bab ii acuan teoritik a. acuan teori area dan fokus yang ...repository.unj.ac.id/1761/7/11. bab...
TRANSCRIPT
9
BAB II
ACUAN TEORITIK
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Hasil Belajar IPS
a. Pengertian Hasil Belajar
Seseorang dikatakan belajar apabila dapat bertindak sesuai dengan
apa yang telah dipelajari dan dialami. Jika hanya mengingat atau menghafal
saja namun belum pernah mengalami, maka belum dapat dikatakan belajar.
Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik yang dikutip oleh Ahmad Susanto
dengan mengatakan bahwa belajar adalah memodifikasi atau
memperteguh perilaku malalui pengalaman.29
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan perilaku akibat adanya
interaksi seperti yang dikemukakan oleh Burton yang dikutip oleh Ahmad
Susanto dengan mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.30
Belajar merupakan kegiatan penting yang dapat terjadi secara alamiah
atau buatan didalam kehidupan manusia yang dapat membantu manusia
29
Ahmad Susanto. op. cit., h. 3. 30
Ibid., 4
10
menuju pada kedewasaan. Namun proses pendewasaan tersebut tidak
dapat sempurna tanpa didukung dengan pengalaman berupa pelatihan,
pembelajaran, dan proses belajar. Sabri mengutip pendapat Musfiqon yang
mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan pelatihan.31
Pada kenyataannya, belajar tidak hanya dilakukan berdasarkan
kegiatan melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Seperti yang
dikatakan oleh Sudjana yang dikutip oleh Musfiqon dengan mengatakan
bahwa belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu.32 Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Eveline Siregar
dan Hartini Nara dengan mengatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman
masa lalu ataupun pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan.33
Hal senada juga diungkapkan oleh Winkel yang dikutip oleh Suyono
dan Hariyanto dengan mengatakan bahwa Belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
31
Musfiqon. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.(Jakarta: PT. Prestasi
Pustaka Raya, 2012), h. 3 32
Ibid., h. 5 33
Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran.(Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 4
11
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.34 Jadi, dapat dikatakan bahwa
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang tidak hanya
didapat melalui kegiatan melihat, mengamati, dan memahami sesuatu
sehingga memperoleh perubahan tingkah laku yang relative menetap dan
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan nilai sikap.
Dari berbagai pengertian belajar sebagaimana yang telah dijelaskan,
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang
menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan yang dimaksud diantaranya
perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
Perubahan prilaku yang akan di capai oleh peserta didik dalam proses
belajar disebut dengan hasil belajar. Purwanto mengutip pendapat Winkel
yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.35
Kemudian dalam bukunya, Purwanto menjelaskan bahwa hasil belajar
dapat dipahami dengan memecah dua kata yang membentuknya, yakni
hasil dan belajar. Kata hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang berdampak pada perubahan.
Sedangkan belajar menunjuk pada apa yang dilakukan oleh seseorang 34
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran.(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), h. 14 35
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar.(Yogyakarta: Pustaka pelajar), h. 45
12
sehingga mengalami perubahan perilaku yang meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.12
Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan
belajar. Peserta didik yang berhasil dalam belajar adalah peserta didik yang
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh
Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris dengan
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
peserta didik setelah melalui kegiatan belajar.13 Jadi dapat dikatakan bahwa
seseorang memiliki hasil belajar jika dalam proses belajarnya memiliki
perubahan yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikapnya. Hasil belajar
yang diperoleh dalam proses belajarnya pun harus sesuai dengan tujuan
belajar yang telah dibuat guru sehingga dapat diukur.
Setelah melalui proses belajar maka peserta didik diharapkan dapat
mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar, yaitu
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar.
Seperti yang dikatakan oleh Sudjana yang dikutip oleh Asep Jihad dan
Abdul Haris dengan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.14 Kemampuan-kemampuan tersebut diharapkan dapat
12
Ibid., h. 44. 13
Asep Jihad dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran.(Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012)
h. 14 14
Ibid., h. 15
13
membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada di
sekitarnya dan dapat menambah keterampilan peserta didik.
