de quervain syndrom
DESCRIPTION
de quervain syndromTRANSCRIPT
DE QUERVAIN SYNDROME
1. Pendahuluan
2. Anatomi
Tendon merupakan bagian dari otot yang digunakan untuk menggerakkan
tulang. Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor
dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang
karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari retinakulum
ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya melekat pada
bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui
otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan
fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi cairan
sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi.
Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang
terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis
longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis
brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu
tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot
ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon
otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor
karpi ulnaris.
1
Gambar 1. Struktur Kompartemen Radial ke Ulna
3. Definisi
De Quervain’s syndrome (dieja dee-kwer-vanes atau de-kware-vanes),
merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah tendon ibu jari di pergelangan tangan
ketika menggerakkan ibu jari ke arah luar. Istilah De Quervain’s syndrome
diperkenalkan pertama kali, setelah ahli bedah dari Swiss Fritz de Quervain, membuat
laporan tentang penyakit ini pada awal tahun 1895. Sebelumnya penyakit tersebut
diberi nama Washer woman’s sprain karena dahulunya belum ada mesin cuci pada
tahun 1800-an.1
De quervain’s juga bisa diterminologikan dengan de Quervain’s
tenosynovitis. Tenosynovitis merupakan iritasi baik pada tendon dan juga lapisan
sinovial. Resiko tendinitis meningkat dengan bertambahnya usia. Teminologi lain
dari penyakit ini adalah trigger finger. Trigger finger terjadi ketika jari tangan atau
ibu jari pada posisi fleksi dan karena adanya proses peradangan sehingga terjadi
hambatan untuk re-ekstensi. Hal ini mengakibatkan trigger effect, ketika pergelangan
tangan pada posisi snapping atau catching sensation ketika mencoba untuk reposisi
2
jari atau ibu jari yang kadang disertai suara yang cukup keras yang berasal dari
pergelangan jari tangan.
Tenosynovitis dapat dikira sebagai tendonosis, sebuah kondisi
dikarakteristikkan dengan degenerasi dari serat kolagen, ditemukan densitas tinggi
dari fibroblas dan vascular hyperplasia tanpa keterlibatan proses inflamasi. Diagnosis
dari tendonosis biasa dibuat postmortem.
Perhatikan gambar 2 di bawah ini, dapat diaamati bahwa pada de Quervain’s
syndrome, terowongan dari first extensor compartment mengecil karena penebalan
dan peradangan dari tendon-tendon otot abductor pollicis longus dan otot extensor
pollicis brevis yang keduanya bersama-sama masuk dalam selubung tendon. Gerakan
pada tangan dan ibu jari dapat menimbulkan nyeri terutama gerakan grasping atau
twisting.2
De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah
prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abductor pollicis
longus dan otot extensor pollicis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua
tendon tersebut. 3
a) b)Gambar 2 a) First Dorsal Compartment dan b) tendon yang terlibat dalam gerakan ibu jari tangan
3
Gambar 3. Kompartemen dorsal pertama4
Gambar 4. Nyeri pada hammering motion
4. Epidemiologi
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif sering, terutama di antara
orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-ulang,
seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Sebuah
survei di Inggris yang dipublikasikan pada tahun 2004 bahwa lebih dari 6000 dewasa
yang menjadi sampel, ditemukan kurang lebih 52% dari responden tersebut memiliki
nyeri di ekstremitas atas. Ketika persentase tersebut di spesifikkan menjadi kelainan
di ekstremitas atas, de quervain’s syndrome hanya sekitar 0.5% pada laki-laki dan
1.3% pada wanita.5
Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa
morbiditas terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif di mana berhubungan
dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain’s
syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak.5
4
Menurut laporan dari Green4, hingga saat ini belum ditemukan adanya
korelasi yang nyata antara insiden de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras
tertentu. Meskipun penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de
Quervain’s syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Hal ini dikarenakan pada wanita
memiliki procecuss styloideus yang lebih besar daripada laki-laki. Beberapa sumber
bahkan memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria,
yaitu 8 : 1. Menariknya, banyak wanita yang menderita de Quervain’s
syndrome selama kehamilannya atau selama periode postpartum dikarenakan
hormon-related tendon swelling.5
Lapidus6 juga melaporkan bahwa perbandingan wanita dan pria yaitu 4:1.
