bab iii

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yakni praktek ilmu kedokteran gigi anak yang harus dikelola dengan suatu filosofi sederhana tetapi mendasar. Apa yang terkandung dalam filosofi ini merupakan suatu tekad untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa percaya dan kerja sama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik serta tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan sekarang tetapi juga mengusahakn masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi. Kunjungan pertama digunakan untuk menarik perhatian anak atau merupakan tahap pengenalan anak terhadap dokter gigi dan lingkungannya dan diharapkan pada kunjungan pertama ini didapatkan dasar yang tepat yang diperlukan guna melakukan perawatan pada gigi anak tersebut. Rencana perawatan pada saat menangani pasien merupakan suatu tindakan yang dilakukan agar mampu menyembuhkan atau memulihkan kondisi atas keluhan yang dikatakan oleh pasien terutama pasien yang dihadapi adalah pasien anak-anak. Sebelum melakukan rencana 1

Upload: silvia-dona

Post on 14-Aug-2015

457 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pedodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yakni

praktek ilmu kedokteran gigi anak yang harus dikelola dengan suatu filosofi

sederhana tetapi mendasar. Apa yang terkandung dalam filosofi ini merupakan

suatu tekad untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa

percaya dan kerja sama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik

dan baik serta tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan sekarang tetapi

juga mengusahakn masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan

tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi.

Kunjungan pertama digunakan untuk menarik perhatian anak atau

merupakan tahap pengenalan anak terhadap dokter gigi dan lingkungannya dan

diharapkan pada kunjungan pertama ini didapatkan dasar yang tepat yang

diperlukan guna melakukan perawatan pada gigi anak tersebut.

Rencana perawatan pada saat menangani pasien merupakan suatu tindakan

yang dilakukan agar mampu menyembuhkan atau memulihkan kondisi atas

keluhan yang dikatakan oleh pasien terutama pasien yang dihadapi adalah pasien

anak-anak. Sebelum melakukan rencana keperawatan tentunya banyak prosedur

yang harus dilakukan sebelum menghasilkan suatu rencana perawatan,

diantaranya adanya pemeriksaan penunjang, obyektif maupun subyektif dan itu

semua dilakukan agar memperoleh rencana perawatan dan diagnosa yang tepat

serta pada nantinya akan memperoleh suatu kepuasan pada diri pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemeriksaan terhadap pasien anak-anak yang benar ?

2. Bagaimana cara menentukan diagnosa yang benar pada kasus Pedodonsia ?

3. Bagaimana rencana perawatan bagi pasien Pedodonsia ?

1

Page 2: BAB III

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan terhadap pasien anak-anak yang benar.

2. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosa yang benar pada kasus Pedodonsia.

3. Untuk mengetahui rencana perawatan bagi pasien Pedodonsia.

2

Page 3: BAB III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Semua kasus yang ada di dalam dan sekitar mulut, baik gigi sulung

maupun gigi tetap serta jaringan sekitar mulut anak termasuk dalam perawatan

gigi anak. Batasan usia yaitu 12 tahun ke bawah; usia dapat lebih dari 12 tahun

apabila penderita mempunyai mental mental seperti anak-anak (anak penderita

cacat mental = tuna grahita). Disiplin ilmu yang mendukung perawatan gigi anak

adalah semua cabang ilmu kedokteran gigi serta kedokteran umum, psikologi, dan

lain-lain khusus tentang anak-anak, menyangkut masalah gigi dan mulut

(Pedodonsia).

Perawatan gigi anak memerlukan perencanaan yang baik dan tepat

sehingga anak mendapatkan perawatan seoptimal mungkin. Prinsip perawatan

anak hendaknya sederhana dansesingkat mungkin, tanpa mengurangi prinsip

perawatan ideal. Sebagai kesimpulan dari hasil pemeriksaan gigi dan mulut anak

secara teliti, dapat dibuat diagnosis yang tepat sehingga dapat direncanakan

perawatannya. (Suharsono, Ismu. 1991)

Anak yang untuk pertama kali dating ke klinik perlu didampingi orang

tuanya atau orang yang tahu keadaan anak sejak dalam kandungan. Pendamping

ini diperlukan untuk mengisi kuesionersangat diperlukan untuk lebih

memperlancar pekerjaan sehingga perawatan gigi akan memberikan hasil yang

lebih baik. (Suharsono, Ismu. 1991)

Pengisian kuesioner dapat dilakukan di ruang tunggu saat anak menunggu

giliran. Pengantar dapat dengan bebas dan tenang mengisi kuesioner, tanpa

dipengaruhi oleh sipenanya. Bila pertanyaan kurang jelas bagi sipengantar, dapat

ditanyakan saat dokter gigi mengevaluasi hasil kuesioner tersebut. (Suharsono,

Ismu. 1991)

Diagnosa merupakan suatu tindakan untuk menentukan adanya penyakit

yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya. Gejala merupakan

3

Page 4: BAB III

sebagian informasi yang perlu dicari dalam diagnosa yaitu suatu fenomena

permulaan dari suatu yang normal ke arah indikasi suatu penyakit.

