bab iii -...

51
32 BAB III BIOGRAFI DR. YUSUF AL-QARADHAWI A. Riwayat Hidup Yusuf Al-Qaradhawi (09 September 1926 M) Nama lengkapnya adalah Yusuf Abdullah al-Qaradhawi, tetapi dikenal di dunia Islam dan yang digunakan dalam berbagai karangannya adalah Yusuf al-Qaradhawi. Ia digelari juga dengan ―Abu Muhammad‖, karena anaknya yang terbesar bernama Muhammad. Yusuf al-Qaradhawi dilahirkan pada tanggal 9 September 1926 M di Desa Shafth Turab, yang masih ikut pada Pusat Distrik Besar, yang merupakan bagian dari aktivitas Propinsi Barat di Mesir. 1 Yusuf Al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat beragama dan hidup sederhana. Ayahnya seorang petani, sedangkan ibunya seorang pedagang. Ayahnya meninggal dunia ketika Yusuf al-Qaradhawi berusia dua tahun, kemudian ia dipelihara oleh pamannya. Pada waktu berusia lima tahun, al-Qardhawi dimasukkan kepada salah satu kuttab di desanya. 2 Ketika berusia tujuh tahun, ia diserahkan ke Madrasah Ilzamiyah yang berada di bawah Departemen Pendidikan Mesir. Di sekolah ini ia mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti, matematika, sejarah, ilmu kesehatan, dan sebagainya. Sejak saat itu, al-Qaradhawi bersekolah dua kali sehari, pagi hari 1 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku,. Terj. H. Cecep Taufiqurrahma, Lc. Dan H. Nandang Burhanuddin. Lc., (Jakarta: Pustak al-Kautsar, 2001), h. 1-2 2 Kuttab adalah semacam pesantren di Indonesia atau pendidikan non formal di masjid- masjid yang terdapat hampir di setiap pelosok Mesir. Lihat kupasan ‗Biografi singkat Dr. Yusuf Qaradhawi dan Karya-Karyanya‘ dalam buku Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman bin Shalih Al-Khuraisyi.

Upload: dinhdat

Post on 05-Apr-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

32

BAB III

BIOGRAFI DR. YUSUF AL-QARADHAWI

A. Riwayat Hidup Yusuf Al-Qaradhawi (09 September 1926 M)

Nama lengkapnya adalah Yusuf Abdullah al-Qaradhawi, tetapi

dikenal di dunia Islam dan yang digunakan dalam berbagai karangannya

adalah Yusuf al-Qaradhawi. Ia digelari juga dengan ―Abu Muhammad‖,

karena anaknya yang terbesar bernama Muhammad. Yusuf al-Qaradhawi

dilahirkan pada tanggal 9 September 1926 M di Desa Shafth Turab, yang

masih ikut pada Pusat Distrik Besar, yang merupakan bagian dari aktivitas

Propinsi Barat di Mesir.1

Yusuf Al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat beragama dan

hidup sederhana. Ayahnya seorang petani, sedangkan ibunya seorang

pedagang. Ayahnya meninggal dunia ketika Yusuf al-Qaradhawi berusia dua

tahun, kemudian ia dipelihara oleh pamannya. Pada waktu berusia lima tahun,

al-Qardhawi dimasukkan kepada salah satu kuttab di desanya.2 Ketika berusia

tujuh tahun, ia diserahkan ke Madrasah Ilzamiyah yang berada di bawah

Departemen Pendidikan Mesir. Di sekolah ini ia mempelajari ilmu

pengetahuan umum seperti, matematika, sejarah, ilmu kesehatan, dan

sebagainya. Sejak saat itu, al-Qaradhawi bersekolah dua kali sehari, pagi hari

1 Yusuf al-Qaradhawi, Perjalanan Hidupku,. Terj. H. Cecep Taufiqurrahma, Lc. Dan H.

Nandang Burhanuddin. Lc., (Jakarta: Pustak al-Kautsar, 2001), h. 1-2 2 Kuttab adalah semacam pesantren di Indonesia atau pendidikan non formal di masjid-

masjid yang terdapat hampir di setiap pelosok Mesir. Lihat kupasan ‗Biografi singkat Dr. Yusuf

Qaradhawi dan Karya-Karyanya‘ dalam buku Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam

Timbangan, karangan Sulaiman bin Shalih Al-Khuraisyi.

Page 2: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

33

di Madrasah Ilzamiyah, sedangkan sore harinya di pendidikan kuttab. Al-

Qaradhawi telah berhasil menghafal seluruh Al-Qur‘an pada usia sepuluh

tahun, suaranya merdu dan bacaannya fasih. Sejak saat itu al-Qaradhawi kecil

sering diangkat menjadi imam salat oleh penduduk desanya, terutama dalam

salat berjama‘ah jahriyah (maghrib, isya dan subuh). Tidak sedikit orang

yang menangis ketika mengikuti shalat bersama al-Qardhawi. Penduduk desa

menyebutnya Syeikh Yusuf. Penghargaan ini menyebabkan al-Qaradhawi

kecil tidak bisa banyak bermain seperti anak-anak lain sebayanya. Dari sini

dapat dipahami bahwa al-Qaradhawi berasal dari keluarga yang taat

beragama, kondisi tersebut tidak lepas dari lingkungan desanya yang agamis.

Setamat dari Madrasah Ilzamiyah, al-Qaradhawi berkeinginan kuat

untuk melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah di Thanta. Namun, pamannya

yang berekonomi lemah merasa keberatan. Karena perjalanan menuntut ilmu

adalah perjalanan panjang yang membutuhkan biaya besar. Pamannya

mengusulkan agar al-Qaradhawi remaja menempuh jalan pintas dengan

memilih sekolah ketrampilan (kejuruan). Karena kuatnya kemauan al-

Qaradhawi dan kesediaannya untuk bersekolah secara prihatin, akhirnya ia

direstui pamannya untuk bersekolah di Thanta. Madrasah Ibtidaiyah

diselesaikannya selama lima tahun. Karena kecerdasan yang luar biasa ia

selalu mendapatkan rangking pertama, maka guru-gurunya memberi gelar

‗Allamah.3 Kemudian selanjutnya ia kuliah di Fakultas Ushuluddin

universitas al-Azhar di Kairo. Yusuf al-Qaradhawi lulus dari Fakultas

Ushuluddin (program S1) pada tahun 1953 dengan prestasi juara pertama dari

dua ratus orang mahasiswa. Setelah itu ia mengambil spesialisasi dalam

Bahas Arab pada Fakultas Bahasa Arab selama dua tahun, dan berhasil

mendapatkan ijazah pengajaran bahasa Arab dengan peringkat pertama dari

lima ratus orang mahasiswa al-Azhar.4

3 „Allamah adalah sebuah gelar yang biasanya diberikan kepada seseorang yang memiliki

ilmu yang sangat luas. Lihat ‗Isam Talimah, dalam Mnhaj Figh Yusuf al-Qaradhawi, tej. Samson

Rahman, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 4 4 Muhammad al-Mahjūb, „Ulama wa Mutafakkirūn „Araftuhum, (Beirut: Dār al-Nafāis,

1977), h. 442

Page 3: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

34

Pada tahun 1957, al-Qaradhawi melanjutkan kuliahnya pada Institut

Penelitian dan Pengajaran Bahasa Arab (Ma‟had al-Buhuts wa al-Dirasat al-

„Arabiyyah al-„Aliyah) yang berada di bawah Liga Arab. Ia berhasil mendapat

diploma tinggi dari jurusan Bahasa Arab dan Sastra Arab. Pada tahun 1957

itu pula al-Qaradhawi mengikuti kuliah pada Fakultas Ushuluddin Universitas

al-Azhar untuk tingkat pascasarjana (S2, Magister) dengan spesialisasi tafsir

hadits. Ia menyelesaikan program magisternya itu selama tiga tahun dan

berakhir pada tahun 1960. setelah berhasil mendapatkan magister dalam studi

tafsir hadits, ia melanjutkan ketingkat doktor (S3) pada fakultas dan

spesialisasi yang sama. Disertasi yang diajukan berjudul “al-Zakat fi al-

Islam”. Disertasi itu direncanakan akan selesai dalam waktu dua tahun, tetapi

karena terjadi krisis politik di Mesir sehingga penyelesaiannya tertunda

selama tiga belas tahun dan baru berhasil mendapat gelar doktor pada tahun

1973 dengan peringkat cumlaude. Dalam suasana gejolak politik Mesir yang

tidak menentu, beliau aktif berdakwah meneruskan cita-cita gerakan

Ikhwanul Muslimin dan menulis buletin, majalah dan lain sebagainya.

Klimaksnya tahun 70-an beliau sempat meninggalkan Mesir menuju Doha,

Qatar. Itulah sekilas latar belakang sejarah pendidikan Yusuf al-Qardhawi.

Memahami aktivitasnya setelah menyelesaikan studinya (S1), tahun

1956 Yusuf al-Qaradhawi pernah bekerja di bagian pengawasan pendidikan

agama pada Kementerian Wakaf, Mesir. Kemudian pada tahun 1959, ia

pindah kebiro umum bidang kebudayaan Islam al-Azhar bagian pembinaan

dakwah. Pada saat yang sama pula ia pun menjadi dosen pada Fakultas

Ushuluddin Universitas al-Azhar.5

Kendati demikian, beliau termasuk sosok yang banyak terlibat intens

dalam bidang dakwah dan pergerakan yang kemudian membawa beliau

masuk dalam kegiatan gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh tokoh

gerakan Mesir, Hasan al-Banna.6

5 Yusuf al-Qaradhawi, Pokok-pokok Pikiran Nasyid Islami, (Bandung: Sinar Algesindo,

1995), h.3 6 Hasan al-Banna dilahirkan bulan Oktober 1906 di Propinsi Bukhaira, arah timur laut

dari Kairo. Ayahnya seorang imam dan pengajar di masjid setempat. Pada usia belasan tahun,

Page 4: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

35

Perjalanan beliau sebagai anggota Ikhwanul Muslimin banyak

mengalami rintangan dari Pemerintah Mesir yang waktu itu dipimpin oleh

Jamal Abd. Al-Naser. Klimaksnya terjadi pada tahun 1954 ketika Pemerintah

Mesir membubarkan gerakan ini.7

Implikasi dari keputusan tersebut kekayaan gerakan Ikhwanul

Muslimin dirampas, para pengikutnya disiksa dan sebagian dijebloskan ke

dalam penjara, termasuk di dalamnya Yusuf al-Qaradhawi bersama beberapa

orang kawan pengikut gerakan Ikhwanul Muslimin.8 Pada tahun 1956, beliau

masih menulis makalah di majalah Mimbar Islam dengan nama samaran

Yusuf ‗Abdallah. Hal itu beliau lakukan untuk menghindari intel yang terus

mengikuti dan mengawasi beliau.9

Sekitar tahun 70-an, akibat kejamnya rezim yang berkuasa pada masa

itu al-Qaradhawi meninggalkan Mesir menuju Doha, Qatar. Di sana beliau

diangkat menjadi Direktur Lembaga Pendidikan Agama Tingkat Lanjut Atas

(Aliyah). Ia melaksanakan kerangka dasar materi pelajaran agama sehingga

menjadi model bagi sekolah-sekolah lainnya. Sekolah ini merupakan cikal

beliau mengikuti ajaran sufi, mengajar, berorganisasi, gerakan nasionalisme dan aktif dalam

berbagai kegiatan. Bahkan selanjutnya beliau termasuk ke dalam anggota tarekat sufi hasyafiyah.

Pada usia 13 tahun al-Banna kecil terpilih menjadi sekretaris Jama‘ah Amal Hasyafiyah yang

bertujuan mempertahankan moralitas Islam dan menangkis misionaris Kristen. Ahmad al-Sukkari,

pemimpin tarekat hasyafiyah, belakangan membantu al-Banna dalam mengembangkan gagasan

Ikhwanul Muslimin. Al-Banna memasuki usia dewasa ketika Sa‘ad Zaghlul dan partai Wa‘id yang

dipimpinnya menyerukan kemerdekaan dari Inggris Raya dan menyerukan untuk menjalankan

politik liberal. Pada tahun 1923 ia memasuki Daru al-Ulum (sekolah guru) dan lulus pada tahun

1927 pada usia 21 tahun. Ia mendapat pendidikan modern bidang sain, begitu pula kelanjutan

pelajaran Islam klasiknya. Dengan gabungan pengaruh dari pengetahuan yang ragam; sufisme,

pemikiran Rasyid Ridha, nasionalisme, serta ajaran dari ayahnya, al-Banna mengembangkan basis

intelektual yang beragam untuk misinya sendiri, pada tanggal 12 Februari 1949, Hasan al-Banna

terbunuh oleh Polisi. Posisinya sebagai Mursyid „amm digantikan oleh Hasan al-Hudhaibi. Lihat

Jhon L. Esposito (ed.), Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), cet.

