manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan

165
MANAJEMEN LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU (Studi Kasus: Manajemen Lesson Study pada Guru Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor) Tesis Oleh : Riki Wirahmawan NIM. 21160181000007 MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MANAJEMEN LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN

PROFESIONALITAS GURU

(Studi Kasus: Manajemen Lesson Study pada Guru Mata Pelajaran IPA

di SMPN 8 Bogor)

Tesis

Oleh :

Riki Wirahmawan

NIM. 21160181000007

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2018 M

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Di dalam naskah tesis ini akan dijumpai ayat Al-Quran yang otomotis

ditulis dengan huruf Arab. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk

penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan ا

Ba b Be ب

Ta t Te ت

Tsa st Es (dengan titik di atas) ث

Jim j Je ج

Cha H Ha (dengan titik di bawah) ح

Kha kh Ka dan ha خ

Dal d De د

Dzal dh De dan ha ذ

Ra r Er ر

Za z Zet ز

Sin s Es س

Syin sy Es dan ha ش

Shad s Es (dengan titik di bawah) ص

Dlat d De (dengan titik di bawah) ض

Tha t Te (dengan titik di bawah) ط

Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ

Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع

Ghain gh Ge dan ha غ

Fa f Ef ف

Qaf q Qi ق

Kaf k Ka ك

Lam l El ل

Mim m Em م

Nun n En ن

Wawu w We و

Ha h Ha هـ

Hamzah ’ Apostrof ء

Ya y Ye ي

ii

1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan

dengan gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:

al-yawm.

b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:

al-bayt.

2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan

huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan

tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ال فاتحة = - ), (

م .( = قي مة ) dan ( - = ال علو

3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama

dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حد = haddun ), ( سد =

saddun), ( طيب = tayyib ).

4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah

dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ال بي ت = al-bayt ), (

.( - =السمآء

5. ah mati atau yang dibaca seperti ber-h , transliterasinya

dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ah

yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ال هلال ية - = رؤ

atau ).

6. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang

terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ية = فقهاء ) ,( = رؤ

).

v

ABSTRAK

Manajemen Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan

Profesionalitas Guru

(Studi Kasus: Manajemen Lesson Study pada Guru Mata Pelajaran IPA di

SMPN 8 Bogor)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan manajemen lesson

study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang

meliputi perencanaan kegiatan lesson study, pelaksanaan kegiatan lesson study,

evaluasi kegiatan lesson study, faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

dalam melaksanakan kegiatan lesson study dan deskripsi manajemen lesson study

di SMPN 8 Bogor. Perencanaan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8

Bogor tidak lepas dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan

SMPN 8 Bogor sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota

Bogor. Tahap pelaksanaan terdiri dari perencanaan open lesson, implementasi RPP

dan refleksi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan meliputi tujuan evaluasi, cara

yang dilakukan dalam evaluasi, sasaran evaluasi dan hasil valuasi. Faktor

pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor meliputi: Ditetapkannya lesson

study sebagai program sekolah, komitmen kepala sekolah, komitmen semua

komponen sekolah, antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan dan adanya

program penilaian kerja guru. Faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN 8

Bogor adalah pengaturan jadwal mengajar dan banyaknya program pemerintah

yang menyebabkan guru berasumsi memberatkan. Deskripsi manajemen lesson

Study dimuat dalam planning, organizing, actuating dan controlling lesson study di

SMPN 8 Bogor.

Kata Kunci : Manajemen, Lesson Study, Profesionalitas Guru.

ABSTRACT

Lesson Study Management as Efforts to Increase Teacher's

Professionalism

(Case Study: Lesson Study Management in Science Subject Teachers at

SMPN 8 Bogor)

This thesis aims to analyze the implementation of lesson study management

as an effort to improve the professionalism of science teachers in SMPN 8 Bogor

which includes lesson study planning, lesson study implementation, lesson study

evaluation, supporting factors and obstacles faced in implementing lesson study

and management description lesson study at SMPN 8 Bogor. The planning of

vi

Lesson study in SMPN 8 Bogor can not be separated from the guidance of Pakuan

University (UNPAK) which makes SMPN 8 Bogor as piloting school for lesson

study in Bogor City. The implementation stage consists of open lesson planning,

RPP implementation and learning reflection. Evaluations include the objectives of

the evaluation, the way in which the evaluation, the evaluation objectives and the

valuation results. Factors supporting the lesson study activities at SMPN 8 Bogor

include: The establishment of lesson study as school program, commitment of

principal, commitment of all school component, enthusiasm of teacher in training

and existence of teacher's appraisal program. The inhibiting factors of lesson study

activities at SMPN 8 Bogor are the setting up of teaching schedules and the number

of government programs that cause teachers to assume burdensome. Description of

lesson study management included in planning, organizing, actuating and

controlling lesson study in SMPN 8 Bogor.

Keyword: Management, Lesson Study, Teacher professionalism.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji dipanjatkan kepada Dzat yang Maha Tinggi,

Allah Robbul ‘izzati berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis diberi kesehatan dan

kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “Manajemen Lesson Study

Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru (Studi Kasus: Manajemen Lesson

Study Pada Guru Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor)” sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman yang terang benderang akan ilmu, iman dan pengajaran.

Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari motivasi, dukungan dan do’a dari

berbagai pihak, oleh sebab itu izinkan pada kesempatan kali ini penulis untuk

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A., Ketua program studi magister Manajemen

Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan,

nasihat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis serta kesabaran selama

bimbingan menyelesaikan tesis.

5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Umi Neneng Sopiyah, yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat

dengan kasih sayang yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan tanpa suatu halangan apapun.

7. Alm. Bapak Udin Syamsudin, Allahummaghfir lahu warhamhu wa ‘aafihi

wa’fu ‘anhu. Ayah terhebat sedunia, karena motivasi dan qudwah dari beliaulah

yang menjadikan penulis selalu terinspirasi untuk berjuang gigih, tidak

menyerah akan keadaan yang terkadang menyulitkan. Semoga ayahanda berada

dalam Rahamat-Nya di alam sana.

8. Teh Rika Risnawati, kakak satu-satunya, yang tidak lelah memberikan support

kepada penulis.

viii

9. A. Salim, Neng Vera, A. Idris dan De Ilyas kakak Ipar dan “alo-alo” amang

yang telah menghadirkan dunia baru yang penuh warna di keluarga kecil kami.

10. Kepala Sekolah beserta guru-guru dan karyawan di SMPN 8 Bogor terkhusus

ibu Lili, ibu Linda dan ibu Ila yang secara sabar telah memberikan bantuan dan

meluangkan waktu bagi penulis untuk mendapatkan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian tesis ini.

11. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, Guru Imu dan

Uda Rio selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.

12. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat meginspirasi, 19 bulan yang

berharga bersama Pa’mang, Ade, Ades, Ayu, Eci, Epang, Firda, Habib, Isil,

Wahyu, Nardis, Afid, Upi dan Upa.

13. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan: SMART Ekselensia Indonesia,

Makmal Pendidikan, Pusat Sumber Belajar, Beastudi Indonesia terkhusus Mas

Andri yang telah berbagi kosan-nya selama beberapa bulan terakhir guna

penyelesaian Tesis dan keluarga besar Dompet Dhuafa University.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak

dapat ditulis satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan mereka.

Terakhir, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan

pendidikan Indonesia. Aamiin.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

Riki Wirahmawan

ix

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS..................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................... xii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6

1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

2. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

3. Perumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Manajemen Pendidikan ............................................................................ 8

1. Konsep Manajemen .............................................................................. 8

2. Konsep Pendidikan ............................................................................... 12

3. Konsep Manajemen Pendidikan ........................................................... 15

B. Lesson Study ............................................................................................. 17

1. Sejarah Lesson Study ............................................................................ 17

2. Pengertian Lesson Study ....................................................................... 19

3. Tipe Lesson Study ................................................................................. 20

4. Tahapan Lesson Study .......................................................................... 22

5. Manfaat Lesson Study ........................................................................... 30

C. Profesionalisme Guru .............................................................................. 32

1. Pengertian Profesi ................................................................................. 32

2. Pengertian Profesionalisme .................................................................. 33

3. Pengertian Profesional .......................................................................... 33

4. Guru Profesional ................................................................................... 34

x

5. Prinsip Profesionalitas .......................................................................... 35

6. Kompetensi Guru.................................................................................. 35

7. Indikator Profesionalisme Guru dalam Proses pembelajaran ............... 40

D. Pelajaran IPA .............................................................................................. 43

1. Hakikat IPA .......................................................................................... 43

2. Hakikat Pembelajaran IPA ................................................................... 43

3. Keterampilan Proses Sains ................................................................... 44

E. Penelitian yang Relavan ............................................................................. 45

F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 47

BAB III Metode Penelitian

A. Metode Penelitian ..................................................................................... 48

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................... 49

1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 49

2. Subjek Penelitian .................................................................................. 50

C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 50

1. Observasi .............................................................................................. 51

2. Wawancara ........................................................................................... 51

3. Studi Dokumentasi .............................................................................. 52

E. Pedoman Penelitian .................................................................................. 52

1. Lembar Observasi ................................................................................. 52

2. Wawancara ........................................................................................... 53

3. Studi Dokumentasi ............................................................................... 55

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 56

1. Reduksi Data ........................................................................................ 57

2. Display Data ......................................................................................... 57

3. Conclusion Drawing ............................................................................. 58

G. Pengecekkan Keabsahan Data .................................................................. 59

1. Credibility ............................................................................................. 59

2. Transferability ...................................................................................... 60

3. Dependability ....................................................................................... 60

4. Confirmability ...................................................................................... 61

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................................ 62

1. Gambaran Umum Sekolah ................................................................... 62

2. Motto, Visi, Misi dan Program Sekolah ............................................... 62

3. Tujuan Sekolah ..................................................................................... 63

4. Sasaran Standar Sekolah ....................................................................... 63

5. Sumber Daya Manusia ......................................................................... 67

6. Program Sekolah .................................................................................. 68

xi

B. Temuan Hasil Penelitian ........................................................................... 70

1. Perencanaan Kegiatan Lesson Study..................................................... 78

2. Pelaksanaan Kegiatan Lesson Study ..................................................... 80

3. Evaluasi Kegiatan Lesson Study ........................................................... 84

4. Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran IPA .................................... 85

5. Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Setelah Pelaksanaan Lesson Study .. 90

6. Faktor Pendukung dan Penghambat kegiatan Lesson Study ................. 92

7. Fungsi Manajemen Lesson Study Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor.. 93

C. Interpretasi ................................................................................................ 97

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ............................................................................................... 102

B. Implikasi ................................................................................................... 102

C. Rekomendasi ............................................................................................ 103

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DATA DIRI

xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study . 28

Gambar 2.2 Siklus Lesson Study menurut Lynn C. Hart dkk .......... 30

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ................................................... 47

Gambar 3.1 Alur Analisis Data ........................................................ 59

Tabel 2.1 Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli ............................ 11

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Guru di Indonesia ........................... 38

Tabel 3.1 Pedoman Lembar Observasi ............................................ 53

Tabel 3.2 Pedoman Lembar Wawancara ......................................... 54

Tabel 3.3 Pedoman Studi Dokumentasi ........................................... 56

Tabel 4.1 Standar yang mendukung profesionalitas guru IPA ........ 66

Tabel 4.2 Sasaran Jangka Pendek dan Menengah SMPN 8 Bogor .. 68

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi........................................................ 70

Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara ..................................................... 73

Tabel 4.5 Data Hasil Studi Dokumentasi ......................................... 77

Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Profesionalitas Guru IPA ........... 87

Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai guru-guru IPA dalam Supervisi ......... 90

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) menjelaskan tentang arti pendidikan, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Definisi pendidikan di atas jelas mengisyaratkan bahwa sejatinya dalam pendidikan

ada komponen utama selain peserta didik yang berperan penting dalam

mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa, fasilitator yang berperan

mengembangkan potensi peserta didik tidak lain dan tidak bukan adalah guru.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, Pasal 1 ayat 1 menjelaskan definisi guru, “Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru adalah pendidik profesional, maka seorang guru haruslah memiliki

kecakapan dalam mengajar atau dalam istilah lain memiliki kompetensi. Menurut

Mulyasa (2007:26) mengungkapkan bahwa kompetensi guru “merupakan

perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual,

yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup

penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang

mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas”. Dengan kompetensi inilah

diharapkan guru bisa mencetak generasi penerus bangsa yang diamanatkan oleh

undang-undang sebagai peserta didik. “Peserta didik adalah anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” (Undang-undang R.I No

20 Tahun 2003).

Menurut Catron dan Allen dalam Sujiono (2009:58), keberhasilan guru

yang sebenarnya menekankan pada tiga kualitas dan sikap yang utama, yaitu: (1)

guru memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya,

(2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-

anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya

membantu menciptakan suasana selama belajar, dan (3) mengembangkan

pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitif untuk mengenal perasaan anak-

anak di dunia.

1

2

Sayangnya, keberhasilan guru dan kompetensinya masih menjadi PR besar di

negeri ini, data yang dikeluarkan oleh Balitbang Mendiknas baru-baru ini

menjelaskan bahwa guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri

maupun swasta di Indonesia ternyata hanya mencapai 28,94%, guru SMP Negeri

54,12%, swasta 60,99% guru SMA Negeri 65,29% swasta 64,73%, guru SMK

negeri 55,91%, dan guru SMK swasta mencapai 58,26%, dari kekurangan-

kekurangan inilah sudah barang tentu setiap komponen di Negara ini harus

berperan menambal dan mencari solusinya (Balitbang Mendiknas: 2012). “Rata-

rata UKG nasional 53,02 sedangkan pemerintah menargetkan rata-rata nilai di

angka 55. Selain itu, rerata nilai profesional 54,77, sedangkan nilai rata-rata

kompetensi pendagogik 48,94” Berdasarkan hasil UKG tahun 2015 yang

dipublikasikan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, hanya ada 7

provinsi yang rata-rata nilai UKG-nya di atas target pemerintah, yaitu Yogyakarta,

Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat dan Bangka Belitung.

(Sumber dari Sekolahdasar.net)

Kelayakan guru dalam mengajar ini menjadi sangat penting dalam

perbaikan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan secara mikro dan mutu

pendidikan nasional secara makro. Berbanding lurus dengan masih minimnya

kelayakan guru mengajar, mutu pendidikan di Indonesia dianggap masih sangat

rendah hal ini diperkuat dengan fakta bahwa pada tahun 2015 mutu pendidikan di

Indonesia masih saja berada di 10 negara yang memiliki mutu pendidikan yang

rendah, peringkat tersebut didapat dari Global School Ranking (DetikNews, 23

Maret 2017).

Mutu dalam pendidikan bukanlah barang akan tetapi layanan, dimana mutu

harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak atau

pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik (Hermino, 2014: 168).

Dengan demikian jelaslah bahwa peranan guru sangat diperlukan untuk mencetak

peserta didik yang berkualiatas guna meningkatkan mutu pendidikan.

Profesionalisme guru memiliki peranan penting untuk mewujudkannya. Menurut

Salam (2002:48) bahwa profesionalisme guru mempunyai peranan penting dalam

peningkatan mutu pendidikan, karena profesionalime guru memberikan

kemungkinan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan

memaksimalkan kompetensinya.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya telah

distandarisasi dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang telah diamandemen

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013, secara

tersurat standar guru yang merupakan tenaga pendidikan telah diamanahkan dalam

BAB VI tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan pasal 28 ayat (1) yang

menyatakan bahwa pada “pendidik harus memliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

3

kemampuan untuk mewumudkan tujuan pendidikan nasional”, lebih lanjut ayat (3)

menjelaskan tentang kompetensi tersebut bahwa “kompetensi sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak

usia dini meliputi: a. kompetensi pedagogik, b. kompetensi kepribadian, c.

kompetensi professional, dan d. kompetensi sosial. Standar kompetensi guru ini

kemudian diperjelas dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16

Tahun 2007 tentang standar kualifaksi akademik dan kompetensi guru.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah melalui

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya melakukan

berbagai perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang

sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor guru. Peranan guru

sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Berbagai upaya

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah dilakukan, baik oleh pemerintah

maupun oleh berbagai pihak yang peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai

upaya tersebut antara lain dalam bentuk penataran guru, kualifikasi guru,

kualifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum, implementasi model atau

metode pembelajaran baru dan penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa

dalam belajar atau yang sering dilakukan guru seperti tindakan kelas (Tedjawati,

2011: 481). Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai

dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Dalam

kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi hasil.

Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan

sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam proses

pembelajaran. Di samping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semangat

mangajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil guru

dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah

perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang

lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi

yang harus dimiliki sebagai sebagai seorang guru professional. Dalam masyarakat

berkembang tuntutan terhadap profesionalisme di setiap bidang pekerjaan menjadi

keharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memiliki sertifikasi-sertifikasi.

Hal yang sama berlaku di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan

profesionalisme guru. Pelaksanaan sertifikasi guru dilakukan pertama kali sejak

tahun 2007, setelah diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam Jabatan. Namun dampak

sertifikasi tidak banyak memberi perubahan pada kualitas kinerja guru di

Indonesia.

Temuan yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh M.

Hurmaini (2011:526) menyimpulkan bahwa sementara ini pelaksanaan sertifikasi

guru belum memperlihatkan dampak positif terhadap peningkatan kinerja guru

dalam proses pembelajaran. Untuk itu, perlu terus dilakukan pembinaan terhadap

para guru yang sudah sertifikasi tersebut, terutama berkaitan dengan peningkatan

4

kinerjanya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Sekitar 61,67% Guru yang

sudah sertifikasi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Jambi memiliki

tingkat kinerja dalam proses pembelajaran berada dalam kategori sedang. Kondisi

ini dibarengi dengan sekitar 59,17% tingkat pelaksanaan sertifikasi guru, dan

sekitar 61,67% motivasi berprestasi mereka yang juga sedang. Dengan demikian,

secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja guru yang sudah sertifikasi dalam

proses pembelajaran di MTsN dalam lingkungan Kementerian Agama Kota Jambi

perlu ditingkatkan. Ketiga, Pelaksanaan Sertifikasi Guru dan motivasi berprestasi

guru secara bersama-sama memiliki sumbangan yang berarti sekitar 74,18%

terhadap peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Kota Jambi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

semakin baik/berkualitas pelaksanaan sertifikasi guru yang dilakukan LPTK IAIN,

dan semakin baik motivasi berprestasi yang dimiliki guru MTsN, maka akan

semakin baik pula kinerja guru dalam proses pembelajaran peserta didik di

kelas/madrasah. Keempat, pelaksanaan sertifikasi guru dan motivasi berprestasi

guru secara bersama-sama mempunyai peran yang cukup berarti terhadap

peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Namun demikian, setelah

dicermati lebih lanjut, ternyata motivasi berprestasi guru lebih menonjol

peranannya dalam peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran, sekitar

6,27% dibanding pelaksanaan sertifikasi guru.

Sejalan dengan itu, fakta lain yang merupakan analisis kuantitatif terhadap

data kuesioner dapat disimpulkan bahwa: (1) Kinerja guru pasca sertifikasi, baik

secara keseluruhan, maupun dilihat dari indikator perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengembangan profesi,

rata-rata masih dibawah standar minimum kinerja, serta (2) Tidak terdapat

perbedaan kinerja setelah memperoleh tunjangan profesional melalui program

sertifikasi guru baik antara guru madrasah dan guru PAI di sekolah umum, antara

guru yang tinggal di lingkungan perkotaan dan guru yang tinggal di pedesaan, dan

antara guru yang lulus sertifikasi melalui jalur portofolio dan guru yang lulus

melalui jalur PLPG (Nyanyu Khodijah, 2013: 101). Kinerja sebagian besar guru

profesional (pasca sertifikasi) yang ada di Kabupaten Sleman belum baik; dari 17

indikator yang diteliti, 7 indikator baik dan 10 indikator lainnya belum baik

(Badrun, 2011: 472). Asnandar (2015: 128) dalam penelitiannya terhadap guru-

guru Madrasah Aliyah yang ada di Kendari menyimpulkan bahwa Dampak

sertifikasi tidak terlalu mempengaruhi kompetensi guru, banyak guru yang merasa

bahwa kompetensi yang dimiliki tidak terlalu berbeda sebelum dan sesudah

mendapat sertifikat pendidik.

Dengan demikian, sertifikasi memiliki kelemahan berupa jaminan kinerja

seorang guru pasca sertifikasi, hal ini dikerenakan tidak deagendakan pembinaan

guru yang berkelanjutan. Lesson study menawarkan solusi terhadap pembinaan

guru berkelanjutan, karena pada hakikatnya lesson study merupakan suatu model

pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif

dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning

untuk membangun komunitas belajar (Hendayana dkk., 2009:3).

5

Lesson study pada dasarnya memiliki spirit saling menasihati dalam inovasi

pembelajaran, tidak ada senioritas dalam pelaksanaannya. Saling menasihati dalam

peningkatan profesionalitas ini juga merupakan bagian dari semangat menasehati

dalam kebaikan yang tertera dalam surat Al-‘Ashr ayat 3

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih.” Dengan

demikian, Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang

beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal shalih melalaui anggota

tubuhnya. “Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran.” Yaitu,

mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan.

“Dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Yakni bersabar atas segala

macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang

menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (Abdullah, 2003: 536). Hal ini sejalan

dengan prinsip kolegalitas dan mutual learning lesson study, peserta lesson study

tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau imperior (merasa rendah

diri) tetapi semua peserta kegiatan lesson study harus diniatkan untuk saling

belajar.

