manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan
Post on 24-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PROFESIONALITAS GURU
(Studi Kasus: Manajemen Lesson Study pada Guru Mata Pelajaran IPA
di SMPN 8 Bogor)
Tesis
Oleh :
Riki Wirahmawan
NIM. 21160181000007
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Di dalam naskah tesis ini akan dijumpai ayat Al-Quran yang otomotis
ditulis dengan huruf Arab. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk
penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
Alif Tidak dilambangkan ا
Ba b Be ب
Ta t Te ت
Tsa st Es (dengan titik di atas) ث
Jim j Je ج
Cha H Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha kh Ka dan ha خ
Dal d De د
Dzal dh De dan ha ذ
Ra r Er ر
Za z Zet ز
Sin s Es س
Syin sy Es dan ha ش
Shad s Es (dengan titik di bawah) ص
Dlat d De (dengan titik di bawah) ض
Tha t Te (dengan titik di bawah) ط
Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع
Ghain gh Ge dan ha غ
Fa f Ef ف
Qaf q Qi ق
Kaf k Ka ك
Lam l El ل
Mim m Em م
Nun n En ن
Wawu w We و
Ha h Ha هـ
Hamzah ’ Apostrof ء
Ya y Ye ي
ii
1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:
al-yawm.
b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ال فاتحة = - ), (
م .( = قي مة ) dan ( - = ال علو
3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حد = haddun ), ( سد =
saddun), ( طيب = tayyib ).
4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ال بي ت = al-bayt ), (
.( - =السمآء
5. ah mati atau yang dibaca seperti ber-h , transliterasinya
dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ah
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ال هلال ية - = رؤ
atau ).
6. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ية = فقهاء ) ,( = رؤ
).
v
ABSTRAK
Manajemen Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan
Profesionalitas Guru
(Studi Kasus: Manajemen Lesson Study pada Guru Mata Pelajaran IPA di
SMPN 8 Bogor)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan manajemen lesson
study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang
meliputi perencanaan kegiatan lesson study, pelaksanaan kegiatan lesson study,
evaluasi kegiatan lesson study, faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi
dalam melaksanakan kegiatan lesson study dan deskripsi manajemen lesson study
di SMPN 8 Bogor. Perencanaan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8
Bogor tidak lepas dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan
SMPN 8 Bogor sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota
Bogor. Tahap pelaksanaan terdiri dari perencanaan open lesson, implementasi RPP
dan refleksi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan meliputi tujuan evaluasi, cara
yang dilakukan dalam evaluasi, sasaran evaluasi dan hasil valuasi. Faktor
pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor meliputi: Ditetapkannya lesson
study sebagai program sekolah, komitmen kepala sekolah, komitmen semua
komponen sekolah, antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan dan adanya
program penilaian kerja guru. Faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN 8
Bogor adalah pengaturan jadwal mengajar dan banyaknya program pemerintah
yang menyebabkan guru berasumsi memberatkan. Deskripsi manajemen lesson
Study dimuat dalam planning, organizing, actuating dan controlling lesson study di
SMPN 8 Bogor.
Kata Kunci : Manajemen, Lesson Study, Profesionalitas Guru.
ABSTRACT
Lesson Study Management as Efforts to Increase Teacher's
Professionalism
(Case Study: Lesson Study Management in Science Subject Teachers at
SMPN 8 Bogor)
This thesis aims to analyze the implementation of lesson study management
as an effort to improve the professionalism of science teachers in SMPN 8 Bogor
which includes lesson study planning, lesson study implementation, lesson study
evaluation, supporting factors and obstacles faced in implementing lesson study
and management description lesson study at SMPN 8 Bogor. The planning of
vi
Lesson study in SMPN 8 Bogor can not be separated from the guidance of Pakuan
University (UNPAK) which makes SMPN 8 Bogor as piloting school for lesson
study in Bogor City. The implementation stage consists of open lesson planning,
RPP implementation and learning reflection. Evaluations include the objectives of
the evaluation, the way in which the evaluation, the evaluation objectives and the
valuation results. Factors supporting the lesson study activities at SMPN 8 Bogor
include: The establishment of lesson study as school program, commitment of
principal, commitment of all school component, enthusiasm of teacher in training
and existence of teacher's appraisal program. The inhibiting factors of lesson study
activities at SMPN 8 Bogor are the setting up of teaching schedules and the number
of government programs that cause teachers to assume burdensome. Description of
lesson study management included in planning, organizing, actuating and
controlling lesson study in SMPN 8 Bogor.
Keyword: Management, Lesson Study, Teacher professionalism.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji dipanjatkan kepada Dzat yang Maha Tinggi,
Allah Robbul ‘izzati berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi kesehatan dan
kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “Manajemen Lesson Study
Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru (Studi Kasus: Manajemen Lesson
Study Pada Guru Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor)” sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang akan ilmu, iman dan pengajaran.
Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari motivasi, dukungan dan do’a dari
berbagai pihak, oleh sebab itu izinkan pada kesempatan kali ini penulis untuk
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A., Ketua program studi magister Manajemen
Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan,
nasihat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis serta kesabaran selama
bimbingan menyelesaikan tesis.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Umi Neneng Sopiyah, yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat
dengan kasih sayang yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan tanpa suatu halangan apapun.
7. Alm. Bapak Udin Syamsudin, Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi
wa’fu ‘anhu. Ayah terhebat sedunia, karena motivasi dan qudwah dari beliaulah
yang menjadikan penulis selalu terinspirasi untuk berjuang gigih, tidak
menyerah akan keadaan yang terkadang menyulitkan. Semoga ayahanda berada
dalam Rahamat-Nya di alam sana.
8. Teh Rika Risnawati, kakak satu-satunya, yang tidak lelah memberikan support
kepada penulis.
viii
9. A. Salim, Neng Vera, A. Idris dan De Ilyas kakak Ipar dan “alo-alo” amang
yang telah menghadirkan dunia baru yang penuh warna di keluarga kecil kami.
10. Kepala Sekolah beserta guru-guru dan karyawan di SMPN 8 Bogor terkhusus
ibu Lili, ibu Linda dan ibu Ila yang secara sabar telah memberikan bantuan dan
meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.
11. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, Guru Imu dan
Uda Rio selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.
12. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat meginspirasi, 19 bulan yang
berharga bersama Pa’mang, Ade, Ades, Ayu, Eci, Epang, Firda, Habib, Isil,
Wahyu, Nardis, Afid, Upi dan Upa.
13. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan: SMART Ekselensia Indonesia,
Makmal Pendidikan, Pusat Sumber Belajar, Beastudi Indonesia terkhusus Mas
Andri yang telah berbagi kosan-nya selama beberapa bulan terakhir guna
penyelesaian Tesis dan keluarga besar Dompet Dhuafa University.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak
dapat ditulis satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan mereka.
Terakhir, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan
pendidikan Indonesia. Aamiin.
Jakarta, Januari 2018
Penulis
Riki Wirahmawan
ix
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS..................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................... xii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
3. Perumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Manajemen Pendidikan ............................................................................ 8
1. Konsep Manajemen .............................................................................. 8
2. Konsep Pendidikan ............................................................................... 12
3. Konsep Manajemen Pendidikan ........................................................... 15
B. Lesson Study ............................................................................................. 17
1. Sejarah Lesson Study ............................................................................ 17
2. Pengertian Lesson Study ....................................................................... 19
3. Tipe Lesson Study ................................................................................. 20
4. Tahapan Lesson Study .......................................................................... 22
5. Manfaat Lesson Study ........................................................................... 30
C. Profesionalisme Guru .............................................................................. 32
1. Pengertian Profesi ................................................................................. 32
2. Pengertian Profesionalisme .................................................................. 33
3. Pengertian Profesional .......................................................................... 33
4. Guru Profesional ................................................................................... 34
x
5. Prinsip Profesionalitas .......................................................................... 35
6. Kompetensi Guru.................................................................................. 35
7. Indikator Profesionalisme Guru dalam Proses pembelajaran ............... 40
D. Pelajaran IPA .............................................................................................. 43
1. Hakikat IPA .......................................................................................... 43
2. Hakikat Pembelajaran IPA ................................................................... 43
3. Keterampilan Proses Sains ................................................................... 44
E. Penelitian yang Relavan ............................................................................. 45
F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 47
BAB III Metode Penelitian
A. Metode Penelitian ..................................................................................... 48
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................... 49
1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 49
2. Subjek Penelitian .................................................................................. 50
C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 50
1. Observasi .............................................................................................. 51
2. Wawancara ........................................................................................... 51
3. Studi Dokumentasi .............................................................................. 52
E. Pedoman Penelitian .................................................................................. 52
1. Lembar Observasi ................................................................................. 52
2. Wawancara ........................................................................................... 53
3. Studi Dokumentasi ............................................................................... 55
F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 56
1. Reduksi Data ........................................................................................ 57
2. Display Data ......................................................................................... 57
3. Conclusion Drawing ............................................................................. 58
G. Pengecekkan Keabsahan Data .................................................................. 59
1. Credibility ............................................................................................. 59
2. Transferability ...................................................................................... 60
3. Dependability ....................................................................................... 60
4. Confirmability ...................................................................................... 61
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................................ 62
1. Gambaran Umum Sekolah ................................................................... 62
2. Motto, Visi, Misi dan Program Sekolah ............................................... 62
3. Tujuan Sekolah ..................................................................................... 63
4. Sasaran Standar Sekolah ....................................................................... 63
5. Sumber Daya Manusia ......................................................................... 67
6. Program Sekolah .................................................................................. 68
xi
B. Temuan Hasil Penelitian ........................................................................... 70
1. Perencanaan Kegiatan Lesson Study..................................................... 78
2. Pelaksanaan Kegiatan Lesson Study ..................................................... 80
3. Evaluasi Kegiatan Lesson Study ........................................................... 84
4. Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran IPA .................................... 85
5. Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Setelah Pelaksanaan Lesson Study .. 90
6. Faktor Pendukung dan Penghambat kegiatan Lesson Study ................. 92
7. Fungsi Manajemen Lesson Study Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor.. 93
C. Interpretasi ................................................................................................ 97
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 102
B. Implikasi ................................................................................................... 102
C. Rekomendasi ............................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DATA DIRI
xii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 2.1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study . 28
Gambar 2.2 Siklus Lesson Study menurut Lynn C. Hart dkk .......... 30
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ................................................... 47
Gambar 3.1 Alur Analisis Data ........................................................ 59
Tabel 2.1 Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli ............................ 11
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Guru di Indonesia ........................... 38
Tabel 3.1 Pedoman Lembar Observasi ............................................ 53
Tabel 3.2 Pedoman Lembar Wawancara ......................................... 54
Tabel 3.3 Pedoman Studi Dokumentasi ........................................... 56
Tabel 4.1 Standar yang mendukung profesionalitas guru IPA ........ 66
Tabel 4.2 Sasaran Jangka Pendek dan Menengah SMPN 8 Bogor .. 68
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi........................................................ 70
Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara ..................................................... 73
Tabel 4.5 Data Hasil Studi Dokumentasi ......................................... 77
Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Profesionalitas Guru IPA ........... 87
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai guru-guru IPA dalam Supervisi ......... 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menjelaskan tentang arti pendidikan, yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Definisi pendidikan di atas jelas mengisyaratkan bahwa sejatinya dalam pendidikan
ada komponen utama selain peserta didik yang berperan penting dalam
mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa, fasilitator yang berperan
mengembangkan potensi peserta didik tidak lain dan tidak bukan adalah guru.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, Pasal 1 ayat 1 menjelaskan definisi guru, “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru adalah pendidik profesional, maka seorang guru haruslah memiliki
kecakapan dalam mengajar atau dalam istilah lain memiliki kompetensi. Menurut
Mulyasa (2007:26) mengungkapkan bahwa kompetensi guru “merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual,
yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang
mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”. Dengan kompetensi inilah
diharapkan guru bisa mencetak generasi penerus bangsa yang diamanatkan oleh
undang-undang sebagai peserta didik. “Peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” (Undang-undang R.I No
20 Tahun 2003).
Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:58), keberhasilan guru
yang sebenarnya menekankan pada tiga kualitas dan sikap yang utama, yaitu: (1)
guru memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya,
(2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-
anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya
membantu menciptakan suasana selama belajar, dan (3) mengembangkan
pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitif untuk mengenal perasaan anak-
anak di dunia.
1
2
Sayangnya, keberhasilan guru dan kompetensinya masih menjadi PR besar di
negeri ini, data yang dikeluarkan oleh Balitbang Mendiknas baru-baru ini
menjelaskan bahwa guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri
maupun swasta di Indonesia ternyata hanya mencapai 28,94%, guru SMP Negeri
54,12%, swasta 60,99% guru SMA Negeri 65,29% swasta 64,73%, guru SMK
negeri 55,91%, dan guru SMK swasta mencapai 58,26%, dari kekurangan-
kekurangan inilah sudah barang tentu setiap komponen di Negara ini harus
berperan menambal dan mencari solusinya (Balitbang Mendiknas: 2012). “Rata-
rata UKG nasional 53,02 sedangkan pemerintah menargetkan rata-rata nilai di
angka 55. Selain itu, rerata nilai profesional 54,77, sedangkan nilai rata-rata
kompetensi pendagogik 48,94” Berdasarkan hasil UKG tahun 2015 yang
dipublikasikan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, hanya ada 7
provinsi yang rata-rata nilai UKG-nya di atas target pemerintah, yaitu Yogyakarta,
Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat dan Bangka Belitung.
(Sumber dari Sekolahdasar.net)
Kelayakan guru dalam mengajar ini menjadi sangat penting dalam
perbaikan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan secara mikro dan mutu
pendidikan nasional secara makro. Berbanding lurus dengan masih minimnya
kelayakan guru mengajar, mutu pendidikan di Indonesia dianggap masih sangat
rendah hal ini diperkuat dengan fakta bahwa pada tahun 2015 mutu pendidikan di
Indonesia masih saja berada di 10 negara yang memiliki mutu pendidikan yang
rendah, peringkat tersebut didapat dari Global School Ranking (DetikNews, 23
Maret 2017).
Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, dimana mutu
harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak atau
pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (Hermino, 2014: 168).
Dengan demikian jelaslah bahwa peranan guru sangat diperlukan untuk mencetak
peserta didik yang berkualiatas guna meningkatkan mutu pendidikan.
Profesionalisme guru memiliki peranan penting untuk mewujudkannya. Menurut
Salam (2002:48) bahwa profesionalisme guru mempunyai peranan penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, karena profesionalime guru memberikan
kemungkinan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
memaksimalkan kompetensinya.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya telah
distandarisasi dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah diamandemen
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013, secara
tersurat standar guru yang merupakan tenaga pendidikan telah diamanahkan dalam
BAB VI tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat (1) yang
menyatakan bahwa pada “pendidik harus memliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
3
kemampuan untuk mewumudkan tujuan pendidikan nasional”, lebih lanjut ayat (3)
menjelaskan tentang kompetensi tersebut bahwa “kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi: a. kompetensi pedagogik, b. kompetensi kepribadian, c.
kompetensi professional, dan d. kompetensi sosial. Standar kompetensi guru ini
kemudian diperjelas dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16
Tahun 2007 tentang standar kualifaksi akademik dan kompetensi guru.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya melakukan
berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang
sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor guru. Peranan guru
sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah dilakukan, baik oleh pemerintah
maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai
upaya tersebut antara lain dalam bentuk penataran guru, kualifikasi guru,
kualifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum, implementasi model atau
metode pembelajaran baru dan penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa
dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti tindakan kelas (Tedjawati,
2011: 481). Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai
dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Dalam
kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil.
Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam proses
pembelajaran. Di samping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semangat
mangajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil guru
dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah
perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang
lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi
yang harus dimiliki sebagai sebagai seorang guru professional. Dalam masyarakat
berkembang tuntutan terhadap profesionalisme di setiap bidang pekerjaan menjadi
keharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memiliki sertifikasi-sertifikasi.
Hal yang sama berlaku di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru. Pelaksanaan sertifikasi guru dilakukan pertama kali sejak
tahun 2007, setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam Jabatan. Namun dampak
sertifikasi tidak banyak memberi perubahan pada kualitas kinerja guru di
Indonesia.
Temuan yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh M.
Hurmaini (2011:526) menyimpulkan bahwa sementara ini pelaksanaan sertifikasi
guru belum memperlihatkan dampak positif terhadap peningkatan kinerja guru
dalam proses pembelajaran. Untuk itu, perlu terus dilakukan pembinaan terhadap
para guru yang sudah sertifikasi tersebut, terutama berkaitan dengan peningkatan
4
kinerjanya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sekitar 61,67% Guru yang
sudah sertifikasi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Jambi memiliki
tingkat kinerja dalam proses pembelajaran berada dalam kategori sedang. Kondisi
ini dibarengi dengan sekitar 59,17% tingkat pelaksanaan sertifikasi guru, dan
sekitar 61,67% motivasi berprestasi mereka yang juga sedang. Dengan demikian,
secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja guru yang sudah sertifikasi dalam
proses pembelajaran di MTsN dalam lingkungan Kementerian Agama Kota Jambi
perlu ditingkatkan. Ketiga, Pelaksanaan Sertifikasi Guru dan motivasi berprestasi
guru secara bersama-sama memiliki sumbangan yang berarti sekitar 74,18%
terhadap peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Jambi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
semakin baik/berkualitas pelaksanaan sertifikasi guru yang dilakukan LPTK IAIN,
dan semakin baik motivasi berprestasi yang dimiliki guru MTsN, maka akan
semakin baik pula kinerja guru dalam proses pembelajaran peserta didik di
kelas/madrasah. Keempat, pelaksanaan sertifikasi guru dan motivasi berprestasi
guru secara bersama-sama mempunyai peran yang cukup berarti terhadap
peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Namun demikian, setelah
dicermati lebih lanjut, ternyata motivasi berprestasi guru lebih menonjol
peranannya dalam peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran, sekitar
6,27% dibanding pelaksanaan sertifikasi guru.
Sejalan dengan itu, fakta lain yang merupakan analisis kuantitatif terhadap
data kuesioner dapat disimpulkan bahwa: (1) Kinerja guru pasca sertifikasi, baik
secara keseluruhan, maupun dilihat dari indikator perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengembangan profesi,
rata-rata masih dibawah standar minimum kinerja, serta (2) Tidak terdapat
perbedaan kinerja setelah memperoleh tunjangan profesional melalui program
sertifikasi guru baik antara guru madrasah dan guru PAI di sekolah umum, antara
guru yang tinggal di lingkungan perkotaan dan guru yang tinggal di pedesaan, dan
antara guru yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio dan guru yang lulus
melalui jalur PLPG (Nyanyu Khodijah, 2013: 101). Kinerja sebagian besar guru
profesional (pasca sertifikasi) yang ada di Kabupaten Sleman belum baik; dari 17
indikator yang diteliti, 7 indikator baik dan 10 indikator lainnya belum baik
(Badrun, 2011: 472). Asnandar (2015: 128) dalam penelitiannya terhadap guru-
guru Madrasah Aliyah yang ada di Kendari menyimpulkan bahwa Dampak
sertifikasi tidak terlalu mempengaruhi kompetensi guru, banyak guru yang merasa
bahwa kompetensi yang dimiliki tidak terlalu berbeda sebelum dan sesudah
mendapat sertifikat pendidik.
Dengan demikian, sertifikasi memiliki kelemahan berupa jaminan kinerja
seorang guru pasca sertifikasi, hal ini dikerenakan tidak deagendakan pembinaan
guru yang berkelanjutan. Lesson study menawarkan solusi terhadap pembinaan
guru berkelanjutan, karena pada hakikatnya lesson study merupakan suatu model
pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar (Hendayana dkk., 2009:3).
5
Lesson study pada dasarnya memiliki spirit saling menasihati dalam inovasi
pembelajaran, tidak ada senioritas dalam pelaksanaannya. Saling menasihati dalam
peningkatan profesionalitas ini juga merupakan bagian dari semangat menasehati
dalam kebaikan yang tertera dalam surat Al-‘Ashr ayat 3
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih.” Dengan
demikian, Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang
beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal shalih melalaui anggota
tubuhnya. “Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran.” Yaitu,
mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan.
“Dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Yakni bersabar atas segala
macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (Abdullah, 2003: 536). Hal ini sejalan
dengan prinsip kolegalitas dan mutual learning lesson study, peserta lesson study
tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau imperior (merasa rendah
diri) tetapi semua peserta kegiatan lesson study harus diniatkan untuk saling
belajar.
Sejak tahun 2014, Universitas Negeri Pakuan telah melakukan piloting
project lesson study di daerah Bogor salah satunya di SMPN 8 Bogor, sebagaimana
konsep lesson study bahwa lesson study adalah pembinaan guru yang berkelanjutan
maka seharusnya proses lesson study dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan
terjadwalkan, hasil pengamatan langsung terhadap keberlanjutan lesson study di
SMPN 8 Bogor hingga satu semester lamanya belum juga dilaksanakan open
lesson yang merupakan rangkaian dari lesson study dan ketidakjelasan
terselenggaranya open lesson (Pengamatan dari bulan Maret sampai Juni 2017 dan
Wawancara dengan ibu Lili kordinator lesson study IPA SMPN 8 Bogor) hal ini
tentu menjadi masalah terhadap keberlangsungan lesson study sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai manejemen lesson study di SMPN 8 Bogor terkhusus pada peningkatan
profesionalitas guru mata pelajaran IPA, sehingga membuat penelitian yang
berjudul “Manajemen Lesson study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas
Guru (Studi Kasus: Manajemen Lesson study pada Guru Mata Pelajaran IPA
di SMPN 8 Bogor)”.
6
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah mendasar yang dapat
diidentifikasi terdiri dari permasalahan-permasalahan yaitu:
a. Amanah undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (1) terutama dalam aspek
pengembangan potensi diri belum terwujud dengan baik.
b. Guru dan kompetensinya menjadi salah satu permasalahan bagi negeri ini.
c. Mutu Pendidikan Indonesia masih tergolong rendah.
d. Sertifikasi tidak banyak memberi perubahan pada kualitas kinerja guru di
Indonesia dikarenakan tidak ada jaminan kinerja seorang guru pasca
sertifikasi.
e. Lesson study yang digagas UNPAK di SMPN 8 Bogor yang seharusnya
menjadi solusi penjamin pembinaan guru berkelanjutan nyatanya tidak
dilakukan open lesson (salah satu tahapan dari Lesson study) selama satu
semester.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, nampak bahwa masalah-masalah
tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun permasalahan tersebut masih
sangat luas dan diperlukan pembatasan. Pembatasan yang akan dikaji dan
diteliti dalam tesis ini adalah tentang Manajemen Lesson study sebagai upaya
peningkatan profesionalitas guru pada mata pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok dalam
Tesis ini adalah bagaimana manajemen lesson study sebagai upaya
peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimanakah perencanaan kegaiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?
b. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?
c. Bagaimanakah evaluasi kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?
d. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dihadapi dalam menerapkan
lesson study di SMPN 8 Bogor?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen lesson study
sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang
meliputi:
1. Untuk mengetahui perencanaan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.
3. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam
melaksanakan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat
untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis terutama dalam
rangka meningkatkan kemampuan guru IPA melalui pelaksanaan manajemen
peningkatan kemampuan guru IPA melalui Lesson study tipe konai kenshu.
Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Bagi pengembangan konsep dan teori ilmu manajemen pendidikan terutama
dalam aplikasi manajemen terhadap peningkatan kemampuan guru, diharapkan
dapat memperkuat teori atau konsep yang berkaitan dalam manajemen
peningkatan profesionalitas guru melalui lesson study secara holistik.
2. Manfaat Terapan
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat kepada berbagai pihak,
diantaranya:
a. Bagi guru mata pelajaran IPA di sekolah lain, hasil penelitian ini
diharapkan menjadi salah satu masukan, khususnya untuk
meningkatkan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan
melakukan evaluasi pembelajaran dengan melihat gambaran
pelaksanaan manajemen peningkatan kemampiuan guru IPA melalui
Lesson study.
b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dalam rangka pelaksanaan manajemen peningkatan
kemampuan guru.
c. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penilitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dalam rangka perencanaan kebijakan pembinaan
guru dalam melaksanakan manajemen peningkatan kemampuan guru
melalui Lesson study.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Pendidikan
Nomenklatur “Manajemen Pendidikan” terdiri dari dua kata yaitu manajemen
dan pendidikan, keduanya memiliki konsep masing-masing yang berkonjungsi
menjadi konsep manajemen pendiddikan.
1. Konsep Manajemen Untuk memahami konsep manajemen, berikut dipaparkan mengenai pengertian
dan prinsip manajemen.
a. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu, kiat, seni dan profesi, hal ini dikemukakan oleh
Gulick dalam Satori (2006: 10) yang memandang “manajemen sebagai suatu
bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama”. Kaitannya manajemen sebagai ilmu, Uwes
(2017:14) menjelaskan “manajemen sebagai pengetahuan mengalami pembaharuan
yang signifikan dalam mengembangkan sumber daya manusia dan pelaksanaan
asas-asas pengelolaan organisasi yang efektif”. Sedangakan manajemen dikatakan
sebagai kiat, Follett dalam Chairunnisa (2016:1) memaknainya karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para
professional dituntun oleh suatu kode etik. Sifat khusus yang utama dari
manajemen adalah integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang
dikembangkan oleh banyak disiplin ilmu. Konsepsi manajemen sebagai suau seni,
Chairunnisa (2016:1) menjelaskannya yaitu dalam melaksanakan fungsi dan
prinsip manajemen dihadapkan kepada masalah-masalah yang kompleks yang
membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin yang dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Lebih lanjut, manajemen sebagai profesi
dilandasi oleh nilai-nilai etik organisasi yang membutuhkan keahlian khusus yang
tidak sembarangan orang dapat melakukan pekerjaan manajerial secara
professional seperti yang digariskan dalam kerangka ilmu manajemen pendidikan
(Chairunnisa, 2016:2). Sehingga dalam transformasinya, manajemen sebagai ilmu,
kiat, seni dan profesi memiliki objek dan fungsi yang sama yaitu bagaimana
manajemen memandang individu dalam suatu organisasi sebagai aktor untuk
mendapatkan tujuan bersama.
Pengertian manajemen memiliki hubungan dengan administrasi, Davis dalam
Made Pridarta (2004:2) mengemukakan perbedaan antara keduanya, manajemen
dimaknai dari dua hal yaitu manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai
tugas, manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,
sementara itu salah satu proses manajemen dikategorikan sebagai peranan
8
9
administrasi eksekutif. Peranan eksekutif adalah mengerjakan atau melaksanakan
keputusan pada tingkat tertinggi. Dengan demikian administrasi dapat dikatakan
proses melaksanakan keputusan-keputusan secara umum yang telah diambil
sebelumnya baik oleh organisasi itu maupun oleh pihak lain. Pengertian
administrasi ini sejalan dengan pengertian administrasi sebagai keseluruhan
kerjasama untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen adalah proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total
untuk menyelesaikan suatu tujuan (Johnson dalam Made Pridata, 2004: 3).
Menurut Terry dan Franklin (2003: 4) yang mendefinisakan manajemen bahwa
“management is the process of designing and maintaining an environment in which
individuals, working together in groups, efficienly accomplish selected aims”.
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan, pengaturan,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan dan memenuhi
sasaran hasil yang diwujudkan dengan penggunaan manusia dan sumber daya
lainnya.
Sehingga dari penyertaan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu usaha yang mengintegrasikan sumber-sumber dalam suatu
organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.
b. Prinsip Umum Manajemen
Menurut Henry Fayol dalam Uwes (2017: 53) prinsip-prinsip dalam
manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan
sesuai dengan kondisi khusus dan situasi yang berubah-ubah. Empat belas prinsip
umum manajemen Fayol (Rusdiana, 2014: 44) adalah pertama, pembagian kerja
(division of work), yang berdasarkan spesialisasi secara prorposional dan
profesional. Kedua, pemberian wewenang dan tanggung jawab (authority and
responsibility). Ketiga, memiliki disiplin (discipline), yaitu setiap kegiatan dapat
berjalan dengan wajar jika setiap anggota organisasi menaati dan menghormati
peraturan organisasi. Keempat, adanya kesatuan komando atau pemerintah (unity of
command), artinya setiap anggota harus menerima perintah hanya dari satu atasan.
Kelima, kesatuan arahan (unity of direction), setiap kegiatan organisasi memiliki
tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang manajer. Keenam, mendahulukan
kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Ketujuh, Pemberian
kesejahteraan atau gaji pegawai. Imbalan atau pemberian upah harus diberikan
secara adil dan layak. Kedelapan, pemusatan wewenang (centralization),
sentralisasi atau pemusatan, artinya setiap tanggung jawab akhir pelaksanaan
kegiatan pada akhirnya disentralisasi kepada orang yang menduduki posisi puncak.
Kesembilan, hierarki (tingkatan), artinya jenjang. Susunan kedudukan orang-orang
dalam satu jenjang dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Kesepuluh,
keteraturan atau tata tertib. Perlu pembuatan jadwal dan aturan jam kerja.
Kesebelas, keadilan terhadap semua anggota organisasi. Manajer harus berlaku
adil, baik, dan jujur. Dengan demikian, akan membangun loyalitas dan inspirasi
bawahannya. Keduabelas, stabilitas masa jabatan. Pergantian pegawai yang tinggi
dan tidak diperlukan menunjukkan manajemen yang buruk. Ketigabelas, prakarsa
10
(inisiative), memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk
memecahkan masalah dalam pekerjaannya. dan yang terakhir, keempatbelas adalah
semangat korps, membangun kebersamaan dan semangat bersatu antar-sesama
anggota organisasi.
Dari pendapat Henry Fayol ini, bisa dimaknai bahwa prinsip manajemen
bersifat lentur yang mempertimbangkan kondisi tertentu mencakup keseluruhan
situasi yang terjadi di suatu organisasi meliputi proporsionalitas dan profesionalitas
dalam pembagian kerja kepada setiap elemen organisasi, memberikan suatu
kekuasaan dalam organisasi kepada pihak terkait yang memiliki kredibilitas tinggi,
menciptakan asas-asas kedisiplinan agar terbentuk kultur organisasi yang sehat,
diberlakukannya konsep “qiyadah wal jundiyah” yaitu dalam organisasi hanya ada
satu komando dari qiyadah dan yang lain adalah jundi yang siap menerima
instruksi dari qiyadah, organiasasi harus memiliki kesatuan tujuan yang bisa
dicapai serentak oleh setiap komponen organisasi, mendahulukan kepentingan
organisasi di atas kepentingan yang lain merupakan suatu keniscayaan yang harus
dilakukan oleh setiap elemen organisai agar organisasi mampu mencapai tujuannya
dengan maksimal, kesejahteraan anggota wajib di perhatikan oleh pemimpin,
karena saat anggota bekerja dengan keras namun tidak dibarengi dengan haknya
maka bisa dipastikan organisasi akan mendapat masalah berupa ketidakseriusan
pegawai atau anggota dalam bekerja, dan hal-hal lain mengenai dinamika
organisasi harus bisa disepakati dan dimaklumi bersama oleh setiap komponen
organisasi.
Prinsip pokok manajamen terdiri dari efisien, efektif dan rasional. Efektivitas
dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu pada
pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Dengan
pengertian, semakin besar presentase target suatu program yang tercapai, semakin
tinggi tingkat efektivitasnya. Adapun efisien berkaitan dengan besarnya input
untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan. Sementara Rasional
dalam mengambil keputusan sangat diperlukan dalam proses manajemen.
Keputusan merupakan suatu pilihan dalam dua atau lebih tindakan. Dalam istilah
manajemen, pengambilan keputusan meruapakan jawaban atas pertanyaan tentang
perkembangan suatu kegiatan. (Uwes, 2017:55).
Efisien, efektif dan rasional sebagaimana yang disebutkan Uwes di atas adalah
prinsip pokok manajemen, dengan ketiga prinsip pokok ini maka secara umum bisa
dimaknai indikator produktivitas dan tingkat pemborosan serta ketepatan dalam
mengambil keputusan. Saat pencapaian target memiliki presentasi yang tinggi baik
secara kualitas dan kuantitas maka semakin tinggi pula tingkat efektivitasnya,
sedangkan yang berhubungan dengan pribahasa “lebih besar pasak dari pada tiang”
erat kaitannya dengan efisiensi. Untuk menentukan pengambilan kebijakan ke-
efektivan dan ke-efisiensian maka berpikir rasional adalah kunci utamanya.
11
Efektivitas dan efisien yang dimaksud menurut Rusdiana (2014: 80) adalah
Efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam
rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal
pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya
untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output.
Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan
mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis
pembatas antara input secara kuantitas dan proporsional sehingga menghasilkan
sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan. Sedangkan Rasional
dalam mengambil keputusan, yaitu pengambilan keputusan yang rasional sangat
diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupan suatu pilihan dalam dua
atau lebih tindakan.
Dalam manajemen terdapat pula manajemen mutu, prinsip model manajemen
mutu ISO 9001: 2000 disusun berlandaskan delapan prinsip manajemen kualitas.
Prinsip-prinsip ini dapat digunakan manajemen sebagai kerangka kerja (frame
work) yang membimbing organisasi pada peningkatan kinerja (Uwes, 2017: 56).
Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan oleh Rusdiana (2014: 44-45) bahwa fokus pada
pelanggan (customer focus), artinya organisasi lembaga pendidikan bergantung
pada pelanggannya, yaitu orangtua siswa dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu,
manajemen organisasi harus memahami kebutuhan yang berkaitan dengan
pendidikan saat ini dan yang akan datang. Kepemimpinan (leadership), artinya
pemimpin organisasi atau lembaga pendidikan harus menetapkan kesatuan tujuan
dan arah dari organisasi lembaga pendidikan. Mereka harus menciptakan dan
memelihara lingkungan internal agar setiap personel organisasi pendidikan terlibat
secara penuh dalam pencapain tujuan-tujuan organisasi. Keterlibatan orang
(involvement of people), artinya orang atau karyawan pada semua tingkatan
merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan
mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk
manfaat organisasi.
