bab ii acuan teoretik a. acuan teori area dan fokus yang …repository.unj.ac.id/1355/8/9. bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
ACUAN TEORETIK
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Motivasi
Kegiatan belajar siswa tidak lepas dari berbagai unsur yang
mempengaruhi proses pembelajaran siswa. Banyak unsur yang dapat
mempengaruhi berhasilnya proses pembelajaran, salah satu yang
mempengaruhinya adalah motivasi. Menurut Mc. Donald dalam Oemar,
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.1
Motivasi yang merupakan energi dalam diri siswa mempengaruhi tujuan
dalam proses pembelajaran. Perubahan pada diri siswa ini yang ditandai
dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tujuan di sini yang
dimaksud adalah tujuan dari pembelajaran. Reaksi adalah siswa menjadi
bersemangat dalam pembelajaran, dan siswa mengetahui apa tujuannya
dalam pembelajaran yang guru ajarkan di sekolah, sehingga motivasi itu
sangat penting dimiliki siswa, agar siswa mengetahui apa tujuan
pembelajaran dari yang guru ajarkan.
1Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), p.158
9
Menurut Gleitman dalam Muhibin, motivasi adalah keadaan internal
organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.2 Dalam hal
ini perbuatan yang dilakukan siswa merupakan bentuk dari motivasi yang ada
dalam diri siswa, artinya motivasi itu datang dari dalam diri orang tersebut
dan bukan pengaruh dari orang. Berarti siswa termotivasi oleh dirinya sendiri
tanpa bantuan orang lain termasuk seorang guru. Motivasi yang ada dalam
diri manusia juga dapat mendorong seseorang dalam berbuat, baik dalam hal
positif ataupun negatif.
Menurut Reber dalam Muhibin, motivasi adalah pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.3 Siswa yang memiliki
motivasi maka cenderung jika melakukan suatu hal akan lebih terarah
dibandingkan dengan siswa yang tidak termotivasi. Jika seorang siswa
sudah mendapatkan nilai yang baik, tidak malas, mempunyai kepribadian
yang baik dan dapat mengerti apa yang guru jelaskan, motivasi pun masih
harus diberikan agar siswa bisa mempertahankanya atau bisa menjadi lebih
baik lagi. Motivasi itu sangat penting bagi siswa, agar siswa jika melakukan
suatu pekerjaan atau tugas di sekolah maupun pekerjaan rumah (PR) bisa
lebih terarah dalam mengerjakanya, sehingga dapat mengerjakan tugas dan
mendapatkan hasil yang maksimal. Motivasi dapat dilakukan oleh siapa saja
dan kapan saja.
2Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),
p.134 3Ibid., p.134
10
Menurut Eveline dan Hartini, motivasi berasal dari bahasa latin “movere”,
yang berarti menggerakan.4 Yang dimaksud dengan menggerakan adalah
membuat suatu perubahan pada seseorang. Jika siswa malas dalam
mengerjakan pekerjaan rumah (PR) maka siswa harus di motivasi, agar
siswa mau merubah sikapnya yang malas menjadi lebih rajin. Pergerakan
yang terjadi harus bersikap positif, oleh sebab itu guru dan orang tua harus
terus membimbing siswa agar mendapat motivasi-motivasi yang positif.
Menurut Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.5 Perubahan energi yang dimaksud
adalah, perubahan energi negatif ke energi positif, jika siswa malas belajar
maka dengan adanya motivasi itu penting agar siswa rajin dalam belajar.
Perubahan energi seperti itu sangat dibutuhkan siswa. Motivasi sangat
diperlukan agar siswa dalam melakukan suatu pekerjaan akan dapat
mengerti tujuan dari pekerjaan yang dikerjakan tersebut. Jika siswa mengerti
apa tujuan yang dia kerjakan maka siswa akan lebih cepat memahami
penjelasan dari guru. Guru dalam pembelajaran sangat perlu memotivasi
siswanya agar siswa dalam mengerjakan sesuatu dapat mengetahui apa
tujuan pembelajaran yang guru jelaskan, sehingga siswa lebih bisa
memahami makna yang terkandung dalam materi yang guru sampaikan.
