bab iii
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pedodonsia merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yakni
praktek ilmu kedokteran gigi anak yang harus dikelola dengan suatu filosofi
sederhana tetapi mendasar. Apa yang terkandung dalam filosofi ini merupakan
suatu tekad untuk mempertimbangkan perasaan anak, untuk membentuk rasa
percaya dan kerja sama anak untuk melakukan perawatan dengan cara simpatik
dan baik serta tidak hanya memberikan perawatan yang diberikan sekarang tetapi
juga mengusahakn masa depan kesehatan gigi anak dengan membentuk sikap dan
tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi.
Kunjungan pertama digunakan untuk menarik perhatian anak atau
merupakan tahap pengenalan anak terhadap dokter gigi dan lingkungannya dan
diharapkan pada kunjungan pertama ini didapatkan dasar yang tepat yang
diperlukan guna melakukan perawatan pada gigi anak tersebut.
Rencana perawatan pada saat menangani pasien merupakan suatu tindakan
yang dilakukan agar mampu menyembuhkan atau memulihkan kondisi atas
keluhan yang dikatakan oleh pasien terutama pasien yang dihadapi adalah pasien
anak-anak. Sebelum melakukan rencana keperawatan tentunya banyak prosedur
yang harus dilakukan sebelum menghasilkan suatu rencana perawatan,
diantaranya adanya pemeriksaan penunjang, obyektif maupun subyektif dan itu
semua dilakukan agar memperoleh rencana perawatan dan diagnosa yang tepat
serta pada nantinya akan memperoleh suatu kepuasan pada diri pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemeriksaan terhadap pasien anak-anak yang benar ?
2. Bagaimana cara menentukan diagnosa yang benar pada kasus Pedodonsia ?
3. Bagaimana rencana perawatan bagi pasien Pedodonsia ?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan terhadap pasien anak-anak yang benar.
2. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosa yang benar pada kasus Pedodonsia.
3. Untuk mengetahui rencana perawatan bagi pasien Pedodonsia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Semua kasus yang ada di dalam dan sekitar mulut, baik gigi sulung
maupun gigi tetap serta jaringan sekitar mulut anak termasuk dalam perawatan
gigi anak. Batasan usia yaitu 12 tahun ke bawah; usia dapat lebih dari 12 tahun
apabila penderita mempunyai mental mental seperti anak-anak (anak penderita
cacat mental = tuna grahita). Disiplin ilmu yang mendukung perawatan gigi anak
adalah semua cabang ilmu kedokteran gigi serta kedokteran umum, psikologi, dan
lain-lain khusus tentang anak-anak, menyangkut masalah gigi dan mulut
(Pedodonsia).
Perawatan gigi anak memerlukan perencanaan yang baik dan tepat
sehingga anak mendapatkan perawatan seoptimal mungkin. Prinsip perawatan
anak hendaknya sederhana dansesingkat mungkin, tanpa mengurangi prinsip
perawatan ideal. Sebagai kesimpulan dari hasil pemeriksaan gigi dan mulut anak
secara teliti, dapat dibuat diagnosis yang tepat sehingga dapat direncanakan
perawatannya. (Suharsono, Ismu. 1991)
Anak yang untuk pertama kali dating ke klinik perlu didampingi orang
tuanya atau orang yang tahu keadaan anak sejak dalam kandungan. Pendamping
ini diperlukan untuk mengisi kuesionersangat diperlukan untuk lebih
memperlancar pekerjaan sehingga perawatan gigi akan memberikan hasil yang
lebih baik. (Suharsono, Ismu. 1991)
Pengisian kuesioner dapat dilakukan di ruang tunggu saat anak menunggu
giliran. Pengantar dapat dengan bebas dan tenang mengisi kuesioner, tanpa
dipengaruhi oleh sipenanya. Bila pertanyaan kurang jelas bagi sipengantar, dapat
ditanyakan saat dokter gigi mengevaluasi hasil kuesioner tersebut. (Suharsono,
Ismu. 1991)
Diagnosa merupakan suatu tindakan untuk menentukan adanya penyakit
yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya. Gejala merupakan
3
sebagian informasi yang perlu dicari dalam diagnosa yaitu suatu fenomena
permulaan dari suatu yang normal ke arah indikasi suatu penyakit.
Tujuan perawatan adalah mengembalikan fungsi oral, estetik, kesehatan
dan kenyamanan pada penderita dengan cara merestorasi giginya dan mencegah
karies ulang
Prosedur Diagnosa Pedodonsia
Sebelum perawatan dimulai, lakukan dahulu pemeriksaan yang teliti
termasuk pembuatan radiograf yang tepat. Pemeriksaan mencakup riwayat
penyakit umum, keluarga, penyakit gigi, penilaian kemampuan anak dalam
bekerja sama selama perawatan, oklusi dan kemampuan melakukan perawatan
mulut di rumah. ( D.B. Kennedy, 1992 :14)
Pemeriksaan
Pemeriksaan klinik
1. Pemeriksaan ekstraoral
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatn riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut.
2. Pemeriksaan intraoral
Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya
dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian
anak juga harus duduk tenang pada kursi perawatan.