Dalam prinsip umum manajemen, dikenalkan pula istilah fungsi-fungsi
manajemen. Musfah (2015: 8) membuat sebuah tabel yang menerangkan fungsi-
fungsi manajemen menurut para ahli, berikut tabel 2.1 yang merupakan fungsi
manajemen menurt para ahli
Tabel 2.1 Fungsi Manajemen Menurut para Ahli
No Nama Tokoh Fungsi Manajemen
1 Henry Fayol Planning
Organizing
Commanding/Directing
Coordinating
Controlling
2 George R. Terry (1990) Planning
12
No Nama Tokoh Fungsi Manajemen
Organizing
Controlling
Activating
3 H. Kontz dan O’Donnel
(1991)
Planning
Orgzanizing
Staffing
Controlling
Directing
4 Dalton E.M.C. Ferland
(1990)
Planning
Organizing
Controlling
5 John Robert B., Ph.D Planning
Organizing
Commanding
Controlling
6 William Spriegel Planning
Organizing
Controlling
7 James A.F. Stoner Planning
Organizing
Leading
Controlling
Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip umum manajemen adalah
keefektivan dalam pencapaian produk yang memiliki tingkat kualitas tinggi baik
secara kualitas dan kuantitas, efisien dalam mendapatkan output keuntungan yang
lebih besar dibandingkan dengan inputnya, rasional dalam mengambil keputusan
suatu organisasi yang didalamnya terdapat kelenturan yang mempertimbangkan
kondisi tertentu mencakup keseluruhan situasi yang terjadi di organisasi itu.
2. Konsep Pendidikan
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,
Pasal 1 ayat (1) menjelaskan tentang arti pendidikan, yaitu “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. (Kompilasi Perundangan, 2009: 127)”.
Dari pengertian di atas, pendidikan mencakup tiga aspek. Pertama, usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.
Pendidikan harus disiapkan dengan matang mulai dari mutu guru, kelas, media,
metode, evaluasi, hingga prasarana pendukung keberhasilan pendidikan. Kedua,
13
potensi siswa berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pendidikan
salah satunya adalah melahirkan manusia yang pintar, terampil, dan Shaleh,
manusia yang imtak dan iptek, manusia yang terampil dan baik terhadap sesama
dan Tuhan. Pendidikan harus menyentuh aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik
siswa. Dan yang terakhir adalah ilmu yang bermanfaat bagi individu, masyarakat,
dan bangsa. Tujuan akhir dari sekolah dan kuliah adalah agar manusia bisa hidup
bahagia dan membahagiakan orang lain. Pendidikan harus melahirkan manusia
yang hidup untuk kepentingan orang banyak, masyarakat, dan bangsa.
Sedangkan Mudyahardjo (2001:3) membagi definisi pendidikan menjadi tiga,
yaitu definisi luas, sempit, dan luas terbatas. Hal tersebut dapat dijelaskan sabagai
berikut:
a. Definisi Luas
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Karakteristik konsep
ini, yaitu masa pendidikan seumur hidup selama ada pengaruh lingkungan,
lingkungan pendidikan dapat diciptakan maupun ada dengan sendirinya, kegiatan
dapat berbentuk tak sengaja ataupun yang terprogram, tujuan pendidikan tidak
ditentukan dari luar, tapi terkandung dalam tiap pengalaman belajar, tidak terbatas,
dan sama dengan tujuan hidup, dan didukung oleh kaum humanis romantik dan
kaum pragmatik.
b. Definisi Sempit
Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Karakteristik
konsep ini, yaitu masa pendidikan terbatas, lingkungan pendidikan diciptakan
khusus, isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum,
kegiatan pendidikan berorientasi kepada guru, dan kegiatan terjadwal, tujuan
pendidikan ditentukan oleh pihak luar, terbatas pada pengembangan kemampuan-
kemampuan tertentu, bertujuan untuk mempersiapkan hidup dan didukung oleh
kaum behavioris.
c. Definisi Luas Terbatas
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tepat di masa yang akan datang. Karakteristik konsep ini, yaitu masa
pendidikan berlangsung seumur hidup yang kegiatannya tidak berlangsung
sembarang, tapi pada saat tertentu, berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup
(lingkungan hidup kultural), berbentuk pendidikan formal, informal, dan
nonformal, tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup yang bersifat
menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup, dan didukung oleh kaum humanis
realistik dan realisme kritis.
14
Dari tiga definisi yang disampaikan Mudyahardjo di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, definisi luas, sempit
dan luas terbatas mengisyaratkan bahwa pendidikan sejatinya adalah setiap proses
yang dilakukan oleh manusia dalam mengembangkan kecakapan yang dia miliki
menuju kemudahan dalam menjalankan kehidupan.
Sedangkan, menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsepsi dasar
pendidikan, pertama, pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri
pribadinya. Kedua, pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.
Ketiga, pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan
tempat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik. Keempat,
pendidikan dapat berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara efektif
dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala. Kelima, pendidikan dapat
berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, kelompok yang
heterogen, maupun perseorangan. Serta terakhir Miarso mendefinisikan pendidikan
sebagai proses belajar, dimana belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik
yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya.
Dari konsepsi dasar pendidikan yang diutarakan oleh Miarso ini, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan mencakup segala hal yang berhubungan dengan
anak didik, proses yang berlangsung seumur hidup, kemandirian dengan
pengawasan berkala, dilakukan oleh kelompok atau perorangan yang didalamnya
terdapat proses belajar.
Lain halnya dengan John Dewey, menurut Dewey dalam Iman (2004:3)
memaknasi pendidikan sebagai all one with growing; it has no end beyond it self,
sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going
process, Model pendidikan partisipatif bertumpu pada nilai-nilai demokratis,
partisipasi, pluralisme dan liberalisme. Sehingga di Amerika yang merupakan
penganut filsafat Dewey, falsafah pendidikannya lebih mementingkan kebebasan
individu. Karenanya setiap individu dibimbing untuk mencapai kejayaan yang
setinggi-tingginya dalam ilmu pengetahuan dan kekayaan yang membawanya
kesenangan hidup. Keberhasilan pendidikan bagi Dewey terletak pada partisipasi
setiap individu yang didukung oleh kesadaran umum masyarakat. Konsep
pendidikan yang diusung oleh John Dewey ini dikenal dengan pendidikan
progresifisme yaitu pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran
praktisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, peserta didik harus
berperan aktif dalam proses belajar ataupun dalam menentukan materi pelajaran
(Zulkarnain, 2011: 28).
Pendidikan merupakan suatu rekonstruksi pengalaman, langkah ke depan,
untuk persiapan berikutnya. Pencapaian goals masa depan di sini yang belum
diketahui sebelumnya; melainkan didekati secara eksperimental dan dibentuk oleh
15
konsekuensi-konsekuensi. Dalam konteks ini, Dewey mengkritisi segala upaya
yang mencoba mendidik anak dengan pencapaian yang sudah pasti, yang memaksa
mereka menimbang pola-pola prestasi sebagai antisipasi ke depan. Anak-anak
tersebut dididik untuk menjadi warganegara (citizenship), untuk kejuruan
(vocational), untuk pariwisata (leisure); mereka diajar membaca, berhitung,
geografi, karena akan berguna untuk mereka dalam hidupnya. (Rostitawati, 2014:
135).
Dari pemaparan John Dewey, bisa disimpulkan bahwa pendidikan tidak
pernah statis, selalu bergerak tumbuh, dengan semangat kebebasan individu untuk
mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang menakjubkan.
Konstruk yang terbangun dari pemaparan para ahli mengenai konsep
pendidikan, penulis bisa menyimpulkan bahwa pendidikan sejatinya adalah proses
perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik menjadi manusia
paripurna yang berlangsung seumur hidup baik dalam lingkungan pendidikan
formal, informal maupun non formal dengan semangat hak kebebasan meraih
pengembangan diri yang menakjubkan.
3. Konsep Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan dalam arti yang luas menurut Engkoswara (2001:1)
adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan
pendidikan secara produktif. Lebih lanjut dikatakan bahwa penataan dalam arti
mengatur, manajemen memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber
daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi atau membina.
Adapun sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang meliputi
peserta didik, pendidik, dan para pemakai jasa pendidikan. Pendapat lain dari
Gaffar dalam Chairunnisa (2016:2), manajemen pendidikan adalah suatu proses
kerjasama yang sistematik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Dari dua definisi diatas memiliki irisan yang sama mengenai manajemen
pendidikan yaitu sebagai proses kerjasama antar komponen pendidikan dalam
upaya mencapai tujuan pendidikan.
Hal ini jelas mengisyaratkan bahwa pendidikan terdiri dari beberapa komponen
yang harus terhubung dan terkoneksi satu sama lain yang tentu tidak bisa
dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Mulyasa (2004:20)
berpendapat bahwa manajemen pendidikan merupakan komponen integral dan
tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Secara lebih luas, Nurhadi (1983: 260) mendefinisikan manajemen pendidikan
sebagai kerjasama untuk mencapai tujuan, bagian dari proses untuk mencapai
tujuan pendidikan, merupakan suatu sistem, bagian dari upaya pendayagunaan
sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan, bagian kepemimpinan
manajemen, proses untuk pengambilan keputusan.
Berdasarkan pemaparan dari Nurhadi, maka dapat dimaknai bahwa manajemen
pendidikan bukan hanya sebatas administrative dalam dunia pendidikan melainkan
16
hal yang lebih luas daripada itu, dalam manajemen pendidikan tentu harus ada
komponen di dalamnya yang saling bekerjasama untuk meraih tujuan pendidikan,
untuk menjalin kerjasama tersebut dibutuhkan kepemimpinan manajerial yang
menentukan pengambilan keputusan berupa suatu kebijakan pendidikan.
Berkaitan dengan konsep manajemen pendidikan sebagai bagian dari
kepemimpinan manajemen, maka disana tentu akan ada fungsi manajemen yang
harus diperhatikan oleh seorang pemimipin, fungsi manajemen pendidikan,
Subroto (2010:15) menjelaskannya sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planing)
Dalam manajemen pendidikan, perencanaan meliputi penelitian prioritas
agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai dengan prioritas
kebutuhan, melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam proses
pendidikan. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi
terhadap pelaksanaan dan hasil dari pendidikan. Formulasi prosedur sebagai
bagian dari tahapan rencana tindakan dan penyerahan tanggung jawab, baik
kepada individu maupun kelompok.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dalam sistem pendidikan merupakan implementasi dari
perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pengorganisasian perlu
dilihat semua kekuatan serta sumber daya manusia maupun sumber daya
nonmanusia. Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan bisa berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-
prinsip yang mendesain perjalanan organisasi, yaitu kebebasan, keadilan dan
musyawarah.
c. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan dalam bidang pendidikan merupakan upaya untuk
menyuguhkan arahan serta bimbingan dan dorongan kepada seluruh SDM dari
personel yang ada di dalam suatu organisasi sehingga mampu menjalankan
tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.
d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dalam pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup
pengawasan material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak
dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh
Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam
pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat menjamin bahwa aktivitas
operasional organisasi pendidikan benar-benar mengacu pada perencanaan yang
sudah ada.
17
Hal senada dengan pendapat Subroto dikemukakan oleh Menurut Robert L.
Trewathn dan M. Gene Newport dalam Winardi (2000: 4) yang menyebutkan
definisi manajemen pendidikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan serta pengawasan aktivitas-aktivitas suatu organisasi pendidikan
sebagai upaya mencapai koordinasi sumber daya manusia dan sumber daya alam
dalam pencapaian sasaran secara efektif serta efisien dalam pendidikan.
Jika dikaji dari segi epistomologi dan ontologi manajemen pendidikan bisa
dilihat pendapat Uwes juga Drucker yang masing-masing memaparkan mengenai
manajemen pendidikan dari hal tersebut. Secara epistomologi manajemen
pendidikan adalah sistem pengetahuan yang menyajikan pola dan model
pengelolaan lembaga pendidikan yang dilakukan untuk kepentingan peserta didik
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan rencana yang telah disepakati
(Uwes, 2017: 67), sedangkan secara ontologis, tujuan dasar manajemen pendidikan
adalah membentuk profesionalitas pengelolaan lembaga pendidikan dan
pelaksanaan pembelajaran yang berpijak pada nilai-nilai yang sama, struktur kerja
yang sama, pelatihan yang sama, dan perkembangan bersama yang diarahkan untuk
menanggapi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan
pendidikan (Drucker terj. Ansyar, 1993: 11)
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, penulis bisa menyimpulkan konsep
manajemen pendidikan adalah suatu ilmu bagaimana mengorganisasikan setiap
elemen sumber daya manusia, produk dan jasa bidang pendidikan sehingga
mencapai optimalisasi pendayagunaan melalui fungsi-fungsi manajerial yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam
lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
B. Lesson study
Diskusi ilmiah yang akan dipaparkan penulis mengenai lesson study
mencakup sejarah lesson study, pengertian lesson study, konsep lesson study,
tahapan lesson study, manfaat lesson study, dan kelebihan lesson study sebagai
berikut:
1. Sejarah Lesson study
Membahas tentang sejarah lesson study yang pertama kali dicetuskan di Jepang
tidak bisa dilepaskan dari kata kounaikenshu yaitu sebuah CPD (continuing
professional development) bentuk pengembangan profesional berkelanjutan.
Kounaikenshu yang mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya
adalah bentuk pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service
training) dimana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop bersama
rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional mereka (Widhiarta dkk.,
2009:1)
Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui
perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-
siswanya aktif belajar mandiri. Lesson study merupakan terjemahan langsung dari
18
bahasa Jepang Jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson
atau pembelajaran, dan kenkyu yang berati study atau research pengkajian. Dengan
demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap
pembelajaran (Hendayana, 2007:20).
Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyoukenkyu sendiri dalah
merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang yang disebut sebagai
suhu reformasi, yaitu Manabu Sato yang merupakan dosen Universitas Tokyo.
Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang tertutup.
Perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah dan membuka
seluas-luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati. Teknik pembelajaran
yang terbuka akan menerima masukan dari yang mengamatinya. (Widhiarta dkk.,
2009:3)
Di Indonesia sendiri lesson study berkembang melalui proyek IMSTEP
(Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project), yaitu sebuah
proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di Indonesia JICA (Japan
International Cooperation Agency) untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika dan IPA di Indonesia. Proyek yang dimulai pada tahun 1998 ini
melibatkan IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (saat ini ketganya
telah berubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas
Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang). Ketiga perguruan tinggi
tersebut bersama JICA dan beberapa sekolah terpilih (piloting) merumuskan
serangkaian program untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA dan Matematika
di Indonesia. Penerapan lesson study sendiri adalah salah satu program yang
termasuk di dalamnya. Walaupun proyek IMSTEP sendiri telah selesai namun saat
ini ketiga perguruan tinggi tersebut masih aktif mengembangkan lesson study di
berbagai sekolah (Widhiarta dkk., 2009:7).
Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)
dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
(Dirjen PMPTK) mengakui keunggulan dari lesson study dalam mengembangkan
kompetensi dosen dan guru. Oleh karena itu, berbagai program dirancang dan
diupayakan agar lesson study segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air, dosen
dan guru. Dengan demikian, yang menjalankannya dapat meningkatkan
kompetensinya sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman (Susilo,
2011: 1).
Dengan demikian, penulis bisa menyimpulkan bahwa sejarah lesson study
dicetuskan pertama kali di Jepang yang berkembang pada tahun 1960 dan mulai
diterapkan di Indoensia melalui proyek IMSTEP (Indonesia Mathematics and
Science Teacher Education Project) kerjasama antara JICA (Japan International
Cooperation Agency) dengan tiga perguruan tinggi di Indonesia yaitu IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (Universitas Pendidikan Indonesia,
Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Negeri Malang) pada tahun 1998.
19
2. Pengertian Lesson study
Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran
yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara tersebut, kata istilah itu lebih
populer dengan sebutan “jugyokenkyu” lesson study mulai dipelajari di Amerika
sejak dilaporkannya hasil Third Internasional Mathematics and Science Study
(TIMSS) pada tahun 1996. Dalam bahasa Indonesia disebut “Kaji Pembelajaran”.
Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan
pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang (Susilo,
2011: 2).
Lynn C. Hart (2011:1) menjelaskan lesson study sebagai pengembangan
profesionalitas guru berbasis kolaborasi yang merupakan sebuah pendekatan yang
berasal dari Jepang. “Lesson study is a collaboration-based teacher professional
development approach that originated in Japan” (Hart, 2011: 1)
Menurut Sumar Hendayana (2007:10) mendefinisikan “Lesson study adalah
suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan brdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun komunitas belajar”.
Senada dengan Sumar Hendayana, Ibrohim yang merupakan dosen Fakultas
MIPA dari Universitas Negeri Malang dalam Tedjawati (2011:483)
mengemukakan bahwa “Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara kolaboratif, berkelanjutan
membangun masyarakat belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat
(lifelong learning)”.
Sedangkan menurut Cerbin dan Kopp yang dikutip oleh Putu Ashintya
Widhiartha pada tulisannya Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik Pendidikan Nonformal menerangkan bahwa Lesson study adalah sebuah
proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru yang berasal dan
dikembangkan secara sistematis dalam sisitem pendidikan di Jepang dengan tujuan
utama menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif (Widhiarta
dkk., 2009:9).
Dari beberapa pengertian lesson study di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan, sebagai bahwa istilah lesson study merupakan penerjemahan dari
istilah jugyou kenkyuu, sebuah bentuk evolusi dari program pendidikan
professional "kounaikenshu" yang tumbuh dan berkembang di Jepang. Lesson
study merupakan model pembinaan dan pendidikan khusus bagi para pendidik, jadi
bukan merupakan metode ataupun strategi pembelajaran. Lesson study merupakan
bentuk kolaborasi antarguru dalam rangka melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran. Prinsip lesson study adalah kolegalitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar dan proses lesson study dilakukan secara
berkelanjutan.
20
3. Tipe Lesson study
Lesson study adalah sebuah frasa yang berasal dari kata-kata to study lesson,
mempelajari pelajaran. Apa yang menjadi pelajaran dalam hal ini adalah KBM
(kegiatan belajar-mengajar). Lesson study pada hakikatnya merupakan kegiatan
perbaikan KBM melalui studi/observasi/refleksi. Studi atau observasi adalah
kegiatan pengumpulan data untuk dapat kita pikirkan dalam rangka menarik suatu
penjelasan (eksplanasi). Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan
inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang
melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang
dikembangkan. Berikut tipe lesson study yang telah dilakukan oleh para guru
(Hendayana, 2007:47):
a. Lesson study berbasis sekolah
Lesson study dengan tipe ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang
studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga
kegiatan tersebut. Walaupun lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan
warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk
melibatkan pihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang
diperlukan karena kedudukannya.
b. Lesson study berbasis MGMP (Bidang Studi)
Lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan
sebelumnya. Perbedaannya hanya anggota komunitas yang datang dari berbagai
sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini
anggota komunitasnya bisa mencangkup satu wilayah (misalnya satu wilayah
MGMP), satu kabupaten atau lebih luas lagi.
Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe leson study di atas pada
dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan,
implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga
membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu
menciptakanterobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran yang
inovatif. Dengan langkah, cara serta proses seperti ini, maka setiap anggota
komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-
development sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama
dengan anggota komunitas belajar lainnya (Rusman, 2011: 401).
Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah mampu
mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan
(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis
Sekolah, 2011: 6). Sedangkan lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan,
pertama adalah pertama, agar semua guru dapat diobservasi dan refleksi
21
setidaknya satu kali dalam satu tahun. Kedua, agar guru dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan- rekannya sesame guru.
Ketiga, agar guru dapat membentuk kolegalitas dengan cara berkolaborasi bersama
sehingga terciptannya masyarakat belajar, sesuai dengan prinsif sepanjang hayat
(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis
Sekolah, 2011: 68).
Widhiarta dkk. (2008: 40) menjelaskan mengenai tipe lesson study yang dibagi
menjadi tiga kategori besar yaitu lesson study di dalam sekolah, public research
lesson dan lesson study sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru, dan
lain-lain.
Pertama, lesson study di dalam sekolah, tipe paling umum dari lesson study
adalah “within school research lesson”, dalam bahasa Jepang disebut sebagai
kounai kenkyuu jugyou, pada umumnya model lesson study ini mengambil tempat
di dalam sekolah dasar. Di Jepang nilai-nilai lesson study sangat dihargai.
Penerapan lesson study tidak diatur oleh perundang-undangan apapun di Jepang
tetapi sebagian besar guru di sana percaya bahwa tanpa menerapkan lesson study
mereka tidak akan pernah menjadi guru yang baik (Widhiarta dkk., 2008: 41).
Kedua, Public Research Lesson, dalam istilah Jepang disebut koukai kenkyuu
jugyou atau gakushuu kenkyuu happyoukai. Model lesson study ini terbuka untuk
para guru dari luar sekolah, undangan dapat berasal dari kecamatan, kota, ataupun
propinsi yang berbeda bahkan dari seluruh negara. Di Jepang beberapa sekolah
menerima blockgrant untuk melakukan pengembangan topic-topik tertentu.
Selama penelitian mereka diwajibkan untuk mendiskusikan hasil kerja mereka
kepada publik melalui lesson study. Lesson study menjadi semacam konferensi
bahkan dimungkinkan dalam forum yang jauh lebih besar dan luas, misalnya
dalam skala nasional, meski dalam skala ini nilai-nilai lesson study akan lebih
susah dipertahankan (Widhiarta dkk., 2008: 41)..
Ketiga, lesson study sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru, dan
lain-lain, hal ini bermakna lesson study dapat juga dilaksanakan sebagai bagian
dari kegiatan lain. Sebagai contoh di setiap tahunnya pada Konferensi Pendidikan
Sains Tingkat Sekolah Dasar di Jepang, selalu ada forum Lesson study dengan
topik-topik actual pada bidang pendidikan sekolah dasar (Widhiarta dkk., 2008:
42)..
Jadi, secara garis besar tipe lesson study terdiri dari lesson study berbasis
sekolah dan lesson study berbasis MGMP. Lesson study berbasis sekolah
dilaksanakan dan keterlibatan guru hanya berpusat pada suatu sekolah tertentu
walaupun dalam praktiknya bisa mengundang tim ahli dari luar sekolah yang
bersangkutan sedangkan lesson study berbasis MGMP melibatkan anggota
komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama,
namun ada juga yang mengatakan bahwa tipe lesson study terdiri dari tiga tipe
yaitu lesson study di dalam sekolah, public research lesson dan lesson study
sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru dan lain-lain.
22
4. Tahapan Lesson study
Clea Fernandez dan Makoto Yoshida (2004: 7-9) menjelaskan mengenai
tahapan Lesson study sebagai berikut:
“Step 1: Collaboratively Planning the Study Lesson
Work on a study lesson begins by teachers coming together to plan the
lesson. This planning is of a meticulous and collaborative nature. Teachers
share their ideas for how best to design the lesson by drawing on their past
experiences, observations of their current students, their teacher's guide,
their textbooks, and other resource books. The end product of this first step
is a lesson plan that describes in detail the design that the group has settled
on for their lesson”.
Hal ini berarti pada Langkah pertama adalah merencanakah pembelajaran secara
kolaboratif. Dalam langkah pertama ini, guru-guru berkumpul untuk merencanakan
suatu pembelajaran, perencanaan harus bersifat teliti dan kolaboratif. Dalam tahap
perencanaan ini guru memberikan gagasannya bisa berupa pengalaman
mengajarnya, pengamatan terhadap siswa mereka saat ini, perencanaan yang
bersumber dari buku teks, dan sumber lainnya. Produk akhir dari langkah pertama
ini adalah rencana pembelajaran yang menjelaskan secara rinci sebuah rancangan
pembelajaran.
“Step 2: Seeing the Study Lesson in Action
The next step is for one of the teachers in the group to teach the lesson to
his or her students. This implementation is of a public nature because it
involves the other teachers as observers. These observers come to the
lesson with the lesson plan in hand, which they use as a tool to guide what
they look for in the lesson.”
Dalam langkah kedua ini, salah satu guru dalam kelompok tersebut mengajarkan
sebuah pelajaran kepada peserta didik. Implementasi pembelajaran ini bersifat
terbuka karena melibatakan guru-guru lain sebagai observer. Observer menghadiri
pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang bisa digunakan
untuk sebagai alat untuk menganalisis proses pembelajaran. Langkah ketiga adalah
mendiskusikan Lesson study.
“Step 3: Discussing the Study Lesson
The group next comes together to reflect on the lesson now that they have
seen it unfold in a real classroom. The teachers share what they observed
as they watched the lesson and provide their reactions and suggestions”.
Pembelajaran dalam langkah ketiga ini, guru berkumpul untuk merefleksikan
pembelajaran yang telah dilakukan di tahap kedua. Guru Observer berbagi tentang
apa yang dilihat dan dirasakan selama mengikuti proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru model, mengidentifikasi dan berbagi saran atau masukan yang
bersifat konstruktif.
Step 4: Revising the Lesson (Optional)
Some groups will stop their work on a study lesson after they have
discussed their observations of it, but others will choose to go on to revise
and reteach the lesson so that they can continue to learn from it. This
23
revision process leads to the creation of an updated version of the lesson
plan that reflects all the changes that the teachers have decide to make to
the design of their lesson”.
Dalam langkah keempat ini, ada kelompok lesson study yang menghentikan proses
karena dirasa mencukupi, namun ada juga yang memilih untuk terus merevisi dan
mempelajari kembali pelajaran sehingga mereka dapat terus belajar darinya. Proses
revisi ini mengarah pada pembuatan versi terbaru dari rencana pelajaran yang
mencerminkan semua perubahan yang telah diputuskan oleh para guru dalam
merancang sebuah pembelajaran.
Step 5: Teaching the New Version of the Lesson (Optional)
A second member of the group will next publicly teach the new version of
the study lesson to his or her students, while colleagues again come to
observe. Sometimes if teachers cannot attend both lessons, they will
choose to observe the second implementation, which generally represents
the culmination of the group's work for a particular study lesson. It is very
rare to see the same teacher teach the lesson twice to the same class, or
even to a different class. One reason for this tendency is that varying the
teacher and the students provides the group a broader base of experiences
to learn from. It also gives as many teachers as possible a chance to teach
in front of others. It is also rare for a group to choose to revise and reteach
the lesson a third time because there is only so much a group can learn
from examining a particular lesson. It is generally considered more
productive to move on to working on an entirely new lesson than to keep
revising the same lesson over and over again with diminishing returns.
Also it becomes logistically difficult to keep working on the same lesson
as time goes by and children are progressing through the curriculum.
Langkah kelima adalah mengajar versi baru pembelajaran (opsional), langkah ini
adalah kelanjutan jika langkah empat tentang merevisi pelajaran dilakukan, intisari
dari langkah ini adalah guru model melakukan pengajaran kepada peserta didik
berdasarkan apa yang dilakukan di tahap sebelumnya, pada tahap ini guru yang lain
kembali menjadi observer dan melihat serta menganalisis bagaimana proses
pembelajaran terjadi dengan skema dan materi yang relative baru, hal ini umumnya
dianggap lebih produktif untuk terus mengerjakan pelajaran yang sama sekali baru
daripada terus merevisi pelajaran yang sama berulang-ulang dengan hasil yang bisa
saja semakin berkurang, pembelajaran yang baru dilakukan mengingat kurikulum
yang diberikan kepada siswa (materi ajar) harus selalu baru setiap kali
pertemuannya.
“Step 6: Sharing Reflections about the New Version of the Lesson The
teachers will next come together to discuss their reactions to what they saw
transpire when the second version of the study lesson was taught. This
conversation again centers on teachers sharing their observations,
comments, and suggestions. It is common during all the lesson study
meetings, and in particular when teachers share reflections about a study
lesson they have observed, for a group member to be assigned to take
24
detailed minutes. This way the group can have available for future
reference a good record of all the ideas that were generated during their
work together. As we shall discuss later, such a record is very useful when
the teachers later turn to writing a report of their work”.
Langkah yang keenam adalah sharing refleksi tentang versi baru pembelajaran.
Guru selanjutnya akan berkumpul untuk mendiskusikan reaksi mereka terhadap
apa yang mereka lihat saat versi kedua Lesson study diajarkan. Dalam diskusi
ini guru observer akan kembali memberikan arahan, masukan dan sarannya atas
pembelajaran yang terjadi.
a. Perencanaan (Plan)
Perencanaan adalah hal yang sangat penting yang harus dilakukan guna
kesuksesan suatu agenda. Ayat Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 18 berbunyi:
“..dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok.” Maksudnya, hisablah diri kalian sebelum dihisab oleh Allah. Dan lihatlah
apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sendiri berupa amal shalih untuk hari
kemudian dan pada saat bertemu dengan Robb kalian. (Abdullah, 2003:121). Dari
penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan suatu kebaikan di hari
esok, maka seseorang wajib menghisab dirinya, hal ini berkaitan erat dengan
perencanaan pengorganisasian hari esok yang lebih baik. Dalam lesson study pun
terdapat satu tahap yang bernama plan atau perencanaan.
Beberapa hal sebagai tahapan pertama dari lesson study apa yang
direncanakan, bagaimana merencanakan, siapa yang merencanakan, pemilihan
guru model, persiapan untuk open lesson dan kebutuhan akan dukungan teknis.
Tahap perencanaan (Plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran
yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan
membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga tercipta
suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif. Perencanaan yang
baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama (kolaboratif) (Buku
Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah,
2011: 3).
Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru
yang termasuk dalam satu kelompok lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang).
25
Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu
konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi
tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif (Zulkily
dkk., 2009:55).
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, maka perencanaan Lesson study bisa
dilakukan dengan cara kolaboratif oleh beberapa orang guru untuk menghasilkan
rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik
secara efektif dan membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran
yang dirumuskan melalui apa yang dirancanakan, bagaimana merencanakan,
siapa yang merencanakan, pemilihan guru model, persiapan untuk open lesson
dan kebutuhan akan dukungan teknis.
b. Pelaksanaan (Do)
Tahap kedua adalah Open lesson atau tahap pelaksanaan yaitu menerapkan
RPP yang sudah dirancang dan didiskusikan pada tahapan sebelumnya. Pada
pelaksanaanya seorang guru disebut guru model membuka pembelajaran (Open
lesson) untuk menerapkan RPP yang telah dirancang bersama, sementara guru
lainnya disebut observer mengamati dan mencatat proses pembelajaran yang
terjadi. Pada proses pelaksanaan lesson study hal penting bagi para pengamat harus
berdiri di posisi-posisi dimana mereka bisa melihat wajah para siswa. Karena
tujuan lesson study adalah untuk belajar dari realita siswa (belajar dari
pembelajaran).
Tahap pelaksanaan (Do), dimaksudkan untuk menerapkan
rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok
berperan sebagai guru model. Sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati
(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis
Sekolah, 2011: 3).
Implementasi RPP adalah tahapan do, Mulyana (2007) menjelaskan mengenai
tahap do dalam lesson study sebagai berikut:
“Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson study yang lainnya (baca:
guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer).”
Peran guru model dalam melaksanakan RPP haruslah sangat diperhatikan sebagai
implikasi dari proses penyusunan saar perencanaan. Mulyana (2007) menjelaskan
lebih lanjut:
“Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
26
yang telah disusun bersama, siswa diupayakan dapat menjalani proses
pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan
under pressure yang disebabkan adanya program Lesson study. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
Selain itu dalam pelaksanaan pengimplementasian RPP, Pengamat harus
melakukan pengamatan terhadap interkaksi yang dilakukan oleh siswa. Lebih lanjut
Mulyana (2007) menjelaskan:
”Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siwa-
siwa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan
menggunakan instrument pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan
disusun bersama-sama. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran
yang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Pengamat dapat
melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk
keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan
peremakan tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pengamat
melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan
dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses
konktrusksi pemahaman siswa melaui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP”
Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat
berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh
guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses
pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa
yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran,
tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran
secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku,
dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu
diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang
menggambarkan seting kelas yang digunakan (Hendayana, 2007:56).
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa tahap pelaksanaan dalam Lesson
study sejatinya adalah pe-ejawantahan terhadap RPP yang telah dibuat pada tahap
perencanaan yang disampaikan melalui guru model dalam sebuah pembelajaran
dan tidak lupa ada guru-guru observer untuk melakukan proses pengamatan dan
analisis terhadap keberjalanan pembelajaran dan efektivitas RPP yang dibuat
dengan menitikberatkan kepada pengamatan terhadap respon siswa dan tidak
mengganggu keberlangsungan proses belajar mengajar.
27
Refleksi (See)
Setelah dilakukannya suatu agenda, maka tahap selanjutnya adalah tahap
refleksi. Ayat Al-Quran menjelaskan dengan seterang-terangnya mengenai refleksi
ini, salah satunya dalam Q.S Al- Israa ayat 36 yang berbunyi:
“Semuanya itu, yakni pendengaran, penglihatan, dan hati, akan diminta
pertanggungjawabannya.” Maksudnya, seorang hamba kelak akan diminta
pertanggungjawaban mengenai hal itu pada hari Kiamat serta apa yang telah
dilakukan dengan semua anggota tubuh tersebut (Abdullah, 2003: 164). Mengenai
dengan pertanggungjawaban maka tidak lepas dari yang namanya refleksi, hal ini
sejalan dengan tahap ketiga lesson study.
