bab i-bab iii -

51
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Helem adalah alat untuk perlindungan anggota tubuh yang dikenakan dikepala dan biasanya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar,serat resin, atau plastik. Bisa dibilang kondisi iklim di Indonesia yang panas dan lembab memang menjadi biang cepatnya pertumbuhan bakteri dan jamur di dalam helem. Namun kondisinya jadi serba salah, kalau musim hujan sudah tiba di akhir tahun hingga awal tahun. Bagi pengendara yang hanya memiliki stok helemnya hanya satu, harus melakukan berbagai cara, agar helem yang basah dan lembab kemudian bisa digunakan karena kondisi helem yang lembab atau basah bisa menimbulkan penyakit jika dibiarkan.

Upload: sutilao

Post on 12-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

21

BAB IPENDAHULUANI. Latar BelakangHelem adalah alat untuk perlindungan anggota tubuh yang dikenakan dikepala dan biasanya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar,serat resin, atau plastik.Bisa dibilang kondisi iklim di Indonesia yang panas dan lembab memang menjadi biang cepatnya pertumbuhan bakteri dan jamur di dalam helem. Namun kondisinya jadi serba salah, kalau musim hujan sudah tiba di akhir tahun hingga awal tahun. Bagi pengendara yang hanya memiliki stok helemnya hanya satu, harus melakukan berbagai cara, agar helem yang basah dan lembab kemudian bisa digunakan karena kondisi helem yang lembab atau basah bisa menimbulkan penyakit jika dibiarkan.Bakteri staphylococcus merupakan salah satu bakteri yang menyukai kelembaban sehingga bakteri ini bisa saja terdapat dalam helem yang lembab dan kotor. Salah satu contoh dampak yang akan terjadi apabila helem lembab dan kotor yaitu munculnya jerawat. Cara mencegah jerawat yaitu dengan selalu menjaga helem dalam keadaan bersih. Karena jika dalam kondisi parah bakteri juga bisa masuk ke dalam kelenjar kulit, dan selanjutnya bisa mengakibatkan pemicu tumbuhnya jerawat.Bakteri yang ada pada helem kotor tersebut akan berpindah ke kulit saat helem digunakan, dan yang paling sering adalah pada pipi dan bakteri pada helem tersebut akan terus berkembang pada helm yang dibiarkan dalam keadaan kotor. Tanpa disadari bahwa helem yang dipakai terkena keringat, basah, kotor dan berakibat tumbuhnya bakteri pada helem.II. Rumusan Masalaha. Apakah terdapat bakteri Staphylococcus pada helem ?III. Tujuan Penelitian a. Tujuan umumUntuk mengidentifikasi bakteri Staphylococcus yang terdapat pada helem b. Tujuan khususUntuk mengetahui bakteri Staphylococcus yang terdapat pada helem IV. Manfaat Penelitian a. Bagi InstitusiSebagai sumbangan ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan utamanya di bidang kesehatan serta dapat menjadi bahan bacaan atau perbandingan bagi penelitian berikutnya.b. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi untuk masyarakat, khususnya pengguna pengendara roda dua atau motor yang memakai helemc. Bagi penelitiSebagai media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh di bangku kuliah.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. Tinjauan Umum Tentang Helema. Pengertian HelemHelem (bahasa belanda: Helm) adalah bentuk perlindungan tubuh yang dikenakan dikepala dan biasannya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar,serat resin, atau plastik. Helem biasanya digunakan sebagai perlindungan kepala untuk berbagai aktivitas pertempuran (militer), atau aktifitas sipil sepertiolahraga, pertambangan, atau berkendara. Helem dapat member perlindungan tambahan pada sebagian dari kepala (tergantung pada strukturnya) dari benda jatuh atau berkecepatan tinggi. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Helm )b. Lapisan HelemAdapun lapisan utama helem motor yaitu : 1. Lapisan luar yang keras (hard outer shell) idesain untuk dapat pecah jika mengalami benturan untuk mengurangi dampak tekanan sebelum sampai ke kepala. Lapisan ini biasanya terbuat dari bahan polycarbonate.Lapisan luar ini biasa disebut juga FPS (Fiber Reinforced Plastic).2.Lapisan dalam yang tebal (inside shell or liner) di sebelah dalam dari lapisan luar terdapat lapisan yang sama pentingnya yaitu lapisan dalam yang tebal atau disebut juga protectivepadding. Bahan lapisan ini disebut EPS(Expanded Polystyrene). Lapisan tebal ini memberikan bantalan yang berfungsi menahan goncangan sewaktu helem terbentur benda keras, sementara kepala masih bergerak.3. Lapisan dalam yang lunak (comfort padding)Merupakan bagian dalam yang terdiri dari bahan lunak dan kain untuk menempatkan kepala secara pas dan tepat pada rongga helem. ( Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993)c. Manfaat HelemAdapun manfaat dari penggunaan helem bagi pengendara sepeda motor adalah sebagai berikut :1. Melindungi kepala dari benturan saat kecelakaan 2. Melindungi mata dari angin, debu dan kotoran serta benda keras lainnya 3. Melindungi kepala dari panasnya terik matahari4. Melindungi kepala dari basah air hujan5. Membuat penampilan menjadi lebih baik (Estetika)6. Mencegah tilang polisi lalu lintas