4Evelin siregar dan Hartini, Teori Pembelajaran dan Pembelajaran (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010),
p.49 5Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Grafindo, 2006), p.73
11
Menurut Uno, motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang baik
dalam memenuhi kebutuhanya.6 Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa
yang dapat merubah tingkah laku yang kurang baik menjadi lebih baik lagi,
sehingga motivasi sangat penting bagi siswa. Tingkah laku sangat penting
dalam proses belajar di sekolah, jika tingkah laku siswa kurang baik maka
berpengaruh juga dalam pembelajaran. Perubahan tingkah laku dari yang
kurang baik menjadi lebih baik sangat peting, oleh sebab itu motivasi sangat
penting dilakukan oleh guru atau orang tua. Perubahan tingkah laku yang
lebih baik diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya.
Menurut Mulyasa, motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.7
Tenaga pendorong adalah suatu pemacu agar siswa lebih bersemangat lagi
dalam melakukan suatu pembelajaran. Sehingga siswa yang tadinya malas
belajar menjadi rajin. Motivasi juga sebagai penarik, jadi jika ada siswa yang
malas jika diberikan motivasi maka menjadi bersemangat dalam
pembelajaran. Beberapa diantaranya yang bisa menjadi tenaga pendorong
yaitu orang tua, guru, teman sebaya dan lingkungan sekitar. Memotivasi
siswa yang memiliki kesulitan dalam pembelajaran itu sangat penting.
Motivasi yang diberikan pun harus bersifat pendorong agar siswa dapat
6Hamzah B Uno, Teori Motivasi dan Pengukuranya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), p.3
7Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), p.112
12
terpacu semangatnya dan bisa menjadi pendorong siswa agar dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi dibedakan menjadi dua sifat
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.8 Motivasi intrinsik adalah
motivasi dari dalam, yaitu motivasi yang timbul dari dalam siswa itu sendiri.
Artinya motivasi itu timbul atas kemauan dari diri sendiri, sehingga siswa
dapat termotivasi tanpa ada dorongan dari luar. Motivasi intrinsik biasanya
sangat berperan besar akan perubahan dari diri siswa, karena motivasi ini
terjadi atas kemauan dari dalam diri sendiri siswa. Banyak faktor yanag
membuat siswa dapat memotivasi dirinya sendiri. Sebaliknya motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar yang artinya peran orang lain
sangat berperan penting. Contohnya adalah peran guru dan peran orang tua
dalam memotivasi siswa. Biasanya guru jika melihat seorang siswa dalam
menghadapi kesulitan dalam pembelajaran makan guru akan memotivasi
siswa tersebut. Bukan hanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, namun
ketika siswa memiliki malas belajar atau kurang bersemangat dalam belajar
juga perlu dimotivasi agar dapat meningkatkan atau memperrtahankannya.
Selain guru, teman sebaya pun bisa memotivasi temannya.
Menurut Muhibin, motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
8Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdikbud, 2005), p.80
13
tindakan belajar.9 Berasal dari diri siswa sendiri berarti motivasi itu terjadi
atas kemauan dari diri sendiri dan tanpa ada dorongan dari luar. Motivasi
intrinsik biasanya sangat berpengaruh pada siswa, karena sesuatu yang
dilakukan dengan kemauan sendiri akan lebih berpengaruh dibandingan
dengan motivasi yang dipengaruhi oleh orang lain.
Menurut Muhibin, motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan
kegiatan belajar.10 Motivasi dilakukan bukan hanya jika siswa mendapat nilai
yang jelek, tetapi motivasi dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai siswa
yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan
dari luar berupa semangat atau dukungan dari luar individu. Contohnya
motivasi yang dilakukan guru kepada siswanya di sekolah jika siswanya mulai
malas dalam belajar, suka bercanda di dalam kelas, nilai yang turun, dan
tidak fokus dalam belajar. Motivasi dilakukan guru agar siswa dapat
menjalankan pembelajaran dengan baik dan dapat membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Motivasi ekstrinsik bukan hanya
dilakukan oleh guru saja, tetapi juga bisa dilakukan oleh orang tua, motivasi
oleh orang tua bisa dilakukan di rumah. Biasaanya motivasi ini juga dapat
mempengaruhi siswa agar masalah dalam pembelajaran dapat teratasi. Jika
9Muhibin Syah, op.cit., p.136
10Muhibin Syah, op.cit., p.136
14
orang tua ingin anaknya mendapatkan nilai lebih baik lagi, maka orang tua
dapat memotivasi anaknya.
