upaya peningkatan hasil belajar fisika.doc
DESCRIPTION
sTRANSCRIPT
Usul Penelitian
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKAMELALUI CONTEKSTUAL TEACHING AND
LEARNING DI KELAS XII JURUSAN IPASMA SWASTA ALWASHLIYAH I
MEDAN
Oleh :NURSIAH
(Guru SMA Swasta AW I Medan)
SMA SWASTA ALWASHLIYAH I MEDAN
KARYA TULIS ILMIAHPenelitian Tindakan Kelas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian tindakan kelas dengan judul ”
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI
CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING DI KELAS XII
JURUSAN IPA SMA ALWASHLIYAH I MEDAN”
Dengan kerendahan hati , penulis mengharapkan saran dan kritik agar dapat
terlaksanannya penelitian ini untuk dapat dipakai meningkatkan kwalitas pendidikan
di SMA Negeri 14 Medan khususnya dan di SMA lain umumnya. Atas kritik, dan
saran yang sifatnya membangun dari rekan-rekan guru sekalian penulis
menyampaikan terima kasih , dengan demikian penelitian ini dan laporannya kelak
akan lebih sempurna lagi di kemudian hari.
Medan, September 2009
Peneliti,
( NURSIAH)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dunia sekarang yang begitu pesat dan
menyeluruh , terutama perkembangan teknologi . media komunikasi yang begitu
canggih, harus diimbangi oleh suatu program dengan sistem yang terarah dan
terencana. Dalam dunia pendidikan pun kita sedang dihadapkan kepada perubahan-
perubahan yang mendasar untuk membawa kemajuan dan penigkatan mutu secara
menueluruh. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
menngembangkan potensi peserta pendidik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan pendidikan yang
bersifat dinamis, demokratis dan keterbukaan yang menuntut adanya kemampuan
untuk berpikir logis, memiliki kreatifitas, trampil dan memiliki akhlak mulia.
Tuntutan dunia pendidikan sekarang ini mengharuskan guru memiliii kemampuan
untuk mendesain proses pembelajaran yang baik dan efektif dengan berorientasi pada
penigkatan mutu peserta didik sehingga rumusan tujuan yang telah direncanakan oleh
semua komponen pendidikan dapat tercapai secara maksimal.. Salah satu variabel
yang harus dikuasai guru adalah desain proses pembelajaran yang mengedepankan
aktifitas dan keterlibatan siswa dalam kelas, mulai dari persiapan, proses, sampai
pada evaluasi pembelajaran.
Kemampuan dalam persiapan pembelajaran, guru harus mempunyai
kemampuan untuk merumuskan standar kompensasi, kompetensi dasar menjadi
indikator pencapaian kompetensi. Sehingga terdapat panduan yang jelas ke arah mana
proses pembelajaran itu ditujukan. Selain itu furu pun dituntut untuk membuat silabus
yanb baik dengan mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar serta
indikator pencapaian komptensi yang telah dirumuskan.
Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas guru hendaknya mampu
merangsang keterlibatan aktif dan kreatifitas siswa, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan secara dinamis dan menyenangkan. Untuk merangsang aktifitas dan
kreatifitas para siswa, guru dituntut untuk mengganti model dan strategi
pembelajaran yang monoton verbalistik dan cenderung indktrinatif yang berorientasi
pada hafalan dan ingatan saja. Guru harus menggantinya dengan model dan strategi
pembelajaran yang aktif (aktif learning) kemudian mengkombinasikan dengan
beberapa strategi pembelajaran yang dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas siswa
dalam kelas. Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
mengembangkan strategi pembelajaran yang variatif dan lebih memposisikan dirinya
sebagai gasilitator dan dinamisator sehingga proses pembelajaran berpusat pada
aktifitas dan kreatifitas siswa seta pembelajaran di dalam kelas pun dapat berjalan
secara efektif dan menyenangkan.