c. Jenis HelemAda dua jenis helem yang digunakan untuk pengendara sepeda motor diantaranya yaitu :1. Helem penuh (full face)Helem yang memberikan perlindungan yang paling baik adalah helem penuh karena seluruh kepala dilindungi dari benturan. Ketika lapisan dalam terkoyak, dapat memberikan hambatan yang cukup terhadap menghambat kepala/otak dengan berhenti secara lebih perlahan/lembut, dibanding proses benturan keras yang terjadi terhadap kepala/otak tanpa menggunakan helem.2. Half faceHelem half face berbentuk setengah lingkaran terbuka untuk menutupi kepala hingga wajah. Pada helem jenis ini terdapat plastik untuk melindungi wajah dari benturan dan angin. Untuk plastik yang digunakan untuk melindungi muka pun ada yang polos (putih/tembus pandang) dan ada yang menggunakan pelapis warna untuk mengurangi cahaya matahari yang langsung ke mata. Bagian luar dirancang untuk dapat pecah jika mengalami benturan untuk mengurangi dampak tekanan sebelum sampai ke kepala. Lapisan ini terbuat dari bahan polycarbonate biasanya terdapat corak untuk menambah nilai jual dari helem itu.bagian dalam dari helem terdapat Styrofoam sebagai pelapis kedua jika bagian luar pecah. Styrofoam tersebut dilapisi oleh busa untuk membuat nyaman kepala saat digunakan dan menempatkan kepala secara pas dan tepat pada rongga helem serta dapat mengurangi dampak populasi suara kendaraan lain saat berkendara. Terdapat tali pengikat agar saat digunakan helem tidak lepasII. Tinjauan Umum Tentang Bakteria. Pengertian BakteriBakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, prokariotik, tidak berklorofil, dan dicirikan oleh perkembang biakan yang cepat. Bakteri akan berkembang biak pada kondisi lembab atau hangat. Ummumnya bakteri dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman pertanian, di dalam tanah, pada biji atau tanaman hidup ( Waluyo,Lud.2004).b. Ciri ciri bakteriAdapun ciri-ciri bakteri yaitu :a. Ukuran tubuh yang berdiameter 0,12 mikron sampai 200 mikronb. Dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan mikroskop cahaya c. Bentuknya kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral).d. Memiliki dinding sel, membrane plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, granula, dan penyimpanan.

c. Bentuk-Bentuk BakteriBerdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu golobgan basil, golongan kokus, dan golongan spiril.a. Basil Basil (dari bacillus)Berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagain besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedangkan ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam.b. Kokus (dari coccus)Adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebut streptokokus; ada yang mengelompok berempat, ini disebut tetrakokus; kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokukus, sedangkan kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina.c. Spiril Spiril (dari spirillum)ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika disbanding dengan golongan kokus maupun golongan basil.(Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, 2004)

