tidak Sesuai SOP

Terhadap Kejadian Flebitis Di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri

Abstrak

Flebitis adalah suatu kejadian peradangan pada vena yang terpasang infus

karena infeksi oleh mikroorganisme selama perawatan di rumah sakit.Pada studi

pendahuluan didapatkan data pada tahun 2011 pasien yang terjadi flebitis

sebanyak 23 (2,2%) diruang kenanga, kemudian pada data pada bulan Oktober-

Desember 2013 bahwa pasien yang terpasang infus sebanyak 362 pasien yang

terjadi flebitis sebanyak 20 (5,52%) dan peneliti mengikuti dinas selama 3 hari

pada tanggal 24-26 Desember 2013 terdapat kejadian flebitis sebanyak 3 (15%).

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pemasangan infus

yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis.

Penelitian gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

terhadap kejadian flebitis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis deskriptif digunakan untuk memperoleh informasi

yang spesifik mengenali nilai, opini, perilaku dan konteks sosial menurut

keterangan populasi. Analisa data menggunakan metode Colaizzi. Sampel dalam

penelitian adalah 5 partisipan perawat pelaksana rawat inap dan pasien yang

terpasang infus di RSUD dr. Soediran Mangan Sumarso Wonogiri.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat gambaran pelaksanaan

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis.Kesimpulan

penelitian ini adalah pemasangan infus yang tidak sesuai SOP dapat

mempengaruhi kejadian flebitis dibangsal kenanga RSUD dr. Soediran Mangan

Sumarso Wonogiri. Peneliti menyarankan perawat untuk menerapkan pemasangan

infus harus sesuai SOP untuk mencegah terjadinya flebitis di RSUD Dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri.

Kata kunci : Terapi intravena, kejadian flebitis, SOP pemasangan infus.

Daftar Pustaka : 31 (2001-2014)

Page 22: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

xxi

BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

2014

Nurma Irawati

DESCRIPTION OF THE IMPLEMENTATION OF INFUSION

INSTALLATION UNSUITABLE WITH STANDARD OPERATING

PROCEDURE ON THE INCIDENCE OF PHLEBITIS AT DR. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO LOCAL GENERAL HOSPITAL OF WONOGIRI

REGENCY

ABSTRACT

Phlebitis is an inflammatory incidence of the vein installed with infusion.

It happens due to the infection by microorganisms during the medical care in

hospital. In the preliminary research, in 2011 the number of clients at Kenanga

ward suffering from phlebitis was 23 (2.2%). In October – December 2013, of

362 clients installed with infusion, 20 (5.52%) suffered from phlebitis, and when

the researcher attended field practice for three days from December 24th

to

December 26th

, 2013, there were three incidences (15%) of phlebitis.

The objective of this research is to investigate the description of infusion

installation unsuitable with the standard operating procedure on the incidence of

phlebitis.

This research used the qualitative research method with phenomenological

descriptive approach as to obtain specific information to recognize opinion, value,

behavior, and social context according to the explanations of population. The

samples of the research consisted of five nurses posted in the in-patient wards and

clients installed with infusion at Kenanga ward of dr. Soediran Mangan Sumarso

Local General Hospital of Wonogiri. The data of the research was analyzed by

using the Colaizzi method.

The result of the research shows that there is a description of the

implementation of infusion installation which is unsuitable with the prevailing

standard operating procedure on the incidence of phlebitis. Thus, it can be

concluded that the infusion installation which is not suitable with the existing

standard operating procedure can influence the incidence of phlebitis at Kenanga

ward of dr. Soediran Mangan Sumarso General Local Hospital of Wonogiri.

Therefore, the nurses are suggested to apply the infusion installation in

accordance with the existing standard operating procedure to prevent the

incidence of phlebitis at dr. Soediran Mangun Sumarso Local General Hospital of

Wonogiri.

Keywords: Intravenous therapy, incidence of phlebitis, standard operating

procedure, and infusion installation

References: 31 (2001-2014)

Page 23: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasien yang masuk rumah sakit dengan indikasi terapi pemasangan

infus yang dilakukan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien. Terapi

ini harus dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan dan

elektrolit pasien, tidak hanya itu saja pemasangan intravena juga dapat

membantu pemulihan penyakit karena dengan dilakukannya pemasangan

intravena memudahkan dalam pengobatan melalui injeksi. Dalam dunia

kesehatan yang paling sering dilakukan bahkan menjadi terapi yang paling

utama untuk pasien rawat inap adalah pemasangan intravena. Pemasangan

intravena pada pasien mulai bayi hingga lansia. Pemasangan intravena

menggunakan ukuran kateter yang berbeda yang digunakan bayi dengan

orang dewasa dan lansia. Begitu banyaknya fungsi pemasangan intravena

namun banyak pula efek samping dalam pemasangan intravena yang tidak

sesuai dengan prodesur sehingga mengakibatkan terjadinya peradangan

(Flebitis). Faktor penyebab terjadinya flebitis menurut (Smeltzer 2001)

adalah faktor kimia seperti jenis cairan dan obat yang digunakan, kecepatan

aliran infus serta bahan kateter. Faktor mekanik yaitu terjadi ketika vena

telah dibuat trauma oleh kontak fisik. Trauma fisik tersebut dapat disebabkan

akibat ukuran kateter dan lokasi penusukan yang tidak sesuai. Faktor

bakterial biasanya berhubungan dengan adanya kolonisasi bakteri.

Page 24: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

23

Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus diperkirakan sekitar 25

juta pertahun di Inggris dan mereka telah terpasang berbagai bentuk alat akses

intravena selama perawatannya (Hampton 2008). Terapi intravena (IV)

adalah salah satu teknologi yang paling sering digunakan dalam pelayanan

kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk ke rumah

sakit mendapat terapi melalui IV (Hindley 2004). Pemasangan infus

berdasarkan rekomendasi dari The Infusion Nursing Standars of Practice

dapat dipertahankan selama 72 jam setelah pemasangan sedangkan dari The

Center Of Disease Control (CDC), mengajurkan bahwa infus harus

dipindahkan setiap 72-96 jam (Alexander et al 2010 dalam Nurjanah 2011).

Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang merupakan

tugas perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang

pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu pasien

harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik (Brunner &

Suddrths 2001).

Pada Penelitian di Singapura oleh Zavareh dan Ghorbani (2007 hal 733-

734) menjelaskan dari hasil penelitian didapatkan kejadian flebitis yang

terpasang pada ekstermitas atas yaitu 76,9 % dan di ekstermitas bawah yaitu

23,7 %. Data menunjukkan bahwa angka kejadian flebitis di RSUD Majalaya

pada periode 2009-2011 tetap berada di atas rata-rata nasional, dimana angka

standar yang menjadi acuan adalah >1,5. Dari hasil penelitian (Wayunah

2011) diketahui bahwa kejadian flebitis pada pasien yang terpasang infus oleh

Page 25: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

24

perawat pelaksana di ruang rawat inap dewasa RSUD Indramayu sebanyak

40% dengan responden 65 pasien.

Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh (Prastika, Daya dkk 2011)

dari 90 responden yang dilakukan pemasangan infus di IGD RSUD Majalaya

berdasarkan kejadian flebitis dapat diketahui 32,2% mengalami flebitis dan

67,8% tidak mengalami flebitis. Menurut data surveilans World Health

Organisation (WHO) dinyatakan bahwa angka kejadian infeksi nosokomial

cukup tinggi yaitu 5% per tahun, 9 juta orang dari 190 juta pasien yang

dirawat di rumah sakit. Kejadian flebitis menjadi indikator mutu pelayanan

minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤ 1,5% (Depkes RI 2008).

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit

diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam

(Darmadi 2008).

Dari hasil studi pendahuluan didapatkan data tahun 2011 pasien yang

terpasang infus di ruangan sebanyak 1.077 pasien yang terjadi flebitis

sebanyak 23 (2,2%) pasien, kemudian pada data pada bulan Oktober-

Desember 2013 bahwa pasien yang terpasang infus sebanyak 362 pasien yang

terjadi flebitis sebanyak 20 (5,52%) pasien dan peneliti mengikuti dinas

selama 3 hari pada tanggal 24-26 Desember 2013 terdapat kejadian flebitis

sebanyak 3 (15%) pasien. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa

salah seorang perawat mengatakan di ruangan tersebut dalam 1 bulan terjadi

angka kejadian flebitis antara 4-5 pasien.

Page 26: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

25

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah

penelitian tentang gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1.Untuk mengetahui prosentase gambaran pelaksanaan pemasangan

infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis

1.3.2.2.Untuk mengetahui dampak dari gambaran pelaksanaan pemasangan

infus yang tidak sesuai SOP.

1.3.2.3. Untuk menganalisa gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang

tidak sesuai SOP.

Page 27: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

26

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi rumah sakit/Masyarakat

1.4.1.1. Dapat menambah pengetahuan rumah sakit/masyarakat tentang

gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

1.4.1.2. Menjadi bahan masukan bagi rumah sakit terkait pelaksanaan

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis.

1.4.2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

1.4.2.1. Memberikan informasi tentang gambaran pelaksanaan

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis

di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.4.2.2. Dapat menjadi bahan kajian pengembangan penelitian tentang

gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

1.4.3. Manfaat bagi Peneliti Lain

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat memberikan informasi

baru atau data bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang

berkaitan dengan gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Page 28: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

27

1.4.4. Manfaat bagi Peneliti

1.4.4.1.Mengetahui gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP terhadap kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.4.4.2.Mengetahui prosentase menerapkan pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP terhadap angka kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.4.4.3.Mengetahui dampak dari pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

terhadap angka kejadian flebitis di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

1.5. Keaslian Penelitian

Resume Penelitian sejenis yang pernah di lakukan sebagai acuhan

peneliti dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Metode Hasil

Penelitian

Penelitian

Sekarang

Ince Maria

&

Erlin

Kurnia

2012

Kepatuhan

Perawat

Dalam

Melaksanakan

Standar

Prosedur

Operasional

Pemasangan

Infus

Terhadap

flebitis

korelasio

nal

Hasil

didapatkan

tindakan

pemasangan

infus

dilakukan oleh

perawat

dengan patuh

pada Standar

Prosedur

Operasional

Pemasangan

infus (88,2%)

dan yang tidak

mengalami

flebitis

Gambaran

pelaksanaan

pemasangan

infus yang

tidak sesuai

SOP terhadap

kejadian

flebitis di

RSUD dr.

Soediran

Mangun

Sumarso

Kabupaten

Wonogiri

Page 29: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

28

mayoritas

(97,1%).

Wayunah

2011

Hubungan

Pengeteahuan

tentang terapi

infus dengan

kejadian

flebitis dan

kenyamanan

pasien di ruang

rawat inap

rumah sakit

umum daerah

(RSUD)

Kabupaten

Indramayu.

Analitic-

corelatio

nal

dengan

pendekat

ann

cross-

sectional

hasil penelitian

diketahui

bahwa

kejadian

flebitis pada

pasien yang

terpasang infus

oleh perawat

pelaksana di

ruang rawat

inap dewasa

RSUD

Indramayu

sebanyak 40%

dengan

responden 65

pasien.

Gambaran

pelaksanaan

pemasangan

infus yang

tidak sesuai

SOP terhadap

kejadian

flebitis di

RSUD dr.

Soediran

Mangun

Sumarso

Kabupaten

Wonogiri

Prastika

Daya, Sri

Susilaning

sih dan

Afif Amir

A. 2012

Kejadian

flebitis di

Rumah Sakit

Umum Daerah

Majalaya

Deskrifti

f

korelasio

nal

Hasil

penelitian dari

90 responden

yang dilakukan

pemasangan

infus di IGD

RSUD

Majalaya

berdasarkan

kejadian

flebitis dapat

diketahui

32,2%

mengalami

flebitis dan

67,8% tidak

mengalami

flebitis.

Gambaran

pelaksanaan

pemasangan

infus yang

tidak sesuai

SOP terhadap

kejadian

flebitis di

RSUD dr.

Soediran

Mangun

Sumarso

Kabupaten

Wonogiri

Page 30: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

2.1.1. Standar Operasional Prosedur (SOP)

1. Pengertian SOP

Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong

dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang

dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja

tertentu (Perry dan Potter 2005).

2. Tujuan SOP

a. Petugas / pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas /

pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam

organisasi.

c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.

d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek

atau kesalahan administrasi lainnya.

e. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek

atau kesalahan administrasi lainnya.

Page 31: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

9

f. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan

inefisiensi

3. Fungsi SOP

a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.

b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.

4. Kapan SOP diperlukan

a. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.

b. SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan

dengan baik atau tidak.

c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah

kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

5. Keuntungan adanya SOP

a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara

konsisten.

b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa

yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.

c. SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat trainning dan bisa

digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

Page 32: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

10

2.1.2. Pemasangan infus

1. Pengertian pemasangan Infus

Terapi intravena merupakan terapi medis yang dilakukan secara invasif

dengan menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit,

nutrisi dan obat melalui pembuluh darah (intravascular) (Perry & potter 2005)

Menurut (Dougherty 2008) mengatakan bahwa terapi intravena adalah

penyediaan akses yang bertujuan untuk pemberian hidrasi intravena atau makanan

dan administrasi pengobatan. Kanula biasanya dimasukkan untuk terapi jangka

pendek maupun untuk injeksi bolus atau infus singkat dalam perawatan di rumah

sakit ataupun di unit rawat jalan.

2. Tujuan

Laskowski-Jones dan Falkowski; Ingnatavicius dan (workman 2010 dalam

Wayunah 2011) yang mengatakan bahwa alasan umum pasien mendapatkan terapi

infus adalah:

a. Mempertahankan keseimbangan cairan atau koreksi keseimbangan cairan.

b. Mempertahankan elektrolit atau keseimbangan asam basa atau koreksi

elektrolit.

c. Pemberian obat termasuk nutrisi.

d. Mengganti darah atau produk darah.

3. Keuntungan dan kerugian

Menurut (Perry dan Potter 2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena

adalah :

Page 33: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

11

a. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat

tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi

total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan,

kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat

dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika

diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang

tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau

ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

b. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan

mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi,

kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan

komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik

akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia,

dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

3. Lokasi Pemasangan infus

Menurut (Perry dan Potter 2005), tempat atau lokasi vena perifer yang

sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer

kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk

terapi intravena. Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan

dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan

bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median

Page 34: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

12

lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna,

ramusdorsalis)

.

Gambar 2.1. Lokasi Pemasangan Infus

Sumber: Dougherty dkk (2010)

Menurut Dougherty dkk (2010), Pemilihan lokasi pemasangan terapi

intravana mempertimbangkan beberapa faktor yaitu :

a. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat

penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir.

b. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis

terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,

pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun.

Page 35: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

13

c. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan

tingkat kesadaran.

d. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan

sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya

hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer).

e. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan

pengukuran untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik,

rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal

(misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan).

f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan

sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit

vena pengganti.

g. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena

menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat

vena menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis).

h. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena

pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya

pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter .

i. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien

dengan stroke.

j. Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami

pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.

Page 36: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

14

4. Jenis cairan intravena

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut (Perry dan Potter 2005) cairan

intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya

mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus

berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang

mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan

darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan

cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.

Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan

garam fisiologis (NaCl 0,9%).

b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan

serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga

larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan

ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip

cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai

akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel

mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam

terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)

dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel,

menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan

Page 37: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

15

intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl

45% dan Dekstrosa 2,5%.

c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan

serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke

dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose

5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

5. Prosedur pemasangan infus sesuai teori

Karena infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intravena,

peralatan intravena harus steril, juga wadah dan selang parenteral. Tempat insersi

harus dibersihkan dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, mulai dari

tengah ke arah tepi. Tindakan ini diikuti dengan alcohol 70%. (Hanya alcohol

yang digunakan jika pasien alergi pada iodine). Perawat harus menggunakan

sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur pungsi vena karena

tingginya kemungkinan kontak dengan darah pasien (Asmadi 2008)

a. Memasang infus intravena

1) Peralatan :

a) Seperangkat infus set steril

b) Cairan yang diperlukan

c) Kain kasa steril dalam tempatnya

d) Kapas alkohol dalam tempatnya

e) Plester

Page 38: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

16

f) Gunting verband

g) Bengkok (neirbekken)

h) Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)

i) Perlak kecil dan alas

j) Tali pembendung (tourniquet)

k) Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada anakanak.