Tahap ketiga dalam kegiatan lesson study adalah refleksi. Setelah selesai
pembelajaran dilakukan diskusi antara guru model dan para pengamat yang
dipandu oleh kepala sekolah. Diskusi diawali oleh guru model dengan
menyampaikan kesan-kesan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya berupa
komentar-komentar dan lesson learn dari proses pembelajaran yang baru saja
dilakukan oleh guru model. Tahap refleksi merupakan bagian terpenting dalam
lesson study meski banyak orang yang menganggapnya tidak begitu penting.
Refleksi harus dimulai dengan mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang
ditemukan oleh pengamat dalam pengamatan (Buku Panduan untuk Lesson study
Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah, 2011: 3).
Senada dengan yang disampaikan Buku Panduan untuk Lesson study,
Mulyana (2007) menjelaskan mengenai tahap see ini sebagai tahapan yang sangat
penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan tergantung
dari ketajaman analisis para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk
diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson study yang dipandu oleh kepala
sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian
kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan
komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang
dilakukannya, misalnya kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam
menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat
menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam
28
menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan. Tidak berdasarkan opininya. Bebagai
pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi
seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-
catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Tahap pengamatan dan
refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada guru yang
bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar juga mengemukakan
apa lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru berlangsung
(Susilo, 2011:4).
Disamping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson study juga
melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan
program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus
lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing
(Plan-Do-See) Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran
berorientasi praktik. Kegiatan tersebut digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson study
(Sumber: Jurnal Pendidikan Dasar oleh Effendi Zulkily, dkk. 2009)
Fernandez dan Yoshida (2004) menjelaskan mengenai lesson study sebagai berikut:
“The idea is simple: teachers organically come together with a shared
question regarding their students’ learning, plan a lesson to make student
learning visible, and examine and discuss what they observe. Through
multiple iterations of the process, teachers have many opportunities to discuss
student learning and how their teaching affects it”.
29
Dari pendapat Fernandez dan Yoshida di atas kita bisa mengidentifikasi bagaimana
tahapan dari Lesson study, dimulai dari guru-guru berkumpul dengan membawa
berbagai pertanyaan berdasarkan pembelajaran siswa-siswi mereka, rencanakan
pembelajaran yang dapat dicapai oleh peserta didik, diskusikan hal apa saja yang
akan diobservasi, lalu lakukan observasi tersebut. Melalui beberapa kali siklus dari
proses iterasi tadi lalu diskusikan mengenai pembelajaran siswa dan efektivitas
pengajaran.
Lebih jauh, Lynn C. Hart dkk. (2011: 2) menjelaskan mengenai siklus lesson
study sebagai berikut:
“After identifying a lesson goal, teachers plan a lesson. The goals can be
general at first (e.g., how students understand equivalent fractions), and are
increasingly refined and focused throughout the lesson study process to
become specific research questions by the end (e.g., strategies students use
to compare 2/4 and 3/6). Teacherschoose and/or design a teaching approach
to make student learning visible, keeping their lesson goal in mind. The main
purpose of this step is not to plan a perfect lesson but to test a teaching
approach (or investigate a question about teaching) in a live context to study
how students learn. As they plan, they anticipate students’ possible
responses and craft the details of the lesson. Teachers come to know the key
aspects of the lesson, to anticipate how students may respond to these
aspects, and to explore different thinking and reasoning that may lie behind
the possible responses, During the lesson, teachers attend to student thinking
and take notes on different student approaches. In the debriefing after the
lesson, teachers discuss student learning based on the data they have
collected during the observation, revise and re-teach the research lesson to a
new group of students, make it iteration”.
30
Untuk lebih jelasnya mengenai Tahapan Lesson study menurut Lynn C. Hart
dkk. bisa dilihat flow chart sebagai berikut:
Gambar 2.2 Siklus Lesson study menurut Lynn C. Hart dkk
Dari penjelasn Lynn C. Hart dkk. diatas bisa disimpulkan tahapan dari
lesson study mencakup kelompok guru melakukan diskusi untuk penentuan tujuan
pembelajaran RPP yang termasuk didalamnya model pembelajaran, metode
pembelajaran, taktik dan teknik pembelajaran, serta penentuan guru model dan
waktu pelaksanaan “research lesson”, tahap selanjutnya adalah research lesson atau
open lesson yang digunakan oleh guru observer untuk memperhatikan dan
menganalisis proses pembelajaran, selanjutnya adalah tahapan refleski dengan cara
menggunakan data oleh observer dari proses open lesson untuk dijadikan desain
pembelajaran selanjutnya dan yang terakhir adalah melakukan research lesson atau
open lesson pada kelompok siswa yang berbeda kemudian kembali ke tahapan awal
yaitu melakukan penentuan desain pembelajaran dan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
lesson study setidak-tidaknya terdiri dari tiga tahapan yaitu plan (proses
merencanakan lesson study), do (proses implementasi) dan see (proses refleksi
pembelajaran).
5. Manfaat Lesson study Widhiartha (2009: 19) menyebutkan manfaat lesson study dapat memicu
munculnya motivasi untuk mengembangkan diri guru, melatih pendidik “melihat”
peserta didik, menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, Lesson
31
study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru, Lesson study
menepatkan para pendidik pada posisi terhormat.
Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri karena
lesson study menciptan sebuah kondisi diaman seorang pendidik harus menghadapi
perkembangan di luar lingkungannya. Ia akan “dipaksa” untuk melihat
perkembangan pendidik lain dan mempelajari berbagai hal positif dari mereka.
Dengan semakin meluasnya kelompok lesson study akan semakin luas pula
wawasan dari para pendidik yang menjadi anggota kelompoknya dan semakin
banyak motivasi positif yang muncul dari para anggota kelompok. Lesson study
melatih pendidik “melihat peserta didik” karena dengan lesson study para pendidik
memiliki kesempatan untuk mengamati peserta didik walaupun dengan
“meminjam” mata dari para observer. Rekan-rekan yang menjadi observer
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengamati perilaku peserta didik
terhadap apa yang sedang dilakukan oleh pengajar. Berbagai masukan dapat
diberikan oleh rekan-rekan yang sedang menjadi observer sehingga nantinya dapat
menjadi bahan bagi peningkatan kualitas diri bagi para pendidik.
Lesson study menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, ada
beberapa sebab mengapa usaha pemerintah untuk menjadikan penelitian sebagai
sebuah bagian integral dari sistem pendidikan belum dapat terlaksana sepenuhnya.
Salah satu faktor utama adalah kurangnya minat para pendidik untuk melakukan
penelitian karena anggapan bahwa melakukan penelitian memerlukan biaya dan
waktu yang tidak sedikit. Waktu yang telah habis untuk mengajar peserta didik dan
gaji yang dirasa pas-pasan sering menjadi alasan mengapa guru-guru tidak tertarik
untuk melakukan penelitian. Dengan lesson study para pendidik baik guru, dosen,
tutor, instruktur kursus, dan civitas pendidikan yang lain tidak perlu bersusah payah
mengumpulkan dara atau mengeluarkan biaya besar untuk melakukan penelitian,
aktivitas lesson study ini sendiri dapat dianggap sebagai sebuah kegiatan
mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan yang merupakan hakikat dari
sebuah penelitian.
Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru, hal ini
disebabkan karena pada lesson study setelah berhasil menyelesaikan serangkaian
masalah sangat disarankan untuk para pendidik menyebarkan segala hasil yang
mereka dapatkan pada rekan-rekan sesame pendidik ilmiah dalam skala kecil.
Sedangkan dalam skala lebih luas, lesson study sangat disarankan untuk melakukan
publikasi ke khalayak umum, sebab dengan melakukan publikasi guru-guru dapat
menyebarkan inovasi dan pendekatan baru yang berhasil mereka terapkan untuk
digunakan oleh para pendidik lainnya dan membuka munculnya penelitian-
penelitian lanjutan.
Yuniar (2013: 55) menyebutkan manfaat lesson study bagi guru diantaranya
adalah untuk mengurangi keterasingan dalam perencanaan pembelajarannya,
membantu dengan mengobservasi pembelajarannya, memperdalam pemahaman
tentang materi pelajaran, membantu supaya lebih focus pada aktivitas belajar siswa,
meningkatkan kolaborasi antara sesama guru, meningkatkan mutu guru dan mutu
pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu lulusan, Memberi
32
kesempatan untuk memberi makna ide-ide pendidikan dalam praktik
pembelajarannya, mempermudah dalam berkonsultasi dengan pakar dalam hal
pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran dan yang terakhir adalah memperbaiki
praktik pembelajaran di kelas.
Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidkan pada
umumnya telah banyak dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan penataran
baik bersifat regional maupun nasional. Akan tetapi hasil-hasil penataran tersebut
seringkali tidak bisa secara langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan
antar lain tidak tersedianya infrastruktur pendukung yang memungkinkan hasil
penataran tersebut bisa diimplementasikan. Lesson study sebagai strategi
peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke berbagai
Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini terjadi terutama
sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999 yang memuat uraian
tentang gambaran proses pembelajaran di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat,
buku tersebut mengulas tentang tradisi guru-guru di Jepang untuk belajar dari
proses pembelajaran aktual yang kemudian dikenal dengan sebutan Lesson study.
Strategi lesson study memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model
inservice training guru lainya (Hendayana, dkk. 2007:36).
C. Profesionalisme Guru
Berkaitan dengan profesionalisme guru, pada bagian ini akan dikaji
beberapa hal meliputi pengertian profesi, pengertian profesionalisme, pengertian
profesional, guru profesional, prinsip profesionalitas, kompetensi guru dan
indikator profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.
1. Pengertian Profesi
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession
atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan
secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu
adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan
perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Rusman, 2011:16). Secara sederhana
profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang dilakukan
seseorang sesuai dengan keahliannya (expertise). Ini berarti bahwa suatu pekerjaan
atau jabatan harus dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, suatu profesi erat kaitannya
dengan pekerjaan yang spesifik terstandar mutunya dan dapat menjadi sumber
penghasilan sesuai dengan penghargaan keprofesionalannya (Subjianto, 2007:
698).
Satori (2016:16) menyebutkan bahwa profesi berasal dari bahasa inggris
profession dari kata to profess yang berarti pernyataan kesediaan atau panggilan
bahwa seseorang akan mengabdikan diri terhadap suatu pekerjaan secara sungguh-
sungguh sebagai karir sepanjang hayat. Oleh karena itu, makna profesi yang
33
sesungguhnya adalah keterpanggilan dan kesediaan dari pelaku pekerjaan itu untuk
melakukan pekerjaan sebagai pengabdian sepanjang hayat yang dilakukan secara
sungguh-sungguh. Sedangkan Kunandar (2007:45) mendefinisikan “Profesi adalah
suatu pekerjaan atau jabatan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi,
propesi adalah suatu jabatan yang menuntut keahlian tetentu”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merahnya bahwa profesi
adalah suatu jabatan yang tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.
2. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang (Rusman, 2011: 18). Profesionalisme
adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada keahlian tertentu. Seorang
profesional memahami apa, mengapa, dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan.
Mengetahui upaya dan langkah strategis serta memahami akibat dan resiko dari
suatu pekerjaan yang diembannya. Oleh sebab itu, seorang profesional bukan
hanya dibekali keahlian tertentu tapi juga ditopang oleh mental dan kepribadian
yang mendukung bidang keahlian dan pekerjaannya (Mulyasana, 2011: 49).
Profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mengekspresikan pengalaman mengajar dalam bentuk karya tulis (Hermino, 2014:
192). Masih menurut Hermino (2014: 192) bahwa kinerja gurulah yang bisa
dijadikan sebagai tolak ukur profesionalisme guru. Kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu
profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009). Mangkunegara (2004) menyatakan
bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14
Tahun 2005 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kinerja guru dapat
dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan seorang guru secara keseluruhan dalam
periode waktu tertentu yang dapat diukur berdasarkan tiga indikator yaitu
penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran, dan komitmen
menjalankan tugas
3. Pengertian Profesional
Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai
kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian (seperti guru, dokter,
hakim, dan sebagainya). Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan (Fakhruddin, 2010: 20)
Seorang yang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan
34
profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan
tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan terus-
menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar melalui pendidikan dan
pelatihan (H.A.R Tilaar dalam Uzer, 2011:15).
Satori (2016: 16) menyebutkan bahwa profesional adalah orang-orang yang
memiliki niat kuat untuk menekuni pekerjaan itu, sungguh-sungguh melakukan
pekerjaan dengan penuh tanggungjawab, sepenuh hati, dan akhirnya menunjukkan
mutu hasil pekerjaannya yang memberikan maslahat optimal bagi orang lain dan
masyarakat luas.
Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap
profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki
keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang
dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni
bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu
melakukan inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya
mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.
4. Guru Profesional
Mendidik atau mengajar merupakan tugas mulia. Orang yang bertugas untuk
mendidik, kita menyebutnya sebagai guru (Uno, 2008:15). Guru adalah orang yang
bertugas sebagai pengajar dan pendidik bagi siswa. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal 1 ayat 1)
menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
mengevaluasi”. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara klasikal baik di
sekolah maupun di luar sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi
sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya (Tedjawati, 2011:481).
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2
menjelaskan bahwa guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik, dan terlatih dengan baik serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya (Uzer, 201:15).
Rusman (2011: 8) menjelaskan mengenai profesionalitas guru, bahwa
profesionalitas guru merupakan sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi
kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya
35
5. Prinsip Profesionalitas
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, BAB III Pasal 7
ayat (1) dijelaskan bahwa Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: pertama,
Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Kedua, memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
Ketiga, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas. Keempat, memliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugas. Kelima, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan. Keenam, memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja. Ketujuh, memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Kedelapan,
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dan terakhir adalah memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
6. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif” pengertian ini
mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks
yakni pertama sebagai indikator kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan
yang diamati, kedua sebagai konsep yang mencangkup aspek-aspek kognitif,
afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanannya secara utuh. Kompetensi
juga dapat diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat
melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya (Usman dalam Kunandar, 2007:51). Jhonson dalam Sanjaya (2008:145)
menjelaskan pengertian dari kompetensi yaitu Kompetensi merupakan prilaku
rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang
diharapkan. Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau
unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai
suatu tujuan. Sedangkan Fakhruddin (2010:19) mendefinisakan pengertian dasar
kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Lebih lanjut Fakhruddin
menjelaskan bahwa Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna.
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak
sangat berarti. Kompetensi merupakan prilaku rasional untuk mencapai tujuan
yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan dan ini memungkinkan
seorang guru berada pada wilayah dan keadaan berwewenang atau memenuhi
syarat sebagai seorang profesional
Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja
terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Mulyasa mengatakan,
“Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman, terhadap peserta
36
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas
(Musfah, 2011: 27). Kunandar (2007:55) menjelaskan Standar kompetensi
meliputi empat komponen, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan
potensi, penguasaan akademik, sikap kpribadian. Secara keseluruhan standar
kompetensi guru terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu penyusunan rencana
pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar
peserta didik, pelaksanaa tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik,
pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan
kajian akademik.
Agar dapat mengidentifikasi apa itu kompetensi, dapat dilihat dari karekteristik
dari kompetensi itu sendiri. Karakteristik kompetensi menurut Spencer and
Spencer dalam Sutrisno (2009: 206) terdapat lima aspek yaitu pertama motivies,
adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan
tindakan. Misalnya, orang memiliki motivasi berprestasi secara konsisten
mengembangkan tujuan-tujuan yang memberi tantangan pada dirinya dan
bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan
feedback untuk memperbaiki dirinya. Kedua adalah Traits, yaitu watak yang
membuat orang untuk berprilaku atau bagaimana seseorang merespons sesuatu
dengan cara tertentu. Misalnya, percaya diri, kontrol diri, stress dan ketabahan.
Ketiga adalah self concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui
bagaimana nilai yang dimiliki seseorang, apa yang menerak bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang yang dinilai menjadi pimpinan
seyogianya memiliki perilaku kepemimpinan sehingga perlu adanya tes tengang
leadership ability. Keempat adalah knowledge, yaitu informasi yang dimiliki
seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi yang
kompleks. Skor atas tes pengetahuan sering gagal untuk memprediksi kinerja SDM
karena skor tersebut tidak berhasil untuk mengukur pengetahuan dan keahlian
seperti apa seharusnya dilakukan dalam pekerjaan. Tes pengetahuan mengukur
kemampuan peserta tes untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa
melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan
yang dimiliki. Dan yang terakhir adalah Skills, yaitu kemampuan untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Misalnya,
seorang programmer komputer membuat suatu program yang berkaitan dengan
SIM SDM.
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis
kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Penjelasan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapkan dapat
menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat
kompetensi tersebut.
1) Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki
37
dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Prof. Dr. J. Hoogeveld dalam
Saudagar (2011:32) mengatakan bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langevel dalam Saudagar (2011:32)
membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya
sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan
tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih
menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing
anak. Berdasarkan pengertian yang disebutkan di atas maka yang dimaksud
pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas
pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi
pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang diberkaitan dengan ilmu dan
seni mengajar. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengeolaan
peserta didik yang meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya (Musfah, 2011: 30-31).
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian guru mencangkup sikap (attitude), nilai-nilai (value),
kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam kaitannya
dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi
oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta
legalitas kewenangan mengajar (Saudagar, 2011: 40). Lebih detail Sanjaya (2008:
277) menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang
berhubungan dengan pengembangan kepribadian diantaranya adalah kemampuan
yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan
agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai
antarumat beragama, kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan
dan system nilai yang berlaku di masyarakat mengembangkan sifat-sifat terpuji
misalnya sopan santun dan tata karma
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk menjadi bagian dari
masyarakat, berkomunikasi, berinteraksi, secara efektif dengan para siswa, para
guru lain, orangtua dan wali siswa serta masyarakat. Kompetensi ini diantaranya
meliputi bersikap inklusif, bertindak obyektif, berkomunikasi secara efektif,
empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan
masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain (Hakim, 2009: 247). Kompetensi sosial dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
38
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial adalah
kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencangkup kemampuan
untuk berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif, bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar, menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati
dan semangat kebersamaan (Saudagar, 2011: 75).
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan
penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi ini
merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan
kinerja yang ditampilkan. Kompetensi ini diantaranya kemampuan untuk
menguasai landasan kependidika, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,
kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai bidang studi yang
diajarkannya, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan
strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media
dan sumber ajar (Sanjaya, 2010:18). Saudagar (2011: 48) menjelaskan bahwa
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus
dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada
pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru.
Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi pengenalan peserta
didik secara mendalam, penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary
content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content),
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan dan pengembangan kpribadian dan profesionalitas
secara berkelanjutan (Tedjawati, 2011: 482).
Permendiknas No. 16 Tahun 2007, memuat standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,
yaitu kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional. Secara rinci
standar kompetensi guru di Indonesia disajikan dalam tabel 2.2 (Satori, 2016: 190).
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Guru di Indonesia
A. Kompetensi Pedagogi
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
39
mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
B. Kompetensi Kepribadian
11. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa.
14. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
C. Kompetensi Sosial
16. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
17. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.
18. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
19. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi
lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
D. Kompetensi Profesional
20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
40
kreatif.
23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik kompetensi yang disebutkan para ahli
di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan
kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya yang
setidaknya terdiri dari kompetensi pedagogi, kepribadian, profesioan dan sosial
dan melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang guru bagaimana dalam
mengelola pembelajaran, pengembangan potensi dan penguasaan akademik serta
sikap kepribadian secara bertanggung jawab dan layak.
7. Indikator Profesionalisme Guru dalam Proses Pembelajaran
Berkanaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Georgia
departmen of education dalam Yuniar (2013:60) telah mengembangkan Teacher
performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas
menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru
meliputi rencana pembelajaran (teacher plans and materials) atau disebut dengan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), prosuder pembelajaran (Classroom
Procedure), dan hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Indikator penilaian
terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas,
yaitu:
a. Perencanaan program pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru
dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, yaitu mengambangkan silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Unsur atau komponen yang ada dalam silabus terdiri dari
identitas silabus, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Materi
Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Alokasi Waktu dan Sumber
Pembelajaran. Program Pembelajaran dalam waktu singkat sering dikenal dengan
istilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus,
ditandai oleh adanya identitas RPP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), Indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan, sumber pembelajaran dan penilaian.
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan pengolahan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
41
pelaksanaannya menuntut kemampuan guru, pelaksanaan kegiatan pembelajaran
ini meliputi:
1) Pengelolaan kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses
pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam
penglolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa
dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan
keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan
melakukan tempat duduk siswa.
2) Penggunaan media dan sumber belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasai
guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber
belajar. Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1993:78) media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran),
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat
mendororng proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber
belajar disamping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus
berusaha mencari dan membaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang relavan
guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan
pendalaman materi, serta pengayaan dalam proses pembelajaran. Kemampuan
menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang
sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual, tetapi
kemampuan guru disini lebih ditekankan kepada penggunaan objek nyata yang ada
di sekitar sekolahnya.
3) Penggunaan metode dan strategi pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru
diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Sagala (2007: 210) guru harus
mempunyai kemampuan menggunakan berbagai pendekatan dan metode mengajar
serta teknik evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa”. Kegiatan produktif guru
berbentuk upaya mencari materi, pendekatan, metode, teknik dan strategi yang
lebih baik sebagai reaksi terhadap hasil kegiatan evaluasi sebelumnya. Pertanyaan
yang harus diajukan guru dalam kaitan ini adalah apakah materi, pendekatan,
metode, teknik, strategi dan media yang dikembangkan dan digunakan dalam
pembelajaran telah membuat peserta didik mengalami belajar semaksimal
mungkin sesuai dengan karakteristik individualnya.
4) Evaluasi atau penilaian pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki
42
kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi atau penilaian
hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan
Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada
jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk mengetahui
kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling
besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan
tertinggi di kelasnya sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang
diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-
soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya
berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP
ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak
berdasarkan batas lulus yang ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat
dijadikan acuan dalam memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan
evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi
meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan
alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.
Standar profesionalisme guru dari National Board for Profesional Teaching
Skill dalam Satori (2016: 192) disebutkan bahwa yang merumuskan standar
profesionalisme guru di Amerika Serikat yang menjadi dasar untuk mendapatkan
sertifikasi (teaching certificate). What Teacher Should Know and Be Able to Do,
diterjemahkan dalam lima proposisi utama yaitu pertama Teachers are Committed
to Student and Their Learning yang mencakup: penghargaan guru terhadap
perbedaan individual siswa, pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa,
perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan misi guru dalam
memperluas cakrawala berfikir siswa. Kedua adalah Teachers Know the Subjects
They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup apresiasi guru
tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk diredaksi, disusun dan
dihubungkan dengan mata pelajaran lain, kemampuan guru untuk menyampaikan
materi pelajaran, mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan
berbagai cara (multiple path). Ketiga adalah Teachers are Responsible for
Managing and Monitoring Student Learning mencakup penggunaan berbagai
metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, menyusun proses pembelajaran
dalam berbagai kegiatan kelompok (group setting), kemampuan untuk
memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, menilai kemajuan siswa
secara teratur dan kesadaran akan tujuan utama pembelajaran. Keempat adalah
Teachers Think Systematically about Their Practice and Learn from Experience
mencakup guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-
keputusan terbaik, guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai
riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktik pembelajaran. Dan yang
terakhir adalah Teachers are Member of Learning Communities mencakup guru
memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan
rekan sejawat, guru bekerjasama dengan orang tua siswa, dan guru dapat menarik
43
keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.
D. Pelajaran IPA
Mengenai pelajaran IPA, akan dibahas tiga hal yaitu hakikat Ilmu Pengetahuan
Alam, Hakikat Pembelajaran IPA, dan Keterampilan Proses Sains sebagai berikut:
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains. Sains
itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu Science, yang asal katanya dari Bahasa
Latin yaitu scientia yang artinya saya tahu. IPA atau sains merupakan suatu proses
yang menghasilkan pengetahuan yang bergantung pada proses observasi cermat
terhadap fenomena dan teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut
(Rustaman, 2011: 1).
IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta serta seluk beluk yang
ada didalamnya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara bagaimana
mencari kebenaran suatu fenomena alam secara sistematis dan runtut melalui
proses penemuan dengan metode ilmiah. Menurut Prihantoro dalam Trianto (2012:
137) pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Adapun
fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut
Depdiknas terdiri dari empat yaitu pertama Menanamkan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai
ilmiah. Ketiga, mempersiapkan siswa menjadi warga yang sadar akan sains dan
teknologi. Terakhir yang keempat adalah menguasai konsep sains yang berguna
bagi kehidupannya (Trianto, 2012: 138).
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hakikat Ilmu Pengetahuan Alam bisa
ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam pada hakitnya adalah
pengetahuan yang bergantung pada proses observasi cermat terhadap fenomena dan
teori-teori bagaimana mencari kebenaran suatu fenomena alam secara sistematis
dan runtur melalui proses penemuan dengan menggunakan metode ilmiah yang
memiliki fungsi dan tujuan menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME,
mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa
menjadi warga yang sadar akan sains dan teknologi serta menguasai konsep sains
yang berguan bagi kehidupan.
2. Hakikat Pembelajaran IPA IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Menurut Trianto (2012: 14) ada beberapa nilai-nilai IPA yang dapat
ditanamkan dalam pembelajaran IPA yaitu: petama, bekerja dan berpikir dengan
sistematis sesuai motode ilmiah. Kedua, terampil dan cakap dalam pengamatan
untuk memecahkan masalah. Ketiga, mempunyai sikap ilmiah baik dalam
memecahkan masalah maupun dalam kehidupan.
44
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA
menghendaki adanya suatu keterampilan proses, dengan begitu siswa dapat
menemukan fakta, konsep, teori serta sikap ilmiah siswa itu sendiri. Pembelajaran
IPA juga menekankan pada pengalaman langsung agar dalam memahami alam
sekitar secara ilmiah. Hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya.
Produk sains terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori dapat dicapai
melalui metode ilmiah (Rustaman, 2011: 5). Pendidikan IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Rahayu, 2012: 64).
Secara umum IPA di tingkat SMP/MTs meliputi tiga mata pelajaran yaitu
Fisika, Kimia, dan Biologi. Kurikulum 2013 menghendaki pelaksanaannya secara
terpadu yang dikenal dengan IPA terpadu. Menurut Trianto (2012: 56)
pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual atau kelompok, untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Karakteristik pembelajaran terpadu menurut Trianto (2012: 61) yaitu: holistik,
bermakna, otentik, dan aktif.
IPA tidak disajikan secara terpisah berupa mata pelajaran fisika, biologi, dan
kimia melainkan secara terpadu dalam bentuk satu kesatuan. Hal ini dilakukan
untuk memberikan bekal kepada siswa agar mempunyai pengetahuan dasar
mengenai IPA secara utuh. Tujuan pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs adalah
(a) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (b) meningkatkan minat
dan motivasi, (c) beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus (Trianto,
2012: 153-157).
Balitbang Depdiknas (2006: 1-2) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu
dalam IPA dapat dibuat dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas
dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan
dikenal siswa. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas
dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya, tema
lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi
dan perubahannya, dan materi serta sifatnya.
3. Keterampilan Proses Sains (KPS) KPS adalah suatu keterampilan yang menuntut peserta didik untuk dapat
melatih daya pikir sehingga dapat menemukan fakta, konsep dan teori yang
berorientasi pada suatu proses bukan hanya hasil. Menurut Arsih (2014: 44) KPS
merupakan suatu pendekatan pembelajaran sistematis yang dapat mengembangkan
keterampilan siswa melalui penelitian sederhana, kegiatan eksperimen
laboratorium, ataupun kegiatan praktis lainnya. Menurut Rahayu (2011: 108-109)
pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membawa siswa terlibat
langsung dalam kegiatan percobaan. Pengalaman secara langsung dan pembiasaaan
45
sikap kerjasama dan menghargai pendapat orang lain akan membawa perubahan
sikap yang menjadi lebih baik. Siswa yang belajar dengan pendekatan KPS lebih
berhasil dari pada siswa yang belajar dengan pendekatan tradisional. Hal tersebut
sesuai dengan hasil sebuah penelitian Aktamis dan Ergin (2008: 11) “The students
who had SPS training succeeded more than the students had traditional training.
This result shows that giving scientific process skills training increased the
academic achievement of the student”.
Guru memiliki posisi sentral dalam mengembangkan KPS. Desain
pembelajaran yang melibatkan KPS berarti memberikan kesempatan siswa untuk
mengobservasi, interpretasi, mengklasifikasikan, menggeneralisasi sebelum konsep
baru diterima atau memperkuat konsep yang telah diyakini siswa. Dengan
demikian pembelajaran siswa melalui KPS dapat meningkatkan pemahaman siswa
menjadi lebih bermakna. Pengembangan KPS sangat ideal dikembangkan apabila
guru memahami hakikat belajar IPA, yaitu IPA sebagai proses dan produk.
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai
pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya berlangsung (Rustaman, 2005:
86). Oleh sebab itu guru harus mahir dalam KPS dan harus memiliki pengetahuan
serta pemahaman untuk mengajarkan KPS.
Menurut Rustaman (2005: 76) keterampilan proses melibatkan keterampilan-
keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif
terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiran.
Keterampilan manual terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.
Keterampilan sosial terlibat dalam hal interaksi dengan sesama siswa dalam
mendiskusikan hasil pengamatan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan
keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam
pembelajaran. Dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses
dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan akan mengembangkan sikap
dan nilai ilmuan pada diri siswa.
E. Penelitian yang Relavan
Hasil penelitian penerapan pembelajaran Lesson study oleh Ambarwati Nova
(2009: 3) menyatakan bahwa penerapan kegiatan Lesson study dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada kelas X AD-2 di SMK Negeri 1 Mojoagung pada
pelajaran dasar-dasar Administrasi perkantoran. Penelitian lain yang dilakukuan
oleh Rusdi Andi (2008: 8), didapatkan beberapa kesimpulan bahwa implementasi
pemberdayaan guru dalam program Lesson study berjalan sesuai dengan
perencanaan, selain itu, implementasi program Lesson study dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa, dan terkahir, implementasi pemberdayaan guru melalui
program Lesson study mendapat tanggapan yang positif bagi siswa dan guru
peserta Lesson study. Penelitian lain adalah penelitian Irna Karlina Yuniar (2013:
171) mengenai Lesson study beliau menemukan bahwa Lesson study berbasis
46
sekolah dapat dijadikan jembatan untuk meniti ke arah cita-cita proses
pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional
Pendidikan Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan hasil belajar siswa di
SMP Negeri Kabupaten Sumedang yang meliputi aktivitas belajar dan hasil nilai
yang diperoleh siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya.
Lesson study mampu mendorong kemandirian pendidik (Suryadi, 2014:10).
Implementasi lesson study di Kabupaten Sumedang telah menghasilkan revitalisasi
MGMP dan perubahan sikap positif para guru MIPA, Kepala Sekolah dan
Pengawas. Perubahan-perubahan tersebut, antara lain: kegiatan MGMP tidak hanya
bersifat administratif tetapi lebih bersikap akademik, semua guru memperoleh
kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan MGMP tanpa hambatan jarak yang jauh,
guru menjadi lebih terbuka menerima saran perbaikan mutu pembelajaran, terjadi
peningkatan kemampuan guru melakukan inovasi pembelajaran melalui hands-on
activity, mind-on activity, daily life, dan local materials, terjadi peningkatan
keberanian guru berkomunikasi baik dalam forum ilmiah nasional/internasional
maupun dalam penulisan artikel berbasis penelitian kelas dalam jurnal ilmiah
(Hendayana, 2009: 21).
Lewis (2004) dalam penelitiannya menemukan kesimpulan bahwa lesson study
merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, hal ini
diterangkan oleh Lewis bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan membahas
lima jalur yang dapat ditempuh lesson study yaitu membawa tujuan standar
pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, menggalakkkan perbaikan dengan dasar
data, mentargetkan pencapaian berbagai kualitas mahasiswa yang mempengaruhi
kegiatan belajar, menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan
pembelajaran, dan menjunjung tinggi nilai guru.
Hasil yang didapat dari penelitian lesson study dalam pengalaman penerapan
pada pendidikan nonformal di regional IV Surabaya adalah lesson study dapat
meningkatan kemampuan dan kompetensi para tutor Keaksaraan Fungsional
dengan cara membangun hubungan kolegial dan mutual learning di antara para
tutor sendiri. Secara kualitatif hal ini dibuktikan langsung pada uji coba model ini
dimana berdasarkan pengamatan dari tim pengembang, peserta didik, ataupun
narasumber yang diundang dalam proses ujicoba ini terjadi perubahan yang
signifikan terhadap kemampuan mengajar dan kompetensi para tutor, dengan
menggunakan lesson study terjadi knowledge sharing yang luar biasa di antara para
tutor. Knowledge sharing inilah yang justru sering tidak muncul pada pelatihan
karena pendeknya waktu dan padatnya jadwal. Secara finansial pun lesson study
memberikan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan pelatihan. Dengan adanya
kesadaran dari para tutor dalam membentuk hubungan kolegial berdampak pula
secara positif dalam menjalin kerjasama antar tutor, Kualitas PBM pun secara
signifikan dapat meningkatkan sebagai implikasi semakin baiknya kemampuan
para tutor. Partisipasi peserta didik dalam proses PBM sebagai salah satu unsur
utama program KF dapat dikondisikan secara lebih baik oleh para tutor berkata
47
saran dan opini dari rekan tutor yang menjadi observer, kesadaran diri para tutor
untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan mereka dengan bekerjasama
dengan rekan-rekan sejawatnya adalah aspek utama penggerak sebuah kelompok
lesson study. Pada sebuah kelompok lesson study para tutor tidak bisa bersikap
tertutup dan tidak mau berbagi dengan rekan-rekannya. Kondisi yang
mengharuskan mereka berdiskusi dan berbagi opini serta memberikan saran
membuat tiap anggota harus berjiwa besar untuk menerima atau memberikan kritik
dan saran (Widhiarta, 2008: 119-121).
F. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual dalam penelitian ini didasarkan untuk mengetahui
apakah ada peningkatan profesionalitas guru IPA dan Hasil Pembelajaran setelah
dilakukan kegiatan Lesson study lebih tepatnya manajemen Lesson study yang
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang didasari oleh kebijakan
pemerintah, sumber daya pendidikan, dan pola pembinaan.
Kebijakan
Pemerintah:
Peraturan
Pemerintah No. 32
Tahun 2013
Sumber Daya
Pendidikan:
Pengawas, Kepala
Sekolah, Siswa,
Kurikulum,
Lingkungan
Masyarakat
Pola Pembinaan
Manajemen Lesson
study
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
Profesionalitas
Guru IPA dan
Hasil
Pembelajaran
IPA
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana jenis penelitian ini
melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan menggunakan
pendekatan studi kasus. Menurut Sudarwan Danim (2002: 35) penelitian kualitatif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertama, fokus penilitiannya bersifat
kompleks dan luas. Kedua, bermaksud memberi makna atas fenomena secara
holistik dan ketiga, menempatkan diri peneliti secara aktif dalam seluruh proses
penelitian. Selain itu Sudarwan Danim (2002: 36-37) mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif dilakukan untuk membangun pengetahuan melalui pemaknaan
dan penemuan (meaning and discovery). Dengan menggunakan observasi
terstruktur dan tidak terstruktur, interaksi komunikatif, wawancara mendalam (in
depth interview), serta peneliti itu sendiri sebagai instrument. Relavan dengan
pendapat sebelumnya, Sudjana dan Ibrahim (2002 : 197-200) menjelaskan ciri-ciri
penelitian kualitatif adalah sumber data menggunakan lingkungan alamiah, sifatnya
deskriptif analitik yang berarti data yang diperoleh dari penelitian yang disusun di
lokasi penelitian dituangkan dalam analisis data dengan memperkaya informasi,
tekanan penelitian pada proses bukan pada hasil, induktif atau data yang bersifat
empiris dianalisis kemudian diambil kesimpulan, serta mengutamakan makna,
artinya makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang
mengenai hidupnya.
Untuk mengetahi suatu penelitian dikatakan kualitatif, maka kita bisa
mengidentifkasi dari ciri-cirinya. Sudarman Danim (2002: 51) menyatakan, ada
lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu pertama, mempunyai seting alami
sebagai sumber data. Kedua, bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berupa
kata-kata, Ketiga, menekankan proses dibandingkan hasil. Keempat, cenderung
menggunakan pendekatan induktif. Terkahir, adalah memberi tekanan pada makna.
Lebih rinci lagi menurut Creswell (2007: 37-39) bahwa terdapat karakteristik
dalam penelitian kualitatif, yakni: Natural setting, research as key instrument,
multiple source of data, inductive data analysis, participant’s meaning, emergent
design, theoretical lens, interpretive inquiry, and holistic account.
Salah satu pendekatan kualitatif menurut Creswell (2015: 145) adalah studi
kasus. Qudsy dalalm Creswell (2015: ix) menjelaskan bahwa studi kasus
merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah sebuah “kasus”
tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. Studi kasus
adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplor kehidupan nyata, sistem
terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus),
48
49
melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang melibatkan beragam
sumber informasi atau sumber informasi majemuk (misalnya pengamatan,
wawancara, bahan audiovisual, dan dokumen dari berbagai laporan) dan
melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus (Creswell, 2015: 135). Lebih lengkap
mengenai pendekatan studi kasus pada penelitian kualitatif Creswell (2015: 145-
147) menjelaskan bahwa fokus pendekatan studi kasus adalah mengembangkan
deskripsi dan analisis mendalam tetang kasus atau beragam kasus (kasus
majemuk), tipe permasalahan yang paling cocok untuk desain pendekatan studi
kasus adalah menyediakan pemahaman mendalam tentang kasus atau berbagai
kasus. Latar belakang disiplin pendekatan studi kasus adalah mengambil dari
psikologi, hukum, sains politik, dan kedokteran. Satuan analisis pendekatan studi
kasus adalah mempelajari peristiwa, program, aktivitas, atau lebih dari satu
individu. Bentuk pengumpulan data dari pendekatan studi kasus adalah
menggunakan beragam sumber, seperti wawancara, pengamatan, dokumen, dan
artefak. Strategi Analisis Data dari pendekatan studi kasus adalah menganalisis
data melalui deskripsi tentang kasus dan tema dari kasus dan juga tema lintas
kasus. Laporan Tertulis dari pendekatan studi kasus adalah mengembangkan
analisis detail tentang satu atau lebih kasus. Struktur umum dari studi kasus adalah
sketsa pendahuluan, pengantar (permasalahan, petanyaan, studi kasus,
pengumpulan data, analisis data, hasil), deskripsi tentang kasus atau beberapa kasus
dan konteksnya, pengembangan masalah, rincian tentang masalah yang dipilih,
penegasan (assertions) dan sketsa penutup.
Alasan penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti bermaksud berinteraksi
langsung dengan subjek penelitian dengan alamiah, sehingga dapat memahami
partisipan dair segi pandangan mereka sendiri (berpikir, bertindak menurut cara
mereka). Peneliti akan mengeksplorasi sebanyak mungkin pandangan partisipan
serta mencermati apa yang dibicarakan dan dilakukannya pada situasi yang tengah
diteliti. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan
penelitian diantaranya yaitu penyusunan rancangan awal penelitian, pemilihan
lapangan penelitian, pengurusan ijin penelitian, penjajakan lapangan dan
penyempurnaan rancangan penelitian, pemilihan dan interaksi dengan subjek dan
informan, penyiapan perlengkapan penelitian, serta mempelajari dan memahami
peraturan, etika, dan kebiasaan di lapangan penelitian.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8
Bogor. Dipilihnya lokasi penelitian tersebut didasarkan pada beberapa
pertimbangan, antara lain masalah yang diteliti terdapat di lokasi penelitian,
sekolah ini merupakan piloting project Lesson study yang digagas oleh Universitas
Pakuan di Bogor, dan sekolah ini merupakan tempat penelitian yang relatif mudah
dijangkau oleh peneliti sehingga memperlancar proses penelitian.
50
2. Subjek Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah komponen-komponen yang ada di SMPN 8 Bogor yang
terlibat dalam pelaksanaan tahap-tahap manajemen lesson study sebagai upaya
peningkatan profesionalitas guru IPA di sekolah tersebut. Oleh karena itu,
penentuan subjek penelitian sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, yaitu berdasarkan pilihan dan pertimbangan
peneliti. Dari hal tersebut maka yang dijadikan subjek penelitian sebagai sumber
data dan informasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakasek bidang
kurikulum, koordinator lesson study di sekolah tersebut, guru IPA, beberapa siswa,
dan pihak Universitas Pakuan.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini lebih ditekankan kepada bagaimana manajemen lesson
study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di SMPN 8 Bogor.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Perencanaan kegiatan lesson study meliputi identifikasi terhadap Standar Proses
Sekolah, Rencana Kerja Sekolah, Program Kerja wakasek kurikulum dan
Program kerja koordinator lesson study.
b. Pelaksanaan Lesson study mencakup pembuatan RPP, implementasi RPP, dan
refleksi Pembelajaran.
c. Evalusai lesson study mencakup tujuan evaluasi, cara yang dilakukan dalam
evaluasi, sasaran evaluasi, profesionalitas guru dalam pembelajaran IPA, hasil
pembelajaran IPA setelah pelaksanaan lesson study.
d. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah
dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sukmadinata
(2007: 99) menjelaskan sebagai berikut:
Perencanaan kualitatif meminta perencanaan yang matang untuk
menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana
ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan
perubahan dalam temuan di lapangan. Desain yang berubah atau emergent
tersebut bersifat sirkuler karena penentuan sampel yang bersifat purposif,
pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara simultan dan
merupakan langkah yang bersifat interaktif bukan terpisah-pisah.
Sedangkan Sugiyono (2010:15) menyatakan bahwa “Dalam penelitan kualitatif
peneliti sebagai human instrument, dengan pengumpulan data participant
observation, (observasi peran serta) dan in depth interview (wawancara mendalam),
maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data”.
51
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dipahami secara implisit
bahwa dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tatapi
dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lokasi. Dalam
penelitian ini, peneliti langsung terlibat di lokasi penelitian untuk memperoleh
sejumlah informasi yang diperlukan berkenaan dengan manajemen lesson study
sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Teknik-teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi beberapa cara yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya masing-masing teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Observasi
Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan
sumbangan yang sangat penting dalam penelitian studi kasus. Jenis-jenis
infrormasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung
oleh peneliti. Menurut Sukmadinata (2007: 220) observasi atau pengamatan
“merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,
kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan dan lain sebagainya, yang
semuanya menggambarkan tentang kegiatan manajemen lesson study sebagai
upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Observasi dapat
dilakukan dengan partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi
partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,
dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Pada penelitin ini, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pelaksanaan
kegiatan lesson study, kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, dan hasil
belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat efektif dalam sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif, sebab
wawancara merupakan kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan
informasi penting. Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat (1989: 129)
sebagai berikut:
“Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang
dipergunakan oleh seseorang, untuk tujuan tugas tertentu mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang
narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.
Dalam hal ini, suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk
tujuan suatu tugas, tetapi yang hanya untuk tujuan beramah tamah, untuk
tahu saja, atau untuk mengobrol saja tidak disebut wawancara”.
52
Sebelum wawancara dilaksanakan, peniliti menyiapkan pedoman
wawancara yang disusun sedemikian rupa dan seksama sehingga diprediksi
dapat memenuhi kriteria dan harapan wawancara yang baik. Hal ini dilakukan
karena menurut Faisal (1982: 214), bahwa “persiapan wawancara merupakan
langkah rawan dalam keseluruhan proses wawancara”.
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian
dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson
study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA, hasil belajar yang dicapai
siswa, serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam
melaksanakan manajemen melalui Lesson study di sekolah tersebut, dengan
objek wawancara adalah pihak, kepala sekolah, wakasek kurikulum,
koordinator Lesson study, guru, siswa dan Pihak Universitas Pakuan.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau oleh Sukmadinata (2008:221) disebut dengan studi
dokumenter (documentary study) merupakan “teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik”. Dokumen menurut Sugiyono (2008: 82) “merupakan suatu catatan
pertistiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa ditulis, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Studi dokumentasi pada hakikatnya merupakan
proses pengumpulan data dengan menelusuri, mempelajari dan mendalami
berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tertulis agar memperoleh data
yang abash dan akurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini data-data yang bersifat dokumen dikumpulkan dengan
menggunakan studi dokumentasi, sehingga dengan studi ini diperoleh informasi
yang benar tentang pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya
peningkataan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor.
Studi dokumentasi dalam penelitan ini berdasarkan pertanyaan penelitian
dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson
study, hasil belajar yang dicapai siswa, dan peningkatan kemampuan guru IPA
melalui Lesson study di SMPN 8 Bogor.
E. Pedoman Penelitian
1. Lembar Observasi
Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan
sumbangan yang sangat penting dalam penelitian studi kasus. Jenis-jenis
infrormasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung
oleh peneliti. Menurut Sukmadinata (2007: 220) observasi atau pengamatan
“merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.
Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,
kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan dan lain sebagainya, yang
semuanya menggambarkan tentang kegiatan manajemen lesson study sebagai
upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Observasi dapat
53
dilakukan dengan partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi
partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,
sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,
dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Pada penelitin ini, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pelaksanaan
kegiatan lesson study, kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, dan hasil
belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study, dengan aspek penelitian
meliputi tahap pelaksanaan dan tahap refleksi pelaksanaan lesson study,
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan proses pembelajaran
yang dilakukan siswa. Adapun sumber informasi meliputi kegiatan yang
dilakukan oleh guru, siswa, koordinator lesson study, dan pihak Universits
Pakuan.
Pedoman lembar observasi disusun sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Lembar Observasi
Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi
Bagaimanakah
Pelaksanaan kegiatan
Lesson study di SMPN 8
Bogor?
1. Tahap Pelaksanaan
a. Kapan Siswa Belajar
b. Bagaimana Siswa
Belajar
c. Mengapa siswa belajar
a. 5 orang Guru
IPA
b. 35 orang Siswa
2. Tahap Refleksi
Bagaimana diskusi berjalan
a. Koordinator LS
b. Pihak UNPAK
c. Guru
Bagaimana profesionalitas
guru dalam pembelajaran
IPA
Profesionalitas guru dalam
melaksanakan
pembelajaran
Guru model
Bagaimana hasil belajar
siswa setelah pelaksanaan
Lesson study
Kecakapan siswa dalam
menjawab post test secara
lisan
Siswa dalam kelas
open lesson
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat efektif dalam sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif, sebab
wawancara merupakan kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan
informasi penting. Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat (1989: 129)
sebagai berikut:
Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang
dipergunakan oleh seseorang, untuk tujuan tugas tertentu mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang
narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.
Dalam hal ini, suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk
54
tujuan suatu tugas, tetapi yang hanya untuk tujuan beramah tamah, untuk
tahu saja, atau untuk mengobrol saja tidak disebut wawancara.
Sebelum wawancara dilaksanakan, peniliti menyiapkan pedoman
wawancara yang disusun sedemikian rupa dan seksama sehingga diprediksi
dapat memenuhi kriteria dan harapan wawancara yang baik. Hal ini dilakukan
karena menurut Faisal (1982: 214), bahwa “persiapan wawancara merupakan
langkah rawan dalam keseluruhan proses wawancara”.
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian
dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson
study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA, hasil belajar yang dicapai
siswa, serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam
melaksanakan manajemen melalui Lesson study di sekolah tersebut, dengan
objek wawancara adalah pihak, kepala sekolah, wakasek kurikulum,
koordinator Lesson study, guru, siswa dan Pihak Universitas Pakuan. Pedoman
wawancara disajikan dalam tabel 3.2.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi
Bagaimanakah
perencanaan
kegiatan Lesson
study pada SMPN 8
Bogor
1. Tujuan kegiatan
Lesson study
2. Sasaran Kegiatan
Lesson study
3. Bentuk kegiatan
Lesson study
4. Tempat Kegiatan
5. Pendanaan
6. Siapa yang terlibat
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator
Lesson study
3. Wakasek
Kurikulum
4. UNPAK
Bagaimanakah
Pelaksanaan kegiatan
Lesson study
Tahap Perencanaan pada
Lesson study
1. Penentuan kelas
2. Penentuan waktu
3. Penentuan materi
4. Penentuan Guru
1. Koordinator
Lesson study
2. Wakasek
Kurikulum
3. Guru IPA
55
Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi
Model
Bagaimanakah
evaluasi kegiatan
Lesson study
1. Tujuan Evaluasi
2. Teknik Evaluasi
3. Sasaran Evaluasi
4. Hasil Evaluasi
5. Tindak Lanjut
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator
Lesson study
3. UNPAK
4. Guru IPA
Faktor Pendukung
dan Penghambat apa
yang dihadapi dalam
melaksanakan
kegiatan Lesson
study
Faktor pendukung dan
penghambat dari faktor:
1. Guru, Sekolah,
pemerintah dan
masyarakat
2. Sarana dan prasarana
sekolah
3. Pembiayaan
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator
Lesson study
3. UNPAK
4. Guru IPA
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau oleh Sukmadinata (2008:221) disebut dengan studi
documenter (documentary study) merupakan “teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik”. Dokumen menurut Sugiyono (2008: 82) “merupakan suatu catatan
pertistiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa ditulis, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Studi dokumentasi pada hakikatnya merupakan
proses pengumpulan data dengan menelusuri, mempelajari dan mendalami
berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tertulis agar memperoleh data
yang abash dan akurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini data-data yang bersifat dokumen dikumpulkan dengan
menggunakan studi dokumentasi, sehingga dengan studi ini diperoleh informasi
yang benar tentang pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya
peningkataan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor.
Studi dokumentasi dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian dalam hal
tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi lesson study, profesionalitas guru
IPA, hasil belajar yang dicapai siswa setelah melaksanakan lesson study,
dengan sumber data Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Tahunan
(RKT), Program Kerja Koordiantor Standar Proses, RPP, daftar nilai, dan
56
Catatan Geliat Prestasi Delapan. Pedoman studi dokumentasi disajikan dalam
tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Studi Dokumentasi
Pertanyaan Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi
Bagaimanakah
perencanaan kegiatan
lesson study di SMPN 8
Bogor?
Dokumen Perencanaan
1. RKS
2. RKT
3. Program
Koordinator
Standar Proses
Bagaimanakah
Pelaksanaan kegiatan
Lesson study?
Dokumen Open lesson
1. RPP Open
lesson
2. Catatan Geliat
Prestasi
Delapan
Bagaimanakah Evaluasi
kegiatan Lesson study?
1. Teknik Evaluasi
2. Hasil Evaluasi
Catatan Geliat Prestasi
Delapan
Bagaimana kemampuan
guru dalam
Pembelajaran IPA?
Kemampuan
mengevaluasi
pembelajaran
RPP
Bagaimanakah hasil
belajar siswa setelah
pelaksanaan lesson
study?
Hasil Belajar Siswa
Daftar Nilai
F. Teknik Analisis Data
Moleong (2013: 139) mengemukakan dalam proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan, dokumentasi sebagai berikut. Setelah itu mengadakan
reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu usaha membuat
rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan sambil membuat koding
atau pengelolaan data.
Analisis data dilakukan untuk mendapatkan kebermaknaan dari data yang telah
kita dapatkan. Dalam penelitian kualitatif menurut Nasution dalam Sugiyono
(2010:336) ‘analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data’. Hal ini dimaksudkan apabila ada data yang kurang
segera dilengkapi, dapat diverifikasi dengan sumber lain. Dalam penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda (triangulasi), dan dilakukan secara terus
menerus sampai datanya jenuh. Dengan demikian, proses analisis data kualitatif
57
memerlukan kerja keras sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (2000:67)
sebagai berikut:
Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja
keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuaan intelektual
yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan
analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang
dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa
diklasifikasi lain oleh peneliti yang berbeda.
Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat 3 komponen penting,
yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Modul
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interkatif, yaitu
analisis yang dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen. Terdapat
tiga tahapan dalam analisis data, yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data. Kegiatan
ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah
terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap
aspek-aspek permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan peneliti dalam
melakukan langkah-langkah analisis berikutnya.
Mereduksi data menurut Sugiyono (2010: 338) berarti “merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu”. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan. Reduksi data
dapat dibantu dengan peralatan elektronik dengan memberi kode pada aspek
tertentu.
Setelah data dikumpulkan, peneliti melakukan seleksi data sesuai dengan
fokus penelitian. Data yang kurang relavan atau kurang berhubungan dengan
fokus penelitian direduksi agar lebih mudah meringkas dan membuat abstraksi
terhadap data mentah, sehingga menjadi jelas. Reduksi data ini merupakan
proses pemilihan, memfokuskan pada penyederhanaan, pengabstraksian dan
transformasi data mentah yang muncul dari data catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan hal-hal
yang penting, membuang hal-hal yang tidak relavan dengan fokus penelitian
agar sistematis dan bermakna.
2. Menyajikan data (Display Data)
Penyajian data merupakan proses penyampaian sejumlah informasi yang
sudah disusun, yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil
tindakan. Penyajian data merupakan gambaran sementara keseluruhan dan
sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Pada
tahap ini data dapat disajikan dalam bentuk narasi, matriks, grafik dan
58
didiskusikan dengan berbagai pihak juga sumber. Dengan menyajikan data,
peneliti dapat memahami apa yang terjadi dalam penelitian baik menyangkut
validitas data maupun hal-hal yang kurang dalam penelitian.
Setelah dilakukan reduksi data, langkah selanjutnya yaitu menyajikan data
secara jelas dan singkat. Penyajian data menurut Sugiyono (2010: 341) dapat
dilakukan dalam bentuk “uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori,
flowchart, dan sejenisnya”. Penyajian data secara jelas dan singkat ini, akan
memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti
baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
Tujuan display data adalah untuk mempermudah memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Display data selain dilakukan dengan teks naratif, dapat juga berupa
grafik, matrik, net work, dan chart yang menggambarkan jawaban sementara
atas pertanyaan penelitian.
3. Conclusion Drawing / Verifikasi
Langkah ketiga dari analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2010: 345) ‘adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi’.
Kesimpulan tersebut masih kesimpulan sementara, yang dapat berubah apabila
ditemukan data baru yang membatalkan simpulan tersebut dan tetap menjadi
simpulan apabila data yang ditemukan berikutnya mendukung terhadap
kesimpulan tersebut.
Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dan memverifikasi serta
mencocokkan kembali pada data atau hasil lapangan atau menelaah dengan
sejawat. Kemudian diproses agar menjadi data yang siap disajikan untuk
selanjutnya dibuat kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan suatu
konfigurasi yang utuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa data ini dilakukan
semenjak pengumpulan data, artinya tidak harus menuggu data itu terkumpul
semua tetapi dalam waktu proses pengumpulan data pun dapat dilakukan
analisis data.
Kesimpulan dalam tahap ini berarti memaknai terhadap data yang telah
terkumpul, dan kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan
mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan yang
diteliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara bertahap, yaitu
pertama-tama menyusun kesimpulan sementara, dan setelah data bertambah
dilakukan verifikasi. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari
data yang telah direduksi maupun data yang telah disajikan. Disamping itu
kegiatan ini dilakukan dengan cara meminta pertimbangan kepada orang yang
kompeten. Kesimpulan sementara dan verifikasi ini perlu dilakukan secara
terus-menerus hingga diperoleh kesimpulan akhir. Alur analisis disajikan dalam
gambar 3.1.
59
Gambar 3.1 Alur Analisis Data
G. Pengecekkan Kredibilitas Data
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, semua data dan informasi yang
diperoleh dalam penelitian dicatat dalam sebuah catatan lapangan. Data yang
terekam pada catatan lapangan belum tentu bersifat bebas nilai. Dengan kata lain,
tidak mustahil ekspresi-ekspresi dan ungkapan-ungkapan yang dikemukakan masih
bersifat subjektif sehingga diperlukan upaya lain untuk menguji keabsahannya.
Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010: 365) menyatakan bahwa:
Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesunggugnya terjadi pada objek
yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut
penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diteliti, serta dibentuk
dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai
latar belakangnya.
Keabsahan dan kebermaknaan proses dan hasil penelitian kualitatif sangat
tergantung pada beberapa hal. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif
menurut Sugiyono (2010: 366) meliputi uji “Credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability
(objektivitas)”.
1. Credibility (validitas internal)
Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan dan
dapat menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada sumber data.
Untuk mencapai hal tersebut, menurut Sugiyono (2010: 368) uji kredibilitas data
dapat dilakukan dengan cara:
a. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
60
dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang baru. Dengan
perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan
narasumber akan semakin terbentuk keakraban, terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.
b. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis dan
pasti.
c. Triangulasi yaitu mencocokkan data dengan membandingkan dengan
data dari sumber lain.
d. Analisis kasus negatif, melakukan analisis kasus negative berarti
peneliti mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda dan
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya.
e. Penggunaan bahan referensi, yaitu menggunakan alat pendukung
untuik membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, hasil
wawancara perlu didukung dengan rekaman hasil wawancara.
Observasi didukung dengan foto-foto. Dengan cara ini peneliti dapat
memperoleh informasi secara lengkap dari sumber data dan
kemungkinan kekeliruan dapat diperkecil.
f. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara
dilakukan konfirmasi dengan sumber data, sehingga bila ada
kekurangan dapat dilengkapi dan jika ada kesalahan dapat diperbaiki.
2. Transferability (Validitas Eksternal)
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.
Validitas eksternal menurut Sugiyono (2010: 376) “menunjukkan derajat ketepatan
atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut
diambil”. Dalam penelitian kualitatif transferability tergantung pada peneliti,
artinya sampai manakah hasil penelitian itu dapat digunakan dalam situasi dan
konteks tertentu. Oleh karena itu, transferability penelitian ini diserahkan kepada
pemakai. agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam
membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan
dapat dipercaya.
3. Dependability (reliabilitas)
Dependability dalam penelitian kualitatif disebut reliabilitas. Suatu penelitian
yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merepleksi proses
penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2010: 377) uji dependability dapat
dilakukan dengan “melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian”.
Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
61
memberikan data, dan jika hal ini terjadi maka penelitian tersebut tidak reliabel
atau dependable. Untuk pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor yang independen
(pembimbing).
4. Confirmability (Objektivitas)
Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.
Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010: 377) “uji confirmability mirip
dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan”. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian diperoleh melalui proses
penelitian yang dilakukan, berarti penelitian tersebut telah memenuhi
confirmability.
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Kota Bogor, merupakan salah
satu dari 20 buah sekolah menengah yang berstatus negeri di Kota Bogor
(Tim Penyusun Geliat Prestasi SMPN 8 Bogor, 2014: 23), menyandang
nilai akreditasi sekolah grade A dengan skor 96 dan nomor statistik sekolah
201026106075. Secara geografis, SMP Negeri 8 Bogor terletak di Jln.
Jendral Ahmad Yani No. 140, Kecamatan Sareal, Kota Bogor, Propinsi
Jawa Barat. Komplek sekolah dibangun diatas tanah seluas 4.332,71 meter2,
dari luas tersebut sekitar 62,5% (2.708,03 m2) dipergunakan untuk
pembangunan gedung dan sisanya sekitar 37,5% (1.624,68 m2) merupakan
ruang terbuka (Geliat Prestasi Delapan, 2015).
2. Motto, Visi, Misi dan Program Sekolah
a. Motto
Motto SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah DELAPAN BISA (Derapkan
Langkah menjadi Sekolah Papan Atas yang Berkah, Iklas, Sabar, dan
Amanah)
b. Visi
Visi SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah Menjadi Sekolah yang
mewujudkan warga sekolah yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, terampil, mandiri, dan peka
terhadap lingkungan.
c. Misi
Misi SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah:
1) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk menciptakan warga
sekolah yang berakhlak mulia
2) Meningkatkan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa,Sopan, dan
Santun).
3) Meningkatkan sekolah yang unggul dalam bidang akademik dan
non-akademik melalui proses belajar mengajar yang inovatif,
kreatif, kritis, dan menyenangkan.
4) Meningkatkan layanan IT, budaya membaca, dan menulis dalam
memperoleh Ilmu Pengetahuan dan informasi.
5) Meningkatkan kemandirian warga sekolah melalui pelayanan sistem
informasi berbasis IT.
62
63
6) Meningkatkan kegiatan Cinta Lingkungan untuk menciptakan
sekolah yang bersih, nyaman, hijau, dan indah yang berwawasan
lingkungan (Geliat Prestasi Delapan, 2015).
3. Tujuan Sekolah
Adapun tujuan SMP Negeri 8 adalah:
a. Menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas, berdasarkan Iman
dan Taqwa serta berahlaq mulia.
b. Menghasilkan warga sekolah yang berbudaya 5 S (Senyum, Salam,
Sapa, Sopan, dan Santun).
c. Menghasilkan warga sekolah berprestasi akademik dan non-akademik
di tingkat kota, propinsi dan nasional.
d. Menghasilkan warga sekolah yang trampil dalam kegiatan proses
belajar mengajar melalui pemanfaatan IT.
e. Mewujudkan warga sekolah yang peduli terhadap lingkungan sekolah
berwawasan Adiwiyata (Geliat Prestasi Delapan, 2015)..
4. Sasaran Standar Sekolah
Sasaran disini menjelaskan mengenai targetan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu satu tahun pelajaran yaitu dimulai dari bulan Juni 2017 sampai
dengan Juni 2018 yang meliputi delapan standar dalam pendidikan yaitu
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian,
standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Standar Isi meliputi:
1) 100% tenaga guru dapat mengembangkan dan memetakan SK, KD,
Indikator dan aspek untuk semua mata pelajaran
2) 100% jumlah guru dapat mengembangkan silabus
3) 100% jumlah guru dapat membuat dan mengembangkan RPP
b. Standar Proses meliputi:
1) 98% guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang
bervariasi
2) 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan Lesson study
3) 70% guru melaksanakan PTK
4) Sekolah memiliki 96% bahan dan sumber pembelajaran yang
lengkap
5) Efektifitas belajar dapat terlaksana dengan baik
6) Pengawasan proses KBM berjalan dengan baik
7) 97% tenaga guru mampu melaksanakan inovasi pendidikan
64
c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) meliputi:
1) 99% dari jumlah peserta didik yang Muslim mampu membaca Al-
qur’an dan yang beragama non Muslim terbiasa membaca Kitabnya.
2) Rata-rata hasil UNBK naik 1,1
3) Rata-rata hasil USBN naik 1,0
4) Rata-rata hasil US naik 1,70
5) Lulusan yang diterima di SLTA Negeri 95%
6) Pengembangan kejuaran Lomba-Lomba akademik:
a) Juara Komputer tingkat kota
b) Juara Biologi (KIR) tingkat Jabodetabek
c) Juara OSN (Fisika, Biologi, Matematika, IPS Terpadu) tingkat
Propinsi
d) Juara I Siswa Berprestasi tingkat kota
e) Juara Lasastra tingkat Jabotabek
f) Juara Story Telling tingkat Kota
7) Pengembangan kejuaraan non-akademik:
a) Juara Umum Pramuka tingkat Jabodetabek
b) Juara Umum PMR tingkat Jabodetabek
c) Juara I LKBB tingkat Jabodetabek
d) Juara komandan terbaik LKBB Jabodetabek
e) Juara O2SN (Beladiri, Atletik, Catur, Bulutangkis, basket, bola
volly, renang) tingkat kota
f) Juara FLSSN (seni kriya, Vokal Grup, vokal solo, Seni Tari,
Mendongeng, Seni musik tradisional, Cipta cerpen, Cipta lagu,
Cipta puisi, desain motif batik, seni lukis, seni baca Al-Qur’an)
tingkat kota
g) Juara I futsal tingkat Kota
d. Standar Penilaian meliputi:
1) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 76 untuk tiap-tiap mata
pelajaran
2) 96% guru memiliki perangkat model-model penilaian
3) 97% sekolah memiliki instrumen tes atau perangkat soal untuk
berbagai model evaluasi
4) 96% sekolah melaksanakan remedial dan pengayaan untuk semua
jenjang
5) 80% sekolah dapat bekerjasama dengan pihak lain yang terkait
untuk melaksanakan penilaian.
e. Standar Tenaga Kependidikan meliputi:
1) Kualifikasi tenaga pendidik 98% berijazah S1 dan 25% berijazah S2
2) Kualifikasi tenaga kependidikan 100% SMA dan 20% S1
3) Tenaga Laboran tersertifikasi
65
4) Tenaga Pustakawan tersertifikasi
5) Tenaga guru BP terpenuhi 91%
6) Tenaga guru Tinkom terpenuhi 100%
7) Tenaga guru SBK terpenuhi 50%
8) Tenaga guru Bahasa Sunda terpenuhi 80%
9) 87% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu
menggunakan komputer.
10) 62% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu
menggunakan Bahasa Inggris
11) Juara 2 guru berprestasi tingkat propinsi.
f. Standar Sarana dan Prasarana meliputi:
1) Sarana lingkungan belajar sesuai dengan Wawasan Wiyata Mandala
91%
2) Pemanfaatan Perpustakaaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber
pembelajaran 90% sesuai SNP
3) Pengadaan media untuk proses pembelajaran dengan pendekatan
CTL 90% sesuai SNP
4) Kondisi lahan memiliki status hak atas tanah sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
g. Standar Pengelolaan meliputi:
1) 90% warga sekolah mengetahui dan faham dengan visi, misi dan
tujuan sekolah
2) 90% MBS dapat dilaksanakan
3) 95% warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
4) 98% warga sekolah mendokumentasikan hasil kegiatan dengan
benar
h. Standar Pembiayaan meliputi:
1) Mengembangkan usaha-usaha di sekolah antara lain: kantin,
kopsis, dan koperasi guru mencapai 90%
2) Mendayagunakan potensi sekolah yang menghasilkan ekonomi
75%
3) Biaya operasional 95% terpenuhi
4) 80% warga sekolah melakukan pembelian di ‘Kantin Jujur’
5) Kerjasama dengan penyandang dana atau sponsor yang peduli
pendidikan mencapai 85% (RKT, 2017).
Adapun standar yang mendukung terhadap profesionalitas guru IPA dan
ketercapaiannya sampai dengan bulan Desember 2017 (Setengah tahun pelajaran)
dikategorikan dalam tabel 4.1.
