presus de quervain syndrom
DESCRIPTION
dqsTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
De Quervain’s syndrome
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Saraf di RSUD Salatiga
Disusun Oleh
Nama : Veri Ambar Sari
No. Mahasiswa : 20080310216
Diajukan Kepada:
dr. Ardiansyah, Sp. S
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
DAFTAR ISIHALAMAN PENGESAHAN................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
LAPORAN KASUS................................................................................................4
A. IDENTITAS PASIEN..................................................................................4
B. PROBLEM...................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
C. Epidemiologi..............................................................................................10
D. Etiologi.......................................................................................................10
E. Anatomi dan Fisiologi................................................................................11
F. Patofisiologi...............................................................................................13
G. Diagnosis....................................................................................................14
H. Diagnosis Banding.....................................................................................17
I. Pengobatan.................................................................................................18
J. Prognosis....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
HALAMAN PENGESAHANPRESENTASI KASUS
De Quervain’s syndrome
Telah disetujui dan dipresentasikan
Pada Februari 2014
Menyetujui,
Dokter Pembimbing
dr. Ardiansyah, Sp. S
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. T
Usia : 45 tahun
Pekerjaan : Swasta (bagian mesin)
Alamat : Jl. Sumbing 1/5 Kalicacing, Sidomukti, Salatiga
Masuk RS : 22 Januari 2014
B. PROBLEM
Keluhan Utama : Jempol tangan kiri sakit untuk digerakkan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak ± 1 bulan SMRS pasien mengeluhkan nyeri memberat pada jempol
tangan sebelah kiri. Nyeri dirasakan terus menerus dan makin lama nyerinya
semakin memberat. Nyeri muncul saat pasien sedang tidur, hal tersebut membuat
pasien terbangun dari tidur dan menjadi sulit untuk tidur kembali. pasien tetap
dapat melakukan aktivitas harian seperti biasa, nyeri saat menggenggam ataupun
menggunakan tangan kirinya, pasien harus menahan rasa nyeri yang dirasakan.
Selama sakit pasien tidak mengkonsumsi obat untuk mengurangi nyerinya.
Pasien tidak demam sebelumnya, tidak pernah ada riwayat jatuh
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama, Riwayat hipertensi, Riwayat DM , Riwayat
penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama, Riwayat hipertensi, Riwayat DM , Riwayat
penyakit jantung disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
GCS : EVM (4/5/6)
TD : 130/80 mmHg
HR : 80 x/mnit
RR : 24x/ mnit
Extremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik
Neurologi
- Balbinski : -/-
- Chaddock : -/-
- Hoffmen- Tromner: -/-
- Openhiem : -/-
- Gordon : -/-
- Bing : -/-
- Rossolimo : -/-
Kekuatan Otot
Dextra Sinistra
5/5-
5/5
Refleks Fisiologis
Refleks Dextra/Sinistra
Biseps + N / +N
Triseps + N / +N
Brachioradialis + N / +N
Patella + N / +N
Achiles + N / +N
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Pemeriksaan Nervus Kranial
No. Nama Nervus Komponen yg diperiksa Kanan Kiri1 I. Olfaktorius Secara subyektif: membau sesuatu secara
bergantian hidung ditutupTidak dilakukan
Tidak dilakukan
2. II. Optikus - Tajam Penglihatan- Tes Warna- Lapang Penglihatan
DbnDbnDbn
DbnDbnDbn
3. III.Occulomotorius - Bentuk & Ukuran pupil- Refleks terhadap sinar- Gerak mata: atas, bawah, medial
DbnDbnDbn
DbnDbnDbn
4. IV. Trokhlearis - Gerak mata ke medial bawah Dbn Dbn
5. V. Trigeminus - Membuka mulut- Refleks kornea
- Refleks bersin
- Menguyah
DbnTidak dilakukanTidak dilakukanDbn
DbnTidak dilakukanTidak dilakukanDbn
6. VI. Abducens - Gerak mata ke lateral Dbn Dbn
7. VII. Facialis - Mengerutkan dahi- Menutup mata- Memperlihatkan gigi- Pengecap 2/3 anterior
DbnDbnDbnTidak dilakukan
DbnDbnDbnTidak dilakukan
8. VIII.Akustikus - Tes Rhinne, Weber Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
9. IX. Glossofaringeus - Perasaan lidah bagian belakang- Refleks muntah
Tidak dilakukanTidak dilakukan
Tidak dilakukanTidak dilakukan
10. X. Vagus - Bicara- Menelan- Nadi
DbnDbnDbn
11. XI. Accesorius - Menoleh kiri- kanan- Sikap bahu
DbnDbn
12. XII. Hipoglosus - Menjulurkan lidah- Artikulasio
DbnDbn
Status Lokalis
• Inspeksi: terdapat benjolan pada Wrist sinistra sejajar digiti I dan os. Radius
diameter 2 cm. Tidak eritem
• Palpasi: padat kenyal, fixed, nyeri tekan (+), nyeri saat pergerakan pasif dan
aktif, fluktuasi (-).