Hasil belajar yang tampak dapat ditunjukkan dengan terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sementara itu, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam hasil belajar
seorang peserta didik, salah satunya adalah aspek kognitif seperti yang
dikemukakan oleh Usman yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris
dengan mengatakan bahwa aspek kognitif dapat dibagi menjadi beberapa
tingkatan yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisia,
sintesa, dan evaluasi.15
Dalam Lorin W. Anderson dan Krathwohl telah merevisi taksonomi
Bloom terdapat enam tahapan aspek kognitif, yaitu mengingat (C1),
memahami (C2), menerapkan (C3), mengnalisis (C4), mengevaluasi (C5),
mencipta (C6). Anderson dan Krathwohl mengganti kata benda ke kata
kerja karena penggunaan kata kerja lebih sesuai daripada kata benda.
Jumlah tingkatan masih tetap enam dan urutan tingkatan dari rendah ke
lebih tinggi. Anderson memasukkan mencipta pada tingkat yang lebih tinggi.
Berikut ini gambar revisi taksonimi Bloom menurut Anderson dan
Krathwohl :
15
Ibid., h. 16
14
Gambar 2.1
(Sumber, Atherton dalam Ika Lestari, 2013 : 34)16
Dari tabel tersebut maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :(1) Tingkatan tingkah laku pada taksonomi Bloom
menggunakan kata benda sedangkan Anderson mengubahnya dengan
menggunakan kata kerja. (2) tingkatan terendah (C1) pengetahuan diganti
dengan mengingat. (3) tingkatan (C4) analisi dan tingkatan (C5) sintesis
dilebur menjadi (C4) menganalisis, (4) tingkatan (C6) evaluasi di turunkan
menjadi ke (C5) menjadi mengevaluasi, dan (5) tingkatan C6 ditambahkan
menjadi Mencipta.
16
Ika Lestari. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. (Padang: Akademia
Permata,2013), h.34
EVALUASI
SINTESIS
ANALISIS
PENERAPAN
PEMAHAMAN
PENGETAHUAN
MENCIPTA
MENGEVALUASI
MENGANALISIS
MENERAPKAN
MEMAHAMI
MENGINGAT
15
Sedangkan Anderson dan Krathwol telah membuat revisi pada
taksonomi Bloom seperti di bawah ini :
Taksonomi Bloom Taksonomi Perbaikan Anderson dan Krathwol
Pengetahuan Mengingat (C1)
Pemahaman Memahami (C2)
Penerapan Menerapkan (C3)
Analisis Menganalisis (C4)
Sintesis Menilai (C5)
Penilaian Menciptakan (C6)
Tabel 2.1
Perbaikan struktur ranah kognitif (Anderson & Krathwol)17
Berdasarkan pengertian, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar dilakukan
untuk mengusahakan adanya perubahan tingkah laku pada individu yang
belajar. Perubahan tingkah laku tersebut menggambarkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus didapat oleh peserta didik sehingga
menjadi hasil belajar. Perubahan yang dimaksud mengacu kepada aspek
kognitif selama proses pembelajaran. Di dalam aspek kognitif terdapat enam
tahapan, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),
mengnalisis (C4), mengevaluasi (C5), mencipta (C6).
17
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung: Pakar Raya,2004) h. 71.
16
b. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan Ilmu Pengetahuan yang
mengkaji berbagai disiplin Ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar
manusia yang memberi wawasan dan pemahaman mendalam kepada
peserta didik, khususnya di sekolah dasar. Untuk mendefinisikan IPS,
Menurut Iif Khoiru mengatakan bahwa IPS adalah salah satu mata
pelajaran yang diberikan di sekolah dasar mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generlisasi yang berkaitan dengan isu social. 18 Adapun
pendapat lain yang dikemukakan oleh National Council for the Social
Studies (NCSS), yaitu :
Social studies is the integrated study of social scence and humanities
to promote civic competence. Within the school program, social studies
provides coordinate, systematic study drawing upon such disciplines
as anthropology, archeology, economic, geography, history, law,
philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as
well as appropriate content from the humanities, mathematic, and
natural science. The primary purpose of social studies is to help young
people develop the ability to make informed and reasoned decisions
for the public good as citizens of culturally diverse, democratic society
in an independent world.19
Definisi IPS yang diberikan oleh NCSS di atas pada prinsipnya
menjelaskan bahwa pendidikan IPS merupakan kajian terpadu dari ilmu-
18 Iif Khoiru Ahmadi. Mengembangkan pembelajaran IPS terpadu. (Jakarta. PT Prestasi
Pustaka, 2011), h.137 19 Ahmad Susanto. op. cit., h. 143
17
ilmu sosial dan ilmu-ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan
kewarganegaraan. Dalam program sekolah, pendidikan IPS menyediakan
kajian terkoordinasi dan sistematis dengan mengambil atau meramu
disiplin-disiplin ilmu sosial: seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi,
sejarah, hokum, ilmu politik, agama, dan sosial. dengan demikian
pendidikan IPS bukanlah mata pelajaran disiplin ilmu tunggal, melainkan
gabungan dari berbagai disiplin ilmu.