Pada anak yang sangat muda, pendekatan sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi
dengan menanyakan “berapa banyak gigimu?” dan menganjurkan mari kita
hitung. Ini tentunya kurang menakutkan bagi anak-anak. Perawatan sederhana
dapat dimulai dengan anak dipangku orangtua, bila anak sudah percaya diri, ia
akan senang hati duduk sendiri.
Jika anak sudah besar dan tidak kooperatif setelah pencatatan riwayat dan tidak
mau duduk pada kursi perawatan, lebih baik menunda pemeriksaan mulut dan
mulai dengan proses pembentukan tingkah laku.
Pemeriksaan radiografi
4
Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan
yang diperlukan mengenai pasien, di sini mungkin tidak diperlukan radiografi.
Bagaimanapun juga radiografi biasanya diperlukan untuk satu atau alas an-alasan
sebagai berikut :
a. Untuk mendiagnosa karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa
dilihat dengan pemeriksaan klinis
b. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi
c. Untuk menemukan gangguan kusus, misalnya kondisi jaringan periapikal
yang berhubungan dengan gigi-gigi non vital atau yang mengalami
trauma.
Riwayat kasus
1. Identitas anak
a. Nama (termasuk nama singkat, atau nama kecil, alamat, sekolah).
Alasannya yaitu dokter gigi harus memanggil dengan nama yang
disukainya, agar terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan. Hal ini
dapat memperlancar perawatan, tigkah laku dan kemampuan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungan
b. Usia perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisik mental anak
c. Nama orangtua
Untuk menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemamupuan
orangtua dan perawatn dapat disesuaikan dengan kesempatan orangtua
mengantar anaknya. Alamat rumah juga perlu ditanyakan untuk
memperkirakan jarak perjalanan ke klinik gigi.
Pemeriksaan sekitar mulut
Dimulai dari bentuk muka (simetris atau asimetris).
Asimetris : dapat disebabkan adanya pembengkakan ekstra oral atau memang
adanya kelainan sejak lahir
Pemeriksaan rongga mulut
Pemeriksaan ini dimulai dari bibir, sudut bibir. Dengan ditemukannya
kelainan di bibir dapat ditentukan rencana perawatan atau koreksi untuk
memperbaiki kelainan tersebut .
5
Pemeriksaan frenulum digunakan untuk mengetahui bahwa
perlekatanfrenulum labialis atas yang pendek dan besar dapat menyebabkan
terbentuknya diastema sentral gigi atas sedangkan perlekatan frenulum lingualis
yang tinggi mengakibatkan kesulitan dalam pengucapan kata.
Mukosa mulut labial dan bukal sera gingival perlu diperiksa. Perlu
dicatat adanya lesi, benjolan atau ulkus, perubahan warna serta konsistensi dan
stipplingnya, harus dicatat juga regio dimana lokasinya.
Bentuk lidah yang terlalu besar menunjukkan adanya bekas atau tanad
gambaran gigi di pinggir lidah. Lidah kecil atau lidah yang mempunyai frenulum
pendek akan menyebabkan pergerakan lidah terbatas. Anak akan mengalami
gangguan dalam mengucapkan kata.
Kemudian pemeriksaan oklusi gigi, dilihat bagaimana hubungan oklusi
antara gigi molar satu tetap atas dan bawah, distoklusi, mesioklusi atau cusp to
cusp. Kemudian diperiksa adanya protrusi dan adanya gigi yang malposisi. Selain
itu kelainan oklusi yang perlu dicatat adalah supraoklusi, deep bite, rotasi.
2.2 Perawatan Gigi Anak
Untuk Pasien
Dental Health Education Pasien
- Petunjuk menggosok gigi
- Petunjuk flossing
- Penyuluhan diet
Untuk Masyarakat
Kampanye kesehatan gigi Pendidikan pada taman kanak-kanak Pendidikan
pada sekolah dasar Pendidikan pada klinikante- dan postnatal.
Umumnya dianggap bahwa karies gigi diawali oleh asam-asam yang
dihasilkan selama degradasi karbohidrat oleh bakteri dalam plak gigi. Berdasarkan
hal di atas, ada dua cara penting untuk mencegah karies gigi yaitu mengatur diet
karbohidrat dan membuang plak dari semua gigi. Dokter gigi harus berupaya
untuk mendidik pasiennya mengenai cara-cara ini dan tentu saja merupakan
tanggung jawab dokter gigi untuk mendidik masyarakat. Supaya efektif, cara-cara
6
yang digunakan pada pendidikan kesehatan gigi harus direncanakan dan
dilaksanakan dengan penuh keahlian. Tujuannya haruslah tidak hanya memberi
instruksi tetapi juga membujuk, keberhasilannya sangat tergantung pada ketulusan
dan minat yang diperlihatkan oleh seluruh anggota tim kesehatan gigi. (R.J
Andlaw, 1992)
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Cara pemeriksaan pasien anak
Kunjungan pertama merupakan salah satu yang paling penting dalam
pemeriksaan gigi anak karena pada kunjungan pertama ini diharapkan seorang
dokter gigi dapat memperoleh dasar yang nyata untuk mencapai hasil yang
maksimal dari perawatan yang akan dilakukan.
Tujuan kunjungan pertama ini diantaranya adalah :
1. Menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua
2. Mendapatkan keterangan tentang riwayat pasien
3. Memeriksa anak dan untuk mendapatkan ronsen foto bila
diperlukan.
