bayi bmk (1)

Upload: zumrotul-mina

Post on 05-Oct-2015

105 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Bayi BMK (1)

TRANSCRIPT

23

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan kehamilan dilakukan pada setiap kehamilan terutama kehamilan pertama. Perlunya pengawasan awal agar dapat secepatnya diketahui apakah ada komplikasi pada kehamilan tersebut. Kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali dalam kunjungan (Markum, 1996). Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi, yaitu kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komlikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangta bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin (Wiknjosastro, 2005). Bayi besar untuk masa kehamilan adalah suatu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.

Suhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih, aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Persalinan dengan penyulit makrosemia umumnya faktor keturunan memegang peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus pada post maturutas dan grande multipara. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagiab-bagian lain macet janin dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari bayi besar?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi bayi besar?

1.2.3 Apa saja etiologi bayi besar?

1.2.4 Apa saja tanda gejala bayi besar?

1.2.5 Bagaimana patofisiologi bayi besar?

1.2.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis bayi besar?

1.2.7 Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi besar?

1.2.8 Bagaimana pencegahan terhadap terjadinya bayi besar?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui definisi dari bayi besar

1.3.2 Mengetahui epidemiologi bayi besar1.3.3 Mengetahui etiologi bayi besar1.3.4 Mengetahui tanda gejala bayi besar1.3.5 Mengetahui patofisiologi bayi besar1.3.6 Mengetahui komplikasi dan prognosis bayi besar1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi besar1.3.8 Mengetahui pencegahan terhadap terjadinya bayi besarBAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) atau disebut juga Large for Gestational Age (LGA) adalah bayi dengan berat lahir lebih, yaitu dengan berat badan > 4000 gram. Atau dengan kata lain bayi BMK adalah sebutan untuk bayi yang lahir dengan berat 90% lebih besar dari bayi lain yang lahir padausia kehamilansama. Misalnya, jika bayi lahir pada 37 minggu memiliki berat lebih dari 10 kilogram, maka bayi tersebut tergolong BMK (Markum, 1996). Karena ukuran bayi yang tergolong besar, mempengaruhi proses persalinan melalui vagina, sehingga kemungkinan terjadinya cedera semakin besar. Agar tidak membahayakan jiwa bayi maupun ibunya, pilihannya adalah bedah caesar.2.2 EpidemiologiBayi dengan berat lahir dari 4000 g atau lebih terdiri hingga 10% dari bayi yang lahir di Amerika Serikat, dan, pada tahun 1998, 1,5% dari semua neonatus memiliki berat lahir sama dengan atau lebih besar dari 4500 gram. Bayi laki-laki lebih cenderung menjadi bayi BMK dibanding bayi perempuan.Bayi BMK, seperti yang didefinisikan oleh berat badan lahir lebih besar dari 4000-4500 gram, terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi pada kehamilan yang lebih lama dari tarksiran persalinan.Morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan bayi BMK dapat dibagi ke dalam kategori ibu, janin, dan bayi. Sebuah studi baru-baru ini menyelidiki efek dari berat lahir pada kematian janin yang lebih tinggi menunjukkan bahwa angka kematian janin yang dikaitkan dengan berat lahir lebih besar dari 4250 gram pada ibu nondiabetes dan berat lahir dari 4000 gram pada ibu diabetes.1. IbuBMK dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi kelahiran sesar dan dengan luka lahir kanal yang terkait dengan kelahiran melalui vagina. Dalam studinya, Mulik et al menemukan morbiditas ibu terkait dengan berat lahir dari 4500 gram atau lebih tinggi dibandingkan dengan berat lahir kurang dari 4000 gram. Perdarahan postpartum terjadi pada 3,1% dari ibu dengan bayi yang baru lahir dengan berat 4500 gram atau lebih dibandingkan dengan 1,5% pada ibu dengan bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 4000 gram. Transfusi darah terjadi pada 15,4% dari ibu dengan bayi yang baru lahir dengan berat 4500 gram atau lebih dibandingkan dengan 3,1% pada ibu dengan bayi yang baru lahir dengan berat kurang dari 4000 gram.2. NeonatalNeonatus BMK beresiko untuk distosia bahu dan trauma kelahiran. Risiko ini secara langsung berkaitan dengan berat lahir neonatal dan mulai meningkat secara substansial ketika berat badan lahir melebihi 4500 gram dan terutama ketika melebihi 5000 gram. Cedera Brakialis pleksus jarang, dengan kejadian kurang dari 2 kasus per 1000 kelahiran vagina. Risiko ini adalah sekitar 20 kali lebih tinggi ketika berat badan lahir lebih dari 4500 gram. Mulik et al melaporkan insiden yang lebih tinggi dari penerimaan NICU untuk neonatus dengan berat badan lahir lebih tinggi dari 4500 gram dibandingkan dengan bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 4000 gram (9,3% vs 2,7%). Risiko distosia bahu adalah 10 kali lebih tinggi pada bayi yang lebih besar (4,1% vs 0,4%).3. JaninBila dikaitkan dengan diabetes, janin BMK menunjukkan kontrol glukosa miskin ibu, dan bayi ini berada pada risiko bayi lahir mati. Lahir mati pada bayi BMK tingkat dua kali lebih tinggi, terlepas dari diabetes. Namun, untuk berat lahir 4500-5000 gram, angka kematian janin kurang dari 2 kematian per 1000 kelahiran bagi perempuan nondiabetes dan sekitar 8 kematian per 1000 kelahiran untuk wanita diabetes. Untuk berat lahir dari 5000-5500 gram, tingkat ini adalah 5-18 kematian per 1000 kelahiran bagi perempuan nondiabetes dan sekitar 40 kematian per 1000 kelahiran untuk wanita diabetes (Arvin Behrman Kliegmen, 1996). 2.3 Etiologi