Sejak tahun 2014, Universitas Negeri Pakuan telah melakukan piloting

project lesson study di daerah Bogor salah satunya di SMPN 8 Bogor, sebagaimana

konsep lesson study bahwa lesson study adalah pembinaan guru yang berkelanjutan

maka seharusnya proses lesson study dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan

terjadwalkan, hasil pengamatan langsung terhadap keberlanjutan lesson study di

SMPN 8 Bogor hingga satu semester lamanya belum juga dilaksanakan open

lesson yang merupakan rangkaian dari lesson study dan ketidakjelasan

terselenggaranya open lesson (Pengamatan dari bulan Maret sampai Juni 2017 dan

Wawancara dengan ibu Lili kordinator lesson study IPA SMPN 8 Bogor) hal ini

tentu menjadi masalah terhadap keberlangsungan lesson study sebagaimana

mestinya.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

mengenai manejemen lesson study di SMPN 8 Bogor terkhusus pada peningkatan

profesionalitas guru mata pelajaran IPA, sehingga membuat penelitian yang

berjudul “Manajemen Lesson study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas

Guru (Studi Kasus: Manajemen Lesson study pada Guru Mata Pelajaran IPA

di SMPN 8 Bogor)”.

6

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah mendasar yang dapat

diidentifikasi terdiri dari permasalahan-permasalahan yaitu:

a. Amanah undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (1) terutama dalam aspek

pengembangan potensi diri belum terwujud dengan baik.

b. Guru dan kompetensinya menjadi salah satu permasalahan bagi negeri ini.

c. Mutu Pendidikan Indonesia masih tergolong rendah.

d. Sertifikasi tidak banyak memberi perubahan pada kualitas kinerja guru di

Indonesia dikarenakan tidak ada jaminan kinerja seorang guru pasca

sertifikasi.

e. Lesson study yang digagas UNPAK di SMPN 8 Bogor yang seharusnya

menjadi solusi penjamin pembinaan guru berkelanjutan nyatanya tidak

dilakukan open lesson (salah satu tahapan dari Lesson study) selama satu

semester.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, nampak bahwa masalah-masalah

tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun permasalahan tersebut masih

sangat luas dan diperlukan pembatasan. Pembatasan yang akan dikaji dan

diteliti dalam tesis ini adalah tentang Manajemen Lesson study sebagai upaya

peningkatan profesionalitas guru pada mata pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah pokok dalam

Tesis ini adalah bagaimana manajemen lesson study sebagai upaya

peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang dirumuskan

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah perencanaan kegaiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?

b. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?

c. Bagaimanakah evaluasi kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor?

d. Faktor pendukung dan penghambat apa yang dihadapi dalam menerapkan

lesson study di SMPN 8 Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen lesson study

sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor yang

meliputi:

1. Untuk mengetahui perencanaan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.

3. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.

4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam

melaksanakan kegiatan Lesson study di SMPN 8 Bogor.

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat

untuk berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis terutama dalam

rangka meningkatkan kemampuan guru IPA melalui pelaksanaan manajemen

peningkatan kemampuan guru IPA melalui Lesson study tipe konai kenshu.

Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Bagi pengembangan konsep dan teori ilmu manajemen pendidikan terutama

dalam aplikasi manajemen terhadap peningkatan kemampuan guru, diharapkan

dapat memperkuat teori atau konsep yang berkaitan dalam manajemen

peningkatan profesionalitas guru melalui lesson study secara holistik.

2. Manfaat Terapan

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat kepada berbagai pihak,

diantaranya:

a. Bagi guru mata pelajaran IPA di sekolah lain, hasil penelitian ini

diharapkan menjadi salah satu masukan, khususnya untuk

meningkatkan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan

melakukan evaluasi pembelajaran dengan melihat gambaran

pelaksanaan manajemen peningkatan kemampiuan guru IPA melalui

Lesson study.

b. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan dalam rangka pelaksanaan manajemen peningkatan

kemampuan guru.

c. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penilitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dalam rangka perencanaan kebijakan pembinaan

guru dalam melaksanakan manajemen peningkatan kemampuan guru

melalui Lesson study.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pendidikan

Nomenklatur “Manajemen Pendidikan” terdiri dari dua kata yaitu manajemen

dan pendidikan, keduanya memiliki konsep masing-masing yang berkonjungsi

menjadi konsep manajemen pendiddikan.

1. Konsep Manajemen Untuk memahami konsep manajemen, berikut dipaparkan mengenai pengertian

dan prinsip manajemen.

a. Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu, kiat, seni dan profesi, hal ini dikemukakan oleh

Gulick dalam Satori (2006: 10) yang memandang “manajemen sebagai suatu

bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan

bagaimana orang bekerja sama”. Kaitannya manajemen sebagai ilmu, Uwes

(2017:14) menjelaskan “manajemen sebagai pengetahuan mengalami pembaharuan

yang signifikan dalam mengembangkan sumber daya manusia dan pelaksanaan

asas-asas pengelolaan organisasi yang efektif”. Sedangakan manajemen dikatakan

sebagai kiat, Follett dalam Chairunnisa (2016:1) memaknainya karena manajemen

dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para

professional dituntun oleh suatu kode etik. Sifat khusus yang utama dari

manajemen adalah integrasi dan penerapan ilmu serta pendekatan analisis yang

dikembangkan oleh banyak disiplin ilmu. Konsepsi manajemen sebagai suau seni,

Chairunnisa (2016:1) menjelaskannya yaitu dalam melaksanakan fungsi dan

prinsip manajemen dihadapkan kepada masalah-masalah yang kompleks yang

membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin yang dapat

mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Lebih lanjut, manajemen sebagai profesi

dilandasi oleh nilai-nilai etik organisasi yang membutuhkan keahlian khusus yang

tidak sembarangan orang dapat melakukan pekerjaan manajerial secara

professional seperti yang digariskan dalam kerangka ilmu manajemen pendidikan

(Chairunnisa, 2016:2). Sehingga dalam transformasinya, manajemen sebagai ilmu,

kiat, seni dan profesi memiliki objek dan fungsi yang sama yaitu bagaimana

manajemen memandang individu dalam suatu organisasi sebagai aktor untuk

mendapatkan tujuan bersama.

Pengertian manajemen memiliki hubungan dengan administrasi, Davis dalam

Made Pridarta (2004:2) mengemukakan perbedaan antara keduanya, manajemen

dimaknai dari dua hal yaitu manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai

tugas, manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen,

sementara itu salah satu proses manajemen dikategorikan sebagai peranan

8

9

administrasi eksekutif. Peranan eksekutif adalah mengerjakan atau melaksanakan

keputusan pada tingkat tertinggi. Dengan demikian administrasi dapat dikatakan

proses melaksanakan keputusan-keputusan secara umum yang telah diambil

sebelumnya baik oleh organisasi itu maupun oleh pihak lain. Pengertian

administrasi ini sejalan dengan pengertian administrasi sebagai keseluruhan

kerjasama untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen adalah proses

mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total

untuk menyelesaikan suatu tujuan (Johnson dalam Made Pridata, 2004: 3).

Menurut Terry dan Franklin (2003: 4) yang mendefinisakan manajemen bahwa

“management is the process of designing and maintaining an environment in which

individuals, working together in groups, efficienly accomplish selected aims”.

Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan, pengaturan,

penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan dan memenuhi

sasaran hasil yang diwujudkan dengan penggunaan manusia dan sumber daya

lainnya.

Sehingga dari penyertaan beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah suatu usaha yang mengintegrasikan sumber-sumber dalam suatu

organisasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.

b. Prinsip Umum Manajemen

Menurut Henry Fayol dalam Uwes (2017: 53) prinsip-prinsip dalam

manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan

sesuai dengan kondisi khusus dan situasi yang berubah-ubah. Empat belas prinsip

umum manajemen Fayol (Rusdiana, 2014: 44) adalah pertama, pembagian kerja

(division of work), yang berdasarkan spesialisasi secara prorposional dan

profesional. Kedua, pemberian wewenang dan tanggung jawab (authority and

responsibility). Ketiga, memiliki disiplin (discipline), yaitu setiap kegiatan dapat

berjalan dengan wajar jika setiap anggota organisasi menaati dan menghormati

peraturan organisasi. Keempat, adanya kesatuan komando atau pemerintah (unity of

command), artinya setiap anggota harus menerima perintah hanya dari satu atasan.

Kelima, kesatuan arahan (unity of direction), setiap kegiatan organisasi memiliki

tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang manajer. Keenam, mendahulukan

kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Ketujuh, Pemberian

kesejahteraan atau gaji pegawai. Imbalan atau pemberian upah harus diberikan

secara adil dan layak. Kedelapan, pemusatan wewenang (centralization),

sentralisasi atau pemusatan, artinya setiap tanggung jawab akhir pelaksanaan

kegiatan pada akhirnya disentralisasi kepada orang yang menduduki posisi puncak.

Kesembilan, hierarki (tingkatan), artinya jenjang. Susunan kedudukan orang-orang

dalam satu jenjang dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Kesepuluh,

keteraturan atau tata tertib. Perlu pembuatan jadwal dan aturan jam kerja.

Kesebelas, keadilan terhadap semua anggota organisasi. Manajer harus berlaku

adil, baik, dan jujur. Dengan demikian, akan membangun loyalitas dan inspirasi

bawahannya. Keduabelas, stabilitas masa jabatan. Pergantian pegawai yang tinggi

dan tidak diperlukan menunjukkan manajemen yang buruk. Ketigabelas, prakarsa

10

(inisiative), memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk

memecahkan masalah dalam pekerjaannya. dan yang terakhir, keempatbelas adalah

semangat korps, membangun kebersamaan dan semangat bersatu antar-sesama

anggota organisasi.

Dari pendapat Henry Fayol ini, bisa dimaknai bahwa prinsip manajemen

bersifat lentur yang mempertimbangkan kondisi tertentu mencakup keseluruhan

situasi yang terjadi di suatu organisasi meliputi proporsionalitas dan profesionalitas

dalam pembagian kerja kepada setiap elemen organisasi, memberikan suatu

kekuasaan dalam organisasi kepada pihak terkait yang memiliki kredibilitas tinggi,

menciptakan asas-asas kedisiplinan agar terbentuk kultur organisasi yang sehat,

diberlakukannya konsep “qiyadah wal jundiyah” yaitu dalam organisasi hanya ada

satu komando dari qiyadah dan yang lain adalah jundi yang siap menerima

instruksi dari qiyadah, organiasasi harus memiliki kesatuan tujuan yang bisa

dicapai serentak oleh setiap komponen organisasi, mendahulukan kepentingan

organisasi di atas kepentingan yang lain merupakan suatu keniscayaan yang harus

dilakukan oleh setiap elemen organisai agar organisasi mampu mencapai tujuannya

dengan maksimal, kesejahteraan anggota wajib di perhatikan oleh pemimpin,

karena saat anggota bekerja dengan keras namun tidak dibarengi dengan haknya

maka bisa dipastikan organisasi akan mendapat masalah berupa ketidakseriusan

pegawai atau anggota dalam bekerja, dan hal-hal lain mengenai dinamika

organisasi harus bisa disepakati dan dimaklumi bersama oleh setiap komponen

organisasi.

Prinsip pokok manajamen terdiri dari efisien, efektif dan rasional. Efektivitas

dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu pada

pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Dengan

pengertian, semakin besar presentase target suatu program yang tercapai, semakin

tinggi tingkat efektivitasnya. Adapun efisien berkaitan dengan besarnya input

untuk menghasilkan output dan besarnya tingkat pemborosan. Sementara Rasional

dalam mengambil keputusan sangat diperlukan dalam proses manajemen.

Keputusan merupakan suatu pilihan dalam dua atau lebih tindakan. Dalam istilah

manajemen, pengambilan keputusan meruapakan jawaban atas pertanyaan tentang

perkembangan suatu kegiatan. (Uwes, 2017:55).

Efisien, efektif dan rasional sebagaimana yang disebutkan Uwes di atas adalah

prinsip pokok manajemen, dengan ketiga prinsip pokok ini maka secara umum bisa

dimaknai indikator produktivitas dan tingkat pemborosan serta ketepatan dalam

mengambil keputusan. Saat pencapaian target memiliki presentasi yang tinggi baik

secara kualitas dan kuantitas maka semakin tinggi pula tingkat efektivitasnya,

sedangkan yang berhubungan dengan pribahasa “lebih besar pasak dari pada tiang”

erat kaitannya dengan efisiensi. Untuk menentukan pengambilan kebijakan ke-

efektivan dan ke-efisiensian maka berpikir rasional adalah kunci utamanya.

11

Efektivitas dan efisien yang dimaksud menurut Rusdiana (2014: 80) adalah

Efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam

rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal

pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya

untuk mengukur dan menguji secara empiris hubungan antara input dan output.

Dari sisi produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan

mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis

pembatas antara input secara kuantitas dan proporsional sehingga menghasilkan

sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan. Sedangkan Rasional

dalam mengambil keputusan, yaitu pengambilan keputusan yang rasional sangat

diperlukan dalam proses manajemen. Keputusan merupan suatu pilihan dalam dua

atau lebih tindakan.

Dalam manajemen terdapat pula manajemen mutu, prinsip model manajemen

mutu ISO 9001: 2000 disusun berlandaskan delapan prinsip manajemen kualitas.

Prinsip-prinsip ini dapat digunakan manajemen sebagai kerangka kerja (frame

work) yang membimbing organisasi pada peningkatan kinerja (Uwes, 2017: 56).

Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan oleh Rusdiana (2014: 44-45) bahwa fokus pada

pelanggan (customer focus), artinya organisasi lembaga pendidikan bergantung

pada pelanggannya, yaitu orangtua siswa dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu,

manajemen organisasi harus memahami kebutuhan yang berkaitan dengan

pendidikan saat ini dan yang akan datang. Kepemimpinan (leadership), artinya

pemimpin organisasi atau lembaga pendidikan harus menetapkan kesatuan tujuan

dan arah dari organisasi lembaga pendidikan. Mereka harus menciptakan dan

memelihara lingkungan internal agar setiap personel organisasi pendidikan terlibat

secara penuh dalam pencapain tujuan-tujuan organisasi. Keterlibatan orang

(involvement of people), artinya orang atau karyawan pada semua tingkatan

merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan keterlibatan

mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk

manfaat organisasi.

Dalam prinsip umum manajemen, dikenalkan pula istilah fungsi-fungsi

manajemen. Musfah (2015: 8) membuat sebuah tabel yang menerangkan fungsi-

fungsi manajemen menurut para ahli, berikut tabel 2.1 yang merupakan fungsi

manajemen menurt para ahli

Tabel 2.1 Fungsi Manajemen Menurut para Ahli

No Nama Tokoh Fungsi Manajemen

1 Henry Fayol Planning

Organizing

Commanding/Directing

Coordinating

Controlling

2 George R. Terry (1990) Planning

12

No Nama Tokoh Fungsi Manajemen

Organizing

Controlling

Activating

3 H. Kontz dan O’Donnel

(1991)

Planning

Orgzanizing

Staffing

Controlling

Directing

4 Dalton E.M.C. Ferland

(1990)

Planning

Organizing

Controlling

5 John Robert B., Ph.D Planning

Organizing

Commanding

Controlling

6 William Spriegel Planning

Organizing

Controlling

7 James A.F. Stoner Planning

Organizing

Leading

Controlling

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip umum manajemen adalah

keefektivan dalam pencapaian produk yang memiliki tingkat kualitas tinggi baik

secara kualitas dan kuantitas, efisien dalam mendapatkan output keuntungan yang

lebih besar dibandingkan dengan inputnya, rasional dalam mengambil keputusan

suatu organisasi yang didalamnya terdapat kelenturan yang mempertimbangkan

kondisi tertentu mencakup keseluruhan situasi yang terjadi di organisasi itu.

2. Konsep Pendidikan

Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

Pasal 1 ayat (1) menjelaskan tentang arti pendidikan, yaitu “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara. (Kompilasi Perundangan, 2009: 127)”.

Dari pengertian di atas, pendidikan mencakup tiga aspek. Pertama, usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Pendidikan harus disiapkan dengan matang mulai dari mutu guru, kelas, media,

metode, evaluasi, hingga prasarana pendukung keberhasilan pendidikan. Kedua,

13

potensi siswa berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pendidikan

salah satunya adalah melahirkan manusia yang pintar, terampil, dan Shaleh,

manusia yang imtak dan iptek, manusia yang terampil dan baik terhadap sesama

dan Tuhan. Pendidikan harus menyentuh aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik

siswa. Dan yang terakhir adalah ilmu yang bermanfaat bagi individu, masyarakat,

dan bangsa. Tujuan akhir dari sekolah dan kuliah adalah agar manusia bisa hidup

bahagia dan membahagiakan orang lain. Pendidikan harus melahirkan manusia

yang hidup untuk kepentingan orang banyak, masyarakat, dan bangsa.

Sedangkan Mudyahardjo (2001:3) membagi definisi pendidikan menjadi tiga,

yaitu definisi luas, sempit, dan luas terbatas. Hal tersebut dapat dijelaskan sabagai

berikut:

a. Definisi Luas

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Karakteristik konsep

ini, yaitu masa pendidikan seumur hidup selama ada pengaruh lingkungan,

lingkungan pendidikan dapat diciptakan maupun ada dengan sendirinya, kegiatan

dapat berbentuk tak sengaja ataupun yang terprogram, tujuan pendidikan tidak

ditentukan dari luar, tapi terkandung dalam tiap pengalaman belajar, tidak terbatas,

dan sama dengan tujuan hidup, dan didukung oleh kaum humanis romantik dan

kaum pragmatik.

b. Definisi Sempit

Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pembelajaran yang

diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Karakteristik

konsep ini, yaitu masa pendidikan terbatas, lingkungan pendidikan diciptakan

khusus, isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum,

kegiatan pendidikan berorientasi kepada guru, dan kegiatan terjadwal, tujuan

pendidikan ditentukan oleh pihak luar, terbatas pada pengembangan kemampuan-

kemampuan tertentu, bertujuan untuk mempersiapkan hidup dan didukung oleh

kaum behavioris.

c. Definisi Luas Terbatas

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan

peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup

secara tepat di masa yang akan datang. Karakteristik konsep ini, yaitu masa

pendidikan berlangsung seumur hidup yang kegiatannya tidak berlangsung

sembarang, tapi pada saat tertentu, berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup

(lingkungan hidup kultural), berbentuk pendidikan formal, informal, dan

nonformal, tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup yang bersifat

menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup, dan didukung oleh kaum humanis

realistik dan realisme kritis.

14

Dari tiga definisi yang disampaikan Mudyahardjo di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, definisi luas, sempit

dan luas terbatas mengisyaratkan bahwa pendidikan sejatinya adalah setiap proses

yang dilakukan oleh manusia dalam mengembangkan kecakapan yang dia miliki

menuju kemudahan dalam menjalankan kehidupan.

Sedangkan, menurut Miarso (2004:9-10), ada beberapa konsepsi dasar

pendidikan, pertama, pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri

pribadinya. Kedua, pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.

Ketiga, pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan

tempat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik. Keempat,

pendidikan dapat berlangsung secara mandiri dan dapat berlangsung secara efektif

dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala. Kelima, pendidikan dapat

berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, kelompok yang

heterogen, maupun perseorangan. Serta terakhir Miarso mendefinisikan pendidikan

sebagai proses belajar, dimana belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik

yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya.

Dari konsepsi dasar pendidikan yang diutarakan oleh Miarso ini, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan mencakup segala hal yang berhubungan dengan

anak didik, proses yang berlangsung seumur hidup, kemandirian dengan

pengawasan berkala, dilakukan oleh kelompok atau perorangan yang didalamnya

terdapat proses belajar.

Lain halnya dengan John Dewey, menurut Dewey dalam Iman (2004:3)

memaknasi pendidikan sebagai all one with growing; it has no end beyond it self,

sehingga tidak akan pernah permanen tapi selalu evolutif. Selain selalu on going

process, Model pendidikan partisipatif bertumpu pada nilai-nilai demokratis,

partisipasi, pluralisme dan liberalisme. Sehingga di Amerika yang merupakan

penganut filsafat Dewey, falsafah pendidikannya lebih mementingkan kebebasan

individu. Karenanya setiap individu dibimbing untuk mencapai kejayaan yang

setinggi-tingginya dalam ilmu pengetahuan dan kekayaan yang membawanya

kesenangan hidup. Keberhasilan pendidikan bagi Dewey terletak pada partisipasi

setiap individu yang didukung oleh kesadaran umum masyarakat. Konsep

pendidikan yang diusung oleh John Dewey ini dikenal dengan pendidikan

progresifisme yaitu pendidikan yang dijalankan secara demokratis. Pada tataran

praktisnya, dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, peserta didik harus

berperan aktif dalam proses belajar ataupun dalam menentukan materi pelajaran

(Zulkarnain, 2011: 28).

Pendidikan merupakan suatu rekonstruksi pengalaman, langkah ke depan,

untuk persiapan berikutnya. Pencapaian goals masa depan di sini yang belum

diketahui sebelumnya; melainkan didekati secara eksperimental dan dibentuk oleh

15

konsekuensi-konsekuensi. Dalam konteks ini, Dewey mengkritisi segala upaya

yang mencoba mendidik anak dengan pencapaian yang sudah pasti, yang memaksa

mereka menimbang pola-pola prestasi sebagai antisipasi ke depan. Anak-anak

tersebut dididik untuk menjadi warganegara (citizenship), untuk kejuruan

(vocational), untuk pariwisata (leisure); mereka diajar membaca, berhitung,

geografi, karena akan berguna untuk mereka dalam hidupnya. (Rostitawati, 2014:

135).