• Filkenstain tes (+), Phalen tes (-), Tinel tes (-)
DIAGNOSIS
De Quervain’s syndrome
TERAPI
- Methylprednisolone 4 mg ( 2 dd tab 1)
- Renadinac 50 mg ( 2 dd tab 1)
- Ranitidine tab (2 dd tab 1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
De Quervain’s syndrome dikenal dengan beberapa macam cara penulisan.
Pada beberapa referensi seperti pada kamus Dorland tertulis de Quervain’s
disease, pada kamus Stedman tertulis de Quervain disease, pada kamus M-W
medical dictionary tertulis deQuervain’s disease dan pada kamus Wikipedia
tertulis de Quervain’s syndrome. Sebagian besar referensi menuliskan penyakit
ini dengan de Quervain’s disease. Penyakit ini disebut juga dengan de
Quervain’s tenosynovitis atau de Quervain’s syndrome. Ada pula yang menyebut
penyakit ini dengan nama washerwoman’s sprain karena lebih banyak
menyerang wanita daripada pria. 1,2,3
De Quervain’s syndrome dinamakan sesuai dengan nama orang yang
pertama kali mendeskripsikan penyakit ini yaitu Fritz de Quervain (1868-1940),
seorang ahli bedah Swiss yang lahir pada tanggal 4 Mei 1868 dan meninggal
pada tahun 1940 akibat penyakit pankreatitis akut yang dideritanya. Penyakit ini
dideskripsikan untuk yang pertama kalinya oleh Fritz de Quervain pada tahun
1895. Awalnya, Fritz de Quervain mendeskripsikan penyakit ini dengan apa yang
kita kenal sebagai tenovaginitis yaitu proliferasi jaringan fibrosa retinakulum
otot-otot ekstensor dan tendon sheath dari otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus. Beberapa tahun kemudian, terjadi stenosis tenosynovitis
dari kedua tendon tersebut (kompartemen dorsal pertama) hingga kemudian
penyakit ini dikenal dengan nama de Quervain’s tenosynovitis. Fritz de Quervain
juga banyak menulis buku-buku yang memperkenalkan prosedur teknik
tiroidektomi sehingga dikenal pula penyakit pada tiroid dengan nama yang sama
yaitu de Quervain’s Thyroiditis. 2,3
De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah
prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut. 4,5
De Quervain’s syndrome atau tenosinovitis stenosans ini merupakan
tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga
ditemukan penebalan tendon. 5
Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal
pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada
pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis
longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB). Pasien dengan
kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral
dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau
lengan bawah bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik
terhadap penanganan non bedah. 3
Gambar 1. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi
lateral dari snuffbox.3
Gambar 2. Tampak kompartemen dorsal pertama pada daerah stiloid radius
menonjol.7
C. Epidemiologi
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara
orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-
ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. 3
Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa
morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri
progresif di mana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan
tangan yang terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang
dewasa dibanding pada anak-anak. 3
Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara
insiden de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun
penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s
syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan
rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1.