Laporan Medl7 juga mendukung bahwa wanita memiliki rasio yang lebih besar
dibanding pria dengan 2:1. Wanita terutama yang memiliki anak yang masih kecil,
lebih sering karena menggendong anaknya dan ketika mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. 8
5. Etiologi
Penyebab penyakit ini dapat berupa idiopatik tetapi penggunaan yang
berlebihan (over use) dapat mengakibatkan terjadinya trauma minor yang berulang-
ulang. Aktivitas-aktivitas yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada
pergelangan tangan, biasa ditemukan pada operator komputer, musisi, tugas
sekretaris, olahraga golf atau permainan olahraga yang menggunakan raket. Kondisi
lain yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah posisi yang keliru pada ibu ketika
mengasuh bayinya.1
Banyak aktivitas berulang di kantor juga dapat berkontribusi menyebabkan
kondisi tersebut. Ketika mengetik, gerakan pergelangan tangan secara terus menerus
atau kontraksi otot ibu jari ketika menekan space bar merupakan salah satu
contohnya.1
5
Faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan terjadinya De
Quervain’s syndrome antara lain: trauma akut pada tangan terutama ibu jari dan
rhematoid artritis.9
6. Patofisiologi
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-
jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon
sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot
dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai
lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai
inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi
terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath. Terjadilah
stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal ini akan
mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi
perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang
nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu
jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit
ini.
7. Gejala dan Tanda
Nyeri pada ibu jari merupakan gejala primer. Jenis nyerinya adalah nyeri
pegal dan akan terprovokasi ketika melakukan aktivitas yang berat secara berulang-
ulang dengan melibatkan gerak fleksi atau rotasi ibu jari yang terus-menerus. Gejala
tersebut biasanya terjadi pada siang hari dan bisa menjalar ke lengan bawah atau
punggung tangan sisi radial. Dan dapat semakin memburuk ketika menggerakkan
pergelangan tangan, terutama gerakan seperti grasping, pinching atau twisting.
Karena nyeri dan bengkak, dapat mengganggu aktifitas gerak dan fungsi tangan,
lengan, pergelangan tangan serta jari-jarinya.
6
8. Diagnosis
Gambar 5. Karakteristik diagnosis de Quervain’s syndrome10
Diagnosis de Quervain’s syndrome ditegakkan dari medical record pasien dan
hasil pemeriksaan fisik. Karakteristik gejala dapat dilihat pada gambar 5 di atas.
selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh beberapa pemeriksaan
yaitu:
a. Pemeriksaan Fisik
Eritem dan oedem biasa terlihat pada lokasi lapisan pembungkus
tendon, dengan nyeri baik gerakan aktif maupun pasif pada ibu jari dan
pergelangan tangan. Hasil positif dari Finkelstein test merupakan
patognomonik untuk penyakit ini:
Finkelstein test. Test ini digunakan untuk diagnosis penyakit de
Quervain’s syndrome. Pada tes ini, pasien mengepalkan tangan dengan
ibu jari terletak di telapak tangan dan selanjutnya dilakukan ulnar
deviasi plus ekstensi tangan ke arah medial selama 30 detik, seperti
gambar 6 di bawah.
7
Gambar 6. Finkelstein test
b. Pemeriksaan Radiologis
Meskipun medical record merupakan kunci diagnosis, penelitian
terbaru melaporkan bahwa Ultrasonography merupakan salah satu metode
yang reliable dan sensitive untuk deteksi penyakit ini. Pada USG, potongan
longitudinal dapat ditemukan gambaran circumferential hypoechogenicity
karena distensi pada pembungkus tendon yang dikelilingi cairan diffus.
Sementara itu pada potongan transversal dapat terlihat gambaran double-
target pattern pada tendon Abductor pollicis longus dan extensor pollicis
brevis.10
Penelitian lain mengindikasikan bahwa Magnetic Resonance Imaging
dapat membuktikan pembesaran jaringan lunak pada lokasi kompartemen
pertama dari pergelangan tangan, penebalan pembungkus tendon dan
berkurangnya intensitas sinyal pada setinggi T-1 dan T-2.
9. Tatalaksana
Secara tradisional, sebagian besar peneliti merekomendasikan bahwa
pmbedahan dipertimbangkan sebagai terapi pilihan pada pasien dengan penyakit de
Quervain’s Syndrome, dan mereka berpendapat bahwa terapi konservatif hanya untuk
mengurangi gejala pada periode waktu yang singkat. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa terapi konservatif dengan injeksi kortikosteroid memperlihatkan perbaikan
8
gejala dalam sedikitnya 2 minggu. Berdasarkan beberapa literatur lainnya, lebih dari
80% pasien yang diinjeksi kortikosteroid memperlihatkan perbaikan dalam 2 minggu.
Pada beberapa kasus, 0.5cc kortikosteroid dan 1% lidocaine hydrocloride disuntikkan
ke kompartemen pertama bagian distal. Opsi konservatif lainnya adalah injeksi
kortikosteroid dan splinting pada pergelangan tangan yang sakit. 11,12
Gambar 7. Penggunaan alat support untuk mengistirahatkan pergelangan tangan
Penelitian lain melaporkan bahwa kesuksesan injeksi kortikosteroid pada pasien
dapat menggunakan bantuan teknik imaging USG untuk mencari letak injeksi secara
akurat. Zingas13 melaporkan bahwa 63% pasien dengan de Quervain’s Syndrome,
yang diinjeksi kortikosteroid ke dalam pembungkus tendon menunjukkan perbaikan
gejala, dibandingkan 0% pasien yang diinjeksi di luar pembungkus tendon. Namun
studi Zingas tersebut tidak membuktikan hubungan secara definitif.