Dari pemaparan John Dewey, bisa disimpulkan bahwa pendidikan tidak

pernah statis, selalu bergerak tumbuh, dengan semangat kebebasan individu untuk

mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang menakjubkan.

Konstruk yang terbangun dari pemaparan para ahli mengenai konsep

pendidikan, penulis bisa menyimpulkan bahwa pendidikan sejatinya adalah proses

perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik menjadi manusia

paripurna yang berlangsung seumur hidup baik dalam lingkungan pendidikan

formal, informal maupun non formal dengan semangat hak kebebasan meraih

pengembangan diri yang menakjubkan.

3. Konsep Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan dalam arti yang luas menurut Engkoswara (2001:1)

adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan

pendidikan secara produktif. Lebih lanjut dikatakan bahwa penataan dalam arti

mengatur, manajemen memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber

daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi atau membina.

Adapun sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang meliputi

peserta didik, pendidik, dan para pemakai jasa pendidikan. Pendapat lain dari

Gaffar dalam Chairunnisa (2016:2), manajemen pendidikan adalah suatu proses

kerjasama yang sistematik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Dari dua definisi diatas memiliki irisan yang sama mengenai manajemen

pendidikan yaitu sebagai proses kerjasama antar komponen pendidikan dalam

upaya mencapai tujuan pendidikan.

Hal ini jelas mengisyaratkan bahwa pendidikan terdiri dari beberapa komponen

yang harus terhubung dan terkoneksi satu sama lain yang tentu tidak bisa

dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Mulyasa (2004:20)

berpendapat bahwa manajemen pendidikan merupakan komponen integral dan

tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan.

Secara lebih luas, Nurhadi (1983: 260) mendefinisikan manajemen pendidikan

sebagai kerjasama untuk mencapai tujuan, bagian dari proses untuk mencapai

tujuan pendidikan, merupakan suatu sistem, bagian dari upaya pendayagunaan

sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan, bagian kepemimpinan

manajemen, proses untuk pengambilan keputusan.

Berdasarkan pemaparan dari Nurhadi, maka dapat dimaknai bahwa manajemen

pendidikan bukan hanya sebatas administrative dalam dunia pendidikan melainkan

16

hal yang lebih luas daripada itu, dalam manajemen pendidikan tentu harus ada

komponen di dalamnya yang saling bekerjasama untuk meraih tujuan pendidikan,

untuk menjalin kerjasama tersebut dibutuhkan kepemimpinan manajerial yang

menentukan pengambilan keputusan berupa suatu kebijakan pendidikan.

Berkaitan dengan konsep manajemen pendidikan sebagai bagian dari

kepemimpinan manajemen, maka disana tentu akan ada fungsi manajemen yang

harus diperhatikan oleh seorang pemimipin, fungsi manajemen pendidikan,

Subroto (2010:15) menjelaskannya sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planing)

Dalam manajemen pendidikan, perencanaan meliputi penelitian prioritas

agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai dengan prioritas

kebutuhan, melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam proses

pendidikan. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi

terhadap pelaksanaan dan hasil dari pendidikan. Formulasi prosedur sebagai

bagian dari tahapan rencana tindakan dan penyerahan tanggung jawab, baik

kepada individu maupun kelompok.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian dalam sistem pendidikan merupakan implementasi dari

perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pengorganisasian perlu

dilihat semua kekuatan serta sumber daya manusia maupun sumber daya

nonmanusia. Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan bisa berjalan

dengan lancar dan sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-

prinsip yang mendesain perjalanan organisasi, yaitu kebebasan, keadilan dan

musyawarah.

c. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan dalam bidang pendidikan merupakan upaya untuk

menyuguhkan arahan serta bimbingan dan dorongan kepada seluruh SDM dari

personel yang ada di dalam suatu organisasi sehingga mampu menjalankan

tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan dalam pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup

pengawasan material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak

dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh

Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam

pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat menjamin bahwa aktivitas

operasional organisasi pendidikan benar-benar mengacu pada perencanaan yang

sudah ada.

17

Hal senada dengan pendapat Subroto dikemukakan oleh Menurut Robert L.

Trewathn dan M. Gene Newport dalam Winardi (2000: 4) yang menyebutkan

definisi manajemen pendidikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan serta pengawasan aktivitas-aktivitas suatu organisasi pendidikan

sebagai upaya mencapai koordinasi sumber daya manusia dan sumber daya alam

dalam pencapaian sasaran secara efektif serta efisien dalam pendidikan.

Jika dikaji dari segi epistomologi dan ontologi manajemen pendidikan bisa

dilihat pendapat Uwes juga Drucker yang masing-masing memaparkan mengenai

manajemen pendidikan dari hal tersebut. Secara epistomologi manajemen

pendidikan adalah sistem pengetahuan yang menyajikan pola dan model

pengelolaan lembaga pendidikan yang dilakukan untuk kepentingan peserta didik

sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan rencana yang telah disepakati

(Uwes, 2017: 67), sedangkan secara ontologis, tujuan dasar manajemen pendidikan

adalah membentuk profesionalitas pengelolaan lembaga pendidikan dan

pelaksanaan pembelajaran yang berpijak pada nilai-nilai yang sama, struktur kerja

yang sama, pelatihan yang sama, dan perkembangan bersama yang diarahkan untuk

menanggapi berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan

pendidikan (Drucker terj. Ansyar, 1993: 11)

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, penulis bisa menyimpulkan konsep

manajemen pendidikan adalah suatu ilmu bagaimana mengorganisasikan setiap

elemen sumber daya manusia, produk dan jasa bidang pendidikan sehingga

mencapai optimalisasi pendayagunaan melalui fungsi-fungsi manajerial yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam

lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

B. Lesson study

Diskusi ilmiah yang akan dipaparkan penulis mengenai lesson study

mencakup sejarah lesson study, pengertian lesson study, konsep lesson study,

tahapan lesson study, manfaat lesson study, dan kelebihan lesson study sebagai

berikut:

1. Sejarah Lesson study

Membahas tentang sejarah lesson study yang pertama kali dicetuskan di Jepang

tidak bisa dilepaskan dari kata kounaikenshu yaitu sebuah CPD (continuing

professional development) bentuk pengembangan profesional berkelanjutan.

Kounaikenshu yang mulai berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya

adalah bentuk pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service

training) dimana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop bersama

rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional mereka (Widhiarta dkk.,

2009:1)

Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui

perencanaan dan observasi bersama yang bertujuan untuk memotivasi siswa-

siswanya aktif belajar mandiri. Lesson study merupakan terjemahan langsung dari

18

bahasa Jepang Jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson

atau pembelajaran, dan kenkyu yang berati study atau research pengkajian. Dengan

demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap

pembelajaran (Hendayana, 2007:20).

Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyoukenkyu sendiri dalah

merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang yang disebut sebagai

suhu reformasi, yaitu Manabu Sato yang merupakan dosen Universitas Tokyo.

Beliau mengemukakan perlunya perubahan dalam pola pembelajaran yang tertutup.

Perubahan itu adalah penciptaan masyarakat belajar di sekolah dan membuka

seluas-luasnya proses pembelajaran di kelas untuk diamati. Teknik pembelajaran

yang terbuka akan menerima masukan dari yang mengamatinya. (Widhiarta dkk.,

2009:3)

Di Indonesia sendiri lesson study berkembang melalui proyek IMSTEP

(Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project), yaitu sebuah

proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di Indonesia JICA (Japan

International Cooperation Agency) untuk meningkatkan mutu pendidikan

matematika dan IPA di Indonesia. Proyek yang dimulai pada tahun 1998 ini

melibatkan IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (saat ini ketganya

telah berubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas

Negeri Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang). Ketiga perguruan tinggi

tersebut bersama JICA dan beberapa sekolah terpilih (piloting) merumuskan

serangkaian program untuk meningkatkan kualitas pendidikan IPA dan Matematika

di Indonesia. Penerapan lesson study sendiri adalah salah satu program yang

termasuk di dalamnya. Walaupun proyek IMSTEP sendiri telah selesai namun saat

ini ketiga perguruan tinggi tersebut masih aktif mengembangkan lesson study di

berbagai sekolah (Widhiarta dkk., 2009:7).

Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)

dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(Dirjen PMPTK) mengakui keunggulan dari lesson study dalam mengembangkan

kompetensi dosen dan guru. Oleh karena itu, berbagai program dirancang dan

diupayakan agar lesson study segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air, dosen

dan guru. Dengan demikian, yang menjalankannya dapat meningkatkan

kompetensinya sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman (Susilo,

2011: 1).

Dengan demikian, penulis bisa menyimpulkan bahwa sejarah lesson study

dicetuskan pertama kali di Jepang yang berkembang pada tahun 1960 dan mulai

diterapkan di Indoensia melalui proyek IMSTEP (Indonesia Mathematics and

Science Teacher Education Project) kerjasama antara JICA (Japan International

Cooperation Agency) dengan tiga perguruan tinggi di Indonesia yaitu IKIP

Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (Universitas Pendidikan Indonesia,

Universitas Negeri Yogyakarta dan Universitas Negeri Malang) pada tahun 1998.

19

2. Pengertian Lesson study

Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran

yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara tersebut, kata istilah itu lebih

populer dengan sebutan “jugyokenkyu” lesson study mulai dipelajari di Amerika

sejak dilaporkannya hasil Third Internasional Mathematics and Science Study

(TIMSS) pada tahun 1996. Dalam bahasa Indonesia disebut “Kaji Pembelajaran”.

Lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan

pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang (Susilo,

2011: 2).

Lynn C. Hart (2011:1) menjelaskan lesson study sebagai pengembangan

profesionalitas guru berbasis kolaborasi yang merupakan sebuah pendekatan yang

berasal dari Jepang. “Lesson study is a collaboration-based teacher professional

development approach that originated in Japan” (Hart, 2011: 1)

Menurut Sumar Hendayana (2007:10) mendefinisikan “Lesson study adalah

suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara

kolaboratif dan berkelanjutan brdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual

learning untuk membangun komunitas belajar”.

Senada dengan Sumar Hendayana, Ibrohim yang merupakan dosen Fakultas

MIPA dari Universitas Negeri Malang dalam Tedjawati (2011:483)

mengemukakan bahwa “Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian

pembelajaran yang dilakukan oleh para guru secara kolaboratif, berkelanjutan

membangun masyarakat belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat

(lifelong learning)”.

Sedangkan menurut Cerbin dan Kopp yang dikutip oleh Putu Ashintya

Widhiartha pada tulisannya Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu

Pendidik Pendidikan Nonformal menerangkan bahwa Lesson study adalah sebuah

proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru yang berasal dan

dikembangkan secara sistematis dalam sisitem pendidikan di Jepang dengan tujuan

utama menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif (Widhiarta

dkk., 2009:9).

Dari beberapa pengertian lesson study di atas dapat diambil beberapa

kesimpulan, sebagai bahwa istilah lesson study merupakan penerjemahan dari

istilah jugyou kenkyuu, sebuah bentuk evolusi dari program pendidikan

professional "kounaikenshu" yang tumbuh dan berkembang di Jepang. Lesson

study merupakan model pembinaan dan pendidikan khusus bagi para pendidik, jadi

bukan merupakan metode ataupun strategi pembelajaran. Lesson study merupakan

bentuk kolaborasi antarguru dalam rangka melakukan perbaikan-perbaikan

pembelajaran. Prinsip lesson study adalah kolegalitas dan mutual learning untuk

membangun komunitas belajar dan proses lesson study dilakukan secara

berkelanjutan.

20

3. Tipe Lesson study

Lesson study adalah sebuah frasa yang berasal dari kata-kata to study lesson,

mempelajari pelajaran. Apa yang menjadi pelajaran dalam hal ini adalah KBM

(kegiatan belajar-mengajar). Lesson study pada hakikatnya merupakan kegiatan

perbaikan KBM melalui studi/observasi/refleksi. Studi atau observasi adalah

kegiatan pengumpulan data untuk dapat kita pikirkan dalam rangka menarik suatu

penjelasan (eksplanasi). Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan

inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang

melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang

dikembangkan. Berikut tipe lesson study yang telah dilakukan oleh para guru

(Hendayana, 2007:47):

a. Lesson study berbasis sekolah

Lesson study dengan tipe ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang

studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson study meliputi perencanaan,

pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru terlibat secara aktif dalam ketiga

kegiatan tersebut. Walaupun lesson study tipe ini secara umum hanya melibatkan

warga sekolah yang bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk

melibatkan pihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang

diperlukan karena kedudukannya.

b. Lesson study berbasis MGMP (Bidang Studi)

Lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang diuraikan

sebelumnya. Perbedaannya hanya anggota komunitas yang datang dari berbagai

sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan demikian, lesson study tipe ini

anggota komunitasnya bisa mencangkup satu wilayah (misalnya satu wilayah

MGMP), satu kabupaten atau lebih luas lagi.

Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe leson study di atas pada

dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan perencanaan,

implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara bersama-sama sehingga

membentuk suatu komunitas belajar yang secara sinergis diharapkan mampu

menciptakanterobosan-terobosan baru dalam menciptakan pembelajaran yang

inovatif. Dengan langkah, cara serta proses seperti ini, maka setiap anggota

komunitas yang terlibat sangat potensial untuk mampu melakukan self-

development sehingga memiliki kemandirian untuk berkembang bersama-sama

dengan anggota komunitas belajar lainnya (Rusman, 2011: 401).

Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah mampu

mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang saling berdekatan

(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis

Sekolah, 2011: 6). Sedangkan lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan,

pertama adalah pertama, agar semua guru dapat diobservasi dan refleksi

21

setidaknya satu kali dalam satu tahun. Kedua, agar guru dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan- rekannya sesame guru.

Ketiga, agar guru dapat membentuk kolegalitas dengan cara berkolaborasi bersama

sehingga terciptannya masyarakat belajar, sesuai dengan prinsif sepanjang hayat

(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis

Sekolah, 2011: 68).

Widhiarta dkk. (2008: 40) menjelaskan mengenai tipe lesson study yang dibagi

menjadi tiga kategori besar yaitu lesson study di dalam sekolah, public research

lesson dan lesson study sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru, dan

lain-lain.

Pertama, lesson study di dalam sekolah, tipe paling umum dari lesson study

adalah “within school research lesson”, dalam bahasa Jepang disebut sebagai

kounai kenkyuu jugyou, pada umumnya model lesson study ini mengambil tempat

di dalam sekolah dasar. Di Jepang nilai-nilai lesson study sangat dihargai.

Penerapan lesson study tidak diatur oleh perundang-undangan apapun di Jepang

tetapi sebagian besar guru di sana percaya bahwa tanpa menerapkan lesson study

mereka tidak akan pernah menjadi guru yang baik (Widhiarta dkk., 2008: 41).

Kedua, Public Research Lesson, dalam istilah Jepang disebut koukai kenkyuu

jugyou atau gakushuu kenkyuu happyoukai. Model lesson study ini terbuka untuk

para guru dari luar sekolah, undangan dapat berasal dari kecamatan, kota, ataupun

propinsi yang berbeda bahkan dari seluruh negara. Di Jepang beberapa sekolah

menerima blockgrant untuk melakukan pengembangan topic-topik tertentu.

Selama penelitian mereka diwajibkan untuk mendiskusikan hasil kerja mereka

kepada publik melalui lesson study. Lesson study menjadi semacam konferensi

bahkan dimungkinkan dalam forum yang jauh lebih besar dan luas, misalnya

dalam skala nasional, meski dalam skala ini nilai-nilai lesson study akan lebih

susah dipertahankan (Widhiarta dkk., 2008: 41)..

Ketiga, lesson study sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru, dan

lain-lain, hal ini bermakna lesson study dapat juga dilaksanakan sebagai bagian

dari kegiatan lain. Sebagai contoh di setiap tahunnya pada Konferensi Pendidikan

Sains Tingkat Sekolah Dasar di Jepang, selalu ada forum Lesson study dengan

topik-topik actual pada bidang pendidikan sekolah dasar (Widhiarta dkk., 2008:

42)..

Jadi, secara garis besar tipe lesson study terdiri dari lesson study berbasis

sekolah dan lesson study berbasis MGMP. Lesson study berbasis sekolah

dilaksanakan dan keterlibatan guru hanya berpusat pada suatu sekolah tertentu

walaupun dalam praktiknya bisa mengundang tim ahli dari luar sekolah yang

bersangkutan sedangkan lesson study berbasis MGMP melibatkan anggota

komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama,

namun ada juga yang mengatakan bahwa tipe lesson study terdiri dari tiga tipe

yaitu lesson study di dalam sekolah, public research lesson dan lesson study

sebagai bagian dari konferensi nasional, asosiasi guru dan lain-lain.

22

4. Tahapan Lesson study

Clea Fernandez dan Makoto Yoshida (2004: 7-9) menjelaskan mengenai

tahapan Lesson study sebagai berikut:

“Step 1: Collaboratively Planning the Study Lesson

Work on a study lesson begins by teachers coming together to plan the

lesson. This planning is of a meticulous and collaborative nature. Teachers

share their ideas for how best to design the lesson by drawing on their past

experiences, observations of their current students, their teacher's guide,

their textbooks, and other resource books. The end product of this first step

is a lesson plan that describes in detail the design that the group has settled

on for their lesson”.

Hal ini berarti pada Langkah pertama adalah merencanakah pembelajaran secara

kolaboratif. Dalam langkah pertama ini, guru-guru berkumpul untuk merencanakan

suatu pembelajaran, perencanaan harus bersifat teliti dan kolaboratif. Dalam tahap

perencanaan ini guru memberikan gagasannya bisa berupa pengalaman

mengajarnya, pengamatan terhadap siswa mereka saat ini, perencanaan yang

bersumber dari buku teks, dan sumber lainnya. Produk akhir dari langkah pertama

ini adalah rencana pembelajaran yang menjelaskan secara rinci sebuah rancangan

pembelajaran.

“Step 2: Seeing the Study Lesson in Action

The next step is for one of the teachers in the group to teach the lesson to

his or her students. This implementation is of a public nature because it

involves the other teachers as observers. These observers come to the

lesson with the lesson plan in hand, which they use as a tool to guide what

they look for in the lesson.”

Dalam langkah kedua ini, salah satu guru dalam kelompok tersebut mengajarkan

sebuah pelajaran kepada peserta didik. Implementasi pembelajaran ini bersifat

terbuka karena melibatakan guru-guru lain sebagai observer. Observer menghadiri

pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang bisa digunakan

untuk sebagai alat untuk menganalisis proses pembelajaran. Langkah ketiga adalah

mendiskusikan Lesson study.

“Step 3: Discussing the Study Lesson

The group next comes together to reflect on the lesson now that they have

seen it unfold in a real classroom. The teachers share what they observed

as they watched the lesson and provide their reactions and suggestions”.

Pembelajaran dalam langkah ketiga ini, guru berkumpul untuk merefleksikan

pembelajaran yang telah dilakukan di tahap kedua. Guru Observer berbagi tentang

apa yang dilihat dan dirasakan selama mengikuti proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru model, mengidentifikasi dan berbagi saran atau masukan yang

bersifat konstruktif.

Step 4: Revising the Lesson (Optional)

Some groups will stop their work on a study lesson after they have

discussed their observations of it, but others will choose to go on to revise

and reteach the lesson so that they can continue to learn from it. This

23

revision process leads to the creation of an updated version of the lesson

plan that reflects all the changes that the teachers have decide to make to

the design of their lesson”.

Dalam langkah keempat ini, ada kelompok lesson study yang menghentikan proses

karena dirasa mencukupi, namun ada juga yang memilih untuk terus merevisi dan

mempelajari kembali pelajaran sehingga mereka dapat terus belajar darinya. Proses

revisi ini mengarah pada pembuatan versi terbaru dari rencana pelajaran yang

mencerminkan semua perubahan yang telah diputuskan oleh para guru dalam

merancang sebuah pembelajaran.

Step 5: Teaching the New Version of the Lesson (Optional)

A second member of the group will next publicly teach the new version of

the study lesson to his or her students, while colleagues again come to

observe. Sometimes if teachers cannot attend both lessons, they will

choose to observe the second implementation, which generally represents

the culmination of the group's work for a particular study lesson. It is very

rare to see the same teacher teach the lesson twice to the same class, or

even to a different class. One reason for this tendency is that varying the

teacher and the students provides the group a broader base of experiences

to learn from. It also gives as many teachers as possible a chance to teach

in front of others. It is also rare for a group to choose to revise and reteach

the lesson a third time because there is only so much a group can learn

from examining a particular lesson. It is generally considered more

productive to move on to working on an entirely new lesson than to keep

revising the same lesson over and over again with diminishing returns.

Also it becomes logistically difficult to keep working on the same lesson

as time goes by and children are progressing through the curriculum.