66
Tabel 4.1 Standar yang mendukung profesionalitas guru IPA sasaran dan
Ketercapaiannya
Kategori Standar Sasaran Ketercapaian
Standar Isi
100% tenaga guru dapat
mengembangkan dan
memetakan SK, KD, Indikator
dan aspek untuk semua mata
pelajaran
Sudah tercapai
100% Jumlah guru dapat
mengembangkan silabus
Sudah tercapai
100% Jumlah guru dapat
membuat dan mengembangkan
RPP
Sudah tercapai
Standar Proses
98% guru dapat menggunakan
berbagai model pembelajaran
yang bervariasi
Sudah tercapai
95% guru mata pelajaran sudah
melaksanakan lesson study
Baru 22,22% (10
dari 45 Orang
guru)
70% guru melaksanakan PTK Baru 15, 56 % (7
dari 45 orang guru)
Sekolah memiliki 96% bahan dan
sumber pembalajaran yang
lengkap
Sudah tercapai
Efektivitas belajar dapat
terlaksana dengan baik
Sudah tercapai
Pengawasan proses KBM
berjalan dengan baik
Sudah tercapai
97% tenaga guru mampu
melaksanakan inovasi pendidikan
Sudah tercapai
Standar
Kompetensi
Lulusan
Rata-rata UNBK naik 1,1 Belum
dilaksanakan
UNBK
Rata-rata hasil USBN naik 1,0 Belum
dilaksanakan
USBN
Rata-rata hasil US naik 1,7 Belum
dilaksanakan US
Juara Biologi (KIR) tingkat
Jabodetabek
KIR akan
dilaksanakan di
Bulan Maret
Juara OSN (Fisika, Biologi,
Matematika, IPS Terpadu)
Belum mengikuti
OSN di Tahun ini
67
Kategori Standar Sasaran Ketercapaian
tingkat Propinsi
Standar
Penilaian
Nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal 76 untuk tiap-tiap mata
pelajaran
Sudah Tercapai
96% guru memiliki perangkat
model-model penilaian
Sudah Tercapai
97% sekolah memiliki instrument
tes atau perangkat soal untuk
berbagai model evaluasi
Sudah tercapai
96% sekolah melaksanakan
remedial dan pengayaan untuk
semua jenjang
Sudah tercapai
Standar Tenaga
Kependidikan
Kualifikasi tenaga pendidik 98%
berijazah S1 dan dan 25%
Berijazah S2
Belum Tercapai
(S1: 80%), (S2:
17,77%)
Kualifikasi tenaga kependidikan
100% SMA dan 20% S1
Belum Tercapai
(SMA: 64,29%),
(S1: 7,14%)
Tenaga laboran tersertikasi Sudah tercapai
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah tenaga yang melakukan
kegiatan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMPN 8 Bogor. SDM yang terlibat
dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut terdiri dari dua unsur yaitu
pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik terdiri dari para guru sedangkan
tenaga kependidikan adalah tenaga lainnya di luar guru, seperti tenaga Tata Usaha,
Perpustakaan, Laboratorium, Teknisi Komputer, Penjaga Sekolah, Pembantu
Pelaksana Rumah Tangga, Kebersihan, dan Keamanan.
a. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik atau guru yang aktif melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di SMPN 8 Bogor seluruhnya berjumlah 45 orang. Tenaga pendidik ini
melaksanakan tugas mengajar pada 13 jenis mata pelajaran. Setiap guru
melaksanakan tugas mengajarnya pada mata pelajaran yang sesuai dengan
pendidikannya dengan keahlian ataupun pengalaman dari pelaksanaan tugas yang
digelutinya.
Dari jumlah 45 orang tenaga pendidik atau guru tersebut, yang menyandang
gelar pascasarjana yaitu Master/magister (S2) berjumlah 8 orang, yang
menyandang sarjana (S1) 36 orang dan sisanya 1 orang lulusan sarjana muda (D3).
68
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga Kependidikan yang bertugas di SMPN 8 Bogor seluruhnya berjumlah
14 orang. Dari jumlah tersebut satu orang memiliki gelar sarjana yaitu pustakawan,
satu orang lulusan sarjana muda (D3) yang bertugas di Laboratorium IPA, delapan
orang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas, yang bertugas di bagian
pesuruh, kesiswaan, keamanan, penjaga sekolah dan pertamanan, tiga orang lulusan
SMP yaitu yang bertugas di bagian penjaga sekolah, kebersihan dan koperasi, serta
satu orang lulusan SD yang bertugas di bagian Rumah Tangga (Geliat Prestasi
Delapan, 2015).
6. Program Sekolah
Adapun program yang dicanangkan oleh SMPN 8 Bogor dikategorikan
menjadi program jangka pendek yang telah dicapai, jangka pendek yang menjadi
target capaian dan program jangka menengah. Program-program tersebut disajikan
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sasaran Jangka Pendek dan Menengah SMPN 8 Bogor
SASARAN
PROGRAM TAHUN
Ke-1
( 2015/2016)
(Program Jangka
Pendek) Yang telah
dicapai
SASARAN PROGRAM
2 TAHUN
( 2016 s.d. 2018 )
(Program Jangka Pendek)
SASARAN PROGRAM
4 TAHUN
( 2016 s.d. 2020)
(Program Jangka
Menengah)
1. Kehadiran Peserta
didik, Guru dan
Karyawan lebih dari
96%.
1. Kehadiran warga sekolah
lebih dari 98%.
1. Kehadiran warga sekolah
lebih dari 99 %.
2. Target pencapaian
rata-rata Nilai Ujian
Nasional 84,79
2. Target pencapaian rata-
rata Nilai UNBK 86,00
2. Target pencapaian rata-
rata Nilai UNBK 87,00
3. 95 % lulusan dapat
diterima di
SMA/SMK/ MA,
baik melalui jalur
Prestasi maupun
test.
3. 95% lulusan dapat
diterima di SMA/SMK/
MA, baik melalui jalur
Prestasi maupun test
3. 96% lulusan dapat
diterima di SMA/SMK/
MA, baik melalui jalur
Prestasi maupun test
4. 85% peserta didik
yang beragama Islam
dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik
4. 95% peserta didik yang
beragama Islam dapat
membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
4. 96% peserta didik yang
beragama Islam dapat
membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
69
SASARAN
PROGRAM TAHUN
Ke-1
( 2015/2016)
(Program Jangka
Pendek) Yang telah
dicapai
SASARAN PROGRAM
2 TAHUN
( 2016 s.d. 2018 )
(Program Jangka Pendek)
SASARAN PROGRAM
4 TAHUN
( 2016 s.d. 2020)
(Program Jangka
Menengah)
dan benar.
5. Memiliki ekstra
kurikuler unggulan
5. Extra kurikuler unggulan
dapat menjuarai tingkat
provinsi
5. Ekstrakurikuler unggulan
dapat meraih prestasi
tingkat nasional
6. 75% peserta didik
dapat aktif berbahasa
Inggris.
6. 82% peserta didik dapat
aktif berbahasa Inggris.
6. 91 % peserta didik dapat
aktif berbahasa Inggris.
7. 80 % peserta didik
dapat
mengoperasikan
program komputer
7. 92% peserta didik dapat
mengoperasikan program
komputer dan Internet
7. 100 % peserta didik dapat
mengoperasikan program
dan Internet.
8. 60 % Peserta didik
mampu melakukan
budi daya jenis
tumbuhan yang
bernilai ekonomis
(budi daya lidah
buaya, rumah
pangan lestari)
8. 85% Peserta didik
mampu melakukan budi
daya jenis tumbuhan
yang bernilai ekonomis
(budi daya lidah buaya,
rumah pangan lestari)
8. 90% Peserta didik mampu
melakukan budi daya jenis
tumbuhan yang bernilai
ekonomis (budi daya lidah
buaya, rumah pangan
lestari)
9. Sekolah Adiwiyata
Nasional
9. Sekolah Adiwiyata
Mandiri
10.Sekolah Adiwiyata
Mandiri
(Sumber: RKS SMPN 8 Bogor 2015-2020)
70
B. Temuan Hasil Penelitian
Data yang didapat dalam penelitian ini adalah melalui teknik observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Berikut disampaikan display data dari masing-
masing teknik yang digunakan. Data hasil observasi disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Hasil Observasi
Masalah
Penelitian
Data Penelitian Sumber
Informasi
Bagaimanakah
Pelaksanaan
kegiatan
Lesson study
di SMPN 8
Bogor?
Tahap Pelaksanaan:
Tahap pelaksanaan lesson study di
SMPN 8 Bogor sesuai dengan
pelaksanaan lesson study pada
umumnya yaitu pelaksanaan yang
terdiri dari plan, do dan see. Plan
dilakukan untuk merencanakan kapan
open lesson diselenggarakan, siapa
guru modelnya, dan pembuatan RPP
pembelajaran yang digarap bersama,
tahap plan ini dilakukan pada tanggal
19 Oktober 2017. Do adalah kegiatan
open lesson atau penerapan RPP dalam
sebuah pembelajaran yang dihadiri
oleh para guru sejawat sebagai
observer dan pihak UNPAK, do
dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober
2017, adapun yang terjadi saat do
meliputi:
- Siswa belajar dengan sangat antusias,
metode yang beragam yang
disampaikan guru, reward yang
disediakan menjadikan siswa semangat
mengikuti pembelajaran.
- Siswa belajar dengan cara seperti itu
karena diawali oleh pre-test, guru
melihat secara sekilas hasil pre-test
siswa dan dari sini guru sadar akan
kemampuan siswa yang masih minim
dalam pembelajaran IPA materi
tentang “Dampak Pencemaran bagi
ekosistem” di Kelas VII
- Guru observer mencatat hal-hal apa
saja yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung
Kegiatan
yang
dilakukan
oleh:
a. Guru
b. Siswa
71
Tahap Refleksi
Diskusi berjalan diawali dengan guru
model menyampaikan kesan mengajar
yang menurut beliau cukup
menyenangkan sekaligus menegangkan
karena dilakukan observasi, guru-guru
observer kemudian menyampaikan
catatan-catan hasil pengamatannya,
pihak UNPAK yang pada kesempatan
kali ini diwakili oleh Ibu Dr. Indarini
Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister
Pendidikan IPA mengemukakan bahwa
pembelajaran yang disampaikan oleh
ibu Linda selaku guru model cukup
memberi feed back positif bagi siswa
dan integrasi sains yang dilakukan
dipandang sudah mencukupi
a.
Koordinator
LS
b. Pihak
UNPAK
c. Guru
Bagaimana
profesionalitas
guru dalam
pembelajaran
IPA?
Guru melakukan apersepsi dan
menyampaiakan kompetensi yang akan
dicapai dalam rencana kegiatan,
menguasasi materi pelajaran, ditandai
dengan kemampuan menyesuaikan
materi dengan tujuan pembelajaran,
guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai, memanfaatkan sumber belajar
ditandai dengan menunjukkan
keterampilan dalam penggunaan
sumber belajar, mamicu dan
memelihara keterlibatan siswa dalam
pembelajaran ditandai dengan
menumbuhkan partisipasi aktif siswa
melalui interaksi guru,
siswa,menumbuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam belajar,
menggunakan bahasa yang benar dan
tepat dalam pembelajaran, ditandai
dengan menggunakan bahasa lisan
secara jelas dan lancar, menggunakan
bahasa tulis yang baik dan benar,
menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai, guru mengakhiri
pembelajaran dengan melakukan
refleksi, membuat rangkuman dengan
Guru
72
Dari data di atas diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan lesson study di
SMPN 8 Bogor teridiri dari plan, do dan see. Plan dilakukan untuk merencanakan
kapan open lesson diselenggarakan, siapa guru modelnya, dan pembuatan RPP
pembelajaran yang digarap bersama, tahap plan ini dilakukan pada tanggal 19
Oktober 2017. Do adalah kegiatan open lesson atau penerapan RPP dalam sebuah
pembelajaran yang dihadiri oleh para guru sejawat sebagai observer dan pihak
UNPAK, do dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017, adapun yang terjadi saat
do meliputi siswa belajar dengan sangat antusias, metode yang beragam yang
disampaikan guru, reward yang disediakan menjadikan siswa semangat mengikuti
pembelajaran. Siswa belajar dengan cara seperti itu karena diawali oleh pre-test,
guru melihat secara sekilas hasil pre-test siswa dan dari sini guru sadar akan
kemampuan siswa yang masih minim dalam pembelajaran IPA materi tentang
“Dampak Pencemaran bagi ekosistem” di Kelas VII. Guru observer mencatat hal-
hal apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap Refleksi
diskusi berjalan diawali dengan guru model menyampaikan kesan mengajar yang
menurut beliau cukup menyenangkan sekaligus menegangkan karena dilakukan
observasi, guru-guru observer kemudian menyampaikan catatan-catan hasil
pengamatannya, pihak UNPAK yang pada kesempatan kali ini diwakili oleh Ibu
Dr. Indarini Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA mengemukakan
bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru model cukup
memberi feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang dilakukan dipandang
sudah mencukupi.
Profesionalitas guru dalam pembelajaran IPA dapat dideskripsikan melalui
pengamatan dalam pembelajaran di kelas yang terjadi sebagai berikut: Guru
melakukan apersepsi dan menyampaiakan kompetensi yang akan dicapai dalam
rencana kegiatan, menguasasi materi pelajaran, ditandai dengan kemampuan
menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, guru melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, memanfaatkan sumber
belajar ditandai dengan menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar, mamicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran ditandai
dengan menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru,
siswa,menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, menggunakan
melibatkan siswa, memberikan arahan,
dan tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan.
Bagaimana
hasil belajar
siswa setelah
pelaksanaan
Lesson study?
Dilihat dari kecakapan siswa dalam
menjawab post test secara lisan, siswa
antusias dalam menjawab soal, banyak
dari mereka yang bahkan berlomba
untuk menjawab soal dari guru model.
Siswa
73
bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, ditandai dengan menggunakan
bahasa lisan secara jelas dan lancar, menggunakan bahasa tulis yang baik dan
benar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, guru mengakhiri
pembelajaran dengan melakukan refleksi, membuat rangkuman dengan melibatkan
siswa, memberikan arahan, dan tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. Hasil
belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study dapat dilihat dari kecakapan siswa
dalam menjawab post test secara lisan, siswa antusias dalam menjawab soal,
banyak dari mereka yang bahkan berlomba untuk menjawab soal dari guru model.
Wawancara untuk mendapatkan sumber sesuai dengan yang dibuatkan di
pedoman wawancara dituliskan dalam sebuah tabel. Data hasil wawancara
disajikan dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data hasil wawancara
N
o
Sumber
Bagaimana kegiatan Lesson study: Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Plan Do See
1. Kepala
Sekolah
(Ibu Euis
Nurjanah)
Planning
lesson study
dilaksanaka
n awal
tahun
pembelajara
n dalam
Workshop
Kurikulum
Kegiatan
Lesson
study di
SMPN 8
Bogor
berjalan
dengan
baik karena
jadi bagian
agenda
sekolah
Evaluasi
kegiatan
lesson study
dilakukan
dalam bentuk
supervisi
pembelajaran
Faktor
Pendukung:
Guru-guru
SMPN 8
yang
kooperatif
Faktor
Penghambat:
belum ada
2. Koordinator
LS
(Ibu Lili
Budiarti)
Planning LS
dilakukan
saat
workshop
kurikulum,
untuk
perencanaan
open lesson
Biasanya
dilakukan
satu minggu
sebelum do
Agenda
open lesson
akan
dilaksanaka
n pada
tanggal 26
Oktober
2017
dihadiri
oleh Pihak
UNPAK
dan guru-
guru IPA
lainnya
Refleksi
Pembelajaran
biasa
dilakukan
setelah open
lesson,
merupakan
tahap untuk
menyempurn
akan RPP
selanjutnya
Faktor
Pendukung:
Support
Kepala
Sekolah,
guru yang
berkomitme
n, geliat
program
wakasek
kurikulum,
guru yang
gampang
diajak
“maju”
74
Faktor
penghambat:
Terkadang
ada guru
yang tidak
hadir karena
harus
mengajar
3. Wakasek
Kurikulum
(Pak
Achmad
Alim)
Lesson
study masuk
ke program
standar
proses
sekolah,
dilakukan
saat
workshop
kurikulum
Kegiatan
open lesson
selalu
bejalan
dengan
baik karena
kematanga
n guru-
guru dalam
membuat
RPP
Kegiatan
Lesson study
cukup
memberi
efek yang
baik bagi
pengembang
an
profesionalit
as guru
Faktor
Pendukung:
Semua
komponen
sekolah
mendukung
kegiatan
lesson study
Faktor
Penghambat:
Terkadang
open lesson
tidak sesuai
jadwal
karena harus
menyesuaika
n dengan
agenda
sekolah yang
lebih penting
4. Guru IPA
(Ibu Ila
Halsiah)
Perencanaan
open lesson
telah
dilakukan
tanggal 17
Oktober
2017, guru-
guru IPA
berdiskusi
membuat
RPP dan
menunjuk
ibu Linda
sebagai guru
Pelaksanaa
n open
lesson telah
dilakukan
pada
tanggal 26
Oktober
2017, bu
Linda
sebagai
guru model
cukup baik
dalam
menjalanka
Tahap
refleksi
dilakukan
setelah bu
Linda
mengajar,
dihadiri oleh
pihak
UNPAK,
namun
sayang
kepala
sekolah tidak
hadir karena
Faktor
pendukung:
Kepsek yang
komitment,
guru lain
yang
mendukung,
LS jadi
program
sekolah.
Faktor
Penghambat:
Ada guru
75
model n
rancangan
pembelajar
an yang
ada
ada agenda
di Bandung.
yang tidak
hadir di
open lesson
dikarenakan
bentrok
dengan
jadwal
mengajar.
Guru merasa
banyak
program
pemerintah
yang
digulirkan,
sehingga
banyak
kegiatan
administratif
yang harus
dipenuhi.
5. Pihak
UNPAK
(Ibu Indarini
Dwi
Puspitasari,
M.Si)
Kegiatan
lesson study
di SMPN 8
Bogor
diprakarsai
oleh
Fakultas
Keguran
dan Ilmu
Pendidikan,
program
studi
Pendidikan
Bahasa
Indonesia
Dilaksanak
an minimal
satu kali
setiap
tahun
pembelajar
an,
UNPAK
tidak harus
selalu hadir
dalam
pelaksanaa
n, hanya
open lesson
yang
berhubunga
n dengan
upgrade
research
yang kami
hadiri
Guru model
telah
menjalankan
RPP dengan
baik, terlihat
dari
penguasaan
materi dan
sains
integratednya
tersampaikan
, guru
observer
menjalankan
tugasnya
pula dengan
baik
Faktor
Pendukung:
Setiap
komponen
SMPN 8
yang
welcome
membuat
agenda
Lesson study
di SMPN 8
Bogor ini
terlaksana
dengan baik,
Faktor
Penghambat:
Tidak ada,
sejauh ini
berjalan
dengan baik.
76
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa menurut Kepala Sekolah (Ibu Euis
Nurjanah) kegiatan lesson study yang berhubungan dengan Planning dilaksanakan
di awal tahun pembelajaran dalam Workshop Kurikulum. Tahap do Kegiatan
Lesson study di SMPN 8 Bogor berjalan dengan baik karena menjadi bagian dari
agenda sekolah. Evaluasi kegiatan lesson study dilakukan dalam bentuk supervisi
pembelajaran. Faktor pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah
guru-guru yang kooperatif sedangkan faktor penghambat dirasa belum ada.
Menurut Koordinator lesson study (Ibu Lili Budiarti), Planning dilakukan saat
workshop kurikulum, untuk perencanaan open lesson biasanya dilakukan satu
minggu sebelum do. Agenda open lesson akan dilaksanakan pada tanggal 26
Oktober 2017 dihadiri oleh Pihak UNPAK dan guru-guru IPA lainnya. Refleksi
Pembelajaran biasanya dilakukan setelah open lesson dan merupakan tahap untuk
menyempurnakan RPP di open lesson berikutnya. Faktor Pendukung kegiatan
lesson study di SMPN 8 Bogor adalah support kepala sekolah, guru yang
berkomitmen, geliat program wakasek kurikulum dan guru yang gampang diajak
“maju”. Sedangkan faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor
adalah terkadang ada guru yang tidak hadir karena harus mengisi kegiatan belajar
mengajar. Menurut Wakasek Kurikulum (Pak Achmad Alim), lesson study masuk
ke program standar proses sekolah, dilakukan saat workshop kurikulum. Kegiatan
open lesson selalu bejalan dengan baik karena kematangan guru-guru dalam
membuat RPP. Kegiatan Lesson study cukup memberi efek yang baik bagi
pengembangan profesionalitas guru. Faktor Pendukung Semua komponen sekolah
mendukung kegiatan lesson study dan faktor penghambatnya terkadang open lesson
tidak sesuai jadwal karena harus menyesuaikan dengan agenda sekolah yang lebih
penting. Menurt Guru IPA (Ibu Ila Halsiah), Perencanaan open lesson telah
dilakukan tanggal 17 Oktober 2017, guru-guru IPA berdiskusi membuat RPP dan
menunjuk ibu Linda sebagai guru model.
Pelaksanaan open lesson telah dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2017, bu
Linda sebagai guru model cukup baik dalam menjalankan rancangan pembelajaran
yang ada. Tahap refleksi dilakukan setelah bu Linda mengajar, dihadiri oleh pihak
UNPAK, namun sayang kepala sekolah tidak hadir karena ada agenda di Bandung.
Faktor pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah kepala sekolah
yang komitmen, guru lain yang mendukung, lesson study jadi program sekolah.
Faktor penghambatnya ada guru yang tidak menghadiri di open lesson dikarenakan
bentrok dengan jadwal mengajar selain itu guru merasa banyak program
pemerintah yang digulirkan, sehingga banyak kegiatan administratif yang harus
dipenuhi. Menurut pihak UNPAK (Ibu Indarini Dr. Dwi Puspitasari, M.Si)
kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor diprakarsai oleh Fakultas Keguran dan
Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Dilaksanakan
minimal satu kali setiap tahun pembelajaran, UNPAK tidak harus selalu hadir
77
dalam pelaksanaan, hanya open lesson yang berhubungan dengan upgrade research
yang kami hadiri. Guru model telah menjalankan RPP dengan baik, terlihat dari
penguasaan materi dan sains integrated-nya tersampaikan, guru observer
menjalankan tugasnya pula dengan baik. Faktor pendukung setiap komponen
SMPN 8 Bogor yang welcome membuat agenda Lesson study di SMPN 8 Bogor ini
terlaksana dengan baik sehingga faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN
8 Bogor tidak ada dan sejauh ini berjalan dengan baik.
Studi dokumentasi yang dilakukan bersumber pada RKS, RKT, program
Koordinator Standar Proses, Catatan geliat prestasi Delapan, RPP dan daftar nilai
siswa. Data hasil studi dokumentasi disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5 Data Hasil Studi Dokumentasi
Pertanyaan Penelitian Temuan Penelitian Sumber Informasi
Bagaimanakah
perencanaan kegiatan
lesson study di SMPN 8
Bogor?
Perencanaan Lesson study
secara tersurat terdapat
dalam Rencana Kerja
Sekolah dan Rencana Kerja
Tahunan, didalamnya
disebutkan bahwa lesson
study merupakan bagian
dari pengembangan
profesionalitas guru yang
diejawantahkan di dalam
standar proses sekolah.
Pada targetan standar
proses, di dokumen
dituliskan pada point kedua
bahwa 95% guru mata
pelajaran sudah
melaksanakan lesson study.
1. RKS
2. RKT
3. Program
Koordinator
Standar
Proses
Bagaimanakah
Pelaksanaan kegiatan
Lesson study?
Pelaksanaan kegiatan lesson
study secara spesifik open
lesson pembelajaran, bisa
dilihat dari RPP open
lesson.
Untuk dokumentasi berupa
foto dan deskripsi kegiatan
dituliskan pada buku catatan
Geliat Prestasi Delapan
1. RPP Open
lesson
2. Catatan
Geliat
Prestasi
Delapan
Bagaimanakah Evaluasi
kegiatan Lesson study?
Kegiatan evaluasi yang
dilakukan merupakan
kegiatan refleksi bersama
pasca open lesson
Catatan Geliat
Prestasi Delapan
78
Bagaimana kemampuan
guru dalam
Pembelajaran IPA?
Kemampuan guru IPA
dalam pembelajaran bisa
dilihat salah satunya dari
penyusunan RPP
RPP
Bagaimanakah hasil
belajar siswa setelah
pelaksanaan lesson
study?
Hasil Belajar siswa secara
klasikal sebelum dan setelah
dilaksanakannya lesson
study mengalami
peningkatan yang cukup
signifikan.
Daftar Nilai
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa Perencanaan Lesson study secara tersurat
terdapat dalam Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kerja Tahunan, didalamnya
disebutkan bahwa lesson study merupakan bagian dari pengembangan
profesionalitas guru yang diejawantahkan di dalam standar proses sekolah. Pada
targetan standar proses, di dokumen dituliskan pada point kedua bahwa 95% guru
mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study. Pelaksanaan kegiatan lesson
study secara spesifik open lesson pembelajaran, bisa dilihat dari RPP open lesson.
Dokumentasi berupa foto dan deskripsi kegiatan dituliskan pada buku catatan
Geliat Prestasi Delapan. Kegiatan evaluasi yang dimuat dalam Catatan Geliat
Prestasi Delapan dilakukan merupakan kegiatan refleksi bersama pasca open
lesson. Kemampuan guru IPA dalam pembelajaran bisa dilihat salah satunya dari
penyusunan RPP. Hasil Belajar siswa yang tersurat dalam daftar nilai siswa secara
klasikal sebelum dan setelah dilaksanakannya lesson study mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
1. Perencanaan Kegiatan Lesson study
Kegiatan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas
dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor
sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan sebagai pemrakarsa terwujudnya program tersebut yang gerakannya
dilakukan pada akhir tahun 2014 dengan tahap awal adalah memberikan workshop
penyusunan desain pembelajaran berbasis lesson study for learning community
untuk sekolah piloting Lesson study.
Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah
piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan
lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga
sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah, Wakasek kurikulum,
koordinator Lesson study dan dokumentasi terhadap Rencana Kerja Tahunan
(RKT), Program Kerja Wakasek Kurikulum, dan program kerja koordinator Lesson
79
study, Perencanaan kegiatan lesson study pada SMPN 8 Bogor dilaksanakan pada
awal tahun pelajaran bersamaan dengan perencanaan kerja tahunan dalam agenda
yang dinamai workshop kurikulum. Dalam rencana kerja tahunan direncanakan
berbagai program kerja sesuai dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini
disebabkan karena mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila ke delepan
standar minimal, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan dapat
dipenuhi.
Dengan demikian tujuan dilaksanakannya lesson study di SMPN 8 Bogor
adalah sebagai langkah untuk menjaga proses pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan sebagai
penjaminan terhadap ketercapaian standar pendidik, sebab melalui lesson study
dapat terjadi pelatihan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan
kompetensi guru menuju profesionalitas yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang akan berpengaruh pada peningkatan mutu
pendidikan.
Lesson study di SMPN 8 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah dengan cara meningkatkan profesionalitas guru. Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dengan melaksanakan lesson study adalah
sebagai berikut:
a. Seluruh guru terlibat dalam kegiatan tersebut.
b. Menghemat biaya yang harus dikeluarkan pihak sekolah, karena dilaksanakan
di sekolah sendiri.
c. Kegiatan bersifat berkelanjutan, karena dilaksanakan dalam proses
pembelajaran yang sesungguhnya.
d. Materi kegiatan menyentuh dengan tugas keseharian guru.
e. Apabila diperlukan dapat menghadirkan narasumber dari pihak yang lebih
kompeten.
Pelaksanaan lesson study di SMPN 8 Bogor ini dilaksanakan pada seluruh
mata pelajaran dengan diawali piloting project pada mata pelajaran IPA, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam satu tahun ajaran setiap mata pelajaran
diberikan kesempatan untuk melaksanakan open lesson yang akan diobservasi
oleh guru mata pelajaran sejenis dan guru mata pelajaran lainnya juga diawasi
melalui supervisi kepala sekolah, sehingga yang terlibat dalam kegiatan tersebut
adalah seluruh guru yang ada di SMPN 8 Bogor. Wakasek Kurikulum yang
bekerjasama dengan koordinator standar proses dengan mengacu pada kalender
pendidikan mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut sehigga tidak
bertabrakan dengan jadwal kegiatan sekolah lainnya. Koordinator Lesson study
berdasarkan pengaturan waktu yang dikeluarkan oleh Wakasek kurikulum
kemudian menentukan jadwal open lesson untuk setiap mata pelajaran, dan
menentukan pertanggungjawaban yang diambil dari guru mata pelajaran yang
akan melaksanakan open lesson untuk kegiatan tersebut. Semua hal tersebut
kemudian dituangkan dalam program Rencana Kerja Tahunan, program kerja
80
koordinator standar proses, dan program kerja koordinator Lesson study sebagai
upaya pencapaian sasaran standar proses point kedua yaitu 95% guru mata
pelajaran telah melaksanakan Lesson study di SMPN 8 Bogor.
Workshop kurikulum di SMPN 8 Bogor adalah upaya peningkatan kualitas
penyelenggaraan pendidikan yang nama kegiatannya bisa beragam disesuaikan
dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran, misal nama kegiatan workshop
kurikulum di SMPN 8 Bogor adalah Workshop Better Teaching and Learning, di
workshop kurikulum inilah salah satu agenda perencanaan kegiatan lesson study
dilakukan.
2. Pelaksanaan Kegiatan Lesson study
a. Tahap Perencanaan (plan)
Dalam lesson study “Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana
menjelaskan suatu konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut
aspek pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih
efektif” (Zulkily dkk., 2009:55).
Dalam tahapan ini guru-guru IPA di SMPN 8 Bogor berkumpul untuk
menyusun secara bersama-sama RPP yang akan digunakan pada kegiatan open
lesson, dan dalam tahap perencanaan juga dibuat kesepakatan tentang guru model
yang akan tampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah
dibuat bersama. Dalam tahap perencanaan terjadi kerjasam antara guru-guru IPA
dalam menyusun RPP yang akan digunakan, masing-masing guru memberikan
masukan untuk penyempurnaan terhadap RPP yang disusun. Perencanaan open
lesson dilakukan satu minggu sebelaum open lesson dilakukan yaitu hari Kamis, 19
Oktober 2017. Tahap perencanaan dalam lesson study ini meliputi kegiatan:
1) Menyusun RPP, saat kegiatan menyusun RPP guru-guru IPA SMPN 8 Bogor
yaitu ibu Ila Halsiah, ibu Lili Budiarti, pak Achmad Alim Asriadi, ibu Dwi
Nugraha Minasia, ibu Linda Lidiawati, dan Bu Nalini Sunarsih malakukan
diskusi yang cukup kooperatif, hampir semua berkomentar untuk melakukan
perbaikan RPP, ibu Linda yang pada kesempatan kali ini paling banyak
memberikan masukan baik dari segi konten, metode ajar dan penilaian, alhasil
beliaulah yang ditunjuk oleh guru-guru lain menjadi guru model di open lesson
yang akan dilaksanaan pada tanggal 26 Oktober 2017. Hasil dari diskusi
penyusunan RPP ini adalah pembelajaran yang akan dilakukan mencakup
materi pokok tentang dampak pencemaran bagi ekosistem di kelas VII, dengan
materi reguler mencakup pencemaran air, faktor-faktor pencemaran air, dampak
pencemaran air dan cara penanggulangan pencemaran air. Materi
pengayaannya meliputi membuat poster tentang pentingnya menjaga
lingkungan sungai Ciliwung, membuat tulisan tentang pemecahan masalah
pencemaran sungai Ciliwung. Materi Remidial yang dicanangkan meliputi
pencemaran air, faktor-fator pencemaran air dan dampak pencemaran air.
81
Metode pembelajaran yang direncanakan adalah Problem Based Learning
(PBL). Media, alat dan Bahan pembelajaran yang direncanakan meliputi video
tentang pencemaran air sungai Ciliwung, air sungai Ciliwung, air sumur, air
limbah cucian baju, ikan mas, termometer, alat saringan, pH indikator
universal, gelas beaker/gelas plastik.
2) Menyusun lembar kerjas siswa, pada tahap ini guru-guru menyusun soal
sejumlah sepuluh soal pilihan ganda dan satu soal essay yang merupakan soal
yang mengharuskan siswa praktik yaitu tentang penentuan kualitas air sungai
Ciliwung.
3) Menyiapkan instrument penilaian meliputi instumen penilaian kemampuan
kognitif, instumen penilaian kemampuan afektif dalam kegiatan kelompok serta
instumen penilaian kinerja psikomotorik.
4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini observasi
yang dihasilkan berjumlah 40 butir, dengan rincian butir 1 sd 8 observasi
tentang kegiatan pendahuluan, butir 9 sd 33 adalah observasi kegiatan inti dan
butir 34 sd 40 adalah observasi kegiatan penutup.
b. Implementasi RPP
Implementasi RPP adalah tahapan do, Mulyana (2007) menjelaskan mengenai
tahap do dalam lesson study sebagai berikut:
“Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson study yang lainnya (baca:
guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang
bertindak sebagai pengamat/observer).”
Peran guru model dalam melaksanakan RPP haruslah sangat diperhatikan sebagai
implikasi dari proses penyusunan saar perencanaan. Mulyana (2007) menjelaskan
lebih lanjut:
“Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,
diantaranya adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah disusun bersama, siswa diupayakan dapat menjalani proses
pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan
under pressure yang disebabkan adanya program Lesson study. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
Selain itu dalam pelaksanaan pengimplementasian RPP, Pengamat harus
melakukan pengamatan terhadap interkaksi yang dilakukan oleh siswa. Lebih lanjut
Mulyana (2007) menjelaskan:
82
”Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siwa-
siwa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan
menggunakan instrument pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan
disusun bersama-sama. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran
yang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Pengamat dapat
melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk
keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan
peremakan tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pengamat
melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan
dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses
konktrusksi pemahaman siswa melaui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP”
Kegiatan implementasi RPP di SMPN 8 Bogor untuk tahun ajaran 2017/2018
adalah kegiatan open lesson yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017
meliputi tahapan praktek pembelajaran dimana pada tahap ini rancangan strategi
dan skenario yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan diterapkan dan
pengamatan pun dilakukan, pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama. Instrument yang
digunakan sebagai alat pengamatan adalah lembar observasi. Dihadiri oleh guru-
guru IPA, Koordinator Lesson Studi dan pihak Universitas Pakuan. Pada open
lesson kali ini, kepala sekolah berhalangan hadir karena harus mengikuti pelatihan
kepala sekolah di Bandung.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu sintaks model
cooperative learning dengan metode yang diterapkan mencakup problem based
learning, eksperimen, two stay two stray dan contextual teaching and learning.