Gambar 1.1 Bentuk-bentuk bakteri

d. Flagel Banyak spesies yang dapat bergerak, akan tetapi banyak pula yang tidak dapat bergerak. Telah diketahui adanya bakteri yang dapat bergerak kemana-mana dengan menggunakan flagel ( dari kata flagellum yang berarti bulu cambuk).Dari golongan kokus tidaklah banyak yang dapat bergerak; mereka yang bergerak mempunyai satu sampi lima flagel. Dari golongan spiril banyak yang dapat bergerak karena mempunyai flagel pada salah satu atau kedua ujung sel. Golongan basil yang dapat bergerak mempunyai flagel yang tersebar baik pada ujung-ujung maupun pada sisi. Berdasarkan tempat kedudukan flagel itu, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :a. Jika flagel hanya satu, dan flagel itu melekat pada ujung sel, maka bakteri disebut monotrik.b. Jika banyak flagel melekat pada kedua ujung sel, maka bakteri disebut lofotrik.c. Jika banyak flagel melekat pada kedua ujung sel, maka bakteri disebut amfitrik.d. Jika flagel tersebar dari ujung-ujung sampai pada sisi, maka bkateri disebut peritrik.e. Jika suatu spesies tidak mempunyai flagel sama sekali, maka bakteri disebut atrik.

Gambar 1.2 Alat gerak bakteri

e. Identifikasi BakteriIdentifikasi bakteri adalah suatu uji yang dilakukan untuk menentukan keberadaan bakteri pada suatu sampel . pada uji biokimia yang biasa dilakukan yaitu pengujian katalase (untuk mengetahui bakteri yang dapat menghasilkan enzim katalase), pengujian oksidase fermentative (untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan glukosa), pengujian oksidase (untuk mengetahui adanya enzim oksidasepada bakteri), pengujian H2S (untuk mengetahui kemampuan bakteriuntuk memproduksi H2S), pengujian hidrolisis gelatin (untuk kemampuan bakteri menghasilkan enzim gelatine), pengujian indol dan ornithin (untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam indol dari tryptophan), Pengujian Methyl Red (untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasikan glukosa untuk menghasilkan asam), pengujian Voges Proskauer (untuk bakteri yang mampu menghasilkan acetymethyl carbinol dari fermentasi glukosa ) (Irianto,2006).III. Tinjauan Umum Tentang Jamur1. Pengertian JamurJamur merupakan organism e eukariota yang digolongkan kedalam kelompok cendawan sejati. Dinding sel jamur terdiri atas kitin. Sel jamur tidak mengandung klorofil. Jamur mendapatkan makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik disekitar tempat tumbuhnya diubah menjadi molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa, jadi jamur tidak seperti organism heterotrof lainnya yang menelan makananya kemudian mecernanya sebelum diserap. (Gunawan, 2000) Hifa adalah benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi membrane plasma dan sitoplasma. Jamur sederhana berupa sel tunggal atau benag-benang hifa saja. Jamur bertingkat tinggi terdiri dari anyaman hifa yang disebuut posenim atau pseudo parenkim. Prosenkim adalah jalinan hifa yang kendor dan pseudoparenkim adalah anyaman hifa yang lebih padat dan seragam. Sering terdapat anyaman hifa yang padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya bermacam-macam bagian lainnya.2. Tubuh JamurBaik jamur yang bersahaja maupun jamur yang yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai cirri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium, atau berupa kumpulan benang-benang yang padat menjadi satu. Halnya golongan ragi.(Saccharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Cirri kedua ialah, jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di alam evolusi.(Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, 2004)