Menurut Sardiman, ciri-ciri motivasi pada diri seseorang itu seperti (1)
tekun menghadapi tugas, (2) tidak mudah putus asa, (3) tidak cepat bosan
terhadap tugas-tugas rutin, (4) dapat mempertahankan pendapatnya, (5)
senang memecahkan masalah.11 Dari ciri-ciri tersebut motivasi bagi siswa
sangat penting untuk dilakukan. Ciri yang pertama siswa menjadi tekun
dalam menghadapi tugas, jadi dalam melakukan pembelajaran di sekolah
ataupun di rumah siswa tekun dalam menghadapi tugas. Ciri ke dua siswa
tidak mudah putus asa, artinya jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar
siswa akan berusaha mencari solusinya dan tidak mudah putus asa. Ciri ke
tiga tidak cepat bosan pada tugas-tugas rutin, biasanya siswa yang tidak
punya motivasi dalam belajar atau tidak pernah dimotivasi akan cepat bosan
dengan tugas-tugas rutin yang diberikan oleh guru.
Sebaliknya jika siswa termotivasi maka dia tidak akan bosan terhadap
tugas-tugas rutin. Ciri ke empat adalah dapat mempertahankan pendapatnya,
maksudnya ialah jika memiliki sebuah pendapat maka dia dapat
mempertahankan pendapatnya. Jika dalam diskusi kelompok siswa
mengemukakan pendapatnya dan disanggah oleh siswa yang lain, maka
siswa itu harus bisa mempertahankan pendapatnya. Ciri yang lain adalah
senang memecahkan masalah, yaitu jika mendapat sebuah masalah siswa
11
Sardiman. Op. Cit, p.83
15
yang termotivasi akan memecahkan masalah itu bukanya lari dari masalah.
Itulah kelima ciri-ciri motivasi pada diri sendiri menurut Sardiman.
Mnurut Mark R. Douglas yang dikutip oleh shaffat, inti motivasi adalah
harapan. Yang dimaksud harapan adalah sesuatu yang sangat diinginkan.
Harapan-harapan ini berupa sesuatu yang bersifat positif, seperti medapat
nilai yang baik, mendapat penghargaan dari guru atau juga mendapat
pringkat. Berdasarkan teori tersebut, motivasi adalah sesuatu yang ingin
dicapai, baik berasal dari diri sendiri atau orang lingkungan sekitar.12
Pupuh Fathurrohman dan M Sobry Sutikno, membagi motivasi menjadi
dua yaitu, (1) motivasi intrinsik (2) motivasi ekstrinsik.13 Yang dimaksud
dengan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri
tanpa adanya pengaruh dari luar. Motivasi ini bisa timbul dari perasaan atau
emosi seseorang. Berbeda dengan intriksik, motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar, bisa karena karena faktor teman, orang tua
atau masyarakat sekitar.
(1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan;(4)
Adanya penghargaan dalam belajar, (5) Adanya kegiatan yang menarik
12
Idris Shaffat, Pendekatan Teoritis dan Praktis Meraih Keberhasilan Belajar (Jakarta: Prestasi Pustaka,2009), p.18 13
Pupuh Fathurrohman dan M Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), p.19
16
dalam belajar, (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan siswa belajar dengan baik.14
Menurut pendapat uno di atas motivasi dipengaruhi oleh 6 faktor, ada
faktor intrinsik seperti, adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa
depan. Faktor intrinsik seperti itu timbul dari dalam diri siswa tersebut.