Penyebab utama dari bayi yang sangat besar adalah diabetes yang diderita oleh ibunya (Markum, 1996). Semakin buruk pengendalian gula darah ibu saat hamil, maka semakin besar ukuran bayi yang akan dilahirkan.

Wanita yang mengalami obesitas atau memiliki riwayat melahirkan bayi yang besar sebelumnya juga beresiko untuk melahirkan bayi besar. Beberapa bayi BMK disebabkan oleh faktor genetik.

Sebab terjadinya pertumbuhan janin yang berlebih bervariasi, tetapi terutama disebabkan oleh adanya zat gizi yang melimpah. Pada wanita hamil dengan diabetes, sejumlah besar gula (glukosa) masuk ke janin melalui plasenta dan menyebabkan tingginya kada glukosa di dalam darah janin. Sebagai respon terhadap tingginya kadar glukosa, maka pankreas janin menghasilkan sejumlah besar insulin, yang menyebabkan akselerasi pertumbuhan janin, meliputi semua organ, kecuali otak, yang tumbuh dengan normal.

Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir:

1. Faktor lingkungan internal yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan (Markum, 1996).

a. Usia ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan.b. Jarak kehamilan/kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang ataupun melintang.

d. Kadar hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Sarwono (2002), seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl. Diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Bobak, 2005). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap janin.

e. Status gizi ibu hamil

Status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.

Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.

f. Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).

g. Penyakit saat kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM). Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi (Poedji Rochjati, 2003).

2. Faktor lingkungan eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.a. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

b. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang muncul pada bayi BMK (Prawiroharjo, 2002):1. Jumlah sel-sel darah merah yang berlebihan (polisitemia). Bayi baru lahir yang besar untuk masa kehamilan bisa tampak kemerahan, karena terlalu banyak sel-sel darah merah yang dihasilkan. Selain itu, karena banyak sel-sel darah yang dipecahkan, maka terbentuklah bilirubin dalam jumlah besar, yang mengakibatkan terjadinya jaundice.2. Kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia). Pada bayi baru lahir dari ibu yang mengalami diabetes, terjadi penghentian suplai glukosa dari plasenta secara tiba-tiba saat bayi dilahirkan, yaitu saat tali pusat dipotong, dan karena produksi insulin besar oleh pankreas terus terjadi, maka kadar gula darah bayi menjadi rendah (hipoglikemia). Hipoglikemia seringkali tidak menimbulkan gejala. Terkadang, bayi baru lahir tampak lesu, lemas, atau gelisah. Selain ukuran tubuh yang besar, bayi baru lahir dari ibu dengan diabetes seringkali tidak bisa makan dengan baik selama beberapa hari pertama.