4. Melakukan prosedur perawatan sederhana yaitu :
a. Profilaksis
Dilakukan hanya pada gigi depan (utk anak kecil) atau seluruh
mulut termasuk pembuangan kalkulus bila diperlukan
b. Topikal Aplikasi Fluor
Prosedur ini dapat dilakukan disamping prosedur non tra matik
lain.
5. Menjelaskan tujuan perawatan pada anak dan orang tua yaitu :
a. Tekankan perlunya tindakan pencegahan maupun operatif
b. Mintalah anak membawa sikat giginya pada kunjungan
berikutnya.
c. Memberikan perkiraan jumlah kunjungan yang diperlukan
untuk menyelesaikan perawatan.
Pada kunjungan pertama ini sebaiknya hanya untuk memperkenalkan
pada anak bagaimana rasanya memeriksakan gigi dan memperlihatkan bahwa
ini adalah pengalaman yang menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk
8
anak yang baru pertama kali berkunjung ke dokter gigi. Pemeriksaan terhadap
anak hendaknya dilakukan perlahan-lahan, jangan tergesa-gesa dan alat yang
digunakan hendaknya dibatasi untuk menghindari rasa takut. Biarkan anak
bertanya tentang alat yang digunakan juga bila anak akan memegangnya
asalkan tidak berbahaya. Jawablah pertanyaan tersebut dengan jawaban yang
mudah dimengerti dan berikan contoh yang mudah dipahami anak. Para orang
tua biasanya mencoba mempersiapkan anak mereka pada kunjungan ke dokter
gigi, tetapi beberapa orang tua lebih banyak melakukan hal-hal yang buruk
daripada yang baik dalam usaha tersebut.
Oleh karena itu perlu menasehati orang tua bagaimana
mempersiapkannya. Pemeriksaan yang lebih terperinci dapat dilakukan tetapi
tanpa menggunakan probe/sonde. Alat plastik yang tumpul dapat digunakan
untuk menggantikan probe. Untuk anak yang sangat gelisah dokter gigi dapat
mengganti baju dokternya dengan baju biasa. Hal ini akan membuat dokter
gigi mempunyai penampilan seperti seorang bapak atau ibu.
MACAM-MACAM PEMERIKSAAN
Pemeriksaan terhadap pasien yang datang ke dokter gigi / klinik ada 3
(tiga) macam yaitu :
1. Pemeriksaan Darurat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang
dilakukan pada pasien yang datang dalam keadaan akut, pemeriksaan langsung
ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan, kemudian tentukan diagnosanya
dan rawat keluhan utama tersebut.
Pemeriksaan lengkap pada pasien ini dilakukan pada kunjungan
berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh kasus yang
memerlukan pemeriksaan darurat, :
a. Gangren Pulpa tertutup
Terapi : berikan antibiotik dan analgetik. Bila mungkin lakukan
trepanasi untuk membuka saluran akar sehingga gas
gangren/ gas H2S dapat keluar.
9
b. Pulpitis akut
Terapi : Berikan EF (Eugenol Fletcher) untuk mengurangi rasa
sakit, bila mungkin lakukan pulpotomi vital formokresol
(untuk gigi sulung), beri analgetik.
c. Abses disertai trismus
Pada keadaan yang demikian, berikan terlebih dulu antibiotik dan
setelah setelah pasien dapat membuka mulut, lakukan pemeriksaan untuk
mengetahui penyebabnya. Dapat juga dilakukan ronsen foto. Sedangkan
trismus derajat satu penyebabnya dapat diperiksa dengan membuka mulut
perlahan-lahan.
2. Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala).
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan
sebelumnya. Secara objektif dipakai untuk menilai :
- Hasil perawatan yang telah dilakukan
- Pemeliharaan kesehatan gigi
- Mencatat perubahan yang terjadi
Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali,
tergantung keadaan gigi pasien.
3. Pemeriksaan Lengkap
Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada
kunjungan pertama (jika mungkin), meliputi :
_ Pencatatan Riwayat
a. Sosial
b. Gigi
c. Medis
_ Pemeriksaan anak
a. Ekstra Oral
b. Intra Oral
10
Pencatatan Riwayat
Pencatatan Riwayat
1. Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi :
o Nama (termasuk nama kecil). Dokter gigi sebaiknya memanggil
pasien dengan nama yang disukai anak .
o Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang
peliharaan, kegiatan yang disukai dirumah dan sekolah. Pertanyaan
sederhana tentang hal ini merupakan cara umum berkomunikasi
dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih
jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien.
o Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama
ibulah yang sering membawa anak ke dokter gigi. Perlu
didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi,
o sehingga orang tua dapat mengatur waktu kunjungan.
o Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :Dokter yang merawat anak
dapat diminta keterangan atau rujukan
o Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan
mengenai kelainan herediter yang diderita anak.
o Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran)
untuk mengetahui penyebab kelainan gigi (perubahan warna,
kelainan bentuk dan lain-lain)
2. Gigi
Keluhan
Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan,
mungkin pasien datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan.
Adalah penting mengetahui alasan kedatangan pasien, karena
berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan
dapat diatasi.