Pada kegiatan pendahuluan, yang merupakan langkah awal berupa klarifikasi
permasalahan mencakup prasyarat pengetahuan yang harus dimiliki siswa adalah
siswa telah mempelajari tentang pengukuran dan asam basa, pada kegiatan
pendahuluan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru untuk mengidentifika
si pertanyaan dan menaggapi isu local diantaranya adalah guru mengawali
pembelajaran dengan berdoa bersama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
guru menyampaikan tayangan foto tentang Sungai Ciliwung, guru memberikan
data kualitas air sungi Cilwung dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor kepada
siswa kemudian siswa dipersilahkan mengungkapkan pertanyaan sesuai dengan
tayangan dan data tersebut. Pada pendahuluan pun dilakukan proses literasi sains,
yaitu siswa diharuskan membaca buku yang mereka suka dan menuliskannya pada
sebuah jurnal, tidak lupa mereka diberi soal pre-test sebagai langkah untuk
mengukur pemahaman siswa di awal pembelajaran.
83
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru berusaha melakukan integrated model
yaitu memberikan pembelajaran dengan mengandung unsur Fisika, Biologi dan
Kimia kepada siswa. Hal teknis yang dilakukan oleh guru adalah guru membagi
siswa menjadi delapan kelompok untuk memecahkan masalah dengan tiga
parameter yang berbeda yaitu penentuan kualitas air berdasarkan suhu dan tingkat
kekeruhan, penentuan kualitas air berdasarkan bioindikator, penentuan kualitas air
berdasarkan tingkat keasaman, siswa menentukan alat dan bahan percobaan sesuai
dengan metode yang telah ditentukan, siswa dengan bimbingan guru merumuskan
langkah-langkah yang akan dilakukan dalan eksperimen, siswa bersama-sama
dalam kelompoknya merancang percobaan untuk menentukan kualitas air sungai
Ciliwung dengan metode secara fisika, biologi maupun kimia, siswa membuat
hipotesis tentang permasalahan, siswa melakukan serangkaian percobaan untuk
menentukan kualitas air sungai Ciliwung dan mencatat hasil pengamatan, siswa
melakukan eksperimen dengan memasukkan ikan ke dalam air sungai Ciliwung
dan air limbah cucian baju, kemudian memprediksi apa yang akan terjadi pada satu
menit kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan hasil eksperimen sesuai dengan kreativitas
kelompoknya, hal ini merupakan langkah untuk merangsang kemampuan siswa
dalam menarik kesimpulan berdasarkan bukti. Setelah siswa diskusi kelompok
kemudian siswa menuangkan gagasannya dalam kertas A3 dan menyampaikannya
ke kelompok lain dengan metode two stay two stray. Siswa dari kelompok lain
melakukan proses analisis dan bertanya hal yang dirasa kurang mereka pahami ke
kelompok yang presentasi.
Pada kegiatan penutup atau refleksi, guru memberikan penguatan tentang
pentingnya kepedulian terhadap lingkungan agar terjadi interaksi yang baik antara
manusia dengan alam, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran dengan cara guru memberikan pertanyaan-pertanyaan evaluasi secara
lisan dan tulisan beupa pengerjaan LKS, siswa yang menjawab pertanyaan guru
secara benar mendapatkan reward berupa permen lollipop. Setelah itu, guru
memberikan penugasan kepada siswa untuk membuat tulisan maupun poster
tentang pentingnya melindungi sungai Ciliwung dari pencemaran lingkungan. Dan
terakhir, pembejaran diakhiri dengan pembacaan do’a secara bersama-sama yang
dipimpin oleh ketua kelas.
c. Hasil Refleksi Pembelajaran
Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna
menyempurnakan rencana tindakan berikutnya. Mulyana (2007) menjelaskan
mengenai tahap see ini sebagai tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan tergantung dari ketajaman analisis
para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi diawali dengan pemaparan oleh guru model
84
tentang hal-hal yang sudah dilakukan dan kendala yang muncul selama proses
pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru-guru yang bertindak sebagai observer
mengemukakan temuannya sekaligus solusi untuk mengatasi hal tersebut. Adapun
hasil refleksi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada
rencana tindakan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran sudah cukup
optimal, hal ini ditandai dengan antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran,
nilai siswa pre-test dan post-test yang mengalami peningkatan, pembelajaran
berlangsung dengan rasa ingin tahu siswa yang cukup tinggi, presentasi dengan
metode two stay two stray cukup ampuh meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan
reward cukup memberi point penyemangat lebih terhadap siswa.
Proses pembelajaran yang cukup memuaskan ini disebabkan karena
perancangan RPP saat perencanaan yang terkategori baik, ada kesungguhan guru-
guru dalam melakukan proses lesson study di SMPN 8 Bogor ini, sehingga pihak
Universitas Pakuan, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Ibu Dr. Indarini Dwi
Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA mengemukakan bahwa
pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru model cukup memberi
feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang dilakukan dipandang sudah
mencukupi.
3. Evaluasi Kegiatan Lesson study
a. Tujuan Evaluasi
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah, wakasek
kurikulum, dan koordinator Lesson study di SMPN 8 Bogor diperoleh jawaban
bahwa, evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan lesson study dengan
tujuan meninjau seberapa jauh setiap tahap kegiatan lesson study yang dilakukan
memenuhi standar-standar yang ditetapkan, mengetahui keberhasilan dan
kekurangan, baik implementasi pembelajaran maupun kegiatan lesson study secara
keseluruhan dalam meningkatkan kemampuan guru.
b. Cara yang dilakukan dalam Evaluasi
Cara yang dilakukan dalam mengevaluasi efektivitas program lesson study
dilaksanakan dengan membandingkan kondisi sebelun dan sesudah implementasi
program lesson study berdasarkan sejumlah kriteria evaluative yang berkenaan
dengan peningkatan kemampuan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Dalam evaluasi ini digunakan instrument berupa wawancara, dan lembar observasi
yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan lesson study dari mulai
ditetapkannya menjadi program sekolah sampai dengan pelaksanaannya sebagai
pola pembinaan untuk meningkatkan kemampuan guru.
c. Sasaran Evaluasi
Sasaran pelaksanaan evaluasi adalah program lesson study, guru-guru IPA, dan
siswa. Evaluasi terhadap program lesson study dilaksanakan melalui obervasi
85
terhadap setiap tahap pelaksanaan kegiatan lesson study. Wawancara dilakukan
terhadap guru dan siswa yang terkait dengan lesson study pada tahap implementasi
pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan dari setiap tahap
pelaksanaan lesson study. Wawancara dilakukan pada siswa dan guru-guru IPA.
Informasi yang diperoleh dari hasil keseluruhan rangkaian kegiatan evaluasi
selanjutnya digunakan untuk keperluan evaluasi terhadap pelaksanaan lesson study
sebagai program pola pembinaan peningkatan profesionalitas guru.
d. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi yang dijelaskan dalam bagian ini adalah hasil evaluasi mencakup
bahan pembelajaran, hasil evaluasi masukan, hasil evaluasi proses, hasil evaluasi
keluaran.
1) Hasil Evaluasi Bahan Pembelajaran
Evaluasi bahan pembelajarn dilakukan dengan cara studi dokumentasi terhadap
silabus dan wawancara dengan guru. Hal yang dievaluasi adalah pengembangan
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dalam hal penentuan tata urut standar
kompetensi dasar, pemilihan materi pokok, pemilihan kegiatan pembelajaran,
perumusan indikator, penentuan teknik asesmen, penentuan alokasi waktu,
penentuan media dan alat pembelajaran.
Dari hasil evaluasi terhadap bahan pembelajaran diperoleh informasi,
kemampuan penyusunan bahan pembelajaran mengalami peningkatan setelah guru-
guru IPA mengikuti pola pembinaan lesson study.
2) Hasil Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan dilakukan terhadap kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep, keterampilan proses, motivasi belajar, melalui observasi dan
studi dokumentasi terhadap daftar nilai hasil belajar. Dari hal tersebut
menunjukkan adanya peningkatan, kemampuan guru mengalami peningkatan
dalam penguasaan materi, sikap kerja, dan keterlibatan dalam lesson study, melalui
studi dokumentasi dan oberservasi ketika pembelajaran berlangsung.
3) Hasil Evaluasi Proses
Evaluasi proses dilaksanakan terhadap setiap tahapan dari lesson study mulai
dari perencanaan, meliputi kegiatan, identifikasi masalah, pengembangan rencana
pembelajaran, pengemabangan media/alat pembelajaran, pengembangan alat
penilaian, dan dalam implementasi pembelaran, meliputi proses-proses
pembelajaran, ketelibatan observer, dan keterlibatan siswa, kemudian evaluasi
dalam refleksi meliputi keterlibatan peserta dalam refleksi, dan komentar yang
dilontarkan. Proses evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
86
4) Hasil Evaluasi Keluaran
Evaluasi keluaran dilakukan terhadap RPP, alat dan media pembelajaran, alat
penilaian, kemampuan guru dalam pembelajaran, keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, hasil dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pola pembinaan
melalui lesson study. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan studi dokumentasi
terhadap RPP, wawancara terhadap siswa, guru, koordinator lesson study, dan tes
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi keluaran didapatkan data
adanya peningkatan kualitas RPP, media pembelajaran, alat penilaian, kemampuan
guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan siswa.
4. Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran IPA
Kegiatan lesson study merupakan pola pembianaan untuk meningkatkan
profesionalitas guru. Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik, dan terlatih dengan baik serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya (Uzer, 201:15).
Dalam kegiatan lesson study profesionalitas para guru muncul melalui kegiatan
kerjasama untuk memperbaiki kemampuan mengajar dengan memanfaatkan hasil
pengamatan pelaksanaan tugas mengajar dalam pelaksanaan tugas yang
sesungguhnya.
Lesson study mempelajari tentang bagaimana guru praktek dalam penggunaan
strategi pembelajaran dan penilaian. Dengan menyaksikan kegiatan nyata dalam
kelas para guru belajar untuk mengembangkan dan mentransfer fakta itu sebagai
objek belajar yang berguna untuk melakukan peningkatan profesionalitas dalam
melaksanakan tugas masing-masing. Praktek ini diarahkan untuk mempelajari
pendekatan khusus dalam meningkatkan keterampilan siswa belajar, menguasai
materi pelajaran, atau mengembangkan keterampilan bekerja untuk menghasilkan
produk belajar. Dalam proses lesson study sekolompok guru mengidentifikasi
kebutuhan belajar siswa dan kemajuan mereka dalam proses belajar di dalam kelas,
serta kebutuhan melakukan perbaikan.
Indikator profesionalitas guru dapat dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah
dari APKG (Alat Penilaian Kemampuan Guru) dan hasil supervisi Kepala Sekolah.
Georgia departmen of education dalam Yuniar (2013:60) telah mengembangkan
Teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh
Kemendiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat penilaian
kemampuan guru meliputi rencana pembelajaran (teacher plans and materials) atau
disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), prosuder pembelajaran
(Classroom Procedure), dan hubungan antar pribadi (interpersonal skill),
87
mengenai indikator ketercapaian profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor
disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Profesionalitas Guru IPA
Indikator Kemampuan Guru Ketercapaian
Kemampuan Guru
menguasai Bahan Ajar
Merancang RPP
bersama guru-guru
lain sekurang-
kurangnya terdiri
dari Standar
Kompetensi,
Kompetensi Dasar,
Indikator, Tujuan
Pembelajaran,
Materi
Pembelajaran,
Metode
pembelajaran,
langkah-langkah
kegiatan, sumber
pembelajaran dan
penilaian.
Sudah tercapai
dilihat dari RPP
yang telah dibuat.
Pelaksanaan Kegiatan
Pembelajaran
Guru memupuk
kerjasama dan
disiplin siswa
Tercapai, dengan
diberlakukannya
pembelajaran yang
kooperatif dan
memberikan
teguran kepada satu
orang siswa yang
telat masuk
Ketepatan waktu
masuk dan keluar
kelas
Tercapai, terlihat
dari proses KBM
yang
diberlangsungkan
tepat waktu
Melakukan absensi Iya, dilakukan saat
awal pembelajaran
Memperhatikan
tempat duduk siswa
Ragu, karena ada
siswa di bagian
belakang yang
sepertinya tidak
terperhatikan
dengan baik
88
Indikator Kemampuan Guru Ketercapaian
Menggunakan
media
pembelajaran
Iya, guru
menggunakan
media audio visual
berupa film pendek,
slide presentasi dan
berbagai jenis air,
ikan kecil yang
digunakan untuk
eksperimen
Menggunakan
objek nyata di
sekitar sekolah
Iya. Air sungai
ciliwung langsung
dibawakan ke ruang
kelas.
Penggunaan Metode dan
Strategi Pembelajaran
Menggunakan
beragam metode
pembelajaran
Iya. Setidaknya
guru menggunakan
metode two stay
two stray,
eksperiment, Tanya
jawab, diskusi dan
ceramah.
Evaluasi atau Penilaian
Pembelajaran
Melakukan
evaluasi dan
penilaian
pembelajaran
Iya, guru
memberikan soal di
awal pembelajran
dan LKS di akhir
pembelajaran.
Hubungan antar Pribadi
Guru mampu
membuat siswa
nyaman untuk
belajar bersamanya
Mayoritas iya,
dilihat dari interaksi
siswa ke guru sudah
tidak canggung,
siswa banyak
bertanya dan guru
sabar dalam
menjawab
pertanyaan-
pertanyaan siswa.
Dalam pelaksanaan lesson study diperoleh data bahwa guru-guru IPA SMPN 8
Bogor mengalami peningkatan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil studi
dokumentasi RPP, dan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran. Dari studi
dokumentasi yang dilakukan terhadap RPP diperoleh data bahwa guru
memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan silabus,
89
menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual, merencanakan kegiatan
pembelajaran yang efektif, memilih sumber belajar sesuai dengan materi dan
strategi pembelajaran, merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan belajar peserta didik, menggunakan berbagai strategi dan metode
penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil peserta didik, memanfaatkan hasil
penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan
belajarnya.
Sedangkan dari kegiatan obervasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
guru IPA SMPN 8 Bogor diperoleh data bahwa guru memulai pembelajaran
dengan efektif, ditandai dengan guru melakukan apersepsi dan menyampaiakan
kompetensi yang akan dicapai dalam rencana kegiatan, menguasasi materi
pelajaran, ditandai dengan kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran, guru menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif, ditandai
dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai,
memanfaatkan sumber belajar ditandai dengan menunjukkan keterampilan dalam
penggunaan sumber belajar, mamicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam
pembelajaran ditandai dengan menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui
interaksi guru, siswa, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar,
menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, ditandai dengan
menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, menggunakan bahasa tulis yang
baik dan benar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, guru mengakhiri
pembelajaran dengan efektif, ditandai dengan melakukan refleksi, membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa, memberikan arahan, dan tugas sebagai
bagian remidi/pengayaan.
Profesionalitas guru IPA juga bisa diukur dengan pencapaian nilai guru IPA
dalam supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah yang mendapatkan point
sempurna untuk masing-masing guru. Berikut rekapitulasi hasil pelaksanaan
kegiatan supervisi SMP Negeri 8 Bogor Tahun Pelajaran 2017 – 2018, nilai untuk
guru-guru IPA disajikan dalam Tabel 4.7.
90
Tabel 4.7 Rekapitulasi nilai guru-guru IPA dalam hasil pelaksanaan kegiatan
supervisi SMP Negeri 8 Bogor Tahun Pelajaran 2017 – 2018
N
O NAMA
Indikator Proses Pembelajaran
Jum
lah
skor
Kate
gori
Kegia
tan
Awal
Kegiatan inti Pembeajaran
Penu
tup
Penguasaan
Materi
Pelajaran
Pendekatan
Strategi
Pembelajaran
Pemanfaatan
Sumber
Belajar Media
Memelihara
keterlib
atan siswa
Penilaian
Proses
Pembela
jaran
Penggu
naan
Bahasa
1
Linda
Lidiawati
, S.P 5 5 5 5 5 5 5 5 40
Sangat
Baik
3 Dra.Lili
Budiarti 5 5 5 5 5 5 5 5 40
Sangat
Baik
4
Dra.Ila
Halsiah,
M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40
Sangat
Baik
5
Achmad
Alim
Asriadi,
M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40
Sangat
Baik
5
Dwi
Nugraha
Minasia,
S.Pd
5 5 5 5 5 5 5 5 40
Sangat
Baik
(Sumber: Studi dokumentasi Hasil Supervisi Kepala Sekolah)
5. Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Setelah Pelaksanaan Lesson study
Hasil belajar merupakan dampak dari pembelajaran siswa setelah mengikuti
proses belajar. Perubahan tingkah laku dari suatu proses hasil belajar dilandasi oleh
motivasi yang tinggi dan dapat diidentifikasi dan bahkan dapat diukur berupa
kemampuan menjelaskan dan menyebutkan sesuatu, meng-generalisasikan fakta
atau melakukan perbuatan.
Gambaran hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan lesson
study di SMPN 8 Bogor diperolah dari kegiatan observasi terhadap aktivitas belajar
91
siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan studi dokumentasi terhadap
daftar nilai siswa.
Hasil observasi terhadap aktifitas belajar siswa ketika proses pembelajaran
berlangasung diperoleh data sebagai berikut: Aktivitas belajar yang ditunjukkan
siswa ketika mengikuti proses pembelajaran adalah sebagian besar siswa,
menyimak dan memperhatikan penjelasan guru, terlibat dalam proses
pembelajaran, antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, mengajukan
pertanyaan ketika mendapatkan sesuatu yang tidak dipahami, menyampaikan
pendapat tentang masalah yang dibahas ketika ditanya, dan mengerjakan tugas
yang diberikan. Aktivitas belajar yang ditunjukan siswa dalam diskusi kelompok
adalah menyimak dan mengerti dengan tugas kelompok yang diberikan, terlibat
dalam proses penyelesaian tugas kelompok, antusias dan terlibat dalam tugas
kelompok, kerjasama dengan sesama anggota kelompok, aktif memberikan
masukan pada kelompok. Aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa dalam diskusi
kelas adalah terlibat dalam diskusi kelas, menyimak dan memperhatikan uraian
tugas kelompok lain, antusias dalam diskusi kelas, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan pendapat, menyajikan tugas kelompok dengan baik.
Evaluasi atau penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan
Penilaian jenis PAP atau Penilaian Acuan Patokan. PAP adalah cara penilaian,
dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang
tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai
sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus
atau tidak berdasarkan batas lulus yang ditetapkan. Berdasarkan studi dokumentasi
terhadap daftar nilai hasil belajar siswa, diperoleh gambaran bahwa setelah
dilakukan tes di akhir pembelajaran, hasil tes belajar siswa sangat memuaskan
setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kegiatan lesson study, jika pada pre-
test yang hanya mencapai 22,86% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai tes
melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran IPA (Nilai KKM
untuk pelajaran IPA adalah 76) maka pada post-test berhasil mencapai angka
94,29%, artinya ada kenaikan ketuntasan belajar siswa yang sangat signifikan
setelah mengikuti pembelajaran di lesson study yaitu mencapai angka 71,43%.
Dari wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa yang bernama Naifah
dan Shintya yang merupakan siswa peserta open lesson, Naifah mengatakan bahwa
dirinya merasa senang dengan pembelajaran IPA yang disampaikan ibu Linda hari
ini, ibunya sangat detail dalam menerangkan pelajaran. Senada dengan Naifah
Shintya pun mengaku senang belajar hari ini, karena banyak percobaan yang
dilakukan, kelas tidak membosankan. Sampai-sampai di akhir pelajaran Shintya
meminta ibu Linda untuk masuk kembali pasca istirahat untuk mengajarinya lagi
pelajaran IPA.
92
6. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Lesson study
Pola pembinaan untuk meningkatkan profesionalitas guru di SMPN 8 Bogor,
dalam pelaksanaannya mempunyai faktor pendukung dan penghambat yang berasal
dari sumber daya sekolah itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Koordinator
lesson study, dan guru diperoleh gambaran hal sebagai berikut.
a. Faktor pendukung
1) Komitmen kepala sekolah
Komitmen tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari kompetensi kepala
sekolah yang terkait langsung dalam meningkatkan profesionalitas guru
melalui lesson study. Kompetensi yang dipandang sejalan dengan keberadaan
lesson study adalah memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah secara optimal, mengelola perubahan dan pengembangan sekolah
menuju organisasi pembelajar yang efektif, menciptakan budaya iklim sekolah
yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, mengelola guru
dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal,
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
2) Ditetapkannya lesson study dalam program sekolah
Karena ditetapkan sebagai program sekolah, maka seluruh komponen sekolah
mempunyai tanggungjawab untuk menjamin keterlaksanaan program pola
pembinaan peningkatan profesionalitas guru melalui lesson study di sekolah
tersebut.
3) Komitmen semua komponen sekolah
Dengan ditetapkannya sebagai program sekolah dan disertai komitmen yang
kuat dari kepala sekolah, maka seluruh komponen sekolah terlibat pada
program tersebut sehingga dapat dilaksanakan dengan optimal.
4) Antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan
Antusiasme dari guru dalam mengikuti pelatihan, merupakan kunci utama dari
keberhasilan program ini. Lesson study di SMPN 8 Bogor dapat berjalan
dengan baik, karena adanya antusiasme para guru dalam mengikuti program
ini.
5) Adanya program penilaian kinerja guru
Mulai tahun 2013, oleh pemerintah diberlakukan penilaian kinerja guru (PKG)
dalam menempuh kenaikan pangkat atau peningkatan jenjang karier, penilaian
tersebut terpusat pada kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran. Berkas Lesson study merupakan salah satu
komponen dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran yang memengaruhi nilai
PKG tersebut.
93
b. Faktor penghambat
1) Pengaturan jadwal mengajar
Sebagian besar guru mempunyai tugas mengajar di kelas lain ketika open
lesson dilaksanakan, akibatnya ada guru dengan alasan sedang mengajar di
kelas lain, sehingga open lesson tidak maksimal bahkan guru tersebut tidak
dapat hadir dalam kegiatan open lesson.
2) Banyaknya Program dari Pemerintah
Program Decentralized Basic Education (DBE) 3 Better Teacher Learning
(BTL), Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas dan Penilaian kinerja guru menurut
persepsi para guru karena banyaknya program pemerintah ini menjadikan
kegiatan lesson study yang diselenggarakan oleh sekolah sedikit terhambat.
7. Fungsi Manajemen Lesson study Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor
Fungsi manajemen pendidikan, Subroto (2010:15) menjelaskannya sebagai
berikut:
“Perencanaan (Planing), Dalam manajemen pendidikan, perencanaan
meliputi penelitian prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan
efektif, sesuai dengan prioritas kebutuhan, melibatkan semua komponen
yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Penetapan tujuan
sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan
dan hasil dari pendidikan. Formulasi prosedur sebagai bagian dari
tahapan rencana tindakan dan penyerahan tanggung jawab, baik kepada
individu maupun kelompok. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dalam sistem pendidikan merupakan implementasi
dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pengorganisasian perlu dilihat semua kekuatan serta sumber daya
manusia maupun sumber daya nonmanusia. Sebuah organisasi pada
manajemen pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain
perjalanan organisasi, yaitu kebebasan, keadilan dan musyawarah.”
Selain tahap perencanaan dan pengorganisasian, Subroto (2010:15) juga
menjelaskan mengenai fungsi penggerekkan dan pengawasan dalam manajemen
pendidikan sebagai berikut:
“Penggerakan (Actuating) Penggerakan dalam bidang pendidikan
merupakan upaya untuk menyuguhkan arahan serta bimbingan dan
dorongan kepada seluruh SDM dari personel yang ada di dalam suatu
organisasi sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan penuh
kesadaran yang tinggi. Pengawasan (Controlling), Pengawasan dalam
pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup pengawasan
material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak dimonitor
oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh
94
Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem
manajemen dalam pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat
menjamin bahwa aktivitas operasional organisasi pendidikan benar-
benar mengacu pada perencanaan yang sudah ada”.
a. Planning lesson study
Kegiatan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas
dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor
sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan sebagai pemrakarsa terwujudnya program tersebut yang gerakannya
dilakukan pada akhir tahun 2014 dengan tahap awal adalah memberikan workshop
penyusunan desain pembelajaran berbasis lesson study for learning community
untuk sekolah piloting Lesson study.
Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah
piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan
lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga
sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah, Wakasek kurikulum,
koordinator Lesson study dan dokumentasi terhadap Rencana Kerja Tahunan
(RKT), Program Kerja Wakasek Kurikulum, dan program kerja koordinator Lesson
study, Perencanaan kegiatan lesson study pada SMPN 8 Bogor dilaksanakan pada
awal tahun pelajaran bersamaan dengan perencanaan kerja tahunan dalam agenda
yang dinamai workshop kurikulum. Dalam rencana kerja tahunan direncanakan
berbagai program kerja sesuai dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini
disebabkan karena mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila ke delepan
standar minimal, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan dapat
dipenuhi. Dengan demikian tujuan dilaksanakannya lesson study di SMPN 8 Bogor
adalah sebagai langkah untuk menjaga proses pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan sebagai
penjaminan terhadap ketercapaian standar pendidik, sebab melalui lesson study
dapat terjadi pelatihan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan
kompetensi guru menuju profesionalitas yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran yang akan berpengaruh pada peningkatan mutu
pendidikan.
b. Organizing Lesson study
Organizing lesson study merupakan pelaksanaan atas planning yang telah
dibuat, pada organizing lesson study di SMPN 8 Bogor seperti lesson study pada
umumnya terdiri dari plan, do dan see.
Pertama adalah tahap Plan, dalam tahapan ini guru-guru IPA di SMPN 8 Bogor
berkumpul untuk menyusun secara bersama-sama RPP yang akan digunakan pada
95
kegiatan open lesson, dan dalam tahap perencanaan juga dibuat kesepakatan
tentang guru model yang akan tampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP yang sudah dibuat bersama. Dalam tahap perencanaan terjadi kerjasam antara
guru-guru IPA dalam menyusun RPP yang akan digunakan, masing-masing guru
memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap RPP yang disusun.
Perencanaan open lesson tahun ajaran 2017/2018 dilakukan satu minggu sebelaum
open lesson dilakukan yaitu hari Kamis, 19 Oktober 2017. Tahap perencanaan
dalam lesson study ini meliputi kegiatan menyusun RPP, menyusun lembar kerja
siswa, menyiapkan instrument penilaian, dan menyiapkan lembar observasi.
Kedua adalah tahap do atau tahap kegiatan implementasi RPP adalah kegiatan
open lesson, untuk tahun ajaran 2017/2018 open lesson dilaksanakan pada tanggal
26 Oktober 2017 meliputi tahapan praktek pembelajaran dimana pada tahap ini
rancangan strategi dan skenario yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan
diterapkan dan pengamatan pun dilakukan, pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama.
Instrument yang digunakan sebagai alat pengamatan adalah lembar observasi.
Dihadiri oleh guru-guru IPA, Koordinator Lesson Studi dan pihak Universitas
Pakuan. Pada open lesson kali ini, kepala sekolah berhalangan hadir karena harus
mengikuti pelatihan kepala sekolah di Bandung. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan mengacu sintaks model cooperative learning dengan metode
yang diterapkan mencakup problem based learning, eksperimen, two stay two stray
dan contextual teaching and learning. Pada kegiatan pendahuluan, yang merupakan
langkah awal berupa klarifikasi permasalahan mencakup prasyarat pengetahuan
yang harus dimiliki siswa adalah siswa telah mempelajari tentang pengukuran dan
asam basa, pada kegiatan pendahuluan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh
guru untuk mengidentifika si pertanyaan dan menaggapi isu lokal diantaranya
adalah guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, guru menyampaikan tayangan foto tentang Sungai Ciliwung,
guru memberikan data kualitas air sungi Cilwung dari Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bogor kepada siswa kemudian siswa dipersilahkan mengungkapkan
pertanyaan sesuai dengan tayangan dan data tersebut. Pada pendahuluan pun
dilakukan proses literasi sains, yaitu siswa diharuskan membaca buku yang mereka
suka dan menuliskannya pada sebuah jurnal, tidak lupa mereka diberi soal pre-test
sebagai langkah untuk mengukur pemahaman siswa di awal pembelajaran. Pada
kegiatan inti pembelajaran, guru berusaha melakukan integrated model yaitu
memberikan pembelajaran dengan mengandung unsur Fisika, Biologi dan Kimia
kepada siswa. Hal teknis yang dilakukan oleh guru adalah guru membagi siswa
menjadi delapan kelompok untuk memecahkan masalah dengan tiga parameter
yang berbeda yaitu penentuan kualitas air berdasarkan suhu dan tingkat kekeruhan,
penentuan kualitas air berdasarkan bioindikator, penentuan kualitas air berdasarkan
tingkat keasaman, siswa menentukan alat dan bahan percobaan sesuai dengan
metode yang telah ditentukan, siswa dengan bimbingan guru merumuskan langkah-
langkah yang akan dilakukan dalan eksperimen, siswa bersama-sama dalam
96
kelompoknya merancang percobaan untuk menentukan kualitas air sungai
Ciliwung dengan metode secara fisika, biologi maupun kimia, siswa membuat
hipotesis tentang permasalahan, siswa melakukan serangkaian percobaan untuk
menentukan kualitas air sungai Ciliwung dan mencatat hasil pengamatan, siswa
melakukan eksperimen dengan memasukkan ikan ke dalam air sungai Ciliwung
dan air limbah cucian baju, kemudian memprediksi apa yang akan terjadi pada satu
menit kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat kesimpulan
untuk membuat kesimpulan hasil eksperimen sesuai dengan kreativitas
kelompoknya, hal ini merupakan langkah untuk merangsang kemampuan siswa
dalam menarik kesimpulan berdasarkan bukti. Setelah siswa diskusi kelompok
kemudian siswa menuangkan gagasannya dalam kertas A3 dan menyampaikannya
ke kelompok lain dengan metode two stay two stray. Siswa dari kelompok lain
melakukan proses analisis dan bertanya hal yang dirasa kurang mereka pahami ke
kelompok yang presentasi. Sedangkan, pada kegiatan penutup atau refleksi, guru
memberikan penguatan tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan agar
terjadi interaksi yang baik antara manusia dengan alam, guru bersama siswa
melakukan refleksi terhadap pembelajaran dengan cara guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan evaluasi secara lisan dan tulisan beupa pengerjaan LKS,
siswa yang menjawab pertanyaan guru secara benar mendapatkan reward berupa
permen lollipop. Setelah itu, guru memberikan penugasan kepada siswa untuk
membuat tulisan maupun poster tentang pentingnya melindungi sungai Ciliwung
dari pencemaran lingkungan. Dan terakhir, pembejaran diakhiri dengan pembacaan
do’a secara bersama-sama yang dipimpin oleh ketua kelas.
Tahap terakhir dari organizing lesson study adalah tahap see atau tahap refleksi.
Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna
menyempurnakan rencana tindakan berikutnya. Kegiatan refleksi diawali dengan
pemaparan oleh guru model tentang hal-hal yang sudah dilakukan dan kendala
yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru-guru yang
bertindak sebagai observer mengemukakan temuannya sekaligus solusi untuk
mengatasi hal tersebut. Adapun hasil refleksi pembelajaran yang perlu
dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada rencana tindakan berikutnya adalah
bahwa kegiatan pembelajaran sudah cukup optimal, hal ini ditandai dengan
antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran, nilai siswa pre-test dan post-test
yang mengalami peningkatan, pembelajaran berlangsung dengan rasa ingin tahu
siswa yang cukup tinggi, presentasi dengan metode two stay two stray cukup
ampuh meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan reward cukup memberi point
penyemangat lebih terhadap siswa. Proses pembelajaran yang cukup memuaskan
ini disebabkan karena perancangan RPP saat perencanaan yang terkategori baik,
ada kesungguhan guru-guru dalam melakukan proses lesson study di SMPN 8
Bogor ini, sehingga pihak Universitas Pakuan, yang pada kesempatan ini diwakili
oleh Ibu Dr. Indarini Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA
mengemukakan bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru
97
model cukup memberi feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang
dilakukan dipandang sudah mencukupi.
c. Actuating Lesson study
Seperti yang dijelaskan oleh Subroto di atas, bahwa Actuating dalam bidang
pendidikan merupakan upaya untuk menyuguhkan arahan serta bimbingan dan
dorongan kepada seluruh SDM dari personel yang ada di dalam suatu organisasi
sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.
Actuating lesson study di SMPN 8 Bogor dilakukan oleh koordinator lesson study
yang bekerjasama dengan wakasek bidang kurikulum dan koordinator standar
proses dengan cara melakukan penjadwalan, reminder lesson study saat rapat
sekolah, pemberian workshop peningkatan profesionalitas guru di setiap
semesternya dan tidak lupa diberi motivasi bahwa salah satu cara efektif untuk
meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan diterapkannya lesson study
hingga dijadikannya lesson study sebagai program sekolah. Untuk meningkatkan
motivasi guru-guru, pihak UNPAK memberikan arahan intens kepada koordinator
lesson study dan guru terkait mengenai keberjalanan lesson study hingga
diikutsertakannya guru-guru SMPN 8 Bogor workshop di Universitas Pakuan.
d. Controlling Lesson study
Menurut pendapat Suborto diatas bahwa Pengawasan (Controlling),
Pengawasan dalam pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup
pengawasan material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak
dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh
Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam
pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat menjamin bahwa aktivitas
operasional organisasi pendidikan benar-benar mengacu pada perencanaan yang
sudah ada. Controlling lesson study yang dilakukan oleh SMPN 8 Bogor adalah
dengan cara dilakukannya Supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru,
koordinator lesson study mamastikan keberjalanan lesson study terselenggara
dengan baik. Koordinator standar proses yang selalu memantau keberjalanan lesson
study karena lesson study diberlakukan program kerja koordinator standar proses
yang memiliki target 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study.