3. Gangguan paru. Terjadi hambatan dalam perkembangan paru pada bayi baru lahir dengan ibu memilki diabetes.

2.5 Patofisiologi

Patofisiologi bayi BMK berkaitan dengan kondisi ibu atau janin terkait yang bertanggung jawab atas perkembangannya. Secara umum, tidak terkontrol diabetes, obesitas ibu, dan berat badan yang berlebihan ibu semua yang berhubungan dengan bayi BMK dan memiliki periode intermiten hiperglikemia yang sama. Hiperglikemia pada hasil janin dalam stimulasi insulin, faktor pertumbuhan insulin, hormon pertumbuhan, dan faktor pertumbuhan lainnya, yang dapat merangsang pertumbuhan janin dan timbunan lemak dan glikogen. Usia lanjut hasil kehamilan dalam berat lahir yang lebih besar pada persalinan dengan memungkinkan proses untuk melanjutkan pertumbuhan dalam rahim.Bayi BMK mungkin terkait dengan trauma kelahiran untuk neonatus dan laserasi jalan lahir, misalnya, perineum, vagina, leher rahim dan kelahiran, atau bedah caesar untuk ibu. Namun, bayi BMK pada neonatus dari ibu diabetes dapat menunjukkan kontrol glukosa yang buruk (Wiknjosastro, 2005). Bayi ini berada pada peningkatan risiko kematian intrauterin sehingga membutuhkan pemantauan ketat dan pengujian janin antepartum.2.6 Komplikasi dan Prognosis2.6.1 Komplikasi

Komplikasi umum bagi bayi dengan BMK misalnya kelebihan jumlah sel darah merah (polisitemia), ditandai dengan warna kulit kemerahan karena terlalu banyak sel darah merah yang diproduksi (Bobak, 2005). Sel darah merah ini kemudian dipecah sehingga terbentuklah bilirubin. Jika tak disertainutrisiyang baik, muncullah penyakit kuning atau jaundice. Bayi BMK juga berisiko memiliki kadar gula darah rendah (hipoglikemia), ditandai dengan penampakan bayi yang lesu, lemas, gelisah, dan tidak menyusu dengan semangat pada beberapa hari pertama. Selain itu, bayi BMK juga mungkin memiliki masalah tertundanya perkembangan paru-paru dan berisiko tinggi cedera ketika persalinan. Setiap bayi akan dilakukanpemeriksaan kesehatanketika lahir, untuk menjaga kesehatan bayi.Peningkatan resiko terjadinya cedera lahir. Bayi baru lahir yang berukuran lebih besar dari usia kehamilan beresiko tinggi untuk mengalami cidera lahir, misalnya regangan saraf di daerah bahu dan patah tulang selangka. Persalinan per vagina, terutama pada posisi sungsang, mungkin sulit untuk dilakukan, karena ukuran kepala janin yang besar dibandingkan dengan ukuran panggul ibu. Oleh karena itu, janin mungkin perlu dilahirkan secara caesar.

Bayi dari ibu yang memiliki dabetes juga memiliki angka kejadian cacat lahir yang lebih tinggi dibandingkan bayi baru lahir lainnya. Bayi baru lahir yang besar untuk masa kehamilan yang dilahirkan oleh ibu dengan diabetes cenderung akan memiliki berat badan berlebih saat masa kanak-kanak dan saat dewasa. Selain itu, terdapat predisposisi genetik yang membuat mereka beresiko untuk mengalami diabetes tipe 2 (Mary, 1995).2.6.2 Prognosis

Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras (postmaturitas) dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvic ini dibiarkan maka terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin (Bobak, 2005). Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada satu atau kedua klavikula (tulang disamping leher) untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.

2.7 Penatalaksanaan

Penanganan terutama ditujukan untuj mengatasi komplikasi yang ada:1. Untuk mengatasi hipoglikemia pada bayi baru lahir, dapat diberikan glukosa melalui pembuluh darah atau diberikan melalui mulut.

2. Bayi dengan sindroma gawat nafas memerlukan pemberian oksigen tambahan, misalnya melalui selang oksigen yang diberikan di hidung atau dengan alat bantu nafas, seperti ventilator.

3. Bayi yang mengalami jaundice bisa diberikan phototherapy.Selain itu terdapat beberapa penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan yaitu:1. Pemantauan glukosa darah (Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa 45 gr% dua kali berturut-turut).

2. Pemantauan elektrolit

3. Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi

4. Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi

5. Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak efektif

2.8 Pencegahan

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bayi baru lahir yang besar untuk masa kehamilan adalah dengan menjaga kadar gula darah tetap baik pada ibu hamil dengan diabetes. Ibu dengan diabetes atau obesitas harus menjaga ketat asupan makanan dan rajin kontrol ke dokter untuk memantau perkembangan janin (Mary, 1995). Selain itu, olahraga dan pola tidur juga diperlukan agar janin senantiasa sehat, serta perlu dilakukan perawatan yang teratur selama masa kehamilan dan memantau pertambahan berat badan ibu selama hamil.BAB 3. PATHWAYS

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian1. Identitas pasien

Di isi sesuai dengan biodata pasien. Diisikan nama pasien, umur, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku, tanggal masuk rumah sakit (MRS), pengkajian, diagnosa medis.