Ke-1, jilid 1, h. 271 7 Jhon L. Esposito (ed.), Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan,

2001), cet. Ke-1, jilid 1, h. 271 8 Yusuf al-Qaradhawi, Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal: Setengah Abad

Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, (Jakarta: Robbani, Press, 1997), cet. Ke-1, h. 14. Di

antara tokoh Ikhwanul Muslimin yang mendapatkan perlakuan diskriminatif selain Yusuf

Qaradhawi adalah Dr. Ahmad ‗Assal, Ir. Hikmah Bakir, Ir. Syafiq Abu Basya, Haji Ibrahim al-

Bajuri, Ustadz Hasan al-Zamrani, Haji Mahmud ‗Aibah, dan Ustadz Jamal al-Din Fukaih. Lihat:

Yusuf Qaradhawi, Syaikh Muhammad al-Ghazali, h. 23 9 Yusuf al-Qaradhawi, Membangun Masyarakat Baru, terj. Rusydi Helmi, (Jakarta: Gema

Insani Press, 2000), cet. Ke-2, h. 10

Page 5: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

36

bakal lahirnya Fakultas Syari‘ah yang didirikannya bersama Ibrahim Qadim,

dan kemudian diperluas menjadi Universitas Qatar dengan beberapa fakultas.

Pada tahun 1977, al-Qaradhawi ditugaskan untuk memimpin pendirian dan

sekaligus menjadi dekan pertama Fakultas Syari;ah dan Studi Islam di

Universitas Qatar. Beliau menjadi dekan di fakultas itu hingga akhir tahun

ajaran 1989-1990, dan sekarang menjadi Dewan Pendiri dari Pusat Riset

Sunnah dan Sirah Nabi di Universitas Qatar.10

Beliau kini menjadi anggota di berbagai lembaga ilmiah, dakwah,

bahasa Arab, dan bidang keislaman, baik di kalangan nasional maupun

internasional. Di antaranya adalah Lembaga Fiqh di Rabithah al-„Alam al-

Islam, Lembaga kerajaan Bidang Studi Peradaban Islam di Yordania, Pusat

Studi Islam di Oxford, Majelis Sekretaris Islam Dunia di Islamabad, Lembaga

Dakwah Islam di Khortum, beliau juga mengepalai unit Pengawasan Syari‘ah

di berbagai bank Islam dan lain-lain.

Beliau pernah menguji berbagai wilayah dunia Islam, diundang di

berbagai forum seminar kampus maupun di luar kampus dan terkenal dengan

sebutan ―Da‘i Moderat‖ karena beliau mendakwahkan Islam dengan format

menghimpun antara semangat salaf dan pembaharuan, antara pemikiran dan

gerakan, antara teks dan konteks serta antara kebekuan hukum dan elastisitas

zaman.11

Selain penghargaan dan jabatan yang telah beliau sandang dan

peroleh, ia juga banyak terlibat di berbagai lembaga-lembaga dunia yang

bergerak dalam bidang keislaman serta lembaga-lembaga riset, baik sebagai

ketua maupun anggotanya.

B. Karya-karya dan Produktivitasnya

Al-Qaradhawi merupakan tokoh, ulama, ilmuwan dan cendikiawan

yang mumpuni, berwawasan luas dan memiliki produktivitas yang tinggi

10

Muhammad al-Mahjūb, „Ulama wa Mutafakkirūn „Araftuhum, (Beirut: Dār al-Nafāis,

1977), h. 452 11

Isam Talimah, Mnhaj Figh Yusuf al-Qaradhawi, tej. Samson Rahman, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 4-5

Page 6: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

37

dalam menulis melalui artikel dalam majalah, belutin maupun dalam bentuk

buku. Bila masa produktivitasnya di mulai pasca beliau lulus S1 tahun 1953,

terbentang waktu 51 tahun, namun tentunya harus dipahami pula aktivitas

beliau dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin dan dunia pendidikan yang telah

menyita waktu. Pada tahun 1997 saja, buku-buku karyanya sudah mencapai

73 judul buku dan memasuki tahun 2003 karyanya telah bertambah menjadi

96 judul buku. Al-Qaradhawi termasuk ulama yang berwawasan luas, karya-

karyanya banyak membahas masalah-masalah syariah (fiqh, ushul al-fiqh),

tafsir, hadits, tauhid (al-„aqidah), pemikiran politik (fiqh al-siyasyah) dan

gerakan dakwah. Fantastisnya buku-buku al-Qaradhawi banyak

diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia Islam.

Berbicara tentang karya seorang tokoh berarti kita membicarakan

corak pemikirannya. Seorang Yusuf al-Qaradhawi pun tidak lepas dari

figurisme, sosok yang dikaguminya. Tersebutlah Hasan al-Banna pendiri

Gerakan Ikhwanul Muslimin tahun 1928 di Islmailliyah, Mesir merupakan

salah seorang figure dan idola al-Qaradhawi muda. Baginya al-Banna adalah

seorang pemurni ajaran Islam yang tidak terpengaruh oleh paham

nasionalisme dan sekulerisme yang dibawa oleh paara pembaharu Mesir yang

sekuler. Bertolak dari itu, wajar bila pengaruh pemikiran al-Banna begitu

kental dalam pandangan-pandangan al-Qaradhawi. Salah satu contoh

bagaimana al-Qaradhawi mengutamakan persatuan dan kesatuan umat,

menganggap perbedaan furu‟iyyah adalah suatu kemestian (wajar) dan

membebaskan diri dari fanatisme mazhab.12

Selain Hasan al-Banna ada

beberapa tokoh yang cukup dikagumi dan mempengaruhi corak pemikirannya

yaitu, Imam Abu Hamid al-Ghazali (w.505 H), Ibnu Taimiyah (1263-1328

M), Rasyid Ridha (1865-1935 M),13

Muhammad Abdullah Darraz, Syeikh

Muhamad Syaltut, dan Dr. ‗Abd. Halim Mahmud. Meskipun demikian al-

Qaradhawi menolak bila dirinya disebut duplikat salah seorang dari tokoh-

12

Yusuf al-Qaradhawi, Fiqul Ikhtilaf, terj. Ainur Rafiq Saleh Tamhid, (Jakarta: Robbani

Press, 1995), cet. Ke-3, h. 207 13

Muhammad al-Mahjub, „Ulama wa Mutafakkirūn „Araftuhum, (Beirut: Dār al-Nafāis,

1977), h. 446

Page 7: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

38

tokoh terdahulu. Kekagumannya terhadap seseorang tidak sampai

membuatnya meniru secara membabi buta (Taqlid al-A‟ma). Terkadang ada

sisi negative pada seorang tokoh, baik dalam pemikiran maupun sebagian

perilakunya, tetapi hal itu tidak menghalangi al-Qardhawi untuk mengambil

sisi positif yang terdapat pada tokoh tersebut. Buku-buku al-Qaradhawi

mungkin menjadi bukti yang menunjukkan bahwa pemikirannya mempunyai

cirri dan karakter tersendiri.

Namun menurut komentar Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi dalam

bukunya Al-Qaradhawi fi al-Mizan, karya al-Qardhawi terbilang banyak

dibanding waktu luang yang dimiliki olehnya untuk menulis. Tetapi jika

diperhatikan secara seksama, niscaya pemikiran-pemikiran yang disampaikan

dalam buku-buku tersebut banyak bersifat pengulangan. Bahkan sebagian

kitab hanya sebatas pembahasan terhadap bab tersendiri dari kitab lain.14

Berikut ini beberapa judul buku yang telah ditulis oleh Yusuf al-

Qaradhawi:

1. Al-Halal wa al-Haram

2. Al-Ibadah fi al-Islam

3. Al-Iman wa al-Hayat

4. Al-Khasha-ish al-„Ammah li al-Islam

5. Musyqilat al-Faqr wa Kayfa „Alajah al-Islam

6. Fiqh al-Zakat (ada dua jild)

7. Bai‟ al-Murabahah li al-Amir bi as-Syira‟

8. Al-Ijtihad Fi al-Syari‟ah al-Islamiyyah ma‟a Nazharat Tahliliyyah fi al-

Ijtihad al-Mu‟ashir

9. Al-Fatwa Baina Al-Indhibath wa Tasayyub

10. Hady Al-Islam Fatawa Mu‟ashirah

11. Awamil al-Syi‟ah wa Murunah fi al-Syari‟ah al-Islamiyyah

12. Kayfa Nata‟amal ma‟a al-Sunnah an-Nabawiyyah

13. Taisir al-Fiqh fi Dhau‟I al-Qur‟an wa al-Sunnah

14

Sulaiman bin Shalih Al-Khuraisyi, Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qaradhawi Dalam

Timbangan, terj. M. Abdul Ghofar, (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi‘i, 2003), cet. Ke-1, h.

pendahuluan

Page 8: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

39

14. Saur al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami

15. Qadlaya Mu‟ashirah „ala Bahshat al-Bahts

16. Fawa‟id al-Bunuk Hiya ar-Riba al-Muharram

17. Al-Hulu al-Mustauridah wa Kayfa Janat „ala Ummatina?

18. Al-Hal al-Islami Faridlatan wa Dlaruratan

19. Bayanat al-Hal al-Islami wa Syubuhat al-„Ilmaniyyin wa al-

Mutagharribun

20. Asy-Syab fi al-Qur‟an al-Karim

21. An-Nas wa al-Haq

22. Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama‟I al-Islami

23. Darsun Naqbah ats-Tsaniyah

24. Tsaqafatu al-Da‟iyyah

25. At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Madrast al-Hasan al-Banna

26. Risalat al-Azhar bain al-Amsi wa al-Yaum wa al-Ghad

27. Jilu an-Nashr al-Masyud

28. Zhahirat al-Ghuluw fi at-Takfir

29. Ash-Shahwah al-Islamiyyah bain al-Juhud wa at-Tatharruf

30. Ash-Shahwah al-Islamiyyah wa Humun al-Wathan al-„Arabi wa al-

Islami

31. Ash-Shahwah al-Islamiyyah bain al-Ikhtilaf al-Masyru‟ wa at-Tafarruq

al-Mazmum

32. Min Ajli Shalawatin Rasyidatin, Tujaddidu al-Din wa Tanhadlu bi-al-

Dunya

33. Aulawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-Marhalat al-Qadimah

34. Al-Islam al-„Ilmaniyyah Wajhan li Wajhin

35. Ar-Rasul wa‟Ilm

36. Al-Waqt fi Hayat al-Muslim

37. Wujud al-Allah

38. Haqiqat al-Tauhid

39. Nisa‟un Mu‟minatun

40. Al-Fiqh al-Islam bain al-Shalah wa al-Tajdid

Page 9: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

40

41. Al-„Aql wa al-„Ilm fi al-Qur‟an al-Karim

42. Syari‟at al-Islam Shalihatun li kulli Zamanin wa Makanin

43. Madkhal li Dirasat al-Sunnah an-Nabawiyyah

44. Taisir al-Fiqh: Fiqh as-Shiyam

45. Al-Imam al-Ghazali baina Madihi wa Naqihi

Demikian antara lain karya-karya Yusuf al-Qardhawi yang dapat

penulis kemukakan dalam tulisan ini dan masih banyak lagi, kurang lebih

sekitar 50 judul lagi yang belum disebutkan. Mengingat wawasan beliau yang

cukup luas, meskipun usianya sudah lanjut penulis yakin Yusuf al-Qardhawi

masih akan cukup produktif untuk terus berkarya memperkaya khazanah

pengetahuan dan peradaban Islam dengan buku-bukunya yang mayoritas

berisi komentar problamatika kehidupan kontemporer.

C. Penafsiran DR. Yusuf Al-Qaradhawi Terhadap Makna Jihad

1. Makna Jihad Menurut Yusuf Al-Qaradhawi

Dalam konsepsi Islam yang orisinal terdapat dua buah kata yang

berasal dari satu subtansi yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan

Islam dan umatnya sepanjang sejarah.15

Kedua kata tersebut adalah, kata-kata “ijtihad” dan “jihad” , yang

keduanya berasal dari huruf-huruf ( جهد ) yang mengandung arti ;

mencurahkan kemampuan atau menanggung kesulitan.16

Kata-kata ijtihad bergerak di bidang pemikiran dan penelitian

sedangkan kata-kata jihad bergerak dalam ruang lingkup perbuatan dan

tingkah laku.