(Asmadi 2008)

2) Persiapan :

a) Pastikan program medis untuk terapi intravena, periksa label larutan, dan

identifikasi pasien. Kesalahan yang serius dapat dihindari dengan

pemeriksaan yang teliti.

b) Jelaskan prosedur pada pasien. Pengetahuan meningkatkan kenyamanan dan

kerjasama pasien.

c) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan sekali pakai. Asepsis penting untuk

mencegah infeksi. Mencegah pajanan perawat terhadap darah pasien.

d) Pasang tourniket dan identifikasi vena yang sesuai. Tourniket akan

melebarkan vena dan membuatnya terlihat jelas.

e) Pilih letak insersi. Pemilihan tempat yang teliti akan meningkatkan

kemungkinan pungsi vena yang berhasil dan pemeliharaan vena.

f) Pilih kanula intravena. Panjang dan diameter kanula harus sesuai baik untuk

letak maupun tujuan infuse.

g) Hubungkan kantong infus dan selang, dan alirkan larutan sepanjang selang

untuk mengeluarkan udara, tutup ujung selang. Mencegah penundaan;

Page 39: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

17

peralatan harus dihubungkan dengan segera setelah pungsi vena yang

berhasil untuk mencegah pembekuan darah.

h) Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja dan posisi pasien yang

nyaman; alur pencahayaan. Posisikan lengan pasien dibawah ketinggian

jantung untuk meningkatkan pengisian kapiler. Letakkan bantalan

pelindung di atas tempat tidur di bawah lengan pasien. Posisi yang sesuai

akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan memberikan

kenyamanan bagi pasien.

(Smeltzer & Bare 2002)

3) Prosedur

a) Tergantung pada kebijakan dan prosedur rumah sakit, lidokain 1% (tanpa

epinefrin) 0,1-0,2 cc mungkin disuntikkan secara local ke tempat

intravena. (Menurunkan nyeri setempat akibat prosedur).

b) Pasang tourniket baru untuk setiap pasien atau manset tekanan darah 15

sampai 20 cm (6-8 inci) di atas tempat penusukan. Palpasi nadi di distal

tourniket. Minta pasien untuk membuka dan menutup kepalan tangan

beberapa kali atau menggantung lengan pasien untuk melebarkan vena.

(Tourniket melebarkan vena dan memudahkan pemasukan; tourniket tidak

boleh ketat sehingga menghambat aliran darah arteri. Jika nadi tidak teraba

di sebelah distal tourniket, maka tourniket tersebut terlalu ketat. Telapak

tangan yang terkepal menyebabkan vena menjadi bulat dan kencang).

c) Pastikan apakah pasien alergi terhadap yodium. Siapkan tempat dengan

membersihkan menggunakan tiga swab betadine selama 2-3 menit dalam

Page 40: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

18

gerakan memutar, bergerak keluar dari tempat penusukan. Biarkan kering,

kemudian bersihkan dengan alcohol 70% untuk melihat dengan jelas vena

profunda.

(1). Jika tempat yang dipilih sangat berambut, gunting rambut. (periksa

kebijakan dan prosedur lembaga tentang hal ini)

(2). Jika pasien alergi dengan povidone-yodium, maka dapat digunakan

alcohol 70% saja. (Asepsis ketat dan persiapan tempat yang teliti

merupakan hal yang penting untuk mencegah infeksi).

d) Dengan tangan yang tidak memegang peralatan akses vena, pegang tangan

pasien dan gunakan jari atau ibu jari untuk menegangkan kulit di atas

pembuluh darah. (Menerapkan traksi pada vena membantu vena untuk

menstabilkannya).

e) Pegang jarum dengan bagian bevel keatas dan pada sudut 25- 45 derajat,

tergantung pada kedalaman vena, tusuk kulit tetapi tidak menusuk vena.

(Posisi bevel ke atas biasanya menyebabkan trauma yang lebih sedikit ke

kulit atau vena).

f) Turunkan sudut jarum menjadi 10-20 derajat atau hamper sejajar dengan

kulit, kemudian masuki vena baik langsung dari atas atau dari samping

dengan satu gerakan cepat. (Prosedur dua tahap menurunkan kemungkinan

menembusnya jarum melalui dinding posterior vena ketika kulit ditusuk).

g) Jika tampak aliran darah balik, luruskan sudut dan dorong jarum, langkah-

langkah tambahan untuk pemasangan kateter yang membungkus jarum.

(1). Dorong jarum 0,6 cm setelah pungsi vena yang berhasil.

Page 41: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

19

(2). Tahan hub jarum, dan dorong kateter yang membungkus jarum

kedalam vena. Jangan pernah memasukkan kembali jarum ke

dalam kateter plastic atau menarik kateter kembali ke jarum.

(3). Lepaskan jarum, sambil menekan perlahan kulit di atas ujung kateter;

tahan hub kateter di tempatnya. (Aliran balik mungkin tidak terjadi

jika vena kecil; posisi ini menurukan kemungkinan tembusnya

dinding posterior vena).

h) Lepaskan tourniket dan sambungkan selang infus ; buka klem sehingga

memungkinkan tetesan. (Infus harus disambungkan dengan cepat untuk

mencegah terjadinya bekuan darah dalam kanula. Setelah 2 kali usaha

untuk melakukan penusukan vena tidak berhasil dianjurkan meminta

bantuan dari perawat lain).

i) Sisipkan bantalan kasa steril berukuran 2x2 inchi dibawah ujung kateter.

(Kasa berfungsi sebagai bidang steril).

j) Rekatkan jarum dengan kuat di tempatnya dengan plester. (Jarum yang

stabil lebih sedikit kemungkinannya untuk terlepas atau mengiritasi vena).

k) Tempat penusukan kemudian ditutup dengan band-aid atau kasa steril;

rekatkan dengan plester nonalergenik tetapi jangan melingkari ekstremitas.

(Plester yang melingkari ekstremitas dapat berfungsi sebagai tourniket).

l) Plesterkan sedikit lengkungan selang intravena ke atas balutan.

(Lengkungan selang menurunkan kemungkinan pergeseran kanul yang

tidak sengaja jika selang tertarik).

Page 42: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

20

m) Tutup tempat penusukan dengan balutan sesuai dengan kebijakan dan

prosedur rumah sakit. Balutan kasa atau transparan mungkin digunakan.

(Balutan yang transparan memungkinkan pengkajian terhadap flebitis,

infiltrasi, dan infeksi pada tempat penusukan tanpa melepaskan balutan).

n) Beri label balutan dengan jenis dan panjang kanula, tanggal, dan inisial.

(Pemasangan label memfasilitasi pengkajian dan penghentian yang aman).

o) Hitung kecepatan infus dan atur aliran infus. (Infus harus diatur dengan

cermat untuk mencegah terjadinya infus yang berlebihan atau

kekurangan).

p) Dokumentasikan tempat, jenis dan ukuran kanula, waktu, larutan,

kecepatan intravena, dan respons pasien terhadap prosedur.

(Pendokumentasian penting untuk memfasilitasi perawatan dan untuk

tujuan legal).

(Smeltzer & Bare 2002).

6. SOP Pemasangan Infus RSUD Wonogiri

1. Pengertian

Pemasangan infus untuk memberikan obat /cairan melalui parenteral.

2. Tujuan

Pemasangan fungsi kolaborasi dengan dokter.

3. Kebijakan

a. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intravena (IV).

b. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral.

Page 43: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

21

4. Petugas

a. Perawat

5.Peralatan

a. Sarung tangan satu pasang

b. Selang infus sesuai kebutuhan

c. Cairan parenteral sesuai program

d. Jarum intravena (ukuran sesuai).

e. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya).

f. Desinfektan

g. Tourniquet/manset

h. Perlak dan pengalas

i. Bengkok 1

j. Plester/hepavix

k. Kassa steril

l. Petunjuk waktu

6.Langkah-langkah

a. Tahap pra Interaksi

1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

2) Mencuci tangan

3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

b. Tahap orientasi

1) Memberikan salam dan menyapa nama pasien

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien

Page 44: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

22

3) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan

c. Tahap Kerja

1) Melakukan disinfeksi tutup botol cairan

2) Menutup selang infus (klem)

3) Menusukan saluran infus dengan benar

4) Menggantung botol cairan pada standar infus

5) Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda

6) Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang

7) Mengatur posisi pasien dan pilih vena

8) Memasang perlak dan pengalas

9) Membebaskan daerah yang akan diinsersi

10) Meletakan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk

11) Memakai hanschoon

12) Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dalam ->

keluar)

13) Mempertahankan vena pada posisi stabil

14) Memegang iv kateter dengan sudut 30 derajat menusuk vena dengan

lubang jarum menghadap ke atas

15) Memastikan iv kateter masuk intra vena kemudian menarik mandrin

0,5 cm

16) Memasukan iv kateter secara berlahan

17) Menarik mandrin dan menyambung dengan selang infus

18) Melepas tourniquet

Page 45: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

23

19) Mengalirkan cairan infus

20) Melakukan fiksasi iv kateter

21) Memberikan desinfektan daerah tusukan dan menutup dengan kassa

22) Mengatur tetesan sesuai program

d. Tahap terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan

2) Merapikan pasien dan lingkungan

3) Berpamitan dengan klien

4) Membereskan alat-alat

5) Mencuci tangan

6) Mencatat kegiatan dalam lembar kegiatan keperawatan

7. Komplikasi Pemasangan Infus

Terapi intravena diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu

yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi.

Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi,

tromboflebitis, emboli udara (Hinlay 2006).

a. Flebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik.

Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan

hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau

rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan.

Page 46: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

24

b. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di

sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya

pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan

oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi, ketidaknyamanan dan

penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika

tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas

yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk memastikan

infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah proksimal

dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut

secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes

meskipun ada obstruksi vena,berarti terjadi infiltrasi.

c. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada

kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH

tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin,

vancomycin, eritromycin, dan nafcillin)

d. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di

sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang

berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang

tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau

kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis,

Page 47: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

25

pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada

tempat penusukan.

e. Tromboflebitis

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah

peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri

yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar

area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya

rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat,

demam, malaise, dan leukositosis.

f. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena,

dan aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel

dinding vena, pelekatan platelet.

g. Occlusion (Kemacetan)

Kemacetan ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika

botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada

area pemasangan/insersi. Kemacetan disebabkan oleh gangguan aliran IV,

aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

h. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di

sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal.

Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang

Page 48: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

26

dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan

aliran yang terlalu cepat.

i. Reaksi vasovagal

Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena,

dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah.

Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.

j. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament.

Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan

kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa

dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak

tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.

8. Pencegahan komplikasi pemasangan terapi intravena

Menurut (Hidayat 2008), selama proses pemasangan infus perlu

memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu :

a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru.

b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda Infeksi.

c. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.

d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan.

e. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir.

f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus

perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus.

g. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester

dibersihkan memakai kapas alkohol atau bensin (jika perlu).

Page 49: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

27

h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan tehnik

sterilisasi dalam pemasangan infus.

i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang infeksi, vena yang

telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.

j. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.

k. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan milli

meter perjam (ml/h) dan penghitungan tetes permenit.

2.1.3. Flebitis

1. Pengertian

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti

dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam (Darmadi

2008).

Flebitis adalah inflamasi lapisan vena dimana sel endotelia dinding vena

mengalami iritasi dan permukaan sel menajdi kasar, sehingga memungkinkan

platelet menempel dan kecenderungan terjadi inflamasi penyebab plebitis (Philip

2005 dalam Wayunah 2011)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Flebitis itu adalah suatu

kejadian peradangan pada vena yang terpasang infus karena infeksi oleh

mikroorganisme selama perawatan di rumah sakit.

Page 50: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

28

2. Tanda dan gejala

a. Rubor (Hyperemia)

Kemerahan atau rubor biasanya merupakan kejadian pertama yang

ditemukan didaerah yang mengalami peradangan. Pada reaksi peradangan

arteriola yang mensuplai darah tersebut mengalami pelebaran sehingga

darah yang mengalir ke mikrosirkulasi lokal lebih banyak. (Mustofa 2007).

b. Kalor (Hipertermi)

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan.

Daerah sekitar peradangan menjadi lebih panas, karena darah yang

disalurkan ke daerah tersebut lebih besar dibandingkan daerah lainnya yang

normal (Mustofa 2007).

c. Tumor (Oedem)

Pembengkakan lokal terjadi karena pengiriman cairan dan sel-sel dari

sirkulasi kejaringan intrerstitiel, campuran antara sel yang tertimbun

didaerah peradangan disebut eksudat. Pada keadaan ini reaksi peradangan

eksudatnya adalah cairan (Mustofa 2007).

d. Nyeri (Dolor)

Rasa nyeri pada daerah peradangan dapat disebabkan oleh perubahan

pH lokal ataupun konsentrasi ion-ion tertentu yang merangsang ujung saraf

selain itu juga pembengkakan yang terjadi dapat juga menyebabkan

peningkatan tekanan lokal yang dapat merangsang sakit. (Mustofa 2007)

Page 51: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

29

3. Penyebab

Penyebab flebitis yang dinyatakan oleh (Workman dalam Mustofa 2007)

terbagi atas 3 yaitu:

a. Iritasi kimia

Biasanya iritasi ini bersumber dari cairan intravena atau obat-obatan

yang digunakan umumnya cairan tersebut memiliki pH rendah dengan

osmolaritas tinggi, sebagai contoh adalah cairan dextrose hipertonik atau

cairan yang mengandung kalium klorida.

b. Iritasi fisik

Terjadi karena faktor bahan kanul yang digunakan berdiameter besar,

sehingga mempermudah pecahnya pembuluh darah flebitis dapat pula

terjadi jika pemasangan tidak pada tempat yang baik, misalnya siku atau

pergelangan tangan.

c. Iritasi mekanik

Misalnya fiksasi kurang baik sehingga menyebabkan kanul bergerak-

gerak dalam pembuluh darah dan menyebabkan iritasi pada pembuluh

darah. Banyak hal yang dapat menyebabkan flebitis antara lain tindakan

pembersihan yang akan dilakukan penusukan kateter intravena kurang baik

dan juga adanya bakteri. (Boker dan Ignaticus 1996) menyimpulkan bahwa

bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit yang mempunyai potensi

menyebabkan flebitis adalah staphylococcus apidernidis dan

staphylococcus aureus.

Page 52: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

30

4. Skala Flebitis

Ada beberapa standar yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat

keparahan flebitis:

a. Skala menurut (Intgravenous Nurses Society dalam Mustofa 2007),

keparahan flebitis di identifikasi sebagai berikut :

Skala 0 : Tidak nyeri, tidak kemerahan, tidak edema, tidak hangat dan

tidak terjadi pembengkakan lokal

Skala 1: Terasa nyeri, kemerahan, tidak hangat, tidak terjadi

pembengkakan lokal dan mungkin bisa terjadi edema atau tidak

terjadi edema.