Riwayat Keluhan
11
Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi,
kapan dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-
putus (jika ya, berapa lama berlangsung, apakah timbul karena
rangsangan panas, dingin, manis atau sewaktu makan). Apakah
anak sampai tidak bisa tidur, menyebabkan anak gelisah dan
menangis terus.
Riwayat Kesehatan Gigi
Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau
tidak, apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya
mengapa diganti, perlu ditanyakan karena bila anak pernah
mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa
percayanya lebih sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih
berhati-hati.
3. Medis
Beberapa penyakit sistemik yang perlu ditanyakan kepada orang
tua pasien, misalnya penyakit jantung kongenital, demam rematik,
kelainan darah, penyakit saluran pernafasan, asma, hepatitis, ikhterus,
alergi (penisilin, sulfa), epilepsi, kelainan mental dan penyakit lain
yang serius.
Pemeriksaan Ekstra Oral Anak
a. Penampilan umum, besar dan berat badan
Secara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat
sewaktu anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur
dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi
badan, usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi,
berat badan dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit
sistemik dan gangguan endokrin.
12
b. Kulit
Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau
sekunder dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau
muka yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan
gigi ditunda atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih
dulu.
c. Mata
Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata me –
nyebabkan pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi
telah selesai dan pembengkakan pada mata belum hilang, sebaiknya pasien
dirujuk ke dokter mata.
d. Bibir
Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk,
warna dan tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada
bibir sering dijumpai abrasi, fisur, ulserasi atau crust. Trauma sering
menyebabkan memar pada bibir, reaksi alergi juga dapat terlihat.
e. Simetris Wajah
Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara
fisiologis misalnya kebiasaan tidur bayi terutama yang lahir prematur sehingga
meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah
patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf
kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu
asimetris wajah patologis pada anak – anak sering juga disebabkan karena
infeksi atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui
untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Bila terdapat asimetris wajah tanpa
rasa sakit dan penyebabnya tidak diketahui dengan pasti serta tidak
berhubungan dengan gigi lebih baik merujuk pasien ke dokter anak.
13
Pemeriksaan Intra Oral Anak
1. Pipi dan bibir bagian dalam
Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa labial,
dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan
atau perubahan lain.
2. Gingiva
Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan
konsistensinya. Sewaktu erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit
(terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya) dan meradang. Pada anak-
anak gigi yang mengalami gangren pulpa sering disertai fistel padagingiva
karena abses paradontal.
3. Lidah dan Tonsil
Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan.
Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah
harus diperiksa karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat
mengganggu bila berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Selain itu frenulum
lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke depan, sehingga
mengganggu anak berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan
menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk.
Permukaan lidah anak umumnya licin, halus dan papila filiformis
relatif pendek. Pada awal penyakit exantematous, lidah berselaput putih keabu-
abuan atau putih kecoklatan. Selaput itu berisi sel yang mengalami
desquamasi, sisa makanan dan bakteri. Keadaan ini sering juga terlihat pada
anak yang sedang demam. Avitaminosis tertentu, anemi atau stress dapat
menyebabkan desquamasi papila yang ditandai dengan peru- bahan warna dan
pembengkakan.
14
Adanya pembesaran lidah yang patologis dapat disebabkan cretinisme,
mongolism atau tumor. Kebiasaan jelek pada lidah dapat menimbulkan
maloklusi.
Untuk memeriksa tonsil, lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue
blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasiatau pembengkakan.
4. Palatum
Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi padajaringan lunak
dan keras palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan,
kelainan bentuk dan konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi.
5. Gigi
Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat
sebelum masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi
dilakukan dengan memakai kaca mulut, ekskavator danpinset. Perlu diketahui
apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya (prematur loss), gigi yang
sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah erupsi
tetapi gigi sulung belum tanggal). Gigi persistensidan gigi yang mengalami
prematur loss akan mengganggu susunan gigi dan perkembangan lengkung
rahang.
Kelainan akibat pertumbuhan dan perkembangan dicatat, yaitu
meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur, warna dan bentuk gigi. Gigi
berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya (mesiodens, laterodens
atau paramolar). Kondisi pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan apakah
gigi berlebih tersebut perlu segera dicabut, menunggu waktu yang tepat atau
tidak perlu dicabut.
Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris
No KRITERIA NILAI
1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau
pewarnaan ekstrinsik.
0
15
2.a. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak
yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
kurang dari 1/3 permukaan.
b. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak
tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan
gigi sebagian atau seluruhnya.
1
3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang
menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3
permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.
2
4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang
menutupi permukaan tersebut seluas lebih 2/3 permukaan
atau seluruh permukaan gigi.
3
Debris index = Jumlah penilaian debris dibagi dengan jumlah
gigi yang diperiksa
Kriteria penilaian debris score :
Bersih : Bila tidak terdapat debris
Tidak bersih : Bila terdapat debris
Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus
No KRITERIA NILAI
1. Tidak ada karang gigi 0
2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang
gigisupragingival menutupi permukaan gigi kurang dari
1/3 permukaan gigi.
1
3.a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang
gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3
permukaan gigi.
b. Sekitar bagian cervikal gigi terdapat sedikit subgingival.