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana peserta didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan
pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan
masyarakat.20 Pembelajaran yang mengajarkan hubungan manusia dengan
manusia lainnya secara ilmiah dalam berinteraksi. Pembelajaran ini
dikhususkan untuk memberikan pengetahuan dasar pada peserta didik
pada tingkat dasar dan menengah. Sehingga pembelajaran IPS itu lebih
dituntut untuk peserta didik agar dapat mengaplikasikan konsep dan tujuan
dari IPS.
Hal senada yang diungkapkan oleh Buchari Alma mengemukakan
pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam
20
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), h. 173
18
lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan bahannya
diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti : geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi.21 Hal ini sesuai dengan
pendapat Sapriya yang mengungkapkan PIPS (Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial) sebagai kajian akademik disebut juga IPS sebagai
pendidikan disiplin ilmu adalah PIPS sebagai seleksi dan integrasi dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan, dikemas secara
psikologis, ilmiah, pendagogis, dan sosial-kultural untuk tujuan
pendidikan.22
Dari berbagai penjelasan, dapat dideskripsikan bahwa IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Selain itu IPS juga merupakan ilmu yang bersifat terpadu
dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sosiologi dan
sejarah. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPS sebagai proses diperlukan
untuk menciptakan pembelajaran IPS yang terpadu dengan melaksanakan
pembelajaran yang melatih keterampilan.
21
Ahmad Susanto. op. cit., h. 141 22 Sapriya. Pendidikan IPS. (Bandung: PT Rosdakarya, 2016), h.12
19
2. Tujuan IPS
Dalam KTSP (2006), mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk
berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, inkuiri,
memecahkan masala, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan
kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerja sama,
dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal,
nasional, dan global.23
Dengan demikian, pembelajaran IPS di SD dapat mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Melatih dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan proses dan dapat melatih peserta
didik untuk dapat berkomuniksi serta bertindak secara rasional dan kritis
terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya.
Keterampilan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat usia dan
karakteristik peserta didik.
23
Depdiknas. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS. (Jakarta:
Depdiknas. 2006)
20
c. Hasil Belajar IPS
Dari berbagai penjabaran tentang pengertian hasil belajar dan
pengertian IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), dapat diambil kesimpulan
bahwa Hasil belajar IPS merupakan hasil optimal peserta didik dalam aspek
konigtif yang diperoleh peserta didik selama proses pembelajaran. Di dalam
aspek kognitif terdapat enam tahapan, yaitu mengingat (C1), memahami
(C2), menerapkan (C3), mengnalisis (C4), mengevaluasi (C5), mencipta
(C6).
Dalam menentukan teknik penilaian hasil belajar IPS, hendaknya guru
harus menentukan indikator-indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-
indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar dapat
dijadikan sebagai tolak ukur peserta didik dalam menentukan tujuan
pembelajaran dalam mata pelajaran IPS. Dengan demikian, peserta didik
harus memiliki perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan
sehingga peserta didik mampu mencapai hasil belajar yang maksimal
sekaligus memecahkan masalah yang berkaitan dengan masalah sosial
dan menerapkannya di dalam kehidupan masyarakat.
21
B. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif atau Desain-
Desain Alternatif Intervensi yang Dipilih
1. Hakikat Model Active Learning
a. Pengertian Model Active Learning
Pada awalnya menerima ceramah dari guru dengan praktis suatu
pengetahuan tertentu merupakan ciri khas dari pembelajaran. Akan tetapi,
seiring berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan, mulai dikembangkan
model-model pembelajaran yang mendorong peserta didik menemukan
suatu pengalaman yang konkret, lalu membangun pengalaman tersebut
sehingga terbentuk menjadi keaktifan dengan bimbingan dari fasilitator atau
guru. Salah satu model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
dapat menemukan dan membentuk sendiri suatu konsep pembelajaran
adalah model pembelajaran active learning tipe student facilitator and
explaining.