Skala 2: Terasa nyeri, kemerahan, hangat, tidak terjadi pembengkakan

lokal dan mungkin bisa terjadi edema atau tidak terjadi

edema

Skala 3 : Terasa nyeri, kemerahan, hangat, terjadi pembengkakan lokal dan

mungkin bisa terjadi edema atau tidak edema.

b. Skala Baxter

Skala 0 : Tidak ada nyeri, tidak ada eritema, tidak ada indurasi, tidak ada

pembengkakan lokal

Skala 1 : Nyeri, eritema tidak ada indurasi, tidak ada pembengkakan

lokal tidak demam

Skala 2 : Nyeri dengan eritema, tidak ada indurasi tidak ada

pembengkakan lokal

Page 53: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

31

Skala 3 : Nyeri dengan eritema, demam, indurasi atau pembengkakan

lokal kurang dari 3 cm disekitar tempat penusukan

Skala 4 : Nyeri, eritema ,demam indurasi atau pembengkakan lokal lebih

dari 3 cm

Skala 5 : Adanya trombosis dan ditemukan 4 tanda diatas, tetapi

intravena harus dilepas dan diganti tempat penusukan

5. Faktor yang mempengaruhi Terjadinya Flebitis

a. Pemberian Informasi

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat pasien perlu

mengetahui tujuan dari terapi mereka, perkiraan lamanya pengobatan dan

pembatasan-pembatasan gerak pada ekstremitas yang mengalami

penusukan harus diobservasi selama pemberian infus. Selain itu pasien

harus diajari untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala misalnya

pembengkakan, nyeri, panas, kemerahan pada tempat penusukan darah

dalam selang, balutan basah serta aliran yang tidak lancar.

b. Ketrampilan perawat

Mery.A. et.all dalam studinya pada pemasangan infus perifer

didapatkan hasil bahwa resiko terjadinya flebitis lebih terjadi pada infus

yang dipasang oleh General Nurses (perawat umum) dibandingkan dengan

infus yang dipasang oleh Infution Nurses (perawat yang khusus menangani

masalah infus) angka perbandiungan yang didapat untuk resiko terjadinya

flebitis 3:1.

Page 54: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

32

c. Rotasi tempat penusukan

Penggantian tempat penusukan kateter intravena antara 48-72 jam,

Study menunjukkan bahwa pemasangan kateter lebih dari 72 jam

meningkatkan resiko flebitis dan kolonisasi bakteri.

d. Tempat penusukan

Pada orang dewasa, ekstremitas bawah memiliki resiko lebih tinggi

terhadap flebitis dibandingkan ekstremitas atas. Vena pada punggung

telapak tangan mempunyai resiko lebih kecil terhadap flebitis

dibandingkan dengan yang dipasang pada lengan atau siku. Pada anak-

anak pemasangan kanula dapat dilakukan pada lengan, punggung kaki atau

kulit kepala.

e. Bahan dan ukuran kateter

Kateter polyurethane 30% lebih rendah resikonya terhadap flebitis

dibanding dengan kateter yang berbahan teflon. Sebuah study di USA

menunjukkan bahwa kateter teflon atau polyurethane kateter berisiko

infeksi dengan rentang 0-5 %.

f. Jenis cairan

Menurut Booker dan Ignaticus bahwa pH cairan yang lebih rendah

memiliki resiko flebitis yang lebih tinggi, tetapi perlu juga diingat tentang

pemberian obat melaui intravena. (Hening Pujasari 2002)

Page 55: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

33

g. Host Agent

Sistem imun manusia juga berkompeten dalam melindungi tubuh

dari berbagai organisme. Manusia yang memiliki gangguan imun akan

lebih mudah terkena infeksi. (Hening Pujasari 2002)

Page 56: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Fokus Penelitian

Skema 3.1.

Fokus Penelitian

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. (Saryono & Anggraeni 2010). Menurut (Ircham

2013), penelitian kualitatif menempatkan perhatian pada pembuktian pemahaman

yang komprehensif / pemahaman secara holistik dari suatu keadaan sosial dimana

penelitian dilakukan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi digunakan dengan alasan

karena peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi-situasi tertentu. penelitian

kualitatif efektif digunakan untuk memperoleh informasi yang spesifik mengenali

nilai, opini, perilaku dan konteks sosial menurut keterangan populasi. Sedangkan

pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang berusaha untuk

memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia didalam

situasinya yang khusus (Sutopo 2006).

SOP

Pemasangan

Infus

Pemasangan Infus Flebitis

Page 57: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

35

Rancangan fenomenologis ini dialaksanakan dengan berpedoman

menurut (Sutopo 2006) tentang pelaksanaan penelitian kualitatif yang harus

melakukan beberapa tahapan. Yaitu melakukan studi awal, memantapkan

proposal penelitian, melaksanakan penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada

beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya mempersiapkan

pengumpulan data, melakukan pengumpulan data melakukan refleksi, mengatur

data, melakukan analisis dan menyusun reduksi data, dan yang terakhir

menyiapkan sajian data.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam penelitian ini

melihat dari perawat yang melakukan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

terhadap kejadian flebitis di RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten

Wonogiri. Skala pengukuran flebitis menggunakan skala menurut (Intgravenous

Nurses Society dalam Mustofa 2007).

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua perawat yang ada di RSUD dr

Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Populasi adalah universum, dimana universum itu dapat berupa orang,

benda atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu populasi target dan populasi survei. Populasi target

adalah seluruh “unit” populasi, sedangkan populasi survei adalah sub-unit dari

populasi target, sub-unit dari populasi survei untuk selanjutnya menjadi sampel

penelitian (Danim 2004). Joko Subagyo menyebutkan, obyek penelitian sebagai

Page 58: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

36

sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data disebut populasi (Subagyo

2004).

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 5 orang perawat yang melakukan

pemasangan infus di ruang rawat inap Kenanga RSUD dr Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

Pada penelitian fenomenologi sampel yang diambil adalah sampel yang

pernah mengalami substansi yang akan diteliti, yang artinya sampel tersebut

pernah mengalami sesuatu hal yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian

kualitatif sampel diartikan sebagai partisipan. Sampel adalah sub-unit populasi

survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili

populasi terget (Danim 2004).

Dalam Penelitian ini sampel yang di pilih memiliki kriteria tertentu yang

akan di pilih oleh peneliti. Kriteria sampel tersebut sebagai berikut:

1. Perawat yang melakukan pemasangan infus

2. Pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

3. Usia minimal 25 tahun

4. Pengalaman kerja minimal 3 tahun

5. Lulusan minimal D3 Keperawatan

6. Menyetujui informed consent

7. Pasien yang terpasang infus

Page 59: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

37

3.4. Tempat dan waktu penelitian

Tempat dan waktu penelitian sangat mempengaruhi hasil yang

diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan benar –

benar menggambarkan kondisi informan yang sesungguhnya. Tempat penelitian

adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan membangun

pengalaman hidupnya (Saryono & Anggraeni 2010).

3.4.1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Kenanga RSUD dr

Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri terhadap pasien yang menjalani

terapi intravena (infus) dan telah memenuhi kriteria penelitian yang telah

ditetapkan oleh peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini dikarenakan belum

pernah dilakukan penelitian serupa menangani pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP terhadap kejadian plebitis di RSUD dr Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

3.4.2. Waktu

Penelitian ini dimulai pertama kali saat pembuatan proposal yaitu

bulan November 2013. Seminar ujian proposal dilaksanakan pada tanggal 16

Januari 2014. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

3.5. Pengumpulan Data

Menurut (Saryono & Anggraeni 2010) dalam proses pengumpulan

data penelitian kualitatif, manusia berfungsi sebagai instrumen utama penelitian.

Meskipun demikian, pada pelaksanaannya peneliti dibantu oleh pedoman

Page 60: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

38

pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan alat penelitian seperti alat

tulis, lembar observasi (SOP pemasangan Infus) dan lembar catatan.

3.5.1. Cara Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (In

dept interview). Wawancara mendalam (In dept interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman dan informan terlibat

dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

2. Dokumen

Sejumlah besar data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Dalam penelitian ini mengambil sumber data dari dokumen rekam medik yang

bertujuan untuk mengetahui data nama pasien dan lama menjalani perawatan.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data mengenai

hal – hal yang dapat dinilai secara obyektif dari partisipan maupun pasien, seperti

keadaan daerah yang terpasang infus, nyeri yang di rasakan hingga benar-benar

terjadi flebitis.

3.5.2. Alat Pengumpulan data

Alat pengumpul data penelitian terdiri dari :

Page 61: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

39

1. Lembar alat pengumpulan data mengenai nama, umur, alamat,

pengalaman kerja, pendidikan terahkir.

2. Lembar transkrip wawancara dan pertanyaan

3. Alat tulis.

3.5.3. Tahap Pengumpulan data

1. Tahap Orientasi

Pengumpulan data segera dilakukan setelah peneliti memperoleh izin dari

RSUD dr. Soemarso Mangun Sodiran Kabupaten Wonogiri setelah itu peneliti

melihat data identitas perawat dan banyaknya kejadian plebitis di ruang rawat

inap Kenanga RSUD dr. Soemarso Mangun Sodiran Kabupaten Wonogiri.

Peneliti melakukan wawancara pada kepala ruang kenanga untuk menjelaskan

bahwa peneliti akan melakukan penelitian di ruangan tersebut dengan judul

“Gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap

kejadian flebitis di ruang rawat inap kenanga RSUD Wonogiri”. Pada waktu itu

pula peneliti juga melakukan kontrak waktu penelitian. Setelah disetujui peneliti

membuat perjanjian tempat dan waktu untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti membuat janji dengan partisipan dan partisipan bersedia

untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini, langkah selanjutnya adalah

mewawancarai partisipan tentang nama perawat, usia, pengalaman kerja dan

pendidikan terahkir. Setelah itu melakukan observasi pemasangan infus dan

mengobservasi pasien yang terpasang infus. Pedoman observasi menggunakan

SOP pemasangan infus dari RSUD dr. Soemarso Mangun Sodiran Kabupaten

Page 62: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

40

Wonogiri. Peneliti mulai mengambil data dengan mengobservasi pasien yang

terpasang infus apakah terjadi flebitis atau tidak dalam rentang waktu sekurang-

kurangnya 3 hari setelah pemasangan.

3.6. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologi

deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back 2006), adapun langkah – langkah

analisa data adalah sebagai berikut :

3.7.1. Peneliti menggambarkan fenomena dari pemasangan infus yang tidak

sesuai SOP di ruang rawat inap Kenanga RSUD Wonogiri.

3.7.2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan berupa

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis di

ruang rawat inap Kenanga RSUD Wonogiri

3.7.3. Peneliti mengobservasi semua pasien yang terpasang infus secara kontinyu

dalam rentang waktu 3 hari. Kemudian mendokumentasikan apa yang

terjadi setelah pemasangan infus yang tidak sesuai SOP.

3.7.4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema.

3.7.4.1. Merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protokol asli untuk

memvalidasi.

3.7.4.2. Memperhatikan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok yang

lain dan menghindari perbedaan diantara kelompok tema tersebut.

3.7.5. Peneliti mengintegrasikan hasil kedalam deskripsi lengkap dari fenomena

yang diteliti.

Page 63: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

41

3.7.6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

pernyataan tegas dan didentifikasi kembali.

3.7.7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir / verifikasi tema –

tema segera setelah proses verbatim dilakukan dan peneliti tidak

mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.

3.7 Validitas dan Reliabilitas

Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk

peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif (Sutopo 2006). Data yang

telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan

penelitian, harus diusahakan bukan hanya untuk kedalam dan kemantapanya tetapi

juga bagi kemantapan dan kebenaranya. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa

memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang diperolehnya. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang

bisa dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian. Cara-cara tersebut

antara lain bisa berupa beberapa teknik triangulasi (triangulation), yaitu :

3.7.1. Triangulasi Sumber

Teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data,

peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda yang

tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenaranya

bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang

diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenaranya bilamana

Page 64: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

42

dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda,

baik kelompok sumber sejenis atau sumber yang berbeda jenisnya.

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data dari penelitian (Ince Maria

& Erlin Kurnia 2012) yang menerangkan tentang Kepatuhan perawat dalam

melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus terhadap flebitis.

Peneliti kemudian mengembangkan hingga menjadi judul yang berbeda.

3.7.2. Triangulasi Metode

Teknik triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda. Disini yang ditekankan adalah penggunaan

metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan

mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologis. Pendekatan fenomenologi digunakan dengan alasan karena

peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

orang-orang yang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Hingga mendapatkan hasil

yang lebih natural dan fleksibel. Penelitian ini menggunakan tehnik wawancara

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (In dept

interview).

3.7.3. Triangulasi Peneliti

Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti yang lain. Dari pandangan dan tafsir yang dilakukan oleh

Page 65: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

43

beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan

yang berupa catatan dan bahkan sampai dengan simpulan-simpulan sementara,

diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih

memantapkan hasil akhir penelitian.

Pada penelitian ini menggunakan validitas data lima orang perawat yang

melakukan pemasangan infus, dari ke lima orang perawat tersebut pada saat

wawancara kedua jawabanya sama dengan pada saat wawancara pertama, hal

tersebut dikatakan validitas ahkir sesuai dengan bagian dari analisa data yang

menggunakan metode Colaizzi (Polit & Back 2006).

3.7.4. Triangulasi Teori

Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam

melakukan triangulasi ini peneliti wajib memahami teori-teori yang digunakan

dan keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti sehingga mampu

menghasilkan simpulan yang lebih mantap, bisa dipertanggungjawabkan dan

benar-benar memiliki makna yang mendalam serta bersifat multiperspektif. Meski

demikian, dalam hal ini peneliti bisa menggunakan satu teori khusus yang

digunakan sebagai fokus utama dari kajiannya secara lebih mendalam daripada

teori yang lain yang juga digunakan (Sutopo 2006).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan berbagai sumber teori dalam

pembahasan hasil penelitian. Teori tersebut berhubungan langsung dengan tema

yang telah didapatkan oleh peneliti seperti teori tentang skala pengukuran flebitis

menggunakan skala menurut (Intgravenous Nurses Society dalam Mustofa 2007).

Page 66: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

44

3.8. Etika Penelitian

Menurut (Saryono dan Anggraeni 2010) Dalam penelitian tidak mendapat

persoalan masalah etik penelitian maka beberapa yang antara lain :

3.8.1. Meminta izin pada Direktur RSUD Kabupaten Wonogiri penelitian akan

dilaksanakan sekaligus memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian.

3.8.2. Menempatkan partisipan yang diteliti bukan sebagai objek melainkan

orang yang sama derajatnya dengan peneliti.

3.8.3. Menghargai, menghormati dan patuh terhadap semua peraturan, norma dan

nilai dari partisipan.

3.8.4. Memegang segala rahasia yang berkaitan dengan informasi yang

diberikan.

3.8.5. Informasi tentang subjek tidak dipublikasikan bila subjek tidak

menghendaki, termasuk nama subjek tidak akan dicantumkan dalam

laporan penelitian.

3.8.6. Peneliti meyakini bahwa partisipan harus dilindungi dengan

memperhatikan aspek – aspek : self determination, privacy, anonymity,

informed consent, dan protections for discomfort (Polit & Hungler, 2005) :

1. Self determination

Partisipan diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela. Peneliti memberikan

kebebasan kepada partisipan untuk ikut berpartisipasi. Peneliti memberikan

penjelasan kepada calon partisispan mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang

Page 67: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

45

dilakukan. Peneliti juga menjelaskan bahwa partisipan yang mengikuti penelitian

tidak dipungut biaya apapun, seluruh biasa sudah ditanggung peneliti.

2. Informed consent

Peneliti menegaskan kembali mengenai maksud dan tujuan, setelah

partisipan mengerti, peneliti memberikan lembar Informed consent kepada

partisipan.

3. Privacy

Selama dan sesudah penelitian, privacy responden dijaga secara benar,

semua partisipan diberlakukan sama, peneliti akan menjaga kerahasiaan partisipan

dari informasi yang diberikan dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian

serta tidak akan dipublikasikan tanpa izin dari partisipan.

4. Anonymity

Nama partisipan selama penelitian tidak digunakan melainkan diganti

dengan nomor dan inisial penelitian. Nomor dan inisial dari partisipan ini

digunakan dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan partisipan dan mencegah

kekeliruan peneliti dalam memasukkan data.

5. Protections for discomfort

Selama pengambilan data penelitian, peneliti memberi kenyamanan pada

partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan keinginan

partisipan. Sehingga partisipan dapat leluasa tanpa ada pengaruh lingkungan

untuk mengungkapkan masalah yang alami.