Dapat dikatakan bahwa keberadaan guru di dalam kelas haruslah menjadi
perhatian yang serius di dalam pelaksanaan pendidikan sekarang ini. Guru harus
mengubah paradigma mengajar sebagai sebuah pelaksanaan tugas kerja menjadi
sebuah proses perubahan dan mengingkatkan kualitas pengetahuan siswa dari tidak
tahu menjadi tahu., dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak berkompetensi menjadi
berkompetensi. Sehingga menjadi siswa yang aktif kreatif dan berdedikasi tinggi.
Sementara itu dalam konteks penilaian (evaluasi pembelajaran) guru dituntut
untuk mampu mengembangkan model penilaian yang berorientasi pada kompetensi
indikator yang harus dimiliki siswa. Bukan pada evaluasi sejauh mana materi yang
disampaikan kepasa siswa. Oleh sebab itu, guru dapat mengembangkan model
penelitian berbasis kelas (classroom/ based assesment). Dengan demikain akan telihat
dan terukur seberapa besar kompetensi siswa yang telah tercapai selama proses
pembelajaran berlangsung. Penilaian berbasis kelas sesungguhnya merupakan proses
pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan
para guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan siswa terhadap
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan, yakni standar kompetensi, komptesensi
dasar, dan indikator pencapaian kompetensi.
Fisika merupakan mata pelajaran pokok di SMA yang juga menjadi pusat
perhatian banyak orang. Umumnya para ahli fisika adalah orang-orang yang cerdas
dan mempunyai pandanagan terhadap kehidupan secara makro. Hampir semua ahli
fisika menguasai ilmu matematika yang cukup baik, karena ilmu ini digunakan
sebagai alat dalam menganalisa dan memecahkan persoalan dalam fisika. Walaupun
begitu, sampai saat ini mata pelajaran fisika masih menakutkan dan menjadi momok
bagi sebagian peserta didik. Hal ini dikarenakan mata pelajaran tersebut mempunya
banyak teori dan hukum-hukum serta rumus yang sulit untuk dipecahkan. Disamping
itu kurangnya pendekatan yang dilakukan secara psikologis oleh guru dalam
membimbing para siswa. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah strategis bagi
guru fisika untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat
merangsang dan menarik minat para siswa.
Pembelajaran yang menarik mungkin hanya dapat dilakukan apabila
menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai
pula dengan materi pembelajarannya. Pengembagan metode pembelajaran berujung
pada pola komprehensif yang memiliki sturktur tertentu, yang lazim disebut model
pembelajaran. Saat ini pengembangan model pembelajaran telah sampai pasa tahap
umum maupun spesifik yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan tingkat
perkembangan siswa.
Sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari model yang lain,
tetapi model pembelajaran yang paling baik adalah model yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai dan tingkat perkembangan siswa. Dengan
mengembangkan model yang mengacu pada kedua hal tersebut diharapkan proses
pembalajaran akan lebih efekti dan hasil pembalajarnnya pun akan meningkat.
Sehingga pengembangan model pembelajaran harus ditujukan ke arah keberhasilan
siswa dalam mempelajari suatu materi yang dibuktikan dengan hasil belajar yang
tinggi.
Berdasarkan kondisi yang dikemukakan di atas kiranya perlu dikembangkan
model pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui
penerapan pengetahuan, melakuan pemecahan masalah, menyesuaikan materi
pembelajaran dnenga hal yang sebenarnya (kontekstual) baik untuk dirinya sendiri
dan orang lain. Metode yang tepat adalah model pendekatan pembelajaran yang
bersifat kontekstual dan menjadi penelitian dalam tulisan ini.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang dikemukaan di atas, adapun yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan prestasi hasil belajar
fisika siswa kelas XII Jurusan IPA di SMA Alwashliyah I Medan.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini hanya dibatasi pada
metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru yang dapat meningkatkan hasil
prestasi siswa yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara
kontekstual (Contekstual Teaching and Learning).
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dirumuskan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual dapat berjalan dengan lancar di kelas XII Jurusan
IPA SMA Alwashliyah I Medan?
2. Apakah dengan model pembelajaran kontekstual siswa dapat bergairah dan
merasa senang dalam mengikuti pembelajaran fisika?