Hasil pemikiran ijtihad boleh jadi akan hilang bila tidak ada orang

kuat yang mengadopsi hasil pemikiran ijtihad tadi, begitu juga hasil jihad

15

Yusuf al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syariat Islam Beberapa Pandangan Analitis

tentang Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987),

hal. Pendahuluan 16

Yusuf al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syariat Islam Beberapa Pandangan Analitis

tentang Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987),

hal. Pendahuluan

Page 10: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

41

akan musnah bila tidak ada orang berilmu yang menyinari jalan buat

lajunya jalan hasil jihad tadi.17

Inilah yang menjadikan para pembaharu pada hari ini menyerukan

wajibnya mendahulukan pendidikan daripada peperangan, mendahulukan

pembentukan pribadi daripada menduduki pos-pos yang penting.18

Yang dimaksudkan oleh Yusuf al-Qaradhawi dengan pendidikan dan

pembentukan di sini ialah membina manusia Mu‘min yang dapat

mengemban misi da‘wah; bertanggung jawab menyebarkan risalah Islam;

tidak kikir terhadap harta benda; tidak sayang kepada jiwanya dalam

melakukan perjuangan di jalan Allah SWT. Pembinaan dan pembentukan

manusia seperti itu, merupakan gambaran yang paling tepat bagi generasi

Mu‘min Yang hendak mengemban panji perbaikan dan kebangkitan.

Usaha seperti itu harus mendahului perjuangan bersenjata untuk mengubah

suatu masyarakat dan mendirikan negara.

Oleh karena itu tugas penting yang dilakukan oleh Al-Qur‘an pada

masa Makkah –selama tiga belas tahun— adalah membina manusia,

mendidik generasi baru dengan pendidikan keimanan, akhlak dan akal

pikirannya secara sempurna. Teladan yang paling sempurna bagi generasi

baru ini adalah Rasulullah saw.19

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu. “ (QS. al-Ahzāb: 21)

Pekerjaan yang menuntut kesabaran, keteguhan, ketegaran,

pengorbanan dalam membela kebenaran dan melawan kebatilan, dalam

membersihkan akal pikiran dari peniruan yang buta terhadap para nenek

17

Yusuf al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syariat Islam Beberapa Pandangan Analitis

tentang Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1987),

hal. Pendahuluan 18

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal. 245 19

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal. 245

Page 11: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

42

moyang, pemimpin dan pembesar yang sesat. Pendidikan seperti mesti ini

dilakukan sebelum turunnya satu ayat yang memerintahkann peperangan

bersenjata, pertumpahan darah terhadap orang-orang musyrik dan para

penyembah Taghut.

Bahkan para sahabat datang kepada Nabi saw mengadukan

kepadanya bahwa di antara mereka ada yang dipukul dan dilukai oleh

orang-orang musyrik. Para sahabat menuntut kepada Nabi saw untuk

mengangkat senjata sebagai usaha membela diri, memerangi musuh

mereka dan musuh agama mereka. Akan tetapi Nabi saw berkata kepada

mereka, sebagaimana dikisahkan oleh al-Qur‘an :

...

“ Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang...” (QS.

an-Nisā: 77)

Jawaban itu bukan berarti melecehkan perjuangan bersenjata, yang

merupakan puncak pengabdian dalam Islam. Akan tetapi jawaban itu ada

kaitannya dengan pelbagai pemberian prioritas; khususnya prioritas

terhadap pendidikan dan pembentukan pribadi muslim.20

Islam memang mengizinkan berperang, tapi dengan syarat-syarat

tertentu. Perang dalam Islam diizinkan tatkala ada sekelompok orang yang

berusaha menghancurkan agama Islam dengan senjata, mengusir umat

Islam dari negeri mereka dan menindas umat Islam. Orang yang tidak

memusuhi dan menghancurkan umat Islam dan agamanya dilarang

diperangi. Karena hakekat jihad membela dan menegakkan agama Allah.

Pembelaan dan penegakan agama Allah bisa dengan pikiran, harta dan

jiwa. Jihad bisa juga bermakna berperang di jalan Allah. Tapi yang perlu

kita sadari, perang adalah salah satu makna dari jihad. 21

Imam Ibn Qayyim menyebutkan dalam al-Hady al-Nabawi,

20

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal.246 21

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A1764_0_3_0_m. akses tanggal 12

februari 2010

Page 12: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

43

terdapat tiga belas tingkatan jihad. Empat tingkatan jihad yang berkaitan

dengan jihad terhadap hawa nafsu, dua tingkatan jihad terhadap setan, tiga

tingkatan jihad kepada pelaku kezaliman, bid‘ah dan kemungkaran dan

empat tingkatan lainnya jihad terhadap orang-orang kafir dan jihad dengan

hati, lidah dan harta benda. Jihad yang mesti ditempatkan pada urutan

yang terakhir ialah jihad dengan jiwa dan tangan kita.

Dia melanjutkan, ‖ karena jihad yang paling utama itu adalah

mengatakan sesuatu yang benar di hadapan suasana yang sangat keras;

seperti mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang ditakutkan

siksaannya, maka dalam hal ini Rasulullah saw menduduki tempat jihad

yang tertinggi dan paling sempurna.‖22

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar

betul-betul berjuang, sebagaimana mereka diperintahkan agar betul-betul

bertaqwa kepada-Nya. Taqwa yang benar ialah mentaati Allah SWT dan

tidak bermaksiat kepada-Nya, ingat kepada-Nya dan tidak melupakan,

bersyukur kepada-Nya dan tidak mengingkari-Nya. Dan jihad yang benar

ialah berjihad terhadap hawa nafsunya, untuk menyerahkan hati, lidah dan

seluruh anggota tubuhnya kepada Allah.

Ibn Qayyim berkata, ‖Jika perkara itu telah dipahami, maka

sesungguhnya jihad itu memiliki empat tingkatan: Jihad terhadap hawa

nafsu, jihad terhadap setan, jihad terhadap orang-orang kafir dan jihad

terhadap orang-orang munafiq.‖23

Sementara jihad terhadap diri sendiri, musuh yang ada di dalam diri

manusia itu juga memiliki empat timgkatan:

Pertama, berjihad terhadap diri sendiri untuk mengajarkan

petunjuk kepadanya, petunjuk agama yang benar yang tidak ada

kemenangan, kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kecuali

dengannya.

22

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press) cet. Pertama, hal. 247 23

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press) cet. Pertama, hal. 249

Page 13: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

44

Kedua, berjihad terhadapnya untuk melaksanakan petunjuk tersebut

setelah diketahuinya. Jika tidak, maka pengetahuan yang dimilikinya

hanya akan berwujud ilmu pengetahuan tanpa amal.

Ketiga, berjuang terhadap diri sendiri untuk mengajak orang lain

kepada petunjuk tersebut, mengajari orang yang belum mengetahuinya.

Keempat, berjuang dengan penuh kesabaran dalam menghadapi

berbagai kesulitan dalam mengajak orang lain kepada petunjuk Allah

SWT. Dia bertahan terhadap berbagai kesulitan itu karena Allah SWT.24

Adapun berjuang melawan setan itu ada dua tingkatan:

Pertama, berjihad untuk menolak berbagai bentuk syubhat dan

keraguan yang mengotori iman agar tidak sampai kepada hamba Allah

SWT.

Kedua, berjihad untuk menolak berbagai kehendak yang merusak

dan nafsu syahwat agar tidak sampai kepada mereka. Jihad yang pertama

harus dilakukan dengan keyakinan dan jihad yang kedua harus dilawan

dengan kesabaran.

Allah SWT berfirman:

Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi

petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka

meyakini ayat-ayat Kami. (QS. as-Sajdah:24)

Jadi jelas bahwa jihad menurut Yusuf al-Qardhawi adalah

mencurahkan segala kemampuan atau menanggung kesulitan dalam taqwa

kepada Allah. Islam memang mengizinkan berperang, tapi dengan syarat-

syarat tertentu. Perang dalam Islam diizinkan tatkala ada sekelompok

orang yang berusaha menghancurkan agama Islam dengan senjata,

mengusir umat Islam dari negeri mereka dan menindas umat Islam. Pada

24

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press) cet. Pertama hal. 250

Page 14: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

45

saat ini yang harus diprioritaskan adalah berjihad dalam pendidikan dan

pembentukan pribadi Muslim25

.

25

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur‟an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press) cet. Pertama., hal 250

Page 15: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

46

BAB IV

KONSEP JIHAD DALAM PENDIDIKAN MENURUT DR.

YUSUF AL QARADHAWI

A. Konsep Jihad Dalam Pendidikan Menurut Yusuf Qaradhawi

Telah menjadi kebiasaan orang-orang barat, mengungkapkan kata

”jihad” dengan ”perang suci”( holy war) Jika mereka menerjemahkannya ke

bahasa mereka. Masalahnya telah menjadi sedemikian jauh sehingga kata

“jihad” menurut mereka telah menjadi suatu ungkapan yang memberikan

kesan keganasan karakter dan akhlak, kebiadaban, dan pertumpahan darah.

Diantara dari kepiawaian mereka dan distorsi yang mereka buat mengenai

segi-segi fakta yang jelas adalah bahwa setiap kali mendengar kata jihad di

mata mereka akan terbayang sebuah gambaran kefanatikan dan kemarahan,

pembunuhan, dan perampasan di barengi dengan suara “Allahu Akbar” ,

merambah ke depan dimana nila ia melihat orang kafir, ia memegang leher

orang itu dan memberikan dua pilihan :mengucap “La ilaha illallah”

sehingga dirinya akan selamat atau lehernya dipenggal sampai mengalir darah

di kepalanya.1

Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa kata ”jihad” lebih luas

pengertiannya daripada kata ”perang”. Setiap muslim wajib menjadi mujahid,

1 Al-Maududi, dkk, Jihad Bukan Konfrontasi; meluruskan makna jihad islam dalam

realitas dalam kehidupan masyarakat modern (jakarta: cendekia sentra muslim) 2001. hal 23-24

Page 16: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

47

dan tidak dengan sendirinya harus menjadi seorang ”pejuang perang” karena

perang menjadi wajib dengan sebab-sebabnya.2

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jihad

pun memiliki arti luas, sebagaimana firman Allah SWT:

(الفرقان

:٥٢) ”Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah

terhadap mereka dengan jihad yang besar.” (QS. Al-Furqan: 52)

Jihad ini tetap abadi hingga hari kiamat. Sarana-sarana dewasa ini

sangat banyak melalui siaran-siaran televisi, radio, jaringan internet dan lain-

lain. Kini belum muncul satu orang mujahid yang tidak tertandingi oleh

ribuan orang yang konsisten dalam bidang dakwah ini.3

Tidak hanya cukup dengan perintah berjihad, tetapi perintah berjihad

dengan jihad yang yang sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah

Tuhanmu dan perbuatlah kebaikan, supaya kamu mendapat kemenangan.

Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

(Al-Hajj: 77-78)

Ayat ini juga menunjukan tugas jamaah muslimin dalam tiga

kelompok besar; kelompok tugas yang berkaitan dengan hubungan dengan

Allah, yang disebutkan seperti ruku‟, sujud dan menyembah kepada Allah;

kelompok tugas yang berkaitan dengan interaksi dengan masyarakat, yang

direpresentasikan dalam berbuat baik; dan kelompok yang berkaitan dengan

2 Yusuf al-Qaradhawi, Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah

Islam, terj. H. M. Abdillah Noor Ridlo. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2007) cet. II, hal. 210 3 Yusuf al-Qaradhawi, Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah

Islam…, hal. 213

Page 17: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

48

kekuatan buruk (kejahatan), yang diwakili oleh jihad. Kemudian Al-Qur‟an

tidak hanya menyebut jihad secara mutlak, tetapi memberi stressing

”Berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.”

Sebenar-benar jihad yaitu manakala seseorang telah mengerahkan seluruh

potensinya yang paling maksimal demi menolong kebenaran, melawan

kebatilan, menyebar kebaikan dan mengusir kejahatan.4

Menurut Yusuf al-Qaradhawi tindak kekerasan adalah pemakaian

kekuatan material oleh pihak tertentu yang tidak pada tempatnya, dan tanpa

batasan-batasan moral, syariat, atau hukum. Maksud ”tidak pada tempatnya”

yakni, penggunaannya pada tempat yang memungkinkan digunakannya cara

persuasif atau argumentasi dengan kata-kata, dakwah, dialog dengan cara

yang terbaik, dan dalam pemakaiannya itu tidak mempedulikan siapa orang-

orang yang dibunuh, dan siapa saja yang boleh dibunuh? Pelakunya

memberikan justifikasi kepada dirinya dengan menghimpun kekuasaan

berfatwa, mengadili dan menghukum dalam genggamannya sendiri.5

Termasuk tindakan ini juga peristiwa yang terjadi di Pulau Bali

Indonesia, tidak ada problema langsung yang terjadi antara pelaku dengan

para turis itu, melainkan untuk mengguncang pemerintahan Indonesia dan

menampakkan permusuhan terhadap politik Amerika dan Inggris.6

Menurut Yusuf al-Qaradhawi selain lemahnya pandangan tentang

agama, ada pula kelemahan pandangan tentang hidup, sejarah, kenyataan dan

sunnah-sunnah Allah SWT. pada makhluk-Nya. Ia tidak mampu memahami

suatu kejadian sesuai dengan hakikatnya, selalu menafsirkannya sesuai

dengan perkiraan-perkiraan keliru yang telah tertanam dalam benaknya, dan

yang sama sekali tidak memiliki suatu dasar dari sunnah-sunnah Allah SWT.

pada makhluk-Nya, tidak pula dari hukum-hukum dalam syariat-Nya. Ia

hendak mengubah masyarakat secara total; pikiran-pikirannya, perasaan-

4 Yusuf al-Qaradhawi, Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah

Islam…, hal. 211 5 Yusuf al-Qaradhawi, Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam

…, hal. 206 6 Yusuf al-Qaradhawi, Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah

Islam…,, hal. 207

Page 18: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

49

perasaannya, tradisi-tradisinya, akhlaknya, dan sistem-sistemnya; baik sosial,

politik, maupun ekonominya, dengan pranata-pranata dan cara-cara khayali.