Page 68: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengalaman partisipan

dalam pemasangan infus pada saat terjadinya flebitis di bangsal Kenanga RSUD

dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Kemudian akan dibahas berdasarkan

literatur. Hasil penelitian diuraikan menjadi 3 bagian. Bagian pertama

menjelaskan tentang gambaran lokasi penelitian. Kedua menjelaskan tentang

karakteristik partisipan yang terlibat secara langsung dalam penelitian dengan

singkat dan bagian ketiga menguraikan hasil tematik tentang pengalaman

partisipan.

4.1. Gambaran lokasi penelitian

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan publik dibidang kesehatan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr.Soediran Mangun Sumarso Kabupaten

Wonogiri merupakan rumah sakit pemerintah dan ditetapkan izin operasionalnya

pada tanggal 13 Januari 1956 sebagai rumah sakit tipe D, seiring berjalannya

waktu RSUD dr,Soediran Mangun Sumarso ini membawa peningkatan menjadi

tipe C pada tanggal 11 Juni 1983 dan meningkat lagi menjadi tipe B pada tanggal

5 Juni 1996 berdasarkan keputusan Menkes No. 544/Menkes/SK/IV/1996 menjadi

tipe B non pendidikan, menjadi dasar peningkatan kelas rumah sakit. Tahun 1993

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri mendapatkan

penghargaan sebagai “Rumah Sakit Berpenampilan Baik” peringkat ke III tingkat

Nasional untuk rumah sakit tipe C. Tahun 1994 dr.Soediran Mangun Sumarso

Page 69: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

47

Kabupaten Wonogiri memperoleh penghargaan dari Organisasi kesehatan dunia

(WHO) sebagai rumah sakit sayang bayi. RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri yang terletak di jalan Jenderal Ahmad Yani No 40 ini

mempunyai tenaga keperawatan 229 perawat.

Bangsal kenanga yang ada di RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri dibangun pada tahun yang sama dengan didirikannya RS.

Jumlah perawat yaitu sebanyak 13 orang. Pasien yang dirawat dibangsal kenanga

merupakan pasien campuran mulai dari pasien bedah, dalam, saraf, paru, kulit dan

lain sebagainya.

4.2. Gambaran Karakteristik Partisipan

Penelitian ini dilakukan terhadap 5 perawat di bangsal Kenanga RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan kriteria :

4.2.1. Partisipan 1 (P01)

Ny. H usia 46 tahun, pendidikan terakhir S-1 Keperawatan dan

pengalaman kerja selama 20 Tahun. Partisipan pernah bekerja di RS swasta yang

ada di wilayah Wonogiri selama 9 tahun dibagian bangsal neonatus tetapi beliau

kemudian dipindah ke RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri setelah

menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hingga saat ini partisipan masih berdinas di

RSUD tetapi sempat di rotasi dari bangsal ke bangsal lain.

Wawancara pertama dilakukan pada minggu 2 februari 2014 pukul 10.00 –

10.30 WIB diruang perawat Kenanga RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri. Jarak antara partisipan dan peneliti adalah 1 meter. Posisi partisipan

dan peneliti saling berhadapan. Sikap partisipan santai dan menatap wajah

Page 70: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

48

peneliti. Wawancara kedua dilakukan pada hari Senin, 24 Maret 2014 pukul

11.00-11.30 WIB dibangsal kenangan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri.

4.2.2. Partisipan 2 (P02)

Tn. M usia 31 tahun pendidikan S-1 Keperawatan pengalaman kerja 7

tahun. Partisipan pernah bekerja dipuskesmas pertama lulus pendidikan D3

Keperawatan selama 1 tahun menjadi pegawai honor selama 3 bulan dan menjadi

pegawai tetap selama kurang lebih 10 bulan. Kemudian mengikuti CPNS (Calon

Pegawai Negeri Sipil) setelah itu beliau diterima menjadi Pegawai negeri sipil

(PNS) dan ditempatkan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Partisipan mengatakan 2 tahun setelah berdinas di RSUD melanjutkan pendidikan

Sarajan Keperawatan (S-1). Pada awal menjadi pegawai di RSUD partisipan

mengaku sering dipindah dari bangsal satu kebangsal lain nya hingga saat ini

ditempatkan dibangsal kenanga sudah 3 tahun.

Wawancara pertama dilakukan pada Senin, 03 Februari 2014 pukul 11.00

– 11.30 WIB. Wawancara dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Jarak antara partisipan dan peneliti antara 1 meter.

Sikap pasien tenang dan sedikit bercanda saat menjawab pertanyaan. Posisi saat

wawancara berhadapan saling tatap muka dengan peneliti. Wawancara kedua

dilakukan pada hari Senin, 24 Maret 2014 pukul 14.30.00-15.00 WIB di bangsal

Kenanga RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.

4.2.3. Partisipan 3 (P03)

Page 71: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

49

Ny. P usia 25 tahun pendidikan terahkir D3 Keperawatan 3 tahun.

Pengalaman kerja partisipan ini setelah lulus langsung mendaftar pegawai di

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Pengalaman kerja beliau ini

sudah pernah bekerja dibangsal anak di RSUD tersebut kemudian dipindah

kebangsal kenanga hingga saat ini partisipan mengaku belum menjadi Pegawai

negeri sipil (PNS). Namun dalam waktu dekat partisipan akan mengikuti CPNS.

Wawancara pertama dilakukan pada hari Selasa, 04 Februari 2014 pukul

09.30 - 10.00 WIB. Wawancara dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Jarak antara partisipan dan peneliti antara 1 meter.

Posisi peneliti dan partisipan berhadapan dan partisipan menjawab sambil

memperhatikan pertanyaan peneliti. Sikap partisipan sangat ramah dan sopan pada

peneliti. Wawancara kedua dilakukan pada hari Selasa, 25 Maret 2014 pukul

10.00-10.30 WIB dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

4.2.4. Partisipan 4 (P04)

Tn. I berusia 32 tahun, pendidikan terakhir D3 Keperawatan, pengalaman

kerja selama 10 tahun di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Partisipan setelah lulus D3 Keperawatan mendaftar menjadi pegawai di RSUD

setelah beberapa bulan bekerja disana partisipan mengikuti Calon pegawai negeri

sipil (CPNS) dan kebetulan di tempatkan di RSUD juga hingga saat ini sudah 10

tahun di RSUD. Partisipan juga mengatakan saat ini sedang melanjutkan

pendidikan Sarjana Keperawatan (S-1) di salah satu perguruan tinggi Swata di

Solo.

Page 72: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

50

Wawancara pertama dilakukan pada hari Selasa, 05 Februari 2014 pukul

13.00-13.30 WIB. Wawancara dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Jarak antara partisipan dan peneliti antara 1 meter.

Posisi partisipan dan peneliti saling berhadapan dimeja ruang perawat. Sikap

partisipan sangat ramah dan menghormati setiap pertanyaan dari peneliti pada saat

itu. Wawancara kedua dilakukan pada hari Selasa, 25 Maret 2014 pukul 13.00-

13.35 WIB dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

4.2.5. Partisipan 5 (P05)

Tn. R usia 28 tahun pendidikan terakhir D3 Keperawatan pengalaman

kerja 6 tahun. Partisipan mengaku pernah bekerja di salah satu Puskesmas di

Sukoharjo karena memang partisipan ini beralamatkan perbatasan sukoharjo-

wonogiri. Partisipan mengaku jauh dari RSUD Sukoharjo. Kemudian partisipan

mengikuti CPNS di Kabupaten Wonogiri 2 tahun setelah bekerja dipuskesmas.

Setelah itu partisipan diterima menjadi PNS dan ditempakan di RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Partisipan juga mengatakan bahwa

partisipan pernah bekerja di bangsal lain sebelum dibangsal yang sekarang.

Wawancara pertama dilakukan pada hari Jum’at, 23 Mei 2014 pukul

11.00-11.35 WIB. Wawancara dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Jarak antara partisipan dan peneliti antara 1 meter.

Posisi partisipan dan peneliti saling berhadapan dimeja ruang perawat. Sikap

partisipan sangat ramah dan menghormati setiap pertanyaan dari peneliti pada saat

itu. Wawancara kedua dilakukan pada hari Rabu, 26 Maret 2014 pukul 14.00-

Page 73: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

51

14.30 WIB dilakukan dibangsal Kenanga RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

4.3. Hasil Penelitian

Dalam hasil penelitian ini akan dijelaskan mengenai kategori yang

kemudian akan dijelaskan tentang tema-tema yang telah didapatkan dan

teridentifikasi dari hasil wawancara dan observasi.

4.3.1. Pengertian SOP

Hasil penelitian pada partisipan dari pertanyaan tentang pengertian SOP

ditemukan tema sebagai berikut : 1. Aturan, 2. Standar. Tema-tema yang telah

didapatkan adalah pernyataan dari partisipan pada saat menjawab pertanyaan dari

partisipan. Berikut adalah ungkapan dari partisipan:

1. Aturan

Tema ini di dapatkan dari pernyataan partisipan 2, 3, dan 4 tentang

pengertian dari SOP. Pernyataan partisipan tersebut merupakan salah satu

kenyataan yang dapat dilihat oleh peneliti saat melakukan penelitian dibangsal

tersebut. Tema ini akan diuraikan dibawah sesuai dengan pernyataan partisipan.

Hal ini didukung oleh pernyataan partisipan berikut ini:

“...Ya setahu Ibu sich kalau SOP itu sebuah aturan baku...”(P01)

“...Ya tahu ku kalau SOP kui aturan dek...”(P02)

“...SOP, Standar Operasional Prosedur,standar berarti aturan ya

dek...”(P03)

“...Ya setahu mas sebuah aturan yang dibuat untuk melaksanakan

suatu tindakan...”(P04)

“...Ya sebuah standar atau aturan yang dibuat untuk melaksanakan

suatu tindakan...”(P05)

Page 74: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

52

Uraian yang dinyatakan partisipan tersebut menyatakan bahwa SOP adalah

sebuah aturan dalam melaksanakan suatu tindakan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan. Dalam asuhan keparawatan tentunya diperlukan sebuah aturan baku

untuk menyetarakan antar perawat agar dalam pemberian asuhan keperawatan

tidak ada perbedaan atau mencapai tujuan yang sama agar membuat kepercayaan

pasien dan keluarga pasien. Dan membuat nama baik sebuah profesi tetap dapat

dipercaya oleh masyarakat.

2. Standar

Tema ini ditemukan dari patisipan ke 3 dan 5 yang mengartikan bahwa SOP

adalah sebuah standar. Partisipan menyatakan ini dengan menjawab pertanyaan

dari partisipan.

Berikut ini pernyataan partisipan:

“...SOP, Standar Operasional Prosedur,standar berarti aturan ya

dek...”(P03)

“...Ya sebuah standar atau aturan yang dibuat untuk melaksanakan

suatu tindakan...”(P05)

Dalam pernyataan partisipan diatas menyatakan standar adalah mewakili

pengertian dari SOP. Standar jika diartikan hampir sama dengan aturan. Di rumah

sakit dibutuhkan standar dalam pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan.

Karena standar ini merupakan hal yang dipakai untuk tolak ukur dari suatu

tindakan yang sama antara rumah sakit satu dengan yang lain.

Dari hasil observasi yang telah ditemukan bahwa biarpun partisipan

mengetahui sebagian dari pengertian SOP namun partisipan belum mampu

melakukan SOP dengan sepenuhnya pada saat berada dilapangan melakukan

Page 75: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

53

tindakan pada pasien dalam pemasangan infus. Ada banyak tahapan SOP yang

belum dilakukan disaat melakukan tindakan. Tahapan SOP tersebut akan dibahas

dan diuraikan dibawah sesuai kategori.

4.3.2. Pelaksanaan SOP dibangsal

Hasil penelitian pada partisipan dari pertanyaan tentang pelaksanaan SOP

dibangsal ditemukan tema sebagai berikut : 1. Jarang dipraktikan, 2. Tidak hafal,

3. Melihat situasi dan kondisi. Tema-tema yang telah didapatkan itu adalah

pernyataan dari partisipan pada saat menjawab pertanyaan dari peneliti.

Berikut ini uraian dari tema yang telah ditemukan dari bagaimana

pelaksanaan SOP dibangsal:

1. Jarang dipraktikan

Tema ini didapatkan dari pernyataan dari partisipan 1 dengan mengatakan

bahwa jarang dipraktikan nya SOP dibangsal. Pernyataan partisipan tersebut

merupakan salah satu kenyataan yang dapat dilihat oleh peneliti saat melakukan

penelitian dibangsal tersebut. Banyak tindakan yang memang dalam

pelaksanaannya jarang mempraktikan SOP yang telah disusun pihak rumah sakit.

Berikut ini adalah kalimat pernyataan partisipan:

“...Kalau SOP itu jarang di praktikan dek disini, yang

penting dilakukan tindakkannya...”(P01)

“...ya dibangsal ini kalau SOP dibangsal ini buat teman teman

kurang tahu bagaimana pelaksanaannya tetapi kalau saya ya

jujur saja jarang mempraktikkan, hehehe...”(P05)

Dari pernyataan partisipan diatas dapat dianalisa bahwa SOP jarang

dilakukan yang paling penting bagaimana tindakannya selalu dilakukan meskipun

Page 76: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

54

kita tidak akan pernah tahu dampak dari hasil tindakan yang telah dilakukan tidak

sesuai dengan SOP. Dalam jangka waktu dekat ataupun jauh suatu tindakan yang

dilakukan tanpa menggunakan suatu standar aturan yang baku pastilah akan

timbul suatu dampak yang akan mempengaruhi dari partisipan dan juga pasien itu

sendiri. Mungkin partisipan memiliki alasan tersendiri mengenai hal tersebut

dalam pelaksanaannya.

2. Tidak hafal

Tema ini didapatkan dari partisipan ke 2 yang menyatakan tidak hafal

dengan SOP yang telah dibuat pihak dari RSUD. Pernyataan tersebut juga dapat

dilihat dari bagaimana partisipan melaksanakan semua tindakan keperawatan

terutama tindakan pemasangan infus. Berikut inilah kalimat pernyataan partisipan:

“...sesuai atau tidak, nggak hafal juga sama SOP nya, ya intine

standar ajalah...”(P02)

Dari pernyataan diatas peneliti dapat menganalisis bahwa saat partisipan

akan melakukan tindakan keperawatan sebagai standar aturan bakunya (SOP)

sesuai atau tidak yang paling penting inti dari tindakan tersebut terlaksana.

Meskipun juga tidak hafal SOP yang ada. Yang jika dapat dianalisis dari kalimat

tersebut bahwa yang terpenting tujuan dari tindakan tercapai tetapi jalan untuk

menuju tujuan yang berbeda. Padahal dari pihak rumah sakit sudah memberikan

suatu jalan yang bisa dikatakan SOP dan mempermudah untuk melakukan

tindakan yang benar-benar baku dan aman karena SOP sudah resmikan oleh pihak

rumah sakit.

Page 77: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

55

3. Melihat situasi dan kondisi

Tema ini didapatkan dari partisipan 3 dan 4. Partisipan menyatakan tema

tersebut dengan penuh sadar dan tanpa paksaan. Pada saat peneliti bertanya

tentang pelaksanaan SOP dibangsal tersebut partisipan menjawab melihat sikon

yang ada disekiar.

Berikut ini adalah kalimat dari partisipan:

“...Pada intinya sesuai SOP tetapi melihat sikon dilapangan kalau

segala sesuatu harus sesuai teori pekerjaan tidak akan selesai atau

tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien...”(P03)

“...ya menentukan kondisi dilapangan kalau segala sesuatu harus

sesuai teori pekerjaan tidak akan selesai...”(P04)

Uraian dari kalimat pernyataan partisiapan diatas akan peneliti rangkai.

Partisipan menyatakan melihat sikon saat melakukan tindakan keperawatan.

Partisipan memiliki rasa takut saat melakukan tindakan keperawatan jika sesuai

SOP, ketakutan itu berwujud jika sesuai dengan SOP pekerjaan yang banyak itu

tidak akan terselesaikan semua.

