askep ards

28
BAB I PENDAHULUAN A. Definisi ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau non-pulmonal ( Hudak, 1997 ). biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau nonpulmonal. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk. Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS. ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg. ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 16-Jul-2015

2.511 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep ards

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah kondisi

kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya

terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai

penyebab pulmonal atau non-pulmonal ( Hudak, 1997 ). biasanya terjadi pada

orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab

pulmonal atau nonpulmonal. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam,

emboli lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma

berbagai bentuk. Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk

sindrom adalah yang mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi

sejumlah besar cairan gaster dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang

menyebabkan ARDS dan kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil

aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam

sebelum timbul ARDS.

ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967.

Ini meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan

edema pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi

pulmonal yang berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi

meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary arterial wedge pressure

(PAWP) kurang dari 18 mmHg. ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan

cidera organ multiple dan mungkin menjadi bagian dari gagal organ multiple.

Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang dari 150.000 kasus pertahun.

Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif berdasarkan definisi

konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui. Laju

mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah

Page 2: Askep ards

penyebab utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju

kematian menyeluruh kurang lebih 50% – 70%.

Page 3: Askep ards

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah kondisi

kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya

terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai

penyebab pulmonal atau non-pulmonal ( Hudak, 1997 ).

Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang

timbul pada penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.

Sindrom Gawat Nafas Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru

nonkardiogenik merupakan sindroma klinis yang ditandai penurunan progresif

kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius.

Dalam sumber lain ARDS merupakan kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba

dan bentuk kegagalan nafas berat

B. Etiologi

Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), gangguan yang dapat mencetuskan

terjadinya ARDS adalah ;

Page 4: Askep ards

• Sistemik :

• Syok karena beberapa penyebab

• Sepsis gram negative

• Hipotermia

• Hipertermia

• Takar lajak obat ( Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone,

Bleomisin )

• Gangguan hematology ( DIC, Transfusi massif, Bypass

kardiopulmonal )

• Eklampsia

• Luka bakar

• Pulmonal :

• Pneumonia ( Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii )

• Trauma ( emboli lemak, kontusio paru )

• Aspirasi ( cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )

• Pneumositis

• Non-Pulmonal :

Page 5: Askep ards

• Cedera kepala

• Peningkatan TIK

• Pascakardioversi

• Pankreatitis

• Uremia

C. Pathofisiologi

Secara pathofisiologi terjadinya ARDS dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kerusakan sistemik

Pe ↓ perfusi jaringan

Page 6: Askep ards

Hipoksia seluler

Pelepasan faktor-faktor biokimia

( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen, histamine)

Pe ↑ permiabilitas kapiler paru

Pe ↓ aktivitas surfaktan

Edema interstisial alveolar paru

Kolaps alveolar yang progresif

Pe ↓ compliance paru

Stiff lung

Pe ↑ shunting

Hipoksia arterial

Keterangan ;

Pergerakan cairan paru pada kasus ARDS :

• Terjadi peregangan / deposisi dari mebran hialin

• Intraalveolar Epithelial junction melebar

• Terjadi edema interstisial, cairan intravascular keluar, protein keluar masuk

ke dalam alveoli

• Endotel kapiler paru pecah

• Eritrosit keluar dari intavaskuler masuk kedalam paru menyebabkan

fenomena frozzy sputum

Page 7: Askep ards

D. Manifestasi Klinik

Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :

• Penurunan kesadaran mental

• Takikardi, takipnea

• Dispnea dengan kesulitan bernafas

• Terdapat retraksi interkosta

• Sianosis

• Hipoksemia

• Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing

• Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop

E. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :

• Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 )

• Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi

• Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi

• Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini

• Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut

• Pemeriksaan Rontgent Dada :

Page 8: Askep ards

• Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru

• Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli

• Tes Fungsi paru :

• Pe ↓ komplain paru dan volume paru

• Pirau kanan-kiri meningkat

F. Komplikasi

Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS

adalah :

• Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )

• Defek difusi sedang

• Hipoksemia selama latihan

• Toksisitas oksigen

• Sepsis

G. Pemeriksaan Diagnostik

Page 9: Askep ards

Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan

anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah

hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah

arteri pada situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis

respiratorik pada tahap akhir. Pada permulaan, foto dada menunjukkan kelainan

minimal dan kadang-kadang terdapat gambaran edema interstisial. Pemberian

oksigen pada tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah

yang masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah,

sianosis penderita menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-

paru. Pada saat ini foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan

tersebar luas. Pada saat terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan volume

tidal sangat menurun, kenaikan PCO2 dan hipoksemia bertambah berat,

terdapat asidosis metabolic sebab hipoksia serta asidosis respiratorik dan

tekanan darah sulit dipertahankan.