2. Keluhan UtamaIbu mengatakan merasakan mules mules yang teratur pada perut bagian bawah dan mengeluarkan lendir darah.3. Alasan masuk RSAdanya tanda tanda persalinan sehingga pasien memutuskan dating ke RS.4. Keadaan Umum

Pada bayi BMK, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

5. Riwayat kesehatana. Penyakit yang pernah / sedang diderita (menular, menurun, menahun)

Perlu dikaji adanya riwayat penyakit diabetes selama kehamilan.

b.Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga (menular, menurun, menahun)

c.Riwayat operasi

Dikaji apakah ibu pernah menjalani operasie.Riwayat alergi obat

Perlu dikaji apakah ibu memiliki riwayat alergi terhadap obat6.Pengkajian Pola Gordona. Pola persepsi kesehatan

Meliputi bagaimana pasien memandang dan menangani masalah kesehatan.b. Pola nutrisiMeliputi kebiasaan makan dan kebutuhan metabolisme. Bayi BMK akan sering merasakan mudah lapar dan cepat haus.c. Pola eliminasiMeliputi fungsi usus besar (buang air besar) dan kandung kemih (buang air kecil). Perawat mengkaji adanya perubahan pola BAK. Pola BAB tidak ada keluhan.

d. Pola aktivitas (terkait kegiatan fisik, olahraga)

Aktivitas hidup sehari-hari, termasuk kerja. Pasien cenderung mengurangi pekerjaan karena merasa lebih cepat lelah.

e. Pola istirahatMeliputi kualitas tidur, istirahat, dan relaksasi. Umumnya tidak ada keluhan.f. Pola kognitif-persepsi

Meliputi pengetahuan, ide, persepsi, dan bahasa: persepsi sensori (pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, dan perasa). Perawat mengkaji kondisi panca indera dan kondisi mental pasien seperti proses berfikir, daya ingat, dan orientasi.g. Pola persepsi diri konsep diriPersepsi tentang identitas diri, kemampuan, gambaran diri, dan harga/nilai diri. Pasien dapat mengalami gangguan konsep diri karena tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dan pola peran yang tidak dapat terlaksana dan aktualisasi dirinya terganggu.h. Personal hygieneMeliputi kebersihan diri pada bayi.i. Pola seksualitasPola seksualitas meliputi pemenuhan kebutuhan kasih sayang dari keluarga maupun orang-orang terdekat klien. Pasien mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga selama mengalami kondisinya saat ini.j. Pola penanganan masalah-stres toleransi Meliputi stresor yang dihadapi, tingkat toleransi, dan metode, penanggulangan masalah.k. Pola keyakinanPola keyakinan, tujuan, falsafah, agama/keyakinan. Untuk pola keyakinan klien tidak mengalami gangguan yang fatal. Tetapi, perawat juga perlu membantu klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya.7. Pemeriksaan Fisika. KulitWarna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.b. KepalaKemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekananintrakranial.c. MataWarna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

d. HidungTidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.e. MulutBibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.f. TelingaPerhatikan kebersihannya dan adanya kelainang. LeherPerhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendekh. ThoraxBentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.i. AbdomenBentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costae pada garis papilamamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atautumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2jam setelah masa kelahiran bayi.j. UmbilikusTali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat.k. GenitaliaPada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muarauretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor danlabia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.l. AnusPerhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.

m. EkstremitasWarna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.4.2 Diagnosa1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipoglikemi pada bayi2. Resiko asfiksia berhubungan dengan pengeluaran bayi terhambat

3. Resiko cedera berhubungan dengan pertolongan kelahiran (vacum ekstraksi dan forceps)4.3 Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa KeperawatanTujuan/KriteriaRencana Tindakan

1.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipoglikemi pada bayi

Tujuan:

Kadar glukosa darah pada bayi dalam batas normalKriteria hasil:

Bayi mampu mencapai dan mempertahankan kadar glukosa normal1. Kaji tanda-tanda vital pada bayi2. Lakukan pemantauan glukosa darah heelstik, setiap satu jam 3 kali, laporkan nilai dibawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera

3. Lakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam dengan formula atau dextrose 5% sampai 10%, ikuti jadwal pemberian makanan4. Pertahankan pemberian glukosa parenteral

5. Lakukan pemberian ASI pada bayi setiap 3 jam sekali

2. Resiko asfiksia berhubungan dengan pengeluaran bayi terhambat

Tujuan:

Bayi dapat bernafas spontan setelah lahirKriteria hasil:1. Bayi tampak menangis

2. Bayi tidak tampak kebiruan

1. Kaji tanda-tanda vital

2. Observasi terhadap tanda dan gejala distress pernafasan

3. Lakukan tindakan suction pada bayi, jika diperlukan4. Lakukan tindakan resusitasi pernafasan pada bayi, jika diperlukan

5. Pantau respirasi pernafasan pada bayi

6. Atur posisi pada bayi

7. Atur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi

3.