3. Klasifikasi JamurUntuk mendapatkan gambaran dari golongan jamur dari seluruhnya dapat diberikan sebagai berikut (menurut ALEXOPOULOS, 1962). Thallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas :1. Phylum Schizomycophyta (bakteri)2. Phylum Myxomycophyta (jamur lendir).3. Phylum Eumycophyta (jamur benar)Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 klas, yaitu :1. Klas phycomycetes (jamur ganggang)2. Klas ascomycetes3. Klas Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna)4. Klas Basidiomycetes4. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan FungiPada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu :1. Subtrat. Subtrat merupakan sumber nutrient utama bagi fungi. Nutrient-nuutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari subtract tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana2. KelembapanFactor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan banyak Hypomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan yang lebih rendah, yaitu 80% .3. Suhu Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil.4. Derajat Keasaman Lingkungan (pH)pH subtract sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu subtract sesuai dengan aktifitasnya pada pH tertentu.Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7,0.5. Bahan kimiaBahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Misalnya, natrium benzoat dimasukkan ke dalam bahan pangan sebagai pengawet karena senyawa tersebut tidak bersifat toksik untuk manusia. (Indrawati Gandjar Roosheroe, 2014)5. Pembiakan JamurJamur berkembang biak secara vegetative dan generative dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tanpa perkawinan ialah :a. Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel berkelompok-kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora.b. Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih. Di dalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja, sedangkan tangkai pembawa konidia disebut konidiofor.c. Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yangn disebut klamidospora (chlamydospora = spora yang berkulit tebal).d. Jika bagian-bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora (serupa batu bata). Oidospora atau oidia (serupa telur) saja.

IV. Kerangka KonseptualKerangja konseptual adalah hubungan antara variable yang diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini variable dibagi menjadi tiga bagian variabel bebas adalah helm, variabel terikat adalah bakteri jamur, dan variabel pengguna adalah media

Variable TerikatBakteri JamurVariable BebasHelm

Varabel penggunaMedia Pengguna

Gambar 1.4 kerangka Konseptual

BAB IIIMETODE PENELITIANI. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik yakni penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek yang akan di teliti secara objektif.II. Desain PenelitianDesain penelitian yank akan digunakan dalam penelitian inia adalah dengan menggunakan desain posttest Only Design yaitu desain penelitian dimana dilakukan proses pengambilan sampel kemudian dilakukan pengukuran (observasi).

NoKode SampelHasil Uji Bakteriologi(Hasil Observasi)Keterangan

1A1

2A2

3A3

4A4

5A5

6A6

2323

Tabel 3.1 desain penelitian

III. Populasi Dan Sampela. populasi Populasi dalam penelitian ini adalah Helm Tukang Ojek b. SampelSampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh helm dan sebanyak 22 helm tukang ojek yang dipilih dengan metode purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan).Dik : Z5 = 1, 96d. = 10% = 0,10P. = 0,15Q. = 1, 96Rumus :1. Menentukan nilai P

P = P = 0,15Setelah diperoleh nilai P dapat dilanjutkan dengan mencari besar sampel yang akan digunakan

2. Menentukan besar sampel n = n = n = n = 23IV. Variabel penelitiandalam penelitian ini, Variabel dibagi menjadi dua bagian yaitu :a. Variabel bebas (independent) adalah helem b. Variable terikat (dependent) adalah bakteri Staphylococcusc. Variabel pengguna adalah mediaV. Waktu dan tempat penelitiana. Waktu penelitianPenelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015b. Tempat penelitianPenelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Analis Kesehatan KendariVI. Defenisi OperasionalDefenisi operasional mencakup pengertian-pengertian dan batasan-batasan yang digunakan untuk mendapatkan dan serta memudahkan dan menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan. Adapun beberapa defenisi tersebut adalah :1. Identifikasi merupakan suatu uji yang dilakukan untuk menentukan keberadaan bakteri pada suatu sampel atau upaya dengan serangkaian tempat laboratorium berupa pewarnaan, kultur, dan lain-lain untk menentukan genus atau spesies bakteri2. Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, prokariotik, tidak berklorofil, dan dicirikan oleh perkembangbiakan yang cepat.3. Jamur merupakan kelompok organism eukaritik yang tidak memiliki daun, akar, batang sejati,dan tidak dapat melakukan fotosintesis karena tidak memiliki klorofil atau pigmen daun.4. Helm merupakan alat untuk perlindungan anggota tubuh yang dikenakan dikepala dan biasanya dibuat dari metal atau bahan keras lainnya seperti Kevlar,serat resin, atau plastik.VII. Alat Dan Bahan Penelitiana. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Autoclave2. Batang pengaduk3. Erlenmeyer4. Gelas kimia5. pH universal6. plate7. rak tabung8. incubator9. jarum ose/sengkelit10. jembatan pewarnaan11. karet penghisap12. lampu spiritus13. mikroskop14. ose15. oven 16. pipet ukur17. sak obat18. sendok tanduk19. swab20. tabung reaksi21. timbangan digital22. waterbath

b. bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Alkohol 70%2. Aquadest 3. Helem4. KOH 10%5. Lactophenol Catton Blue6. Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)7. Media MCA (Mac Conkey Agar)8. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)9. Media Sabaroute Dextrose Agar (SDA)10. Media SCA (Simmons Citrat Agar)11. Media MR (Methyl Red) dan VP (Voges Proskauer)12. Media SIM (Sulfur Indol Motility)13. Media SSA (Salmonella Shigella Agar)14. NaCl 0,9%15. Oil imersi16. Pewarnaan gram (Carbon Gention Violet,lugos,Alkohol 96% dan Carbon Fuksin)G. Prosedur Penelitian Bakteri1. Sterilisasi AlatAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu dicuci bersih lalu dikeringkan kemudian disterilkan dalam oven selama 1-2 jam dengan suhu 1800C.2. Pembuatan Mediaa. Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)Cara kerja :1. Disiapkan alat bahan2. Ditimbang media BHIB 8,14 gram, dilarutkan dalam 220 mL aquadest3. Dipanaskan ke dalam waterbath sampai homogen dan diukur pH dengan Indikator pH 7,1 0,24. Dituang media tersebut ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 mL.5. Selanjutnya media BHIB dipindahkan ke autoclave untuk disterilkan dengan tekanan 1 atm pada suhu 1210C selama 15 menit.6. Disimpan media dalam lemari es

b. Media MCA (Mac Conkey Agar)Cara kerja :1. Disiapkan alat bahan2. Ditimbang media MCA 22,5 gram dilarutkan dalam 450 mL aquadest.3. Media MCA yang telah ditimbang dilarutkan dengan aquadest kemudian dihomogenkan dan diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,24. Dipanaskan hingga media benar-benar homogeny selama 10-15 menit menggunakan Waterbath kemudian disterilkan di autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit5. Dituang dalam cawan petri sebanyak 20 mL, kemudian didinginkan dan disimpan di lemari Es.

c. Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)Cara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang media EMBA 16,83 gram dalam 450 mL aquadest.3. Media EMBA yang telah ditimbang dilarutkan dengan aquadest kemudia di homogenkan dan diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,2.4. Dipanaskan hingga media benar-benar homogeny selama 10-15 menit menggunakan waterbath kemudian disterilkan di autoclave pada suhu suhu 1210C selama 15 menit.5. Dituang dalam cawan petri sebanyak 20 mL, kemudian didinginkan dan disimpan di lemari Es.

d. Media SSA (Salmonella Shigella Agar)Cara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan2. Ditimbang media SSA 13,5 gram dalam 450 mL aquadest3. Media SSA yang telah ditimbang dilarutkan dengan aquadest kemudia dihomogenkan dan diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,24. Diapanaskan hingga media benar-benar homogeny selama 10-15 menit menggunakan waterbath.5. Dituang dalam cawan petri sebanyak 20 mL, kemudian didinginkan dan disimpan di lemari Es.