Sedangkan faktor ekstrinsik seperti adanya penghargaan dalam belajar,,
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar,adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan siswa belajar dengan baik, bisa timbul
karena dukungan dari guru, orang tua maupun teman sebaya.
Motivasi memiliki tiga fungsi diantaranya: mendorong manusia untuk
membuat, menentukan arah perbuatan, dan menyeleksi perbuatan.15 Dari
ketiga fungsi motivasi di atas, dapat dijelaskan secara sistematis sebagai
berikut:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi dapat mendorong siswa
dalam berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu hal.
2) Menentukan arah perbuatan adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai
oleh seseorang, sehingga siswa dalam melakukan suatu perbuatan tau
tujuannya.
14
Hamzah B Uno, op.cit., p.23 15
Sadirman, op.cit., p.85
17
3) Menyelesaikan perbuatan, salah satunya adalah menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, tentunya dalam melakukan kegiatatan
pembelajaran di sekolah.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan
atau dukungan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Motivasi terbagi
menjadi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang dilakukan dari dalam diri siswa seperti; tekun, rasa ingin tahu yang
tinggi, tidak mudah putus asa, tidak cepat bosan, mempertahankan
pendapatnya dan senang memecahkan masalah.. Motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang datang dari luar diri siswa, contohnya adalah adanya
penghargaan dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
2. Hakikat Belajar
Belajar pada dasarnya adalah aktivitas utama dalam proses
pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
berhasil atau tidaknya tujuan dari pendidikan. Skinner seperti yang dikutip
oleh Pupuh Fathrruhman dan M Sobry Sutikno menggangap bahwa belajar
yaitu suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif.16 Berdasarkan teori tersebut, belajar adalah proses adaptasi
yaitu penyesuaian diri terhadap lingkungan dan secara progresif. Progresif
adalah sesuatu yang meningkat, membaik atau kemajuan. Dengan kata lain
16
Ibid, p.5
18
belajar adalah penyesuaian diri menjadi lebih baik dan mengalami kemajuan
dalam suatu hal.
C.T. Morgan seperti yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M.
Sobry Sutikno menggangap bahwa belajar yaitu suatu perubahan yang relatif
dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman.17
Yang dimaksud dari perubahan yang relatif adalah perubahan yang sudah
terbiasa, sedangkan tingkah laku adalah sesuatu yang pernah dialami.
Kesimpulan dari teori diatas adalah perubahan yang sudah biasa terjadi yang
berakibat pada berubahnya tingkah laku hasil dari sesuatu yang pernah
dialami.
Menurut Syaiful, belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit (tersembunyi).18 Belajar itu adalah bagian dalam
ilmu pendidikan, oleh sebab itu belajar sangat penting dalam majunya
pendidikan. Belajar adalah interaksi yang baik yang dilakukan oleh sesama
siswa atau antara siswa dan guru di sekolah
Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktivitas atau
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.19 Yang dimaksud
17
Ibid, p.6 18
Syaiful sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2013), p.11 19
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013), p.9
19
dengan proses memperoleh pengetahuan adalah dengan berjalannya waktu
selama siswa belajar di sekolah siswa akan mengalami berbagai macam
pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu adalah yang disebut proses untuk
memperoleh sebuah pengetahuan. Pengetahuan bisa di dapatkan di sekolah
maupun di luar sekolah. Di sekolah pengetahuan bisa di dapatkan ketika
guru menjelaskan tentang sebuah materi. Pengetahuan juga bisa dapat di
luar sekolah dengan bertanya pada orang tua, menonton berita di tv dan
membaca buku. Belajar disebut juga dapat meningkatkan keterampilan, jika
siswa dapat meningkatkan keterampilannya maka itu juga bisa disebut
belajar. Memperbaiki prilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian juga
termasuk dalam belajar, belajar tidak hanya dengan membaca buku, dapat
memperbaiki sikap yang kurang baik menjadi sikap yang baik itu juga
termasuk belajar.