Model active learning dalam bahasa Indonesia adalah pembelajaran
aktif. Active learning (pembelajaran aktif) merupakan pembelajaran yang
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan
pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran sehingga
peserta didik mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan
pemahaman dan kompetensinya.
22
Setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda – beda dan potensi
tersebut terpendam tanpa disadari oleh mereka. Potensi tersebut akan
dioptimalkan melalui pembelajaran active learning seperti yang
dikemukakan oleh Evelin Siregar dan Hartini Nara, yaitu active learning
adalah dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi
yang dimiliki oleh peserta didik sehingga semua peserta didik dapat
mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik
pribadi yang mereka miliki.24
Sedangkan menurut Hisyam Zaini, pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.25 jadi
dapat disimpulkan active learning adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan potensi yang di miliki,
sehingga mencapai hasil belajar yang memuaskan. Pembelajaran aktif ini
peserta didik dituntut untuk aktif dan guru harus kreatif agar menciptakan
suasana yang menyenangkan.
Hal yang serupa menurut Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi,
pembelajaran aktif merupakan untuk menjaga perhatian peserta didik agar
tetap tertuju dalam proses pembelajaran.26 Dari pengertian tersebut dapat
24
Eveline Siregar dan Hartini Narae Siregar. op. cit., h.6 25
Hisyam Zaini, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. ( Yogyakarta : Pustaka Insani Madani,
2008), h. 14 26
Umi Machmudah & Abdul Wahab Rosyid. Active Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. (UIN-MALANG PRESS, 2008), h. 64
23
disimpulkan bahwa selama proses pembelajaran peserta didik harus tetap
focus dan menjaga perhatiannya selama proses pembelajaran.
Dalam active learning terdapat langkah-langkah dalam pembelajaran
ini antara lain: (1) menyampaikan tujuan dan motivasi kepada peserta
didik, (2) menyajiksn informasi, (3) mengorganisasikan peserta didik ke
dalam kelompok, (4)membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5)
mengevaluasi materi yang telah dipelajari, dan (6) memberi
penghargaan kepada peserta didik.27
Adapun konsep belajar aktif, sebagaimana yang diungkapkan
Confusius :
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa
yang saya lakukan, saya paham.28
Silberman telah memodifikasi dan memperluas pernyataan Confiusius
menjadi apa yang ia sebut paham belajar aktif.
Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya
ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan
dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar,
lihat, diskusikan, dan lakukan. Saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain, saya
menguasainya.29
Berdasarkan pengertian, dapat dideskripsikan bahwa model active
learning tipe student facilitator and explaining merupakan pembelajaran yang
27
Ibid,.h.64 28
Melvin L. Silberman. Active Learning 101 cara belajar siswa aktif. (Yogyakarta : Pustaka
Insani Madani, 2007), h. 1 29
Ibid., h. 2
24
menyenangkan dan menuntut peserta didik untuk aktif bergerak dan berfikir
selama proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik tidak hanya melalui
keaktifan fisik tetapi juga keaktifan mental. Oleh karena itu, kegiatan belajar
mengajar yang dirancang harus melibatkan peserta didik secara aktif agar
dapat menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.
b. Karakteristik Model Active Learning
Menurut panduan pembelajaran model ALIS (Active Lerning In School)
dalam Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad, ciri – ciri pembelajaran aktif
sebagai berikut :
(1)Pembelajaran berpusat pada peserta didik, (2) pembelajaran terkait
dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk
berpikir tingkat tinggi, (5) pembelajaran mendorong anak untuk
berinteraksi multiarah (siswa – guru), (6) pembelajaran menggunakan
lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran
berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan
siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau proses
belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil
kerja anak.30
Dari karakteristik diatas, dapat dijabarkan bahwa pembelajaran ini
berpusat pada peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berfikir,
berinteraksi serta mengaitkan sumber belajar dalam kehidupan nyata.
30
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.(Jakarta :
Bumi Aksara, 2011), h. 76
25
2. Pengertian Model Active Learning Tipe Student Facilitator and
Explaining
Di dalam model active learning terdapat beberapa tipe, salah satu tipe
yang mendorong peserta didik untuk berkesempatan menjelaskan kembali
materi kepada rekan-rekannya adalah student facilitator and explaining.