Menariknya, banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndrome selama
kehamilannya atau selama periode postpartum. 3
D. Etiologi
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s syndrome. Aktivitas-aktivitas
yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga
yang menggunakan raket. 3
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang
terjadi berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara
tendon dan pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya
memeras kain. 4,7
Gambar 3. Tugas-tugas dari seorang sekretaris yang dapat menyebabkantrauma ulangan pada pergelangan tangan17
E. Anatomi dan Fisiologi
Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. 8,9
Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor
dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang
karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari
retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian
lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen
jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus
oleh tendon sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh
retinakulum tadi. 8,9,10
Gambar 4. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis 18
Gambar 5. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan transversal tendon sheath1
Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama
yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor
polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi
radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen
ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu
tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima
adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah
tendon otot ekstensor karpi ulnaris. 8,9,10,18
De Quervain’s syndrome adalah stenosis pada tendon sheath
kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari
tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis. 1,3,10,11,12,13,14
Gambar 6. Kompartemen dorsal pertama 17
Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan
ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi
sebagai pergerakan abduksi pada polluks. 8,9,10
Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai
sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan
merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis. 8,9
F. Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk
pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan
tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini
umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat
terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 3,7
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada
jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon
sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan
otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi
sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak
sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon
sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal
ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi.
Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon
sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot
tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering
merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini. 1,3,11,15
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius. 4,6,7
G. Diagnosis
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala
yang timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua
otot tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor
polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis.
Perlu ditanyakan juga kepada pasien riwayat terjadinya nyeri. Sebagian
pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya nyeri dengan trauma akut pada
ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak menyadari keluhan ini sampai terjadi
nyeri yang lambat laun makin menghebat. Untuk itu perlu ditanyakan kepada
pasien apa pekerjaan mereka karena hal tersebut akan memberikan kontribusi
sebagai onset dari gejala tersebut khususnya pada pekerjaan yang menggunakan
jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti pada rheumatoid arthritis dapat
menyebabkan pula deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu jari. Pada kasus-
kasus dini, nyeri ini belum disertai edema yang tampak secara nyata (inspeksi),
tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema terutama pada sisi radial dari polluks. 3,10,11,12,13,14,15
Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus
stiloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat
penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius,
serta rasa nyeri pada adduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila
tangan dan seluruh jari-jari dilakukan deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh
karena jepitan kedua tendo di atas dan disebut uji Finkelstein positif. 4,5,6,7,16
Gambar 7. Tampak inflamasi pada tendon sheath dari kompartemen dorsal pertama17
Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s syndrome adalah
tes Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk
mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari
lainnya. Pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan
tangan pasien yang dicurigai di mana dapat menimbulkan keluhan utama berupa
nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral. 3,16
Gambar 8. Daerah yang nyeri pada de Quervain’s syndrome17
Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan
bagian yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa ”the first carpometacarpal (CMC)
joint” sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif palsu. 6 Selain
dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-
otot, dan epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri
apakah primer atau merupakan referred pain. 3,12,13,15
Gambar 9. Tes Finkelstein, si pemeriksa melakukan deviasi ulnar pasif pada
pergelangan tangan pasien3
Gambar 10. Tes Finkelstein 17
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang
diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat
adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini
juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor
rheumatoid di dalam darahnya. 3,10,14
Pemeriksaan radiologik secara umum juga tidak ada yang secara spesifik
menunjang untuk mendiagnosis penyakit ini. Akan tetapi, penemuan terbaru
dalam delapan orang pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13
MHz resolusi tinggi diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya
penebalan dan edema pada tendon sheath. Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat
adanya penebalan pada tendon sheath tendon otot ekstensor polisis brevis dan
otot abduktor polisis longus. Pemeriksaan radiologis lainnya hanya dipakai untuk
kasus-kasus trauma akut atau diduga nyeri oleh karena fraktur atau osteonekrosis. 3,10
H. Diagnosis Banding
Yang merupakan diagnosis banding de Quervain’s syndrome adalah
sebagai berikut : 3,10,11,13,14
1. Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu
jari tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi
dapat ke seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan. Carpal
Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh kompresi
pada nervus medianus akibat inflamasi pada pergelangan tangan. Penyebab
inflamasi dapat karena suatu infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan
pada pergelangan tangan (overuse). Gejala lain pada penyakit ini adalah
adanya rasa panas dan kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan.
2. Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.
3. Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate.
4. Degenerative arthritis pada sendi radioscaphoid, cervical radiculopathy
terutama pada segmen C5 atau C6.
5. Cheiralgia paresthetica atau neuropati pada sensorik dari nervus radial.
6. Fraktur scaphoid yang tampak sebagai nyeri pada daerah snuff box pada
kompartemen dorsal pertama.