Tujuan perawatan adalah mengembalikan fungsi oral, estetik, kesehatan

dan kenyamanan pada penderita dengan cara merestorasi giginya dan mencegah

karies ulang

Prosedur Diagnosa Pedodonsia

Sebelum perawatan dimulai, lakukan dahulu pemeriksaan yang teliti

termasuk pembuatan radiograf yang tepat. Pemeriksaan mencakup riwayat

penyakit umum, keluarga, penyakit gigi, penilaian kemampuan anak dalam

bekerja sama selama perawatan, oklusi dan kemampuan melakukan perawatan

mulut di rumah. ( D.B. Kennedy, 1992 :14)

Pemeriksaan

Pemeriksaan klinik

1. Pemeriksaan ekstraoral

Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatn riwayat

dapat diperiksa lebih lanjut.

2. Pemeriksaan intraoral

Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya

dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian

anak juga harus duduk tenang pada kursi perawatan.

Pada anak yang sangat muda, pendekatan sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi

dengan menanyakan “berapa banyak gigimu?” dan menganjurkan mari kita

hitung. Ini tentunya kurang menakutkan bagi anak-anak. Perawatan sederhana

dapat dimulai dengan anak dipangku orangtua, bila anak sudah percaya diri, ia

akan senang hati duduk sendiri.

Jika anak sudah besar dan tidak kooperatif setelah pencatatan riwayat dan tidak

mau duduk pada kursi perawatan, lebih baik menunda pemeriksaan mulut dan

mulai dengan proses pembentukan tingkah laku.

Pemeriksaan radiografi

4

Page 5: BAB III

Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan

yang diperlukan mengenai pasien, di sini mungkin tidak diperlukan radiografi.

Bagaimanapun juga radiografi biasanya diperlukan untuk satu atau alas an-alasan

sebagai berikut :

a. Untuk mendiagnosa karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa

dilihat dengan pemeriksaan klinis

b. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi

c. Untuk menemukan gangguan kusus, misalnya kondisi jaringan periapikal

yang berhubungan dengan gigi-gigi non vital atau yang mengalami

trauma.

Riwayat kasus

1. Identitas anak

a. Nama (termasuk nama singkat, atau nama kecil, alamat, sekolah).

Alasannya yaitu dokter gigi harus memanggil dengan nama yang

disukainya, agar terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan. Hal ini

dapat memperlancar perawatan, tigkah laku dan kemampuan anak untuk

beradaptasi dengan lingkungan

b. Usia perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan

perkembangan fisik mental anak

c. Nama orangtua

Untuk menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemamupuan

orangtua dan perawatn dapat disesuaikan dengan kesempatan orangtua

mengantar anaknya. Alamat rumah juga perlu ditanyakan untuk

memperkirakan jarak perjalanan ke klinik gigi.

Pemeriksaan sekitar mulut

Dimulai dari bentuk muka (simetris atau asimetris).

Asimetris : dapat disebabkan adanya pembengkakan ekstra oral atau memang

adanya kelainan sejak lahir

Pemeriksaan rongga mulut

Pemeriksaan ini dimulai dari bibir, sudut bibir. Dengan ditemukannya

kelainan di bibir dapat ditentukan rencana perawatan atau koreksi untuk

memperbaiki kelainan tersebut .

5

Page 6: BAB III

Pemeriksaan frenulum digunakan untuk mengetahui bahwa

perlekatanfrenulum labialis atas yang pendek dan besar dapat menyebabkan

terbentuknya diastema sentral gigi atas sedangkan perlekatan frenulum lingualis

yang tinggi mengakibatkan kesulitan dalam pengucapan kata.

Mukosa mulut labial dan bukal sera gingival perlu diperiksa. Perlu

dicatat adanya lesi, benjolan atau ulkus, perubahan warna serta konsistensi dan

stipplingnya, harus dicatat juga regio dimana lokasinya.

Bentuk lidah yang terlalu besar menunjukkan adanya bekas atau tanad

gambaran gigi di pinggir lidah. Lidah kecil atau lidah yang mempunyai frenulum

pendek akan menyebabkan pergerakan lidah terbatas. Anak akan mengalami

gangguan dalam mengucapkan kata.

Kemudian pemeriksaan oklusi gigi, dilihat bagaimana hubungan oklusi

antara gigi molar satu tetap atas dan bawah, distoklusi, mesioklusi atau cusp to

cusp. Kemudian diperiksa adanya protrusi dan adanya gigi yang malposisi. Selain

itu kelainan oklusi yang perlu dicatat adalah supraoklusi, deep bite, rotasi.

2.2 Perawatan Gigi Anak

Untuk Pasien

Dental Health Education Pasien

- Petunjuk menggosok gigi

- Petunjuk flossing

- Penyuluhan diet

Untuk Masyarakat

Kampanye kesehatan gigi Pendidikan pada taman kanak-kanak Pendidikan

pada sekolah dasar Pendidikan pada klinikante- dan postnatal.