Menurut Evelin dan Hartini, belajar merupakan suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.20 Semua
orang itu mengalami proses dalam kehidupanya, proses itu yang dinamakan
belajar. Belajar disini adalah dapat merubah sesuatu yang kurang baik
menjadi baik, melalui sebuah proses. Proses di mana siswa dapat merubah
sesuatu menjadi yang lebih baik. Belajar belangsung seumur hidup, sejak
20
Eveline dan Hartini. Op. Cit, p.3
20
masih di kandungan sampai ke liang lahat artinya siswa bisa belajar kapan
saja tanpa ada batasan waktu dan usia.
Dengan demikian belajar adalah ilmu pendidikan yang merupakan
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
3. Hakikat IPA
Hendro Darmojo seperti yang kutip oleh Usman Samantowa
menggangap bahwa IPA yaitu pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya.21 Yang dimaksud dengan
penalaran adalah suatu pemikiran yang masuk akal atau logis, sedangkan
objektif adalah keadaan di mana tanpa dipengaruhi dari pihak luar.
Kesimpulannya IPA adalah pengetahuan yang masuk akal dan logis,dan
tidak ada pengaruh dari pihak luar.
Rapih ross dan Ernest van hag yang dikutip oleh Uyoh Sadulloh
mengemukakan ciri IPA, yaitu (1) bersifat rasional, (2) bersifat empiris (3)
bersifat umum, (4) bersifat kumulatif.22 yang dimaksud rasional adalah IPA
cocok dengan akal. IPA bersifat empiris karena IPA diperoleh dari observasi
yang dilakukan sesuaai dengan kenyataan. Kumulatif adalah bagian yang
21
Usman Samantowa, Pembelajaran IPA di sekolah (Jakarta: PT indeks, 2011), P.2 22
Uyoh sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan IPA II (Bandung: Alfabet, 2007), p.44
21
makin bertambah. Kesimpulanya IPA adalah ilmu yang masuk akal karena
berasal dari observasi dari kenyataan, bersifat umum dan IPA dapat
menambah ilmu pengetahuan seseorang.
IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan
(reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya.23 Menurut
Asih IPA adalah ilmu yang khusus mempelajari gejala alam, gejala alam
adalah keadaan atau peristiwa alam yang tidak biasa yang disebabkan oleh
alam, seperti tanah longsor, gunung meletus, angina topan dan tanah
longsor. Faktual yaitu berdasarkan pada kenyataan yang ada yang terjadi
dan memiliki sebab-akibat dari suatu kejadian tersebut.
Kesimpulan dari teori-teori di atas yang dimaksud dengan IPA adalah
pengetahuan yang objektif, logis, rasional, empiris, kumulatif, jadi IPA adalah
pengetahuan yang masuk akal karena IPA melakukan observasi yang sesuai
dengan kenyataan dan bersifat umum karena semua manusia dapat
mempergunakannya.
4. Hakikat Motivasi IPA
Motivasi adalah dorongan atau dukungan agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
23
Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati, Metodologi Pembelajaran IPA (Jakarta: Bumi Askara, 2014), P.22
22
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang dilakukan dari dalam diri siswa seperti;
tekun, rasa ingin tahu yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak cepat bosan,
mempertahankan pendapatnya dan senang memecahkan masalah.. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri siswa, contohnya adalah
adanya penghargaan dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang
kondusif..
Belajar adalah ilmu pendidikan yang merupakan suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup
untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
IPA adalah pengetahuan yang objektif, logis, rasional, empiris,
kumulatif, jadi IPA adalah pengetahuan yang masuk akal karena IPA
melakukan observasi yang sesuai dengan kenyataan dan bersifat umum
karena semua manusia dapat mempergunakannya.
Dengan demikian, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
motivasi belajar IPA adalah dorongan atau dukungan agar tercapainya tujuan
pembelajaran. Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang dilakukan dari dalam diri siswa seperti;
tekun, rasa ingin tahu yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak cepat bosan,
mempertahankan pendapatnya dan senang memecahkan masalah.. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri siswa, contohnya adalah
adanya penghargaan dalam belajar dan adanya lingkungan belajar yang
23
kondusif pada ilmu pendidikan yang merupakan suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku,
sikap, dan mengokohkan kepribadian yang objektif, logis, rasional, empiris,
kumulatif, jadi IPA adalah pengetahuan yang masuk akal karena IPA
melakukan observasi yang sesuai dengan kenyataan dan bersifat umum
karena semua manusia dapat mempergunakannya.