2
4.a. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang 3
16
gigisupragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3
nya atau seluruh permukaan gigi.
b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang
menutupi dan melingkari seluruh cervikal (A. Continous
Band of Subgingival Calculus).
Calculus indeks adalah hasil pembagian dari Jumlah penilaian calculus dibagi
dengan Jumlah gigi yang diperiksa
Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :
a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0.
Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :
a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil
penjumlahan Debris Index(DI) dan Calculus Index (CI).
Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index
Atau
OHI-S = DI + CI
Teknik pemeriksaan intraoral pada anak sebaiknya menggunakan
metode TSD, Tell – Show – Do. Hal ini bertujuan agar kecemasan anak saat
akan diperiksa bisa berkurang. Sesuai namanya, pada pemeriksaan intraoral
sebaiknya diberitahu dulu pada anak apa yang akan dilakukan, dengan
menggunakan alat apa. Kemudian pemeriksaan diperagakan dulu pada anak,
misalnya pada profilaksis penyikatan gigi dengan menggunakan sikat elektrik ,
17
sikat elektrik yang telah dipasang pada handpiece dilakukan dulu pada model,
agar anak bisa melihat bahwa suara mesin yang terdengar tidak akan melukai.
Setelah diperagakan dan anak sudah memahami dengan baik, pemeriksaan
dapat dilakukan pada rongga mulut anak. Jangan lupa untuk memuji atau
memberi hadiah si anak ketika dia sudah berani untuk melakukannya.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. PENENTUAN VITALITAS
Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, misalnya
gigi dengan keadaan :
sesudah mengalami trauma
perubahan warna
kavitas yang dalam/penyebab abses
gigi penyebab kista atau pembengkakan lain
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
Test sonde
Test termal
Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha panas.
Test elektrik dengan dento test
Test preparasi.
Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang
biasanya berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia,
dilakukan pemboran gigi secara hati-hati dan perlahan untuk
menentukan vitalitas gigi
Test perkusi.
Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman,
test dilakukan dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan
mendengarkan suaranya. Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non
vital suaranya lemah.
2. RONSEN FOTO
18
Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen foto antara lain:
a. Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering
dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak
sempurna (pada gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang
dan gigi tetap kontak titik).
Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna
sebaiknya dilakukan pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi
karies yang sering tidak terlihat dengan mata yang disebut dengan
Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosa.
b. Mendeteksi ada – tidaknya kelainan perkembangan gigi. Misalnya
pada skenario pasien mengalami persistensi, foto rontgen dapat
digunakan untuk melihat apakah gigi pengganti gigi 62 tersebut
sudah terbentuk sempurna terutama pada bagian akar. Selain itu
apakah gigi permanen yang akan tumbuh disebelahnya mengalami
kekurangan tempat akibat gigi 62 yang belum tanggal.
c. Mengetahui ada – tidaknya kelainan jaringan periapikal pada gigi
anak yang terjadi trauma atau karies profunda perforasi.
Teknik foto rontgen yang digunakan pada anak sesuai keperluan, teknik
periapikal dengan menggunakan film ukuran 2,2x3,5 cm, untuk anak yang
lebih besar menggunakan ukuran 3,1x4,1 seperti pada orang dewasa. Selain
itu bisa juga digunakan teknik panoramik, oklusal, lateral oblique, dll.
3. PEMERIKSAAN BAKTERI
Dilakukan untuk mengetahui :
a. Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.
b. Sensitivitas test untuk membantu menentukan jenis antibiotik yang
tepat.
c. Menilai sterilisasi saluran akar sesudah perawatan gigi tetap non
vital.
19
4. BIOPSI
Dilakukan bila dicurigai adanya pembengkakan yang mengarah ke kanker
atau tumor, sebaiknya biopsi dilakukan oleh dokter ahli dan dikirim ke bagian
Patologi Anatomi.
5. STUDI MODEL
Studi model yaitu model gigi yang dibuat dari gips, digunakan untuk :
a. Menjelaskan kepada orang tua tentang rencana perawatan yang akan
dilakukan (terutama berhubungan dengan perawatan orto)
b. Sebagai dokumentasi
c. Mengetahui dan menganalisa oklusi secara tepat.
B. Cara Mendiagnosa
1. Mengumpulkan Data
Setiap tanda yang mengarah kekeadaan patologi dapat dipakai untuk
membantu menegakkan diagnosa dini, misalnya pembengkakan dapat
dihubungkan dengan karies yang berlanjut terutama gigi molar. Semua fakta
yang ada dikumpulkan dan dibuat korelasi, meskipun sering kali harus dibuat
diagnosa sementara sebelum fakta dikumpulkan terutama untuk mencegah
proses berlanjutnya penyakit. Pada beberapa keadaan kadang-kadang
diperlukan waktu sebelum diagnosa dapat ditegakkan karena diperlukan
pengamatan dalam jangka waktu tertentu sebelum menentukan terapi, misalnya
pulpitis atau gangren dengan pulpa tertutup.
Pada pemeriksaan pasien anak, mengumpulkan data ini merupakan
pemeriksaan objektif. Operator melihat semua keadaan yang ada di dalam
mulut pasien, mencatat dan melakukan pemeriksaan dengan memakai
alat/bahan yang diperlukan.