Langkah kelima adalah mengajar versi baru pembelajaran (opsional), langkah ini

adalah kelanjutan jika langkah empat tentang merevisi pelajaran dilakukan, intisari

dari langkah ini adalah guru model melakukan pengajaran kepada peserta didik

berdasarkan apa yang dilakukan di tahap sebelumnya, pada tahap ini guru yang lain

kembali menjadi observer dan melihat serta menganalisis bagaimana proses

pembelajaran terjadi dengan skema dan materi yang relative baru, hal ini umumnya

dianggap lebih produktif untuk terus mengerjakan pelajaran yang sama sekali baru

daripada terus merevisi pelajaran yang sama berulang-ulang dengan hasil yang bisa

saja semakin berkurang, pembelajaran yang baru dilakukan mengingat kurikulum

yang diberikan kepada siswa (materi ajar) harus selalu baru setiap kali

pertemuannya.

“Step 6: Sharing Reflections about the New Version of the Lesson The

teachers will next come together to discuss their reactions to what they saw

transpire when the second version of the study lesson was taught. This

conversation again centers on teachers sharing their observations,

comments, and suggestions. It is common during all the lesson study

meetings, and in particular when teachers share reflections about a study

lesson they have observed, for a group member to be assigned to take

24

detailed minutes. This way the group can have available for future

reference a good record of all the ideas that were generated during their

work together. As we shall discuss later, such a record is very useful when

the teachers later turn to writing a report of their work”.

Langkah yang keenam adalah sharing refleksi tentang versi baru pembelajaran.

Guru selanjutnya akan berkumpul untuk mendiskusikan reaksi mereka terhadap

apa yang mereka lihat saat versi kedua Lesson study diajarkan. Dalam diskusi

ini guru observer akan kembali memberikan arahan, masukan dan sarannya atas

pembelajaran yang terjadi.

a. Perencanaan (Plan)

Perencanaan adalah hal yang sangat penting yang harus dilakukan guna

kesuksesan suatu agenda. Ayat Al-Quran surat Al-Hasyr ayat 18 berbunyi:

“..dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok.” Maksudnya, hisablah diri kalian sebelum dihisab oleh Allah. Dan lihatlah

apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sendiri berupa amal shalih untuk hari

kemudian dan pada saat bertemu dengan Robb kalian. (Abdullah, 2003:121). Dari

penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa untuk mendapatkan suatu kebaikan di hari

esok, maka seseorang wajib menghisab dirinya, hal ini berkaitan erat dengan

perencanaan pengorganisasian hari esok yang lebih baik. Dalam lesson study pun

terdapat satu tahap yang bernama plan atau perencanaan.

Beberapa hal sebagai tahapan pertama dari lesson study apa yang

direncanakan, bagaimana merencanakan, siapa yang merencanakan, pemilihan

guru model, persiapan untuk open lesson dan kebutuhan akan dukungan teknis.

Tahap perencanaan (Plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran

yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan

membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga tercipta

suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif. Perencanaan yang

baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama (kolaboratif) (Buku

Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah,

2011: 3).

Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru

yang termasuk dalam satu kelompok lesson study (jumlah bervariasi 6-10 orang).

25

Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu

konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi

tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif (Zulkily

dkk., 2009:55).

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, maka perencanaan Lesson study bisa

dilakukan dengan cara kolaboratif oleh beberapa orang guru untuk menghasilkan

rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik

secara efektif dan membangkitkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran

yang dirumuskan melalui apa yang dirancanakan, bagaimana merencanakan,

siapa yang merencanakan, pemilihan guru model, persiapan untuk open lesson

dan kebutuhan akan dukungan teknis.

b. Pelaksanaan (Do)

Tahap kedua adalah Open lesson atau tahap pelaksanaan yaitu menerapkan

RPP yang sudah dirancang dan didiskusikan pada tahapan sebelumnya. Pada

pelaksanaanya seorang guru disebut guru model membuka pembelajaran (Open

lesson) untuk menerapkan RPP yang telah dirancang bersama, sementara guru

lainnya disebut observer mengamati dan mencatat proses pembelajaran yang

terjadi. Pada proses pelaksanaan lesson study hal penting bagi para pengamat harus

berdiri di posisi-posisi dimana mereka bisa melihat wajah para siswa. Karena

tujuan lesson study adalah untuk belajar dari realita siswa (belajar dari

pembelajaran).

Tahap pelaksanaan (Do), dimaksudkan untuk menerapkan

rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok

berperan sebagai guru model. Sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati

(Buku Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis

Sekolah, 2011: 3).

Implementasi RPP adalah tahapan do, Mulyana (2007) menjelaskan mengenai

tahap do dalam lesson study sebagai berikut:

“Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu kegiatan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang

disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang

telah disusun bersama, dan kegiatan pengamatan atau observasi yang

dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson study yang lainnya (baca:

guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang

bertindak sebagai pengamat/observer).”

Peran guru model dalam melaksanakan RPP haruslah sangat diperhatikan sebagai

implikasi dari proses penyusunan saar perencanaan. Mulyana (2007) menjelaskan

lebih lanjut:

“Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,

diantaranya adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

26

yang telah disusun bersama, siswa diupayakan dapat menjalani proses

pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan

under pressure yang disebabkan adanya program Lesson study. Selama

kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan

mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi

guru maupun siswa.

Selain itu dalam pelaksanaan pengimplementasian RPP, Pengamat harus

melakukan pengamatan terhadap interkaksi yang dilakukan oleh siswa. Lebih lanjut

Mulyana (2007) menjelaskan:

”Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siwa-

siwa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan

menggunakan instrument pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan

disusun bersama-sama. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran

yang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Pengamat dapat

melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk

keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan

peremakan tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pengamat

melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan

dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses

konktrusksi pemahaman siswa melaui aktivitas belajar siswa. Catatan

dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang

tercantum dalam RPP”

Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu lesson study dapat

berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang harus dipersiapkan baik oleh

guru maupun observer sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum proses

pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan gambaran secara umum apa

yang akan terjadi di kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran,

tujuannya apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran

secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang berlaku,

dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu observer juga perlu

diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan peta posisi tempat duduk yang

menggambarkan seting kelas yang digunakan (Hendayana, 2007:56).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa tahap pelaksanaan dalam Lesson

study sejatinya adalah pe-ejawantahan terhadap RPP yang telah dibuat pada tahap

perencanaan yang disampaikan melalui guru model dalam sebuah pembelajaran

dan tidak lupa ada guru-guru observer untuk melakukan proses pengamatan dan

analisis terhadap keberjalanan pembelajaran dan efektivitas RPP yang dibuat

dengan menitikberatkan kepada pengamatan terhadap respon siswa dan tidak

mengganggu keberlangsungan proses belajar mengajar.

27

Refleksi (See)

Setelah dilakukannya suatu agenda, maka tahap selanjutnya adalah tahap

refleksi. Ayat Al-Quran menjelaskan dengan seterang-terangnya mengenai refleksi

ini, salah satunya dalam Q.S Al- Israa ayat 36 yang berbunyi:

“Semuanya itu, yakni pendengaran, penglihatan, dan hati, akan diminta

pertanggungjawabannya.” Maksudnya, seorang hamba kelak akan diminta

pertanggungjawaban mengenai hal itu pada hari Kiamat serta apa yang telah

dilakukan dengan semua anggota tubuh tersebut (Abdullah, 2003: 164). Mengenai

dengan pertanggungjawaban maka tidak lepas dari yang namanya refleksi, hal ini

sejalan dengan tahap ketiga lesson study.

Tahap ketiga dalam kegiatan lesson study adalah refleksi. Setelah selesai

pembelajaran dilakukan diskusi antara guru model dan para pengamat yang

dipandu oleh kepala sekolah. Diskusi diawali oleh guru model dengan

menyampaikan kesan-kesan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya berupa

komentar-komentar dan lesson learn dari proses pembelajaran yang baru saja

dilakukan oleh guru model. Tahap refleksi merupakan bagian terpenting dalam

lesson study meski banyak orang yang menganggapnya tidak begitu penting.

Refleksi harus dimulai dengan mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang

ditemukan oleh pengamat dalam pengamatan (Buku Panduan untuk Lesson study

Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah, 2011: 3).

Senada dengan yang disampaikan Buku Panduan untuk Lesson study,

Mulyana (2007) menjelaskan mengenai tahap see ini sebagai tahapan yang sangat

penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan tergantung

dari ketajaman analisis para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk

diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson study yang dipandu oleh kepala

sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian

kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan

komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang

dilakukannya, misalnya kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam

menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat

menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran

yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam

28

menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang

diperoleh dari hasil pengamatan. Tidak berdasarkan opininya. Bebagai

pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi

seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses

pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-

catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. Tahap pengamatan dan

refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan

pelaksanaan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada guru yang

bertugas sebagai pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar juga mengemukakan

apa lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru berlangsung

(Susilo, 2011:4).

Disamping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson study juga

melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan

program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Secara lebih sederhana, siklus

lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing

(Plan-Do-See) Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran

berorientasi praktik. Kegiatan tersebut digambarkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson study

(Sumber: Jurnal Pendidikan Dasar oleh Effendi Zulkily, dkk. 2009)

Fernandez dan Yoshida (2004) menjelaskan mengenai lesson study sebagai berikut:

“The idea is simple: teachers organically come together with a shared

question regarding their students’ learning, plan a lesson to make student

learning visible, and examine and discuss what they observe. Through

multiple iterations of the process, teachers have many opportunities to discuss

student learning and how their teaching affects it”.

29

Dari pendapat Fernandez dan Yoshida di atas kita bisa mengidentifikasi bagaimana

tahapan dari Lesson study, dimulai dari guru-guru berkumpul dengan membawa

berbagai pertanyaan berdasarkan pembelajaran siswa-siswi mereka, rencanakan

pembelajaran yang dapat dicapai oleh peserta didik, diskusikan hal apa saja yang

akan diobservasi, lalu lakukan observasi tersebut. Melalui beberapa kali siklus dari

proses iterasi tadi lalu diskusikan mengenai pembelajaran siswa dan efektivitas

pengajaran.

Lebih jauh, Lynn C. Hart dkk. (2011: 2) menjelaskan mengenai siklus lesson

study sebagai berikut:

“After identifying a lesson goal, teachers plan a lesson. The goals can be

general at first (e.g., how students understand equivalent fractions), and are

increasingly refined and focused throughout the lesson study process to

become specific research questions by the end (e.g., strategies students use

to compare 2/4 and 3/6). Teacherschoose and/or design a teaching approach

to make student learning visible, keeping their lesson goal in mind. The main

purpose of this step is not to plan a perfect lesson but to test a teaching

approach (or investigate a question about teaching) in a live context to study

how students learn. As they plan, they anticipate students’ possible

responses and craft the details of the lesson. Teachers come to know the key

aspects of the lesson, to anticipate how students may respond to these

aspects, and to explore different thinking and reasoning that may lie behind

the possible responses, During the lesson, teachers attend to student thinking

and take notes on different student approaches. In the debriefing after the

lesson, teachers discuss student learning based on the data they have

collected during the observation, revise and re-teach the research lesson to a

new group of students, make it iteration”.

30

Untuk lebih jelasnya mengenai Tahapan Lesson study menurut Lynn C. Hart

dkk. bisa dilihat flow chart sebagai berikut:

Gambar 2.2 Siklus Lesson study menurut Lynn C. Hart dkk

Dari penjelasn Lynn C. Hart dkk. diatas bisa disimpulkan tahapan dari

lesson study mencakup kelompok guru melakukan diskusi untuk penentuan tujuan

pembelajaran RPP yang termasuk didalamnya model pembelajaran, metode

pembelajaran, taktik dan teknik pembelajaran, serta penentuan guru model dan

waktu pelaksanaan “research lesson”, tahap selanjutnya adalah research lesson atau

open lesson yang digunakan oleh guru observer untuk memperhatikan dan

menganalisis proses pembelajaran, selanjutnya adalah tahapan refleski dengan cara

menggunakan data oleh observer dari proses open lesson untuk dijadikan desain

pembelajaran selanjutnya dan yang terakhir adalah melakukan research lesson atau

open lesson pada kelompok siswa yang berbeda kemudian kembali ke tahapan awal

yaitu melakukan penentuan desain pembelajaran dan seterusnya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

lesson study setidak-tidaknya terdiri dari tiga tahapan yaitu plan (proses

merencanakan lesson study), do (proses implementasi) dan see (proses refleksi

pembelajaran).

5. Manfaat Lesson study Widhiartha (2009: 19) menyebutkan manfaat lesson study dapat memicu

munculnya motivasi untuk mengembangkan diri guru, melatih pendidik “melihat”

peserta didik, menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, Lesson

31

study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru, Lesson study

menepatkan para pendidik pada posisi terhormat.

Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri karena

lesson study menciptan sebuah kondisi diaman seorang pendidik harus menghadapi

perkembangan di luar lingkungannya. Ia akan “dipaksa” untuk melihat

perkembangan pendidik lain dan mempelajari berbagai hal positif dari mereka.

Dengan semakin meluasnya kelompok lesson study akan semakin luas pula

wawasan dari para pendidik yang menjadi anggota kelompoknya dan semakin

banyak motivasi positif yang muncul dari para anggota kelompok. Lesson study

melatih pendidik “melihat peserta didik” karena dengan lesson study para pendidik

memiliki kesempatan untuk mengamati peserta didik walaupun dengan

“meminjam” mata dari para observer. Rekan-rekan yang menjadi observer

memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengamati perilaku peserta didik

terhadap apa yang sedang dilakukan oleh pengajar. Berbagai masukan dapat

diberikan oleh rekan-rekan yang sedang menjadi observer sehingga nantinya dapat

menjadi bahan bagi peningkatan kualitas diri bagi para pendidik.

Lesson study menjadikan penelitian sebagai bagian integral pendidikan, ada

beberapa sebab mengapa usaha pemerintah untuk menjadikan penelitian sebagai

sebuah bagian integral dari sistem pendidikan belum dapat terlaksana sepenuhnya.

Salah satu faktor utama adalah kurangnya minat para pendidik untuk melakukan

penelitian karena anggapan bahwa melakukan penelitian memerlukan biaya dan

waktu yang tidak sedikit. Waktu yang telah habis untuk mengajar peserta didik dan

gaji yang dirasa pas-pasan sering menjadi alasan mengapa guru-guru tidak tertarik

untuk melakukan penelitian. Dengan lesson study para pendidik baik guru, dosen,

tutor, instruktur kursus, dan civitas pendidikan yang lain tidak perlu bersusah payah

mengumpulkan dara atau mengeluarkan biaya besar untuk melakukan penelitian,

aktivitas lesson study ini sendiri dapat dianggap sebagai sebuah kegiatan

mengumpulkan data untuk menjawab permasalahan yang merupakan hakikat dari

sebuah penelitian.

Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru, hal ini

disebabkan karena pada lesson study setelah berhasil menyelesaikan serangkaian

masalah sangat disarankan untuk para pendidik menyebarkan segala hasil yang

mereka dapatkan pada rekan-rekan sesame pendidik ilmiah dalam skala kecil.

Sedangkan dalam skala lebih luas, lesson study sangat disarankan untuk melakukan

publikasi ke khalayak umum, sebab dengan melakukan publikasi guru-guru dapat

menyebarkan inovasi dan pendekatan baru yang berhasil mereka terapkan untuk

digunakan oleh para pendidik lainnya dan membuka munculnya penelitian-

penelitian lanjutan.

Yuniar (2013: 55) menyebutkan manfaat lesson study bagi guru diantaranya

adalah untuk mengurangi keterasingan dalam perencanaan pembelajarannya,

membantu dengan mengobservasi pembelajarannya, memperdalam pemahaman

tentang materi pelajaran, membantu supaya lebih focus pada aktivitas belajar siswa,

meningkatkan kolaborasi antara sesama guru, meningkatkan mutu guru dan mutu

pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu lulusan, Memberi

32

kesempatan untuk memberi makna ide-ide pendidikan dalam praktik

pembelajarannya, mempermudah dalam berkonsultasi dengan pakar dalam hal

pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran dan yang terakhir adalah memperbaiki

praktik pembelajaran di kelas.

Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses pendidkan pada

umumnya telah banyak dilakukan pemerintah melalui berbagai kegiatan penataran

baik bersifat regional maupun nasional. Akan tetapi hasil-hasil penataran tersebut

seringkali tidak bisa secara langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan

antar lain tidak tersedianya infrastruktur pendukung yang memungkinkan hasil

penataran tersebut bisa diimplementasikan. Lesson study sebagai strategi

peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke berbagai

Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini terjadi terutama

sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999 yang memuat uraian

tentang gambaran proses pembelajaran di Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat,

buku tersebut mengulas tentang tradisi guru-guru di Jepang untuk belajar dari

proses pembelajaran aktual yang kemudian dikenal dengan sebutan Lesson study.

Strategi lesson study memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model

inservice training guru lainya (Hendayana, dkk. 2007:36).

C. Profesionalisme Guru

Berkaitan dengan profesionalisme guru, pada bagian ini akan dikaji

beberapa hal meliputi pengertian profesi, pengertian profesionalisme, pengertian

profesional, guru profesional, prinsip profesionalitas, kompetensi guru dan

indikator profesionalisme guru dalam proses pembelajaran.

1. Pengertian Profesi

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu profession

atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan,

menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan

secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan

pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu

adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan

perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Rusman, 2011:16). Secara sederhana

profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang dilakukan

seseorang sesuai dengan keahliannya (expertise). Ini berarti bahwa suatu pekerjaan

atau jabatan harus dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk

melakukan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, suatu profesi erat kaitannya

dengan pekerjaan yang spesifik terstandar mutunya dan dapat menjadi sumber

penghasilan sesuai dengan penghargaan keprofesionalannya (Subjianto, 2007:

698).

Satori (2016:16) menyebutkan bahwa profesi berasal dari bahasa inggris

profession dari kata to profess yang berarti pernyataan kesediaan atau panggilan

bahwa seseorang akan mengabdikan diri terhadap suatu pekerjaan secara sungguh-

sungguh sebagai karir sepanjang hayat. Oleh karena itu, makna profesi yang

33

sesungguhnya adalah keterpanggilan dan kesediaan dari pelaku pekerjaan itu untuk

melakukan pekerjaan sebagai pengabdian sepanjang hayat yang dilakukan secara

sungguh-sungguh. Sedangkan Kunandar (2007:45) mendefinisikan “Profesi adalah

suatu pekerjaan atau jabatan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi,

propesi adalah suatu jabatan yang menuntut keahlian tetentu”.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik benang merahnya bahwa profesi

adalah suatu jabatan yang tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi

memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.

2. Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan

yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang (Rusman, 2011: 18). Profesionalisme

adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada keahlian tertentu. Seorang

profesional memahami apa, mengapa, dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan.

Mengetahui upaya dan langkah strategis serta memahami akibat dan resiko dari

suatu pekerjaan yang diembannya. Oleh sebab itu, seorang profesional bukan

hanya dibekali keahlian tertentu tapi juga ditopang oleh mental dan kepribadian

yang mendukung bidang keahlian dan pekerjaannya (Mulyasana, 2011: 49).

Profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

mengekspresikan pengalaman mengajar dalam bentuk karya tulis (Hermino, 2014:

192). Masih menurut Hermino (2014: 192) bahwa kinerja gurulah yang bisa

dijadikan sebagai tolak ukur profesionalisme guru. Kinerja adalah keluaran yang

dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu

profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009). Mangkunegara (2004) menyatakan

bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14

Tahun 2005 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kinerja guru dapat

dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan seorang guru secara keseluruhan dalam

periode waktu tertentu yang dapat diukur berdasarkan tiga indikator yaitu

penguasaan bahan ajar, kemampuan mengelola pembelajaran, dan komitmen

menjalankan tugas

3. Pengertian Profesional

Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai

kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian (seperti guru, dokter,

hakim, dan sebagainya). Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan (Fakhruddin, 2010: 20)

Seorang yang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan

34

profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan

tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan

profesionalisme dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan terus-

menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar melalui pendidikan dan

pelatihan (H.A.R Tilaar dalam Uzer, 2011:15).

Satori (2016: 16) menyebutkan bahwa profesional adalah orang-orang yang

memiliki niat kuat untuk menekuni pekerjaan itu, sungguh-sungguh melakukan

pekerjaan dengan penuh tanggungjawab, sepenuh hati, dan akhirnya menunjukkan

mutu hasil pekerjaannya yang memberikan maslahat optimal bagi orang lain dan

masyarakat luas.

Untuk mencapai sukses dalam bekerja, seseorang harus mampu bersikap

profesional. Profesional tidak hanya berarti ahli saja. Namun selain memiliki

keahlian juga harus bekerja pada bidang yang sesuai dengan keahlian yang

dimilikinya tersebut. Seorang profesional tidak akan pernah berhenti menekuni

bidang keahlian yang dimiliki. Selain itu, seorang profesional juga harus selalu

melakukan inovasi serta mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya

mampu bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik di bidangnya.

4. Guru Profesional

Mendidik atau mengajar merupakan tugas mulia. Orang yang bertugas untuk

mendidik, kita menyebutnya sebagai guru (Uno, 2008:15). Guru adalah orang yang

bertugas sebagai pengajar dan pendidik bagi siswa. Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal 1 ayat 1)

menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

mengevaluasi”. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab

terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara klasikal baik di

sekolah maupun di luar sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi

sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya (Tedjawati, 2011:481).

Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana Undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 Bab XI pasal 39 ayat 2

menjelaskan bahwa guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama

bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus

dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru

profesional adalah orang yang terdidik, dan terlatih dengan baik serta memiliki

pengalaman yang kaya dibidangnya (Uzer, 201:15).