Umumnya dianggap bahwa karies gigi diawali oleh asam-asam yang

dihasilkan selama degradasi karbohidrat oleh bakteri dalam plak gigi. Berdasarkan

hal di atas, ada dua cara penting untuk mencegah karies gigi yaitu mengatur diet

karbohidrat dan membuang plak dari semua gigi. Dokter gigi harus berupaya

untuk mendidik pasiennya mengenai cara-cara ini dan tentu saja merupakan

tanggung jawab dokter gigi untuk mendidik masyarakat. Supaya efektif, cara-cara

6

Page 7: BAB III

yang digunakan pada pendidikan kesehatan gigi harus direncanakan dan

dilaksanakan dengan penuh keahlian. Tujuannya haruslah tidak hanya memberi

instruksi tetapi juga membujuk, keberhasilannya sangat tergantung pada ketulusan

dan minat yang diperlihatkan oleh seluruh anggota tim kesehatan gigi. (R.J

Andlaw, 1992)

7

Page 8: BAB III

BAB III

PEMBAHASAN

A. Cara pemeriksaan pasien anak

Kunjungan pertama merupakan salah satu yang paling penting dalam

pemeriksaan gigi anak karena pada kunjungan pertama ini diharapkan seorang

dokter gigi dapat memperoleh dasar yang nyata untuk mencapai hasil yang

maksimal dari perawatan yang akan dilakukan.

Tujuan kunjungan pertama ini diantaranya adalah :

1. Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua

2. Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien

3. Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila

diperlukan.

4. Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :

a. Profilaksis

Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh

mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan

b. Topikal Aplikasi Fluor

Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik

lain.

5. Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :

a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif

b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan

berikutnya.

c. Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan

untuk menyelesaikan perawatan.

Pada kunjungan pertama ini sebaiknya hanya untuk memperkenalkan

pada anak bagaimana rasanya memeriksakan gigi dan memperlihatkan bahwa

ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk

8

Page 9: BAB III

anak yang baru pertama kali berkunjung ke dokter gigi. Pemeriksaan terhadap

anak hendaknya dilakukan perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa dan alat yang

digunakan hendaknya dibatasi untuk menghindari rasa takut. Biarkan anak

bertanya tentang alat yang digunakan juga bila anak akan memegangnya

asalkan tidak berbahaya. Jawablah pertanyaan tersebut dengan jawaban yang

mudah dimengerti dan berikan contoh yang mudah dipahami anak. Para orang

tua biasanya mencoba mempersiapkan anak mereka pada kunjungan ke dokter

gigi, tetapi beberapa orang tua lebih banyak melakukan hal-hal yang buruk

daripada yang baik dalam usaha tersebut.

Oleh karena itu perlu menasehati orang tua bagaimana

mempersiapkannya. Pemeriksaan yang lebih terperinci dapat dilakukan tetapi

tanpa menggunakan probe/sonde. Alat plastik yang tumpul dapat digunakan

untuk menggantikan probe. Untuk anak yang sangat gelisah dokter gigi dapat

mengganti baju dokternya dengan baju biasa. Hal ini akan membuat dokter

gigi mempunyai penampilan seperti seorang bapak atau ibu.

MACAM-MACAM PEMERIKSAAN

Pemeriksaan terhadap pasien yang datang ke dokter gigi / klinik ada 3

(tiga) macam yaitu :

1. Pemeriksaan Darurat

Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang

dilakukan pada pasien yang datang dalam keadaan akut, pemeriksaan langsung

ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian tentukan diagnosanya

dan rawat keluhan utama tersebut.

Pemeriksaan lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan

berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang

memerlukan pemeriksaan darurat, :

a. Gangren Pulpa tertutup

Terapi : berikan antibiotik dan analgetik. Bila mungkin lakukan

trepanasi untuk membuka saluran akar sehingga gas

gangren/ gas H2S dapat keluar.

9

Page 10: BAB III

b. Pulpitis akut

Terapi : Berikan EF (Eugenol Fletcher) untuk mengurangi rasa

sakit, bila mungkin lakukan pulpotomi vital formokresol

(untuk gigi sulung), beri analgetik.

c. Abses disertai trismus

Pada keadaan yang demikian, berikan terlebih dulu antibiotik dan

setelah setelah pasien dapat membuka mulut, lakukan pemeriksaan untuk

mengetahui penyebabnya. Dapat juga dilakukan ronsen foto. Sedangkan

trismus derajat satu penyebabnya dapat diperiksa dengan membuka mulut

perlahan-lahan.

2. Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala).

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan

sebelumnya. Secara objektif dipakai untuk menilai :

- Hasil perawatan yang telah dilakukan

- Pemeliharaan kesehatan gigi

- Mencatat perubahan yang terjadi

Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali,

tergantung keadaan gigi pasien.

