case report meningitis serosa - irna (anak)
DESCRIPTION
meningitis serosaTRANSCRIPT
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. W
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 9 bulan 0 hari
Alamat : kp. Mekarsari RT1/RW14 Desa Gandasari Kecamatan
Katapang Kabupaten Bandung
Agama : Islam
Suku : Jawa Barat
Masuk Rumah Sakit Umum Daerah Soreang tanggal 03 Mei 2011 pukul 19.30
Nomor RM : 359135
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah
Nama : Tn. I
Usia : 35 tahun
Perkawinan ke : 1
Pekerjaan : Buruh harian lepas
Pendidikan : SD
Penghasilan : tidak menentu
Ibu
Nama : Ny. I S
Usia : 33 tahun
Perkawinan ke : 1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Hubungan dengan orang tua: anak kandung
1
II. ANAMNESIS
Data diperoleh dari alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 3 Mei 2011
dan dari data rekam medis pasien.
1. Keluhan utama
Kejang 2 hari sebelum, masuk rumah sakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien kejang sebanyak 5 kali.
Setiap kejang lamanya 5 menit. Kejang hanya dibagian tubuh sebelah kiri,
tangan dan kaki sebelah kiri pasien kaku, disertai dengan mata pasien
mendelik ke atas. Selama kejang penderita tidak sadar. Setelah kejang pasien
sempat menangis lalu pasien tidak sadar kembali.
Keluhan kejang didahului oleh panas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
mendadak tinggi. Tidak ada demam lama sebelumnya. Keluhan disertai
dengan muntah setelah pasien kejang, muntah sebanyak 2 kali. Pasien sudah
tidak sadar.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa batuk-batuk lama ada, yaitu
tetangga pasien. Tidak ada riwayat alergi makanan ataupun obat. Terdapat
riwayat trauma kepala sewaktu usia 7 bulan, kepala pasien terbentur tiang,
saat itu tidak ada cairan yang keluar dari telinga maupun hidung pasien..
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya. Riwayat batuk
pilek sering tapi setelah diobati sembuh kembali.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada riwayat kejang dikeluarga yaitu ayah pasien. Riwayat batuk lama atau
dalam pengobatan TB paru dikeluarga tidak ada.
2
5. Silsilah/ikhtisar keturunan
6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan
Selama kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya ke
puskesmas tiap bulannya. Ibu pasien juga mengaku selama kehamilan
pernah jatuh ke selokan, lupa ketika usia kehamilan yang keberapa, lalu
ibu pasien memeriksakan kehamilannya kepuskesmas dan dikatakan tidak
ada apa-apa.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir normal dibantu bidan, dikatakan cukup bulan, berat saat lahir
3,3 kg, dan panjang badan 50 cm. pasien langsung menangis.
Riwayat Pasca Lahir
Tidak ada keluhan.
7. Riwayat Makanan
Pasien diberi ASI sampai usia 4 bulan, tidak ada tambahan susu formula.
Setelah usia 4 bulan pasien sudah diberi bubur nestle.
3
Saat ini pasien selain masih diberi ASI, pasien juga mengkonsumsi makanan
berupa bubur tepung dengan frekuensi makan dalam sehari 3 kali, habis satu
mangkuk penuh.
Kesan : kuantitas dan kualitas baik sebelum sakit
8. Riwayat Tumbuh Kembang
Usia 4 bulan : pasien sudah bisa memiringkan badan dan
memegang satu barang.
Usia 6 bulan : pasien sudah bisa tengkurap dan mau merangkak.
Usia 9 bulan : pasien sudah bisa ngomong mama, bapak, anak
sedang belajar duduk sendiri.
9. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x, usia 1 bulan
DPT : 3x, usia 2, 3, 4 bulan
Polio : 3x, usia 2, 3, 4 bulan
Hepatitis B : 3x, usia 0, 1, 6 bulan
Campak : belum
10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial ekonomi:
Penghasilan ayah sebagai buruh harian tidak tetap setiap harinya. Nenek
dan kakek pasien ikut membantu menghidupi 7 orang anggota keluarga.
