bab ii lepto

4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Leptospirosis merupakan istilah untuk penyakit yang disebabakan oleh semua leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Hubungan gejala klinis dengan infeksi oleh serotipe yang berbeda membawa pada kesimpulan bahwa satu serotipe Leptospira mungkin bertanggung jawab terhadap berbagai macam gambaran klinis. Penyakit ini dapat berjangkit pada laki-laki maupun perempuan semua umur perempuan semua umur dan dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, swimp fever, autumnal fever, dan lain-lain. Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. Yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd’s, 2.2 Anatomi dan Fisiologi 2.3 Etiologi Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira interrogans dengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi atas serotipe. Bakteri Leptospira merupakan

Upload: inlife-febby-basrie

Post on 03-Oct-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

reproduksi

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiLeptospirosis merupakan istilah untuk penyakit yang disebabakan oleh semua leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Hubungan gejala klinis dengan infeksi oleh serotipe yang berbeda membawa pada kesimpulan bahwa satu serotipe Leptospira mungkin bertanggung jawab terhadap berbagai macam gambaran klinis. Penyakit ini dapat berjangkit pada laki-laki maupun perempuan semua umur perempuan semua umur dan dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, swimp fever, autumnal fever, dan lain-lain. Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. Yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherds, 2.2 Anatomi dan Fisiologi2.3 EtiologiPenyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira interrogans dengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi atas serotipe. Bakteri Leptospira merupakan Spirochaeta aerobik(membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup), motil9dapat bergerak),g gram negatif, bentuknya dapat berkerut-kerut, dan terpilin dan ketat. Bakteri Leptospira berukuran panjang 6-20 m dan diameter 0,1-0,2 m. Sebagai pembanding, sel darah merah hanya 7m. Jadi, ukuran bakteri ini relatif kecil dan panjang sehingga sulit terlihat bila menggunakan mikroskop cahaya dan untuk melihat bakteri ini diperlukan mikroskop dengan teknik kontras. Bakteri ini dapat bergerak maju dan mundur. Leptospira ini bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang piaraan seperti anjing, lembu, babi, kerbau, dan lain-lain. Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka/ erosi dengan air, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah tecemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi leptospira. Menurut beberapa penelitian, yang sering menginfeksi manusia ialah L.icterohaemorhagiae dengan reservoir tikus, L. canicola dengan reservoir anjing, dan L. pomona dengan reservoir sapi dan babi. Leptospira yang masuk melalui kulit maupun selaput lendir yang luka/erosi akan menyebar ke organ-organ dan jaringan tubuh melalui darah. Sistem imun tubuh merespon sehingga jumlah leptospira akan berkurang, kecuali pada ginjal, yaitu tubulus dimana akan terbentuk koloni-koloni pada dinding lumen yang mengeluarkan endotoksin dan kemudian dapat masuk ke dalam kemih.2.4 Patofisiologi

2.5 Manifesitasi Klinis Pada leptospirosis akan ditemukan perjalanan klinis bifasik, yaitu leptospiremia dimana leptospira ditemukan dalam darah, fase imun, dan fase penyembuhan. Masa tunas berkisar antara 2-26 hari (kebanyakan 7-13 hari dengan rata-rata 10 hari).Pada fase leptospiremia timbul gejala demam yang mendadak, disertai gejala sakit kepala terutama bagian frontal, oksipital atau bitemporal. Pada otot akan timbul keluhan mialgia dan nyeri tekan terutama pada otot gastroknemius, paha, dan pinggang yang diikuti dengan hiperestersia kulit. Fase ini berlangsung selama 4-9 hari, juga dapat ditemui gejala menggigil dan demam tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran dan injeksi konjungtiva. Fase berikutnya adalah fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM. Setelah gejala asimtomatik selama 1-3 hari, gejala klinis pada fase leptospiremia yang sudah menghilang akan muncul kembali, dan kadang disertai meningismus. Pada fase ini, demam jarang melebihi 390Cdan berlangsung selama 1-3 hari. Gejala lain yang muncul pada fase imun ini adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta neuropati perifer. Pada fase 3, yaitu fase penyembuhan yang biasanya terjadi pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 dan dapat ditemukan demam atau nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang.Pada hewan, Leptospira kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis(bersifat subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun sebenarnya dia sudah terserang Leptospirosis. Kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu menyebarkan bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti.Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna kekuningan, karena pecahnya butir darah merah(erittrosit) sehingga ada hemoglobin dalam urin. Gejala ini terjadi pada 50% kasus, terutama jika penyebabnya L. Pomona. Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan, depresi, nyeri pada bagian-bagian tubuh, gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang kematian. Apabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu radang mukosa mata(konjungtivitis), radang hidung(rhinitis), radang tonsil(tonsilitis), batuk dan sesak napas.