B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif atau Disain-disain
Alternatif Intervensi Tindakan yang Dipilih
1. Hakikat Metode Eksperimen
Menurut Djamarah dan Zain, metode eksperimen adalah proses
pembelajaran di mana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri,
mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan.24 Dengan metode eksperimen siswa melakukan dan mengalami
sendiri kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA, selain itu siswa
dituntut untuk mengikuti proses, mengamati, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan dari kegiatan yang ada dalam pembelajaran IPA.
Asman juga menyatakan bahwa metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar yang menberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
24
Djamarah dan Zain, Strategi Belajar dan Mengajari (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), p.95
24
suatu percobaan tentang suatu hal.25 Jadi guru dalam menyampaikan sebuah
materi dengan melakukan percobaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Siswa diajak melakukan percobaan tentang sesuatu, agar siswa bisa lebih
mengerti tentang materi tersebut.
Menurut Sobry metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.26 Menurut
teori di atas bahwa metode eksperimen dapat membuat siswa aktif dalam
melakukan sebuah percobaan dan membuktikanya sendiri, sehingga siswa
bisa lebih paham atas suatu materi.
Menurut Rusyan sebagaimana dikutip sagala, eksperimen adalah
percoban untuk membuktikan suatu pernyataan atau hipotesis tertentu.
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. 27 Jadi eksperimen adalah
pembuktian pada sesuatu dengan cara melakukan hipotesis pada sesuatu
yang nantinya akan dilakukan sebuah percobaan. Hipotesis adalah membuat
jawaban sementara pada sesuatu. Jadi sebelum melakukan percobaan siswa
25
Jamal Ma’mur Asmani, Tips menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h.145 26
M Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), p. 101 27
Syaiful Sagala, konsep dan Pembelajaran, untuk membantu pronlematika belajar dan mengajar (Bandung: Alfabeta, 2003), p.110
25
membuat hipotesis lalu menguji kebenaran dengan melakukan suatu
percobaan.
Dalam kaitan dengan penggunaan metode eksperimen dimaksudkan
Moedjiono mengemukakan langkah-langkah untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam pemakaian metode eksperimen. Ada tiga langkah utama yang
perlu dilakukan yaitu, langkah persiapan, langkah pelaksanaan, dan langkah
tindak lanjut .28 Yang dimaksud langkah persiapan adalah di mana guru
bersiap-siap sebelum melakukan sebuah percobaan, seperti menyiapkan
media atau alat-alat yang akan dipakai dalam percobaan tersebut. Langkah
pelaksanaan di mana dilaksanakanya sebuah percobaan dan yang dimaksud
langkah tindak lanjut adalah di mana siswa dan guru membersihkan alat-alat
yang sudah dipakai, membereskan dan menaruhnya kembali ke tempat
semula.
Dengan demikian, metode eksperimen adalah proses pembelajaran di
mana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Ada
tiga langkah utama yang perlu dilakukan yaitu, langkah persiapan, langkah
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
28
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), p .6
26
C. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Piaget dalam Harlock, tingkah laku perkembangan kognitif
dibagi menjadi empat fase, yaitu: Fase Sensiomotor (usia 0-2 tahun), Fase
Pra-operasional (2-7 tahun), Fase Oprasional konkret (7-12 tahun), Fase
Operasional Formal (usia 12 tahun ke atas).29
Jadi dapat dikemukakan bahwa siswa kelas IV SD termasuk dalam
fase operasional konkret. Yang di maksud dengan fase operasional konkret
adalah di mana siswa diumur 7-11 tahun hanya bisa mengerti sesuatu yang
di lakukan dengan konkret dalam proses pembelajaran. Maka dalam proses
pembelajaran di dalam kelas guru harus bisa menampilkan benda-benda
konkret pada siswa. Dalam pembelajaran IPA, guru tidak hanya menampilkan
gambar atau sekedar bercerita, tetapi guru harus bisa menampilkan benda-
benda tersebut agar siswa lebih dapat memahaminya. Contohnya dalam
materi perubahan sifat benda, guru menunjukan contoh benda-benda yang
ada disekitar siswa dan bisa mempraktikan perubahan sifat dari masing-
masing benda tersebut. Maka sebaiknya dalam proses pembelajaran siswa
diberikan objek konkret agar siswa memiliki motivasi dalam pembelajaran.
D. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan terkait dengan penelitian
ini. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Neng Wulan yang
29
Sri Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grasindo, 2006), p.73
27
berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar IPA Siiswa melalui Strategi Guided
Discovery di kelas V SDN Pamuruyan Cibadak Sukabum”. Hasil penelitianya
menunjukan bahwa motivasi belajar dapat memberikan pengaruh yang positif
dalam pembelajaran di kelas, melalui Guided Discovery, peneliti dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V pada pembelajara IPA.
Meningkatkan motivasi belajar siswa diantaranya, fokus dalam pembelajaran,
rajin belajar, berfikir kritis daan berfikir terbuka. 30
Jadi menurut peneliti tersebut motivasi belajar dapat membuat siswa
lebih aktif dalam pembelajaran, lebih rajin belajar di sekolah maupun di
rumah, berfikir kritis, dan dapat berfikir terbuka.
Selanjutnya hasil penelitian yang ditulis oleh Sri Nuryanti mengatakan
bahwa motivasi belajar IPA dapat meningkatkan melalui penggunaan metode
eksperimen.31 Hasil penelitian Sri Nuryanti membuktikan bahsa untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa tentunya harus menggunakan metode-
metode yang tepat dalam pembelajaran IPA. Metode eksperimen ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengalamai sendiri dan mencari
kebenarannya. Hasil penelitian yang diperoleh peneliti tersebut menunjukan
bahwa amotivasi dapat meningkat dengan penggunaan metode eksperimen.
30
Neng Wulan, “Peningkatan Motivasi Belajar IPA siswa melalui strategi Guided Discovery di kelas V SDN 10 Pamuruyan Cibadak Sukabumi”Skripsi(Jakrta:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2012), p.45 31
Sri Nuryanti, “Pengaruh metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar IPA”, sripsi (Jakarta: Fakultas ilmu pendidikan Universitas negeri Jakarta, 2008), p.116
28
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat membuat
siswa aktif dalam pembelajaran,rajin belajarm berfikir kritis dan berfikir aktif
sedangkan metode eksperimen dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan
dapat mencari kebenarannya, mengalami sendiri , sehingga siswa menjadi
cepat paham akan materi yang dijelaskan oleh guru.
E. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan
Motivasi belajar IPA adalah dorongan atau dukungan agar tercapainya
tujuan pembelajaran. Motivasi terbagi menjadi dua, yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang dilakukan dari dalam diri
siswa seperti; tekun, rasa ingin tahu yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak
cepat bosan, mempertahankan pendapatnya dan senang memecahkan
masalah.. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datang dari luar diri siswa,
contohnya adalah adanya penghargaan dalam belajar dan adanya
lingkungan belajar yang kondusif pada ilmu pendidikan yang merupakan
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian
yang objektif, logis, rasional, empiris, kumulatif, jadi IPA adalah pengetahuan
yang masuk akal karena IPA melakukan observasi yang sesuai dengan
kenyataan dan bersifat umum karena semua manusia dapat
mempergunakannya.
29
Sedangkan metode eksperimen adalah proses pembelajaran di mana
peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Ada
tiga langkah utama yang perlu dilakukan yaitu, langkah persiapan, langkah
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
Dengan demikian maka dapat dikemukakan bahwa metode
eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran IPA.
Itu yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian peningkatan
motivasi dalam pembelajaran IPA melalui meotde eksperimen siswa kelas IV
SDN Sukatani 2 Depok.