Dari hasil observasi yang telah ditemukan tentang bagaimana pelaksanaan

SOP dibangsal tersebut. Peneliti mengetahui bagaimana partisipan melakukan

semua tindakan keperawatan yang berada dibangsal. Semua tindakan yang

dilakukan di bangsal tersebut rata-rata menentukan kondisi lapangan. Dimana

kondisi tersebut kadang belum sesuai dengan SOP yang memang sudah dibuat

oleh pihak dari RSUD sendiri. SOP belum sepenuhnya menjadi pedoman bagi

para partisipan yang ada dibangsal dalam melakukan asuhan keperawatan.

Page 78: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

56

4.3.3. Pemasangan belum sesuai SOP

Hasil dari wawancara pada partisipan menyatakan tentang petanyaan

pemasangan belum sesuai SOP dalam tindakan keperawatan pemasangan infus.

Dari pernyataan partisipan ini menimbulkan tema-tema, tema tersebut sebagai

berikut:1. Memakan waktu lama. Tema ini didapatkan dari partisipan 1, 2 dan 5.

Tema yang telah didapatkan pada kategori ini akan dijelaskan dibawah.

Berikut adalah pernyataan dari partisipan:

“...Ya standar saja dek, kalau nuruti semua isi dari SOP ya lama,

kerjaan banyak soalnya...”(P01)

“...Ya nek aku pribadi piye ya dek, nek kudu ngepaske kui ribet tur

suwe dek, ngerti dewe tho kui mau piye pas aku masang? nuruti isi

dari SOP ya suwe, gawean okeh dek...”(P02)

“...kalau saya karena kebutuhan pasien lebih banyak, lama kalau

harus semua sesuai...”(P05)

Kalimat pernyataan dari partisipan ini menunjukan bahwa jika

melaksanakan semua tindakan harus sesuai dengan SOP akan memperlama

pekerjaan dan tidak cepat selesai. Partisipan menyatakan standar dalam

melakukan tindakan pemasangan infus. Standar yang partisipan maksud mungkin

menentukan kondisi dilokasi karena belum sesuai dengan SOP yang ada di RSUD

yang menjadi pedoman.

4.3.4. Alasan belum sesuai SOP

Hasil penenlitian yang dinyatakan partisipan dalam pertanyaan alasan

kenapa partisipan belum sesuai SOP dalam melakukan tindakan keperawatan

menghasilkan tema-tema sebagai berikut: 1. Tuntutan pekerjaan yang banyak.

Tema ini didaapat dari partisipan saat menjawab pertanyaan dari peneliti.

Page 79: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

57

Berikut uraian kalimat yang partisipan nyatakan:

“...Selain tadi Ibu katakan kelamaan, tuntutan pekerjaan yang

banyak dan dituntut untuk cepat selesai, nanti kalau kamu udah

kerja akan tahu sendiri bagaimana rasanya kerja dek...”(P01)

“...Ya tuntutan pekerjaan yang banyak dan dituntut ben ndak

rampung dek gaimana rasanya kerja dek...”(P02)

“...Dalam bangsal banyak pasien nanti kebutuhan tidak terpenuhi

dan juga tuntutan pekerjaan yang banyak...”(P03)

“...kerjaan banyak ya dek jadi dituntut harus cepat selesai...”(P04)

“...alasan... hmmmm, lebih ke pekerjaan banyak yang menjadi

faktor untuk itu dek jadi dituntut harus cepat selesai...”(P05)

Partisipan mengungkapkan bahwa jika melakukan pemasangan infus harus

sesuai dengan SOP selain kelamaan juga beralasan bahwa tuntutan pekerjaan yang

banyak untuk profesi perawat. Hal tersebut diungkapkan oleh semua partisipan

yang telah diwawancarai peneliti.

4.3.5. Waktu penggantian infus

Hasil penelitian ini di dapat dari hasil pernyataan dari partisipan 1,2,3, dan

4. Partisipan menyatakan biasanya infus diganti berapa hari sekali. Dari

pernyataan partisipan tersebut memunculkan tema bahwa infus diganti 4-5 hari

dari pemasangan infus.

Berikut ungkapan kalimat dari partisipan:

“....Ya paling diganti 4-5 hari atau nunggu odema...”(P01)

“...Infus disini diganti sekitar 4-5 hari bahkan lebih kalau

kondisinya masih bagus...”(P02)

“...Infus disini diganti sekitar 4-5 hari bahkan lebih kalau

kondisinya masih bagus tapi dilapangan ya sampai infus macet

atau plebitis...”(P03)

“...Infus disini diganti sekitar 4-5 hari bahkan lebih kalau

kondisinya masih bagus, kalau sudah jelek di hari keberapapun

diganti dek...”(P04)

Page 80: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

58

“...Infus disini diganti sekitar 4-5 hari bahkan lebih, biasa dek

dilahan seperti ini tetap jauh dari teori yang ada...”(P05)

Partisipan mengatakan bahwa infus diganti 4-5 hari dari tanggal

pemasangan infus. Bahkan partisipan ada juga yang mengatakan bahwa bisa saja

infus diganti lebih dari 4-5 hari dari tanggal pemasangan karena menentukan

kondisi dari lokasi pemasangan infus yang masih bagus. Partisipan tidak

memungkiri jika memang kondisi penggantian infus ini ditentukan oleh kondisi

lokasi pemasangan infus. Tetapi partisipan juga mengungkapkan jika penggantian

infus menunggu kondisi yang jelek pada lokasi infus.

4.3.6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari

Hasil penelitian ini didapat dari pernyataan dari semua partisipan yang

terlibat dalam penelitian ini. Dari jawaban partisipan ini didapatkan tema-tema

sebagai berikut: 1. Pernah, 2. Bengkak, 3. Plebitis. Tema-tema yang telah

didapatkan itu adalah pernyataan dari partisipan pada saat menjawab pertanyaan

dari peneliti.

1. Pernah

Tema ini didapat dari patisipan 1, 2, 3, dan 4 yang menyatakan bahwa

pernah melakukan penggantian infus kurang dari 3 hari setelah hari pemasangan.

Berikut ini adalah pernyataan partsipan:

“...Ya pernah sich dek...”(P01)

“...nek kui koyone pernah dek...”(P02)

“...pernah...”(P03)

“...pernah dek...”(P04)

“...hmmm...Pernah...”(P05)

Page 81: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

59

Pernyataan partisipan merupakan jawaban bahwa pernah infus diganti

kurang dari 3 hari dari hari pemasangan infus. Dari pernyataan tersebut sudah

menggambarkan bahwa pemasangan infus belum sesuai dengn SOP.

2. Bengkak

Tema ini didapatkan dari partisipan 1, 2, dan 4 yang menyatakan bahwa

alasan penggantian infus kurang dari 3 hari diakibatkan bengkak.

Berikut ini adalah ulasan kalimat partisipan:

“...Ya biasa rusak, bocor, kadang-kadang ya bengkak dek, tapi

yang sering itu bengkak dek...”(P01)

“...Ya biasa rusak, bocor, pasien ne ngomong nyeri pengen dilepas

karena bengkak...”(P02)

“...Karena macet, rusak, bengkak atau bahkan plebitis...”(P04)

“...ya paling karena macet, rusak, bengkak atau bahkan plebitis

tapi paling buanyakkk bengkak dek...”(P05)

Pernyataan partisipan diatas merupakan alasan partisipan mengganti lokasi

pemasangan infus kurang dari 3 hari. Jika dilihat dari percakapan bengkak

merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien partisipan. Bengkak memiliki

banyak faktor, mungkin bengkak bisa dari cairan infus, posisi pasien yang selalu

berubah-ubah yang mengakibatkan pergeseran pada abocath yang terpasang

dipembuluh darah. Bisa saja bengkak diakibatkan oleh ketidak seterilan saat

melakukan pemasangan infus.

Dilihat dari obeservasi saat melakukan pemasangan infus hanschoon yang

dipakai adalah hanschoon yang sama dari pasien satu dengan yang lain karena itu

kemungkinan besar bakteri yang telah melekat pada hanschoon juga secara

langsung ataupun tidak langsung bisa mempengaruhi abocath yang terpasang

divena pasien. Karena pada saat partisipan melakukan pemasangan infus dilihat

Page 82: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

60

dari observasi peneliti melakukan disinfektan pada kulit itu setelah didisinfektan

memegang kembali lokasi penusunaan dengan menggunakan hanschoon yang

sudah dipakai berulang kali tersebut.

3. Flebitis

Tema ini didapat dari partisipan yang mengungkapkan bahwa alasan infus

diganti kurang dari 3 hari karena plebitis. Hal ini diungkap oleh partisipan 3 dan

4, berikut pernyataan partisipan:

“...Karena macet,rusak atau plebitis...”(P03)

“...Karena macet, rusak, bengkak atau bahkan plebitis...”(P04)

Pernyataan diatas menyatakan bahwa sebagian partisipan mengatakan

infus pada pasien yang diganti kurang dari 3 hari karena flebitis. Dari ungkapan

itu pula bahwa kejadian flebitis memang sering terjadi dibangsal ini dengan

kriteria yang berbeda-beda pada setiap pasien.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan dibantu diskusi oleh

perawat bahwa pasien yang dilakukan pemasangan infus oleh P01 tersebut

dinyatakan dalam tahap flebitis skala 1 yaitu yaitu dengan tanda nyeri dan

kemerahan disekitar penusukan jarum infus. Skala ini terjadi pada hari kedua

pemasangan infus.

Dari observasi pada pasien yang dipsang infus oleh P02 terjadi flebitis

dengan skala 1 seperti halnya yang terjadi pada pasien P01 yaitu dengan tanda

nyeri dan kemerahan disekitar penusukan jarum infus. Skala ini terjadi pada hari

ketiga pemasangan infus.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan dibantu diskusi oleh

perawat bahwa pasien yang dilakukan pemasangan infus oleh P03 tersebut

Page 83: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

61

dinyatakan dalam tahap flebitis skala 2 yang artinya bahwa terdapat tanda nyeri,

kemerahan dan hangat pada pasien. Skala ini terjadi pada hari ketiga pemasangan

infus.

Dari observasi didapatkan hasil pemasangan infus oleh P04 itu peneliti

menemukan tanda nyeri yang tak tertahankan pada ekspresi wajah pasien,

kemerahan pada sekitar pemasangan infus, teraba hangat pada sekitar pemasangan

infus dan juga odema yang dengan ditemukan tanda-tanda tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa telah terjadi flebitis dalam rentang waktu enam hari di

skala 3. Skala ini terjadi pada hari keenam pemasangan infus.

4.3.7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan

Hasil penelitian ini didapatkan dari 2 kategori yaitu kategori dari

pernahkan ada pasien yang mengalami kejadian flebitis dan juga dalam 1 bulan

ada berapa pasien yang mengalami kejadian flebitis. Dari hal tersebut dapat

ditemukan tema-tema sebagia berikut: 1. Pernah ada, 2. Lupa. Tema-tema ini

didapatkand ari pernyataan dari partisipan dan juga hasil obeservasi.

Berikut adalah ungkapan dari partisipan:

1. Pernah

Tema didapatkan dari ungkapan partisipan 1, 2, 3, 4, dan 5 yang menyatakan

bahwa pernah ada pasien yang terjadi flebitis dibangsal tersebut.

Berikut ini adalah pernyataan partsipan:

“...Ya ada dek, tapi jarang juga...”(P01)

“...okeh dek...”(P02)

“...pernah ada...”(P03)

“...sering dek...”(P04)

“...pernah juga dek...”(P05)

Page 84: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

62

Kalimat diatas merupakan pernyataan partisipan dalam menjawab apakah

pernah ada pasien yang terjadi flebitis. Hampir semua partisipan mengatakan

pernah ada pasien yang terjadi flebitis. Dari ungkapan partisipan inilah

menyatakan bahwa kejadian flebitis tidaklah jarang terjadi bahkan mungkin sering

terjadi.

2. Lupa

Tema ini didapat dari jawaban partisipan dengan peneliti kembali

mengajukan pertanyaan jika dalam 1 bulan ada berpa pasien yang terjadi flebitis.

Berikut adalah pernyataan partisipan:

“...Ya kalau nyeri kemerahan banyak, bengkak juga banyak juga

tapi lebih banyak nyeri dan kemerahan...”(P01)

“...wah nek piro ne lali dek, masalah’e yow mikir’e ora kui thok

lali aku dek tp okeh kok dek...”(P02)

“...tidak pasti dek berapanya,saya lupa juga...”(P03)

“...wahh berapanya lupa tapi seringnya belum sampai parah udah

diganti dek kalau pas ketahuan kalau nggak ketahuan ya sampai

parah...”(P04)

“...berapa ya? Hmmm saya hanya beberapa saja tetapi teman

teman yang sering menjumpai, tapi kalau untuk sekedar perkiraan

ya 1 bulan itu kira-kira ada lah ya lebih dari 20 tapi tentu dengan

derajat yang berbeda-beda dek...”(P05)

Kalimat pernyataan dari partisipan diatas adalah kalimat yang menjawab

tentang berapa dalam 1 bulan ada kejadian flebitis dibangsal kenanga. Terdiri dari

lima partisipan dan empat dari lima partisipan itu menyatakan lupa akan berapa

yang terjadi flebitis. Namun satu dari lima partisipan menyatakan kira-kira itu ada

lebih dari dua puluh pasien terjadi flebitis.

Dari observasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa dari lima partisipan

yang melakukan pemasangan infus terdapat satu pasien yang terjadi flebitis

dengan skala 3 demikian infus dipasang oleh P04 namun flebitis terjadi pada hari

Page 85: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

63

ke enam setelah pemasangan infus yang tidak lain berarti flebitis terjadi dihari

lebih dari hari standar yang memang ditentukan dalam teori. Kemudian pada

pemasangan infus yang telah dilakukan oleh P03 dengan skala 2 terjadi flebitis

pada hari ketiga setelah pemasangan. Kemudian pemasangan infus yang

dilakukan oleh P01, P02 dan P05 terjadi flebitis di skala 1 namun yang

membedakan adalah terjadi pada hari yang berbeda. Pada pasien yang dipasang

oleh P01 terjadi flebitis pada hari kedua setelah pemasangan infus. Sedangkan

pemasangan infus yang dilakukan oleh P02 terjadi flebitis pada hari ketiga setelah

pemasangan infus dan pemasangan infus yang dilakukan oleh P05 terjadi flebitis

pada hari keempat setelah pemasangan infus. Dari kelima partisipan memiliki

perbedaan dalam kejadian flebitis. Namun yang paling banyak terjadi flebitis di

skala 1.

4.3.8. Intervensi pasien flebitis

Hasil penelitian ini didapatkan dari pernyataan partisipan dari pertanyaan

peneliti tentang tindakan jika pasien mengalami flebitis. Dari pernyataan

partisipan tersebut muncul tema-tema sebagai berikut: 1. Ganti lokasi, 2. Melepas

infus. Tema-tema tersebut akan dijelaskan dibawah. Berikut adalah ungkapan

kalimat dari partisipan:

1. Ganti lokasi

Tema ini didapatkan dari parnyataan semua partisipan dengan pertanyaan

yang ditanyakan peneliti tindakan jika pasien mengalami flebitis. Berikut

pernyataan dari partisipan:

“...Ya paling diganti lokasi penusukan infus gitu dek, nanti juga

bengkaknya hilang sendiri...” (P01)

Page 86: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

64

“...Ya paling diganti lokasi penusukan infus gitu dek...”(P02)

“...Infus lama dilepas ganti yang baru biar tidak nyeri...”(P03)

“...paling dilepas terus diganti dengan yang baru lokasi baru

juga...”(P04)

“...dilepas terus diganti dengan yang baru lokasi baru

juga...”(P05)

Tindakan yang dilakukan partisipan ini memang sudah benar jika setelah

terjadi flebitis kemudian diganti dengan lokasi pemasangan infus yang baru dilain

vena. Dari semua partisipan mengungkapkan bahwa memang diganti lokasi

setelah terlihat ada kejadian flebitis.