e. Media TSIA ( Salmonella Shigella Agar)Cara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang media TSIA 30,55 gram media TSIA dilarutkan dalam aquadest 470 mL.3. Dipanaskan ke dalam waterbath samapai homogen dengan sempurna 4. Selanjutnya media TSIA dituamg dalam tabung reaksi sebanyak 7 mL dan ditutup dengan menggunakan kapas.5. Setelah itu dipindahkan ke autoclave untuk disterilkan pada suhu 1210C selama 15 menit6. Didinginkan dalam posisi miring dan dibiarkan hingga padat

f. Media SCA (Simmons Citrat Agar)Cara kerja :1) Disiapkan alat dan bahan2) Ditimbang media SCA 11,374 gram dilarutkan dalam aquadest 470 mL3) Dipanaskan hingga benar-benar homogen selama 10-15 menit menggunakan waterbath dengan sempurna4) Selanjutnya media SCA dipipet dalam tabung reaksi sebanyak 7 mL dan di tutupdengan menggunakan kapas5) Setelah diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,2 dan dipindahkan ke autoclave untuk disterilkan pada suhu 1210C selama 15 menit.6) Didinginkan dalam posisi miring dan dibiarkan hingga memadat

g. Media MR (Methyl Red) dan VP (Voges Proskauer)Cara kerja :1) Disiapkan alat dan bahan2) Ditimbang media MR dan VP 8,79 gram, dilarutkan dalam 470 mL aguadest3) Dipanaskan kedalam waterbath sampai benar-benar homogen dengan sempurna4) Selanjutnya media MR dan VP dituang dalam tabung reaksi sebanyak 7 mL dan ditutup dengan kapas.5) Setelah itu diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,2 dan dipindahkan ke autoclave untuk disterilkan pada suhu 121 0C selama 15 menit6) Didinginkan dan disimpan dalam lemari Es.

h. Media SIM (Sulfur Indol Motility)Cara kerja :1) Disiapkan alat dan bahan2) Ditimbang media SIM 14,1 gram, dilarutkan dalam aquadest 470 mL3) Dipanaskan kedalam waterbath sampai benar-benar homogen, selanjutnya media SIM dituang dalam tabung reaksi sebanyak 7 mL dan ditutup dengan kapas4) Setelah itu diukur pH dengan indikator pH 7,1 0,2 dan dipindahkan kedalam autoclave untuk disterilkan pada suhu 1210C selama 15 menit5) Didinginkan dan disimpan dalam posisi tegak, kemudia disimpan dalam lemari Es.

3. Identifikasi Bakteri 1. Hari pertama a) Disiapkan alat dan bahanb) Pengambilan sampel (pada helm), menggunakan swab kemudian dimasukkan ke dalam sak obat lalu swab tersebut di celupkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL nedia BHIB.c) Diinkubasi media BHIB tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di incubator.d) Diamati pertumbuhan bakteri

2. Hari keduaa) Bakteri yang tumbuh pada media BHIB di inokulasikan pada media MCA, EMBA dan SSA, kemudia diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C di di incubator.b) Diamati pertumbuhan bakteri.

3. Hari ketiga a) Bakteri yang tumbuh pada media MCA,EMBA dan SSA di lakukan pewarnaan gram dan diinokulasikan pada media tes biokimia :1. Media TSIA2. Media SCA3. Media SIM4. Media MR dan VP.b) Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.c) Diamati perubahan bakteri.

4. Hari keempata) Dibandingkan dengan tabel identifikasi bakterib) Ditentukan jenis bakteri.

H. Penanaman Pada Media1. Media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)a) Disiapkan alat dan bahanb) Sampel (helm), swap di masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 mL media BHIB.c) Diinkubasi menggunakan incubator pada suhu 370C selama 24 jam.d) Dikeluarkan dari incubator dan diamati pertumbuhan bakterinya.

2. Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang terdapat pada media BHIB di inokulasi dengan menggunakan ose bulat yang sudah difiksasi.c) Diinokulasikan pada media EMBA dengan cara di gores.d) Diinkubasi media EMBA tersebut 24 jam pada suhu 370C di incubator.e) Diidentifikasi pertumbuhan pada media f) Interprestasi hasil.