Lingkungan:
Pasien tinggal di mekarsari RT1 RW 14 Desa. Gandasari , masih
menumpang dirumah nenek dari ibu pasien. Lingkungan rumah
berdekatan dengan sawah. Rumah pasien adalah rumah setengah
permanen yaitu setengah terbuat dari tembok dan setengahnya terbuat dari
4
bilik kayu. Ventilasi, sirkulasi udara dan pencahayaan kurang. Sarana air
berasal dari PAM, dan listrik berasal dari PLN. Jarak rumah pasien
denggan tetangga berdekatan. Fasilitas kesehatan yang terdekat adalah
posyandu dengan jarak tiga rumah dari rumah pasien.
III.PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 3 Mei 2011)
A. Pemeriksaan Umum:
1. Keadaan umum : tampak sakit berat
2. Kesadaran : koma
3. Tanda vital:
Frekuensi nadi : 140 kali/menit
Frekuensi nafas : 42 kali/menit
Suhu : 38˚ C (aksila)
Tekanan darah : tidak diukur
4. Status Gizi:
Klinis : edema-, tampak kurus +
Antropometris:
Berat badan (BB) : 5,8 kg
Tinggi badan (TB) : 70 cm
Lingkar kepala : 42 cm
Lingkar lengan atas : 12 cm
BB/U : 5,8/8,4 x 100% = 69 %
TB/U : 70/ 70x 100% = 100%
BB/TB : 5,8/8,6 x 100%= 67%
BMI : -
Simpulan status gizi : gizi buruk (KEP III)
B. Pemeriksaan Khusus:
1. Kulit : pucat (-), petechie (-)
2. Kepala : deformitas (-), ubun-ubun cembung (+)
5
3. Mata : konjungtiva pucat -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat
isokor, reflex cahaya (+)
4. Telinga : deformitas -/-, nyeri tekan retroaurikuler -/-, secret -/-
5. Hidung : deformitas (-), deviasi septum (-), secret (-)
6. Tenggorok : faring hiperemis (-)
7. Mulut : mukosa kering
8. Leher : KGB tidak teraba.
9. Toraks : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
a. Jantung
BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
b. Paru
Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
10. Abdomen :
Perut : lemas, datar, turgor baik
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Bising usus : (+) normal
11. Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, edema -/-
Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal :
o Kaku kuduk : negatif
o Brudzinki : positif
Saraf Otak :
o N. II : pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Motorik : semua anggota gerak nilainya 0
Sensorik : sulit dinilai
6
Refleks patologis : babinski (+), openhaim (+)
Follow up (4 Mei 2011)
Kejang sudah tidak ada, panas tidak ada, mencret 1 kali, terdapat lendir dan berupa
cairan, tidak disertai muntah
Ku : koma
Tanda Vital:
Nadi : 120 x/menit
RR : 29 x/menit
Suhu : 36 0C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : kelembapan menurun
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (6 Mei 2011)
Pasien hari ini mencret sebanyak 3 kali, cair (+), terdapat lendir dan tidak ada
darah, terdapat panas badan, tidak ada kejang.
Ku: koma
Tanda vital:
Nadi : 112 x/menit
RR : 36 x/menit
7
Suhu ; 37,80C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : kelembapan menurun
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur, vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor melambat.
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Pemeriksaan radiologi:
Tampak gambaran bronchopneumonia, tidak tampak gambaran kardiomegali.
Follow up (7 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada.
Ku: koma
Tanda vital:
Nadi : 118 x/menit
RR : 30 x/menit
Suhu ; 36,60C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : kelembapan menurun
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
8
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (9 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret tidak ada.
Pasien terpasang NGT.
Ku: koma
Tanda vital:
Nadi : 100 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu ; 35,60C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada gallop.
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (10 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret 1 kali.
Pasien terpasang NGT
Ku: koma
Tanda vital:
9
Nadi : 122 x/menit
RR : 42 x/menit
Suhu ; 37,20C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (12 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret 2 kali.