2. Evaluasi Fakta
Semua fakta yang meliputi gambaran dan keluhan utama bila telah
terkumpul dievaluasi secara teliti. Tidak jarang orang tua memberikan
20
keterangan yang kurang jelas dan lengkap tentang keluhan anaknya sehingga
informasi yang diharapkan kurang memuaskan terutama sekitar gejala klinis.
Sehingga dokter gigi perlu menanyakan keterangan lain, misalnya merujuk ke
dokter anak. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan pemeriksaan
subjektif , semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang penyakit yang
dideritanya.
3. Membuat Diagnosa
Diagnosa adalah penentuan setiap penyakit yang mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut pasien atau setiap kelainan yang mempengaruhi
perkembangan gigi. Riwayat penyakit (subjektif), pemeriksaan klinik (objektif)
dan laboratorium/ tambahan (ronsen, test vitalitas, pemeriksaan bakteri, biopsi)
adalah faktor yang penting untuk membuat diagnosa. Dari beberapa fakta yang
terkumpul dapat ditegakkan diagnosa. Bila pada saat yang sama dijumpai lebih
dari satu penyakit, dokter gigi harus dapat membedakan atau memisahkan fakta
yang menunjukkan satu penyakit dengan penyakit lain sehingga perawatan
dapat dilakukan dengan tepat.
C. Rencana Perawatan
Perawatan gigi dan mulut pada anak selain diperhatikan untuk
mengurangi keluhan , juga harus diperhatikan pendidikan kesehatan gigi atau
DHE ( Dental Health Education ) yang bertujuan untuk mengubah perilaku
atau kebiasaan buruk anak yang turut mempengaruhi munculnya keluhan gigi.
Perawatan gigi dan mulut anak harus dilakuakn secara komprehensif
berdasarkan keadaan anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta
peran dari ketiga elemen penting dalam perawatan gigi anak , yaitu dokter gigi,
pasien dan orang tua.
Penentuan suatau rencana perawatan terdapat sangat memerlukan
suatu pertimbangan , yaitu :
1. Uqency ( kebutuhan utama )
21
2. Sequency (urutan perawatan ), yaitu :
a. Perawatan medis
Perawatan ini berhubungan dengan riwayat kesehatan pasien.
Informasi mengenai penyakit sistemik ini bisa diperoleh dari dokter
keluarga atau dokter spesialis. Apabila orang tua kurang yakin
mengenai penyakit anaknya, dokter gigi dapat bertanya kepada
dokter keluarga.
b. Perawatan sistemik
Premedikasi sering dibutuhkan pada saat pasien menderita penyakit
tertentu yang diberikan oleh dokter keluarga. Dokter gigi juga
dapat memberikan perawatan sistemik terlebih sebelum pasien
diberikan perawatan operatif di bidang kedokteran gigi.
c. Perawatan persiapan
Dokter gigi mengajarkan kepada pasien (anak ) dan orang tua cara
memelihara gigi di rumah. Apabila pasien menunjukkan karies
yang aktif perlu diberikan kiat diet yang terkontrol terutama untuk
menghindari makanan yang menyebabkan karies.
d. Perawatan korektif
Perawatan korektif atau perawatan akhir antara lain membuat
restorasi, protesa, pencabutan atau space maintainer.
e. Penggantian rencana perawatan.
Suatu rencana perawatan hendaknya diinformasikan kepada orang
tua pasien. Perawatan harus segera dilaksanakan. Ada kalanya
rencana perawatan diubah, misalnya saat melakukan penambalan
gigi terjadi perforasi pada tanduk pulpa sehingga terpaksa
dilakukan pulpektomi vital atau pulp capping.
3. Probable result ( kemungkinan keberhasilan )
Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi dua macam, yaitu
rencana perawatan preventif dan operatif .
1. Rencana Perawatan Preventif
22
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana perawatan preventif
adalah pengalaman karies, riwayat medis, khususnya penyakit jantung
kongenital atau riwayat demam rematik, kelainan perdarahan, penyakit
debilitasi dengan daya tahan terhadap infeksi yang buruk , cacat mental serta
fisik.
Semua tipe perawatan preventif penting bagi pasien, khususnya untuk
pasien-pasien dengan pengalaman karies tinggi dan untuk pasien yang
mempunyai resiko penyakit gigi.
Macam perawatan preventif diantaranya ; petunjuk kebersihan mulut (
Dental Health Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent.
Nasihat diet penting, khususnya jika kecepatan kecepatan pembentukan karies
tinggi. Dalam flouridasi terdapat beberapa bentuk, yaitu tablet / tetes, larutan
kumur dan topikal yang dalam pemakaiannya disesuaikan dengan umur pasien
(anak), misalnya saja flouridasi bentuk larutan kumur dapat dilakuakan oleh
anak usia 6-7 tahun.
2. Perawatan Operatif
Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan operatif pada anak
adalah riwayat medis pasien misalnya bila pasien menderita kelainan daarah.
Perawatan operatif di antaranya adalah restorasi, pencabutan atau ekstraksi,
dan perawatan ortodonti. Dalam perawatan restorasi perlu diperhatikan
kedalaman karies, perluasan karies, penggunaan analgesia lokal dan urutan
restorasi gigi. Perawatan ortodonti dilakukan pada kasus crowding, kelainan
perkembangan atau adanya maloklusi.