H.Penatalaksanaan Medis

• Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi

• Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi

• TEAP * Monitor system terhadap respon

• Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar

• Cairan

• Farmakologi ( O2, Diuretik, A.B )

• Pemeliharaan jalan nafas

Page 10: Askep ards

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Keadaan-keadaan berikut biasanya terjadi saat periode latent saat fungsi

paru relatif masih terlihat normal (misalnya 12 – 24 jam setelah trauma/shock

atau 5 – 10 hari setelah terjadinya sepsis) tapi secara berangsur-angsur

memburuk sampai tahapan kegagalan pernafasan. Gejala fisik yang ditemukan

amat bervariasi, tergantung pada tahap mana diagnosis dibuat.

Pengkajian terhadap klien:

• Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical

record, dan lain-lain

• Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu

Page 11: Askep ards

Riwayat penyakit mengalami Cedera kepala

Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: klien mengalami sesak nafas

• Aktivitas & Istirahat

Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan Insomnia

• Sirkulasi

• Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena

embolik (darah, udara, lemak)

• Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya

hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).

• Heart rate : takikardi biasa terjadi

• Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dan

Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal

• Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi

(stadium lanjut)

• Integritas Ego

• Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian

• Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.

Page 12: Askep ards

• Makanan/Cairan

• Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea

• Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan

Hilang/melemahnya bowel sounds

• Neurosensori

• Suby./Oby. : Gejala truma kepala Kelambanan mental, disfungsi motorik

• Respirasi

• Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse

Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”

• Obyektif: rapid, swallow, grunting Peningkatan kerja nafas ; penggunaan otot

bantu pernafasan seperti retraksi intercostal atau substernal, nasal flaring,

meskipun kadar oksigen tinggi.

• Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan

suara nafas bronchial

• Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi Penurunan dan tidak

seimbangnya ekpansi dada Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada

yang ditemukan dengan cara palpasi. Sputum encer, berbusa Pallor atau

cyanosis Penurunan kesadaran dan confusion

Page 13: Askep ards

• Rasa Aman

• Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,

episode anaplastik

• Seksualitas

• Suby./Oby. : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia

• Kebutuhan Belajar

• Subyektif : Riwayat ingesti obat/overdosis

• Discharge Plan : Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal,

mungkin membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.

• Pemeriksaan Fisik

Karena pemeriksaan fisik sering kali tidak memberikan petunjuk, satu dari

alat-alat pengkajian yang kuat adalah kesadaran konstan terhadap penyebab

ARDS. Perawat harus mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi, dan

berusaha keras untuk terus mengkaji. Data dasar yang penting harus

dikumpulkan. Perubahan dan kecenderungan yang dapat merupakan petunjuk

dini keadaan abnormal fungsi paru-tanda vital, sensori dan GDA -harus dicatat.

Peningkatan frekuensi pernafasan secara bertahap tanpa gejala atau tanda

penyerta mungkin merupakan petunjuk dini.

Page 14: Askep ards

• Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :

• Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 )

• Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi

• Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi

• Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini

• Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut

Pemeriksaan Rontgent Dada :

• Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru

• Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli

Tes Fungsi paru :

• Pe ↓ komplain paru dan volume paru

• Pirau kanan-kiri meningkat

Page 15: Askep ards

B. Penyimpangan Kdm Pada AR

Gangguan sistemik

pe perfungsi jaringan

hipoksemia seluler

pelepasan factor kimia

(enzim lisosom, system, asam metabolic, kolagen, histamine)

Pe permeabilitas kapiler paru dan alveoli

Page 16: Askep ards

pe aktivitas surfaktan

edema alveoli dan interstisial paru

kolaps alveolus

penurunan compliance paru

hipoksia arterial perubahan status kesehatan

hipoventilasi alveolar hospitalisas prosedur pengobatan

(penggunaan diuretic)

gangguan pertukaran gas informasi inadekuat

RESTI deficit volume cairan

peningkatan produksi secret kurang pengetahuan koping inefektif

tidak efektifnya jalan nafas kecemasan

Diagnosa Keperawatan

• Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan

nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas

ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot

pernafasan, batuk atau tanpa sputum dan cyanosis.