Rusman (2011: 8) menjelaskan mengenai profesionalitas guru, bahwa

profesionalitas guru merupakan sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi

kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya

35

5. Prinsip Profesionalitas

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, BAB III Pasal 7

ayat (1) dijelaskan bahwa Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: pertama,

Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. Kedua, memiliki komitmen

untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

Ketiga, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas. Keempat, memliki kompetensi yang diperlukan sesuai

dengan bidang tugas. Kelima, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan. Keenam, memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja. Ketujuh, memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Kedelapan,

memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan, dan terakhir adalah memiliki organisasi profesi yang mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

6. Kompetensi Guru

Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau

kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif” pengertian ini

mengandung makna bahwa kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks

yakni pertama sebagai indikator kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan

yang diamati, kedua sebagai konsep yang mencangkup aspek-aspek kognitif,

afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanannya secara utuh. Kompetensi

juga dapat diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan kemampuan yang

dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat

melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-

baiknya (Usman dalam Kunandar, 2007:51). Jhonson dalam Sanjaya (2008:145)

menjelaskan pengertian dari kompetensi yaitu Kompetensi merupakan prilaku

rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang

diharapkan. Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau

unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya mencapai

suatu tujuan. Sedangkan Fakhruddin (2010:19) mendefinisakan pengertian dasar

kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan. Lebih lanjut Fakhruddin

menjelaskan bahwa Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna.

Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak

sangat berarti. Kompetensi merupakan prilaku rasional untuk mencapai tujuan

yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan dan ini memungkinkan

seorang guru berada pada wilayah dan keadaan berwewenang atau memenuhi

syarat sebagai seorang profesional

Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja

terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Mulyasa mengatakan,

“Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,

teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar

profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman, terhadap peserta

36

didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalitas

(Musfah, 2011: 27). Kunandar (2007:55) menjelaskan Standar kompetensi

meliputi empat komponen, yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan

potensi, penguasaan akademik, sikap kpribadian. Secara keseluruhan standar

kompetensi guru terdiri dari tujuh kompetensi, yaitu penyusunan rencana

pembelajaran, pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar

peserta didik, pelaksanaa tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik,

pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan, penguasaan bahan

kajian akademik.

Agar dapat mengidentifikasi apa itu kompetensi, dapat dilihat dari karekteristik

dari kompetensi itu sendiri. Karakteristik kompetensi menurut Spencer and

Spencer dalam Sutrisno (2009: 206) terdapat lima aspek yaitu pertama motivies,

adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan

tindakan. Misalnya, orang memiliki motivasi berprestasi secara konsisten

mengembangkan tujuan-tujuan yang memberi tantangan pada dirinya dan

bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut serta mengharapkan

feedback untuk memperbaiki dirinya. Kedua adalah Traits, yaitu watak yang

membuat orang untuk berprilaku atau bagaimana seseorang merespons sesuatu

dengan cara tertentu. Misalnya, percaya diri, kontrol diri, stress dan ketabahan.

Ketiga adalah self concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh

seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui

bagaimana nilai yang dimiliki seseorang, apa yang menerak bagi seseorang untuk

melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang yang dinilai menjadi pimpinan

seyogianya memiliki perilaku kepemimpinan sehingga perlu adanya tes tengang

leadership ability. Keempat adalah knowledge, yaitu informasi yang dimiliki

seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi yang

kompleks. Skor atas tes pengetahuan sering gagal untuk memprediksi kinerja SDM

karena skor tersebut tidak berhasil untuk mengukur pengetahuan dan keahlian

seperti apa seharusnya dilakukan dalam pekerjaan. Tes pengetahuan mengukur

kemampuan peserta tes untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa

melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan

yang dimiliki. Dan yang terakhir adalah Skills, yaitu kemampuan untuk

melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Misalnya,

seorang programmer komputer membuat suatu program yang berkaitan dengan

SIM SDM.

Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis

kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Penjelasan Peraturan

Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu

kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapkan dapat

menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat

kompetensi tersebut.

1) Kompetensi Pedagogik

Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki

37

dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Prof. Dr. J. Hoogeveld dalam

Saudagar (2011:32) mengatakan bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari

masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara

mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langevel dalam Saudagar (2011:32)

membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya

sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan

tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih

menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing

anak. Berdasarkan pengertian yang disebutkan di atas maka yang dimaksud

pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas

pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi

pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang diberkaitan dengan ilmu dan

seni mengajar. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang

dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengeolaan

peserta didik yang meliputi: Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,

pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi

hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya (Musfah, 2011: 30-31).

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian guru mencangkup sikap (attitude), nilai-nilai (value),

kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam kaitannya

dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi

oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta

legalitas kewenangan mengajar (Saudagar, 2011: 40). Lebih detail Sanjaya (2008:

277) menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang

berhubungan dengan pengembangan kepribadian diantaranya adalah kemampuan

yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan

agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai

antarumat beragama, kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma, aturan

dan system nilai yang berlaku di masyarakat mengembangkan sifat-sifat terpuji

misalnya sopan santun dan tata karma

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk menjadi bagian dari

masyarakat, berkomunikasi, berinteraksi, secara efektif dengan para siswa, para

guru lain, orangtua dan wali siswa serta masyarakat. Kompetensi ini diantaranya

meliputi bersikap inklusif, bertindak obyektif, berkomunikasi secara efektif,

empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, dan

masyarakat, berkomunikasi dengan komunitas profesi dan profesi lain secara lisan

dan tulisan atau bentuk lain (Hakim, 2009: 247). Kompetensi sosial dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 adalah

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

38

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan,

orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial adalah

kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencangkup kemampuan

untuk berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif, bergaul secara

santun dengan masyarakat sekitar, menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati

dan semangat kebersamaan (Saudagar, 2011: 75).

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan

penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi ini

merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan

kinerja yang ditampilkan. Kompetensi ini diantaranya kemampuan untuk

menguasai landasan kependidika, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan,

kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai bidang studi yang

diajarkannya, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan

strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media

dan sumber ajar (Sanjaya, 2010:18). Saudagar (2011: 48) menjelaskan bahwa

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus

dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada

pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan

menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru.

Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi pengenalan peserta

didik secara mendalam, penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary

content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content),

penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik meliputi perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut

untuk perbaikan dan pengayaan dan pengembangan kpribadian dan profesionalitas

secara berkelanjutan (Tedjawati, 2011: 482).

Permendiknas No. 16 Tahun 2007, memuat standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,

yaitu kompetensi pedagogic, kepribadian, sosial, dan professional. Secara rinci

standar kompetensi guru di Indonesia disajikan dalam tabel 2.2 (Satori, 2016: 190).

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Guru di Indonesia

A. Kompetensi Pedagogi

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

39

mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

yang diampu.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

B. Kompetensi Kepribadian

11. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,

dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa.

14. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

C. Kompetensi Sosial

16. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

17. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan

masyarakat.

18. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

19. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi

lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

D. Kompetensi Profesional

20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan

yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran yang diampu.

22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara

40

kreatif.

23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

Berdasarkan pengertian dan karakteristik kompetensi yang disebutkan para ahli

di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan

kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya yang

setidaknya terdiri dari kompetensi pedagogi, kepribadian, profesioan dan sosial

dan melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang guru bagaimana dalam

mengelola pembelajaran, pengembangan potensi dan penguasaan akademik serta

sikap kepribadian secara bertanggung jawab dan layak.

7. Indikator Profesionalisme Guru dalam Proses Pembelajaran

Berkanaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Georgia

departmen of education dalam Yuniar (2013:60) telah mengembangkan Teacher

performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas

menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru

meliputi rencana pembelajaran (teacher plans and materials) atau disebut dengan

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), prosuder pembelajaran (Classroom

Procedure), dan hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Indikator penilaian

terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas,

yaitu:

a. Perencanaan program pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru

dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru, yaitu mengambangkan silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP). Unsur atau komponen yang ada dalam silabus terdiri dari

identitas silabus, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Materi

Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Alokasi Waktu dan Sumber

Pembelajaran. Program Pembelajaran dalam waktu singkat sering dikenal dengan

istilah RPP, yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus,

ditandai oleh adanya identitas RPP, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD), Indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

langkah-langkah kegiatan, sumber pembelajaran dan penilaian.

b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang

ditandai oleh adanya kegiatan pengolahan kelas, penggunaan media dan sumber

belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam

41

pelaksanaannya menuntut kemampuan guru, pelaksanaan kegiatan pembelajaran

ini meliputi:

1) Pengelolaan kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses

pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam

penglolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa

dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan

keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan

melakukan tempat duduk siswa.

2) Penggunaan media dan sumber belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang perlu dikuasai

guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan sumber

belajar. Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1993:78) media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran),

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa, sehingga dapat

mendororng proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber

belajar disamping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus

berusaha mencari dan membaca buku-buku atau sumber-sumber lain yang relavan

guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan

pendalaman materi, serta pengayaan dalam proses pembelajaran. Kemampuan

menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang

sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual, tetapi

kemampuan guru disini lebih ditekankan kepada penggunaan objek nyata yang ada

di sekitar sekolahnya.

3) Penggunaan metode dan strategi pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru

diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai

dengan materi yang akan disampaikan. Menurut Sagala (2007: 210) guru harus

mempunyai kemampuan menggunakan berbagai pendekatan dan metode mengajar

serta teknik evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa”. Kegiatan produktif guru

berbentuk upaya mencari materi, pendekatan, metode, teknik dan strategi yang

lebih baik sebagai reaksi terhadap hasil kegiatan evaluasi sebelumnya. Pertanyaan

yang harus diajukan guru dalam kaitan ini adalah apakah materi, pendekatan,

metode, teknik, strategi dan media yang dikembangkan dan digunakan dalam

pembelajaran telah membuat peserta didik mengalami belajar semaksimal

mungkin sesuai dengan karakteristik individualnya.

4) Evaluasi atau penilaian pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses

pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki

42

kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi atau penilaian

hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan

Patokan (PAP). PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada

jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimaksudkan untuk mengetahui

kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling

besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan

tertinggi di kelasnya sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang

diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-

soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya

berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP

ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak

berdasarkan batas lulus yang ditetapkan. Pendekatan PAN dan PAP dapat

dijadikan acuan dalam memberikan penilaian dan memperbaiki sistem

pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan

evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi

meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan

alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.

Standar profesionalisme guru dari National Board for Profesional Teaching

Skill dalam Satori (2016: 192) disebutkan bahwa yang merumuskan standar

profesionalisme guru di Amerika Serikat yang menjadi dasar untuk mendapatkan

sertifikasi (teaching certificate). What Teacher Should Know and Be Able to Do,

diterjemahkan dalam lima proposisi utama yaitu pertama Teachers are Committed

to Student and Their Learning yang mencakup: penghargaan guru terhadap

perbedaan individual siswa, pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa,

perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil, dan misi guru dalam

memperluas cakrawala berfikir siswa. Kedua adalah Teachers Know the Subjects

They Teach and How to Teach Those Subjects to Students mencakup apresiasi guru

tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk diredaksi, disusun dan

dihubungkan dengan mata pelajaran lain, kemampuan guru untuk menyampaikan

materi pelajaran, mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan

berbagai cara (multiple path). Ketiga adalah Teachers are Responsible for

Managing and Monitoring Student Learning mencakup penggunaan berbagai

metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, menyusun proses pembelajaran

dalam berbagai kegiatan kelompok (group setting), kemampuan untuk

memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan siswa, menilai kemajuan siswa

secara teratur dan kesadaran akan tujuan utama pembelajaran. Keempat adalah

Teachers Think Systematically about Their Practice and Learn from Experience

mencakup guru secara terus menerus menguji diri untuk memilih keputusan-

keputusan terbaik, guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai

riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktik pembelajaran. Dan yang

terakhir adalah Teachers are Member of Learning Communities mencakup guru

memberikan kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan

rekan sejawat, guru bekerjasama dengan orang tua siswa, dan guru dapat menarik

43

keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat.

D. Pelajaran IPA

Mengenai pelajaran IPA, akan dibahas tiga hal yaitu hakikat Ilmu Pengetahuan

Alam, Hakikat Pembelajaran IPA, dan Keterampilan Proses Sains sebagai berikut:

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains. Sains

itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu Science, yang asal katanya dari Bahasa

Latin yaitu scientia yang artinya saya tahu. IPA atau sains merupakan suatu proses

yang menghasilkan pengetahuan yang bergantung pada proses observasi cermat

terhadap fenomena dan teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut

(Rustaman, 2011: 1).

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta serta seluk beluk yang

ada didalamnya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara bagaimana

mencari kebenaran suatu fenomena alam secara sistematis dan runtut melalui

proses penemuan dengan metode ilmiah. Menurut Prihantoro dalam Trianto (2012:

137) pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Adapun

fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut

Depdiknas terdiri dari empat yaitu pertama Menanamkan keyakinan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai

ilmiah. Ketiga, mempersiapkan siswa menjadi warga yang sadar akan sains dan

teknologi. Terakhir yang keempat adalah menguasai konsep sains yang berguna

bagi kehidupannya (Trianto, 2012: 138).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hakikat Ilmu Pengetahuan Alam bisa

ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam pada hakitnya adalah

pengetahuan yang bergantung pada proses observasi cermat terhadap fenomena dan

teori-teori bagaimana mencari kebenaran suatu fenomena alam secara sistematis

dan runtur melalui proses penemuan dengan menggunakan metode ilmiah yang

memiliki fungsi dan tujuan menanamkan keyakinan terhadap Tuhan YME,

mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa

menjadi warga yang sadar akan sains dan teknologi serta menguasai konsep sains

yang berguan bagi kehidupan.

2. Hakikat Pembelajaran IPA IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Menurut Trianto (2012: 14) ada beberapa nilai-nilai IPA yang dapat

ditanamkan dalam pembelajaran IPA yaitu: petama, bekerja dan berpikir dengan

sistematis sesuai motode ilmiah. Kedua, terampil dan cakap dalam pengamatan

untuk memecahkan masalah. Ketiga, mempunyai sikap ilmiah baik dalam

memecahkan masalah maupun dalam kehidupan.

44

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA

menghendaki adanya suatu keterampilan proses, dengan begitu siswa dapat

menemukan fakta, konsep, teori serta sikap ilmiah siswa itu sendiri. Pembelajaran

IPA juga menekankan pada pengalaman langsung agar dalam memahami alam

sekitar secara ilmiah. Hakikat sains adalah produk, proses dan penerapannya.

Produk sains terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori dapat dicapai

melalui metode ilmiah (Rustaman, 2011: 5). Pendidikan IPA menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar

(Rahayu, 2012: 64).

Secara umum IPA di tingkat SMP/MTs meliputi tiga mata pelajaran yaitu

Fisika, Kimia, dan Biologi. Kurikulum 2013 menghendaki pelaksanaannya secara

terpadu yang dikenal dengan IPA terpadu. Menurut Trianto (2012: 56)

pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan

siswa, baik secara individual atau kelompok, untuk aktif mencari, menggali dan

menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.

Karakteristik pembelajaran terpadu menurut Trianto (2012: 61) yaitu: holistik,

bermakna, otentik, dan aktif.

IPA tidak disajikan secara terpisah berupa mata pelajaran fisika, biologi, dan

kimia melainkan secara terpadu dalam bentuk satu kesatuan. Hal ini dilakukan

untuk memberikan bekal kepada siswa agar mempunyai pengetahuan dasar

mengenai IPA secara utuh. Tujuan pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs adalah

(a) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (b) meningkatkan minat

dan motivasi, (c) beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus (Trianto,

2012: 153-157).

Balitbang Depdiknas (2006: 1-2) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu

dalam IPA dapat dibuat dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas

dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan

dikenal siswa. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas

dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya, tema

lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi

dan perubahannya, dan materi serta sifatnya.

3. Keterampilan Proses Sains (KPS) KPS adalah suatu keterampilan yang menuntut peserta didik untuk dapat

melatih daya pikir sehingga dapat menemukan fakta, konsep dan teori yang

berorientasi pada suatu proses bukan hanya hasil. Menurut Arsih (2014: 44) KPS

merupakan suatu pendekatan pembelajaran sistematis yang dapat mengembangkan

keterampilan siswa melalui penelitian sederhana, kegiatan eksperimen

laboratorium, ataupun kegiatan praktis lainnya. Menurut Rahayu (2011: 108-109)

pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membawa siswa terlibat

langsung dalam kegiatan percobaan. Pengalaman secara langsung dan pembiasaaan

45

sikap kerjasama dan menghargai pendapat orang lain akan membawa perubahan

sikap yang menjadi lebih baik. Siswa yang belajar dengan pendekatan KPS lebih

berhasil dari pada siswa yang belajar dengan pendekatan tradisional. Hal tersebut

sesuai dengan hasil sebuah penelitian Aktamis dan Ergin (2008: 11) “The students

who had SPS training succeeded more than the students had traditional training.

This result shows that giving scientific process skills training increased the

academic achievement of the student”.

Guru memiliki posisi sentral dalam mengembangkan KPS. Desain

pembelajaran yang melibatkan KPS berarti memberikan kesempatan siswa untuk

mengobservasi, interpretasi, mengklasifikasikan, menggeneralisasi sebelum konsep

baru diterima atau memperkuat konsep yang telah diyakini siswa. Dengan

demikian pembelajaran siswa melalui KPS dapat meningkatkan pemahaman siswa

menjadi lebih bermakna. Pengembangan KPS sangat ideal dikembangkan apabila

guru memahami hakikat belajar IPA, yaitu IPA sebagai proses dan produk.

Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai

pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya berlangsung (Rustaman, 2005:

86). Oleh sebab itu guru harus mahir dalam KPS dan harus memiliki pengetahuan

serta pemahaman untuk mengajarkan KPS.

Menurut Rustaman (2005: 76) keterampilan proses melibatkan keterampilan-

keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif

terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiran.

Keterampilan manual terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau perakitan alat.

Keterampilan sosial terlibat dalam hal interaksi dengan sesama siswa dalam

mendiskusikan hasil pengamatan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pendekatan

keterampilan proses memberi kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dalam

pembelajaran. Dengan adanya interaksi antara pengembangan keterampilan proses

dengan fakta, konsep, serta prinsip ilmu pengetahuan akan mengembangkan sikap

dan nilai ilmuan pada diri siswa.

E. Penelitian yang Relavan

Hasil penelitian penerapan pembelajaran Lesson study oleh Ambarwati Nova

(2009: 3) menyatakan bahwa penerapan kegiatan Lesson study dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada kelas X AD-2 di SMK Negeri 1 Mojoagung pada

pelajaran dasar-dasar Administrasi perkantoran. Penelitian lain yang dilakukuan

oleh Rusdi Andi (2008: 8), didapatkan beberapa kesimpulan bahwa implementasi

pemberdayaan guru dalam program Lesson study berjalan sesuai dengan

perencanaan, selain itu, implementasi program Lesson study dapat meningkatkan

hasil belajar IPA siswa, dan terkahir, implementasi pemberdayaan guru melalui

program Lesson study mendapat tanggapan yang positif bagi siswa dan guru

peserta Lesson study. Penelitian lain adalah penelitian Irna Karlina Yuniar (2013:

171) mengenai Lesson study beliau menemukan bahwa Lesson study berbasis

46

sekolah dapat dijadikan jembatan untuk meniti ke arah cita-cita proses

pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional

Pendidikan Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan hasil belajar siswa di

SMP Negeri Kabupaten Sumedang yang meliputi aktivitas belajar dan hasil nilai

yang diperoleh siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya.

Lesson study mampu mendorong kemandirian pendidik (Suryadi, 2014:10).

Implementasi lesson study di Kabupaten Sumedang telah menghasilkan revitalisasi

MGMP dan perubahan sikap positif para guru MIPA, Kepala Sekolah dan

Pengawas. Perubahan-perubahan tersebut, antara lain: kegiatan MGMP tidak hanya

bersifat administratif tetapi lebih bersikap akademik, semua guru memperoleh

kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan MGMP tanpa hambatan jarak yang jauh,

guru menjadi lebih terbuka menerima saran perbaikan mutu pembelajaran, terjadi

peningkatan kemampuan guru melakukan inovasi pembelajaran melalui hands-on

activity, mind-on activity, daily life, dan local materials, terjadi peningkatan

keberanian guru berkomunikasi baik dalam forum ilmiah nasional/internasional

maupun dalam penulisan artikel berbasis penelitian kelas dalam jurnal ilmiah

(Hendayana, 2009: 21).

Lewis (2004) dalam penelitiannya menemukan kesimpulan bahwa lesson study

merupakan cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, hal ini

diterangkan oleh Lewis bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan membahas

lima jalur yang dapat ditempuh lesson study yaitu membawa tujuan standar

pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, menggalakkkan perbaikan dengan dasar

data, mentargetkan pencapaian berbagai kualitas mahasiswa yang mempengaruhi

kegiatan belajar, menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan

pembelajaran, dan menjunjung tinggi nilai guru.