Ku: koma
Tanda vital:
Nadi : 115 x/menit
RR : 33 x/menit
Suhu ; 370C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) normal, turgor baik. Hepar dan
10
lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (13 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret
sebanyak 3 kali.
Ku: sopor
Tanda vital:
Nadi : 104 x/menit
RR : 28 x/menit
Suhu ; 37,30C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjuctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : dalam batas normal
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor baik. Hepar
dan lien tidak teraba membesar
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
Follow up (16 Mei 2011)
Pasien hari ini tidak ada kejang, panas tidak ada, muntah tidak ada, mencret
sebanyak 10 kali.
Ku: koma
11
Tanda vital:
Nadi : 120 x/menit
RR : 38 x/menit
Suhu ; 36,40C
Pemeriksaan fisik:
Kepala : ubun-ubun cembung (+)
Mata : konjunctiva pucat tidak ada, sclera ikterik tidak ada
Tht : tidak ada kelainan
Mulut : kelembapan menurun
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : BJI II normal, tidak ada gallop dan murmur. Vesikuler, tidak
ada rhonki, tidak ada wheezing
Abdomen : lemas, datar, bising usus (+) meningkat, turgor melambat.
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (03 Mei 2011)
Darah rutin:
Hb 12 g/dl
Ht 36%
Leukosit 22.500/uL
Trombosit 399000/uL
GDS: 106 mg/dl
Pemeriksaan laboratorium (04 Mei 2011)
Hematologi
Hitung jenis Hasil Satuan Nilai rujukan
Basofil - % 0-1
Eusinofil 1 % 0-3
12
Stab 3 % 2-6
Segment 80 % 50-70
Lymfosit 15 % 20-40
Monosit 1 % 2-8
LED I/II: LED I = 2 mm/jam
LED II= 5 mm/jam
Nilai rujukan 0-20
GDS 120 mg/dl (nilai rujukan <180)
Pemeriksaan laboratorium (05 Mei 2011)
RO Thorak: kesan bronchopneumonia, tidak tampak kardiomegali.
Pemeriksaan laboratorium (12 mei 2011)
Feses : tinja rutin/lengkap
Makroskopik Hasil Satuan Nilai rujukan
Warna Coklat
Konsistensi Seperti bubur
Lender Positif Negative
Mikroskopik
Eritrosit 0-1 /lpb Negative
Leukosit 0-1 /lpb Negative
Bakteri Positif Negative
Amoeba Negative Negative
Telur cacing Negative Negative
Pemeriksaan laboratorium (16 Mei 2011)
13
Hematologi
Darah rutin Hasil Satuan Nilai rujukan
Hemoglobin 10 g/dl 11-14,5
Hematokrit 30 % 37-50
Leukosit 10.100 /mm3 4000-10000
Trombosit 426000 /mm3 150.000-400.000
Pemeriksaan laboratorium (20 Mei 2011)
FESES: tinja rutin/lengkap
Makroskopik Hasil Satuan Nilai rujukan
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir Negative Negative
Mikroskopik
Eritrosit 0-1 /lpb Negative
Leukosit 0-1 /lpb Negative
Bakteri Positif Negative
Amoeba Negative Negative
Telur cacing Negative Negative
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Meningitis serosa
2. KEP III
3. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Meningitis purulenta
VII. RENCANA PENGELOLAAN
14
A. Rencana Pemeriksaan
Lab darah rutin, kimia darah, dan elektrolit
CT Scan kepala
Analisis CSS dengan fungsi lumbal
Kultur darah
B. Rencana Pengobatan dan diit
O2 1-2 liter/menit
RL 40 gtt/jam mikro
Ceftriaxon 2x300 mg (IV)
Ceftazidim 3x175 mg (IV)
Dexametason 3x1,5 (IV)
Streptomisin 1x200 mg (IV)
Diazepam 1,2 mg
Luminal 2x15 mg (IV)
Ranitidine 2x6 mg
Metronidazol 3x40 mg (IV)
PASI lewat NGT
Fisioterapi
OAT ( INH 10 mg/kgBB/hari , dosis maksimal 300 mg = 60 mg 1x1
selama 6-9 bulan, Rimfapisin 15-20 mg/kgBB /hari, dosis maksimal 600
mg = 90 mg 1x1selama 6-9 bulan, Pirazinamid 35 mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 2000 mg =180 mg 1x1selama 2 bulan pertama.