Resiko cedera berhubungan dengan pertolongan kelahiran (vacum ekstraksi dan forceps)

Tujuan:

Kondisi bayi baik-baik saja dan tidak terjadi chepal hematomKriteria hasil:

Bentuk kepala bayi normal, tidak terjadi cephal hematom1. Kaji tanda-tanda vital2. Ajarkan cara mengejan yang benar pada ibu3. Memulai atau mempercepat persalinan dengan metode farmakologis4. Lakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas untuk memudahkan kelahiran bayi, jika kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan 5. Kondisikan lingkungan untuk memposisikan alat-alat yang diperlukan untuk persalinan6. Ubah posisi dari sisi ke sisi lain setiap 2 jam untuk menjaga bentuk kepala agar normal

4.4 Implementasi Keperawatan

NoDiagnosaImplementasi

1.Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipoglikemi pada bayi

1. Telah dikaji tanda-tanda vital pada bayi2. Telah dilakukan pemantauan glukosa darah heelstik, setiap satu jam 3 kali, laporkan nilai dibawah 45 mg% dan lakukan tes glukosa serum segera3. Telah dilakukan pemberian makanan pada 2 sampai 3 jam dengan formula atau dextrose 5% sampai 10%, ikuti jadwal pemberian makanan4. Telah dipertahankan pemberian glukosa parenteral5. Telah dilakukan pemberian ASI pada bayi setiap 3 jam sekali

2.Resiko asfiksia berhubungan dengan pengeluaran bayi terhambat1. Telah dikaji tanda-tanda vital2. Telah diobservasi terhadap tanda dan gejala distress pernafasan3. Telah dilakukan tindakan suction pada bayi, jika diperlukan4. Telah dilakukan tindakan resusitasi pernafasan pada bayi, jika diperlukan5. Telah dipantau respirasi pernafasan pada bayi6. Telah diatur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi

3.Resiko cedera berhubungan dengan pertolongan kelahiran (vacum ekstraksi dan forceps)

1. Telah dikaji tanda-tanda vital2. Telah diajarkan cara mengejan yang benar pada ibu3. Telah dilakukan tindakan untuk mempercepat persalinan dengan metode farmakologis4. Telah dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup luas untuk memudahkan kelahiran bayi ketika kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan 5. Telah dilakukan pengkondisian lingkungan untuk memposisikan alat-alat yang diperlukan untuk persalinan6. Telah dilakukan perubahan posisi dari sisi ke sisi lain setiap 2 jam untuk menjaga bentuk kepala agar normal

4.5 EvaluasiEvaluasi dilakukan pada setiap diagnose dengan menggunakan metode SOAP, yaitu:

S: kondisi pasien secara subyektif setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan, data dapat didapatkan melalui kata-kata dari respon pasien

O: kondisi pasien secara obyektif setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan, data dapat didapatkan melalui kondisi fisik pasien

A: analisis data, apakah tindakan asuhan keperawatan yang diberikan sudah berhasil secara keseluruhan, hanya sebagaian, atau gagal total

P: rencana yang akan dilakuakan selanjutnya

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bayi besar adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000 gram. Etiologi dari makrosomia adalah ibu yang menderita diabetes mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan, ibu yang mempunyai riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik dan pengaruh kecukupan gizi. Tanda dan gejalanya adalah berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir. Komplikasi [ada makrosomia adalah resiko dari truma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya, perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri, serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yang mungkin terjadiPada panggul normal, janin dengan berat kurang dari 4500 gram umumnya tidak menimbulkan keasukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang terlalu besar atau kepala lebih keras tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang besar sulit melalui rongga panggul.5.2 Saran5.2.1 Bagi tenaga kesehatanAgar dapat mendeteksi secara dini makrosomia pada ibu bersalin dan dapat melakukan asuhan yang sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan kapasitas tenaga kesehatan sehingga menghindari komplikasi yang terjadi dari makrosomia.

5.2.2 Bagi mahasiswa

Agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada ibu bersalin dengan makrosomia sesuai dengan teori yang telah dipelajari. Serta dapat mendeteksi secara dini makrosomia sehingga dapat mencegah komplikasi yang terjadi dari makrosomiaDAFTAR PUSTAKAArvin Behrman Kliegmen. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 volume I. Jakarta: EGC.Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mary, Persis 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.