Hasil yang didapat dari penelitian lesson study dalam pengalaman penerapan

pada pendidikan nonformal di regional IV Surabaya adalah lesson study dapat

meningkatan kemampuan dan kompetensi para tutor Keaksaraan Fungsional

dengan cara membangun hubungan kolegial dan mutual learning di antara para

tutor sendiri. Secara kualitatif hal ini dibuktikan langsung pada uji coba model ini

dimana berdasarkan pengamatan dari tim pengembang, peserta didik, ataupun

narasumber yang diundang dalam proses ujicoba ini terjadi perubahan yang

signifikan terhadap kemampuan mengajar dan kompetensi para tutor, dengan

menggunakan lesson study terjadi knowledge sharing yang luar biasa di antara para

tutor. Knowledge sharing inilah yang justru sering tidak muncul pada pelatihan

karena pendeknya waktu dan padatnya jadwal. Secara finansial pun lesson study

memberikan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan pelatihan. Dengan adanya

kesadaran dari para tutor dalam membentuk hubungan kolegial berdampak pula

secara positif dalam menjalin kerjasama antar tutor, Kualitas PBM pun secara

signifikan dapat meningkatkan sebagai implikasi semakin baiknya kemampuan

para tutor. Partisipasi peserta didik dalam proses PBM sebagai salah satu unsur

utama program KF dapat dikondisikan secara lebih baik oleh para tutor berkata

47

saran dan opini dari rekan tutor yang menjadi observer, kesadaran diri para tutor

untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan mereka dengan bekerjasama

dengan rekan-rekan sejawatnya adalah aspek utama penggerak sebuah kelompok

lesson study. Pada sebuah kelompok lesson study para tutor tidak bisa bersikap

tertutup dan tidak mau berbagi dengan rekan-rekannya. Kondisi yang

mengharuskan mereka berdiskusi dan berbagi opini serta memberikan saran

membuat tiap anggota harus berjiwa besar untuk menerima atau memberikan kritik

dan saran (Widhiarta, 2008: 119-121).

F. Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual dalam penelitian ini didasarkan untuk mengetahui

apakah ada peningkatan profesionalitas guru IPA dan Hasil Pembelajaran setelah

dilakukan kegiatan Lesson study lebih tepatnya manajemen Lesson study yang

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang didasari oleh kebijakan

pemerintah, sumber daya pendidikan, dan pola pembinaan.

Kebijakan

Pemerintah:

Peraturan

Pemerintah No. 32

Tahun 2013

Sumber Daya

Pendidikan:

Pengawas, Kepala

Sekolah, Siswa,

Kurikulum,

Lingkungan

Masyarakat

Pola Pembinaan

Manajemen Lesson

study

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Evaluasi

Profesionalitas

Guru IPA dan

Hasil

Pembelajaran

IPA

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana jenis penelitian ini

melalui prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dan menggunakan

pendekatan studi kasus. Menurut Sudarwan Danim (2002: 35) penelitian kualitatif

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertama, fokus penilitiannya bersifat

kompleks dan luas. Kedua, bermaksud memberi makna atas fenomena secara

holistik dan ketiga, menempatkan diri peneliti secara aktif dalam seluruh proses

penelitian. Selain itu Sudarwan Danim (2002: 36-37) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif dilakukan untuk membangun pengetahuan melalui pemaknaan

dan penemuan (meaning and discovery). Dengan menggunakan observasi

terstruktur dan tidak terstruktur, interaksi komunikatif, wawancara mendalam (in

depth interview), serta peneliti itu sendiri sebagai instrument. Relavan dengan

pendapat sebelumnya, Sudjana dan Ibrahim (2002 : 197-200) menjelaskan ciri-ciri

penelitian kualitatif adalah sumber data menggunakan lingkungan alamiah, sifatnya

deskriptif analitik yang berarti data yang diperoleh dari penelitian yang disusun di

lokasi penelitian dituangkan dalam analisis data dengan memperkaya informasi,

tekanan penelitian pada proses bukan pada hasil, induktif atau data yang bersifat

empiris dianalisis kemudian diambil kesimpulan, serta mengutamakan makna,

artinya makna yang diungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang

mengenai hidupnya.

Untuk mengetahi suatu penelitian dikatakan kualitatif, maka kita bisa

mengidentifkasi dari ciri-cirinya. Sudarman Danim (2002: 51) menyatakan, ada

lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu pertama, mempunyai seting alami

sebagai sumber data. Kedua, bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berupa

kata-kata, Ketiga, menekankan proses dibandingkan hasil. Keempat, cenderung

menggunakan pendekatan induktif. Terkahir, adalah memberi tekanan pada makna.

Lebih rinci lagi menurut Creswell (2007: 37-39) bahwa terdapat karakteristik

dalam penelitian kualitatif, yakni: Natural setting, research as key instrument,

multiple source of data, inductive data analysis, participant’s meaning, emergent

design, theoretical lens, interpretive inquiry, and holistic account.

Salah satu pendekatan kualitatif menurut Creswell (2015: 145) adalah studi

kasus. Qudsy dalalm Creswell (2015: ix) menjelaskan bahwa studi kasus

merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang menelaah sebuah “kasus”

tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata kontemporer. Studi kasus

adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya mengeksplor kehidupan nyata, sistem

terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus),

48

49

melalui pengumpulan data yang detail dan mendalam yang melibatkan beragam

sumber informasi atau sumber informasi majemuk (misalnya pengamatan,

wawancara, bahan audiovisual, dan dokumen dari berbagai laporan) dan

melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus (Creswell, 2015: 135). Lebih lengkap

mengenai pendekatan studi kasus pada penelitian kualitatif Creswell (2015: 145-

147) menjelaskan bahwa fokus pendekatan studi kasus adalah mengembangkan

deskripsi dan analisis mendalam tetang kasus atau beragam kasus (kasus

majemuk), tipe permasalahan yang paling cocok untuk desain pendekatan studi

kasus adalah menyediakan pemahaman mendalam tentang kasus atau berbagai

kasus. Latar belakang disiplin pendekatan studi kasus adalah mengambil dari

psikologi, hukum, sains politik, dan kedokteran. Satuan analisis pendekatan studi

kasus adalah mempelajari peristiwa, program, aktivitas, atau lebih dari satu

individu. Bentuk pengumpulan data dari pendekatan studi kasus adalah

menggunakan beragam sumber, seperti wawancara, pengamatan, dokumen, dan

artefak. Strategi Analisis Data dari pendekatan studi kasus adalah menganalisis

data melalui deskripsi tentang kasus dan tema dari kasus dan juga tema lintas

kasus. Laporan Tertulis dari pendekatan studi kasus adalah mengembangkan

analisis detail tentang satu atau lebih kasus. Struktur umum dari studi kasus adalah

sketsa pendahuluan, pengantar (permasalahan, petanyaan, studi kasus,

pengumpulan data, analisis data, hasil), deskripsi tentang kasus atau beberapa kasus

dan konteksnya, pengembangan masalah, rincian tentang masalah yang dipilih,

penegasan (assertions) dan sketsa penutup.

Alasan penelitian kualitatif ini dipilih karena peneliti bermaksud berinteraksi

langsung dengan subjek penelitian dengan alamiah, sehingga dapat memahami

partisipan dair segi pandangan mereka sendiri (berpikir, bertindak menurut cara

mereka). Peneliti akan mengeksplorasi sebanyak mungkin pandangan partisipan

serta mencermati apa yang dibicarakan dan dilakukannya pada situasi yang tengah

diteliti. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan

penelitian diantaranya yaitu penyusunan rancangan awal penelitian, pemilihan

lapangan penelitian, pengurusan ijin penelitian, penjajakan lapangan dan

penyempurnaan rancangan penelitian, pemilihan dan interaksi dengan subjek dan

informan, penyiapan perlengkapan penelitian, serta mempelajari dan memahami

peraturan, etika, dan kebiasaan di lapangan penelitian.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8

Bogor. Dipilihnya lokasi penelitian tersebut didasarkan pada beberapa

pertimbangan, antara lain masalah yang diteliti terdapat di lokasi penelitian,

sekolah ini merupakan piloting project Lesson study yang digagas oleh Universitas

Pakuan di Bogor, dan sekolah ini merupakan tempat penelitian yang relatif mudah

dijangkau oleh peneliti sehingga memperlancar proses penelitian.

50

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian

dalam penelitian ini adalah komponen-komponen yang ada di SMPN 8 Bogor yang

terlibat dalam pelaksanaan tahap-tahap manajemen lesson study sebagai upaya

peningkatan profesionalitas guru IPA di sekolah tersebut. Oleh karena itu,

penentuan subjek penelitian sebagai sumber data dan informasi dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling, yaitu berdasarkan pilihan dan pertimbangan

peneliti. Dari hal tersebut maka yang dijadikan subjek penelitian sebagai sumber

data dan informasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakasek bidang

kurikulum, koordinator lesson study di sekolah tersebut, guru IPA, beberapa siswa,

dan pihak Universitas Pakuan.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini lebih ditekankan kepada bagaimana manajemen lesson

study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam di SMPN 8 Bogor.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Perencanaan kegiatan lesson study meliputi identifikasi terhadap Standar Proses

Sekolah, Rencana Kerja Sekolah, Program Kerja wakasek kurikulum dan

Program kerja koordinator lesson study.

b. Pelaksanaan Lesson study mencakup pembuatan RPP, implementasi RPP, dan

refleksi Pembelajaran.

c. Evalusai lesson study mencakup tujuan evaluasi, cara yang dilakukan dalam

evaluasi, sasaran evaluasi, profesionalitas guru dalam pembelajaran IPA, hasil

pembelajaran IPA setelah pelaksanaan lesson study.

d. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah

dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sukmadinata

(2007: 99) menjelaskan sebagai berikut:

Perencanaan kualitatif meminta perencanaan yang matang untuk

menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana

ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan

perubahan dalam temuan di lapangan. Desain yang berubah atau emergent

tersebut bersifat sirkuler karena penentuan sampel yang bersifat purposif,

pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara simultan dan

merupakan langkah yang bersifat interaktif bukan terpisah-pisah.

Sedangkan Sugiyono (2010:15) menyatakan bahwa “Dalam penelitan kualitatif

peneliti sebagai human instrument, dengan pengumpulan data participant

observation, (observasi peran serta) dan in depth interview (wawancara mendalam),

maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data”.

51

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat dipahami secara implisit

bahwa dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tatapi

dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lokasi. Dalam

penelitian ini, peneliti langsung terlibat di lokasi penelitian untuk memperoleh

sejumlah informasi yang diperlukan berkenaan dengan manajemen lesson study

sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Teknik-teknik

pengumpulan data yang digunakan meliputi beberapa cara yaitu observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya masing-masing teknik

pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Observasi

Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan

sumbangan yang sangat penting dalam penelitian studi kasus. Jenis-jenis

infrormasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung

oleh peneliti. Menurut Sukmadinata (2007: 220) observasi atau pengamatan

“merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,

kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan dan lain sebagainya, yang

semuanya menggambarkan tentang kegiatan manajemen lesson study sebagai

upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Observasi dapat

dilakukan dengan partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi

partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,

sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,

dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Pada penelitin ini, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pelaksanaan

kegiatan lesson study, kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, dan hasil

belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

sangat efektif dalam sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif, sebab

wawancara merupakan kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan

informasi penting. Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat (1989: 129)

sebagai berikut:

“Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang

dipergunakan oleh seseorang, untuk tujuan tugas tertentu mencoba

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang

narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.

Dalam hal ini, suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk

tujuan suatu tugas, tetapi yang hanya untuk tujuan beramah tamah, untuk

tahu saja, atau untuk mengobrol saja tidak disebut wawancara”.

52

Sebelum wawancara dilaksanakan, peniliti menyiapkan pedoman

wawancara yang disusun sedemikian rupa dan seksama sehingga diprediksi

dapat memenuhi kriteria dan harapan wawancara yang baik. Hal ini dilakukan

karena menurut Faisal (1982: 214), bahwa “persiapan wawancara merupakan

langkah rawan dalam keseluruhan proses wawancara”.

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian

dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson

study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA, hasil belajar yang dicapai

siswa, serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam

melaksanakan manajemen melalui Lesson study di sekolah tersebut, dengan

objek wawancara adalah pihak, kepala sekolah, wakasek kurikulum,

koordinator Lesson study, guru, siswa dan Pihak Universitas Pakuan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi atau oleh Sukmadinata (2008:221) disebut dengan studi

dokumenter (documentary study) merupakan “teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik”. Dokumen menurut Sugiyono (2008: 82) “merupakan suatu catatan

pertistiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa ditulis, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang”. Studi dokumentasi pada hakikatnya merupakan

proses pengumpulan data dengan menelusuri, mempelajari dan mendalami

berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tertulis agar memperoleh data

yang abash dan akurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu

dalam penelitian ini data-data yang bersifat dokumen dikumpulkan dengan

menggunakan studi dokumentasi, sehingga dengan studi ini diperoleh informasi

yang benar tentang pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya

peningkataan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor.

Studi dokumentasi dalam penelitan ini berdasarkan pertanyaan penelitian

dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson

study, hasil belajar yang dicapai siswa, dan peningkatan kemampuan guru IPA

melalui Lesson study di SMPN 8 Bogor.

E. Pedoman Penelitian

1. Lembar Observasi

Sebagai alat pengumpul data, observasi langsung akan memberikan

sumbangan yang sangat penting dalam penelitian studi kasus. Jenis-jenis

infrormasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung

oleh peneliti. Menurut Sukmadinata (2007: 220) observasi atau pengamatan

“merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,

kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan dan lain sebagainya, yang

semuanya menggambarkan tentang kegiatan manajemen lesson study sebagai

upaya peningkatan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor. Observasi dapat

53

dilakukan dengan partisipatif ataupun nonpartisipatif. Dalam observasi

partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung,

sedangkan observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,

dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Pada penelitin ini, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pelaksanaan

kegiatan lesson study, kemampuan guru dalam pembelajaran IPA, dan hasil

belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study, dengan aspek penelitian

meliputi tahap pelaksanaan dan tahap refleksi pelaksanaan lesson study,

kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan proses pembelajaran

yang dilakukan siswa. Adapun sumber informasi meliputi kegiatan yang

dilakukan oleh guru, siswa, koordinator lesson study, dan pihak Universits

Pakuan.

Pedoman lembar observasi disusun sebagai berikut:

Tabel 3.1 Pedoman Lembar Observasi

Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi

Bagaimanakah

Pelaksanaan kegiatan

Lesson study di SMPN 8

Bogor?

1. Tahap Pelaksanaan

a. Kapan Siswa Belajar

b. Bagaimana Siswa

Belajar

c. Mengapa siswa belajar

a. 5 orang Guru

IPA

b. 35 orang Siswa

2. Tahap Refleksi

Bagaimana diskusi berjalan

a. Koordinator LS

b. Pihak UNPAK

c. Guru

Bagaimana profesionalitas

guru dalam pembelajaran

IPA

Profesionalitas guru dalam

melaksanakan

pembelajaran

Guru model

Bagaimana hasil belajar

siswa setelah pelaksanaan

Lesson study

Kecakapan siswa dalam

menjawab post test secara

lisan

Siswa dalam kelas

open lesson

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

sangat efektif dalam sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif, sebab

wawancara merupakan kegiatan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan

informasi penting. Sebagaimana diungkapkan Koentjaraningrat (1989: 129)

sebagai berikut:

Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang

dipergunakan oleh seseorang, untuk tujuan tugas tertentu mencoba

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang

narasumber dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.

Dalam hal ini, suatu percakapan meminta keterangan yang tidak untuk

54

tujuan suatu tugas, tetapi yang hanya untuk tujuan beramah tamah, untuk

tahu saja, atau untuk mengobrol saja tidak disebut wawancara.

Sebelum wawancara dilaksanakan, peniliti menyiapkan pedoman

wawancara yang disusun sedemikian rupa dan seksama sehingga diprediksi

dapat memenuhi kriteria dan harapan wawancara yang baik. Hal ini dilakukan

karena menurut Faisal (1982: 214), bahwa “persiapan wawancara merupakan

langkah rawan dalam keseluruhan proses wawancara”.

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian

dalam hal tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen lesson

study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA, hasil belajar yang dicapai

siswa, serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi dalam

melaksanakan manajemen melalui Lesson study di sekolah tersebut, dengan

objek wawancara adalah pihak, kepala sekolah, wakasek kurikulum,

koordinator Lesson study, guru, siswa dan Pihak Universitas Pakuan. Pedoman

wawancara disajikan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara

Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi

Bagaimanakah

perencanaan

kegiatan Lesson

study pada SMPN 8

Bogor

1. Tujuan kegiatan

Lesson study

2. Sasaran Kegiatan

Lesson study

3. Bentuk kegiatan

Lesson study

4. Tempat Kegiatan

5. Pendanaan

6. Siapa yang terlibat

1. Kepala Sekolah

2. Koordinator

Lesson study

3. Wakasek

Kurikulum

4. UNPAK

Bagaimanakah

Pelaksanaan kegiatan

Lesson study

Tahap Perencanaan pada

Lesson study

1. Penentuan kelas

2. Penentuan waktu

3. Penentuan materi

4. Penentuan Guru

1. Koordinator

Lesson study

2. Wakasek

Kurikulum

3. Guru IPA

55

Masalah Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi

Model

Bagaimanakah

evaluasi kegiatan

Lesson study

1. Tujuan Evaluasi

2. Teknik Evaluasi

3. Sasaran Evaluasi

4. Hasil Evaluasi

5. Tindak Lanjut

1. Kepala Sekolah

2. Koordinator

Lesson study

3. UNPAK

4. Guru IPA

Faktor Pendukung

dan Penghambat apa

yang dihadapi dalam

melaksanakan

kegiatan Lesson

study

Faktor pendukung dan

penghambat dari faktor:

1. Guru, Sekolah,

pemerintah dan

masyarakat

2. Sarana dan prasarana

sekolah

3. Pembiayaan

1. Kepala Sekolah

2. Koordinator

Lesson study

3. UNPAK

4. Guru IPA

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi atau oleh Sukmadinata (2008:221) disebut dengan studi

documenter (documentary study) merupakan “teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun

elektronik”. Dokumen menurut Sugiyono (2008: 82) “merupakan suatu catatan

pertistiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa ditulis, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang”. Studi dokumentasi pada hakikatnya merupakan

proses pengumpulan data dengan menelusuri, mempelajari dan mendalami

berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tertulis agar memperoleh data

yang abash dan akurat, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu

dalam penelitian ini data-data yang bersifat dokumen dikumpulkan dengan

menggunakan studi dokumentasi, sehingga dengan studi ini diperoleh informasi

yang benar tentang pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya

peningkataan profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor.

Studi dokumentasi dilakukan berdasarkan pertanyaan penelitian dalam hal

tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi lesson study, profesionalitas guru

IPA, hasil belajar yang dicapai siswa setelah melaksanakan lesson study,

dengan sumber data Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Tahunan

(RKT), Program Kerja Koordiantor Standar Proses, RPP, daftar nilai, dan

56

Catatan Geliat Prestasi Delapan. Pedoman studi dokumentasi disajikan dalam

tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Studi Dokumentasi

Pertanyaan Penelitian Aspek Penelitian Sumber Informasi

Bagaimanakah

perencanaan kegiatan

lesson study di SMPN 8

Bogor?

Dokumen Perencanaan

1. RKS

2. RKT

3. Program

Koordinator

Standar Proses

Bagaimanakah

Pelaksanaan kegiatan

Lesson study?

Dokumen Open lesson

1. RPP Open

lesson

2. Catatan Geliat

Prestasi

Delapan

Bagaimanakah Evaluasi

kegiatan Lesson study?

1. Teknik Evaluasi

2. Hasil Evaluasi

Catatan Geliat Prestasi

Delapan

Bagaimana kemampuan

guru dalam

Pembelajaran IPA?

Kemampuan

mengevaluasi

pembelajaran

RPP

Bagaimanakah hasil

belajar siswa setelah

pelaksanaan lesson

study?

Hasil Belajar Siswa

Daftar Nilai

F. Teknik Analisis Data

Moleong (2013: 139) mengemukakan dalam proses analisis data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu

wawancara, pengamatan, dokumentasi sebagai berikut. Setelah itu mengadakan

reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu usaha membuat

rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan sambil membuat koding

atau pengelolaan data.

Analisis data dilakukan untuk mendapatkan kebermaknaan dari data yang telah

kita dapatkan. Dalam penelitian kualitatif menurut Nasution dalam Sugiyono

(2010:336) ‘analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan

dengan pengumpulan data’. Hal ini dimaksudkan apabila ada data yang kurang

segera dilengkapi, dapat diverifikasi dengan sumber lain. Dalam penelitian

kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda (triangulasi), dan dilakukan secara terus

menerus sampai datanya jenuh. Dengan demikian, proses analisis data kualitatif

57

memerlukan kerja keras sebagaimana diungkapkan oleh Nasution (2000:67)

sebagai berikut:

Melakukan analisis data adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja

keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuaan intelektual

yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan

analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasi lain oleh peneliti yang berbeda.

Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat 3 komponen penting,

yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Modul

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interkatif, yaitu

analisis yang dilakukan dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen. Terdapat

tiga tahapan dalam analisis data, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data. Kegiatan

ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah

terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap

aspek-aspek permasalahan yang diteliti, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan langkah-langkah analisis berikutnya.

Mereduksi data menurut Sugiyono (2010: 338) berarti “merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya, dan membuang yang tidak perlu”. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan. Reduksi data

dapat dibantu dengan peralatan elektronik dengan memberi kode pada aspek

tertentu.