3. Apakah ptestasi belajar fisika siswa Kelas XII Jurusan IPA SMA
ALWASHLIYAH I Medan menjadi lebih mengingkat setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan Contekstual Teaching and Learning?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Ingin mengetahui kelancaran proses pembelajaran fisika yang dilakukan
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
2. Ingin mengetahui sejauh mana minat dan kemauan siswa dalam belajar
fisika setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model
kontekstual.
3. Ingin mengetahui seberapa besar tingkat prestasi hasil belajar siswa
dengan menerapkan pembelajaran secara kontekstual.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapa berguna untuk :
1. Membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajarna yang tepat terhadap materi tertentu untuk
menghasilkan prestasi yang lebih baik.
2. Dengan penelitian tindakan kelas ini dapat diketahui strategi atau model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam rangka menigkatkan
mutu pembelajaran bagi siswa.
3. Bagi para guru agar dapat mengembangkan pembelajaran dengan
menerapkan berbagai bentuk pendekatan / metode atau model
pembelajaran yang bervariasi.
4. Sebagai pendekatan yang lebih baik bagi siswa untuk lebih memahami
konsep fisika secara benar dan orperasional.
5. Sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para peneliti lainnya untuk
mengembangkan model pembelajaran fisika pada masa mendatang.
6. Bagi peneliti merupakan pegangan untuk meningkatkan inovasi
mengajar fisika lebih lanjut.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar seperti yang dikemukakan di atas mengandung dua
makna yang satu sama lainnya saling berhubungan, yaitu kata hasil dan kata belajar.
a. Pengertian Hasil
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia hasil diartikan sebgai sesuatu yang
telah dicapai dan yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. (Purwadarmita,
1984 : 781) bahwa : Hasil mengandung arti pendapatan, sesuatu yang diciptakan
(Santoso, Prianto : 147). Selanjutnya dikemukakan oleh (Bahri, 1994 : 14) bahwa :
“Hasil adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan
diciptakan baik secara individual maupun kelompok.”
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dietandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk, seperti terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku,
keterampilan, kebiasaan serta perbahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang
sedang belajar. Menurut Mouly (1973), “Belajar pada hakikatnya adalah proses
perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman”. Selaras dengan
pendapat tersebut, Sudjana (1989) mengutip pendapat Kimble menyatakan bahwa
“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen, dan terjadi sebagai
hasil dari pengalaman”. Dengan mengambil tiga pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman.
Kita juga sering mendengar kata pembelajaran yaitu suatu proses intreraksi
antara peserta didik dengan lingkungan belajar termasuk guru di dalamnya. Menurut
Syahrul (2006 : 13) “Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didiak melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih banyak kegiatan
pembelajaran yang mengabaikan aktifitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal
ini disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada
penguasaan kemampuan intelektual (kognitif) saja, serta proses pembelajaran terpusat
pada guru (teacher centre learning) di dalam kelas. Sehingga keberadaan peserta didik
di dalam kelas hanya menunggu uraian guru kemudian mencatat dan
menghafalkannya.”
Apa yang dikemukakan dari paparan di atas dapat dideskripsikan bahwa belajar
adalah proses akrif yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Belajar adalah
proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses tersebut melaluin
pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan melalui
kegiatan seperti melihat, mengamati, mendengar, menyimak, merasakan, memahami
sesuatu yang dipelajari.
2. Pendekatan dalam Pembelajaran
Russefendi (1991) menyatakan bahwa : “Pendekatan adalah suatu jalan, cara,
atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran apabila kita melihatnya dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau
materi pembelajaran itu diekelola”.
Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik siswa dalam
pengelolaan pesan sehingga tercapai sasaran belajar atau tujuan pembelajaran
meluputi prilaku yang diharapkan dapat dicapai, kriteria keberhasilan yang ditentukan
dan situasi kondisi untuk membentuk perilaku dengan kriteria yang diinginkan.
Seperti yang ditekankan oleh John Dowey dalam bukunya Dimyanti (1996 :
116) bahwa :
“Oleh karena belajar menganggap apa yang harus dikerjakan murid-murid
untuk diri sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru adalah
pembimbing dan pengarah, yang mengemudi perahu, tetapi tenaga untuk
mengerjakan perahu tersebut haruslah berasal daru murid yang belajar”.