7. Intersection syndrome di mana tenosynovitis terjadi pada tendon dari
kompartemen dorsal pertama (tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus) sampai ke tendon dari kompartemen dorsal kedua
(otot ekstensor karpi radialis longus dan otot ekstensor karpi radialis brevis)
dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian distal pada daerah dorsolateral
dari lengan bawah. Nyeri pada penyakit ini lebih kurang di daerah lateral
dibandingkan pada de Quervain’s syndrome.
8. Sindroma Wartenberg
Sindroma ini disebabkan oleh kompresi pada cabang superfisial nervus
radialis yang mempersarafi bagian dorsal ibu jari dan sebagian jari telunjuk. Hal
ini dapat disebabkan oleh tekanan kronis pada saraf, aktivitas yang melakukan
gerakan repetitif, maupun trauma. Pasien dengan sindroma Wartenberg
mengeluhkan rasa nyeri pada bagian distal radial lengan bawah diikuti dengan
paresthesi pada bagian dorsal radial tangan.Diagnosis dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan Tinel’s Sign. Yaitu dengan mengetuk ringan di atas nervus radialis,
dan pasien akan merasakan sensasi yang serupa dengan sengatan listrik ringan
I. Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan
intervensi bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita
menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat
membantu penderita dengan mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen
dorsal pertama pada ibu jari (polluks) agar edema lebih lanjut dapat dicegah.
Idealnya, immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6 minggu. Kompres dingin pada
daerah edema dapat membantu menurunkan edema (cryotherapy). Jika gejala
terus berlanjut dapat diberikan obat-obat anti inflamasi baik oral maupun injeksi.
Beberapa obat oral dan injeksi yang diberikan sebagai berikut : 3,10,11
1. Nonsteroid anti-inflammatory drug misalnya ibuprofen yang merupakan drug of
choice untuk pasien dengan nyeri sedang. Bekerja sebagai penghambat reaksi
inflamasi dan nyeri dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin. Dosis
dewasa 200-800 mg, sedang dosis untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-10
mg/kgBB/hari. Untuk anak > 12 tahun sama dengan dewasa. Adapun kontra
indikasi pemberian obat ini adalah adanya riwayat hipersensitif, ulkus peptikum,
perdarahan gastrointestinal atau perforasi, insufisiensi ginjal, atau resiko tinggi
terjadinya perdarahan. Interaksi obat dengan aspirin dapat meningkatkan efek
samping dari obat ini, kombinasi dengan probenesid dapat meningkatkan
konsentrasi obat di dalam darah. Pada pasien-pasien dengan hipertensi, dapat
diberikan kombinasi antara obat ini dengan obat anti hipertensi seperti captopril,
beta blocker, furosemid, dan thiazid. Obat ini tidak aman diberikan untuk wanita
hamil terutama kehamilan pada trimester ketiga (berpotensi untuk menyebabkan
menutupnya duktus arteriosus).
2. Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi
migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon
atau dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat
anestesi lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini disuntikkan pada tendon
sheath dari kompartemen dorsal pertama yang terkena. Harus diperhatikan agar
jangan sampai menyuntikkan campuran obat ini langsung pada tendonnya karena
dapat menyebabkan kelemahan pada tendon dan potensial untuk terjadinya
ruptur. Penyuntikan campuran obat ini juga hendaknya dicegah jangan sampai
terlalu superfisial dari jaringan subkutan karena dapat menyebabkan
depigmentasi pada kulit. Untuk pasien-pasien yang menderita diabetes melitus
sebaiknya dilakukan pengontrolan glukosa darah karena pemberian kortikosteroid
lokal dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah sementara.