3. Pemeriksaan Lengkap

Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada

kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi :

_ Pencatatan Riwayat

a. Sosial

b. Gigi

c. Medis

_ Pemeriksaan anak

a. Ekstra Oral

b. Intra Oral

10

Page 11: BAB III

Pencatatan Riwayat

Pencatatan Riwayat

1. Sosial

Pemeriksaan sosial meliputi :

o Nama (termasuk nama kecil). Dokter gigi sebaiknya memanggil

pasien dengan nama yang disukai anak .

o Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang

peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan

sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi

dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih

jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien.

o Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama

ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu

didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi,

o sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.

o Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :Dokter yang merawat anak

dapat diminta keterangan atau rujukan

o Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan

mengenai kelainan herediter yang diderita anak.

o Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran)

untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna,

kelainan bentuk dan lain-lain)

2. Gigi

Keluhan

Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan,

mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan.

Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena

berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan

dapat diatasi.

Riwayat Keluhan

11

Page 12: BAB III

Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi,

kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-

putus (jika ya, berapa lama berlangsung, apakah timbul karena

rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu makan). Apakah

anak sampai tidak bisa tidur, menyebabkan anak gelisah dan

menangis terus.

Riwayat Kesehatan Gigi

Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau

tidak, apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya

mengapa diganti, perlu ditanyakan karena bila anak pernah

mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa

percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih

berhati-hati.

3. Medis

Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang

tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik,

kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus,

alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain

yang serius.

Pemeriksaan Ekstra Oral Anak

a. Penampilan umum, besar dan berat badan

Secara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat

sewaktu anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur

dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi

badan, usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi,

berat badan dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit

sistemik dan gangguan endokrin.

12

Page 13: BAB III

b. Kulit

Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat

dipakai sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau

sekunder dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau

muka yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan

gigi ditunda atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih

dulu.

c. Mata

Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata me –

nyebabkan pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi

telah selesai dan pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien

dirujuk ke dokter mata.

d. Bibir

Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk,

warna dan tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada

bibir sering dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering

menyebabkan memar pada bibir, reaksi alergi juga dapat terlihat.

e. Simetris Wajah

Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara

fisiologis misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga

meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah

patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf

kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu

asimetris wajah patologis pada anak – anak sering juga disebabkan karena

infeksi atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui

untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa

rasa sakit dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak

berhubungan dengan gigi lebih baik merujuk pasien ke dokter anak.

13

Page 14: BAB III

Pemeriksaan Intra Oral Anak

1. Pipi dan bibir bagian dalam

Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial,

dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan

atau perubahan lain.

2. Gingiva

Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan

konsistensinya. Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit

(terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada anak-

anak gigi yang mengalami gangren pulpa sering disertai fistel padagingiva

karena abses paradontal.

3. Lidah dan Tonsil

Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan.

Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah

harus diperiksa karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat

mengganggu bila berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum

lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga

mengganggu anak berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan

menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk.

Permukaan lidah anak umumnya licin, halus dan papila filiformis

relatif pendek. Pada awal penyakit exantematous, lidah berselaput putih keabu-

abuan atau putih kecoklatan. Selaput itu berisi sel yang mengalami

desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini sering juga terlihat pada

anak yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi atau stress dapat

menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan peru- bahan warna dan

pembengkakan.

14

Page 15: BAB III

Adanya pembesaran lidah yang patologis dapat disebabkan cretinisme,

mongolism atau tumor. Kebiasaan jelek pada lidah dapat menimbulkan

maloklusi.

Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue

blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasiatau pembengkakan.

4. Palatum

Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi padajaringan lunak

dan keras palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan,

kelainan bentuk dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi.

5. Gigi

Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat

sebelum masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi

dilakukan dengan memakai kaca mulut, ekskavator danpinset. Perlu diketahui

apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang

sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi

tetapi gigi sulung belum tanggal). Gigi persistensidan gigi yang mengalami

prematur loss akan mengganggu susunan gigi dan perkembangan lengkung

rahang.

Kelainan akibat pertumbuhan dan perkembangan dicatat, yaitu

meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur, warna dan bentuk gigi. Gigi

berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya (mesiodens, laterodens

atau paramolar). Kondisi pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan apakah

gigi berlebih tersebut perlu segera dicabut, menunggu waktu yang tepat atau

tidak perlu dicabut.

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris

No KRITERIA NILAI

1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau

pewarnaan ekstrinsik.

0

15

Page 16: BAB III

2.a.      Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak

yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau

kurang dari 1/3 permukaan.

b.      Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak

tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan

gigi sebagian atau seluruhnya.

1

3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang

menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3

permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.

2

4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang

menutupi permukaan tersebut seluas lebih 2/3 permukaan

atau seluruh permukaan gigi.

3

Debris index = Jumlah penilaian debris dibagi dengan jumlah

gigi yang diperiksa

Kriteria penilaian debris score :

Bersih : Bila tidak terdapat debris

Tidak bersih : Bila terdapat debris

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus

No KRITERIA NILAI

1. Tidak ada karang gigi 0

2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang

gigisupragingival menutupi permukaan gigi kurang dari

1/3 permukaan gigi.

1

3.a.       Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang

gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3

permukaan gigi.

b.       Sekitar bagian cervikal gigi terdapat sedikit subgingival.