2. Melepas infus

Tema ini didapatkan dari partisipan 3, 4, dan 5. Yang menyebutkan bahwa

jika terjadi flebitis pada pasien tindakan yang dilakuka oleh partisipan adalah

melepas infus dengan segera. Berikut adalah ungkapan dari partisipan:

“...Infus lama dilepas ganti yang baru biar tidak nyeri...”(P03)

“...paling dilepas terus diganti dengan yang baru lokasi baru

juga...”(P04)

“...dilepas terus diganti dengan yang baru lokasi baru

juga...”(P05)

Dari ketiga partisipan diatas menyatakan bahwa jika ada pasien yang

terjadi flebitis, partisipan melepas infus yang terpasang pada lokasi terjadinya

flebitis. Dan dari hasil obervasi pula peneliti dapat melihat bahwa jika ada yang

terjadi flebitis memang partisipan melepas infus pada daerah yang terjadi flebitis.

Tindakan ini juga merupakan tindakan alternatif jika ada pasien yang terjadi

flebitis. Tindakan ini dinyatakan lebih dari setengah partisipan yang terlibat secara

Page 87: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

65

langsung dengan penelitian ini. Maka dari itu dari ketiga partisipan ini sudah

menunjukan bahwa rata-rata tindakan yang bisa dilakukan saat terjadi flebitis

salah satunya adalah melepas infus dari lokasi yang terjadi flebitis.

4.3.9. Penyebab flebitis

Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan

dari peneliti tentang penyebab flebitis pada pasien partisipan. Dari pernyataan

partisipan telah ditemukan tema-tema sebagai berikut: 1. Aktifitas fisik, 2.

Transfusi darah, 3. Cairan infus, dan 4. Kebersihan. Tema-tema tersebut akan

diuraikan sendiri-sendiri.

Berikut adalah ungkapan kalimat dari partisipan:

1. Aktifitas fisik

Tema ini didapatkan dari pernyataan partisipan 1, 2, 3, dan 4 yang

mengatakan bahwa aktifitas fisik juga mempengaruhi kejadian flebitis. Berikut ini

adalah ungkapan partisipan:

“...Ya biasanya pergerakan fisik yang terpasang infus dek, bisa

juga karena cairan infus, transfusi darah, kurang steril dan lain

lain...”(P01)

“...cairan infus, transfusi darah, aktifitas fisik pasien, ya namanya

kelas 3 dek ngerti dewe tho?...”(P02)

“...aktifitas fisik pasien, cairan infus, transfusi darah, dan masih

banyak lagi...”(P03)

“...banyak faktor ya tetapi yang sering disini itu cairan infus,

transfusi darah, aktifitas fisik pasien, kebersihan juga kali

ya...”(P04)

Dari ungkapan partisipan tersebut banyak penyebab terjadinya flebitis salah

satunya adalah aktifitas fisik pasien. Dari hasil observasi penelitian yang

Page 88: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

66

dilakukan oleh peneliti bahwa yang partisipan lakukan pemasangan infus tersebut

ada yang semua aktifitasnya berada di tempat tidur. Salah satu aktifitas tersebut

mulai dari BAB, BAK dan lain sebagianya. Seperti yang terjadi pada pasien yang

dilakukan pemasangan infus oleh P02 dan P05 adalah pasien yang semua aktifitas

fisiknya dilakukan ditempat tidur.

Obervasi yang terlihat bahwa pada saat pemasangan infus pasien dari partisipan

P02 dan P05 ada tahapan infus yang tidka dilakukan oleh partisipan. Yang

tergolong dalam pasien yang banyak bergerak adalah pada pasien yang dipasang

infud oleh P04. Sedangkan pada pasien yang dipasang infus oleh P01 dan P03

dilihat dari hasil observasi dalam aktifitasnya pasien ini tidak terlalu banyak

aktifitas fisik tetapi juga kadang-kadang melakukan aktifitas fisik. Jika dapat

disimpulkan bahwa dari keliama pasien yang terpasang infus yang banyak

melakukan aktifitas hanyalah ada satu yaitu pasien yang dipasang infus oleh P04.

2. Transfusi darah

Tema ini didapatkan dari pernyataan semua partisipan yang menjawab

pertanyaan peneliti tentang penyebab flebitis yang diketahui partisipan dibangsal

kenanga tersebut.

Berikut adalah uangkapan kalimat dari partisipan:

“...Ya biasanya pergerakan fisik yang terpasang infus dek, bisa

juga karena cairan infus, transfusi darah, kurang steril dan lain

lain...”(P01)

“...cairan infus, transfusi darah, aktifitas fisik pasien, ya namanya

kelas 3 dek ngerti dewe tho?...”(P02)

“...aktifitas fisik pasien, cairan infus, transfusi darah, , dan masih

banyak lagi...”(P03)

Page 89: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

67

“...banyak faktor ya tetapi yang sering disini itu cairan infus,

transfusi darah, aktifitas fisik pasien, kebersihan juga kali

ya...”(P04)

“...banyak penyebab ya kalau sesuai teori tapi disini karena

transfusi darah dan mungkin kebersihan aja menurut saya tetapi

kan tidak semua pakai transfusi dek...”(P05)

Dari hasil yang didapatkan dari partisipan menyatakan penyebab yang

paling sering terjadinnya flebitis adalah transfusi darah. Melihat dari kondisi yang

ada dibangsal kenanga tersebut peneliti telah mendapatkan hasil dari observasi

bahwa dari semua pasien yang dipasang infus oleh partisipan yang melakukan

transfusi darah hanyalah pada pasien yang dipasang infus oleh P03 dan P04.

Selain pasien yang dilakukan pemasangan infus oleh P03 dan P04 tidak

melakukan transfusi darah.

Mengingat pada pasien yang dilakukan pemasangan infus oleh P03 adalah

pada hari ke dua setelah pemasangan infus yang kemudian terjadi flebitis pada

hari ketiga namun ada tahapan SOP yang mendukung terjadinya flebitis seperti

pemakain hanschoon yang tidak bersih atau bahkan steril. Kemudian dilakukan

transfusi darah pada hari keempat pada pasien yang dilakukan pemasangan infus

oleh P04 dan terjadi flebitis diskala 3 pada hari keemnam. Jadi dari lima pasien

yang terpasang infus oleh partisipan yang terlibat langsung dalam penelitian ini

yang melakukan transfusi darah ada dua pasien dan terjadi flebitis pada hari ke

tiga dan ke enam namun dilakukan transfusi dengan beda hari.

Page 90: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

68

3. Cairan infus

Tema ini didapatkan dari hasil pernyataan yang diungkapkan oleh

partisipan 1, 2, 3, dan 4. Pernyataan tersebut diungkapkan dalam kalimat dibawah

ini:

“...Ya biasanya pergerakan fisik yang terpasang infus dek, bisa

juga karena cairan infus, transfusi darah, kurang steril dan lain

lain...”(P01)

“...cairan infus, transfusi darah, aktifitas fisik pasien, ya namanya

kelas 3 dek ngerti dewe tho?...”(P02)

“...aktifitas fisik pasien, cairan infus, transfusi darah, , dan masih

banyak lagi...”(P03)

“...banyak faktor ya tetapi yang sering disini itu cairan infus,

transfusi darah, aktifitas fisik pasien, kebersihan juga kali

ya...”(P04)

Dari pernyataan yang diungkapkan oleh partisipan tersebut diatas

merupakan pernyataan tentang penyebab flebitis yang salah satunya adalah cairan

infus. Partisipan menganggap cairan infus menjadi penyebab kejadian flebitis.

Dari kelima partisipan empat diantaranya mengungkapkan hal yang sama bahwa

cairan infus merupakan salh satu penyebab kejadian flebitis. Hal ini juga

memperkuat akan kejadian flebitis yang terjadi ini dipengaruhi oleh cairan infus.

Selain kebersihan pada saat pelaksanaan pemasangan infus oleh partisipan.

4. Kebersihan

Tema ini didaptakan dari hasil pernyataan partisipan yang mengungkapkan

bahwa kebersihan merupakan salah satu penyebab flebitis. Berikut adalah

ungkapan partisipan:

Page 91: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

69

“...banyak faktor ya tetapi yang sering disini itu cairan infus,

transfusi darah, aktifitas fisik pasien, kebersihan juga kali

ya...”(P04)

“...banyak penyebab ya kalau sesuai teori tapi disini karena

transfusi darah dan mungkin kebersihan aja menurut saya tetapi

kan tidak semua pakai transfusi dek...”(P05)

Pernyataan yang diungkapkan partisipan diatas merupakan kebersihan

pada saat pelaksanaan pemasangan infus. Banyak faktor yang dikatakan

kebersihan saat melakukan pemasangan infus. Partisipan sendiri telah mengakui

bahwa kebersihan mempengaruhi kejadian flebitis. Kebersihan yang diungkap

partisipan merupakan kebersihan menyeluruh yang menyangkut pelaksanaan

pemasangan infus.

4.3.10. Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

Hasil dari gambaran pelaksanaan pemasangan infus ini didapatkan dari

observasi peneliti yang dilakukan menemukan tema-tema. Tema-tema tersebut

sebagai berikut: 1. Mempertahankan vena pada posisi stabil, 2. Memakai

hanschoon, 3. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dalam -

>keluar), 4. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan, 5. Meletakkan tourniquet 5

cm proksimal yang akan ditusuk, 6. Memasang perlak pengalas. Tema ini

didapatkan dari hasil observasi tentang bagaimana partisipan ini melakukan

pemasangan infus. Tema ini didapat dari tahapan SOP dari RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Yang tidak lain sebagai pedoman observasi dalam

penelitian.

Page 92: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

70

1. Mempertahankan vena pada posisi stabil

Tema ini peneliti dapatkan dari observasi pada saat partisipan melakukan

pemasangan infus. Tema ini merupakan tahapan kerja pada SOP pemasangan

infus yang ada pada RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Tema ini

merupakan tahapan kerja yang tidak dilakukan oleh partisipan saat melakukan

pemasangan infus. Tidak mempertahankan vena pada posisi stabil ini dilakukan

oleh bebarapa partisipan diantaranya adalah P01, P02 dan P05.

2. Memakai hanschoon

Dalam melakukan pemasangan infus yang dilakukan oleh partisipan

memang semua partisipan menggunakan hanschoon saat melakukan pemasangan.

Namun hanschoon yang dipakai partisipan merupakan hanschoon yang kotor

karena dipakai dari pasien satu ke pasien yang lainnya secara bergantian hingga

dipakai dalam pemasangan infus pada pasien. Partisipan yang melakukan

pemasangan infus dengan menggunakan hanschoon kotor adalah P01, P02, P03,

dan P04. Tindakan itu merupakan hal kebiasaaan yang dilakukan oleh partisipan

dalam melakukan pemasangan infus. Dari lima partisipan hanya satu yang

melakukan pemasangan infus dengan menggunakan hanschoon bersih dari tempat

hanschoon yang tersedia dibangsal tersebut.

3. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dalam ->keluar)

Membersihkan kulit dengan menggunakan kassa alkohol yang dalam

aturan atau SOP RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dilakukan

melingkar dari dalam keluar. Namun kenyataan yang ada partisipan melakukan

dengan naik turun dan berulang kali. Tema ini didapatkan dari tahapan kerja

Page 93: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

71

dalam SOP yang tidak dilakukan oleh partisipan. Dari kelima partisipan semua

melakukan hal yang sama saat melakukan disinfektan.

4. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan

Tahapan kerja pada SOP pemasangan infus yang dibuat oleh RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri ini adalah lembar observasi yang digunakan

oleh peneliti karena peneliti menganggap bahwa SOP ini adalah pedoman dari

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri itu sendiri dalam melaksanakan

semua tindakan keperawatan terutama dalam pemasangan infus. Namun jika

dilihat dari observasi tindakan ini tidak dilakukan oleh P01 dan P02 saat

melakukan pemasangan infus.

5. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk

Tema ini didapatkan dari tahapan kerja SOP RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri yang tidak dilakukan oleh partisipan yang terlibat langsung

dalam penelitian ini. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk

merupakan tahapan yang mendukung kesuksesan dalam pemasangan infus. Dari

kelima partisipan yang tidak melakukan tahapan SOP ini ada empat yaitu P01,

P03, P04, dan P05.

6. Memasang perlak pengalas

Memasang perlak pengalas yang tidak dilakukan oleh partisipan saat

pemasangan infus ini sepertinya tidak terlalu mempengaruhi kejadian flebitis yang

ada pada partisipan namun biarpun begitu tahapan-tahapan SOP yang ada

seharusnya semua dilakukan. Karena sebagai perawat yang profesional

seharusnya memang melakukan segala tindakan keperawatan dengan sesuai

Page 94: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

72

aturan yang telah dibuat oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Ataupun pedoman SOP dari manapun jika memang SOP itu dibuat untuk

pedoman dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang sama seharusnya dapat

dipatuhi.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengertian SOP

Menurut teori dari (Perry dan Potter 2005) bahwa pengertian SOP adalah

Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar

operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Sedangkan dari

hasil wawancara yang dilakukan peneliti dihasilkan tanggapan seperti diatas

bahwa kebanyakan partisipan mengetahui SOP itu adalah sebuah aturan padahal

dalam teori yang telah disebutkan (Perry dan Potter 2005) diatas menyatakan

bahwa SOP itu tidak hanya sebuah aturan saja.

Bagi partisipan aturan mewakili dari pengertian SOP. Ada juga partisipan

yang mengatakan bahwa SOP adalah aturan baku. Aturan baku yang merupakan

aturan yang harus sudah dibuat dan harus dilaksanakan tetapi pada kenyataan

yang ada aturan baku itu hanyalah sebuah tulisan yang dibuat dan dibiarkan begitu

saja tanpa harus melaksanakannya. Ada salah satu partisipan yang mengatakan

standar berarti aturan. Dalam pelaksanaannya partisipan yang mengatakan

demikian juga tidak melaksanakan SOP sesuai dengan standar atau aturan yang

Page 95: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

73

telah dibuat. Banyak kesenjangan yang ditemukan peneliti pada saat

mengobservasi tentang pelaksanaan SOP.

4.3.2. Pelaksanaan SOP dibangsal

Menurut teori dari (Perry dan Potter 2005) bahwa pengertian SOP adalah

Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar

operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Partisipan

menyatakan jarang mempraktikkan SOP yang ada. Partisipan juga menyebutkan

dalam pernyataannya jika semua sesuai dengan teori semua tindakan tidak akan

selesai dan kebutuhan pasien tidak terpenuhi seutuhnya. Jika dilihat dari kalimat

tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa partisipan telah bertanggungjawab

sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan pasien. Tetapi dalam memenuhi

kebutuhan pasien tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaannya harus sesuai dengan SOP. Partisipan belum berfikir tentang

pelaksanaan yang harus sesuai SOP untuk memenuhi kebutuhan pasien karena

disisi lain partisipan masih ketakutan akan semua tugas yang tidak akan

terselesaikan. Partisipan juga menyatakan dalam pernyataannya bahwa tidak hafal

dengan SOP dalam pemasangan infus. Partisipan lakukan setiap pemasangan infus

hanyalah apa saja poin-poin yang mendukung cepat terselesaikannya tindakan

tersebut. Tanpa melihat adanya hal-hal yang penting dalam proses pelaksanaan

pemasangan infus. Melihat kondisi seperti apa yang dapat dipercaya untuk bisa

sepenuhnya memenuhi kebutuhan pasien. Kebutuhan pasien tidak hanya sekedar

Page 96: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

74

selesai begitu saja tetapi pasien akan tetap menuntut kebutuhan yang tidak

meninggalkan dampak buruk hari. Dimana kondisi itu belum sepenuhnya sesuai

dengan SOP yang menjadi telahacuhan dibangsal yaitu SOP yang telah dibuat

oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

4.3.3. Pemasangan belum sesuai SOP

Menurut teori dari (Perry dan Potter 2005) bahwa pengertian SOP adalah

Suatu standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar

operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Namun kenyataan

yang ada dilapangan saat melakukan penelitian peneliti mendapati bahwa hampir

semua partisipan belum melakukan pemasangan infus yang sesuai dengan SOP

yang berada di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Partisipan

menyatakan belum melaksanakan tindakan sesuai SOP. Jika tindakan terbiasa

dilakukan sesuai dengan SOP mungkin semua bisa terselesaikan tanpa ada

keluhan lama dari partisipan. Disisi lain partisipan mengungkapkan bahwa jika

dilakukan tindakan sesuai SOP itu membutuhkan waktu lama. Namun keadaan

berbeda, partisipan memang sudah terbiasa tidak menggunakan SOP saat

melakukan tidakan keperawatan. Partisipan sebenarnya juga mengetahui dampak

dari tindakan yang belum sesuai SOP tersebut namun SOP memang belum bisa

dilakukan secara lengkap.