Diiringi keberanimatian yang tidak menghiraukan besarnya pengorbanan,

betapapun mahalnya, tidak memedulikan maut yang akan menimpanya,

ataupun ia sendiri menerjangnya, tidak juga kesudahan apa yang akan terjadi,

selama niatnya demi Allah dan tujuannya meninggikan kalimat-Nya.7

Berdasarkan hal itu, tidaklah mengherankan apabila ia melakukan

beberapa tindakan dan perbuatan yang dinamakan oleh sebagian orang

sebagai tindakan ”bunuh diri”. Ini oleh orang-orang yang lain lagi dianggap

sebagai suatu ”kegilaan” yang mengakibatkan jatuhnya beberapa orang dari

mereka sebagai korban, sedangkan mereka sendiri tidak memedulikan sesuatu

tentang itu.8

Sekiranya mereka mau memperhatikan sejarah Nabi SAW., niscaya

mereka akan mendapati bahwa Rasulullah SAW. selama tiga belas tahun

berdakwah dan mendidik, sementara kemusyrikan merajalela di kiri-kanan

beliau. Ka‟bah Al-Bait Al-Haram di kelilingi berhala-berhala yang jumlahnya

mencapai 360 buah, dan beliau bershalat di sisi Ka‟bah dan bertawaf di

sekelilingnya, sementara patung-patung itu berada di sana. Beliau dan

sahabat-sahabatnya tidak berpikir untuk menyerang dan menghancurkan

berhala-berhala tersebut. Sekiranya hal itu beliau lakukan, niscaya akan

membawa diri beliau sendiri dan sahabat-sahabatnya pada kebinasaan, sebab

belum ada perimbangan kekuatan untuk melawan.9

Karena itulah, Rasulullah SAW membiarkannya seraya menyibukkan

diri dengan dakwah, guna memerdekakan akal dengan tauhid, membersihkan

hati dengan takwa, mempersiapkan barisan Muslim untuk secara teratur dapat

menandingi kekuatan kafir yang sudah siap menyerang dan yang bermakar

terhadapnya secara sembunyi-sembunyi. Beliau pun senantiasa mendidik para

sahabatnya agar bersikap sabar dan berlapang dada, sampai tiba masanya

7 Yusuf Qardhawi, Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi A.M (Bandung: Mizan Media

Utama 2001) cet. IX, hal. 91-92 8 Yusuf Qardhawi, Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi A.M..., hal. 92

9 Yusuf Qardhawi, Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi A.M..., hal. 92

Page 19: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

50

untuk berhadapan langsung dengan para penyembah berhala itu di suatu

waktu yang akan datang, yang tidak diragukan lagi.

Pernah beliau menyaksikan Ammar bin Yasir dan kedua orangtuanya

sedang disiksa. Beliau pun tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengatakan

kepada mereka: ”Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya

balasan kallian adalah surga.” Keadaannya tetap demikian sampai Allah

SWT. memberikan izin kepada kaum Mukmin untuk berperang, demi

membela diri mereka serta kebebasan dakwah mereka:

(٤-٣٩: الحج )

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena

Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-

benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang Telah

diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali

Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah (QS. Al-Hajj : 39-

40).

Pada saat itulah dimulai pertempuran bersenjata melawan paganisme;

pedang berhadapan dengan pedang dan kekuatan melawan kekuatan.

Tetapi, kapankah yang demikian itu terjadi? Hanya ketika Nabi SAW.

dan orang-orang yang beriman telah memiliki negara dan kekuasaan. Maka,

berlangsunglah peperangan demi peperangan sehingga datang kesempatan

besar yang disediakan Allah SWT. bagi Rasul-Nya, agar beliau memasuki

kota Makkah sebagai pemenang, setelah keluar dari sana sebagai orang

tertindas. 10

Kita jangan sampai lupa bahwa kita sekarang berada di abad XV

Hijriyah bukan pada abad X Hijriyah atau sebelumnya. Kita memiliki

kebutuhan dan menghadapi problema-problema yang belum pernah dihadapi

oleh ulama sebelum kita baik ulama salaf atau khalaf. Kita dituntut untuk

berijtihad buat masalah-masalah kita, bukanlah yang harus berijtihad itu

10

Yusuf Qardhawi, Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi A.M..., hal. 93

Page 20: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

51

mereka yang telah meninggal beberapa abad sebelum kita, dan seandainya

mereka hidup di zaman kita sekarang ini dan mereka marasakan apa yang kita

hadapi, tentunya mereka akan meninjau kembali pendapat-pendapat mereka

dan merubah kebanyakan hasil ijtihad mereka karena pendapat-pendapat

tersebut dilontarkan sesuai dengan zaman mereka bukan untuk zaman kita.11

Kita melihat beberapa sahabat, Imam-imam mazhab dan murid-murid

mereka berbeda pendapat setelah meninggalnya Imam-imam tersebut.

Padahal mereka mengikuti kaidah-kaidah pokok Imamnya tersebut. Padahal

mereka mengikuti kaidah-kaidah pokok Imamnya disebabkan karena

berubahnya zaman berikutnya dari zaman sebelumnya walaupun jarak

masanya masih dekat dan pendek.12

Nah, bagaimana lagi dengan abad kita sekarang ini, segalanya telah

berubah setelah masa revolusi industri masa kemajuan teknologi, masa

perang bintang, komputer dan masa revolusi ilmu biologi yang hampir-

hampir merubah masa depan manusia!13

Allah SWT. berfirman dalam Surat Al-Furqan yang turun di Makkah:

(٥٢ : الفرقان)

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap

mereka dengan jihad yang benar. (QS. Al-Furqan: 52)

Menurut Yusuf al-Qaradhawi Jihad ini terbuka luas, belum pernah

seluas sekarang ini, yaitu melalui audio visual, melalui media elektronik,

saluran satelit dan jaringan internet serta media-media lainnya yang

membutuhkan tenaga dan dana besar. Ini yang DR. Yusuf Qaradhawi

katakan, jihad modern.14

11

Yusuf Al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syari’at Islam Beberapa Pandangan Analitis

Tentang Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori (Jakarta: PT Bulan Bintang 1987)

cet. Pertama, hal. 267 12

Yusuf Al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syari’at Islam Beberapa Pandangan Analitis

Tentang Ijtihad Kontemporer..., hal 267 13

Yusuf Al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syari’at Islam Beberapa Pandangan Analitis

Tentang Ijtihad Kontemporer..., hal. 268 14

Yusuf Al-Qaradhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun Kilas Balik Dakwah Tarbiyah

dan Jihad. terj. H. Mustolah Maufur, MA. & H. Abdurrahman Husain, MA. (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar 1999) hal. 242

Page 21: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

52

Jihad dengan mengemban beban cobaan dan ujian dalam rangka

dakwah serta tabah menjalaninya adalah salah satu urutan-urutan ini. Yang

disebutkan dalam surah Al-‟Ankabut, yang turun di Makkah:

(٦-٢ : العنكبىت )

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami

Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah

menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah

mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-

orang yang dusta. Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu

mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang

mereka tetapkan itu. Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah,

Maka Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. dan dialah

yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan barangsiapa yang berjihad,

Maka Sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya

Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

(QS. Al-’Ankabūt: 2-6)

Jihad terhadap orang-orang zhalim dan pendurhaka adalah dengan

amar ma’ruf nahi munkar dan menghalangi kebatilan, mengatakan ”tidak”

kepada orang orang yang hidup berfoya-foya dan melakukan kerusakan di

muka bumi adalah salah satu dari urutan ini.15

Jihad terhadap penguasa yang zhalim dengan tangan, yakni dengan

kekuatan senjata adalah hanya bagi yang mampu. Bagi orang yang tidak

memiliki kekuatan ini maka kewajibannya kembali pada jihad dengan lisan.

15

. Yusuf Al-Qaradhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun Kilas Balik Dakwah Tarbiyah

dan Jihad...,hal. 242

Page 22: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

53

Jika itu pun tidak mampu maka berpindah pada kewajiban jihad dengan hati,

meskipun yang demikian adalah selemah-lemah iman.16

Islam memperketat penggunaan fisik agar upaya memberantas

kemungkaran tidak menimbulkan kemungkaran yang lebih besar. Inilah yang

dicatat oleh sejarah dan terbukti dalam kenyataannya. Pada masa sekarang

tidak ada yang mampu menggunakan kekuatan jihad dengan tangan kecuali

kekuatan pemerintah karena ia bagian dari aparaturnya. Bagi orang-orang

yang berfikir untuk melawan pasukan bersenjata dengan sekelompok kecil

masyarakat secara keyakinan tidak dapat dibenarkan dan secara militer juga

salah karena mereka belum memahami kekuatan pasukan modern. Mereka

juga salah secara agama karena mencampakkan diri ke dalam kehancuran dan

menempatkan diri pada sasaran yang berbahaya. Sedangkan hadits Nabi

SAW. mengatakan, ”Tidak selayaknya bagi seorang mukmin merendahkan

diri sendiri”. Dikatakan, ”Bagaimana ia merendahkan dirinya sendiri, wahai

Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Menempatkan dirinya menjadi sasaran

petaka yang tidak mampu ia tahan.”17

Di sini mereka juga bisa jadi

membunuh orang yang tidak boleh dibunuh, sedangkan pada dasarnya

mengenai darah dilarang ketat (larangan ketat mengenai petumpahan darah).18

Oleh sebab itu, menurut Yusuf Al-Qardhawi kita mesti memberikan

perhatian terhadap persoalan yang hakiki ini dari segi pemikiran dan

tindakan. Kita harus membuat rencana pengembangan dan rancangan yang

sesuai untuk mempersiapkan ”Pendidikan Islam yang sempurna dan Modern”

yang terus mengikuti perkembangan anak-anak muslim sejak dari buaian,

hingga mereka keluar dari universitas, dengan menggunakan metode yang

sesuai, sistem yang menarik, sarana audio visual, teknologi canggih, yang

16

Yusuf Al-Qaradhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun Kilas Balik Dakwah Tarbiyah

dan Jihad..., hal. 242 17

Riwayat At-Tirmidzi dalam bab Al-Fitan dari Hudzaifah no. 2255 dan ia berkata,

“Hadits ini hasan gharib.” Dan dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir dinisbatkan kepada Ahmad

dan An-Nasa‟I juga, no. 7797. Sedangkan yang diriwayatkan Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dari

Ibnu Umar dalam isnad Ath-Thabrani jayyid, sebagaimana dalam Al-Mujma’ juz 7 hal. 274. 18

Yusuf Al-Qaradhawi, 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun Kilas Balik Dakwah Tarbiyah

dan Jihad. terj. H. Mustolah Maufur, MA. & H. Abdurrahman Husain, MA. (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar 1999) hal. 243

Page 23: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

54

dapat mewujudkan pentingnya agama bagi kehidupan, dan menegaskan

kesempurnaan Islam, keadilan hukum-hukumnya, kemu‟jizatan kitab sucinya,

keagungan Rasul, keseimbangan peradaban dan kekekalan umatnya.19

Di samping itu kita juga mesti membuat penelitian dan pengembangan

dalam bidang lainnya, misalnya dalam bidang informasi dan kebudayaan,

yang memiliki pengaruh dan kesan yang luar biasa terhadap kehidupan

individu dan masyarakat. Perangkat informasi yang membentuk pemikiran,

kecendrungan, perasaan, trend pemikiran dan jiwa manusia.20

Ada dua titik tolak yang saling menyempurnakan dalam tindakan yang

dapat kita lakukan:

Pertama, mempersiapkan ahli informasi Muslim dalam semua bidang

kehidupan, pada semua peringkatnya, yang mampu menampilkan bahwa

Islam mempunyai berbagai kemampuan yang besar untuk setiap zaman.

Termasuk dalam kelompok ini adalah para seniman dari berbagai

bidang; seniman dalam bidang nasyid, drama dan lakon.

Atas dasar itu, kita memerlukan orang yang dapat menulis skenario,

sutradara (pengarah), artis, juru kamera dan juga eksekutifnya.