Tipe student facilitator and explaining merupakan pembelajaran yang
melatih peserta didik untuk dapat mempresentasikan ide atau gagasan
mereka kepada teman sebayanya. model ini akan relevan apabila peserta
didik secara aktif ikutserta dalam merancang materi pembelajaran yang
akan dipresentasikan.31
Seperti yang dikatakan oleh Miftahul Huda, student facilitator and
explaining adalah rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan
penjelasan secara terbuka, memberikan kesempatan peserta didik untuk
menjelaskan kembali kepada peserta didik lainnya.32 jadi, penjabaran
tersebut mendeskripsikan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan
dalam kegiatan pembelajarannya.
Hal senada juga dikatakan oleh Uno dan Mohamad menyatakan
bahwa student facilitator and explaining adalah suatu model pembelajaran
dimana peserta didik mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan
31
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. Ragam Pengembangan model Pembelajaran untuk
Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena, 2015. h. 79 32
Huda, Miftahul. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.(Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2013), h. 20
26
peserta didik lainnya.33 Selanjutnya menurut Isjoni student facilitator and
explaining merupakan model dimana peserta didik belajar dan bekerja
kelompok secara kolaboratif yang beranggota 4-6 untuk saling menghargai
pendapat temannyadan saling memberikan pendapat.34 Student facilitator
and explaining merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali
dengan penjelasan secara terbuka, memberikan kesempatan peserta didik
untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya, dan diakhiri dengan
penyampaian semua materi kepada peserta didik.35
Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa model active
learning tipe student facilitator and explaining lebih menekankan pada
sistem pembelajaran aktif. Dimana tipe ini diterapkan setelah guru
menyajikan garis besar materi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya,
setelah guru menyajikan materi, peserta didik akan diberikan kesempatan
untuk menjelaskan kembali kepada teman sebayanya untuk memperoleh
pengetahuan dengan jalan mengkonstruksinya sendiri. Selain itu, dalam
pembelajaran dengan menggunakan tipe student facilitator and explaining,
peserta didik dapat leluasa berinteraksi dengan sesama temannya.
33
Uno, Hamzah dan Mohamd. Op. cit., h. 16 34
Isjoni. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 7 35
Ngalimun, dkk. Strategi dan Model Pembelajaran. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016),
h. 228
27
Interaksi itu dapat memotivasi mereka untuk berbagi pendapat dan
memperkaya pengetahuannya.
a. Prosedur Pelaksanaan Model Active Learning Tipe Student
Facilitator and Explaining
Dalam pelaksanaanya, student facilitator and explaining dapat
didukung dengan penggunaan dari beberapa media yang dapat
menguatkan materi dalam memunculkan konsep, seperti gambar atau
video. Langkah–langkah student facilitator and explaining diantaranya yaitu
a)Guru menyampaikan kompetensi yang diinginkan, b) guru
mendemontrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran, c) guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menjelaskan kepada peserta didik lainnya, misalnya
melalui bagan atau peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara
bergiliran atau acak, d) guru menyimpulkan ide atau pendapat
peserta didik, e) guru menerangkan semua materi yang disajikan
saat itu, f) penutup36
Adapun Menurut Suprijo terdapat enam langkah dalam pelaksanaan
Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut :
a)Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, b) guru
mendemonstrasikan atau menyajikan materi, c) memberikan
kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada peserta didik
lainnya misalnya melalui bagan/ peta konsep, d) guru menyimpulkan
36
Ibid., h. 229
28
ide/ pendapat dari peserta didik, e) guru menerangkan semua materi
yang disajikan saat itu, dan f) penutup.37
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat enam prosedur
pelaksanaan model active learning tipe student facilitator and explaining
yaitu : a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai yaitu guru
menjelaskan tujuan, b) guru menyajikan materi yaitu guru membagikan
kelompok dan menjelaskan cara membuat bagan, c) guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menjelaskan materi kepada
teman sebayanya yaitu peserta didik maju ke depan kelas dan
menjelaskan materi melalui bagan yang telah dibuatnya, d) guru
menyimpulkan pendapat dari peserta didik yaitu saat peserta didik
menjelaskan, guru mencatat point-point penting untuk diulas kembali, e)
guru menerangkan semua materi yaitu guru menjelaskan keseluruhan
materi agar peserta didik lebih memahami materi yang telah dibahas pada
saat itu, dan (f) penutup.