Page 97: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

75

4.3.4. Alasan belum sesuai SOP

Teori dari (Perry dan Potter 2005) bahwa pengertian SOP adalah Suatu

standar / pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar

operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Namun disisi lain

partisipan mengeluhkan tuntutan pekerjaan yang banyak sehingga partisipan tak

lagi memperdulikan tentang kebenaran tindakan yang dilakukan. Mengingat

tuntutuan pekerjaan yang banyak pula partisipan tak lagi memperdulikan dampak

dari tindakan yang tidak sesuai dengan SOP. Jika dilihat dari ekspresi wajah saat

wawancara partisipan ini begitu banyak menyimpan lelah yang entah karena

pekerjaan atau kah karena urusan pribadi. Namun menurut partisipan ya karena

tuntutan pekerjaan yang banyak itu mempengatuhi kinerja dari partisipan.

4.3.5. Waktu penggantian infus

Dalam sebuah teori yang diuangkap oleh (Hidayat 2008) yaitu ganti lokasi

tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru. Pernyataan partisipan ini

berbanding terbalik dengan teori yang diungkap oleh (Hidayat 2008). Kondisi

seperti ini memang menjadi sebuah kebiasaan yang sudah turun temurun yang

kurang baik dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi pasien. Pemberian

asuhan keperawatan adalah tugas utama seorang perawat untuk menunjang

kondisi kesehatan pasien. Pemberian asuhan keperawatan yang baik akan

menumbuhkan kepercayaan yang baik pula pada profesi perawat. Kondisi yang

dinyatakan partisipan bahwa infus diganti 4-5 hari setelah pemasangan belum

Page 98: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

76

mendukung pemberian asuhan keperawatan yang baik untuk semua pasien tanpa

harus membedakan status sosial pasien. Karena seorang profesi perawat dituntut

untuk profesional dalam melakukan suatu tindakan sesuai dengan prosedur yang

berlaku. Dari pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sendiri sudah

memberikan sebuah prosedur dalam melakukan segala tindakan yang keperawatan

yaitu SOP. SOP yang sesuai dengan judul penelitian ini adalah SOP pemasangan

infus.

4.3.6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari

Teori pergantiaan infus menurut (Hidayat 2008) infus seharusnya diganti

48-72 jam sekali dengan infus set yang baru. Jika dilihat dari kenyataan yang ada

dengan teori yang dinyatakan (Hidayat 2008), kondisi saat infus diganti kurang

dari 3 hari diungkapkan oleh partisipan. Hal tersebut dipicu oleh yang

menyebabkan infus tersebut memang harus diganti agar tidak menimbulkan hal-

hal yang lebih buruk dari kejadian yang sudah ada saat itu. Pergantian infus

kurang dari 3 hari memang baik adanya jika dilakukan karena berdasarkan oleh

teori yang ada. Tetapi jika infus diganti kurang dari 3 hari dengan alasan karena

banyak faktor seperti bengkak, flebitis merupakan hal yang kurang baik pula

dalam segi hal keselamatan pasien. Karena kejadian pemasangan infus yang

menimbulkan komplikasi saat ini bukan lagi hal yang dapat diabaikan begitu saja

karena melihat dari dampak yang ada saat ini memang membuat kerugian bagi

pasien. Untuk mencegah pasien dengan komplikasi pemasangan infus salah satu

caranya adalah dengan melakukan pemasangan infus sesuai dengan SOP atau

Page 99: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

77

pedoman standar pemasangan infus yang telah disediakan oleh RSUD dr.

Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

4.3.7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti

dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam (Darmadi

2008). Partisipan mengatakan pernah ada pasien yang mengalami flebitis. Dari

semua partisipan mengungkapakan bahwa dibangsal tersebut pernah ada bahkan

sering terjadi flebitis namun dalam tahapan yang berbeda-beda. Mengingat flebitis

adalah infeksi nosokomial yang dialami pasien selama dirawat dirumah sakit.

Maka dari itu setidaknya sebagai seorang perawat wajib mencegah terjadinya

infeksi nosokomial. Saat peneliti mengajukan pertanyaan ada berapa pasien yang

mengalami kejadian flebitis lima dari satu partisipan menjawab kurang lebih ada

dua puluh pasien yang terjadi flebitis. Namun keempat partisipan menjawab lupa.

Tema yang didapatkan menunjukan bahwa memang tidak ada pencatatan angka

kejadian infeksi nosokomial terutama flebitis.

Obervasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa saat melakukan penelitian

yang belum genap satu bulan yaitu baru sekitar satu minggu lebih sudah ada

angka kejadian flebitis di skala satu yang terjadi pada hari ke dua dan ke tiga

setelah pemasangan infus dibangsal. Sedangkan pemasangan yang dilakukan oleh

partisipan lain bahwa terjadi flebitis di skala dua yang terjadi pada hari ke tiga.

Menurut teori dari (Hidayat 2008) infus seharusnya diganti 48-72 jam sekali

dengan infus set yang baru. Kondisi lamanya pemasangan infus sudah sesuai

Page 100: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

78

dengan teori yang ada jika memang diganti pada hari ke tiga setelah pemasangan

namun pergantian yang terjadi dengan alasan terjadinya flebitis di skala satu dan

dua. Kondisi lain yang berbeda terjadi pada pasien yang dipasang infus oleh

partisipan berikutnya dengan kondisi kejadian flebitis pada hari ke enam setelah

pemasangan infus. Kenyataan yang ada ini menunjukkan bahwa tidak sesuainya

penggantian infus dengan teori yang ada. Meskipun pada hari ketiga kondisi infus

masih bagus belum ditemukan gelaja flebitis. Namun sesuai dengan observasi

memang belum diganti.

4.3.8. Intervensi pasien flebitis

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh mikroorganisme

yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit diikuti

dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam (Darmadi

2008). Tindakan partisipan ini sudah sangat benar mendukung untuk mencegah

terjadinya flebitis yang lebih parah. Terbukti sudah semua partisipan melakukan

tindakan tersebut. Tindakan melepas infus dan ganti lokasi setelah terlihat adanya

flebitis dalam skala ringan maupun berat. Pada hasil penelitian yang diungkapkan

oleh (Handoyo&Endang 2007) bahwa penggantian lokasi pemasangan infus

merupakan tindakan alternatif dalam penanganan flebitis. Tindakan ini juga

diungkapkan oleh (Krzywda dan Edmiston 2002) bahwa tindakan mengganti infus

atau memasang dianggota badan lain merupakan terapi yang paling efektif untuk

menyembuhkan flebitis. Jika dilihat dari observasi peneliti bahwa memang jika

terjadi flebitis partisipan mengganti melepas dan lokasi pemasangan infus. Agar

Page 101: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

79

tidak terjadi hal-hal yang lebih dari yang tidak diinginkan. Tindakan ini memang

sudah banyak dipraktikan dalm dunia kerja jika sudah terjadi flebitis.

4.3.9. Penyebab flebitis

Menurut (The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun

2002) dalam artikel intravaskuler catheter – related infection in adult and

pediatric kuman yang sering dijumpai pada pemasangan katheter infus adalah

stapylococus dan bakteri gram negatif. Ada pula penyebab lain yang dalam

pernyataan partisipan disebabkan oleh kebersihan. Misalnya pemakaian

hanschoon yang tidak bersih bahkan steril, karena pada saat pemasangan infus

hanschoon yang dipakai partisipan dalam keadaan kotor, bagaimana tidak

dikatakan kotor jika hanschoon yang dipakai sudah dipakai pada perawatan pasien

lain secara bergantian. Memang abocath yang akan dimasukan kedalam vena tidak

tersentuh oleh hanschoon karena hanschoonnya hanya memegang gagang abocath

tetapi hanschoon yang dipakai sudah jelas tentu dipakai untuk memegang kapas

alkohol untuk mendisinfektan kulit yang akan dipasang infus. Secara langsung

bakteri yang ada dihanschoon tersebut menempel pada kapas alkohol dan dipakai

untuk mendisinfektan lokasi yang akan dipasang.

Bakteri sudah ada dikulit kemudian kulit dipasang infus ada banyak

kemungkinan bakteri tersebut ikut masuk kedalam abocath yang masuk kedalam

vena sehingga menjadi penyebab terjadinya flebitis. Itu salah satu alasan mengapa

keseterilan yang harus dijaga saat pemasangan infus. Hanschoon yang bersih juga

bisa mempengaruhi kejadian flebitis. Jika dilihat dari observasi dapat disimpulkan

Page 102: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

80

bahwa kejadian flebitis pada pasien yang dipasang infus oleh partisipan ini

disebabkan oleh kebersihan dari lokasi pemasangan infus. Aktifitas fisik juga

menjadi salah satu penyebab terjadinya flebitis jika pasien terlalu banyak

bergerak. Didukung oleh pernyataan (Workman dalam Mustofa 2007) penyebab

flebitis dari fisik: Terjadi karena faktor bahan kanul yang digunakan berdiameter

besar, sehingga mempermudah pecahnya pembuluh darah flebitis dapat pula

terjadi jika pemasangan tidak pada tempat yang baik, misalnya siku atau

pergelangan tangan. Transfusi darah seperti yang diungkapkan oleh partisipan

juga menjadi penyebab terjadinya flebitis, jika pasien melakukan trasnfusi darah

secara langsung dapat menghambat darah masuk kedalam tubuh karena darah jika

lama-lama berada diluar daerah panas akan mengental dan menyebabkan

penyumbatan pada abocath hingga mengakibatkan flebitis. (Hadaway 2006)

menerangkan bahwa beberapa cairan bisa dipergunakan dalam menjaga terjadinya

cloting akibat bekuan darah pada slang dan jarum infuse. Penggunaan cairan yang

tepat dapat menghilangkan clot/sumbatan tersebut diantaranya, sodium chloride,

heparin flush solution, ethylenediaminetetraacetate dan ethanol. Menurut (Booker

dan Ignaticus dalam Hening Pujasari 2002) bahwa pH cairan yang lebih rendah

memiliki resiko flebitis yang lebih tinggi, tetapi perlu juga diingat tentang

pemberian obat melalui intravena.

Page 103: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

81

Cairan infus juga menjadi salah satu penyebab kejadian flebitis sesuai

dengan ungkapan partisipan. Karena ada cairan infus yang memiliki kandungan

yang dapat membuat tersumbat pada selang infus. Terjadi sumbatan jika terjadi

dalam waktu lama bisa menyebabkan peradangan pada daerah yang terpasang

infus sehingga dapat menyebabkan kejadian flebitis. Seperti pernyataan

(Workman dalam Mustofa 2007) penyebab flebitis dari kimia: biasanya iritasi ini

bersumber dari cairan intravena atau obat-obatan yang digunakan umumnya

cairan tersebut memiliki pH rendah dengan osmolaritas tinggi, sebagai contoh

adalah cairan dextrose hipertonik atau cairan yang mengandung kalium klorida.

4.3.10. Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

1. Mempertahankan vena pada posisi stabil

Salah satu prosedur pemasangan infus yang disampaikan oleh (Smeltzer &

Bare, 2002) bahwa dengan tangan yang tidak memegang peralatan akses vena,

pegang tangan pasien dan gunakan jari atau ibu jari untuk menegangkan kulit di

atas pembuluh darah. Fungsi dari prosedur yang dilakukan itu sama artinya

dengan membantu vena untuk menstabil agar lebih mudah dalam pemasangan

infus. Mempertahankan vena pada posisi yang stabil merupakan hal yang penting

dalam pemasangan infus. Jika tidak dilakukan kemungkinan abocath tidak akan

terpasang pada tempat yang benar pada vena. Mempertahankan posisi vena stabil

mempengaruhi keberhasilan dalam pemasangan infus.

Mengingat vena mudah saja hilang setelah diraba jika tidak dipertahankan

dengan stabil. Hingga bisa mengakibatkan vena terluka dan terjadinya flebitis.

Tahapan kerja pada SOP ini tidak dilakukan oleh partisipan setiap kali

Page 104: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

82

pemasangan infus. Peneliti dapat mengobservasi tindakan tersebut memang sudah

menjadi kebiasaan partisipan. Seperti kebiasaan pada partisipan yang lain yang

belum melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP. Sebuah kedisiplinan

adalah hal yang memang sulit bagi seorang perawat dengan tuntutan pekerjaan

yang banyak. Namun mengenai hal tersebut bisa saja partisipan melatih diri dalam

mendisiplinkan semua tindakan termasuk dalam pemasangan infus. Disiplin ini

yang berarti patuh akan pedoman atau aturan baku yang telah disediakan oleh

RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

2. Memakai hanschoon

Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang

dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran

infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat

berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan (Nursalam 2007). Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan hanschoon

dapat mencegah terjadinya flebitis. Kebanyakan hanschoon yang dipakai oleh

partisipan adalah hanschoon kotor. Kewaspadaan universal yang dilakukan oleh

partisipan dalam melakukan tindakan keperawatan terutama pemasangan infus

belum lah sesuai dengan apa yang telah diharapkan karena hanschoon yang

dipakai partisipan adalah hanschoon dari pasien satu ke pasien lain. Jika diuraikan

hanschoon yang telah dipakai dari pasien lain contohnya memagang kulit pasien

dan terkontaminasi cairan pasien bahkan dipakai lagi untuk pasien berikutnya

sampai pada saatnya hanschoon tersebut dipakai memasang infus pasien,

hanschoon tersebut sudah tentu dipakai memegang kapas alkohol yang dipakai

Page 105: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

83

disinfektan padahal hanschoon tersebut sudah jelas terkontaminasi dari beberapa

pasien.

Bakteri dan virus yang telah menempel dihanschoon sudah pasti

menempel pula pada kapas alkohol yang dipakai untuk disinfektan kulit pasien

yang akan dipasang infus. Kapas alkohol yang dipakai untuk membersihkan kulit

sebelum infus dipasang dalam keadaan kotor bagaimana kulit tersebut bisa

dikatakan bersih bahkan steril dan siap untuk dilakukan pemasangan infus.

Hanschoon ini harus selalu dipakai dalam keadaan bersih bahkan steril pada saat

melakukan tindakan yang kontak atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan

darah, cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda

terkontaminsi. Mengingat kejadian infeksi yang terjadi adalah hal yang tidak baik.

Kejadian flebitis merupakan kejadian infeksi nosokomial. Seorang perawat

memiliki tugas untuk menjaga kesehatan pasien dan menjaga agar tidak terjadi

infeksi pada pasien. Kewaspadaan universal yang harus dilakukan oleh partisipan

bukan hanya demi keamanan pasien tetapi juga partisipan itu sendiri. Kebersihan

hanschoon merupakan hal yang penting bagi partisipan saat melakukan

pemasangan infus. Perawat harus menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak

steril selama prosedur pungsi vena karena tingginya kemungkinan kontak dengan

darah pasien (Asmadi 2008).

3. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dalam ->keluar)

Disambungkan dengan pemakaian hanschoon yang dilakukan oleh partisipan

bahwa pemakaian hanschoon tersebut dalam keadaan kotor dan digunakan untuk

membersihkan kulit menggukan kapas alkohol dilakukan naik turun dan berulang

Page 106: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

84

kali. Sudah pasti bakteri dan virus yang ada dihanschoon pindah dikulit dan dapat

mempenaruhi kejadian flebitis. Dalam jurnalnya (Elizabeth Ari, Lidwina Triastuti,

dan Sisilia Heni tahun 2009) didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna atau signifikan antara kejadian infeksi pada pemasangan infus dengan

disinfektan cara spray dengan cara oles. Namun demikian cara disinfektan yang

yang dilakukan dengan cara oles pun harus sesuai dengan SOP pemasangan infus

dan kewaspadaan universal untuk mendapatkan hasil seperti penelitian tersebut.