Perkara ini tidaklah mudah, karena berkaitan dengan hukum-hukum

agama dan non-agama. Kita harus membuat target tertentu, prasarana yang

jelas, pentahapan yang jelas, agar tidak mengalami kekurangan dan

pembinaan manusia dapat dilakukan dengan sempurna.

Kedua, kita berusaha mempengaruhi para ahli informasi dan seniman

di masa kini. Karena sesungguhnya di antara mereka ada orang-orang Islam

yang shalat dan mau berpuasa, tetapi mereka karena latar belakang

pendidikan dan budayanya menyangka bahwa apa yang mereka lakukan tidak

bertentangan dengan Islam, dan tidak mendatangkan kemurkaan Allah.

Pada tahun-tahun terakhir ini saya telah menyaksikan beberapa orang

seniman dan artis yang bertobat, dan para bintang film wanita. Akan tetapi

19

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal. 261-262 20

. Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal. 261-262

Page 24: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

55

kebanyakan meraka telah menjauhkan diri dari seni dan para seniman, untuk

menyelamatkan diri mereka sendiri. Mereka lari membawa agamanya.

Sebetulnya, ada tindakan yang lebih baik yang dapat mereka lakukan.

Ialah tetap berada dalam bidang sulit itu, dan mempergunakan perkataan

Umar bin Khattab setelah dia masuk Islam sebagai pedoman mereka:

الإسالم فيه أعلنث إال الجاهلية فيه أعله كنث مكان يبقى لا واهلل

Demi Allah, tidak ada suatu tempat yang dahulu saya pergunakan

untuk menyebarkan kejahiliyahan kecuali tempat itu harus saya

pergunakan juga untuk menyebarkan Islam 21

Tindakan seperti ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan melakukan

kerja sama berbagai pihak, dan menyingkirkan kerikil-kerikil tajam di

jalanan.22

Bagaimanapun, semua institusi yang ada di dalam umat (masjid dan

universitas, buku dan surat kabar, televisi dan radio) mesti melakukan kerja

sama yang baik, sehingga tidak ada satu institusi yang naik sementara

institusi yang lainnya tenggelam, atau ada satu perangkat yang dibangun dan

pada saat yang sama perangkat lainnya dihancurkan. Pernyataan di atas

dibenarkan oleh ucapan penyair terdahulu:23

! ؟ يهدم وغيرك جبنيه كنث إذا

جمامه يىما البنيان يبلغ وهل

Apabila engkau membangunnya, dan orang lain menghancurkannya;

Dapatkah sebuah bangunan diselesaikan?

Pada saat ini, tidak ada lagi halangan bagi kita untuk melakukan

da‟wah, khususnya di negara-negara yang terbuka yang menganut aliran

pluralisme. Kaum Muslimin dapat menyampaikan da‟wah mereka melalui

tulisan, suara dan juga gambar. Mereka dapat menyampaikan da‟wah melaui

21

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah..., hal 263 22

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah..., hal. 263 23

. Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah...,, hal.244

Page 25: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

56

radio yang gelombangnya dipancarkan ke seluruh dunia. Mereka dapat

berbicara kepada semua bangsa dengan bahasa kaum itu agar ajaran yang

disampaikan dapat diterima dengan jelas.24

Kita di abad modern ini tidak bertujuan mendirikan masyarakat yang

demikian ini besar, tetapi kita hendak mendirikan masyarakat yang sama atau

seimbang dari segi kultur materialnya (minimal) dengan masyarakat

sekarang, dan pada saat itu pula masyarakat tersebut memiliki jiwa, arah dan

hakekat masyarakat Islam yang pertama yang lahir atas dasar ajaran Allah, di

mana masyarakat Islam pertama dianggap sebagai puncak tertinggi dalam

perihal jiwa, arah hakikat keimanannya dan konsepsinya tentang kehidupan,

tentang tujuan diciptakannya manusia dan kedudukannya di alam ini,

keistimewaannya, hak-haknya serta kewajibannya.25

Catatan pertama dan paling penting ialah: bahwa masyarakat di mana

kita hidup sekarang ini tidak serupa dengan masyarakat Makkah yang

dihadapi oleh Rasulullah SAW, saat-saat tumbuhnya dakwah Islam pertama.

Sebab masyarakat Makkah waktu itu adalah masyarakat jahiliyah murni yaitu

masyarakat penyembah berhala yang kafir, yang tidak percaya kepada Tauhid

"الاله الااهلل " ”Lā ilāha illā Allah” (Tiada Tuhan selain Allah) dan tidak percaya

bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, suatu masyarakat yang

mengatakan bahwa al-Qur‟an adalah sihir, dusta, yang diada-ada dan legenda-

legenda orang terdahulu. Adapun masyarakat kita yang berada di negara

orang-orang Islam adalah masyarakat campuran, Islam dan jahiliyah terdapat

di dalamnya unsur-unsur Islam murni dan unsur-unsur jahiliyah yang

dimasukkan.

Terdapat di dalamnya orang murtad yang terang-terangan, seperti

penyeru komunis, sekularis non agamis, mereka adalah sekelompok kecil dari

24

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah...., hal. 100 25

Yusuf Al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syari’at Islam Beberapa Pandangan Analitis

Tentang Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori (Jakarta: PT Bulan Bintang 1987)

cet. Pertama, hal. 279

Page 26: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

57

pemerintah, tokoh-tokoh kelompok kepercayaan dan sebagainya. Mereka ini

dihukumi sebagai orang-orang murtad.

Demikian pula terdapat di dalamnya (selain orang murtad dan

munafiq) segolongan besar dan mayoritas umat yang komitmen dengan

Islam, semua individu-individunya memegang agamanya erat-erat,

melaksanakan upacara ibadah yang wajib walaupun terkadang meraka

mengabaikan ibadah tersebut dan terkadang melakukan perbuatan dosa, tapi

pada prinsipnya mereka adalah takut kepada Allah, suka bertaubat,

terpengaruh oleh nasehat-nasehat agama, menghormati al-Qur‟an, mencintai

Rasul SAW. dan lain-lain perbuatan yang menandakan kebenaran pokok

akidah Islam mereka.

Atas dasar ini, amat keterlaluan dan gegabah kalau menetapkan bahwa

mereka semua dianggap jahiliyah seperti penduduk Makkah yang dihadapi

Rasul SAW. menjelang fajar seruan Islam, dan kita tidak boleh memaparkan

pada mereka kecuali akidah yaitu akidah Islam satu-satunya sehingga mereka

bersaksi bahwa ”Tiada Tuhan selain Allah” dengan konotasinya yang benar

dan tidak boleh memberi jawaban atas permohonan fatwa yang diharapkan

mereka dalam perihal masyarakat Islam.26

Satu hal yang sangat diperlukan oleh umat kita pada abad ini ialah

teknologi canggih, sehingga umat dapat memasuki abad ini dengan senjata

ilmu pengetahuannya dan tidak ketinggalan zaman. Umat tidak akan dapat

membangkitkan misi Islamnya yang sangat dihormati oleh Allah SWT. dan

diberi kenikmatan yang sempurna sehingga mereka dapat mengajak seluruh

dunia kepadanya, kalau umat ini kalah dengan yang lainnya dalam peralatan

dan senjata yang canggih.

Jika dulu beban persiapan kekutan militer dan persenjataan dipikul

secara individual, maka sesudah didirikannya baitul maal beban dana itu

ditanggung oleh kas Negara (baitul maal), dan bukan dibebankan pada zakat.

Infak untuk tentara , persenjataan, dan biaya perang diambil dari harta fa‟I,

26

Yusuf Al-Qaradhawi, Ijtihad Dalam Syari’at Islam Beberapa Pandangan Analitis

Tentang Ijtihad Kontemporer..., hal. 288-289

Page 27: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

58

jizyah, dan sebagainya. Adapun dari uang zakat itu hanya sekedar dipakai

sebagai penggenap beberapa hal saja, seperti untuk nafkah para sukarelawan

(jundullah) atau sejenisnya. Jelas akan sangat kecil, bahkan jauh dari

mencukupi ,jika pembiayaan persiapan jundullah dan persenjataan tersebut

dibebankan pada zakat.

Oleh karena itu , sabilillah masa kini lebih sesuai untuk jihad diidang

kebudayaan, pendidikan, media massa, dengan syarat bahwa jihad-jihad itu

haruslah sebenar-benarnya jihad (di sisi Allah), sejalan dengan ajaran islam

yang baik, tidak dicampuri oleh unsur-unsur ashabiyah (kesukuan atau

nasionalisme), dan tidak pula oleh paham-paham Barat maupun Timur (dalam

arti tidak membela islam) atau dari idiologi negara, aturan, system,

perundang-undangan, Negara, kedudukan, atau pribadi-pribadi islam yang

tidak Islamis.27

Telah banyak terjadi/dikemukakan, lembaga-lembaga islam yang

sekuler dan bahkan sangat menyimpang dari islam. Oleh karena itu kita harus

waspada dan harus menjadikan islam sebagai referen (maroji’) dan nara

sumber,sebagai sumber dan bukan alatnya, serta sebagai pedoman dan

penuntutan sehingga aktivitas-aktivitas itu layak dinisbatkan kepada Allah

SWT dan termasuk dalam kategori jihad fi sabilillah.

Dengan demikian aktivitas-aktivitas yang dapat dimasukkan dalam

kategori jihad fi sabilillah untuk masa sekarang ini antara lain :

1. Mendirikan pusat-pusat kegiatan Islam yang representatif sebagai pusat

ta‟lim dan tarbiyah bagi generasi muda islam, menyampaikan/mengajarkan

ajaran islam secara shahih dan benar, membentengi akidah dari bahaya

kemusyrikan dan kekufuran, memeihara kemurnian pola pikir Islami agar

tidak tergelincir, serta mempersiapkan diri untuk membela Islam dan

menghalau musuh-musuhnya.

27

Yusuf qaradhawi,dkk,berjuang di jalan Allah, (jakarta; gema insani press), 1992 hal.

20

Page 28: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

59

2. Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan penyiaran dakwah islam ke

luar di semua benua, terutama yang sedang berkecamuk dalam berbagai

pergoalakan pemikiran dan idiologi.

3. Mendirikan unit usaha di bidang percetakan, baik yang berupa surat kabar,

majalah, tabloid, maupun brosur-brosur untuk menagkis berita-berita dari

luar yang merusak dan memutar-balikkan fakta kebenaran islam,membuka

tabir kebohongan musuh-musuh islam, serta menjelaskan islam yang

sebenarnya.

4. Termasuk kedalamnya adalah penyebaaran buku-buku Islam dari penulis-

penulis Islam yang bersih, yang mampu menyebarkan ide/fikrah Islam dan

membagkitkan semangat Islam, yang mampu mengungkap mutiara-

mutiara Islam yang selama ini tertutupi oleh deranya buku-buku islam

karya orientalis,Ismolog-ismolog Barat dan Timur yang kafir.28

Oleh sebab itu. Metodologi dan sistem pendidikan harus ditingkatkan

untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembalikan lagi kedudukan Islam

yang terhormat di mata dunia. Ketika itu Islam mempunyai peradaban yang

sangat maju, dengan akar yang mendalam, cabang yang sangat luas, serta siap

menyongsong masa depan. Metodologi dan sistem pendidikan itu harus

melihat kepada hal-hal yang sangat diperlukan oleh Islam dan umat Islam,

serta perkembangan dunia ilmu pengetahuan yang dipadukan dengan akidah,

sistem dan peradaban Islam.

Sesungguhnya penguasaan teknologi canggih dan ilmu-ilmu yang

menjadi perantara ke arah itu merupakan satu kewajiban sekaligus

kepentingan. Kewajiban yang diwajibkan oleh agama, dan kepentingan yang

didesak oleh kehidupan nyata kaum Muslimin. Itulah prioritas yang harus

didahulukan oleh umat kita sekarang ini.29

Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,

Dengan berkembangnya IPTEK maka jihad pun terbuka luas, yaitu melalui

audio visual, melalui media elektronik, saluran satelit dan jaringan internet,

28

Yusuf qaradhawi,dkk, berjuang di jalan Allah..., hal 21-22 29

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan

As-Sunnah, terj. Bahruddin F. (Jakarta: Robbani Press 1996) cet. Pertama, hal. 136

Page 29: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

60

serta media-media lainnya. Untuk itu semua diperlukan tenaga-tenaga

tangguh, berdedikasi, jujur, amanat, penuh ideaelis, dan penuh cita-cita,

beriltizam pada manhaj islam,bekerja penuh perhitungan, dan ikhlas karena

Allah semata.

B. Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam Dan

Relevansinya Dengan Konsep Jihad Dalam Pendidikan

Menurut DR. Yusuf Al-Qaradhawi

Setelah menjelaskan tentang keutamaan belajar, adab-adabnya, dan

batasan-batasannya di dalam As-Sunnah An-Nabawiyah, selanjutnya syekh

Yusuf Al-Qaradhawi akan menjelaskan tentang keutamaan pengajarannya,

kedudukannya syarat-syaratnya dan etikanya serta ketinggian kedudukan

(manzilah) para pengajar (guru). Rasulullah SAW bersabda .30

sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan

mengajarkannya”(HR.Al-Bukhari)31

Lebih lanjut dalam hal ini Yusuf Qardhawi akan membahas esensi nilai-nilai

dan persepsi pendidikan dan pengajaran yang telah diperinci dalam As-

Sunnah dan selalu diperhatikan oleh para sahabat dan ulama salaf umat ini,

dengan harapan dapat mengembalikan kepercayaan generasi penerus umat

islam terhadap agama dan warisan kenabiaannya. Agar mereka memahami

dengan sungguh-sungguh mana warisan asli peninggalan pendahulu mereka

dan mana warisan tambahan yang sengaja dimasukkan dalam islam dari pola

hidup dan perkembangan mereka, sehingga mereka dapat meniti kembali

jalan para pendahulu mereka menuju puncak kebangkitan ilmu pengetahuan

30

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 11 31

Imam Bukhari, Shahih Bukhari (Damsyiq, Dar al-„Ulum, 1999.). No.4739. hal 1919. Juz 4

Page 30: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

61

dan peningkatan pendidikan dengan landasan ketakwaan kepada Allah SWT

dan mencapai ridha-Nya.32

Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan dan

pengajaran agama islam sekarang ialah bagaimana cara mengajarkan agama

kepada anak didik sehingga dapat memperoleh hasil semaksimal mungkin.

Cara mengajar tersebut kita kenal dengan sekarang dengan istilah metodologi

pengajaran. Dalam kaitan ini, H.M Quraish shihab menggunakan istilah

metode penyampaian materi. Menurutnya, Al-Qur‟an al-karim memandang,

dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia sebagaimana

dikemukakan diatas, menghadapi dan memperlakukan makhluk tersebut

sejalan dengan unsur penciptaannya: jasmani,akal dan jiwa. Atau dengan kata

lain, ”mengarahkannya menjadi manusia seutuhnya.”karena itu, materi-materi

pendidikan yang disajikan oleh Al-Qur‟an hampir selalu mengarah kepada

jiwa, akal dan raga manusia. 33

Asal kata” metode” mengandung pengertian ”suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai suatu tujuan”, metode berasal dari dua perkataan yaitu meta

ditambah dengan logi sehingga menjadi metodologi berarti ”Ilmu

pengetahuan tentang jalan atau cara yang harus dilalui” untuk mencapai suatu

tujuan. Jadi, Metodologi pendidikan islam adalah suatu ilmu pengetahuan

tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.34

Metode merupakan aspek penting untuk mentransfer ilmu

pengetahuan dari guru kepada siswa. Sehingga terjdi proses internalisasi dan

pemilikan ilmu oleh siswa. Dalam pendidikan islam, metode mendapat

perhatian yang sangat besar. Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumber ajaran

Islam berisi petunjuk dan prinsip-prinsip yang dapat diinterpretasikan

menjadi konsep tentang metode.35

32

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 12 33

Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), cet. 1 hal. 369 34

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),cet.1 h. 65 35

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet. 1, hal, 17-

18

Page 31: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

62

Metodologi pendidikan islam dalam penerapannya banyak

menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang bersumber pada al-qur‟an

dan hadits. Oleh karena itu , untuk mendalaminya kita perlu mengungkapkan

implikasi-implikasi metodologis kependidikan dalam kitab suci Al-Qur‟an

dan hadis antara lain sebagai berikut:

1) Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat dalam al-qur‟an

menunjukan fenomena bahwa firman-firman Allah itu

mengandung nilai-nilai metodologis yang mempunyai corak dan

ragam sesuai tempat dan waktu sasaran yang dihadapi.

2) Dalam memberikan perintah dan larangan (imperative dan

preventif) Allah senantiasa memperhatikan kadar kemampuan

masing-masing hamba-Nya, sehingga taklif ( beban)-nya berbeda–

beda meskipun diberikan tugas yang sama.

3) Sistem pendidikan metodologis yang dinyatakan dalam al-Qur‟an

bersifat multi approach yang meliputi antara lain:36

a) Pendekatan religius yang menitikberatkan kepada pandangan

bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan

bakat-bakat keagamaan.

b) Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah

makhluk rasional atau homo rationale, sehingga segala

sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada

sejauh mana kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan

sampai pada titik maksimal perkembangannya.

c) Pendekatan sosiokultural yang bertumpu pada pandangan

bahwa manusia adalah makhluk yang bernusyarakat dan

berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius dan

homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat yang

berkebudayaan. Dengan demikian pengaruh lingkungan dan

perkembangan kebudayaannya sangat besar artinya bagi

proses pendidikan individualnya.

36

Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam…hal 67

Page 32: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

63

d) Pendekatan scientific yang dititikberatkan pada pandangan

bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan

(kognitif), berkemauan (kognitif), dan merasa (emosional

atau afektif). Pendekatan harus dapat mengembangkan

kemampuan analitis-sintetis dan reflektif dalam berpikir.

Bila kita pahami metode sebagai suatu subsistem ilmu pendidikan

islam yang berfungsi sebagai alat pendidikan, maka seluruh firman Allah

SWT dalam al-Qur‟an sebagai sumber ilmu pendidikan islam mengandung

implikasi-implikasi metodologis yang komprehensif mencakup semua aspek

kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan pribadi manusia.37

Dengan demikan dapat ditarik kesimpulan bahwa demikian urgennya

metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar

mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses PBM tidak

menggunakan metode pendidikan dan pengajaran. Metode jauh lebih penting

daripada materi, karena metode menempati posisi penting dari sederetan

komponen-komponen pembelajaran; tujuan, metode, materi, dan evaluasi.

Penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam

pendidikan dan pengajaran agama islam, dapat dilihat sebagai berikut:

1. Metode Keteladanan38

Diantara adab seorang guru yang lain dalam ajaran islam adalah

bersikap lemah lembut terhadap murid dan memperlakukannya dengan

perlakukan seorang ayah kepada anaknya, berdasarkan apa yang dicontohkan

oleh Rasulullah SAW. Dan beliaupun menegaskan dengan sabdanya39

:

37

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),cet.1. hal.67 38

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 116 39

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 37

Page 33: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

64

sesungguhnya perumpamaanku terhadap kalian adalah seperti seorang ayah

terhadap anaknya (HR. Abu daud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari

Abu Hurairah)40

Faktor terpenting yang memperjelas hubungan sifat orangtua dengan

sifat kenabian adalah kasih sayang, lemah lembut, dan pendekatan. Inilah

sifat-sifat yng lazim dirasakan oleh seorang murid dari gurunya di samping

merasakan kecintaannya sumbangsihnya dalam membimbing untuk mencapai

keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Seorang guru pun

lazim untuk menanamkan rasa persaudaraan diantara murid-muridnya seperti

ia menumbuhkan kecintaan di antara anak-anaknya samapi mereka saling

menyayangi dan saling mencintai, tidak saling membenci dan tidak saling

menghasud.41

Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah SAW dapat

dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada

keberhasilan adalah keteladanan(uswah). Rasulullah ternyata banyak

memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabat-sahabatnya.42

Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan dengan dengan memberi contoh

keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik fisik

maupun mental dan memiliki akhlak yang baik dan benar. Keteladanan

memberikan kontribusi yang besar dalam pendidikan ibadah, akhlak,

kesenian, dan lain-lain.43

Imam Bawani menjelaskan, bahwa faktor-faktor pendukung

keberhasilan pendidikan pesantren adalah:

Pertama, terwujudnya keteladanan kyai.44

Kelebihan seorang kyai dalam memimpin sebuah pesantren adalah

karena ia memiliki pamor atau kelebihan yang baik dan terkenal di

40

Abu Daud, Sunan Abu Daud (Damsyiq, Dar al-„Ulum, 1999.) No. 40. Hal 41. Juz 1 41

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 38 42

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 116 43

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam …,hal 120 44

Imam Bawani, Tradisionalisme dalam pendidikan islam , (Surabaya: Al-Ikhlas, 1972), hal 5

Page 34: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

65

masyarakat luas. Pamor dan kelebihan itu ia bangun dengan keteladanan yang

selalu ia lakonkan dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan, sesuai antara

perkataan dan perbuatan.

Kedua, terciptanya hubungan yang harmonis antara kyai yang satu

dengan kyai yang lain, dan hubungan antara kyai dengan santrinya, serta

hubungan santri dengan santri yang lainnya. Hubungan semacam ini

mayoritasnya selalu berlandaskan kepada dasar kemanusiaan dan ikatan

ukhuwah antar sesama muslim.

Ketiga, mencuatnya kematangan output atau lulusan pesantren dalam

menjalankan agama ditengah masyarakat. Hal ini membuat lembaga

pesantren menjadi panutan, disayangi, dan disegani serta dicintai oleh hampir

semua kalangan masyarakat luas.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, ketiga faktor diatas merupakan modal

dalam mendukung keberhasilan lembaga pendidikan pesantren,oleh karena

itu, suasana di lembaga pesantren hendaknya dapat dijadikan sebagai uswah

oleh dunia pendidikan modern saat ini. Upaya pemaduan antara pengetahuan

agama dan umum, penyelarasan antara perkataaan dan perbuatan, merupakan

sistem pendidikan yang perlu untuk dikembangkan, khususnya di abad ke- 21

ini. Diantara bahwa faktor penyebab kenakalan anak adalah karena terjadinya

krisis prinsip, qudwah, dan lingkungan. Nabi Muhammad SAW adalah

manusia yang paling lembut terhadap murid-muridnya, manusia yang paling

jauh dari sikap kejam, sulit, keras, dan kasar. Hal keteladanan seperti inilah

yang patut dilaksanakan oleh seorang pendidik (guru) dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, karena secara psikologis anak didik banyak meniru

dan mencontoh perilaku sosok figurnya termasuk diantaranya adalah para

pendidik.

2. Metode Pemberian Ganjaran45

Jika diantara asas-asas pengajaran yang bermanfaat adalah

membetulkan yang salah dan mencurahkan kelemah lembutan terhadapnya,

45

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 125

Page 35: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

66

maka asas lain sebagai pelengkapnya adalah memberikan sugesti kepada yang

benar dan bagus serta memberikan pujian baginya agar bertambah

kesemangatannya dalam kebaikan dan bertambah pula perhatiannya terhadap

ilmu dan amal. Demikian yang dilakukan oleh Nabi SAW, menambah

kebaikan kepada yang baik. Abu Hasan Al-Asy‟ari adalah orang yang bagus

bacaan al-Qur‟annya, beliau berkata kepadanya.46

engkau telah dianugerahi salah satu seruling dari seruling seruling keluarga Daud

(HR. Muttafaq ’alaih dari hadist Abu Musa)47

Demikianlah Rasulullah SAW mengangkat kadar orang-orang yang

mempunyai kelebihan di antara sahabat-sahabatnya agar diketahui oleh

khalayak, sehingga mereka mempelajari sesuatu dari ahlinya dan

memanfaatkannya. Berangkat dari situ, lazimlah seorang pendidik (Guru)

untuk senantiasa memanfaatkan kondisi baik murid-muridnya, mengangkat

(menjunjung) setiap kelebihan atau kemampuan yang dimiliki murid-

muridnya, menumbuhkan ambisi mereka terhadap Al-Haq, berlomba-lomba

dalam keadilan serta mengabarkan kepada yang lainnya tentang kelebihan

murid-muridnya sehingga mereka mau berusaha untuk menyainginya dalam

kebaikan jika mampu.48

Sementara itu, dalam bahasa arab ”ganjaran” diistilahkan dengan kata

”tsawab”. Kata ”tsawab” banyak ditemukan dalam Qur‟an, khususnya

ketika kitab suci ini berbicara tentang apa yang akan diterima oleh seseorang

baik di dunia maupun diakhirat dari amal dan perbuatannya. Kata”tsawab”

tersebut dalam surah Ali Imran ayat 145, 148, dan 195, surah An-Nisa ayat

46

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 69 47

Imam Muslim, shahih muslim(Amman: Al-Maktab al-Islami, 2000) no 793. H 546 juz 1. 48

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 71-72

Page 36: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

67

134, surah Al-Kahfi ayat 31, dan surah Al-Qashash ayat 8049

. Sebagaimana

dapat dilihat dari firman Allah SWT :

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,

sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya. barang siapa

menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia

itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula)

kepadanya pahala akhirat itu. dan kami akan memberi balasan kepada

orang-orang yang bersyukur.(QS.Ali Imran : 145)

Kata ”tsawab” identik dengan ganjaran yang baik, seiring dengan hal ini,

maka yang dimaksud dengann kata tsawab dalam kaitannya dengan

pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik

terhadap anak didik. Berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam

memberikan ganjaran, antara lain:

a. Pujian yang indah, diberikan agar anak didik lebih bersemangat dalam

belajar.

b. Imbalan materi/hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi

dengan pemberian hadiah.

c. Do‟a, misalnya ”semoga Allah SWT menambah kebaikan padamu ”.

d. Tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi

murid atas prestasi yang diperolehnya.

e. Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang

berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orangtuanya

dirumah.50

49

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 125

Page 37: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

68

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa metode

memberikan ganjaran dalam makna memberikan sugesti yang baik dan

lainnya harus diberikan seorang pendidik (Guru) karena hal itu dapat memacu

semangat anak didik dalam belajar.