2

4.a.      Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang 3

16

Page 17: BAB III

gigisupragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3

nya atau seluruh permukaan gigi.

b.      Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang

menutupi dan melingkari seluruh cervikal (A. Continous

Band of Subgingival Calculus).

Calculus indeks adalah hasil pembagian dari Jumlah penilaian calculus dibagi

dengan Jumlah gigi yang diperiksa

Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :

a.      Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6.

b.      Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8.

c.       Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0.

Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :

a.      Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.

b.      Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.

c.       Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.

OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil

penjumlahan Debris Index(DI) dan Calculus Index (CI). 

Rumus OHI-S =           Debris Index + Calculus Index

                                                           Atau

                                      OHI-S = DI + CI

Teknik pemeriksaan intraoral pada anak sebaiknya menggunakan

metode TSD, Tell – Show – Do. Hal ini bertujuan agar kecemasan anak saat

akan diperiksa bisa berkurang. Sesuai namanya, pada pemeriksaan intraoral

sebaiknya diberitahu dulu pada anak apa yang akan dilakukan, dengan

menggunakan alat apa. Kemudian pemeriksaan diperagakan dulu pada anak,

misalnya pada profilaksis penyikatan gigi dengan menggunakan sikat elektrik ,

17

Page 18: BAB III

sikat elektrik yang telah dipasang pada handpiece dilakukan dulu pada model,

agar anak bisa melihat bahwa suara mesin yang terdengar tidak akan melukai.

Setelah diperagakan dan anak sudah memahami dengan baik, pemeriksaan

dapat dilakukan pada rongga mulut anak. Jangan lupa untuk memuji atau

memberi hadiah si anak ketika dia sudah berani untuk melakukannya.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN

1. PENENTUAN VITALITAS

Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya

gigi dengan keadaan :

sesudah mengalami trauma

perubahan warna

kavitas yang dalam/penyebab abses

gigi penyebab kista atau pembengkakan lain

Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

Test sonde

Test termal

Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas.

Test elektrik dengan dento test

Test preparasi.

Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang

biasanya berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia,

dilakukan pemboran gigi secara hati-hati dan perlahan untuk

menentukan vitalitas gigi

Test perkusi.

Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman,

test dilakukan dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan

mendengarkan suaranya. Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non

vital suaranya lemah.

2. RONSEN FOTO

18

Page 19: BAB III

Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen foto antara lain:

a. Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering

dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak

sempurna (pada gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang

dan gigi tetap kontak titik).

Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna

sebaiknya dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi

karies yang sering tidak terlihat dengan mata yang disebut dengan

Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini digunakan untuk

membantu menegakkan diagnosa.

b. Mendeteksi ada – tidaknya kelainan perkembangan gigi. Misalnya

pada skenario pasien mengalami persistensi, foto rontgen dapat

digunakan untuk melihat apakah gigi pengganti gigi 62 tersebut

sudah terbentuk sempurna terutama pada bagian akar. Selain itu

apakah gigi permanen yang akan tumbuh disebelahnya mengalami

kekurangan tempat akibat gigi 62 yang belum tanggal.

c. Mengetahui ada – tidaknya kelainan jaringan periapikal pada gigi

anak yang terjadi trauma atau karies profunda perforasi.

Teknik foto rontgen yang digunakan pada anak sesuai keperluan, teknik

periapikal dengan menggunakan film ukuran 2,2x3,5 cm, untuk anak yang

lebih besar menggunakan ukuran 3,1x4,1 seperti pada orang dewasa. Selain

itu bisa juga digunakan teknik panoramik, oklusal, lateral oblique, dll.

3. PEMERIKSAAN BAKTERI

Dilakukan untuk mengetahui :

a. Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.

b. Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang

tepat.

c. Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap non

vital.

19

Page 20: BAB III

4. BIOPSI

Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker

atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim ke bagian

Patologi Anatomi.

5. STUDI MODEL

Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk :

a. Menjelaskan kepada orang tua tentang rencana perawatan yang akan

dilakukan (terutama berhubungan dengan perawatan orto)

b. Sebagai dokumentasi

c. Mengetahui dan menganalisa oklusi secara tepat.

B. Cara Mendiagnosa

1. Mengumpulkan Data

Setiap tanda yang mengarah kekeadaan patologi dapat dipakai untuk

membantu menegakkan diagnosa dini, misalnya pembengkakan dapat

dihubungkan dengan karies yang berlanjut terutama gigi molar. Semua fakta

yang ada dikumpulkan dan dibuat korelasi, meskipun sering kali harus dibuat

diagnosa sementara sebelum fakta dikumpulkan terutama untuk mencegah

proses berlanjutnya penyakit. Pada beberapa keadaan kadang-kadang

diperlukan waktu sebelum diagnosa dapat ditegakkan karena diperlukan

pengamatan dalam jangka waktu tertentu sebelum menentukan terapi, misalnya

pulpitis atau gangren dengan pulpa tertutup.

Pada pemeriksaan pasien anak, mengumpulkan data ini merupakan

pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam

mulut pasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan memakai

alat/bahan yang diperlukan.