Walaupun disadari bahwa belajar adalah memerlukan keterlibatan secara aktif
orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan peran dan
keterlibatan siswa. Guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih
banyak berperan dan terlibat secara pasir, meraka lebih banyak menunggu sajian dari
guru daripada mencari sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap sehingga tufuan
pembelajaran akan sulit diwujudkan.
3. Penerapan pendekatan kontesktual dalam pembelajaran
Kontekstual berasal dari kata konteks, yang artinya suatu situasi (real atau
rekayasa) yang dapat dibayangkan oleh siswa. Sedangkan pendekatan kontekstual
menurut Nurhadi (2002 : 1) menyatakan bahwa :
“Pendekatan kontekstual (contekstual teaching and learning (CTL)) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimulikinya dengan penerapannya dalam kehidupa mereka sebagai
anggota keluarga masyarakat”.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, mata pelajaran fisika
dapat dipandang sebagai aktifitas manusia (human activity), siswa harus aktif dengan
berbagai cara, seperti belajar secara individual atau kelompok untuk mengolah/
memproses informasi agar dapat menemukan kembali atau mgnkonstruksi kembali
pengetahuaan dalam pikirannya. Kepada siswa disodorkan masalah-masalah
kontekstual atau realistik, yaitu masalah-masalah yang dekat atau berkaitan dengan
dunia real atau dapat dibayangkan oleh siswa. Pada pendekatan kontekstual/ realistik
proses lebih diutamakan, sebab dengan proses yang baik akan diperoleh produk yang
baik dengan probabilitas tinggi.
Pembelajaran itu akan sangat berharga bagi siswa jika masalah yang disajikan
tidak jauh dari pengalaman merekat atau dapat dibayangkan oleh mereka atau mereka
melihatnya berguna dalam kehidupan mereke. Dengan memberi konteks pada
konsep-konsep matemati. Konsep-konsep itu tidak lagi dirasakan oleh siswa sebagai
yang abstrak tetapi merupakan sesuatu yang bernilai aplikatif.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni konsruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi
dan penilaian yang sebenarnya. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan
kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurukulum apa saja, budang studi apa
saja dan kelas yang bagaimanapn keadaannya.
Ketujuh komponen pembelajaran kontekstual akan diuraikan sebagai berikut :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landawan berpikir (filosophy) pendekatan
konsturkvisme, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman yang nyata.
Landasan berpikir konstruktivisme lebih menekankan pada “strategi
memperoleh” dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan
mengingat pengetahuan.
2. Inquiry
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontesktual.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
3. Bertanya
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “Bertanya”. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbint, dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
4. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakan belajar menyarankan agar hasil pembelajaran yang
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Untuk itu dalam proses pembelajaran
diharapkan guru membentuk kelompok-kelompok belajar bagi siswa.
5. Pemodelan
Dalam pembelajaran konteksutal diperlukan adanya pemodelan.. Maksudnya
dalam sebuah pembelajaran keterampilan datau pengetahuan tertentu harus ada model
yang dapat ditiru. Misalnya guru memperagakan bagaimana cara mengerjakan
sesuatu.
6. Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang telah dilakukan pada masa yang lalu.
7. Penilaian yang sebenarnya
Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Jadi kemajuan belajar dinilai
dari proses, bukan melalui dari hasil dan penilaian dilakukan dengan berbagai cara.
Tes harga salah satunya.
Secara garis besar langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual
dalam kelas yang diungkapkan Nurhadi (2002 : 10) :
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna denda
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Melaksankan sehauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa bertanya.
4. Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi diakhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengna berbagai cara
Dengan melihat langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual dalam
kelas yang pelaksanannya memanfaatkan lingkungan (konteks) kehidupan siswa
memberikan berbagai manfaat, sebagaimana yang diungkapkan (Suwarsono, 2003 :)
sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan kesadaran pada diri siswa bahwa sekalipun konsep-
konsep belajar tersebut bersifat abstrak, pembentukan dan pengembangan
konsep-konsep tersebut ternyata sering kali didasarkan pada fenomena-
fenomena yang ada di dunia nyata.