3. Metode Pemberian Hukuman

Sikap kelembutan akan tampak lebih jelas lagi dalam mencurahkan rasa

kasih sayang terhadap yang salah. Sebab kesalahan tidak harus dihadapi

dengan kekerasan dan paksaan atau dengan penghinaan dan olok-olokan,

karena sikap ini akan merendahkan kepribadiannya dan mengecilkan

nyalinya. Contoh yang paling baik dalam menyikapi yang berbuat kesalahan

adalah sikap Rasulullah SAW, beliaulah manusia yang paling mampu

membaca situasi dan mengimbangi kondisi serta memahami setiap orang.

Sehingga ketika orang Badui yang kurang sopan dan tidak tahu malu_buang

air kecil (kencing) sembarangan di salah satu sudut mesjid di tengah-tengah

orang banyak, beliau tidak marah. Beliau malah mendekatinya dengan sikap

yang sesuai untuk orang tersebut yakni dengan lemah-lembut. Dengan

mempertimbangkan latar belakang dan kondisi kehidupan orang badui

tersebut, Rasulullah SAW tidak memperkenankan protes yang dilancarkan

oleh para sahabatnya terhadap orang dimaksud, lalu memberitahu mereka

bahwa mengatasi masalah tersebut tidak sulit, sebab dimesjid tidak dipelatari

oleh tembok melainkan hanya kerikil-kerikil, maka cukup dengan

menyiramkan air untuk mencucinya. Kemudian mengingatkan mereka ( para

sahabat) yang akan diterapkan kepada segenap manusia harus bersifat

mempermudah dan bukan mempersulit.51

Dalam Bahasa Arab ”hukuman” diistilahkan dengan ”iqab, jaza, dan

’uqubah”. Kata ”Iqab” bisa juga berarti balasan. Firman Allah SWT dalam

Surat Al-Anfal ayat 13;

50

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam …, hal 127-128 51

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 47-49

Page 38: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

69

(Ketentuan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya mereka

menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan

Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-

Anfal : 13)

Dapat dipahami bahwa kata ”iqab” ditujukan kepada balasan dosa

sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Dalam hubungannya dengan

pendidikan islam ”iqab” berarti:

a. Alat pendidikan Preventif dan represif yang paling tidak

menyenangkan.

b. Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta anak didik.

Istilah ”Iqab” sedikit berbeda dengan ”tarhib”, dimana ”iqab”

telah berbentuk aktifitas dalam memberikan hukuman, seperti

memukul, menampar, menonjok, dan lain-lain. Sementara ”tarhib”

adalah berupa ancaman pada anak didik bila ia melakukan suatu

tindakan yang menyalahi aturan.

Prinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa

hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan

tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk

menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. Oleh

karena itu agar pendekatan ini tidak terjalankan dengan leluasa, maka setiap

pendidik hendaknya memperhatikan syarat-syarat dalam pemberian hukuman,

yaitu;

a. Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih, dan sayang.

b. Harus didasarkan pada alasan ”keharusan”

c. Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik.

d. Harus menimbulkan kesan di hati anak.

Page 39: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

70

e. Diikuti dengan permintaan maaf dan harapan serta kepercayaan.52

Sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa,

pemberian hukuman haruslah ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses

pendidikan. Seorang pendidik harus dapat mengambil pelajaran dari cara

Rasulullah dalam memberikan hukuman kepada orang yang berbuat kesalahan

tidaklah baik bagi seorang pendidik untuk seenaknya mengaplikasikan

hukuman kepada anak didik terlebih lagi hukuman fisik, hendaknya pendidik

harus memperhatikan syarat dalam hukuman peserta didik yaitu, hukuman

harus mengandung makna edukasi, harus tetap dalam jalinan kasih sayang,

dan lain-lain yang bermakna positif.

4. Metode Tanya Jawab53

Betapa banyak metode yang dipakai Rasulullah SAW, diantara

metode lainnya adalah metode konklusi yang dimaksudkan untuk

menyimpulkan hakikat ilmiah dari murid-muridnya atau paling tidak untuk

membuka cakrawala pemikiran mereka, sehingga pada akhirnya mereka

mampu untuk lebih mendalaminya lagi setelah terlebih dahulu dirangsang

jiwanya, mampu mengkonsentransikan pikiran mereka untuk mengetahuinya,

yaitu dengan cara melontarkan pertanyaan kepada mereka untuk dijawab jika

mereka tahu, atau mendengarkan jawabannya yang benar dari beliau jika

mereka belum tahu.54

Sebagai contoh adalah ucapan beliau pada suatu hari kepada para

sahabatnya: ”siapa yang kalian anggap kuat diantara kalian?” mereka

menjawab; ”yang tidak terkalahkan oleh orang lain”. ”Beliau bersabda:

52

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 129-131 53

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam …, hal 140 54

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 117

Page 40: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

71

Bukan itu, akan tetapi yang menguasai dirinya ketika marah (Shahih Muslim dari

Ibnu Mas’ud)55

Pada kisah diatas Rasulullah SAW tidak langsung menyebutkan apa

yang dimaksudnya, kecuali setelah terjadi dialog dan tanya jawab serta diskusi

yang melahirkan kepenasaran mereka untuk mengetahui hakikat yang

sebenarnya, muncullah jawaban yang terang dan jelas dari lidah beliau.56

Pengertian lain dari metode tanya jawab adalah: cara penyajian

pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru

kepada murid atau dapat juga dari murid kepada guru. Dalam sejarah

perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode ini

sering dipakai Nabi SAW dalam mengajarkan ajaran yang dibawanya kepada

umatnya. Metode ini termasuk metode yang paling tua di samping metode

ceramah, namun efektifitasnya lebih besar daripada metode lain. Karena,

dengan metode tanya jawab, pengertian dan pemahaman dapat diperoleh lebih

mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap

terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.57

Dalam ajaran islam, orang yang berilmu apabila ditanya tentang ilmu

pengetahuan ia wajib menjawab sebatas kemampuannya, bila tidak maka Allah

akan mengancamnya dengan siksaan yang amat pedih. Sebagaimana sabda

Nabi SAW:

Barang siapa yang ditanya tentang ilmu yang memang dia ketahui tetapi enggan

memberi tahu (menyembunyikan) maka mulutnya akan dikekang dengan kendali api

neraka (HR.Imam Turmudzi dan Abu Daud)58

55

Imam Muslim, shahih muslim (Amman: Al-Maktab al-Islami, 2000) cet.1. no.6807. h 30.juz 8

56 Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 119-120 57

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 141 58

Shahih Muslim, shahih muslim (Amman: Al-Maktab al-Islami, 2000) No 2861. Hal 151. Hal 10

Page 41: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

72

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metode tanya

jawab adalah penyampaian materi pelajaran dengan cara mengajukan

pertanyaan dan murid menjawab. Hal ini sudah diterapkan oleh Raulullah

SAW, Beliau dalam menyampaikan pelajaran terkadang selalu membuat

sahabat penasaran dan akhirnya menimbulkan pertanyaan oleh para sahabat

inilah bagian dari metode tanya jawab.

5. Metode Demonstrasi59

Diantara asas-asas dasar pengajaran dari Sunnah Rasulullah SAW

yang lain adalah: menggunakan alat bantu yang dapat dilihat atau didengar

untuk membantu penjelasan materi yang dimaksud. Berikut ini adalah sebagian

dalil-dalil yang menguatkan pendapat diatas:60

Diriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud ra, bahwa Rasulullah SAW pernah

mencoretkan suatu garis dengan tangannya, lalu berkata: ”inilah adalah jalan

allah yang lurus”, kemudian beliau mencoretkan garis lain disamping kanan

dan kiri garis pertama tadi lalu berkata: ”pada jalan-jalan ini sebenarnya tidak

ada jalan Allah, kecuali di atasnya terdapat syaithan yang mengajak

kepadanya”. Kemudian beliau membacakan ayat:

Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka

ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena

jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu

diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(QS. Al-An’am 153)

Nabi SAW sering menggunakan metode ini untuk mengundang perhatian

orang yang lengah, diantara contohnya adalah sabda beliau yang diriwayatkan

oleh Muslim dan lainnya:

59

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 190 60

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 103

Page 42: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

73

ketakwaan ada disini, seraya beliau menunjuk ke dadanya tiga kali.”(HR.Imam

Muslim)61

Isyarat ke arah dadanya menunjukkan hakikat dan tempat ketakwaan.

Sebagai penjelasan yang lebih gamblang dari ucapannya :”ketakwaan

tempatnya adalah hati”. Ucapan ini sering kali diungkapkan kepada orang-

orang dan didengar oleh mereka tapi tidak disertai dengan hati.62

Metode demonstrasi titik tekannya adalah memperagakan tentang

jalannya suatu proses tertentu. Metode demonstrasi dapat digunakan dalam

penyampaian bahan pelajaran fiqh, misalnya bagaimana cara berwudhu yang

benar, bagaimana cara shalat yang benar, dan lain-lain. Sebab kata-kata

demonstrasi diambil dari kata ”domontration”(to show) yang artinya

memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu.63

Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan dari metode

demonstrasi yang antara lain metode ini dapat membantu siswa untuk

mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan, karena siswa

tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat bahkan mempraktekannya secara

langsung. Sungguh hal ini telah diajarkan Rasulullah SAW pada masa hidup

beliau, hendaknya bagi para pendidik (Guru) dapat menggunakan metode

demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar.

6. Metode Ceramah64

Diantara etika pengajaran dan asas-asas dasarnya yang tersirat dari As-

Sunnah An-Nabawiyah adalah: memilih ungkapan dan ucapan yang paling

mendekati kadar penalaran murid dan hatinya serta paling berkesan pada

pendengaran dan penglihatannya. Hal itu dimaksudkan untuk membantu guru,

agar dapat menyampaikan ilmunya kepada murid-muridnya dengan baik dan

61

Imam Muslim, shahih muslim (Amman: Al-Maktab al-Islami, 2000) No 2564. Hal 1986 juz 4 62

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 104 63

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 190 64

64

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam …, hal 135

Page 43: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

74

membantunya agar dapat memantapkannya pada telinga dan jiwa mereka.

Orang yang mempelajari as-Sunnah dan banyak menggali kitab-kitab hadits

akan banyak menemukan ungkapan-ungkapan pendidikan dan pemakaian alat

bantu/alat peraga (audio visual) yang dianggap oleh mayoritas pakar

pendidikan sebagai sesuatu yang aneh yang berasal dari warisan islam.

Rasulullah SAW menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

khutbahnya yang bersifat umum, waktu shalat Jum‟at, hari raya (Idul fitri dan

idul Qurban) dan semacamnya. Karena metode inilah yang paling cocok.

Kendati begitu, beliau tidk sepenuhnya menggunakan metode ceramah, beliau

membubuhinya dengan unsur-unsur pengajaran tertentu yang mengundang

pandangan (penglihatan), perhatian dan konsentrasi. Sebagai contoh yaitu

khutbah haji wada‟ yang beliau sampaikan di hadapan khalayak banyak, yang

diketahui oleh seluruh jaziarah Arab masa itu. Saat mengawali khutbahnya,

beliau menggunakan metode yang tidak pernah dipakai oleh kebanyakan orator

dalam menyampaikan pidatonya dan tidak pernah digunakan oleh kebanyakan

para pemimpin dalam menyampaikan sambutannya.65

Metode ceramah dikenal juga sebagai metode kuliah, karena umumnya

banyak dipakai diperguruan tinggi, dan disebut pula sebagai metode pidato

atau khutbah. Dalam bahasa inggris metode ceramah disebut dengan ”lecturing

method” atau ”telling method” metode ini adalah metode yang sangat sering

digunakan, karena metode ini sangat mudah untuk dilakukan. Sejak zaman

Rasulullah SAW metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang

dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menyampaikan wahyu kepada umat

dalam sebuah hadist, Nabi SAW bersabda:

sampaikanlah olehmu walaupun itu satu ayat (Al-Hadist)

Hal ini berkenaan dengan firman Allah SWT:

65

Yusuf Al-Qardhawi, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus, 1994), cet.1 hal 109-110

Page 44: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

75

Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa

Arab, agar kamu memahaminya.

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan

Al Quran Ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (Kami

mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum Mengetahui.