Page 17: Askep ards

• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,

penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada

permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu

pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.

• Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan

deuritik, keluaran cairan kompartemental

• Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan

status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai

oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat,

dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.

• Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan

berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang

ditandai dengan mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.

C. Rencana Keperawatan

1.Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan

nafas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas

ditandai dengan : dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot

pernafasan, batuk tanpa sputum dan cyanosis.

Tujuan :

Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih

dan ronchi (-)

Pasien bebas dari dispneu

Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan

Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas

Page 18: Askep ards

Intervensi:

Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya

R/Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan

usaha dalam bernafas

Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus

R/Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan

adanya cairan dapat meningkatkan fremitus

Catat karakteristik dari suara nafas

R/Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo

branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari

saluran nafas

Catat karakteristik dari batuk

R/Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan

etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dalam jumlah yang banyak, tebal

dan purulent

Tetap Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas

tambahan bila perlu

R/Pemeliharaan jalan nafas dengan paten

Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan

suction bila ada indikasi

R/Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan

atelektasis dan infeksi paru

Page 19: Askep ards

Berikan Peningkatan oral intake jika memungkinkan

R/Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum

Kolaboratif:

Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi

R/Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen

Berikan therapi aerosol dan ultrasonik nabulasasi

R/Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan secret

Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi

jika ada indikasi

R/Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan

otot-otot pernafasan

Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik

R/Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas

sekret dan meningkatkan ventilasi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,

penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada

permukaan alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu

pernafasan, cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.

Tujuan :

Page 20: Askep ards

Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat dengan

nilai ABGs normal

Bebas dari gejala distress pernafasan

Intervensi:

Kaji status pernafasan, catat peningkatan respirasi atau perubahan pola

nafas.

R/Takipneu adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan

peningkatan usaha nafas

Catat ada tidaknya suara nafas dan adanya bunyi nafas tambahan seperti

crakles, dan wheezing

R/Suara nafas mungkin tidak sama atau tidak ada ditemukan. Crakles terjadi

karena peningkatan cairan di permukaan jaringan yang disebabkan oleh

peningkatan permeabilitas membran alveoli – kapiler. Wheezing terjadi

karena bronchokontriksi atau adanya mukus pada jalan nafas

Kaji adanya cyanosis

R/bila diberikan oksigen (desaturasi 5 gr dari Hb) sebelum cyanosis muncul.

Tanda cyanosis dapat dinilai pada mulut, bibir yang indikasi adanya

hipoksemia sistemik, cyanosis perifer seperti pada kuku dan ekstremitas

pada vasokontriksi.

Observasi adanya somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan

beristirahat

Page 21: Askep ards

R/Hipoksemia dapat menyebabkan iritabilitas dari miokardium

Berikan istirahat yang cukup dan nyaman

R/Menyimpan tenaga pasien, mengurangi penggunaan oksigen

Kolaboratif

Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi

R/Memaksimalkan pertukaran oksigen secara terus menerus dengan tekanan

yang sesuai

Berikan pencegahan IPPB

R/Peningkatan ekspansi paru meningkatkan oksigenasi

Review X-ray dada

R/Memperlihatkan kongesti paru yang progresif

Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik, bronchodilator

dan ekspektorant

R/Untuk mencegah ARDS

3.Resiko tinggi defisit volume cairan Faktor resiko : penggunaan deuritik,

keluaran cairan kompartemental

Tujuan :

Page 22: Askep ards

pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda

tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.

Intervensi:

Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan

volume)

R/Berkurangnya volume/keluarnya cairan dapat meningkatkan heart rate,

menurunkan tekanan darah, dan volume denyut nadi menurun.

Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan

karakter sputum

R/Penurunan cardiac output mempengaruhi perfusi/fungsi cerebral. Deficit

cairan dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa

kering, sekret kental.

Hitung intake, output dan balance cairan. Amati “insesible loss”

R/Memberikan informasi tentang status cairan. Keseimbangan cairan negatif

merupakan indikasi terjadinya deficit cairan.

Timbang berat badan setiap hari

R/Perubahan yang drastis merupakan tanda penurunan total body water

Kolaboratif:

Berikan cairan IV dengan observasi ketat

Mempertahankan/memperbaiki volume sirkulasi dan tekanan osmotik.