Selain macam-macam perawatan diatas tentunya sebelum
melaksanakan suatu tindakan dibutuhkan adanya Inform Consen, hal ini
dimaksudkan jika terjadi sesuatu di kemudian hari yang tidak diinginkan kita
sebagai dokter gigi telah mempunyai bukti yang resmi yang telah disetujui oleh
pasien atau keluarga terdekatnya, dengan sebelumnya telah menjelaskan
perawatan yang akan dilakukan beserta konsekuensinya.
23
BAB IV
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan pasien anak sangat penting untuk
memperhatikan kunjungan pertama yang bertujuan untuk manciptakan
komunikasi yang baik dan hangat dengan anak dan orang tua, mendapatkan
keterangan tentang riwayat pasien, memeriksa anak dan mendapatkan foto ronsen
bila diperlukan serta melakukan prosedur perawatan sederhana. Pemeriksaan pada
anak dibedakan menjadi tiga , yaitu pemeriksaan darurat, pemeriksaan ulang dan
pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan pertama ,
selanjutnya pemeriksaan ulang. Namun, apabila pada kunjungan pertama anak
dalam keadaan sakit , pemeriksaan darurat dilakukan dahulu. Pemeriksaan
lengkap dilakukan pada kunjuangan berikutnya dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan ulang. Pemeriksaan lengkap meliputi pencatatan riwayat (sosial, gigi,
medis) dan pemeriksaan fisik (ekstra oral dan intra oral) serta bila diperlukan
terdapat pemeriksaan penunjang , misalnya foto ronsen.
Dalam mendiagnosa pasien anak diperlukan data yang lengkap dari
pasien, kemudian dilakukan evaluasi fakta ( meliputi gambaran dan keluhan
utama bila telah terkumpul. Pada pemeriksaan klinik, evaluasi fakta merupakan
pemeriksaan subjektif, semua yang dikeluhan pasien/orang tua tentang
penyakit yang dideritanya ) dan diakhiri dengan membuat diagnosa.
Garis besar rencana perawatan digolongkan menjadi rencana
perawatan peventif, meliputi petunjuk kebersihan mulut ( Dental Health
24
Education / DHE ), nasihat diet, flouridasi dan fisur sealent, dan perawatan
operatif, meliputi restorasi, pencabutan atau ekstraksi, dan perawatan ortodonti.
Sebelum dilakukan suatu tindakan , tidak lupa menyertakan inform concen
yang menunjukan persetujuan tindakanyang akan dilakukan dokter gigi olehi
orang tua pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa :
Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
26
LAMPIRAN
Step 1
Goyang derajat dua : pasien merasakan giginya goyang dan ditinjau secara klinis gigi terlihat goyang. Kegoyangan sekitar 1mm, kegoyangan ini hanya pada bukal lingual atau labial lingual. Untuk mengukur derajat kegoyangan dengan menggunakan dua ujung handle instrument, atau dengan menggunakan satu handle instrument dengan bantuan jari telunjuk. Namun biasanya kegoyangan ini dapat digerakkan oleh lidah.
Step 2
1.Bagaimana cara menegakkan diagnosa pada pasien dalam skenario tersebut?2.Bagaimana hubungan antara kegoyangan gigi, erupsi gigi, dan penyakit
Diabetes Melitus?3.Bagaimana rencana perawatan pasien anak dengan penyakit Diabetes
Melitus?
Step 3
Cara menegakkan diagnosa yang tepat adalah :1. Melakukan anamnesis terlebih dahulu terhadap pasien yang meliputi
riwayat keluarga, riwayat perawatan termasuk obat-obatan yang pernah dikonsumsi, riwayat sosial.
2. Melakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral. Pemeriksaan ekstra oral dilihat dari keadaan umum, pemeriksaan leher dan kepala, pemeriksaan mata (biasanya pada pasien penderita diabetes melitus penglihatannya menjadi kabur).Pemeriksaan intra oral dilihat dari pernafasan (biasanya penderita diabetes melitus, nafasnya berbau aseton), keadaan gingiva terjadi keradangan atau tidak, bibir dan mukosa dilihat bentuk, warna dan teksturnya. Boimun egitu pula dengan kondisi lidah, dilihat bentuk dan warnanya. Perubahan pada warna lidah ini terkadang dapat dikarenakan avitaminosis. Kondisi gigi juga harus diperiksa seperti adanya premature loss atau adanya gigi persistensi. Pada gigi sulung dicatat def nya , dan pada gigi permanen DMF.Kelainan jumlah, warna, waktu erupsi dicatat dalam kartu status.
27
3. Melakukan pemeriksaan penunjang atau laboratorium diantaranya pada skenario adalah adanya penyakit diabetes melitus yaitu pemeriksaan gula darah, pemeriksaan keton, pemeriksaan c-peptide untuk mengetahui pasien mengalami diabetes melitus tipe berapa.
4. Menentukan Diagnosa
Pada skenario 2 ini pasien diduga menderita penyakit diabetes melitus
tipe 2 dikarenakan usia pasien masih anak-anak, jadi kelainan ini
dikarenakan terjadi kekurangan insulin absolut dalam tubuh akibat rusaknya
sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.