(QS. Yusuf 2-3)

Ayat diatas menerangkan bahwa tuhan menurunkan al-Qur‟an dengan

memakai bahasa arab dan menyampaikannya kepada Nabi SAW dengan jalan

cerita dan ceramah. Dari pemaparan sebelumnya dapat dikatakan bahwa

metode ceramah masih merupakan metode mengajar yang masih dominan dan

paling banyak dipakai.66

Dengan demikian dari metode ceramah dapat diambil kesimpulan

bahwa metode ceramah di mana cara penyampaian materi pelajaran kepada

anak didik dengan penuturan/lisan. Pendidik mempersiapkan metode ceramah

yang efektif dan tidak membuat anak didik bosan dan jenuh karena metode ini

semuanya berpusat pada seorang guru.

Islam dalam persepsi As-Sunnah telah menetapkan asas-asas dan

kaidah-kaidah belajar dan pengajaran yang telah menjadi tolak ukur seperti

yang telah dikemukakan beberapa kerangka metode pembelajaran dalam

pendidikan. Bahwa pengajaran, dan pengajaran tersebut telah membentuk

pribadi muslim yang mampu berjihad dalam bidang pendidikan. Maka dalam

hal ini perlunya diperhatikan kerangka-kerangka konsep metode pengajaran

tersebut.

66

Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat pers, 2002) cet.

1 hal 136-137

Page 45: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan di bawah ini bahwa :

1. Pengertian jihad bukan hanya perang saja karena perang menjadi wajib

dengan sebab-sebabnya, tetapi lebih luas dari itu jihad adalah

mencurahkan segala kemampuan dengan sesungguhnya baik berupa harta,

ilmu, tenaga, pikiran, dan sebagainya yang didasari oleh keikhlasan demi

memuliakan agama Allah SWT dan memperoleh Ridha Nya.

2. Ayat Al-Qur’an pada surat At-Taubah ayat 122 jelas menunjukkan

wajibnya kepada kita untuk berjihad di jalan Allah melalui pendidikan

yakni mengentaskan kebodohan dan memperbaiki akhlak.

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Qs.At-Taubah:122)

Page 46: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

77

Ayat di atas jelas menunjukkan kepada kita tidak seharusnya untuk

semuanya berjihad ke (medan perang) tapi kita juga diharuskan untuk

berjihad dalam pengajaran dan pendidikan, hal ini mengingatkan betapa

pentingnya pendidikan dan pengajaran diniyah. Kata nafar dalam ayat

diatas jelas menuju kepada pendidikan dan pengajaran yang biasa di

gunakan untuk berjihad.

3. Menurut Yusuf al-Qaradhawi Jihad ini terbuka luas, belum pernah seluas

sekarang ini, yaitu melalui audio visual, melalui media elektronik, saluran

satelit dan jaringan internet serta media-media lainnya yang membutuhkan

tenaga dan dana besar. Ini yang selalu penulis katakan, jihad modern. Oleh

sebab itu, kita mesti memberikan perhatian terhadap persoalan yang hakiki

ini dari segi pemikiran dan tindakan. Kita harus membuat rencana

pengembangan dan rancangan yang sesuai untuk mempersiapkan

”Pendidikan Islam yang sempurna dan Modern” yang terus mengikuti

perkembangan anak-anak muslim sejak dari buaian, hingga mereka keluar

dari universitas, dengan menggunakan metode yang sesuai, sistem yang

menarik, sarana audio visual, teknologi canggih, yang dapat mewujudkan

pentingnya agama bagi kehidupan, dan menegaskan kesempurnaan Islam,

keadilan hukum-hukumnya, kemu’jizatan kitab sucinya, keagungan Rasul,

keseimbangan peradaban dan kekekalan umatnya.

4. Untuk melaksanakan pendidikan yang sempurna dan modern sebagai

bagian daripada makna jihad dalam kategori jihad dalam pendidikan dan

pengajaran hendaknya dalam pengajaran di sekolah menggunakan metode-

metode yang sesuai dengan perkembangannya.

5. Menuntut ilmu adalah jihad. Orang yang menuntut ilmu sama pahala nya

dengan orang yang berjihad (berperang di jalan Allah). Karena orang yang

menuntut ilmu memerlukan perjuangan, kesungguhan, ketekunan dan

memerangi segala bentuk godaan dan cobaan. Jihad melalui jalur ilmu ini

untuk saat ini sangat mendesak agar umat islam dapat maju dan

berkembang dalam segala bidang.

Page 47: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

78

B. Saran

Berkenaan dengan skripsi ini, maka penulis menyampaikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Para ulama dan ahli hukum Islam hendaknya harus selalu memberikan

penjelasan dan pengertian kepada Umat muslim pada umumnya bahwa

kata “jihad” tidak selamanya tepat diartikan sebatas satu pengertian seperti

peperangan bersenjata saja, namun meliputi segala bentuk kebajikan yang

diridhai Allah SWT.

2. Kepada semua komponen masyarakat hendaknya mewaspadai gerakan-

gerakan yang mengarah kepada kekerasan (gerakan radikal) yang

mengatasnamakan ajaran islam. Karena pada hakekatnya islam adalah

agama yang damai sesuai dengan konsepnya rahmatan lil ‘alamin dan

sama sekali islam tidak mengajarkan kekerasan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

3. Agar umat Islam mampu bangkit dari keterpurukan dan ketertinggalan

dalam berbagai bidang kehidupan, terutama di Indonesia yang merupakan

mayoritas muslim di dunia, maka sangatlah diperlukan untuk

mengembangkan potensi umat yaitu dengan ilmu (melalui pendidikan) dan

iman, dan inilah yang menurut penulis hakikat jihad yang sebenarnya,

yakni mengembangkan potensi umat. Guru berjihad dengan ilmu dan

pendidikannya dengan baik, orang kaya dengan hartanya, karyawan

dengan pekerjaannya yang baik, seniman dengan hasilnya yang baik, dan

seterusnya. Masing-masing orang berjihad dengan kadar kemampuannya.

4. Hendaknya bagi para pendidik (guru) mengajarkan kepada anak didik

dengan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan

zaman . Sebaiknya bagi para pendidik memanfaatkan perkembangan Ilmu

Teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dalam kegiatan

pembelajaran.

5. Bagi para umat islam hendaknya apabila ingin memahami ayat-ayat jihad

dipahami dengan penuh kehati-hatian, maka pahamilah ayat-ayat tersebut

dengan keilmuan, jangan memahami ayat al-qur’an dari lafadznya saja.

Page 48: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

79

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maududi, dkk, jihad bukan konfrontasi; meluruskan makna jihad islam dalam

realitas dalam kehidupan masyarakat modern ( jakarta: cendekia sentra

muslim) 2001

Ahmadi, Abu Metodik Khusus Pendidikan Agama (MKPA), (Bandung: CV.

Armico,1985)

Arifin, H M Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),cet.1

Arief, Armai,pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam (Jakarta; ciputat

pers, 2002) cet. 1

Asqalani, Ibnu Hajar. Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, kaherah: Dar al-

Rayyan, 1986.

Azzam, Abdullah. Tarbiyah Jihadiyah, Solo: Pustaka al-‘Alaq, 2003.

Bukhari, Imam. Mukhtasar Shahih Bukhari, Damsyiq, Dar al-‘Ulum, 1999.

Djaelani, Abdul Qadir. Jihad fi sabilillah dan tantangan-tantangannya.(

jakarta:CV. Pedoman ilmu jaya) cet.1

Chirzin, Muhammad. Jihad menurut Sayyid Quthub dalam Tafsir Zhilal, Solo:

Era Intermedia, 2001

Esposito, Jhon L. (ed.), Ensiklopedi Oxford; Dunia Islam Modern, Bandung:

Mizan, 2001.

Ghazali, Syeikh Muhammad Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, terj. Drs. HM.

Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq, S.Ag. (Jakarta: Gaya Media Pratama),

cet.

Harun, Salman tahdzib jurnal pendidikan agama islam. ( jakarta: jurusan

pendidikan agama islam FITK 2008.

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A1764_0_3_0_m. 25 april 2010

http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A4016_0_3_0_M. 25 april 2010

http://hujanderas.wordpress.com/2007/02/24/reaktualisasi-makna-jihad-di-era-

global/. 19 mei 2010

Haekal, Mohammad Khair. Al-Jihaad wa Al-Qitaal, juz 2.

Ibnu Hajar, Al-Hafidz. Fath Al-Bariy, juz 6.

Page 49: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

80

Khuraisyi, Sulaiman bin Shalih. Pemikiran Dr. Yusuf Al-Qaradhawi Dalam

Timbangan, terj. M. Abdul Ghofar, Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2003.

Komari dan Ahmadi, A. Perang dan Damai dalam Islam, Bandung: CV. Pustka

Setia, 1995.

L, Amin widodo fiqh siasah dalam hubungan internasional (Yogyakarta:Tiara

Wacana Yogya,1994)

Ma’arif, A.Syafii. meluruskan makna jihad,(jakarta:CMM 2005) cet.pertama

Mahjub, Muhammad. ‘Ulama wa Mutafakkirun ‘Araftuhum, Beirut: Daar al-

Nafais, 1977.

Mascaty, Hilmi Bakar. Panduan Jihad untuk Aktivis Gerakan Islam, Jakarta:

Gema Insani Press, 2001.

Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, t.t. jilid 2.

Manzur, Ibnu. Lisan al-Arab, Kaherah: ad-Dar al-Mishriyyah li al-Ta’lifil wa al-

Tarjamah, t.t. jilid 3.

Muslim, Imam. Mukhtashar Shahih Muslim, (Amman: Al-Maktab al-Islami,

2000) cet.1.

Nata, Abudin. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),

_______, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), cet.1

Nawiy, Syamsudin Ramadhan. “Hukum Islam Seputar Jihad dan Mati Syahid”.

Omar Muhammad Al- Toumy Al- Syaibany, falsafah pendidikan islam, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1979), cet. 1

Qaradhawi, Yusuf. Terjemah Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-

Qur’an dan As-sunnah, Jakarta: Penerbit Robbani Press, 1996.

_______. Syaikh Muhammad al-Ghazali yang Saya Kenal: Setengah Abad

Perjalanan Pemikiran dan Gerakan Islam, Jakarta: Robbani, Press, 1997.

_______. Membangun Masyarakat Baru, terj. Rusydi Helmi, Jakarta: Gema

Insani Press, 2000.

_______. Fiqhul Ikhtilaf, terj. Ainur Rafiq Saleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press,

1995), cet. Ke-3,

Page 50: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

81

_______. Ijtihad Dalam Syariat Islam Beberapa Pandangan Analitis tentang

Ijtihad Kontemporer, terj. Drs. H. Achmad Syathori, Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1987.

_______. Fiqh Prioritas Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur’an dan As-

Sunnah, terj. Bahruddin F. Jakarta: Robbani Press 1996.

_______. Konsep Islam Solusi Utama Bagi Umat, terj. M. Wahib Aziz, Lc.

Jakarta: Senayan Abadi Publishing 2004.

_______. Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi A.M, Bandung: Mizan Media

Utama 2001.

_______.70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun Kilas Balik Dakwah Tarbiyah dan

Jihad. terj. H. Mustolah Maufur, MA. & H. Abdurrahman Husain, MA.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 1999.

_______.Retorika Islam Bagaimana Seharusnya Menampilkan Wajah Islam, terj.

H.M. Abdillah Noor Ridlo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2001.

_______, Konsepsi Ilmu Dalam Persepsi Rasulullah ( Kerangka Dasar Metode

Pengajaran) terj. Amir Hamzah Fakhrudin dkk, (Jakarta: CV Firdaus,

1994),

Qasimi, Syaikh Dzafir. al-Jihad wa al-Huquq ad-Dauliyah al-Ammah fi al-Islam,

Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1986.

Qayyim, Ibnu. Zaad al-Ma’ad, Beirut: al-Risalah Publishers, 1998.

Qudamah, Ibnu. Al-Mughniy juz 10.

Qurthubiy, Imam. Jaami’ Al-bayan Fi Tafsir Al-Qur’an, juz 2.

Ramadhan, Abdul Baqi. al-Jihad Sabiluna, Tabuk: Muthobi’ al-Shamal al-Qubra,

1986.

Rusyd, Ibnu. Muqaddimah, Beirut: Dar al-Fiqr, t.t.

Sofyan, Ahmadi. Islam On Jihad, Jakarta: Lintas Pustaka, 2005

Taimiyah, Ibnu. Majmu’ al-Fatawa, Beirut: Dar Fiqr, t.t.

Talimah, Isam. Minhaj Figh Yusuf al-Qaradhawi, tej. Samson Rahman, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Yazdi, Mishbah. Perlukah Jihad ? Meluruskan Salah Paham tentang Jihad dan

Terorisme, terj. Akmal Kamil, Jakarta: Al-Huda, 2006.

Page 51: BAB III - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21723/2/YUNAN... · -Qaradhawi dalam Timbangan, karangan Sulaiman ... dipimpinnya menyerukan kemerdekaan

82

Zuhairini Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah

Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983),