Konsultasi gizi dan perencanaan makanan
C. Rencana pemantauan
Pemantauan hasil terapi
Pemantauan perubahan derajat kesadaran, kejang
Pemantauan hasil laboratorium darah dan laboratorium feses
Pemantauan vital sign dan berat badan pasien
15
Pemantauan fisioterapi
Pemantauan status gizi
D. Rencana edukasi
Pencegahan primer: Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, kebutuhan
pangan tercukupi, kontrol kesehatan dan tumbuh kembang secara rutin di
puskesmas atau posyandu terdekat.
Pencegahan Sekunder: Pemberian nutrisi cukup, pencegahan infeksi.
Pencegahan tersier: pemberian fisioterapi
VIII.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Meningitis Serosa
Definisi
16
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater, disebabkan oleh
bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Mikroorganisme ini dapat masuk ke setiap bagian ruang subarachnoid dan dengan
cepat menyebar ke tempat lain. Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai
cairan otak yang jernih. Meningitis serosa masih banyak ditemukan di Indonesia
karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis serosa disebut juga
meningitis aseptik, merupakan sindrom klinik meningitis yang tidak disertai dengan
temuan kultur positif pada CSS. Istilah meningitis aseptik mengacu pada kasus
dimana pasien dengan gejala meningitis tapi pertumbuhan bakteri pada kultur tidak
ditemukan.
Etiologi
Penyebab tersering adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti virus,
Toxoplasma gondii, Ricketsia. Faktor predisposisi dari meningitis adalah infeksi
susunan saraf pusat. Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk mencegah infeksi
mencakup keadaan umum yang baik, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif,
aliran darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik, hormonal dan seluler yang
berfungsi sempurna.
Patogenesis
Meningitis tuberkulosa adalah komplikasi sistemik sekunder dari tuberkulosis dan
merupakan hasil penyebaran secara hematogen ke piamater atau arakhnoid. Respons
selular dengan adanya limfosit, sel plasma, histosit, dalam waktu yang singkat
menyebabkan pembentukan giant sel dan granuloma atau tuberkuloma. Tuberkuloma
bisanya berada pada hemisfer, serebelum atau serabut spinal.
17
Sarang infeksi tuberkulosis di luar susunan saraf, pada umumnya di paru-paru,
melepaskan mikrobakterium tuberkulosis. Melalui lintasan hematogen, kuman ini
akan tiba dikorteks serebri. Di daerah ini, kuman dapat berkembang biak dan
membentuk eksudasi kaseosa. Leptomeningen yang menutupi sarang infeksi di
korteks dapat ikut terkena dan menimbulkan meningitis sirkumskripta. Eksudat
kaseosa dapat pecah, sehingga membawa kuman tuberkulosis masuk ke
ruang subaraknoidal.
Gambaran Klinis
Berlangsung dalam beberapa hari yang merupakan gejala infeksi akut, berupa:
Lesu / lemah
Mudah terangsang / Iritibel
Anorexia
Febris tinggi.