Setelah data dikumpulkan, peneliti melakukan seleksi data sesuai dengan

fokus penelitian. Data yang kurang relavan atau kurang berhubungan dengan

fokus penelitian direduksi agar lebih mudah meringkas dan membuat abstraksi

terhadap data mentah, sehingga menjadi jelas. Reduksi data ini merupakan

proses pemilihan, memfokuskan pada penyederhanaan, pengabstraksian dan

transformasi data mentah yang muncul dari data catatan-catatan tertulis di

lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan hal-hal

yang penting, membuang hal-hal yang tidak relavan dengan fokus penelitian

agar sistematis dan bermakna.

2. Menyajikan data (Display Data)

Penyajian data merupakan proses penyampaian sejumlah informasi yang

sudah disusun, yang memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan mengambil

tindakan. Penyajian data merupakan gambaran sementara keseluruhan dan

sekelompok data yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Pada

tahap ini data dapat disajikan dalam bentuk narasi, matriks, grafik dan

58

didiskusikan dengan berbagai pihak juga sumber. Dengan menyajikan data,

peneliti dapat memahami apa yang terjadi dalam penelitian baik menyangkut

validitas data maupun hal-hal yang kurang dalam penelitian.

Setelah dilakukan reduksi data, langkah selanjutnya yaitu menyajikan data

secara jelas dan singkat. Penyajian data menurut Sugiyono (2010: 341) dapat

dilakukan dalam bentuk “uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori,

flowchart, dan sejenisnya”. Penyajian data secara jelas dan singkat ini, akan

memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti

baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

Tujuan display data adalah untuk mempermudah memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut. Display data selain dilakukan dengan teks naratif, dapat juga berupa

grafik, matrik, net work, dan chart yang menggambarkan jawaban sementara

atas pertanyaan penelitian.

3. Conclusion Drawing / Verifikasi

Langkah ketiga dari analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2010: 345) ‘adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi’.

Kesimpulan tersebut masih kesimpulan sementara, yang dapat berubah apabila

ditemukan data baru yang membatalkan simpulan tersebut dan tetap menjadi

simpulan apabila data yang ditemukan berikutnya mendukung terhadap

kesimpulan tersebut.

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan dan memverifikasi serta

mencocokkan kembali pada data atau hasil lapangan atau menelaah dengan

sejawat. Kemudian diproses agar menjadi data yang siap disajikan untuk

selanjutnya dibuat kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan suatu

konfigurasi yang utuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa data ini dilakukan

semenjak pengumpulan data, artinya tidak harus menuggu data itu terkumpul

semua tetapi dalam waktu proses pengumpulan data pun dapat dilakukan

analisis data.

Kesimpulan dalam tahap ini berarti memaknai terhadap data yang telah

terkumpul, dan kesimpulan ini dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan

mudah dipahami dengan mengacu pada permasalahan-permasalahan yang

diteliti. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara bertahap, yaitu

pertama-tama menyusun kesimpulan sementara, dan setelah data bertambah

dilakukan verifikasi. Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari

data yang telah direduksi maupun data yang telah disajikan. Disamping itu

kegiatan ini dilakukan dengan cara meminta pertimbangan kepada orang yang

kompeten. Kesimpulan sementara dan verifikasi ini perlu dilakukan secara

terus-menerus hingga diperoleh kesimpulan akhir. Alur analisis disajikan dalam

gambar 3.1.

59

Gambar 3.1 Alur Analisis Data

G. Pengecekkan Kredibilitas Data

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, semua data dan informasi yang

diperoleh dalam penelitian dicatat dalam sebuah catatan lapangan. Data yang

terekam pada catatan lapangan belum tentu bersifat bebas nilai. Dengan kata lain,

tidak mustahil ekspresi-ekspresi dan ungkapan-ungkapan yang dikemukakan masih

bersifat subjektif sehingga diperlukan upaya lain untuk menguji keabsahannya.

Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010: 365) menyatakan bahwa:

Temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara

yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesunggugnya terjadi pada objek

yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut

penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada

kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diteliti, serta dibentuk

dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai

latar belakangnya.

Keabsahan dan kebermaknaan proses dan hasil penelitian kualitatif sangat

tergantung pada beberapa hal. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

menurut Sugiyono (2010: 366) meliputi uji “Credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability

(objektivitas)”.

1. Credibility (validitas internal)

Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan dan

dapat menggambarkan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada sumber data.

Untuk mencapai hal tersebut, menurut Sugiyono (2010: 368) uji kredibilitas data

dapat dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan pengamatan, dengan perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi

60

dengan sumber data yang pernah ditemui atau yang baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan

narasumber akan semakin terbentuk keakraban, terbuka, saling

mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan.

b. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian

data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara sistematis dan

pasti.

c. Triangulasi yaitu mencocokkan data dengan membandingkan dengan

data dari sumber lain.

d. Analisis kasus negatif, melakukan analisis kasus negative berarti

peneliti mencari data yang berbeda bahkan bertentangan dengan data

yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda dan

bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat

dipercaya.

e. Penggunaan bahan referensi, yaitu menggunakan alat pendukung

untuik membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, hasil

wawancara perlu didukung dengan rekaman hasil wawancara.

Observasi didukung dengan foto-foto. Dengan cara ini peneliti dapat

memperoleh informasi secara lengkap dari sumber data dan

kemungkinan kekeliruan dapat diperkecil.

f. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara

dilakukan konfirmasi dengan sumber data, sehingga bila ada

kekurangan dapat dilengkapi dan jika ada kesalahan dapat diperbaiki.

2. Transferability (Validitas Eksternal)

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal menurut Sugiyono (2010: 376) “menunjukkan derajat ketepatan

atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil”. Dalam penelitian kualitatif transferability tergantung pada peneliti,

artinya sampai manakah hasil penelitian itu dapat digunakan dalam situasi dan

konteks tertentu. Oleh karena itu, transferability penelitian ini diserahkan kepada

pemakai. agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada

kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan

dapat dipercaya.

3. Dependability (reliabilitas)

Dependability dalam penelitian kualitatif disebut reliabilitas. Suatu penelitian

yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merepleksi proses

penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2010: 377) uji dependability dapat

dilakukan dengan “melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian”.

Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa

61

memberikan data, dan jika hal ini terjadi maka penelitian tersebut tidak reliabel

atau dependable. Untuk pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor yang independen

(pembimbing).

4. Confirmability (Objektivitas)

Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang.

Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010: 377) “uji confirmability mirip

dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara

bersamaan”. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan

dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian diperoleh melalui proses

penelitian yang dilakukan, berarti penelitian tersebut telah memenuhi

confirmability.

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Kota Bogor, merupakan salah

satu dari 20 buah sekolah menengah yang berstatus negeri di Kota Bogor

(Tim Penyusun Geliat Prestasi SMPN 8 Bogor, 2014: 23), menyandang

nilai akreditasi sekolah grade A dengan skor 96 dan nomor statistik sekolah

201026106075. Secara geografis, SMP Negeri 8 Bogor terletak di Jln.

Jendral Ahmad Yani No. 140, Kecamatan Sareal, Kota Bogor, Propinsi

Jawa Barat. Komplek sekolah dibangun diatas tanah seluas 4.332,71 meter2,

dari luas tersebut sekitar 62,5% (2.708,03 m2) dipergunakan untuk

pembangunan gedung dan sisanya sekitar 37,5% (1.624,68 m2) merupakan

ruang terbuka (Geliat Prestasi Delapan, 2015).

2. Motto, Visi, Misi dan Program Sekolah

a. Motto

Motto SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah DELAPAN BISA (Derapkan

Langkah menjadi Sekolah Papan Atas yang Berkah, Iklas, Sabar, dan

Amanah)

b. Visi

Visi SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah Menjadi Sekolah yang

mewujudkan warga sekolah yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha

Esa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, terampil, mandiri, dan peka

terhadap lingkungan.

c. Misi

Misi SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah:

1) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk menciptakan warga

sekolah yang berakhlak mulia

2) Meningkatkan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa,Sopan, dan

Santun).

3) Meningkatkan sekolah yang unggul dalam bidang akademik dan

non-akademik melalui proses belajar mengajar yang inovatif,

kreatif, kritis, dan menyenangkan.

4) Meningkatkan layanan IT, budaya membaca, dan menulis dalam

memperoleh Ilmu Pengetahuan dan informasi.

5) Meningkatkan kemandirian warga sekolah melalui pelayanan sistem

informasi berbasis IT.

62

63

6) Meningkatkan kegiatan Cinta Lingkungan untuk menciptakan

sekolah yang bersih, nyaman, hijau, dan indah yang berwawasan

lingkungan (Geliat Prestasi Delapan, 2015).

3. Tujuan Sekolah

Adapun tujuan SMP Negeri 8 adalah:

a. Menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas, berdasarkan Iman

dan Taqwa serta berahlaq mulia.

b. Menghasilkan warga sekolah yang berbudaya 5 S (Senyum, Salam,

Sapa, Sopan, dan Santun).

c. Menghasilkan warga sekolah berprestasi akademik dan non-akademik

di tingkat kota, propinsi dan nasional.

d. Menghasilkan warga sekolah yang trampil dalam kegiatan proses

belajar mengajar melalui pemanfaatan IT.

e. Mewujudkan warga sekolah yang peduli terhadap lingkungan sekolah

berwawasan Adiwiyata (Geliat Prestasi Delapan, 2015)..

4. Sasaran Standar Sekolah

Sasaran disini menjelaskan mengenai targetan yang hendak dicapai dalam

jangka waktu satu tahun pelajaran yaitu dimulai dari bulan Juni 2017 sampai

dengan Juni 2018 yang meliputi delapan standar dalam pendidikan yaitu

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar penilaian,

standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, dan standar pembiayaan yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Standar Isi meliputi:

1) 100% tenaga guru dapat mengembangkan dan memetakan SK, KD,

Indikator dan aspek untuk semua mata pelajaran

2) 100% jumlah guru dapat mengembangkan silabus

3) 100% jumlah guru dapat membuat dan mengembangkan RPP

b. Standar Proses meliputi:

1) 98% guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang

bervariasi

2) 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan Lesson study

3) 70% guru melaksanakan PTK

4) Sekolah memiliki 96% bahan dan sumber pembelajaran yang

lengkap

5) Efektifitas belajar dapat terlaksana dengan baik

6) Pengawasan proses KBM berjalan dengan baik

7) 97% tenaga guru mampu melaksanakan inovasi pendidikan

64

c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) meliputi:

1) 99% dari jumlah peserta didik yang Muslim mampu membaca Al-

qur’an dan yang beragama non Muslim terbiasa membaca Kitabnya.

2) Rata-rata hasil UNBK naik 1,1

3) Rata-rata hasil USBN naik 1,0

4) Rata-rata hasil US naik 1,70

5) Lulusan yang diterima di SLTA Negeri 95%

6) Pengembangan kejuaran Lomba-Lomba akademik:

a) Juara Komputer tingkat kota

b) Juara Biologi (KIR) tingkat Jabodetabek

c) Juara OSN (Fisika, Biologi, Matematika, IPS Terpadu) tingkat

Propinsi

d) Juara I Siswa Berprestasi tingkat kota

e) Juara Lasastra tingkat Jabotabek

f) Juara Story Telling tingkat Kota

7) Pengembangan kejuaraan non-akademik:

a) Juara Umum Pramuka tingkat Jabodetabek

b) Juara Umum PMR tingkat Jabodetabek

c) Juara I LKBB tingkat Jabodetabek

d) Juara komandan terbaik LKBB Jabodetabek

e) Juara O2SN (Beladiri, Atletik, Catur, Bulutangkis, basket, bola

volly, renang) tingkat kota

f) Juara FLSSN (seni kriya, Vokal Grup, vokal solo, Seni Tari,

Mendongeng, Seni musik tradisional, Cipta cerpen, Cipta lagu,

Cipta puisi, desain motif batik, seni lukis, seni baca Al-Qur’an)

tingkat kota

g) Juara I futsal tingkat Kota

d. Standar Penilaian meliputi:

1) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 76 untuk tiap-tiap mata

pelajaran

2) 96% guru memiliki perangkat model-model penilaian

3) 97% sekolah memiliki instrumen tes atau perangkat soal untuk

berbagai model evaluasi

4) 96% sekolah melaksanakan remedial dan pengayaan untuk semua

jenjang

5) 80% sekolah dapat bekerjasama dengan pihak lain yang terkait

untuk melaksanakan penilaian.

e. Standar Tenaga Kependidikan meliputi:

1) Kualifikasi tenaga pendidik 98% berijazah S1 dan 25% berijazah S2

2) Kualifikasi tenaga kependidikan 100% SMA dan 20% S1

3) Tenaga Laboran tersertifikasi

65

4) Tenaga Pustakawan tersertifikasi

5) Tenaga guru BP terpenuhi 91%

6) Tenaga guru Tinkom terpenuhi 100%

7) Tenaga guru SBK terpenuhi 50%

8) Tenaga guru Bahasa Sunda terpenuhi 80%

9) 87% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu

menggunakan komputer.

10) 62% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu

menggunakan Bahasa Inggris

11) Juara 2 guru berprestasi tingkat propinsi.

f. Standar Sarana dan Prasarana meliputi:

1) Sarana lingkungan belajar sesuai dengan Wawasan Wiyata Mandala

91%

2) Pemanfaatan Perpustakaaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber

pembelajaran 90% sesuai SNP

3) Pengadaan media untuk proses pembelajaran dengan pendekatan

CTL 90% sesuai SNP

4) Kondisi lahan memiliki status hak atas tanah sesuai peraturan

perundangan yang berlaku

g. Standar Pengelolaan meliputi:

1) 90% warga sekolah mengetahui dan faham dengan visi, misi dan

tujuan sekolah

2) 90% MBS dapat dilaksanakan

3) 95% warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

4) 98% warga sekolah mendokumentasikan hasil kegiatan dengan

benar

h. Standar Pembiayaan meliputi:

1) Mengembangkan usaha-usaha di sekolah antara lain: kantin,

kopsis, dan koperasi guru mencapai 90%

2) Mendayagunakan potensi sekolah yang menghasilkan ekonomi

75%

3) Biaya operasional 95% terpenuhi

4) 80% warga sekolah melakukan pembelian di ‘Kantin Jujur’

5) Kerjasama dengan penyandang dana atau sponsor yang peduli

pendidikan mencapai 85% (RKT, 2017).

Adapun standar yang mendukung terhadap profesionalitas guru IPA dan

ketercapaiannya sampai dengan bulan Desember 2017 (Setengah tahun pelajaran)

dikategorikan dalam tabel 4.1.

66

Tabel 4.1 Standar yang mendukung profesionalitas guru IPA sasaran dan

Ketercapaiannya

Kategori Standar Sasaran Ketercapaian

Standar Isi

100% tenaga guru dapat

mengembangkan dan

memetakan SK, KD, Indikator

dan aspek untuk semua mata

pelajaran

Sudah tercapai

100% Jumlah guru dapat

mengembangkan silabus

Sudah tercapai

100% Jumlah guru dapat

membuat dan mengembangkan

RPP

Sudah tercapai

Standar Proses

98% guru dapat menggunakan

berbagai model pembelajaran

yang bervariasi

Sudah tercapai

95% guru mata pelajaran sudah

melaksanakan lesson study

Baru 22,22% (10

dari 45 Orang

guru)

70% guru melaksanakan PTK Baru 15, 56 % (7

dari 45 orang guru)

Sekolah memiliki 96% bahan dan

sumber pembalajaran yang

lengkap

Sudah tercapai

Efektivitas belajar dapat

terlaksana dengan baik

Sudah tercapai

Pengawasan proses KBM

berjalan dengan baik

Sudah tercapai

97% tenaga guru mampu

melaksanakan inovasi pendidikan

Sudah tercapai

Standar

Kompetensi

Lulusan

Rata-rata UNBK naik 1,1 Belum

dilaksanakan

UNBK

Rata-rata hasil USBN naik 1,0 Belum

dilaksanakan

USBN

Rata-rata hasil US naik 1,7 Belum

dilaksanakan US

Juara Biologi (KIR) tingkat

Jabodetabek

KIR akan

dilaksanakan di

Bulan Maret

Juara OSN (Fisika, Biologi,

Matematika, IPS Terpadu)

Belum mengikuti

OSN di Tahun ini

67

Kategori Standar Sasaran Ketercapaian

tingkat Propinsi

Standar

Penilaian

Nilai Kriteria Ketuntasan

Minimal 76 untuk tiap-tiap mata

pelajaran

Sudah Tercapai

96% guru memiliki perangkat

model-model penilaian

Sudah Tercapai

97% sekolah memiliki instrument

tes atau perangkat soal untuk

berbagai model evaluasi

Sudah tercapai

96% sekolah melaksanakan

remedial dan pengayaan untuk

semua jenjang

Sudah tercapai

Standar Tenaga

Kependidikan

Kualifikasi tenaga pendidik 98%

berijazah S1 dan dan 25%

Berijazah S2

Belum Tercapai

(S1: 80%), (S2:

17,77%)

Kualifikasi tenaga kependidikan

100% SMA dan 20% S1

Belum Tercapai

(SMA: 64,29%),

(S1: 7,14%)

Tenaga laboran tersertikasi Sudah tercapai

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dimaksud disini adalah tenaga yang melakukan

kegiatan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMPN 8 Bogor. SDM yang terlibat

dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut terdiri dari dua unsur yaitu

pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik terdiri dari para guru sedangkan

tenaga kependidikan adalah tenaga lainnya di luar guru, seperti tenaga Tata Usaha,

Perpustakaan, Laboratorium, Teknisi Komputer, Penjaga Sekolah, Pembantu

Pelaksana Rumah Tangga, Kebersihan, dan Keamanan.

a. Tenaga Pendidik

Tenaga pendidik atau guru yang aktif melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di SMPN 8 Bogor seluruhnya berjumlah 45 orang. Tenaga pendidik ini

melaksanakan tugas mengajar pada 13 jenis mata pelajaran. Setiap guru

melaksanakan tugas mengajarnya pada mata pelajaran yang sesuai dengan

pendidikannya dengan keahlian ataupun pengalaman dari pelaksanaan tugas yang

digelutinya.

Dari jumlah 45 orang tenaga pendidik atau guru tersebut, yang menyandang

gelar pascasarjana yaitu Master/magister (S2) berjumlah 8 orang, yang

menyandang sarjana (S1) 36 orang dan sisanya 1 orang lulusan sarjana muda (D3).

68

b. Tenaga Kependidikan

Tenaga Kependidikan yang bertugas di SMPN 8 Bogor seluruhnya berjumlah

14 orang. Dari jumlah tersebut satu orang memiliki gelar sarjana yaitu pustakawan,

satu orang lulusan sarjana muda (D3) yang bertugas di Laboratorium IPA, delapan

orang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas, yang bertugas di bagian

pesuruh, kesiswaan, keamanan, penjaga sekolah dan pertamanan, tiga orang lulusan

SMP yaitu yang bertugas di bagian penjaga sekolah, kebersihan dan koperasi, serta

satu orang lulusan SD yang bertugas di bagian Rumah Tangga (Geliat Prestasi

Delapan, 2015).

6. Program Sekolah

Adapun program yang dicanangkan oleh SMPN 8 Bogor dikategorikan

menjadi program jangka pendek yang telah dicapai, jangka pendek yang menjadi

target capaian dan program jangka menengah. Program-program tersebut disajikan

dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sasaran Jangka Pendek dan Menengah SMPN 8 Bogor

SASARAN

PROGRAM TAHUN

Ke-1

( 2015/2016)

(Program Jangka

Pendek) Yang telah

dicapai

SASARAN PROGRAM

2 TAHUN

( 2016 s.d. 2018 )

(Program Jangka Pendek)

SASARAN PROGRAM

4 TAHUN

( 2016 s.d. 2020)

(Program Jangka

Menengah)

1. Kehadiran Peserta

didik, Guru dan

Karyawan lebih dari

96%.

1. Kehadiran warga sekolah

lebih dari 98%.

1. Kehadiran warga sekolah

lebih dari 99 %.

2. Target pencapaian

rata-rata Nilai Ujian

Nasional 84,79

2. Target pencapaian rata-

rata Nilai UNBK 86,00

2. Target pencapaian rata-

rata Nilai UNBK 87,00

3. 95 % lulusan dapat

diterima di

SMA/SMK/ MA,

baik melalui jalur

Prestasi maupun

test.

3. 95% lulusan dapat

diterima di SMA/SMK/

MA, baik melalui jalur

Prestasi maupun test

3. 96% lulusan dapat

diterima di SMA/SMK/

MA, baik melalui jalur

Prestasi maupun test

4. 85% peserta didik

yang beragama Islam

dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik

4. 95% peserta didik yang

beragama Islam dapat

membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar.

4. 96% peserta didik yang

beragama Islam dapat

membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar.

69

SASARAN

PROGRAM TAHUN

Ke-1

( 2015/2016)

(Program Jangka

Pendek) Yang telah

dicapai

SASARAN PROGRAM

2 TAHUN

( 2016 s.d. 2018 )

(Program Jangka Pendek)

SASARAN PROGRAM

4 TAHUN

( 2016 s.d. 2020)

(Program Jangka

Menengah)

dan benar.

5. Memiliki ekstra

kurikuler unggulan

5. Extra kurikuler unggulan

dapat menjuarai tingkat

provinsi

5. Ekstrakurikuler unggulan

dapat meraih prestasi

tingkat nasional

6. 75% peserta didik

dapat aktif berbahasa

Inggris.

6. 82% peserta didik dapat

aktif berbahasa Inggris.