3. Media MCA (Mac Conkey Agar)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang terdapat pada media BHIB di isolasi dengan menggunakan ose bulat yang sudah difiksasi.c) Diinokulasikan pada media MCA dengan cara digoreskan d) Diinkubasi pada media MCA tersebut 24 jam pada suhu 370C di incubator.e) Diidentifikasi pertumbuhan pada`media f) Interprestasi hasil bakteri yang memfermentasikan laktosa akan memperlihatkan koloni yang berwarna merah.

4. Media SSA (Salmonella Shigella Agar)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang terdapat pada media BHIB diambil dengan menggunakan ose bulat yang sudah difiksasi.c) Diinokulasikan pada media SSA dengan cara digoresd) Diinkubasi media SSA tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di incubator.e) Diidentifikasi pertumbuhan pada media.f) Interprestasi hasil pertumbuhan koloni tidak berwarna.

I. Penanaman pada media identifikasi1. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang tumbuh pada ketiga media plate masing-masing diinokulasikan pada media TSIA dengan cara digores dan ditusuk.c) Diinokulasikan pada media TSIA tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di inkubator.d) Diidentifikasi hasil :1. Lereng kuning, dasar kuning, tanpa H2S2. Lereng kuning, dasar kuning, dengan H2S3. Lereng merah, dasar kuning, dengan H2S4. Lereng merah, dasar kuning, tanpa H2S5. Lereng merah, dasar merah tidak ada perubahan warna2. Media SCA ( simmons Citrat Agar)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang ada pada ketiga media plate masing-masing di inokulasikan pada media SCA dengan cara digores.c) Diinkubasi media SCA tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di inkubatord) Diidentifikasi pada media SCA.e) Interprestasi hasil : pertumbuhan koloni berwarna biru (+).3. Media MR (Methyl Red)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri yang tumbuh pada ketiga media plate diambil dengan ose lurus tang telah difiksasi c) Diinokulasikan pada media MR dengan cara di celupkand) Diinkubasi media MR tersebut selam 24 jam pada suhu 370C di inkubatore) Keesokan harinya ditambahkan larutan Methyl Red positif ditandai perubahan warna pada media menjadi kuning atau jingga 4. Media VP (Voges Proskauer)a) Bakteri yang tumbuh pada media ketiga media plate diambil dengan ose lurus yang telah difiksasi b) Diinokulasikan pada media VP dengan cara dicelupkanc) Diinkubasi media VP tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di inkubator.d) Keesokan harinya ditambahkan larutan alfa naftol dan KOH 40% positif ditandai, terbentuknya warna merahe) Observasi hasilf) Interprestasi hasil : fermentasi laktosa ditandai dengan warna merah (+)5. Media SIM (Sulfur Indol Motility)a) Disiapkan alat dan bahanb) Bakteri pada ketiga media plate masing-masing diinkubasi pada media SIM dengan cara ditusukc) Diinkubasi media SIM tersebut selama 24 jam pada suhu 370C di inkubatord) Diidentifikasi pertumbuhan pada media SIMe) Interprestasi hasil :1. Indol: terbentuk cincin merah2. Motility: (gerak) keruh3. Terbentuk H2S

J. Pewarnan gram1. Disiapkan alat dan bahan2. Dibuat sediaan diatas objek glass3. Dikeringkan dengan cara fiksasi di atas api kecil4. Sediaan yang telah kering diletakan diatas jembatan pewarnaan5. Dilakukan pewarnaan gram :a. Digenangi dengan larutan gention violet selama 1 menitb. Dibilas dengan air mengalirc. Digenangi dengan larutan lugol selama 1 menitd. Dibilas dengan air mengalire. Digenangi dengan larutan alkohol 96% selam 30 detik.f. Dibilas dengan air mengalirg. Digenangi dengan larutan carbon fucsin selama 30 detikh. Dibilas dengan air mengalir lalu keringkan6. Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dengan menggunakan oil imersi7. Interprestasi hasilWarna ungu : bakteri gram positifWarna merah : bakteri gram negative