Selain itu juga ditemukan gejala dari peningkatan tekanan intrakranial
Nyeri kepala makin berat (anak besar)
Pukul atau pegang kepala (anak kecil)
Merintih (bayi)
Ubun-ubun anterior menonjol tegang
Kesadaran menurun: apatis sampai koma
Papiledema dan/atau pupil midriasis (dilatasi / lebar)
Paresis dan/atau kelumpuhan (temasuk strabismus)
Konvulsi: umum, fokal, partial complex atau “twitching”
Pernafasan Cheyne-Stokes (makin dangkal sampai apnea lalu makin dalam
lalu makin dangkal lagi sampai apnea lalu makin dalam & seterusnya)
18
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan gejala ransang meningens, berupa:
Kaku kuduk: nyeri leher belakang bila digerak atau flexi kedepan
Opisthotonus
Tanda Kerniq & Brundzinsky positif
Secara khusus dibagi menjadi 3 stadium :
1. Stadium 1 : Adanya tanda penyakit umum seperti demam, sefalgia, gelisah,
mudah kesal (iritable)
2. Stadium 2 : Tanda-tanda pada stadium 1 disertai dengan adanya tanda
ransangan meningen dan kelainan neurologi seperti gangguan saraf otak,
hemiplegi, kejang, disertai dengan penurunan kesadaran
19
3. Stadium 3 : penurunan kesadaran disertai dengan suhu yang tidak teratur
dan semakin tinggi serta gangguan pernafasan dalam bentuk cheynes stokes
atau kussmaul. Selain itu terdapat gangguan miksi.
Diagnosa
Diagnosa meningitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
Kejang Febris
Demam Tifoid dengan encefalopati
Encefalitis: Kejang-kejang berulang-ulang yang sulit diatasi.
Poliomyelitis
Bisul/Abses Otak, biasanya ada tanda fokal
Keracunan obat: Phenyltoin (Dilantin),Kokain,Anti-depresan trisiklik
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju
endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada meningitis
serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED.
2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak
20
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitis
serosa dengan meningitis purulenta.
LP PURULENTA SEROSA
Warna
Sel
Protein
Glukosa
Klorida
Mikroorganisme
Keruh
PMN 1000-10000
100-500 mg%
0-40 mg%
650-680
Kultur
Jernih
MMN 300-500
100-500 mg%
Rendah
510
Khusus/Ziehl-Nielsen
3. Kultur darah
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi
meningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai oleh
penyebabnya.
4. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan pemeriksaan rontgen dada dan kepala. Bila perlu dilakukan CT scan
kepala.
Penatalaksanaan
Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi khusus, yaitu:
1. Terapi Umum
- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif
21
- Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein
- Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus
- Keseimbangan cairan tubuh
- Perawatan kandung kemih dan defekasi
- Mengatasi gejala demam, kejang
2. Terapi Khusus
Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi :
1) Rejimen terapi :
INH : 10 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 300 mg
Rifampisin : 15-20 mg/kgBB /hari dengan dosis maksimal 600 mg
Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 2000 mg
2) Steroid
Diberikan untuk :
- Menghambat reaksi inflamasi
- Mencegah komplikasi infeksi
- Menurunkan edem cerebri
- Mencegah perlengketan arachnoid dan otak
- Mencegah arteritis / infark otak
Indikasi :
- Kesadaran menurun
- Defisit neurologi fokal
22
Dosis : Prednison 1-2 mg/kgBB/hari
3) Tindakan untuk mengatasi tekanan intrakranial tinggi (TIT)
Infus diberi hanya 50%-66% biasa. Kalau tidak ada syok, pakai IV
D1/4S.
Kalau ada komplikasi Sindrom IADH, IV diganti D5%W amat pelan
asal TD kuat.
Dexamethasone selama 4 hari (untuk kasus bakteri & TBC)
Diuretik Diamox bisa menolong kalau tekanan intrakranial masih naik
4) Tindakan Anti Kejang
Kejang (Konvulsi) terjadi pada 20-30% kasus meningitis.
Diazepam / Valium IV pelan-pelan
Komplikasi
Pneumonia Aspirasi yang terjadi pada waktu kejang
Subdural Effusion: (20 – 30% bayi) Sering pada kasus H.I.
Sx: Febris baru. Biasanya tidak perlu didranasi kalau tidak ada tanda tekanan
intrakranial karena besarnya.
Sindroma Kelebihan Hormon Antidiuretik (SIADH) (30 – 60%)
Sx: Oliguria sedangkan timbulnya edema umum.