Secara garis besar ada 2 faktor yang dapat menyebabkan DM tipe 1
pada anak, yaitu faktor genetik (kerusakan gen dalam tubuh anak tersebut)
dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan berperan sebagai pencetus
dimulainya kerusakan atau penghancuran sel pankreas. Faktor ini dapat
berupa zat kimia atau infeksi virus, walaupun sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Proses ini biasanya terjadi berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun sebelum timbulnya gejala.
Pada kunjungan pertama biasanya dilakukan anamnesis yang
berfungsi sebagai metode pendekatan terhadap pasien, kemudian dilakukan
penjadwalan untuk perawatan utama. Selain itu juga dapat dilakukan
tindakan atau prosedur operatif sederhana untuk menangani keluhan pasien
saat datang.
Penanganan pada pasien anak dapat dilakukan pemeriksaan dengan
dipangku ibunya diatas dental chair, memulai komunikasi dengan anak,
menyembunyikan alat-alat yang kemungkinan ditakuti anak. Selain itu, di
luar negeri terdapat suatu alat yang dinamakan audio analgesik, alat ini
dipakaikan pada anak (menggunakan headphone) jadi ketika dilakukan
pemeriksaan anak-anak sedang mendengarkan lagu-lagu yang dapat
menenangkan dirinya.
28
Pada skenario ini anak telah berusia 7 tahun sehingga diperkirakan
sudah cukup kooperatif dalam menjalankan perawatan yang akan diberikan
oleh seorang dokter gigi.
Diagnosa pada pasien dalam skenario diatas adalah adanya persistensi
karena gigi pengganti sudah erupsi.
Hubungan antara kegoyangan gigi, erupsi gigi, dan penyakit Diabetes
Melitus.
Hubungan kegoyangan gigi dengan diabetes melitus yakni adanya
defisiensi metabolisme kolagen sehingga membuat gigi menjadi goyang.
Kemudian obat-obatan yang digunakan pada penderita DM ini dapat
menyebabkan xerostomia sehingga dapat terjadi gingivitis atau
periodontitis. Adanya infeksi tersebut akan membentuk pocket periodontal
sehingga mengakibatkan kegoyangan gigi.
Diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas osteoklas sehingga gigi
menjadi kehilangan penopang dan mengakibatkan gigi goyang.
Kegoyangan juga dapat disebabkan oleh dua keadaan yaitu patologis
(karena ada trauma, penyakit seperti kista, karies) dan fisiologis (karena gigi
permanen erupsi sudah waktunya).
Untuk kasus pada skenario ini dapat disimpulkan bahwa terjadi
kegoyangan gigi dikarenakan proses fisiologis yaitu gigi sudah erupsi pada
waktunya.
Rencana perawatan pasien anak dengan penyakit Diabetes Melitus
Perawatan operatif dapat dilakukan pada kunjungan kedua, pada
kunjungan ini pasien pada keadaan telah dikonsulkan pada dokter yang
lebih kompeten dalam menangani penyakit sistemiknya (dikonsulkan pada
dokter spesialis anak).
Perawatan dianjurkan dilakukan pada pagi hari, dan makan terlebih
dahulu sebagai medikasi dapat diberikan insulin ½ dosis kemudian
dilakukan perawatan dan memberikan insulin ½ dosis. Dapat juga diberikan
vitamin seperti vitamin B komplek.
29
Yang perlu diperhatikan pada pencabutan gigi pasien DM, antara lain :
1. Melakukan pemeriksaan gula darah (pada setiap pasien, tidak hanya
pasien DM). Gula darah harus dalam batas normal : gula darah puasa
70-110 mg/dL dan gula darah sewaktu 100-140 mg/dL. Apabila
didapatkan angka diluar batas normal, pencabutan harus ditunda,
pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam (internist) untuk
mengkontrol kadar gula darah sebelum pencabutan dilakukan.
2. Pasien tidak dalam keadaan stress / tegang / takut, karena stress
dapat mengakibatkan KGD meningkat.
3. Penggunaan bahan anestesi noradrenalin, bukan adrenalin. Karena
adrenalin menyebabkan vasokonstriktor yang dapat memperkecil
pembuluh darah. Pada pasien DM, pembuluh darah akan menjadi
semakin kecil (mikroangiopati) menghambat aliran darah ke daerah
luka. Padahal sirkulasi darah yang baik dibutuhkan untuk
menghantarkanHemoglobin (Hb) pada sel darah merah, yang akan
membantu pembekuan darah.
4. Trauma pencabutan seminimal mungkin. Pada pasien DM
disarankan hanya mencabut satu gigi pada suatu kunjungan dan
menjahit luka untuk mempercepat penyembuhan. Selain itu, pasien
DM mudah mengalami infeksi karena jumlah leukosit yang
berkurang seiring dengan mengecilnya pembuluh darah
(mikroangiopati). Padahal, leukosit berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh alami terhadap infeksi.
Kesimpulan : Prosedur pemeriksaan tepat akan menentukan diagnosa yang
tepat pula untuk pasien dan akan memaksimalkan rencana
perawatan agar mendapat prognosis yang baik.
30
Step 4 Mapping
31
Kegoyangan gigi pada anak penderita Diabetes Melitus
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan Obyektif
Rencana Perawatan
Penegakan Diagnosa
Tindakan
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesa
Ekstra Oral
Intra Oral
Rujukan