C. Interpretasi
Berdasarkan temuan hasil penelitian yang diperoleh dan dengan memperhatikan
tujuan dari penelitian ini, maka data temuan hasil penelitian terhadap pelaksanaan
manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan profesioniltas guru di SMPN 8
Bogor dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Lesson study dalam perencanaan kerja tahunan di SMPN 8 Bogor, muncul
ketika membahas tentang pelaksanaan standar proses pendidikan dan standar
tenaga pendidik. Perencanaan tersebut dilaksanakan oleh kepala sekolah, para
wakasek, dan guru, ketika membuat program Rencana Kerja Sekolah (RKS),
Lesson study akan dilaksanakan di sekolah ini dan diikuti oleh guru-guru dari
98
seluruh mata pelajaran, lesson study ditetapkan sebagai pola pembinaan
peningkatan profesionalitas guru IPA dengan alasan merupakan salah satu upaya
pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Karena
ditetapkan sebagai program kerja tahunan sekolah, maka lesson study sebagai pola
pembinaan peningkatan profesionalitas guru IPA dimasukan ke dalam agenda
kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS), untuk pembiayaannya
dimasukan sebagai pengeluaran sekolah dengan bersumber dari dana BOS yang
dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Lesson study di SMPN 8 Bogor merupakan model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan
berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
learning community. Lesson study adalah suatu proses sistematik yang digunakan
oleh guru-guru untuk menguji keefektivan pengajarannya dalam rangka
meningkatakan hasil pembelajaran. Proses sistematik yang dimaksud adalah kerja
guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat
pembelajaran, melalui observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara
bersiklus dan terus menerus. Kegiatan lesson study ini dilakukan oleh guru-guru
IPA di SMPN 8 Bogor dan dihadiri oleh beberapa guru lain dari mata pelajaran
yang berbeda dengan mencakup kepada tiga tahapan, yaitu perencanaan (planning),
implementasi pembelajaran dan obervasi (do), serta refleksi (see). Dalam tahap
perencanaan, para guru tergabung dalam lesson study berkolaborasi untuk
menyusun RPP yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan
permasalahan, sehingg RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat
matang, yang di dalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan
terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap
inti sampai dengan tahap aktif pembelajaran. Setelah RPP dibuat selanjutnya
disepakati salah satu dari mereka untuk menjadi guru model.
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan yang utama yaitu kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati
atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun
bersama, dan kegiatan pengamatan atau obervasi yang dilakukan oleh anggota
peserta lesson study lainnya.
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajamanan
analisis dari para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk
diskusi yang diikuti oleh seluruh peserta lesson study yang dipandu oleh
koordinator lesson study dan disaksikan oleh pihak Universitas Pakuan. Diskusi
dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan
pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan
khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, mengenai kesulitan dan
permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun,
99
kemudian ditanggapi oleh guru-guru observer dengan memperlihatkan catatan-
catatan yang merupakan penemuan saat proses pembelajaran berlangsung, setelah
terjadi sharing dan pemberian ide dari guru observer, selanjutnya pihak UNPAK
memberikan tanggapannnya terhadap keberlangsungan pembelajaran yang
dilakukan.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, dan untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk
mengambil keputusan yang menggunakan separangkat hasil pengukuran dan
berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Dalam melaksanakan evaluasi
program Lesson study di SMPN 8 Bogor, dilakukan sebagaimana evaluasi program
pada umumnya. Dalam hal ini, evaluasi program diposisikan sebagai salah satu
kegiatan manajemen program, dan model evaluasi yang digunakan adalah
pendekatan sistem dengan selalu memperhatikan keadaan awal dan akhir dari
komponen kegiatan. Yang menjadi sasaran dalam kegiatan evaluasi adalah
efektivitas dan efisiensi program, kemampuan guru, dan hasil belajar siswa. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan lesson study menjadi penting kerana
kegiatan ini bermanfaat meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai meteri
pelajaran, meningkatkan keterampilan merencanakan pembelajaran, meningkatkan
keterampilan menerapkan metode dan pelaksanaan pembelajaran secara umum,
meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan pengamatan terhadap siswa
yang sedang melaksanakan belajar, meningkatkan kemampuan kerjasama dengan
teman sejawat serta dengan memperluas jaringan kerja, memperbaiki kinerja
melalui pelaksanaan tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas sehingga
peningkatan kemampuan diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk
mendapat pelayanan belajar. Tindak lanjut dari kegiatan evaluasi adalah lesson
study dapat meningkatkan kemampuan guru dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Lesson study merupakan sebuah pendekatan pembinaan profesi pendidik
melalui kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan
terus-menerus berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui kegiatan lesson study dikembangkan
pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar belajar secara aktif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Kegiatan lesson study memberikan nuansa yang berdampak
positif terhadap perubahan sikap dan budaya guru di SMPN 8 Bogor dalam
mengajar di kelas. Melalui tahapan-tahapan lesson study mulai dari plan, do dan
see memunculkan interaksi dan komunikasi antar guru dan rasa tanggung jawab
bersama. Terjadi diskusi yang matang dalam perencanaan pembelajaran saat plan,
kemudian mengamati jalannya proses pembelajaran saat do, dan agenda merefleksi
saat see tentang kelemahan-kelemahan saat pelaksanaan do serta mencari
solusinya.
Perubahan budaya juga terjadi pada guru dalam mengajar melalui lesson study
seperti mampu membangun komunikasi sesama guru, merancang perencanaan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa, seting kelas yang sudah tidak terlalu
konvensional, bervariasinya metode mengajar guru, penggunaan media
100
pembelajaran yang optimal, mengetahui sekumpulan data siswa yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran sehingga mudah dalam mencarikan jalan keluarnya.
Dari gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya pelaksanaan lesson
study yang dapat mendorong perubahan budaya dan sikap guru. Perubahan-
perubahan yang menuju ke arah positif ini sangat menunjang terhadap pelaksanaan
peningkatan profesionalitas seorang guru yang dituntut menjadi seorang guru yang
professional. Oleh karena itu perlu dukungan dari semua pihak agar program lesson
study dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah.
Hasil obervasi terhadap aktifitas belajar siswa di SMPN 8 Bogor, ketika proses
pembelajaran berlangsung diperoleh data adanya peningkatan keterlibatan siswa
dalam pembelajaran ditandai dengan sebagian besar siswa, menyimak dan
memperhatikan penjelasan guru, terlibat dalam proses pembelajaran, antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan ketika mendapatkan
sesuatu yang tidak dipahami, menyampaikan pendapat tentang masalah yang
dibahas ketika ditanya, dan mengerjakan tugas yang diberikan. Aktivitas belajar
dalam diskusi kelompok juga mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan
sebagian besar siswa menyimak dan mengerti dengan tugas kelompok yang
diberikan, terlibat dalam proses penyelesaian tugas kelompok, antusias dan terlibat
dalam tugas kelompok, kerjasama dengan sesama anggota kelompok, aktif
memberikan masukan kelompok lain, antusias dalam diskusi kelas, mengajukan
pertanyaan, menyampaikan pendapat, menyajikan tugas kelompok dengan baik,
mampu menjawab ketika mendapat tanggapan dari kelompok lain. Selain itu untuk
nilai hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, jika pada pre-test yang hanya
mencapai 22,86% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai tes melebihi nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran IPA (Nilai KKM untuk
pelajaran IPA adalah 76) maka pada post-test berhasil mencapai angka 94,29%,
artinya ada kenaikan ketuntasan belajar siswa yang sangat signifikan setelah
mengikuti pembelajaran di lesson study yaitu mencapai angka 71,43%.
Keberhasilan lesson study di SMPN 8 Bogor bisa dicapai karena banyak hal
yang mendukung tetapi di sisi lain juga muncul hambatan yang dirasakan. Faktor
pendukung dari kegiatan tesebut adalah komitmen kepala sekolah, komitmen
tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari kompetensi kepala sekolah yang
terkait langsung dalam meningkatkan kemampuan guru melalui lesson study,
ditetapkannya lesson study dalam program kerja sekolah, komitmen semua
komponen sekolah, antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan dan adanya
program penilaian kinerja guru.
Faktor penghambat dari kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah
pengaturan jadwal mengajar dan banyaknya program pemerintah yang menurut
persepsi guru cukup memberatkan.
Secara umum, manajemen lesson study di SMPN 8 Bogor telah dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan standar yang ada. Kegiatan penyelenggaraan Lesson
study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas dari bimbingan Universitas Pakuan
(UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor sebagai sekolah piloting
101
penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai pemrakarsa
terwujudnya program tersebut yang gerakannya dilakukan pada akhir tahun 2014
dengan tahap awal adalah memberikan workshop penyusunan desain pembelajaran
berbasis lesson study for learning community untuk sekolah piloting Lesson study.
Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah
piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan
lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga
sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study. Organizing
lesson study merupakan pelaksanaan atas planning yang telah dibuat, pada
organizing lesson study di SMPN 8 Bogor seperti lesson study pada umumnya
terdiri dari plan, do dan see. Actuating lesson study di SMPN 8 Bogor dilakukan
oleh koordinator lesson study yang bekerjasama dengan wakasek bidang kurikulum
dan koordinator standar proses dengan cara melakukan penjadwalan, reminder
lesson study saat rapat sekolah, pemberian workshop peningkatan profesionalitas
guru di setiap semesternya dan tidak lupa diberi motivasi bahwa salah satu cara
efektif untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan diterapkannya
lesson study hingga dijadikannya lesson study sebagai program sekolah.
Controlling lesson study yang dilakukan oleh SMPN 8 Bogor adalah dengan cara
dilakukannya Supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru, koordinator lesson
study mamastikan keberjalanan lesson study terselenggara dengan baik.
Koordinator standar proses yang selalu memantau keberjalanan lesson study karena
lesson study diberlakukan program kerja koordinator standar proses yang memiliki
target 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study.
102
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Manajemen Lesson study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA dapat
diartikan sebagai proses pengelolaan yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan guru IPA dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya
sehingga profesionalitas guru IPA tersebut meningkat, yang semuanya itu akan
menyebabkan pula hasil pembelajaran yang meningkat.
Pelaksanaan manajemen lesson study di SMPN 8 Bogor adalah manajemen
lesson study berbasis sekolah yang telah sesuai dengan prosedur dan berjalan
dengan baik, indikator keterlaksanaan dari langkah-langkah manajemen lesson
study adalah telah dilaksanakannya berbagai kegiatan mulai dari perencanaan
lesson study, pelaksanaan, dan pengevaluasian terhadap manajemen lesson study
sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA. Sebagai hasil dari
pelaksanaan manajemen lesson study di sekolah ini, maka dapat dilihat peningkatan
profesionalitas guru IPA dan hasil belajar siswa yang meningkat sangat signifikan,
selain itu juga dapat dilihat faktor pendukung dan penghambat dari sumber daya
sekolah dan dari guru itu sendiri terhadap kegiatan lesson study sebagai upaya
peningkatan profesionalitas guru IPA di sekolah tersebut.
B. Implikasi
Kesimpulan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas mengundang
implikasi bagi pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan
profesionalitas guru IPA. Implikasi-implikasi tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Melalui tahap perencanaan yang baik dan benar, maka sekolah akan mampu
membuat program kerja yang dapat dijadikan standar dalam pelaksanaan pola
peningkatan profesionalitas guru, dengan adanya program kerja tersebut,
menjadikan pelaksanaan pola peningkatan profesionalitas guru melalui lesson
study menjadi lebih terarah.
2. Dengan adanya lesson study sebagai pola peningkatan profesionalisme guru,
menjadikan guru termotivasi untuk melakukan pengkajian terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan. Hal ini meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta kualitas
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran bagi peserta didik, dan
meningkatkan kemampuan dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan, sebagai bahan umpan balik bagi guru dan bagi siswa.
102
103
3. Terbentuknya komunitas saling belajar di antara sesama guru pada mata
pelajaran sejenis atau antara guru pada mata pelajaran berbeda dalam satu
sekolah menjadi hal yang mungkin terjadi dengan adanya lesson study. Hal
tersebut diantaranya terjadi ketika kegiatan refleksi pembelajaran berlangsung,
para guru dalam suatu sekolah berdiskusi dan menganalisis hasil bersama suatu
proses pembelajaran yang hasilnya akan menjadi bahan perbaikan untuk proses
pembelajaran berikutnya.
4. Dengan melaksanakan evaluasi yang baik dan benar terhadap manajemen
lesson study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru, maka pihak yang
berkepentingan akan selalu dapat mengidentifikasi dan melihat program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum serta dapat melihat tingkat
efisiensi pelaksanaannya.
5. Dengan adanya pola pembinaan lesson study, menjadikan adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, keterampilan dalam
merencanakan pembelajaran, keterampilan menerapkan metode dan
pelaksanaan pembelajaran, melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang
melaksanakan belajar, kemampuan kerjasama dengan teman sejawat serta
dengan memperluas jaringan kerja, memperbaiki kinerja melalui pelaksanaan
tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas sehingga peningkatan
profesionalitas diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk mendapat
pelayanan belajar.
6. Dengan adanya lesson study, proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa,
menjadikan adanya peningkatan dalam aktivitas dan hasil siswa.
7. Dengan adanya dukungan dari kepala sekolah, ditetapkannya lesson study
dalam program kerja sekolah, komitmen semua komponen sekolah, antusiasme
guru dalam mengikuti pelatihan, adanya program penilaian kinerja guru
menjadikan pola pembinaan lesson study berjalan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
C. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, penulis
mengajukan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk menjaga
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan lesson study antara lain:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah sebaiknya mampu menciptakan iklim komunikasi yang baik
dengan seluruh komponen sekolah sehingga seluruh unsur komponen sekolah
menjadi lebih terlibat dalam penyusunan program kerja, keterlibatan komponen
sekolah akan menjadikan program kerja sekolah tentang pola pembinaan
peningkatan profesionalitas guru menjadi lebih menggambarkan keadaan yang
terjadi sebenarnya sesuai dengan permasalahan yang dimiliki oleh guru, dan
104
guru menjadi bertanggungjawab terhadap pelaksanaanya karena merupakan
pemecahan dari masalah yang dimiliki guru.
2. Guru
Guru sebaiknya terlibat dan mengikuti lesson study sebagai pola pembinaan
peningkatan profesionalitas guru, karena lesson study apabila diikuti dengan
komitmen yang jelas akan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola
proses pembelajaran. Ketika guru mengikuti kegiatan refleksi, harus benar-
benar terlibat kerena keterlibatan terhadap masalah yang sedang didiskusikan
akan menjadikan guru belajar dari permasalahan tersebut. Guru harus lantang
berbicara atas catatan-catatan yang dimiliki berdasarkan hasil observasi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3. Siswa
Siswa sebaiknya terbiasa untuk mengikuti proses pembelajaran di tengah
kehadiran para guru lainnya yang bertindak sebagai observer. Konsentrasi
penuh pada jalannya pembelajaran, sehingga kehadiran para observer tidak
menjadikan ketidakberhasilan dalam belajar.
4. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat melakukan penelitian
lainnya terhadap pola pembinaan peningkatan profesionalitas guru IPA selain
dengan lesson study, atau melihat bagaimana manajemen lesson study pada
pembelajaran selain IPA di sekolah lainnya.
5. Pemangku Kebijakan
Secara universal, peneliti berasumsi bahwa kegiatan lesson study yang
diselenggarakan di SMPN 8 Bogor terlaksana dengan baik dan mampu
meningkatkan profesionalitas guru, oleh sebab itu alangkah lebih baiknya
pemangku kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk melakukan cloning
terhadap keberlangsungan lesson study dengan pola seperti SMPN 8 Bogor di
sekolah lainnya.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh diterjemahkan
oleh M. Abdul Ghoffar dan Abdurrahim Mu’thi. Tafsir Ibnu Katsir. 2003.
Bogor: Pustaka Imam Syafi’i.
Aktamis, H dan Ergin, O. 2008. The Effect Of Science Process Skills Education
On Students Scientific Creativity, Science Attitudes And Academis
Achivements. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching.
Turkey: University of Adnan Menderes. 9 (1). 1-21.
Asnandar, Abu Bakar. 2015. “Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Kualitas
Pendidikan Pada Madrasah Aliyah Di Kota Kendari”. Jurnal Al-Qalam.
Volume 21, No.1, hal. 117-128.
Arsih, F. 2014. Pengantar Keterampilan Proses Sains. Padang: FMIPA UNP.
Badrun, Kartowagiran. 2011. “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi).”
Jurnal Cakrawala Pendidikan. Volume 23. No. 3, hal. 463-473.)
Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 2007. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theories and Method (Fifth Edition). Boston: Pearson
Education Inc.
Chairunnisa, Connie. 2016. Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Creswell, Jhon W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Tradition. London: SAGE Publication.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: BSNP.
Drucker, Peter F.terj. M. Ansyar. 1993. Inovasi dan Kewirausahaan. Jakarta:
Erlangga.
Dasjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-
Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi
Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: DIVA Press.
105
106
Fernandez, C., & Yoshida, M. 2004. Lesson study: A Japanese approach to
improving mathematics teaching and learning. Mahwah: Lawrence
Erlbaum Associates.
Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Hart, Lynn C. dkk. 2011. Lesson study Research and Practie in Mathematic
Eduction. New York: Springer.
Hendayana, Sumar. 2009. Lesson study Pengembangan Profesi Guru. Bandung:
Rizqi Press.
Herawati Susilo dkk. 2011. Lesson study Berbasis Sekolah. Malang: Bayumedia
Publishing.
Hermino, Agustinus. 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurmaini, M. 2011. “Dampak Pelaksanaan Sertifikasi Guru terhadap Peningkatan
Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran: Studi pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kota Jambi”. Jurnal Media Akademika. Volume 26.
No. 4, Hal. 499-535
Iman, Muis Sad. 2004. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah
dan Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safiria Insani Press &
MSI UII.
Khodijah, Nyanyu. 2013. “Kinerja Guru Madrasah Dan Guru Pendidikan Agama
Islam Pasca Sertifikasi Di Sumatera Selatan”. Jurnal Cakrawala
Pendidikan. Volume 32. No 1, hal. 91-102.
Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Lewis, C., Perry R., and Hurd, J. 2004. A Deeper Look at Lesson study.
Educational Leadership.)
Made Pridarta. Manajemen Pendidikan Indonesia.2004.Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Mangkunegara, P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana
107
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyana, Slamet. 2007. Lesson study. Kuningan: LPMP-Jawa Barat.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
--------. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
Nasution. 2000. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia
NN. 2009. Kompilasi Perundangan bidang pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia.
Nurhadi, Mulyani A. 1983. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah
(tt.p.: JICA, 2011).
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., 2009. Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal. Bandung: Guna Widya.
Rahayu, 2012. Pembelajaran Terpadu IPA Terpadu dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Base melalui Lesson study. Online,
(http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii. diakses pada 26 Mei 2017).
Rowley, Chris dan Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia The
Key Concept. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rusdiana, A dan A. Ghozin. 2014. Azas-azas Manajemen: Berwawasan Global.
Bandung: Pustaka Setia.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Rustaman, N. 2004. Asesmen Pendidikan IPA. Online,
(http://file.upi.edu/Direktori/Sps/Prodi.Pendidikan_Ipa/19501231197903
2 Nuryani_Rustaman/Asesmen_pendidikan_IPA.pdf.) diakses 16 Mei
2017
Sagala. 2007. Manajemen Strategi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
108
Salam, Burhaddudin. 2002. Pengantar Pedagogig, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan KTSP. Jakarta: Prenanda Media Group.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Satori, Djam’an dan Nanang Fatah. 2001. Modul Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: Dina Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Satori, Djam’an. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionlitas Guru.
Jakarta: Gaung Persada.
Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan
Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no.13 tahun 2007, h. 698.
Subroto, Suryo. 2010. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sumar Hendayana dkk. 2007. Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI Press.
Suryadi, Didi dan Tatang Suratno. 2014. Kemandirian Pendidik: kisah pendidik
reflektif dan profesional pembelajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Tedjawati, J, M. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study (Kasus di
Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011.
Terry, G.R dan Franklin, S.G. 2003. Principles of Management. Edisi ke-8. India:
A.I.T.B.S. Publishers Distributor.
Tita, Rostitawati. Konsep Pendidikan Jhown Dewey. TADBIR Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam. Volume 02, no 2 Agustus 2014) h. 133-139
109
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi
Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Uwes, Sanusi dan Rusdiana. 2017. Sistem Manajemen Pendidikan Alternatif
Memecahkan Masalah Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Uzer, Usman. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Widhiarta, Putu Ashintya dkk. 2008. Lesson study sebuah upaya peningkatan mutu
pendidik pendidikan nonformal. Surabaya: Balai Pengembangan
Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional IV Surabaya.
Winardi. 2000. Manajer dan Manajemen Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Wirawan. (2009). Evaluasi kinerja sumber daya manusia (Teori, Aplikasi, dan
Penelitian). Jakarta: Salemba Empat.
Yuniar, Irna K. 2013. Manajemen Peningkatan Kemampuan Guru IPA melalui
Lesson study berbasis Sekolah. Bandung: Repository UNINUS.
Zulkarnain el Lomboky, Konsep Pendidikan John Dewey Sebuah Tinjauan Kritis
(Majalah Gontor Media Perekat Ummat, Edisi 03 Tahun IX Juli 2011), h.
28.
Zulkily, Effendi dkk., Implementasi Lesson study untuk Meningkatkan Kemitraan
dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.
11, 2009, h.55.
LAMPIRAN 1. Profil Lengkap SMPN 8
PROFIL SEKOLAH
SMP NEGERI 8 KOTA BOGOR
1. Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Kota Bogor
2. No. Statistik Sekolah : 201026106075
3. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
4. Alamat Sekolah : Jln. Jendral Ahmad Yani No. 140
( Kecamatan) Tanah Sareal
(Kabupaten/Kota) Kota Bogor
(Propinsi) Jawa Barat
5. Telepon/HP/Fax : (0251) 8331069/ Fax (0251) 8355104
6. Status Sekolah : Negeri / Swasta
7. Nilai Akreditasi Sekolah : A (96)
8. Kepala Sekolah : Hj.Yuliani Triningsih, M.Pd
9. MOTTO, VISI, MISI dan PROGRAM SEKOLAH
A. MOTTO
Motto SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah :
DELAPAN BISA (Derapkan Langkah menjadi Sekolah Papan Atas yang Berkah,
Iklas, Sabar, dan Amanah)
B. VISI :
Menjadi Sekolah yang mewujudkan warga sekolah yang bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, terampil, mandiri, dan peka terhadap
lingkungan.
.
C. MISI :
1. Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk menciptakan warga sekolah yang
berakhlak mulia
2. Meningkatkan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa,Sopan, dan Santun).
3. Meningkatkan sekolah yang unggul dalam bidang akademik dan non-akademik
melalui proses belajar mengajar yang inovatif, kreatif, kritis, dan menyenangkan.
4. Meningkatkan layanan IT, budaya membaca, dan menulis dalam memperoleh Ilmu
Pengetahuan dan informasi.
5. Meningkatkan kemandirian warga sekolah melalui pelayanan sistem informasi
berbasis IT.
6. Meningkatkan kegiatan Cinta Lingkungan untuk menciptakan sekolah yang bersih,
nyaman, hijau, dan indah yang berwawasan lingkungan.
D. TUJUAN :
1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas, berdasarkan Iman dan Taqwa
serta berahlaq mulia.
2. Menghasilkan warga sekolah yang berbudaya 5 S ( Senyum, Salam, Sapa,Sopan,
dan Santun)
3. Menghasilkan warga sekolah berprestasi akademik dan non-akademik di tingkat
kota, propinsi dan nasional.
4. Menghasilkan warga sekolah yang trampil dalam kegiatan proses belajar mengajar
melalui pemanfaatan IT .
5. Mewujudkan warga sekolah yang peduli terhadap lingkungan sekolah.berwawasan
Adiwiyata
E. SASARAN:
STANDAR ISI:
1. 100% tenaga guru dapat mengembangkan dan memetakan SK, KD, Indikator
dan aspek untuk semua mata pelajaran
2. 100% jumlah guru dapat mengembangkan silabus
3. 100% jumlah guru dapat membuat dan mengembangkan RPP
STANDAR PROSES:
1. 98% guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi
2. 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan Lesson Study
3. 70% guru melaksanakan PTK
4. Sekolah memiliki 96% bahan dan sumber pembelajaran yang lengkap
5. Efektifitas belajar dapat terlaksana dengan baik
6. Pengawasan proses KBM berjalan dengan baik
7. 97% tenaga guru mampu melaksanakan inovasi pendidikan
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL):
1. 99% dari jumlah peserta didik yang Muslim mampu membaca Al-qur’an dan
yang beragama non Muslim terbiasa membaca Kitabnya.
2. Rata-rata hasil UNBK naik 1,1
3. Rata-rata hasil USBN naik 1,0
4. Rata-rata hasil US naik 1,70
5. Lulusan yang diterima di SLTA Negeri 95%
5. Pengembangan kejuaran Lomba-Lomba akademik:
a. Juara Komputer tingkat kota
b. Juara Biologi (KIR) tingkat Jabodetabek
c. Juara OSN (Fisika, Biologi, Matematika, IPS Terpadu) tingkat Propinsi
d. Juara I Siswa Berprestasi tingkat kota
e. Juara Lasastra tingkat Jabotabek
f. Juara Story Telling tingkat Kota
6. Pengembangan kejuaraan non-akademik:
a. Juara Umum Pramuka tingkat Jabodetabek
b. Juara Umum PMR tingkat Jabodetabek
c. Juara I LKBB tingkat Jabodetabek
d. Juara komandan terbaik LKBB Jabodetabek
e. Juara O2SN (Beladiri, Atletik, Catur, Bulutangkis, basket, bola volly,
renang) tingkat kota
f. Juara FLSSN (seni kriya, Vokal Grup, vokal solo, Seni Tari, Mendongeng,
Seni musik tradisional, Cipta cerpen, Cipta lagu, Cipta puisi, desain motif
batik, seni lukis, seni baca Alqur’an) tingkat kota
g. Juara I futsal tingkat Kota
STANDAR PENILAIAN:
1. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 76 untuk tiap-tiap mata pelajaran
2. 96% guru memiliki perangkat model-model penilaian
3. 97% sekolah memiliki instrumen tes atau perangkat soal untuk berbagai model
evaluasi
4. 96% sekolah melaksanakan remedial dan pengayaan untuk semua jenjang
5. 80% sekolah dapat bekerjasama dengan pihak lain yang terkait untuk
melaksanakan penilaian.
STANDAR TENDIK:
1. Kualifikasi tenaga pendidik 98% berijazah S1 dan 25% berijazah S2
2. Kualifikasi tenaga kependidikan 100% SMA dan 20% S1
3. Tenaga Laboran tersertifikasi
4. Tenaga Pustakawan tersertifikasi
5. Tenaga guru BP terpenuhi 91%
6. Tenaga guru Tinkom terpenuhi 100%
7. Tenaga guru SBK terpenuhi 50%
8. Tenaga guru Bahasa Sunda terpenuhi 80%
9. 87% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu menggunakan komputer.
10. 62% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu menggunakan Bahasa
Inggris
11. Juara 2 guru berprestasi tingkat propinsi.
STANDAR SARANA DAN PRASARANA:
1. Sarana lingkungan belajar sesuai dengan Wawasan Wiyata Mandala 91%
2. Pemanfaatan Perpustakaaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber
pembelajaran 90% sesuai SNP
3. Pengadaan media untuk proses pembelajaran dengan pendekatan CTL 90%
sesuai SNP
4. Kondisi lahan memiliki status hak atas tanah sesuai peraturan perundangan
yang berlaku
STANDAR PENGELOLAAN:
1. 90% warga sekolah mengetahui dan faham dengan visi, misi dan tujuan sekolah
2. 90% MBS dapat dilaksanakan
3. 95% warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan
4. 98% warga sekolah mendokumentasikan hasil kegiatan dengan benar
STANDAR PEMBIAYAAN:
1. Mengembangkan usaha-usaha di sekolah antara lain: kantin, kopsis, dan
koperasi guru mencapai 90%
2. Mendayagunakan potensi sekolah yang menghasilkan ekonomi 75%
3. Biaya operasional 95% terpenuhi
4. 80% warga sekolah melakukan pembelian di ‘Kantin Jujur’
5. Kerjasama dengan penyandang dana atau sponsor yang peduli pendidikan
mencapai 85%
F. PROGRAM :
SASARAN PROGRAM
TAHUN Ke-1
( 2015/2016)
(Program Jangka
Pendek) Yang telah
dicapai
SASARAN PROGRAM
2 TAHUN
( 2016 s.d. 2018 )
(Program Jangka Pendek)
SASARAN
PROGRAM
4 TAHUN
( 2016 s.d. 2020)
(Program Jangka
Menengah)
1. Kehadiran Peserta
didik, Guru dan
Karyawan lebih dari
96%.
1. Kehadiran warga sekolah
lebih dari 98%.
1. Kehadiran warga
sekolah lebih dari 99
%.
2. Target pencapaian rata-
rata Nilai Ujian
Nasional 84,79
2. Target pencapaian rata-rata
Nilai UNBK 86,00
2. Target pencapaian
rata-rata Nilai UNBK
87,00
3. 95 % lulusan dapat
diterima di SMA/SMK/
MA, baik melalui jalur
Prestasi maupun test.
3. 95% lulusan dapat diterima
di SMA/SMK/ MA, baik
melalui jalur Prestasi
maupun test
3. 96% lulusan dapat
diterima di
SMA/SMK/ MA,
baik melalui jalur
Prestasi maupun test
4. 85% peserta didik yang
beragama Islam dapat
membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
4. 95% peserta didik yang
beragama Islam dapat
membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar.
4. 96% peserta didik
yang beragama Islam
dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik
dan benar.
5. Memiliki ekstra
kurikuler unggulan
5. Extra kurikuler unggulan
dapat menjuarai tingkat
provinsi
5. Ekstrakurikuler
unggulan dapat
meraih prestasi
tingkat nasional
6. 75% peserta didik dapat
aktif berbahasa Inggris.
6. 82% peserta didik dapat
aktif berbahasa Inggris.
6. 91 % peserta didik
dapat aktif berbahasa
Inggris.
7. 80 % peserta didik dapat
mengoperasikan
program komputer
7. 92% peserta didik dapat
mengoperasikan program
komputer dan Internet
7. 100 % peserta didik
dapat
mengoperasikan
program dan Internet.