Page 23: Askep ards

Meskipun cairan mengalami deficit, pemberian cairan IV dapat meningkatkan

kongesti paru yang dapat merusak fungsi respirasi

Monitor/berikan penggantian elektrolit sesuai indikasi

R/Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai efek

therapi deuritik.

4. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan

status kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh

mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan

merasa tidak berdaya, ketakutan bahkan gelisah.

Tujuan :

Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal

Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa

cemasnya mulai berkurang

Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber

pendukung untuk memecahkan masalah yang dialaminya.

Intervensi:

Observasi peningkatan pernafasan, agitasi, kegelisahan dan kestabilan

emosi.

R/Hipoksemia dapat menyebabkan kecemasan.

Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi.

R/Usahakan perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.

Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi

yang digunakan.

Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.

Page 24: Askep ards

R/Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan

kecemasannya dan merasakan sendiri dari pengontrolannya.

Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan

R/Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami

Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.

R/Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang

teridentifikasi dan terekspresi.

Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.

R/Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya

akan menjadi lebih baik.

Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.

R/Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat

mengurangi kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya.

Penentraman hati yang palsu tidak menolong sebab tidak ada perawat

maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan itu.

Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk

menanggulangi rasa cemas.

R/Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem

pengontrolan terhadap kecemasannya

Kolaboratif:

Memberikan sedative sesuai indikasi dan monitor efek yang merugikan.

Mungkin dibutuhkan untuk menolong dalam mengontrol kecemasan dan

meningkatkan istirahat. Bagaimanapun juga efek samping seperti depresi

pernafasan mungkin batas atau kontraindikasi penggunaan.

5. Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan

berhubungan dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang

ditandai dengan mengajukan pertanyaan Dan menyatakan masalahnya.

Tujuan :

Page 25: Askep ards

Pasien dapat menerangkan hubungan antara proses penyakit dan terafi

Menjelaskan secara verbal diet, pengobatan dan cara beraktivitas

Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan

perhatian medis

Memformulasikan rencana untuk follow –up

Intervensi:

Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi

dengan jelas dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara

pengobatan di rumah. Meliputi hal yang dianjurkan.

R/Penyembuhan dari gagal nafas mungkin memerlukan perhatian,

konsentrasi dan energi untuk menerima informasi baru. Ini meliputi

tentang proses penyakit yang akan menjadi berat atau yang sedang

mengalami penyembuhan.

Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami

pasien.

R/ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan

diagnosa primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k

esehatan sistem respirasi sebelumnya.

Instruksikan tindakan pencegahan, jika dibutuhkan. Diskusikan cara

menghindari overexertion dan perlunya mempertahankan pola istirahat

yang periodik. Hindari lingkungan yang dingin dan orang-orang terinfeksi.

R/Pencegahan perlu dilakukan selama tahap penyembuhan. Hindari

faktor yang disebabkan oleh lingkungan seperti merokok. Reaksi alergi

atau infeksi yang mungkin terjadi untuk mencegah komplikasi berikutnya.

Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan

misalnya: tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan

diberikan

Page 26: Askep ards

R/Merupakan instruksi bagi pasien untuk keamanan pengobatan dan

cara-cara pengobatan dapat diikutinya.

Kaji kembali konseling tentang nutrisi ; kebutuhan makanan tinggi kalori

R/Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan

berat-badan dan anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk

penyembuhan.

Bimbing dalam melakukan aktivitas.

R/Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat

dengan aktivitas dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal

yang membutuhkan oksigen yang banyak

Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat

energi selama aktivitas.

R/Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien

mengatur aktivitas yang sederhana.

Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi system

R/pernafasan dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.

Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care merupakan kebutuhan

untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin

mempertinggi kerjasama dengan medis.

Kaji rencana untuk mengunjungi pasien seperti kunjungan perawat

R/Mendukung selama periode penyembuhan

Page 27: Askep ards

Tugas : KBM

ARDS

Oleh:

Page 28: Askep ards

WA ODE HARMINA

CECE INDRIANI

RABIYAH AL AADIYAT S.

INDRA

Sekolah tinggi ilmu kesehatan

Mandala waluya

kendari

2010

Daftar pustaka

• Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

• Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

• Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC.

Jakarta.

• 2000. Diktat Kuliah Gawat Darurat. PSIK FK.Unair. TA: 2000/2001. Surabaya.