37
Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PALKEM. (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009), h. 24
29
b. Kelebihan Model Active Learning Tipe Student Facilitator and
Explaining
Penggunaan pembelajaran selain dapat menciptakan suasana kelas
yang menyenangkan, juga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik
mengenai suatu materi. Beberapa kelebihan student facilitator and
explaining diantaranya adalah :
a)Dapat mendorong tumbuh kembangnya potensi berfikir kritis peserta
didik secara optimal. b)Melatih peserta didik aktif, kreatif dalam
menghadapi setiap masalah. c)Mendorong tumbuhnya tengang
rasa,mau mendenggarkan dan menghargai pendapat orang lain.
d)Melatih peserta didik untuk meningkatkan kemampuan saling
bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu
kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok. e)Mendorong
tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat peserta didik secara
terbuka. f)Melatih kepemimpinan peserta didik. g)Memperluas
wawasan peserta didik melalui kegiatan saling bertukar informasi,
pendapat dan pengalaman antar mereka.
Dari kelebihan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa peserta
didik tidak hanya menerima materi tetapi diajak untuk ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi tersebut adalah peserta didik
dapat mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka terkait materi yang
diberikan, sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi tersebut.
30
c. Kekurangan Model Active Learning Tipe Student Facilitator and
Explaining
Model active learning tipe student facilitator and explaining memang
menekankan pada murid agar terlibat aktif secara langsung, tidak hanya
mendengarkan guru ceramah tetapi peserta didik menerangkan kembali
kepada teman sebaya agar pemahamannya bertambah. Sayangnya dalam
pelaksanaanya, masih saja ada kekurangan yang terdapat pada
pembelajaran ini, yaitu :
a)Peserta didik yang pemalu tidak mau mendemonstrasikan apa yang
diperintahkan oleh guru kepadanya. b)Tidak semua peserta didik
memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya atau menjelaskan
kembali kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu
pembelajaran. c)Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan
bagian pekerjaannya kepada peserta lain. d)Tidak mudah bagi peserta
didik untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi ajar secara
singkat. e)Penilaian individu sulit karena bersembunyi dibalik
kelompoknya.
Dari kekurangan dapat dinyatakan bahwa peserta didik tidak semuanya
dapat memiliki kesempatan untuk mendemontrasikan hasil dari pemikirannya
karena keterbatasan waktu pembelajaran, sehingga hanya sebagian saja
yang menampilkannya. penilaian individu pun kurang kelihatan karena
bersembunyi di balik teman sekelompoknya.
31
C. Karakteristik Peserta didik Kelas V Sekolah Dasar
Dalam pembelajaran setiap peserta didik mempunyai karakteristik
yang berbeda tetapi dalam tujuan yang sama. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif (inteligensi) meliputi empat tahapan, yaitu : tahap
sensori motorik (0-2), tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap konkret-
operasional (7-11 tahun), dan tahap formal – operasional (11-dewasa).38
Khususnya untuk anak kelas V berada pada tahap konkret-oprasional.
Pada tahap ini perkembangan anak sudah dapat membentuk operasi-
operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi, dan mengubah sehingga mampu memecahkan
masalahnya sendiri.
Santrock mengungkapkan bahwa jika ditinjau dari aspek bahasa,
perbendaharaan kata pada masa kanak-kanak awal dan tengah semakin
banyak dan terus berkembang. Mereka memperoleh keterampilan baru
yang memungkinkan mereka belajar membaca dan menulis pada masa
sekolah, mampu menghubungkan kalimat-kalimat dan menghasilkan
deskripsi dan narasi yang masuk akal.39 Artinya, semakin tinggi jenjang
pendidikan peserta didik maka semakin bertambah pembendaharaan kata
yang akan di dapat dan semakin meningkat kemampuan bahasa yang
38
Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 6 39 John Santrock, Psikologi Pendidikan terjemahan Diana Angelica, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2009), h.78.
32
dimiliki.