2. Menumbuhkembangkan kesadaran pada diri siwa bahwa pada sekalipun
konsep-konsep materi ada yang bersifat abstrak, banyak diantara konsep-
konsep tersebut mempunyai berbagai penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
“Melalui penerapan pembelajaran kontekstual maka keaktifan siswa dalam
pembelajaran fisika dapat dikembangkan sehingga hasil belajar dapat meningkat.”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
dilaksanakan oleh peneliti di SMA Alwashliyah I Medan selama lebih kurang 2
bulan. Adapun yang menjadi objek penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XII
Jurusan IPA dengan jumlah siswa 40 orang terdiri dari 22 orang perempuan dan 18
orang laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2009/2010 dengan acuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan
mempedomani silabus yang disusun oleh MGMP Fisika SMA Alwashliyah I Medan.
B. Faktor yang Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan ada beberapa faktor yang diselidiki sebagai berikut :
1. Faktor siswa; melihat kehadiran, keaktifan siswa serta kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah atau persolan dalam mata pelajaran fisika dalam
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Faktor guru; memperlihatkan pengaruh penyajian guru pada proses
belajar dengan menerapkan pendekatan kontekstual.
C. Prosedur Kerja Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus, di mana kedua
siklus tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya
pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan siklus I.
Siklus I dilaksanakan selama 5 minggu (10 x pertemuan)
Siklus II dilaksanakan selama 5 minggu (10 x pertemuan)
Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
a. Menelaah kurikulum
b. Membuat rencana pembelajaran berbasis kontekstual teaching and learning (CTL)
c. Mengembangkan alat-alat bantu pengajaran dalam rangka optimalisasi
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
d. Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran di kertas.
e. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah secara konseptual siswa sudah
terbangun melalui pendekatan kontekstual.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Memgodentifikasi keadaan siswa berupa minat dan kesiapannya .
b. Membahas materi pelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual, dengan
cara:
- Menentukan konsep-konsep yang perlu diajarkan
- Mengenal dan memilih konteks yang sesuai dengan konsep
- Merumuskannya menjadi masalah kontekstual
- Menentukan levelnya (arah berpikir yang diperlukan untuk menyelesaikannya)
c. Melakukan penugasan pada siswa dengan bahan yang telah dikembangkan, baik
secara individu maupun kelompok. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan
hasil yang dikerjakan siswa.
d. Tiap pertemuaan, guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting.
e. Memberikan tes akhir untuk siklus I
3. Observasi
4. Refleksi
Siklus II :
1. Merumuskan tindakan selanjutnya (siklus II) berdasarkan hasil refleksi
tindakan pada siklus I
2. Pelaksanaan tindakan
3. Analisis dari hasil eveluasi
4. Refleksi kegiatan
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas empat kegiatan pokok
yakni dengan menggunakan tes awal, tes akhir setiap siklus, melakukan observasi,
serta tanggapan balik terhadap pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan statistik
deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik responden.
Selanjutnya jenis kualitatif data yang diperoleh akan digunakan data kategori.
Kriteria untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategorisasi yang
disesuaikan dengan sistem penilaian menurut Kurikulum Tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang berlaku di SMA Alwashliyah I Medan yaitu sebagai berikut :
F. Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan tindakan ini adalah terjadi perubahan
keaktifasn siswa dalam proses pembelajaran dan kenaikan nilai rata-rata hasil belajar
yang signifikan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, 2002, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta
Daryanto, 2001, Evaluasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta
Nurhadi, 2002, Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran, Depdinas, Jakarta
Purwanto, N., 1990, Psikologi Pendidikan, PT remaja Rosdakarya, Bandung
Sujana, 1989, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi literatur
2 Konsultasi dengan dosen pembimbing
3 Meyusun proposal
4 Periapan bahan dan alat
-Pengumpulan bahan
-Memperiapkan alat
5 Pelaksanaan penelitian
-Membuat specimen
-Pengujian spesimen
6 Penulisan tesis
-Penyusunan laporan