Walaupun sebagian besar peneliti terfokus pada injeksi kortikosteroid, namun
pada pasien yang mengalami gejala-gejala minor, penggunaan Nonsteroidal anti-
inflammatory Drugs misalnya ibuprofen sebagai drug of choice untuk pasien dengan
nyeri sedang dan splinting merupakan metode yang diberikan pertama kali. Jika lini
pertama tersebut tidak efektif, injeksi kortikosteroid tetap harus direncanakan karena
memiliki angka kesuksesan yang tinggi. Selain itu, dewasa ini, perkembangan sistem
pelayanan kesehatan telah mengikutsertakan fisioterapi, untuk mengatasi problem
nyeri pada penderita de Quervain’s Syndrome.
9
Tindakan operasi dipertimbangkan jika gejala-gejala bertahan selama lebih dari
3 bulan atau jika terjadi kegagalan pada terapi konservatif, maka tindakan
pembedahan diindikasikan. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau
untuk meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon
yang sempit.
Digunakan anestesi lokal dan turniket. Setelah kulit disterilkan, gunakan
turniket dan infiltrasi kulit pada daerah kompartemen dorsal pertama dengan
menggunakan anestesi lokal secukupnya. Lalu dibuat insisi pada kulit yang mulai dari
dorsal ke volar dalam arah transversal-oblik, sejajar dengan lipatan-lipatan kulit
melewati daerah yang lunak dari kompartemen dorsal pertama. Insisi longitudinal
dianjurkan untuk membuat area yang lebih panjang di mana skar kulit mungkin saja
melekat pada nervus kutaneus dan tendon. Tindakan diseksi tajam hanya sampai pada
lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak subkutaneus, menjauhi cabang-
cabang nervus radialis superfisialis. Setelah menarik tepi kulit, gunakan diseksi
tumpul pada lemak subkutaneus. Kemudian cari dan lindungi cabang-cabang sensoris
dari nervus radialis superfisialis, biasanya terletak di bagian dalam dari vena-vena
superfisialis. Kenali tendon proksimal sampai penyempitan ligamen dorsal
dan tendon sheath, kemudian buka kompartemen dorsal pertama pada sisi dorsoulnar.
Dengan ibu jari yang abduksi dan pergelangan tangan yang fleksi, angkat tendon otot
abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis dari tempatnya. Jika tendon
otot-otot tersebut sulit untuk dibebaskan, carilah additional “aberrant” tendons dan
kompartemen-kompartemen yang terpisah. Kemudian tutup insisi kulit dan
menggunakan balutan dengan tekanan yang rendah
10
Daftar Pustaka
1. Kit Braun. De Quervain’s A Cousin to Carpal Tunnel Syndrom. Journal of Court
Reporting. 2001
2. De quervain syndrom. American Society for Surgery of the Hand. 2012
3. Wright PE. Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in
Campbell-Operative Orthopaedics. 2004
4. Jennifer Green. De Quervain’s Tenosynovitis. Tersedia pada
http://www.wesleyhandcentre.com.au/pdf/de-quervains-tenosynovitis.pdf
Diunduh pada tanggal 16 November 2015
5. Foye PM, De Quervains Tenosynovitis. Tersedia pada
http://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm Diunduh pada tanggal 15 November
2015
6. Lapidus PW, Fenton R: Stenosing tenovaginitis at the wrist and fingers: Report
of 423 cases in 369 patients with 354 operations. Arch Surg 64:475, 1952
7. Medl WT: Tendonitis, Tenosynovitis, Trigger Finger and De Quervain’s
syndrome, Orthop Clin North Am 1:375, 1970
8. Brigham and Women’s Hospital. Standard of Care: De Quervain’s Syndrome:
Nonoperative Managemen. Harvard Medical School. 2007
9. Bunnel, S. Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de Quervain’s
Disease) in Surgery of The Hand. Third Edition. Pitman Medical Publishing Co.,
Ltd. London. 1992. Hal 774-5
10. Ashurst JV, Turco DA, Lieb BE. Tenosynovitis Caused by Texting: An
Emerging Disease. Journal of The American Osteophatic Association. 2010;
110: 294-6
11. Richie CA, Briner WW Jr. Corticosteroid Injection for Treatment of De Quervain
Tenosynovitis: A Pooled Quantitative Literature Evaluation. J Am Board Fam
11
Pract. 2003. 16(2):102-6. Tersedia pada
http://www.jabfm.org/content/16/2/102.full Diunduh pada 17 November 2015
12. Rankin ME, Rankin EA. Injection Theraphy for Management of Stenosing
Tenosynovitis (de Quervain Disease) of The Wirst. J Nati Med Assoc. 1998.
90(8): 474-6 tersedia pada
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2568250/pdf/jnma00166-
0036.pdf Diunduh pada 17 November 2015
13. Zingas C, Failla JM, Van Holsbeeck M. Injection Accuracy and Clinical Relief
of de Quervain Tendinitis. J Hand Surg Am. 1998:23(1):89-96
12