2. Evaluasi Fakta

Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah

terkumpul dievaluasi secara teliti. Tidak jarang orang tua memberikan

20

Page 21: BAB III

keterangan yang kurang jelas dan lengkap tentang keluhan anaknya sehingga

informasi yang diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis.

Sehingga dokter gigi perlu menanyakan keterangan lain, misalnya merujuk ke

dokter anak. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan

subjektif , semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang

dideritanya.

3. Membuat Diagnosa

Diagnosa adalah penentuan setiap penyakit yang mempengaruhi

kesehatan gigi dan mulut pasien atau setiap kelainan yang mempengaruhi

perkembangan gigi. Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif)

dan laboratorium/ tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi)

adalah faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang

terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih

dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta

yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan

dapat dilakukan dengan tepat.

C. Rencana Perawatan

Perawatan gigi dan mulut pada anak selain diperhatikan untuk

mengurangi keluhan , juga harus diperhatikan pendidikan kesehatan gigi atau

DHE ( Dental Health Education ) yang bertujuan untuk mengubah perilaku

atau kebiasaan buruk anak yang turut mempengaruhi munculnya keluhan gigi.

Perawatan gigi dan mulut anak harus dilakuakn secara komprehensif

berdasarkan keadaan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta

peran dari ketiga elemen penting dalam perawatan gigi anak , yaitu dokter gigi,

pasien dan orang tua.

Penentuan suatau rencana perawatan terdapat sangat memerlukan

suatu pertimbangan , yaitu :

1. Uqency ( kebutuhan utama )

21

Page 22: BAB III

2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :

a. Perawatan medis

Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien.

Informasi mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter

keluarga atau dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin

mengenai penyakit anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada

dokter keluarga.

b. Perawatan sistemik

Premedikasi sering dibutuhkan pada saat pasien menderita penyakit

tertentu yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter gigi juga

dapat memberikan perawatan sistemik terlebih sebelum pasien

diberikan perawatan operatif di bidang kedokteran gigi.

c. Perawatan persiapan

Dokter gigi mengajarkan kepada pasien (anak ) dan orang tua cara

memelihara gigi di rumah. Apabila pasien menunjukkan karies

yang aktif perlu diberikan kiat diet yang terkontrol terutama untuk

menghindari makanan yang menyebabkan karies.

d. Perawatan korektif

Perawatan korektif atau perawatan akhir antara lain membuat

restorasi, protesa, pencabutan atau space maintainer.

e. Penggantian rencana perawatan.

Suatu rencana perawatan hendaknya diinformasikan kepada orang

tua pasien. Perawatan harus segera dilaksanakan. Ada kalanya

rencana perawatan diubah, misalnya saat melakukan penambalan

gigi terjadi perforasi pada tanduk pulpa sehingga terpaksa

dilakukan pulpektomi vital atau pulp capping.

3. Probable result ( kemungkinan keberhasilan )

Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi dua macam, yaitu

rencana perawatan preventif dan operatif .

1. Rencana Perawatan Preventif

22

Page 23: BAB III

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana perawatan preventif

adalah pengalaman karies, riwayat medis, khususnya penyakit jantung

kongenital atau riwayat demam rematik, kelainan perdarahan, penyakit

debilitasi dengan daya tahan terhadap infeksi yang buruk , cacat mental serta

fisik.

Semua tipe perawatan preventif penting bagi pasien, khususnya untuk

pasien-pasien dengan pengalaman karies tinggi dan untuk pasien yang

mempunyai resiko penyakit gigi.

Macam perawatan preventif diantaranya ; petunjuk kebersihan mulut (

Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent.

Nasihat diet penting, khususnya jika kecepatan kecepatan pembentukan karies

tinggi. Dalam flouridasi terdapat beberapa bentuk, yaitu tablet / tetes, larutan

kumur dan topikal yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan umur pasien

(anak), misalnya saja flouridasi bentuk larutan kumur dapat dilakuakan oleh

anak usia 6-7 tahun.

2. Perawatan Operatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan operatif pada anak

adalah riwayat medis pasien misalnya bila pasien menderita kelainan daarah.

Perawatan operatif di antaranya adalah restorasi, pencabutan atau ekstraksi,

dan perawatan ortodonti. Dalam perawatan restorasi perlu diperhatikan

kedalaman karies, perluasan karies, penggunaan analgesia lokal dan urutan

restorasi gigi. Perawatan ortodonti dilakukan pada kasus crowding, kelainan

perkembangan atau adanya maloklusi.

Selain macam-macam perawatan diatas tentunya sebelum

melaksanakan suatu tindakan dibutuhkan adanya Inform Consen, hal ini

dimaksudkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari yang tidak diinginkan kita

sebagai dokter gigi telah mempunyai bukti yang resmi yang telah disetujui oleh

pasien atau keluarga terdekatnya, dengan sebelumnya telah menjelaskan

perawatan yang akan dilakukan beserta konsekuensinya.