K. Prosedur Penelitian Jamur1. Sterilisasi alat Alat alat yang akan digunakan hendaknya disterilisasi terlebih dahulu ke dalam oven untuk membebaskan atau memusnahkan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.alat-alat yang di gunakan seperti cawan petri, pipet, Erlenmeyer dan tabung reaksi dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1210C selama 15 menit a. Pembuatan Media SDACara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan2. Ditimbang media SDA 16,25 gram dilarutkan dalam 250 mL aquadest3. Diukur pH media SDA dengan indikator pH 5,6 0,24. Dihomogenkan larutan media menggunakan Water bath5. Media disterilkan menggunakan Autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit6. Dituang media kedalam cawan petri7. Didinginkan hingga bekub. Uji penelitian Cara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja pengerjaan di semprotkan dengan alcohol 70%3. Sampel Swab dari helm di masukkan ke kedalam tabung reaksi yang berisi 9 mL NaCl 0,9% steril dan di homogenkan4. Diambil 1 mL sampel dari botol pengencer 10-1 dan dimasukkan kedalam botol pengencer-2 dan di homogenkan 5. Diinokulasi pengerjaan yang sama sampai pada pengencer 10-36. Diambil 1 mL sampel uji dari pengenceran 10-2, 10-3,10-4, dan 10-5 dan masing-masing dimasukkan kedalam cawan petri steril.7. Dituang media SDA hingga menutupi semua dasar.8. Dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri dan dibiarkan hingga padat9. Diinkubasi pada suhu 280C 3x24 jam10. Diamati pertumbuhan koloni jamurc. InokulasiBila sampel sudah melalui proses pengenceran, maka perlu segera dilakukan inokulasi ke dalam media SDA untuk pertumbuhan jamur, kemudian inkubasi pada suhu 280C selama 24-28 jam dan diamati terjadinya pertumbuhan koloni jamurd. Uji penegasan Cara kerja :1. Disiapkan alat dan bahan2. Diambil 1 ose koloni jamur dari media SDA3. Diletakkan pada permukaan objek gelas4. Dilakukan pewarnaan dengan meneteskan LPBC pada koloni yang telah disiapkan kemudian ditutup dengan kaca penutup 5. Diamati morfologi jamur di bawah mikroskop dengan menggunakanpembesaran objektif40xL. Kerangka Operasional

1. Kerangka Operasional Bakteri

HasilSIMIdentifikasi Tes BiokimiaTSIAPewarnaan GramSSAEMBAIdentifikasiDiinokulasikan pada 9 mL BHIBSampel

Identifikasi

MR/VPSCA

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka operasional bakteri

2. Kerangka Operasional Jamur

Sampel

Suspense 1 : 9Amati Pertumbuhan JamurMedia SDA

Gambar 2.2 Kerangka operasional jamurM. Analisa Data

1. Jenis dataa. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh lagsung dari tempat pengujian, meliputi : identifikasi bakter.b. Data sekunderData sekunder yaitu data penunjang yang diperoleh dari buku, teks,jurnal atau literature lain yang berhubungan dengan penelitian ini. c. Pengumpulan dataData yang diperoleh dari pengujian populasi bakteri jamur pada helm yang telah ditanam ke dalam masing-masing media.d. Pengolahan dataData yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara deskriptif analitik.e. Penyajian data Data dalam hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan di jelaskan dalam bentuk narasi.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa helm yang lembab dan kotor merupakan salah satu tempat yang paling disukai oleh jamur dan bateri sehingga didalam helm yang kotor dan lembab bisa saja terdapat bakteri dan jamur. B. SaranDengan adanya penelitian ini diharapkan agar pengguna helm mengetahui dan lebih memperhatikan kebersihan helem yang digunakan tersebut.