Adapun menurut Nasution, peserta didik yang berada pada kelas tinggi
mempunyai beberapa ciri atau karakteristik, yaitu :
(a) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis, (b) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (c) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti, teori factor ditafsirkan sebagai menonjolnya faktor-faktor, (d) pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas berusaha menyelesaikannya sendiri, (e) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (f) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.40 Artinya, karakteristik peserta didik yang telah diuraikan diatas, bahwa
peserta didik masuk kedalam perkembangan intelektual. Peserta didik
sudah dapat berfikir, realistis, dan dapat mengambil keputusan secara logis
serta rasa ingin tahu yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model active
learning tipe student facilitator and explaining cocok digunakan untuk
pembelajaran IPS tentang kegiatan ekonomi diIndonesia pada peserta didik
kelas V sekolah dasar karena sesuai dengan perkembangan karakteristik
peserta didik. Hal tersebut terlihat dari model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara langsung. Peserta didik yang menjelaskan
materi kepada rekannya sehingga mengalami pengalaman belajar sendiri.
40
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta : 2008), h. 123.
33
D. Bahasan Hail-hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
diantaranya yaitu :
Penelitian pertama dilakukan oleh Fitria Hardiani, PGSD UHAMKA
yang berjudul “Perbedaan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining dengan Model Think Talk Write dalam Hasil Belajar IPS pada
siswa kelas IV SDN Kalibaru 09 Pagi Jakarta Utara”, dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model Student Facilitator and Explaining siswa menjadi lebih aktif karena
siswa di bimbing untuk berfikir secara kritis dan ilmiah dalam memecahkan
masalah.41
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Pande Km. Mika Adi Santa
dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V
Semester 2 SD Negeri Gianyar” tahun 2013/2014. Menyimpulkan bahwa
hasil penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining dapat mempengaruhi hasil belajar matematika.42
Sedang Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Marissa Prety yang
41
Fitria Hardianti. Perbedaan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan
Model Think Talk Write dalam Hasil Belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Kalibaru 09 Pagi
Jakarta Utara. Skripsi (Jakarta : FIP, UHAMKA, 2013) 42
Pande Km. Mika Adi Santa. Pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V Semester 2 SD Negeri Gianyar.
Jurnal (Jawa Timur , 2013)
34
berjudul “Meningkatkan Hsil Belajar IPS melalui Active Learning pada siswa
kelas V SDN Setiabudi 01 Pagi Jakarta Selatan” tahun 2016/2017. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS melalui
Active Learning dengan nilai evaluasi yang terus meningkat dari siklus I
sampai siklus II. Dinyatakan berhasil karena meningkat pada siklus ke II.
Jadi, pembelajaran active learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS.43
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model active learning tipe student
facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Pada
pembelajaran ini peserta didik dilibatkan secara aktif agar dapat melatih
peserta didik berani mengeluarkan pendapatnya sendiri secara leluasa.
E. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan
Dari penjelasan kerangka teoritis dijelaskan bahwa belajar dapat
diartikan suatu aktivitas psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan
yang dimaksud diantaranya perubahan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai-nilai sikap. Perubahan tingkah laku tersebut
cenderung menetap pada individu yang telah menjalani proses belajar yang
sesungguhnya.
43
Marissa Prety. Meningkatkan Hsil Belajar IPS melalui Active Learning pada siswa kelas V
SDN Setiabudi 01 Pagi Jakarta Selatan. Skripsi (Jakarta : FIP, UNJ, 2016)
35
Hasil belajar IPS sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari
pribadi peserta didik itu sendiri dan antar peserta didik. Usaha guru dalam
menciptakan kondisi pembelajaran, serta lingkungan dan sarana yang
memadai untuk menumbuhkan proses pembelajaran yang aktif. Salah satu
cara yang dilakukan oleh guru agar hasil belajar peserta didik meningkat
yaitu dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe
student facilitator and explaining sehingga proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe
student facilitator and explaining dapat meningkatkan hasil belajar pada
peserta didik. Sehingga peserta didik menjadi lebih aktif karena
mendapatkan kesempatan untuk menerangkan kembali kepada teman
sebayanya. Selain itu, peserta didik mampu memecahkan masalah yang
dihadapi saat belajar. Karena dengan belajar peserta didik dapat berfikir
kritis, memiliki rasa ingin tahu, meningkatkan kemampuan berkomunikasi,
serta berkerjasama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.