8. 60 % Peserta didik
mampu melakukan budi
daya jenis tumbuhan
yang bernilai ekonomis
(budi daya lidah buaya,
rumah pangan lestari)
8. 85% Peserta didik mampu
melakukan budi daya jenis
tumbuhan yang bernilai
ekonomis (budi daya lidah
buaya, rumah pangan
lestari)
8. 90% Peserta didik
mampu melakukan
budi daya jenis
tumbuhan yang
bernilai ekonomis
(budi daya lidah
buaya, rumah pangan
lestari)
9. Sekolah Adiwiyata
Nasional
9. Sekolah Adiwiyata Mandiri 10.Sekolah Adiwiyata
Mandiri
10. DATA SISWA, GURU dan TENAGA KEPENDIDIKAN:
a. Data Siswa 5 (lima tahun terakhir):
Tapel Jmlah
Pendaftar
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX (Kls.VII + VIII
+ IX)
Jml Romb
el Jml
Romb
el Jml
Romb
el Jml
Romb
el
2012/2013 513 322 9 288 9 254 8 864 26
2013/2014 685 353 9 335 9 286 9 974 27
2014/2015 750 288 9 355 9 331 9 974 27
2015/2016 631 288 9 302 9 359 9 946 27
2016/2017 530 303 9 295 9 308 9 906 27
2017/2018 620 306 9 311 9 294 9 911 27
b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1). Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
No. Tingkat
Pendidikan
Jumlah dan Status Guru Jumla
h GT/PNS GTT/Guru Bantu
L P L P
1. S3/S2 4 5 9
2. S1 6 25 2 2 35
3. D-4
4. D3/Sarmud 1 1
5. D2
6. D1
7. <
SMA/Sederajat
Jumlah 10 31 2 2 45
41 4 45
2). Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan
(keahlian)
No. Guru
SESUAI TIDAK SESUAI
Jumlah D2 D3 S1/D4 S2/S3 D2 D3 S1/D4 S2/
S3
1. IPA 2 3 1 6
2. Matematika 5 5
3. Bhs. Indonesia 6 6
4. Bahasa Inggris 1 2 3 5
5. Pend. Agama 3 3
6. IPS 4 1 5
7. PJOK 2 1 3
8. Seni Budaya 1 1 2
9. PPKn 3 3
10. TIK/Keterampi
lan
1 1 2
11. BK 2 2
12. Bahasa Sunda 2 2
13 Prakarya
13. PLH
Jumlah 1 33 8 3
42 3 45
Daftar Nama Guru dan tugas tambahannya pada tahun pelajaran 2017/2018 adalah
sbb:
NO NAMA MATA
PELAJARAN KELAS
BEBAN
KERJA
TUGAS
TAMBAHAN
1 Dra Euis
Nurjanah,M.Pd BK - 24 Kep. Sek
2 Dra.Ila
Halsiah,M.Pd IPA 8 ABCDE 25 Koordinator TPS
3 Dra.Lili
Budiarti,M.Pd IPA 9 DEFGHI 24
Waka Kesiswaan
&
Koord.Adiwiyata
4 Elli Dahliasih Bhs. Inggris 7 ABC 26 Wali Kelas 8A
8 ABC
Koord.Standar
Pengelolaan
PLH 8 A
Pembina Ekskul
5 Hendra, S.Pd Bhs. Indonesia 8 CDEG 26 Wali Kelas 8C
PLH 8 C
6 Euis Ida
Lidiawati,S.Pd IPS 8 CDEFGH 26 Wali Kelas 8G
PLH 8 G
7 Hj.Siti
Noordjanah,M.Pd Bhs. Inggris 9 ABC 24
Wakasek Sarpras
(12 jam)
8 Sri Nurhayati, S.Pd Bhs. Indonesia 9 ABC 26 Wali Kelas 9B
7 AB
PLH 9 B
9 Hj.Dedeh
Dewiningsih, S.Pd Matematika 9 DEF 29 Wali Kelas 9F
8 GHI
Koperasi Siswa
PLH 9 F
Koord.Standar
Pembiayaan
10 H.Suharya,M.Pd Matematika 9 ABC 29 Wakasek Humas
(12 jam)
8 A
11 Usman
Saputra,S.Pd PJOK
9
ABCDEFGHI 24 Pembina Ekskul
7 I , 8I
12 Wartik,S.Pd IPS 9 CDE 26 Wali Kelas 7H
7 GHI
Pembina OSIS
PLH 7 H
Standar Sarpras
13 Eti Suryati, S.Pd PPKn 8
ABCDEFGH 24
14 Popon Rohaeti,
S.Pd Bhs. Indonesia 9 DEF 38 Wali Kelas 9D
8 AB
Direktur
WJLRC, Standar
Isi
PLH 9 D
Ka Perpustakaan
(12 jam)
15 Achmad Alim
Asriadi, M.Pd IPA 9 ABC 24
Waksek
Kurikulum (12
Jam)
16 Ni Made Suratini,
S.Pd IPS 7 ABCDEF 26 Wali Kelas 7D
PLH 7 D
Standar Isi
17 Hj.Nugrahani,S.Pd Matematika 9 GHI 29 Wali Kelas 9H
7 ABC
PLH 9 H
18 C.Rubae'ah.
SR,S.Pd Matematika 7 DEFGHI 32 Wali Kelas 7G
PLH 7 G
Koordinator
Galeri
19 Drs.Suparno,M.Pd Bhs. Indonesia 7 EFGH 24 Pembina OSIS
20 Erna Prasetyowati,
S.Pd Matematika 8 BCDEF 27 Wali Kelas 8B
PLH 8 B
21 Dwi Nugraha
Minasia, S.Pd IPA 7 DEFGH 27 Wali Kelas 7F
PLH 7 F
Pembina OSIS,
SKL
22 Dra.Heriyanti
Gultom BP/BK 7 FGHI 36 Pembina OSIS
8
ABCDEFGHI
Koord.Standar
Kelulusan
23 Walmiyati, S.Pd. IPS 9 GHI 26 Wali Kelas 9G
8 ABC
Pembina
Pramuka
PLH 9 G
Koord.Standar
Proses
24 Dra.Hendrayati
Lubis BP/BK 7 ABCDE 36 Pembina OSIS
9
ABCDEFGHI Seksi Sosial
25 Linda Lidiawati,
S.P IPA 7 ABC 27 Wali Kls 7A
Kepala Lab (12
jam)
PLH 7 A
Koord.Standar
Penilaian
26 Iis Hasnawati, S.Pd Bhs. Inggris 9 DEF 26 Wali Kelas 9E
7 DEF
Koord.Standar
Tendik
PLH 9 E
Pembina OSIS
27 Dewi Anggraeni
M, S.Pd PKn
7
ABCDEFGH 26 Wali Kelas 7B
PLH 7 B
Pembina OSIS,
Standar
Pengelolaan
28 Ratih Solihat, SPd Bhs. Sunda 9
ABCDEFGHI 30 Wali Kelas 8E
8 ABCDE
Pembina PMR
PLH 8 E
29 Rudy Sarmudianto,
SE TIK
9
ABCDEFGHI 30 Wali Kelas 8I
Prakarya 8 EFGHI
Standar
Penilaian
PLH 8 I
30 Lilik
Sukanti,S.Kom TIK
7
ABCDEFGHI 28 Wali Kelas 7C
Prakarya 8 ABCD
PLH 7 C
31 Moch.Yamin,M.Si PJOK 8
ABCDEFGH 24 Standar Proses
32 Wahna
Sumpena,S.Pd PJOK
7
ABCDEFGH 24 Pembina OSIS
33 Ai Nurfarida, S.Pdi PAI 7
ABCDEFGH 26 Wali Kelas 7E
PLH 7 E
34 Suaeb,S.Pdi PAI 9
ABCDEFGHI 26 Wali Kelas 9C
8 AB
Pembina OSIS
PLH 9 C
35 Rara Sri
Naikowati,SS,M.Pd Bahasa Inggris 8 DEF 24
7 GHI
36 Neneng
Holisoh,S.Pd Bhs. Indonesia 9 GHI 26 Wali Kelas 8H
8 HI
koord.Standar Isi
PLH 8 H
37 Daru
Masykuria,S.Pd Bhs. Inggris 8 GHI 26 Wali Kelas 9I
9 GHI
PLH 9 I
Koord.Standar
Sarpras
38 Aflah Asnawi,S.Pd PKn 9
ABCDEFGHI 26 Wali Kelas 9A
7 I , 8I
Seksi Sosial
PLH 9 A
Pembina
Pramuka
39 Nalini
Sunarsih,S.Si IPA 8 FGHI 27 Wali Kelas 8F
7 I
PLH 8 F
Pembina KIR
40 Komarudin, S.Pdi PAI 8 CDEFGHI 26 Operator
Dapodik
7 I
Wali Kelas 8D
PLH 8 D
Standar Proses
41 H.Danu
Irvandanuri,S.Sn Seni Budaya 8 DEFGHI 36 Pembina Ekskul
9
ABCDEFGHI
42 Maesaroh,S.Pd Seni Budaya 7 36
ABCDEFGHI
8 ABC
43 Vaniati
Ramadani,S.Hum Bahasa Sunda
7
ABCDEFGHI 28 Wali Kelas 7I
8 FGHI
Standar
Penilaian
PLH 7 I
44 Deswira Susanti,
SPd Bhs. Indonesia 7 CDI 24
8 F
45 Khaulatun M
Asa,SE IPS 8 I 4
3). Jumlah tenaga kependidikan dan Kulifikasi pendidikannya
No. Ten.
Pendukung
kualifikasi pendidikan Status & Jenis Kel Juml
ah <
SMP SMA D1 D2 D3 S1
PNS Honorer
L P L P
1. Tata Usaha 4 1 1 2 1 1 5
2. Perpustakaan 1 1 1
3. Laboran lab.IPA 1 1 1
4. Teknisi
lab.Komputer
1 1 1
5. Laboran
lab.Bahasa
6. Penjaga Sekolah 2 2 2
7. Pesuruh 1 1 1
8. Rumah tangga 1 1 1
9. OB 2 2 2
10. Keamanan 2 1 3 3
11. Lainnya ……..
Jumlah 7 6 1 3 1 2 10 4 17
a. Daftar Nama tenaga kependidikan yang PNS:
No. Nama NIP Gol Jabatan
1. Endang Purwanti
19631215 198412 2 006
III/b
Kepala TU
&
Bendahara
BOS
2. Dina Mutiasari,SE 19811006 2011407 2
002 III/a Staf TU
3. Solehudin
19760311 2011407 1
002 Staf TU
4.
B, Daftar Nama tenaga kependidikan yang Honorer:
No Nama L/P Pendidikan Jurusan Tugas
1. Heri Suhaeri L SMA IPS Administrasi TU
& Inventaris
2. Heni Hendra L SMA Persamaan Pesuruh
3. Endah
Lestari P SMA IPS Kesiswaan
4. Nur
Sobariah, SS P S1 Inggris Pustakawan
5.
Nita
Narulita,
A.Md
P D3 Higiena
Makanan Laboran IPA
6. Marjono L SMEA Perdagangan Keamanan/security
7. Abdul Kodir L SMA
Keamanan/security
8.
Ibnu
Murhadi
Rahmat
L SMT Pertanian Keamanan/security
9. Wien
Murhadianto L SMP Penjaga sekolah
10. Rohati P SD Rumah Tangga
11. Adi Afandi L SMA Panjaga Sekolah
12. Yusuf L SMA Pertamanan
13. Asep L SMP Kebersihan
14. Yatna L SMP Koperasi/Foto
Copy
11). Prestasi guru dan siswa
a). Prestasi guru
No. Jenis Lomba
Perolehan kejuaraan dalam 3
tahun terakhir
Tingkat Jumlah
Guru
1. Lomba PTK Nasional
Propinsi
Kab/Kota 2
2. Lomba Karya tulis
Inovasi
Pembelajara
Nasional
Propinsi
Kab/Kota 2
3. Lomba Guru
Berprestasi
Nasional
Propinsi 1
Kab/Kota 2
b). Prestasi Akademik : Perolehan Nilai Ujian Nasional (NUN)
N
o Tapel Catatan
Perolehan NUN 3 tahun terakhir
B.Indo Mat B.Ingg IPA Jumlah Rata2
1. 2013/
2014
tertinggi 9,20 10,00 10,00 10,00 37,60 9,40
terendah 5,40 6,00 5,80 6,00 24,95 6,24
rata-rata 7,49 7,59 7,88 7,67 30,63 7,65
2.
2014/
2015
tertinggi 98,0 100,0 100,0 97,5 389,00 97,25
terendah 42,0 40,0 50,0 40,0 219,50 54,87
tertinggi 82,9 71,2 83,0 77,3 314,40 78,6
3. 2015/
2016
tertinggi 96,0 100,0 96,0 95,0 372,50 93,13
terendah 58,0 50,0 56,0 55,0 291,00 72,75
rata-rata 85,6 85,4 85,1 83,1 339,16 84,79
4. 2016/
2017
tertinggi 100,0 100,0 98,0 97,5 378,5 94,6
terendah 54,0 27,5 30,0 25,0 173,0 43,3
rata-rata 82,1 77,8 67,9 77,3 305,0 76,2
5. 2017/
2018
tertinggi
terendah
rata-rata
c). Prestasi Akademik : Peringkat rata rata NUN
No Tapel
Tingkat Kecamatan Tingkat Kota Tingkat Propinsi
Negeri Negeri
&Swasta Negeri
Negeri
&Swasta Negeri
Negeri
&Swasta
1. 2011/2012 2 2 6 8
2. 2012/2013 2 2 5 11
3. 2013/2014 2 2 5 13
4. 2014/2015 2 2 3 5
5 2015/2016 1 1 3 3
6 2016/2017 2 2 5 8
d). Prestasi Akademik : Rata-rata Nilai Ujian Sekolah (US)
No. Mata Pelajaran
Rata-Rata Nilai US
Tapel
2014/2015
Tapel
2015/2016
Tapel
2016/2017
1. Pend. Agama 8,60 88,5 88,9
2. PKn 7,58 87,3 86,2
3. B. Indonesia 8,04 89,3 88,5
4. B. Inggris 7,99 87,7 87,7
5. Matematika 7,73 84,6 82,7
6. IPA 8,07 80,4 88,4
7. IPS 9,27 85,7 84,2
8. Seni Budaya 8,64 84,5 86,1
9. PJOK 8,35 84,9 85,2
10. TIK 9,22 95,7 93,5
11. B. Sunda 8,31 85,6 84,9
12. PLH 8,56 93,6 89,5
e). Angka Kelulusan dan Melanjutkan
No. Tapel
Jumlah Kelulusan dan Kalanjutan Studi
Jumlah
Peserta
Ujian
Jumlah
Lulus
Diterima
SMA
Negeri
Diterima
SMK
Negeri
Swasta
1. 2012/2013 253 253 186 29 38
2. 2013/2014 285 285 215 33 37
3. 2014/2015 331 331 280 18 33
4. 2015/2016 354 354 277 62 15
5 2016/2017 308 308 190 85 33
6 2017/2018
f). Perolehan Kejuaraan / Prestasi akademik : Lomba-lomba
No. Nama
Lomba
Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017
Juara
ke
Tingkat Juara
ke
Tingkat Juar
a ke
Tingkat
Ko
ta
Pro
p
Na
s
Ko
ta
Pro
p
Na
s
Kot
a
Pro
p
Na
s
1. Menulis
Puisi
2. Membuat
Poster 1
√
1
√ 1
√ 2
√
3. LCT Putra
4. LCT Putri
5. Da’i 1/2 √
6. Puisi Islam
7. Rohis 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √
8. Komputer
9. Power Point 2 √ 2 √ 2 √ 2 √
10. M. Paint 3 √ 3 √ 3 √ 2 √
11. B.Indonesia
Mading 3
√ 3
√ 3
√ 3
√
12. Membaca
Puisi 1
√ 1
√ 1
√ 1
√
13. LCT 1/2/3 √ 1/2 √ 1/2/3 √ 1/2 √ 1/2 √
14. OSN
Matematika
15. OSN Fisika lolos √ √
16. OSN
Biologi lolos
√ √
17. OSN IPA lolos √ √
18. OSN IPS lolos √
19. Story
Telling 2 √
20. Bahasa
Inggris 3 √ 3 √ 3 √ 3 √
21. Siswa
Berprestasi 4 √ 4 √ 4 √ 4 √
g). Perolehan Kejuaraan / Prestasi Non Akademik
No Nama
Lomba
Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017
Juara
ke
Tingkat Juara
ke
Tingkat Juar
a ke
Tingkat
Ko
ta
Pro
p
Na
s
Ko
ta
Pro
p
Na
s
Kot
a
Pro
p
Na
s
1 Pramuka Pa 2 √ 2 √ 2 √
2 Pramuka Pi 1 √ 2 √ 2 √
3 Pramuka Pi 3 √ 3 √ 2 √
4 PMR PRS 2 √ 3 √ 2 √
5 PMR
Komik
3 √
6 Dencer 2 √
7 Pramuka
Semaphore
Pa
1 √
1 √
1 √
8 Pionering
Pa
2 √
2 √
9 Semaphore
Pi
1 √
1 √
1 √
10 Pionering
Pi
3 √
11 Pramuka
PU/PK
1 √
1 √
1 √
12 Semaphore
Pa
1 √
1 √
1 √
13 Morse Pa 2 √ 1 √ 2 √
14 Menembak
Pa
3 √
2 √
2 √
15 Beregu Pa 2 √ 2 √ 1 √
16 Pramuka
PU/PK Pi
1 √
1 √
2 √
17 Semaphore
Pi
1 √
1 √
18 KIM Pi 2 √ 2 √
19 Menembak
Pi
3 √
3 √
20 Bakia Pi 3 √ 3 √
21 MC 1 √ 1 √ 2 √
22 Tata
Upacara
3 √
23 Pasus TIM 1 √ 3 √
24 Pasus
Komandan
1 √
2 √
25 Formasi 1 √ 2 √
26 Basket Pa 2 √ 3 √
27 Pasanggiri
Pramuka
3 √
3 √
28 Wide Game
Pi
2/3/3 √
2/3/
3
√
29 Merakit
Komp.
30 Ketangkasa
n Pa
1 √
2 √
31 Ketangkasa
n Pi
3 √
2 √
32 Sepak bola
/ futsal
4 √
4 √
33 Bola
Basket 3 √ 1 √
12. Data Ruangan
a) Data Ruang Belajar (Kelas)
Kondisi
Jumlah dan ukuran
Ukuran (a) Ukuran (b) Ukuran (c) Jumlah
7x9 = 63 m2 > 63m
2 < 63m2 = (a+b+c)
Baik 27 27
Rsk ringan 1 1
Rsk sedang
Rsk Berat
Rsk Total
Keterangan kondisi:
Baik Kerusakan < 15%
Rsk ringan 15% - < 30%
Rsk sedang 30% - < 45%
Rsk Berat 45% - 65%
Rsk Total > 65%
b) Data Ruang Kantor
Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi
1. Kepala Sekolah 1 50 m2 Baik
2. Wakil Kepala Sekolah &
PKS
1 63 m2 Baik
3. Guru 1 90m2 Baik
4. Tata Usaha 1 50 m2 Baik
5. Tamu 1 30 m2 Baik
Lainnya:
Rapat Dinas
1
63 m2
Baik
c) Data Ruang Penunjang
Jenis
Ruangan
Jumla
h
(buah)
Ukura
n (pxl)
Kondisi
*)
Jenis
Ruangan
Jumla
h
(buah)
Ukura
n (pxl)
Kondis
i
1. Gudang 3 21 m2 Rr 10. Musholla 1 63 m
2 B
2. Dapur 1 14 m2 B 11. Ganti - -
3.
Reproduksi
1 20 m2 B 12. Koperasi 1 20 m
2 B
4. KM/WC
Guru
3 21 m2 B 13. Hall/Lobi - -
5. KM/WC
Siswa
10 60 m2 B 14. Kantin 1 126 m
2 B
6. BK 1 40 m2 Rs 15. Rumah
Pompa/Mena
ra Air
- -
7. UKS 1 21 m2 Rr 16. Bangsal
Kendaraan
1 24m2 B
8.
PMR/Pramu
ka
1 21 m2 Rs 17. Rumah
Penjaga
1 32 m2 Rr
9. OSIS 1 21 m2 Rr 18. Pos Jaga 1 6 m
2 B
d). Lapangan Olahraga dan Upacara
Lapangan Jumlah
(buah)
Ukura
n (pxl)
Kondis
i Keterangan
1. Lapangan Olahraga
dan Upacara
(Lapangan
Serbaguna)
1 375 m2 Rr Seluruh kegiatan
olahraga dan
upacara di luar
menggunakan satu
lapangan
2. Lapangan Upacara sda sda Sda Sda
13. Kepemilikan Tanah :
Pemerintah/yayasan/pribadi/menyewa/menunpang
Status Tanah : SHM/HGB/Hak Pakai/Akte jual
Beli/Hibah*)
Luas Lahan/Tanah : 4.332,71 m2
Luas Tanah Terbangun : 2.708,03 m2
Luas Tanah Siap Bangun : ………… m2
Luas Lantai Atas Siap Bangun : ………… m2
*) Coret yang tidak perlu
14. Perabot (furniture) utama
Ruang Komite
a. Perabot ruang kelas (belajar)
N
o.
Juml
ah
ruan
g
kela
s
Perabot
Jumlah
dan
kondisi
meja
siswa
Jumlah dan
kondisi kursi
siswa
Almari + rak buku/alat Papan tulis Jm
l
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
1
26
5
2
0
5
0
0
20 -
8
7
4
8
6
4
10 - 26 2
6 - -
5
2 52 - -
b. Perabot ruang belajar lainnya
N
o. Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak
buku/alat Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
Rsk
Ber
at
1. Perpustakaa
n
1
0
1
0 - -
1
5 - - -
1
5
1
5 - - - - - -
2. Lab. IPA 1
2
1
2 - -
7
0
7
0 - - 9 8 1 - - - - -
3. Keterampila
n - - - - - - - - - - - - - - - -
4. Multimedia - - - - - - - - - - - - - - - -
5. Lab. Bahasa 1
7
1
7 - -
1
7
1
7 - - - - - - - - - -
6. Lab.
Komputer
4
0
4
0 - -
5
6
5
6 - - 1 1 - - - - - -
7. Serbaguna - - - - - - - - - - - - - - - -
8. Kesenian - - - -
2
0
2
0 - - - - - - - - - -
9. PTD - - - - - - - - - - - - - - - -
c. Perabot Ruang Kantor
N
o Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari + rak
buku/alat Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
R
sk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
R
sk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
R
sk
Ber
at
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
gan
R
sk
Ber
at
1. Kepala
Sekolah
1 1 - - 6 6 - - 4 4 - - - - - -
2. Wakasek &
PKS
8 8 - - 10 10 - - 3 2 1 - - - - -
3 Guru 4
1
4
1
- - 41 41 - - 5 4 - - - - - -
4 Tata Usaha 7 7 - - 7 7 - - 15 13 - 2 - - - -
5 Tamu 4 4 - - 16 16 - - - - - - - - - -
6 Lainya - - - - - - - - - - - - - - - -
N
o. Ruang
Perabot
Meja Kursi Almari+rak
buku/alat
Lainnya
Jml
Bai
k
Rsk
Rin
g
an
Rsk
Ber
a
t Jm
l
Bai
k
Rsk
Rin
g
an
Rsk
Ber
a
t Jm
l
Bai
k
Rsk
Rin
g
an
Rsk
Ber
a
t Jm
l
Bai
k
Rsk
Rin
g
an
Rsk
Ber
a
t
1 BK 4 4 - - 5 5 - - 3 3 - - - - - -
2 UKS 1 1 - - 2 2 - - 1 1 - - - - - -
3 PMR/Pra
muka
4 4 - - 8 8 - - 2 - 2 - - - - -
4 OSIS 4 4 - - 8 8 - - 2 - 2 - - - - -
5 Gudang 3 - - - - - - - - - - - - - - -
6 Ibadah - - - - 1 1 - - 1 1 - - - - - -
7 Koperasi 1 1 - - 2 2 - - 3 3 - - - - - -
8 Hall/Lobi - - - - - - - - - - - - - - - -
9 Kantin 6 6 - - 1
5
1
5
- - - - - - - - - -
10 Pos Jaga 1 1 - - 1 1 - - - - - - - - - -
11 Reproduks
i
- - - - - - - - - - - - - - - -
12 Lainnya… - - - - - - - - - - - - - - - -
15. Koleksi Buku Perpustakaan
No Jenis Jumlah Kondisi
Rusak Baik
1 Buku siswa/pelajaran (semua
mapel) 16.876 7.106 9.770
2
Buku bacaan (novel, buku
ilmu pengetahuan dan
teknologi, dsb.)
706 248 458
3 Buku referensi (kamus, 240 18 222
ensiklopedia, dsb.)
4 Jurnal - - -
5 Majalah 86 40 46
6 Surat kabar 120 - 120
7 Lainnya….
Total 16.628 7.412 10.616
16. Fasilitas Penunjang Perpustakaan
No Jenis Jumlah / ukuran / spesifikasi
1 Komputer 1
2 Ruang Baca 1/60m2
3 TV 1
4 LCD / Infocus -
5 VCD/DVD Player -
6 Lainnya…. -
17. Alat/Bahan di laboratorium/Ruang keterampilan / Ruang Multimedia
N
o
Alat/baha
n
Jumlah, Kualitas, dan kondisi alat / bahan*)
Jumlah Kualitas Kondisi
Kura
ng
dari
25%
dr
keb.
25
%-
50
%
dr
keb
50
%-
75
%
dr
keb
75
%-
100
%
dr
keb
kur
ang
cuk
up
ba
ik
San
gat
Bai
k
Rus
ak
Ber
at
Rus
ak
Rin
Bai
k
1. Lab. IPA - - - √ - - √ - -
20
%
80
%
2. Lab.
Bahasa - - - - - √ - - - -
100
%
3. Lab.
Komp. - - - √ - - - √ - √
100
%
4. Keterampi
lan - - - - - - - - - - -
5. PTD - - - - - - - - - - -
6. Kesenian - - √ - - - - - - - -
7. Multimedi
a - - √ - - - - - - - -
Bogor, Juli 2017
Kepala Sekolah,
LAMPIRAN 2. FOTO-FOTO KEGIATAN
Workshop Penyusunan Desain Pembelajaran Lesson Study
Workshop Better Teaching and Learning
Lampiran 3. Daftar Nilai Siswa sebelum dan sesudah kegiatan open lesson
PENILAIAN PENGETAHUAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Bogor
Kelas/ Semester : VII / 2
Tahun Pelajaran : 2017/ 2018
NO NAMA
SKOR KETERANGAN
PRETEST POST TEST
1 ADZANI NURUZZAHRAH 60 80
2 AHMAD SYUHADA WIRA KUSUMA 60 90
3 AKMAL RIANSYAH 80 90
4 ALDY AMAR AL-FIRDAUS 50 60
5 ALYSA AZZAHRA 70 80
6 CHIKAL AUREL REPA JAKTI 60 80
7 DAHAYU RATNA DEWATI 70 80
8 DZIKRILLA PERWITA SARI 70 80
9 FAIZA KARIMA LATIFA 80 90
10 FANI RAMA SARI 50 60
11 FARIZ HAITAM 50 80
12 FAZRI SURUR PRATAMA 80 90
13 FENY PEBRIANA 80 90
14 INDAH RIZKY NURHALIZA 80 80
15 LUTHFINA ADDAWIYAH 70 80
16 MAHARANI SEPTIANI DEWI 70 80
17 MARITZA ARETA PALWONO 60 80
18 MOHAMAD VICKI ANDRI 70 90
19 MUHAMAD RAFLI SUHANDI 70 80
20 MUHAMAD RAMDHANI 70 80
21 MUHAMMAD ABID PRIPUTRANTO 70 80
22 MUHAMMAD FAKHRI ADITYA 60 80
23 MUHAMMAD RAYHAN WILDAN 70 80
24 NAIFAH ARSA ARDIARA 80 90
25 NIRVANA PUTRI RIZAL 70 90
26 NUR HABIBAH 70 80
27 ORYZA SURYA HAPSARI 70 80
28 PUTI FELDAMA 70 90
29 RENALDI SYAPUTRA 70 80
30 RENO HADI FADILLAH 60 90
31 RIFCKY SHANTA PUTRA MAYDIKA 80 100
32 SAYIDA JULIRAHMA WARLIANA 70 80
33 SENDY DWIRAYA PEBRIAN 60 90
34 SHINTYA PUSPITA DEWI 80 90
35 SIGIT ADHI NUGROHO 60 90
RATA-RATA 68.28571 83.1428571
JUMLAH SISWA DI BAWAH KKM 27 2
JUMLAH SISWA DIATAS KKM 8 33
PERSENTASE DI BAWAH KKM 77.14286 5.71428571
PERSENTASE DIATAS KKM 22.857143 94.2857143
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah
N
O NAMA
Indikator Proses Pembelajaran Jum
lah
skor
Rat
a
Rat
a
Kengi
atan
Awal
Kegiatan inti Pembeajaran
Pengua
saan Materi
Pelajar
an
Pendeka
tan Strategi
Pembela
jaran
Pemanf
aatan Sumber
Belajar
Media
Memeli
hara keterlib
atan
siswa
Penilaia
n
Proses Pembela
jaran
Penggunaan
Bahasa
Penu
tup
1
Hj. Yuliani
Triningsih
,M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
3 Dra.Lili
Budiarti 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
4
Dra.Ila
Halsiah,M.
Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
5 Elli
Dahliasih 5 5 4 4 4 4 5 4 35
4.38
6 Hendra,
S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4
7
Euis Ida
Lidiawati,S.
Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4
8
Hj.Siti
Noordjanah
,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
8
Sri
Nurhayati,
S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
10
Hj.Dedeh
Dewiningsi
h, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
11 H. Suharya,
SPd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
12
Usman
Saputra,S.P
d 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 13 Wartik,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
14 Eti Suryati,
S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4
15
Popon
Rohaeti,
S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
16
Achmad
Alim
Asriadi,
M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
17
Ni Made
Suratini,
S.Pd 5 5 5 5 5 4 4 5 38
4.75
18 Hj.Nugraha
ni,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
19
C.
Rubae'ah.
SR,S.Pd 4 5 4 4 4 4 4 5 34
4.25
20 Drs.Suparn
o 4 5 4 3 4 4 4 4 32 4
21
Erna
Prasetyowat
i, S.Pd 5 5 4 4 5 5 4 5 37
4.63
22
Dwi
Nugraha
Minasia,
S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5
23 Dra.Heriya
nti Gultom 4 5 4 4 5 4 5 4 35
4.38
24 Walmiyati, S.Pd. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 25 Dra.Hendrayati Lubis 4 5 4 4 5 4 5 4 35 4.38 26 Linda Lidiawati, S.P 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 27 Iis Hasnawati, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 28 Dewi Anggraeni M, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 29 Ratih Solihat, SPd 4 4 3 4 4 4 4 4 31 3.88 30 Rudi Sarmudianto, SE 4 5 4 5 5 5 5 5 38 4.75 31 Lilik Sukanti,S.Kom 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 32 Wahna Sumpena,S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 33 Moch.Yamin,S.Pd,M.Si 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 34 Ai Nurfarida, S.PdI 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 35 Suaeb,S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 36 Komarudin, SPdI 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 37 H. Danu Irvandanuri, SSn 4 4 3 3 4 4 4 4 30 3.75 38 Maesaroh,S.Pd 4 4 3 3 4 4 4 4 30 3.75
DATA DIRI
Data Pribadi
Nama Lengkap : Riki Wirahmawan, S.Si.
Tempat, Tanggal Lahir
: Sukabumi, 12 Januari 1992
Alamat : Cikukulu II Cisande Cicantayan Sukabumi 43155
No. WA/FB/Instagram
: 082310165343/Riki Wirahmawan/riki_wirahmawan
Email : riki.wirahmawan@gmail.com
Hobi : Membaca, Nonton Anime
Motto Hidup : Positif-Negatif, Plus-Minus, Lillaah
Pendidikan
Pendidikan Formal
Institusi Pendidikan Tahun Masuk
Tahun Lulus
SDN 5 Cisande 19999 2005
SMPN 1 Cicantayan 2005 2008
Man Cibadak 2008 2011
Cantumkan
Foto Diri
Terbaru
Halaman 2 dari 6
Institusi Pendidikan Tahun Masuk
Tahun Lulus
Matematika Sains UIN SGD Bandung 2011 2015
Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syahid Jakarta
2016 2018
Pendidikan Non Formal
Institusi Pendidikan Tahun
EF (English First) 2009
GO (Ganesha Operation)
2010
Short Course of Scientec’s Library 2014
Sekolah Guru Indonesia 2016-2018
Pengalaman Organisasi
No Organisasi Jabatan Periode /
Tahun
1 OSIS SMPN 1 Cicantayan Ketua Umum 2006-2007
2 Paskibra SMPN 1 Cicantayan Ketua Umum 2006
3 OSIS MAN Cibadak Ketua Umum 2009-2010
4 LDM UIN Bandung Koord Komisi B k-LDK-an 2012
5 LDM UIN Bandung Anggota Bidang PSDI 2012
6 HMJ Matematika Sains UIN
Bandung
Anggota bidang Pengembangan
Akademik
2012
7 LDM UIN Bandung Ketua Biro HUMAS 2013 &
2014
Halaman 3 dari 6
No Organisasi Jabatan Periode /
Tahun
8 FSLDK Bandung Raya Mas’ul BPDa UIN (Wilayah Bandung
Timur)
2013 &
2014
9 Senat Mahasiswa Fakultas
Sains dan Teknologi UIN
Bandung
Anggota Bidang Pengembangan
Keagamaan
2014
10. Komunitas QUDWAH (Tahsin
Al-Quran) UIN Bandung
Ketua 2015
11 Sekolah Guru Indonesia Ketua Angkatan SGI XXI 2016-2017
12 Forum Mahasiswa Magister
(Forma)
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan
Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta
Anggota Departemen Hubungan
Masyarakat
2016-2017
13 Indonesian Youth Education
Forum Co-Founder 2017
14 Komunitas Guru Cerdas
Matematika Founder 2017
Prestasi Utama:
1. Juara Kelas selama sekolah (MD, SD-SLTA)
2. Juara 2 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten (SD)
3. Juara umum SDN 5 Cisande tahun 2005
4. Juara Umum SMPN 1 Cicantayan, semester 3 sampai
semester 6
5. Lulusan Terbaik SMPN 1 Cicantayan tahun 2008
6. Terpilih Sebagai Putera Unggulan Daerah Sukabumi (2009)
7. Juara 3 LCC MGMP Kimia Se-Wilayah II Bogor (2009)
Halaman 4 dari 6
8. Delegasi sukabumi pada Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF)
Physics Great Challenge Days UPI tingkat SMA/MA
sederajat se-Jawa Barat dan Banten (2009)
9. Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Se-Wilayah I Bogor (2010)
10. Nilai tertinggi TO Akhir Ganesha Operation Cibadak dan
Sukabumi 2011
11. Penerima beasiswa Pemimpin Bangsa Learning Camp ITB
2011
12. Lulusan Terbaik Program IPA MAN Cibadak Periode 2010-
2011
13. Juara Umum MAN Cibadak, semester 3 sampai semester 6
14. Dinobatkan sebagai Trainer PMLDK Nasional FSLDK
Indonesia (2012)
15. Terpilih sebagai mahasiswa terfavorit angkatan 2011 on
Mathematics Entertainment Weekend (2012)
16. Terpilih sebagai Delegasi IHMSI on The 9th Statistika Ria
IPB (2013)
17. Peraih IPK tertinggi jurusan Matematika sains UIN SGD
Bandung angkatan 2011 (2015)
Halaman 5 dari 6
Pengalaman Kerja
No Instansi Jabatan Periode /
Tahun
1 Dompet Peduli Umat Daartuttauhiid Relawan Gerai Zakat 2013
2 Smart Course Team Plus Staff Pengajar 2013-2014
3 Aisyera College Staff Pengajar 2013-2015
4 Fajar Institute Staff Pengajar 20014
5 Privat FISIKA SMP Pengajar 2014
6 Privat SD all MaPel + Math Olimpiad Pengajar 2014
7 Privat SMA (MTK, FISIKA, KIMIA,
B.Inggris)
Pengajar 2015
8 Brother Olshop Owner, dropship,
reseller
2015
9 Penelitian Dosen Elektro UIN Bandung
tentang Kepuasan konsumen terhadap
kinerja BPS Jawa Barat
Tabulator dan Data
analys
2015
10 Magang MI Nurul Iman Guru 2016
11 STAI Al-Fatah Bogor Team dosen refleksi
kelas dan team
dosen Psikologi
Pendidikan
2016-2017
12 School of Master Teacher SGI XXIV
Dompet Dhu’afa
Fasilitator/coach/tr
ainer Bojongsari -
Depok
2016-2017
13 Monitoring Evaluasi Guru Kalimantan
Barat Sekolah Guru Indonesia
Monitor dan
Evaluator Kuburaya
2017
14 Sekolah Guru Indonesia Angkatan XXVI
Banten
Fasilitator/coach/tr
ainer
2017
15 Sekolah Guru Indonesia (SMT XXIV dan
Sosiopreneur Workshop PTK)
Penguji PTK guru-
guru Bojonggede
2017
top related