Pada tahap awal diberikan analgetik atau injeksi lokal kortikosteroid serta
mengistirahatkan pergelangan tangan, tetapi kadang-kadang penyembuhan hanya
bersifat sementara. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau untuk
meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon yang
sempit. 4,5
Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi
terutama pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon
sheath. Prosedur operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 3,10,14,18
Digunakan anestesi lokal dan turniket. Setelah kulit disterilkan, gunakan
turniket dan infiltrasi kulit pada daerah kompartemen dorsal pertama dengan
menggunakan anestesi lokal secukupnya. Lalu dibuat insisi pada kulit yang mulai
dari dorsal ke volar dalam arah transversal-oblik, sejajar dengan lipatan-lipatan
kulit melewati daerah yang lunak dari kompartemen dorsal pertama. Insisi
longitudinal dianjurkan untuk membuat area yang lebih panjang di mana skar
kulit mungkin saja melekat pada nervus kutaneus dan tendon. Tindakan diseksi
tajam hanya sampai pada lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak
subkutaneus, menjauhi cabang-cabang nervus radialis superfisialis. Setelah
menarik tepi kulit, gunakan diseksi tumpul pada lemak subkutaneus. Kemudian
cari dan lindungi cabang-cabang sensoris dari nervus radialis superfisialis,
biasanya terletak di bagian dalam dari vena-vena superfisialis. Kenali tendon
proksimal sampai penyempitan ligamen dorsal dan tendon sheath, kemudian
buka kompartemen dorsal pertama pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari yang
abduksi dan pergelangan tangan yang fleksi, angkat tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis dari tempatnya. Jika tendon otot-otot
tersebut sulit untuk dibebaskan, carilah additional “aberrant” tendons dan
kompartemen-kompartemen yang terpisah. Kemudian tutup insisi kulit dan
menggunakan balutan dengan tekanan yang rendah.
Gambar 11. Teknik operasi pada de Quervain’s Syndrome18
J. Prognosis
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya
berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut
dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan
tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari
pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi
jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar
tendon. 3,10,11,12,13,14,15
Pasien dengan de Quervain’s syndrome perlu untuk menghindari
aktivitas-aktivitas repetitif tertentu dari pergelangan tangan atau dari ibu jari
hingga pengobatan yang adekuat tercapai. 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Polsdorfer, R, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://healthlibrary.epnet.com, last reviewed November 2011.
2. NN, Biography of Fritz de Quervain, available at
http://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
3. Foye, PM, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm, last updated October 13, 2005.
4. Rasjad, C, Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Penerbit Bintang Lamumpatue, Ujung
Pandang, 1998. halaman : 228-9.
5. Sjamsuhidajat, R. , Tenosinovitis Stenosans dalam Buku-Ajar Ilmu Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. halaman : 1246.
6. Duckworth, T. , De Quervain’s Teno-Vaginitis in Lectura Notes On
Orthopaedics And Fractures, Second Edition, P G Publishing Pte Ltd,
Singapore, 1985. page : 249.
7. Bunnel, S. , Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de
Quervain’s Disease) in Surgery of The Hand, Third Edition, Pitman Medical
Publishing Co., LTD, London, 1992. page 774-5.
8. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University School
of Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-20.
9. Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Turek’s Orthopaedics, Fifth
Edition, JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30.
10. Gulf, MD, de Quervain’s Disease, available at
http://www.gulfmd.com/deQuervain’sdisease.grd.drt..
11. Natarajan, M, Wrist and Hand in Text Book of Orthopaedics, MN
Orthopaedic Hospital, Tamil Nadu, India, 1985. page : 163-6.
12. Sahin, B, Hand, Anatomy, available at
http://www.emedicine.com/org.anatomyofthehand.trs. , last updated July 28,
2003.
13. McRae, Ronald, The Wrist in Clinical Orthopaedic Examination, Third
Edition, Churchill Livingstone, Edinburgh London Melbourne and New York,
1990. page : 71-86.
14. Chien, JA, et all, Focal Radial Styloid Abnormality as Manifestation of De
Quervain Tenosynovitis, available at http://www.americanjournal.com/org.
15. Lech, O, et all, Stenosing Tenosinovitis of The First Compartment De
Quervain’s Disease, available at
http://www.healthinformation.com/orthoped/topic482.htm.
16. Schwartz, SI, et all, Tendon Entrapment Syndrome of First Extensor
Compartment (deQuervain’s Disorder) in Principles of Surgery, Fifth
Edition, McGraw-Hill Information Services Company, USA, 1989. page : 2066-
7.
17. Pictures of de Quervain’s syndrome available at http://www.google.com.
18. Wright, PE, Carpal Tunnel, Ulnar Tunnel, and Stenosing Tenosynovitis in
Campbell-Operative Orthopaedics, 10th Edition, 2004. Part XVIII, chapter 73.