Namun jika dilakukan seperti dalam penelitian yang dilakukan partisipan ini bisa

sangat mempengaruhi kejadian infeksi seperti flebitis mudah saja terjadi.

4. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan

Melakukan desinfektan tutup botol cairan merupakan salah cara yang

dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Seperti yang diungkap oleh

(Nursalam 2007) bahwa Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian

infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko

penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh

dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan. Dalam pelaksanaannya tahapan dari SOP pemasangan infus ini tidak

dilakukan oleh partisipan saat melakukan pemasangan infus. Jika melakukan hal

ini tentunya dilakukan dengan hanschoon dan kapas alkohol yang tidak

terkontaminasi agar tidak terjadi infeksi. Karena tema ini didapatkan dari tahapan

kerja SOP yang tidak dilakukan dalam pemasangan infus. Secara langsung sangat

berhubungan dengan tema-tema yang yang lainnya. Berkesinambugannya tema

ini memperkuat terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus tidak sesuai

Page 107: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

85

dengan SOP. Disinfektan tutup botol cairan berarti membersihkan tutup botol

cairan yang akan dipasang pada infus pasien. Tujuannya agar kuman-kuman yang

ada pada tutup botol cairan infus yang terkontaminasi dari luar tidak masuk

kedalam tutup botol yang ada didalam. Pencegahan ini merupakan langkah awal

untuk mencegah kuman yang masuk.

5. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk

Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan dilakukan penusukan

merupakan hal yang penting juga karena hal ini dapat mempengaruhi tema yang

mempertahankan vena pada posisi stabil. Tourniquet adalah salah satu alat yang

digunakan untuk mendukung tema yang mempertahankan vena dalam posisi

stabil. Setiap SOP yang berhubungan dengan vena ataupun arteri itu

membutuhkan tourniquet yang berguna untuk membendung vena atau

mempertahankan vena pada posisi stabil agar dalam pemasangan infus atau

pengambilan darah dapat sesuai dengan yang diinginkan dalam keberhasilannya

dan tidak menimbulkan komplikasi. Tourniquet diletakkan 5 cm dari lokasi

pemasangan infus karena jika dilakukan kurang dari 5 cm akan mengganggu

proses penusukan abocath kedalam vena.

Namun tahapan ini tidak sepenuhnya dilakukan menggunakan tourniquet

yang tersedia dilokasi melainkan partisipan menggunakan selang infus bekas yang

dipotong sehingga bisa digunakan dalam pemasangan infus sebagai pengganti

tourniquet. Fungsi dari selang infus yang dipotong itu memang hampir sama

dengan tourniquet namun tourniquet yang memang sudah tersedia dan sudah

menjadi standar nasional dalam penggunaan nya pada pemasangan infus.

Page 108: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

86

6. Memasang perlak pengalas

Perlak pengalas saat melakukan pemasangan infus adalah salah satu syarat

untuk terlaksananya pemasangan infus yang sesuai dengan SOP dimanapun

seorang perawat bekerja. Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian

infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko

penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh

dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan (Nursalam 2007). Fungsi dari perlak pengalas saat melakukan

pemasangan infus adalah untuk melindungi daerah yang akan terpasang infus

dalam keadaan bersih dari kuman yang ada di tempat tidur pasien. Menjaga agar

tidak ada darah atau cairan tubuh yang terjatuh ditempat tidur yang akan membuat

kuman berpindah dari tempat satu ke tempat lain yang menyebarkan bakteri dan

virus yang bisa menimbulkan infeksi nosokomial.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya kekurangan dalam penelitian gambaran

pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP. Belum dilakukannya

observasi apakah jika pemasangan infus sesuai SOP juga bisa dipastikan tidak

terjadi flebitis. Mengingat faktor terjadinya flebitis sangat banyak.

Peneliti dalam mengumpulkan data dokumentasi (foto) kurang lengkap

dikarenakan hal itu peneliti lebih memfokuskan pada waktu observasi kejadian

flebitis dan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP.

Page 109: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

87

Peneliti menyadari bahwa tidak mendalami tentang perawat yang lebih

mengikuti alur dari senior dalam pelaksanaan pemasangan infus dibandingkan

dengan mendalami pelaksanaan pemasangan infus sesuai SOP.

Page 110: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

88

BAB V

PENUTUP

Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian yang

menjelaskan kesimpulan dan saran. Simpulan yang dibuat berdasarkan kategori

yang ada dan tema-tema yang telah ditemukan dalam penelitian, dampak dari

pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP, Prosentase kejadian flebitis

dan analisa gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai SOP.

Sedangkan saran yang dibuat bagi rumah sakit, institusi pendidikan, peneliti lain

dan peneliti.

5.1. Simpulan

5.1.1. Gambaran pelaksanaaan pemasangan infus

1. Pengertian SOP

Hasil penelitian pada partisipan dari pertanyaan tentang pengertian SOP

ditemukan tema sebagai berikut : 1. Aturan, 2. Standar. Tema-tema yang telah

didapatkan adalah pernyataan dari partisipan pada saat menjawab pertanyaan dari

partisipan.

2. Pelaksanaan SOP dibangsal

Hasil penelitian pada partisipan dari pertanyaan tentang pelaksanaan SOP

dibangsal ditemukan tema sebagai berikut : 1. Jarang dipraktikan, 2. Tidak hafal,

3. Melihat sikon. Tema-tema yang telah didapatkan itu adalah pernyataan dari

partisipan pada saat menjawab pertanyaan dari peneliti.

Page 111: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

89

3. Pemasangan belum sesuai SOP

Hasil dari wawancara pada partisipan menyatakan tentang petanyaan

pemasangan belum sesuai SOP dalam tindakan keperawatan pemasangan infus.

Dari pernyataan partisipan ini menimbulkan tema-tema, tema tersebut sebagai

berikut:1. Memakan waktu lama. Tema ini didapatkan dari partisipan 1, 2 dan 5.

4. Alasan belum sesuai SOP

Hasil penenlitian yang dinyatakan partisipan dalam pertanyaan alasan

kenapa partisipan belum sesuai SOP dalam melakukan tindakan keperawatan

menghasilkan tema-tema sebagai berikut: 1. Tuntutan pekerjaan yang banyak.

Tema ini didaapat dari partisipan saat menjawab pertanyaan dari peneliti.

5. Waktu penggantian infus

Hasil penelitian ini di dapat dari hasil pernyataan dari partisipan 1,2,3, dan

4. Partisipan menyatakan biasanya infus diganti berapa hari sekali. Dari

pernyataan partisipan tersebut memunculkan tema bahwa infus diganti 4-5 hari

dari pemasangan infus.

6. Alasan infus diganti kurang dari 3 hari

Hasil penelitian ini didapat dari pernyataan dari semua partisipan yang

terlibat dalam penelitian ini. Dari jawaban partisipan ini didapatkan tema-tema

sebagai berikut: 1. Pernah, 2. Bengkak, 3. Plebitis. Tema-tema yang telah

didapatkan itu adalah pernyataan dari partisipan pada saat menjawab pertanyaan

dari peneliti.

Page 112: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

90

7. Angka kejadian flebitis dalam 1 bulan

Hasil penelitian ini didapatkan dari 2 kategori yaitu kategori dari

pernahkan ada pasien yang mengalami kejadian flebitis dan juga dalam 1 bulan

ada berapa pasien yang mengalami kejadian flebitis. Dari hal tersebut dapat

ditemukan tema-tema sebagia berikut: 1. Pernah ada, 2. Lupa. Tema-tema ini

didapatkand ari pernyataan dari partisipan dan juga hasil obeservasi.

8. Intervensi pasien flebitis

Hasil penelitian ini didapatkan dari pernyataan partisipan dari pertanyaan

peneliti tentang tindakan jika pasien mengalami flebitis. Dari pernyataan

partisipan tersebut muncul tema-tema sebagai berikut: 1. Ganti lokasi, 2. Melepas

infus.

9. Penyebab flebitis

Hasil penelitian ini didapatkan dari partisipan yang menjawab pertanyaan

dari peneliti tentang penyebab flebitis pada pasien partisipan. Dari pernyataan

partisipan telah ditemukan tema-tema sebagai berikut: 1. Aktifitas fisik, 2.

Transfusi darah, 3. Cairan infus, dan 4. Kebersihan. Tema-tema tersebut akan

diuraikan sendiri-sendiri.

10. Gambaran pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

Hasil dari gambaran pelaksanaan pemasangan infus ini didapatkan dari

observasi peneliti yang dilakukan menemukan tema-tema. Tema-tema tersebut

sebagai berikut: 1. Mempertahankan vena pada posisi stabil, 2. Memakai

hanschoon, 3. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dalam -

>keluar), 4. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan, 5. Meletakkan tourniquet 5

Page 113: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

91

cm proksimal yang akan ditusuk, 6. Memasang perlak pengalas. Tema ini

didapatkan dari hasil observasi tentang bagaimana partisipan ini melakukan

pemasangan infus. Tema ini didapat dari tahapan SOP dari RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri. Yang tidak lain sebagai pedoman observasi dalam

penelitian.

5.1.2. Prosentase gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP terhadap kejadian flebitis.

Didapatkan bahwa prosentase kejadian flebitis ada sekitar 20 pasien yang

mengalami flebitis dalam 1 bulan. Saat melakukan penelitian yang belum sampai

1 bulan sekitar 1 minggu lebih sudah ada angka kejadian flebitis diskala satu, dua

dan tiga namun terjadi pada hari yang berbeda-beda.

5.1.3. Dampak dari gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP.

Dalam pemasangan infus yang tidak sesuai dengan SOP dalam penelitian

ini didapatkan dampak bahwa memang pemasangan infus yang tidak sesuai SOP

dapat mempengaruhi kejadian flebitis dibangsal kenanga RSUD dr. Soediran

Mangan Sumarso Wonogiri.

5.1.4. Menganalisa gambaran pelaksanaan pemasangan infus yang tidak sesuai

SOP.

Kesimpulan yang didapatkan mengenai analisa gambaran dalam

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP di bangsal Kenanga memang disetiap

pelaksanaanya kebanyakan belum sesuai dengan SOP. Banyak alasan yang

Page 114: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

92

terungkap dari perawat namun yang paling banyak dan sering dikeluhkan adalah

tuntutan pekerjaan yang banyak.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi rumah sakit

1. Sebagai bahan masukan untuk perawat di RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri dalam meningkatkan kualitas pelayanan

asuhan keperawatan pada pasien. Terutama untuk pemasangan infus harus

sesuai dengan standar SOPuntuk meminimalkan tingkat kejadian flebitis.

2. Sebagai sumber dokumen diperpustakaan RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Kabupaten Wonogiri.

5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

1. Sebagai bahan acuan bagi pendidikan tentang gambaran pelaksanaan

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis dalam

menyampaikan teori tentang flebitis.

2. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut tentang gambaran pelaksanaan

pemasangan infus yang tidak sesuai SOP terhadap kejadian flebitis lebih

banyak ditemukan diskala berapa.

5.2.3. Bagi Peneliti Lain

1. Penelitian ini dapat menjadi acuan oleh peneliti lain untuk meneliti kembali

tentang kejadian flebitis.

2. Adanya hal-hal yang kurang dalam penelitian ini bisa menjadi bahan oleh

peneliti lain meneliti lebih lanjut.

Page 115: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

93

5.2.4. Bagi Peneliti

1. Semoga dengan adanya penelitian ini menjadi koreksi peneliti dalam

melakukan tindakan keperawatan sesuai SOP.

2. Menjadi lebih hati-hati dalam melakukan tindakan keperawatan.

Page 116: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Campbell, L. (1998b). IV-related plebitis complications and length of hospital

stay:2. British Journal of Nursing, 7 (22), 1364-1370.

Danim, Sudarawan (2004). Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku, PT

Bumi Aksara, Jakarta.

Darmadi (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalianya. Jakarta:

Salemba.

Depkes RI (2008) Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

Dougherty, L. (2008). Peripheral cannulation. Nursing Standard, 22 (52), 49-56.

Dougherty, L., dkk. (2010). Standards for infusion therapy: The RCN IV therapy

forum.

Elizabeth Ari, Lidwina Triastuti, Sisilia Heni (2009) “ perbedaan tehnik

mendesinfeksi alkohol 70% antara cara Spray dengan oles saat

pemasangan infus dalam Menurunkan jumlah bakteri pada site infuse di

rumah sakit Santo yusup bandung” Jurnal Keperawatan Volume 10 No.

XIX Oktober 2008 – Februari 2009 Hal 76.

Etika Emaliyawati (....).”Tindakan kewaspadaan universal sebagai upaya untuk

Mengurangi resiko penyebaran infeksi” fakultas ilmu keperawatan

Universitas padjadjaranBandung

Ghorbani, M. & Zavareh, M.N (2007) Pheriperal intravenous chateter related

phlebitis and risk factors. di peroleh 29 Juli 2013 jam 8.00 wib, httpwww.

4808a4.pdf

Hadaway (2006) Technology of Flushing Vascular Access Devices. Journal of

Infusion Nursing 29 (3), 137 – 145

Hampton S. (2008). IV therapi. Journal of Community Nursing, 22(6), 20-22.

Page 117: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

Handoyo dan Endang Trianto (2007) “analisis tindakan perawatan yang dilakukan

pada pasien denganphlebitis di rsud prof dr. Margono soekardjo

purwokerto”, Pengajar Program Sarjana Keperawatan Universitas Jenderal

Soedirman. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of

Nursing), Volume 2, No.2 Juli 2007

Hening Pujasari (2002) Angka Kejadian Plebitis dan Tingkat Keparahannya,

Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol.:6, No.1 , Penerbit FIK UI, Jakarta,

Maret, 2002.

Hidayat, A. Aziz Alimul (2008), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta:

Salemba Medika.

Hindley, G. (2006). Infection control in peripheral cannulae. Nursing Standard,

18(27).

Ignatavicius, D.D., & Workman, ML. (2010). Medical-surgical nursing, Patient-

centered collaborative care. 6th Edition. St. Louis: Saunders Elsevier Inc.

Krzywda dan Edmiston (2002) Central Venous Catheter Infections, Journal of

Infusion Nursing 25 (1), 29-35

Maria, Ince & Kurnia, Erlin. (2012). “Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan

Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus Terhadap Phlebitis”.

Jurnal STIKES Volume 5, No.1, Juli 2012.

Mustofa (2007). “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Perawat Mengenai

Kontrol Infeksi Terhadap Perilaku Pencegahan Kejadian Flebitis Di Ruang

Rawat Inap RSD Sunan Kalijaga Demak”, Skripsi, Universitas

Diponegoro Semarang.

Philips, L.D. (2005). Manual of iv therapeutics. Fourth Edition. Philadelphiaa: FA

Davis Company.

Polit, DF & Beck, CT (2006), Essentials Of Nursing Research Methods,

Appraisal, and Utilization, 6th edition, Lippincott Williams & Wilkins,

Philadelphia

Page 118: GAMBARAN PELAKSANAAN PEMASANGAN INFUS …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-nurmairawa... · untuk itu penulis mengharapkan kritik, ... It happens due to the infection

Polit, DF & Hungler, BP (2005), Nursing Research : Principles and Methods, 6th

edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia

Potter dan Perry (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.

Jakarta: EGC

Prastika Daya, Sri Susilaningsih dan Afif Amir A. (2012).” Kejadian Flebitis di

RSUD Majalaya” Universitas Padjadjaran Bandung.

Saryono & Anggraeni, MD (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam

Bidang Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta

Smeltzer dkk. (2001). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 8

Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G (2002), Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh

Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

Subagyo, Joko P. (2004). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, PT Asdi

Mahasatya, Jakarta.

Sutopo, HB (2006), Metodologi Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian,

Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta

Wayunah (2011). “Hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan

kejadian flebitis dan kenyamanan pasien diruang rawat inap rumah sakit

umum daerah (RSUD) Kabupaten Indramayu”, Tesis, Universitas

Indonesia Jakarta.