23

Page 24: BAB III

BAB IV

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan pasien anak sangat penting untuk

memperhatikan kunjungan pertama yang bertujuan untuk manciptakan

komunikasi yang baik dan hangat dengan anak dan orang tua, mendapatkan

keterangan tentang riwayat pasien, memeriksa anak dan mendapatkan foto ronsen

bila diperlukan serta melakukan prosedur perawatan sederhana. Pemeriksaan pada

anak dibedakan menjadi tiga , yaitu pemeriksaan darurat, pemeriksaan ulang dan

pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan pertama ,

selanjutnya pemeriksaan ulang. Namun, apabila pada kunjungan pertama anak

dalam keadaan sakit , pemeriksaan darurat dilakukan dahulu. Pemeriksaan

lengkap dilakukan pada kunjuangan berikutnya dan dilanjutkan dengan

pemeriksaan ulang. Pemeriksaan lengkap meliputi pencatatan riwayat (sosial, gigi,

medis) dan pemeriksaan fisik (ekstra oral dan intra oral) serta bila diperlukan

terdapat pemeriksaan penunjang , misalnya foto ronsen.

Dalam mendiagnosa pasien anak diperlukan data yang lengkap dari

pasien, kemudian dilakukan evaluasi fakta ( meliputi gambaran dan keluhan

utama bila telah terkumpul. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan

pemeriksaan subjektif, semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang

penyakit yang dideritanya ) dan diakhiri dengan membuat diagnosa.

Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi rencana

perawatan peventif, meliputi petunjuk kebersihan mulut ( Dental Health

24

Page 25: BAB III

Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent, dan perawatan

operatif, meliputi restorasi, pencabutan atau ekstraksi, dan perawatan ortodonti.

Sebelum dilakukan suatu tindakan , tidak lupa menyertakan inform concen

yang menunjukan persetujuan tindakanyang akan dilakukan dokter gigi olehi

orang tua pasien.

25

Page 26: BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa :

Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.

26

Page 27: BAB III

LAMPIRAN

Step 1

Goyang derajat dua : pasien merasakan giginya goyang dan ditinjau secara klinis gigi terlihat goyang. Kegoyangan sekitar 1mm, kegoyangan ini hanya pada bukal lingual atau labial lingual. Untuk mengukur derajat kegoyangan dengan menggunakan dua ujung handle instrument, atau dengan menggunakan satu handle instrument dengan bantuan jari telunjuk. Namun biasanya kegoyangan ini dapat digerakkan oleh lidah.

Step 2

1.Bagaimana cara menegakkan diagnosa pada pasien dalam skenario tersebut?2.Bagaimana hubungan antara kegoyangan gigi, erupsi gigi, dan penyakit

Diabetes Melitus?3.Bagaimana rencana perawatan pasien anak dengan penyakit Diabetes

Melitus?

Step 3

Cara menegakkan diagnosa yang tepat adalah :1. Melakukan anamnesis terlebih dahulu terhadap pasien yang meliputi

riwayat keluarga, riwayat perawatan termasuk obat-obatan yang pernah dikonsumsi, riwayat sosial.

2. Melakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral dilihat dari keadaan umum, pemeriksaan leher dan kepala, pemeriksaan mata (biasanya pada pasien penderita diabetes melitus penglihatannya menjadi kabur).Pemeriksaan intra oral dilihat dari pernafasan (biasanya penderita diabetes melitus, nafasnya berbau aseton), keadaan gingiva terjadi keradangan atau tidak, bibir dan mukosa dilihat bentuk, warna dan teksturnya. Boimun egitu pula dengan kondisi lidah, dilihat bentuk dan warnanya. Perubahan pada warna lidah ini terkadang dapat dikarenakan avitaminosis. Kondisi gigi juga harus diperiksa seperti adanya premature loss atau adanya gigi persistensi. Pada gigi sulung dicatat def nya , dan pada gigi permanen DMF.Kelainan jumlah, warna, waktu erupsi dicatat dalam kartu status.

27

Page 28: BAB III

3. Melakukan pemeriksaan penunjang atau laboratorium diantaranya pada skenario adalah adanya penyakit diabetes melitus yaitu pemeriksaan gula darah, pemeriksaan keton, pemeriksaan c-peptide untuk mengetahui pasien mengalami diabetes melitus tipe berapa.

4. Menentukan Diagnosa

Pada skenario 2 ini pasien diduga menderita penyakit diabetes melitus

tipe 2 dikarenakan usia pasien masih anak-anak, jadi kelainan ini

dikarenakan terjadi kekurangan insulin absolut dalam tubuh akibat rusaknya

sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.

Secara garis besar ada 2 faktor yang dapat menyebabkan DM tipe 1

pada anak, yaitu faktor genetik (kerusakan gen dalam tubuh anak tersebut)

dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan berperan sebagai pencetus

dimulainya kerusakan atau penghancuran sel pankreas. Faktor ini dapat

berupa zat kimia atau infeksi virus, walaupun sampai saat ini belum

diketahui secara pasti. Proses ini biasanya terjadi berbulan-bulan bahkan

bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala.