Rx: IV diganti D5%W: pelan sekali, tetapi TD dijaga agar sistol tetap normal.
(Obat diuretik kurang menolong.)
Bisul / Abses Otak: (1%)
Sx: febris baru, “mass effect”. Perlu SCAN & drainase
23
Komplikasi lanjutan: Tuli, Epilepsi, Hydrokefalus, Retardasi mental, Spastis
otot.
Prognosis
Faktor – faktor resiko:
1. Umur muda
2. Lambatnya pengobatan dimulai
3. Cepatnya tanda meningeal dari permulaan gejala (Onset of Symptoms)
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini penderita didiagnosis dengan meningitis serosa dengan malnutrisi
energi protein berat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Dari anamnesis, informasi yang memperkuat dugaan meningitis serosa adalah adanya
gejala berupa demam, tinggi mendadak lalu kejang-kejang, keadaan umum yang
lemah, dan kadang-kadang terdapat bangkitan kejang memperkuat adanya proses
intrakranial. Pemeriksaan fisik yang mendukung, yaitu tanda rangsang meningeal
positif, peningkatan sejumlah reflex fisiologis dan adanya refleks patologis.
24
Diagnosis kerja pada pasien ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa, anak W
usia 9 bulan dengan berat badan 5,8 kg, TB 70 cm datang dibawa ibunya dengan
keluhan utama kejang . Pasien mengalami kejang fokal disebelah kiri selama 5
menit, kejang berulang dan selama kejang mata pasien mendelik ke atas lalu muntah
setelah pasien kejang. Diketahui pula bahwa pasien kejang setelah sebelumnya
mengalami demam tinggi mendadak. Riwayat kejang pada ayah pasien juga
memperkuat dari diagnosis kerja pada pasien ini.
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab timbulnya kejang yang didahului demam,
yaitu kejang demam, infeksi SSP, atau epilepsi yang bersamaan dengan demam.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran pasien koma, suhu tubuh meningkat
(38°C).
Pemeriksaan tambahan seperti pungsi lumbal, elektroensefalografi ataupun
neuroimaging perlu dilaksanakan karena ada peningkatan intrakranial pada pasien ini,
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah perifer pada pasien ini
dilakukan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
Penatalaksanaan pada pasien ini terutama bertujuan untuk menurunkan panas dan
mencegah kejang terjadi lagi.
Terapi simtomatik yang diberikan pada pasien adalah paracetamol untuk mengatasi
demam. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali, sebanyak 4 kali
sehari. Pemberian obat penurun panas dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya
kejang, karena fungsi termoregulator pada anak masih belum matur sehingga panas
tubuh yang tinggi dapat mencetuskan terjadinya kejang. Pada pasien ini diberikan
cairan melalui jalur intravena yaitu infuse Ringer laktat sebab pasien tidak sadar.
25
Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien, pengobatan, dan
prognosisnya. Pada keluarga perlu diedukasi mengenai cara-cara penanganan kejang
bila terjadi lagi di rumah, beserta cara pemberian diazepam per rektal. Selain itu,
perlu diberitahukan akan kemungkinan terjadinya kejang kembali suatu saat. Untuk
mengevaluasi keseluruhan tatalaksana ini, maka secara rutin dilakukan monitor
keadaan umum, kesadaran, tanda vital, dan kejang pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsesus Penatalaksanaan Kejang
Demam.Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2005.hal.1-14.
Johnston, MV. Seizures in Childhood. In: Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton,
editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: Saunders;
2004.p.1994.
Widodo DP. Kejang Demam: Apa yang Perlu Diwaspadai. Dalam: Tumbuleka
AR, Trihono PP, Kurniati N, Widodo DP, editor. Penanganan Demam pada Anak
Secara Pofesional. Edisi I. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM; 2005.hal.58-63.
Tejani NR, Zempsky WT. 2008. Pediatrics, Febrile Seizures. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/801500.
26
Baumann R. 2008. Febrile Seizures. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview.
Panduan Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Ilmu Anak Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Jakarta: RSCM. Agustus 2007
27