Pada kunjungan pertama biasanya dilakukan anamnesis yang

berfungsi sebagai metode pendekatan terhadap pasien, kemudian dilakukan

penjadwalan untuk perawatan utama. Selain itu juga dapat dilakukan

tindakan atau prosedur operatif sederhana untuk menangani keluhan pasien

saat datang.

Penanganan pada pasien anak dapat dilakukan pemeriksaan dengan

dipangku ibunya diatas dental chair, memulai komunikasi dengan anak,

menyembunyikan alat-alat yang kemungkinan ditakuti anak. Selain itu, di

luar negeri terdapat suatu alat yang dinamakan audio analgesik, alat ini

dipakaikan pada anak (menggunakan headphone) jadi ketika dilakukan

pemeriksaan anak-anak sedang mendengarkan lagu-lagu yang dapat

menenangkan dirinya.

28

Page 29: BAB III

Pada skenario ini anak telah berusia 7 tahun sehingga diperkirakan

sudah cukup kooperatif dalam menjalankan perawatan yang akan diberikan

oleh seorang dokter gigi.

Diagnosa pada pasien dalam skenario diatas adalah adanya persistensi

karena gigi pengganti sudah erupsi.

Hubungan antara kegoyangan gigi, erupsi gigi, dan penyakit Diabetes

Melitus.

Hubungan kegoyangan gigi dengan diabetes melitus yakni adanya

defisiensi metabolisme kolagen sehingga membuat gigi menjadi goyang.

Kemudian obat-obatan yang digunakan pada penderita DM ini dapat

menyebabkan xerostomia sehingga dapat terjadi gingivitis atau

periodontitis. Adanya infeksi tersebut akan membentuk pocket periodontal

sehingga mengakibatkan kegoyangan gigi.

Diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga gigi

menjadi kehilangan penopang dan mengakibatkan gigi goyang.

Kegoyangan juga dapat disebabkan oleh dua keadaan yaitu patologis

(karena ada trauma, penyakit seperti kista, karies) dan fisiologis (karena gigi

permanen erupsi sudah waktunya).

Untuk kasus pada skenario ini dapat disimpulkan bahwa terjadi

kegoyangan gigi dikarenakan proses fisiologis yaitu gigi sudah erupsi pada

waktunya.

Rencana perawatan pasien anak dengan penyakit Diabetes Melitus

Perawatan operatif dapat dilakukan pada kunjungan kedua, pada

kunjungan ini pasien pada keadaan telah dikonsulkan pada dokter yang

lebih kompeten dalam menangani penyakit sistemiknya (dikonsulkan pada

dokter spesialis anak).

Perawatan dianjurkan dilakukan pada pagi hari, dan makan terlebih

dahulu sebagai medikasi dapat diberikan insulin ½ dosis kemudian

dilakukan perawatan dan memberikan insulin ½ dosis. Dapat juga diberikan

vitamin seperti vitamin B komplek.

29

Page 30: BAB III

Yang perlu diperhatikan pada pencabutan gigi pasien DM, antara lain :

1. Melakukan pemeriksaan gula darah (pada setiap pasien, tidak hanya

pasien DM). Gula darah harus dalam batas normal : gula darah puasa

70-110 mg/dL dan gula darah sewaktu 100-140 mg/dL. Apabila

didapatkan angka diluar batas normal, pencabutan harus ditunda,

pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam (internist) untuk

mengkontrol kadar gula darah sebelum pencabutan dilakukan.

2. Pasien tidak dalam keadaan stress / tegang / takut, karena stress

dapat mengakibatkan KGD meningkat.

3. Penggunaan bahan anestesi noradrenalin, bukan adrenalin. Karena

adrenalin menyebabkan vasokonstriktor yang dapat memperkecil

pembuluh darah. Pada pasien DM, pembuluh darah akan menjadi

semakin kecil (mikroangiopati) menghambat aliran darah ke daerah

luka. Padahal sirkulasi darah yang baik dibutuhkan untuk

menghantarkanHemoglobin (Hb) pada sel darah merah, yang akan

membantu pembekuan darah.

4. Trauma pencabutan seminimal mungkin. Pada pasien DM

disarankan hanya mencabut satu gigi pada suatu kunjungan dan

menjahit luka untuk mempercepat penyembuhan. Selain itu, pasien

DM mudah mengalami infeksi karena jumlah leukosit yang

berkurang seiring dengan mengecilnya pembuluh darah

(mikroangiopati). Padahal, leukosit berfungsi sebagai mekanisme

pertahanan tubuh alami terhadap infeksi.

Kesimpulan : Prosedur pemeriksaan tepat akan menentukan diagnosa yang

tepat pula untuk pasien dan akan memaksimalkan rencana

perawatan agar mendapat prognosis yang baik.

30

Page 31: BAB III

Step 4 Mapping

31

Kegoyangan gigi pada anak penderita Diabetes Melitus

Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan Obyektif

Rencana Perawatan

Penegakan Diagnosa

Tindakan

Pemeriksaan Penunjang

Anamnesa

Ekstra Oral

Intra Oral

Rujukan