6. 91 % peserta didik dapat

aktif berbahasa Inggris.

7. 80 % peserta didik

dapat

mengoperasikan

program komputer

7. 92% peserta didik dapat

mengoperasikan program

komputer dan Internet

7. 100 % peserta didik dapat

mengoperasikan program

dan Internet.

8. 60 % Peserta didik

mampu melakukan

budi daya jenis

tumbuhan yang

bernilai ekonomis

(budi daya lidah

buaya, rumah

pangan lestari)

8. 85% Peserta didik

mampu melakukan budi

daya jenis tumbuhan

yang bernilai ekonomis

(budi daya lidah buaya,

rumah pangan lestari)

8. 90% Peserta didik mampu

melakukan budi daya jenis

tumbuhan yang bernilai

ekonomis (budi daya lidah

buaya, rumah pangan

lestari)

9. Sekolah Adiwiyata

Nasional

9. Sekolah Adiwiyata

Mandiri

10.Sekolah Adiwiyata

Mandiri

(Sumber: RKS SMPN 8 Bogor 2015-2020)

70

B. Temuan Hasil Penelitian

Data yang didapat dalam penelitian ini adalah melalui teknik observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Berikut disampaikan display data dari masing-

masing teknik yang digunakan. Data hasil observasi disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Hasil Observasi

Masalah

Penelitian

Data Penelitian Sumber

Informasi

Bagaimanakah

Pelaksanaan

kegiatan

Lesson study

di SMPN 8

Bogor?

Tahap Pelaksanaan:

Tahap pelaksanaan lesson study di

SMPN 8 Bogor sesuai dengan

pelaksanaan lesson study pada

umumnya yaitu pelaksanaan yang

terdiri dari plan, do dan see. Plan

dilakukan untuk merencanakan kapan

open lesson diselenggarakan, siapa

guru modelnya, dan pembuatan RPP

pembelajaran yang digarap bersama,

tahap plan ini dilakukan pada tanggal

19 Oktober 2017. Do adalah kegiatan

open lesson atau penerapan RPP dalam

sebuah pembelajaran yang dihadiri

oleh para guru sejawat sebagai

observer dan pihak UNPAK, do

dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober

2017, adapun yang terjadi saat do

meliputi:

- Siswa belajar dengan sangat antusias,

metode yang beragam yang

disampaikan guru, reward yang

disediakan menjadikan siswa semangat

mengikuti pembelajaran.

- Siswa belajar dengan cara seperti itu

karena diawali oleh pre-test, guru

melihat secara sekilas hasil pre-test

siswa dan dari sini guru sadar akan

kemampuan siswa yang masih minim

dalam pembelajaran IPA materi

tentang “Dampak Pencemaran bagi

ekosistem” di Kelas VII

- Guru observer mencatat hal-hal apa

saja yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung

Kegiatan

yang

dilakukan

oleh:

a. Guru

b. Siswa

71

Tahap Refleksi

Diskusi berjalan diawali dengan guru

model menyampaikan kesan mengajar

yang menurut beliau cukup

menyenangkan sekaligus menegangkan

karena dilakukan observasi, guru-guru

observer kemudian menyampaikan

catatan-catan hasil pengamatannya,

pihak UNPAK yang pada kesempatan

kali ini diwakili oleh Ibu Dr. Indarini

Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister

Pendidikan IPA mengemukakan bahwa

pembelajaran yang disampaikan oleh

ibu Linda selaku guru model cukup

memberi feed back positif bagi siswa

dan integrasi sains yang dilakukan

dipandang sudah mencukupi

a.

Koordinator

LS

b. Pihak

UNPAK

c. Guru

Bagaimana

profesionalitas

guru dalam

pembelajaran

IPA?

Guru melakukan apersepsi dan

menyampaiakan kompetensi yang akan

dicapai dalam rencana kegiatan,

menguasasi materi pelajaran, ditandai

dengan kemampuan menyesuaikan

materi dengan tujuan pembelajaran,

guru melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai, memanfaatkan sumber belajar

ditandai dengan menunjukkan

keterampilan dalam penggunaan

sumber belajar, mamicu dan

memelihara keterlibatan siswa dalam

pembelajaran ditandai dengan

menumbuhkan partisipasi aktif siswa

melalui interaksi guru,

siswa,menumbuhkan keceriaan dan

antusiasme siswa dalam belajar,

menggunakan bahasa yang benar dan

tepat dalam pembelajaran, ditandai

dengan menggunakan bahasa lisan

secara jelas dan lancar, menggunakan

bahasa tulis yang baik dan benar,

menyampaikan pesan dengan gaya

yang sesuai, guru mengakhiri

pembelajaran dengan melakukan

refleksi, membuat rangkuman dengan

Guru

72

Dari data di atas diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan lesson study di

SMPN 8 Bogor teridiri dari plan, do dan see. Plan dilakukan untuk merencanakan

kapan open lesson diselenggarakan, siapa guru modelnya, dan pembuatan RPP

pembelajaran yang digarap bersama, tahap plan ini dilakukan pada tanggal 19

Oktober 2017. Do adalah kegiatan open lesson atau penerapan RPP dalam sebuah

pembelajaran yang dihadiri oleh para guru sejawat sebagai observer dan pihak

UNPAK, do dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017, adapun yang terjadi saat

do meliputi siswa belajar dengan sangat antusias, metode yang beragam yang

disampaikan guru, reward yang disediakan menjadikan siswa semangat mengikuti

pembelajaran. Siswa belajar dengan cara seperti itu karena diawali oleh pre-test,

guru melihat secara sekilas hasil pre-test siswa dan dari sini guru sadar akan

kemampuan siswa yang masih minim dalam pembelajaran IPA materi tentang

“Dampak Pencemaran bagi ekosistem” di Kelas VII. Guru observer mencatat hal-

hal apa saja yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap Refleksi

diskusi berjalan diawali dengan guru model menyampaikan kesan mengajar yang

menurut beliau cukup menyenangkan sekaligus menegangkan karena dilakukan

observasi, guru-guru observer kemudian menyampaikan catatan-catan hasil

pengamatannya, pihak UNPAK yang pada kesempatan kali ini diwakili oleh Ibu

Dr. Indarini Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA mengemukakan

bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru model cukup

memberi feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang dilakukan dipandang

sudah mencukupi.

Profesionalitas guru dalam pembelajaran IPA dapat dideskripsikan melalui

pengamatan dalam pembelajaran di kelas yang terjadi sebagai berikut: Guru

melakukan apersepsi dan menyampaiakan kompetensi yang akan dicapai dalam

rencana kegiatan, menguasasi materi pelajaran, ditandai dengan kemampuan

menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran, guru melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, memanfaatkan sumber

belajar ditandai dengan menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber

belajar, mamicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran ditandai

dengan menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru,

siswa,menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, menggunakan

melibatkan siswa, memberikan arahan,

dan tugas sebagai bagian

remidi/pengayaan.

Bagaimana

hasil belajar

siswa setelah

pelaksanaan

Lesson study?

Dilihat dari kecakapan siswa dalam

menjawab post test secara lisan, siswa

antusias dalam menjawab soal, banyak

dari mereka yang bahkan berlomba

untuk menjawab soal dari guru model.

Siswa

73

bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, ditandai dengan menggunakan

bahasa lisan secara jelas dan lancar, menggunakan bahasa tulis yang baik dan

benar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, guru mengakhiri

pembelajaran dengan melakukan refleksi, membuat rangkuman dengan melibatkan

siswa, memberikan arahan, dan tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. Hasil

belajar siswa setelah pelaksanaan lesson study dapat dilihat dari kecakapan siswa

dalam menjawab post test secara lisan, siswa antusias dalam menjawab soal,

banyak dari mereka yang bahkan berlomba untuk menjawab soal dari guru model.

Wawancara untuk mendapatkan sumber sesuai dengan yang dibuatkan di

pedoman wawancara dituliskan dalam sebuah tabel. Data hasil wawancara

disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data hasil wawancara

N

o

Sumber

Bagaimana kegiatan Lesson study: Faktor

Pendukung

dan

Penghambat

Plan Do See

1. Kepala

Sekolah

(Ibu Euis

Nurjanah)

Planning

lesson study

dilaksanaka

n awal

tahun

pembelajara

n dalam

Workshop

Kurikulum

Kegiatan

Lesson

study di

SMPN 8

Bogor

berjalan

dengan

baik karena

jadi bagian

agenda

sekolah

Evaluasi

kegiatan

lesson study

dilakukan

dalam bentuk

supervisi

pembelajaran

Faktor

Pendukung:

Guru-guru

SMPN 8

yang

kooperatif

Faktor

Penghambat:

belum ada

2. Koordinator

LS

(Ibu Lili

Budiarti)

Planning LS

dilakukan

saat

workshop

kurikulum,

untuk

perencanaan

open lesson

Biasanya

dilakukan

satu minggu

sebelum do

Agenda

open lesson

akan

dilaksanaka

n pada

tanggal 26

Oktober

2017

dihadiri

oleh Pihak

UNPAK

dan guru-

guru IPA

lainnya

Refleksi

Pembelajaran

biasa

dilakukan

setelah open

lesson,

merupakan

tahap untuk

menyempurn

akan RPP

selanjutnya

Faktor

Pendukung:

Support

Kepala

Sekolah,

guru yang

berkomitme

n, geliat

program

wakasek

kurikulum,

guru yang

gampang

diajak

“maju”

74

Faktor

penghambat:

Terkadang

ada guru

yang tidak

hadir karena

harus

mengajar

3. Wakasek

Kurikulum

(Pak

Achmad

Alim)

Lesson

study masuk

ke program

standar

proses

sekolah,

dilakukan

saat

workshop

kurikulum

Kegiatan

open lesson

selalu

bejalan

dengan

baik karena

kematanga

n guru-

guru dalam

membuat

RPP

Kegiatan

Lesson study

cukup

memberi

efek yang

baik bagi

pengembang

an

profesionalit

as guru

Faktor

Pendukung:

Semua

komponen

sekolah

mendukung

kegiatan

lesson study

Faktor

Penghambat:

Terkadang

open lesson

tidak sesuai

jadwal

karena harus

menyesuaika

n dengan

agenda

sekolah yang

lebih penting

4. Guru IPA

(Ibu Ila

Halsiah)

Perencanaan

open lesson

telah

dilakukan

tanggal 17

Oktober

2017, guru-

guru IPA

berdiskusi

membuat

RPP dan

menunjuk

ibu Linda

sebagai guru

Pelaksanaa

n open

lesson telah

dilakukan

pada

tanggal 26

Oktober

2017, bu

Linda

sebagai

guru model

cukup baik

dalam

menjalanka

Tahap

refleksi

dilakukan

setelah bu

Linda

mengajar,

dihadiri oleh

pihak

UNPAK,

namun

sayang

kepala

sekolah tidak

hadir karena

Faktor

pendukung:

Kepsek yang

komitment,

guru lain

yang

mendukung,

LS jadi

program

sekolah.

Faktor

Penghambat:

Ada guru

75

model n

rancangan

pembelajar

an yang

ada

ada agenda

di Bandung.

yang tidak

hadir di

open lesson

dikarenakan

bentrok

dengan

jadwal

mengajar.

Guru merasa

banyak

program

pemerintah

yang

digulirkan,

sehingga

banyak

kegiatan

administratif

yang harus

dipenuhi.

5. Pihak

UNPAK

(Ibu Indarini

Dwi

Puspitasari,

M.Si)

Kegiatan

lesson study

di SMPN 8

Bogor

diprakarsai

oleh

Fakultas

Keguran

dan Ilmu

Pendidikan,

program

studi

Pendidikan

Bahasa

Indonesia

Dilaksanak

an minimal

satu kali

setiap

tahun

pembelajar

an,

UNPAK

tidak harus

selalu hadir

dalam

pelaksanaa

n, hanya

open lesson

yang

berhubunga

n dengan

upgrade

research

yang kami

hadiri

Guru model

telah

menjalankan

RPP dengan

baik, terlihat

dari

penguasaan

materi dan

sains

integratednya

tersampaikan

, guru

observer

menjalankan

tugasnya

pula dengan

baik

Faktor

Pendukung:

Setiap

komponen

SMPN 8

yang

welcome

membuat

agenda

Lesson study

di SMPN 8

Bogor ini

terlaksana

dengan baik,

Faktor

Penghambat:

Tidak ada,

sejauh ini

berjalan

dengan baik.

76

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa menurut Kepala Sekolah (Ibu Euis

Nurjanah) kegiatan lesson study yang berhubungan dengan Planning dilaksanakan

di awal tahun pembelajaran dalam Workshop Kurikulum. Tahap do Kegiatan

Lesson study di SMPN 8 Bogor berjalan dengan baik karena menjadi bagian dari

agenda sekolah. Evaluasi kegiatan lesson study dilakukan dalam bentuk supervisi

pembelajaran. Faktor pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah

guru-guru yang kooperatif sedangkan faktor penghambat dirasa belum ada.

Menurut Koordinator lesson study (Ibu Lili Budiarti), Planning dilakukan saat

workshop kurikulum, untuk perencanaan open lesson biasanya dilakukan satu

minggu sebelum do. Agenda open lesson akan dilaksanakan pada tanggal 26

Oktober 2017 dihadiri oleh Pihak UNPAK dan guru-guru IPA lainnya. Refleksi

Pembelajaran biasanya dilakukan setelah open lesson dan merupakan tahap untuk

menyempurnakan RPP di open lesson berikutnya. Faktor Pendukung kegiatan

lesson study di SMPN 8 Bogor adalah support kepala sekolah, guru yang

berkomitmen, geliat program wakasek kurikulum dan guru yang gampang diajak

“maju”. Sedangkan faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor

adalah terkadang ada guru yang tidak hadir karena harus mengisi kegiatan belajar

mengajar. Menurut Wakasek Kurikulum (Pak Achmad Alim), lesson study masuk

ke program standar proses sekolah, dilakukan saat workshop kurikulum. Kegiatan

open lesson selalu bejalan dengan baik karena kematangan guru-guru dalam

membuat RPP. Kegiatan Lesson study cukup memberi efek yang baik bagi

pengembangan profesionalitas guru. Faktor Pendukung Semua komponen sekolah

mendukung kegiatan lesson study dan faktor penghambatnya terkadang open lesson

tidak sesuai jadwal karena harus menyesuaikan dengan agenda sekolah yang lebih

penting. Menurt Guru IPA (Ibu Ila Halsiah), Perencanaan open lesson telah

dilakukan tanggal 17 Oktober 2017, guru-guru IPA berdiskusi membuat RPP dan

menunjuk ibu Linda sebagai guru model.

Pelaksanaan open lesson telah dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2017, bu

Linda sebagai guru model cukup baik dalam menjalankan rancangan pembelajaran

yang ada. Tahap refleksi dilakukan setelah bu Linda mengajar, dihadiri oleh pihak

UNPAK, namun sayang kepala sekolah tidak hadir karena ada agenda di Bandung.

Faktor pendukung kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah kepala sekolah

yang komitmen, guru lain yang mendukung, lesson study jadi program sekolah.

Faktor penghambatnya ada guru yang tidak menghadiri di open lesson dikarenakan

bentrok dengan jadwal mengajar selain itu guru merasa banyak program

pemerintah yang digulirkan, sehingga banyak kegiatan administratif yang harus

dipenuhi. Menurut pihak UNPAK (Ibu Indarini Dr. Dwi Puspitasari, M.Si)

kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor diprakarsai oleh Fakultas Keguran dan

Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Dilaksanakan

minimal satu kali setiap tahun pembelajaran, UNPAK tidak harus selalu hadir

77

dalam pelaksanaan, hanya open lesson yang berhubungan dengan upgrade research

yang kami hadiri. Guru model telah menjalankan RPP dengan baik, terlihat dari

penguasaan materi dan sains integrated-nya tersampaikan, guru observer

menjalankan tugasnya pula dengan baik. Faktor pendukung setiap komponen

SMPN 8 Bogor yang welcome membuat agenda Lesson study di SMPN 8 Bogor ini

terlaksana dengan baik sehingga faktor penghambat kegiatan lesson study di SMPN

8 Bogor tidak ada dan sejauh ini berjalan dengan baik.

Studi dokumentasi yang dilakukan bersumber pada RKS, RKT, program

Koordinator Standar Proses, Catatan geliat prestasi Delapan, RPP dan daftar nilai

siswa. Data hasil studi dokumentasi disajikan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data Hasil Studi Dokumentasi

Pertanyaan Penelitian Temuan Penelitian Sumber Informasi

Bagaimanakah

perencanaan kegiatan

lesson study di SMPN 8

Bogor?

Perencanaan Lesson study

secara tersurat terdapat

dalam Rencana Kerja

Sekolah dan Rencana Kerja

Tahunan, didalamnya

disebutkan bahwa lesson

study merupakan bagian

dari pengembangan

profesionalitas guru yang

diejawantahkan di dalam

standar proses sekolah.

Pada targetan standar

proses, di dokumen

dituliskan pada point kedua

bahwa 95% guru mata

pelajaran sudah

melaksanakan lesson study.

1. RKS

2. RKT

3. Program

Koordinator

Standar

Proses

Bagaimanakah

Pelaksanaan kegiatan

Lesson study?

Pelaksanaan kegiatan lesson

study secara spesifik open

lesson pembelajaran, bisa

dilihat dari RPP open

lesson.

Untuk dokumentasi berupa

foto dan deskripsi kegiatan

dituliskan pada buku catatan

Geliat Prestasi Delapan

1. RPP Open

lesson

2. Catatan

Geliat

Prestasi

Delapan

Bagaimanakah Evaluasi

kegiatan Lesson study?

Kegiatan evaluasi yang

dilakukan merupakan

kegiatan refleksi bersama

pasca open lesson

Catatan Geliat

Prestasi Delapan

78

Bagaimana kemampuan

guru dalam

Pembelajaran IPA?

Kemampuan guru IPA

dalam pembelajaran bisa

dilihat salah satunya dari

penyusunan RPP

RPP

Bagaimanakah hasil

belajar siswa setelah

pelaksanaan lesson

study?

Hasil Belajar siswa secara

klasikal sebelum dan setelah

dilaksanakannya lesson

study mengalami

peningkatan yang cukup

signifikan.

Daftar Nilai

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa Perencanaan Lesson study secara tersurat

terdapat dalam Rencana Kerja Sekolah dan Rencana Kerja Tahunan, didalamnya

disebutkan bahwa lesson study merupakan bagian dari pengembangan

profesionalitas guru yang diejawantahkan di dalam standar proses sekolah. Pada

targetan standar proses, di dokumen dituliskan pada point kedua bahwa 95% guru

mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study. Pelaksanaan kegiatan lesson

study secara spesifik open lesson pembelajaran, bisa dilihat dari RPP open lesson.

Dokumentasi berupa foto dan deskripsi kegiatan dituliskan pada buku catatan

Geliat Prestasi Delapan. Kegiatan evaluasi yang dimuat dalam Catatan Geliat

Prestasi Delapan dilakukan merupakan kegiatan refleksi bersama pasca open

lesson. Kemampuan guru IPA dalam pembelajaran bisa dilihat salah satunya dari

penyusunan RPP. Hasil Belajar siswa yang tersurat dalam daftar nilai siswa secara

klasikal sebelum dan setelah dilaksanakannya lesson study mengalami peningkatan

yang cukup signifikan.

1. Perencanaan Kegiatan Lesson study

Kegiatan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas

dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor

sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan sebagai pemrakarsa terwujudnya program tersebut yang gerakannya

dilakukan pada akhir tahun 2014 dengan tahap awal adalah memberikan workshop

penyusunan desain pembelajaran berbasis lesson study for learning community

untuk sekolah piloting Lesson study.

Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah

piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan

lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga

sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah, Wakasek kurikulum,

koordinator Lesson study dan dokumentasi terhadap Rencana Kerja Tahunan

(RKT), Program Kerja Wakasek Kurikulum, dan program kerja koordinator Lesson

79

study, Perencanaan kegiatan lesson study pada SMPN 8 Bogor dilaksanakan pada

awal tahun pelajaran bersamaan dengan perencanaan kerja tahunan dalam agenda

yang dinamai workshop kurikulum. Dalam rencana kerja tahunan direncanakan

berbagai program kerja sesuai dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini

disebabkan karena mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila ke delepan

standar minimal, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan dapat

dipenuhi.

Dengan demikian tujuan dilaksanakannya lesson study di SMPN 8 Bogor

adalah sebagai langkah untuk menjaga proses pembelajaran yang sesuai dengan

standar proses, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan sebagai

penjaminan terhadap ketercapaian standar pendidik, sebab melalui lesson study

dapat terjadi pelatihan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan

kompetensi guru menuju profesionalitas yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran yang akan berpengaruh pada peningkatan mutu

pendidikan.

Lesson study di SMPN 8 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah dengan cara meningkatkan profesionalitas guru. Beberapa

keuntungan yang dapat diperoleh dengan melaksanakan lesson study adalah

sebagai berikut:

a. Seluruh guru terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Menghemat biaya yang harus dikeluarkan pihak sekolah, karena dilaksanakan

di sekolah sendiri.

c. Kegiatan bersifat berkelanjutan, karena dilaksanakan dalam proses

pembelajaran yang sesungguhnya.

d. Materi kegiatan menyentuh dengan tugas keseharian guru.

e. Apabila diperlukan dapat menghadirkan narasumber dari pihak yang lebih

kompeten.

Pelaksanaan lesson study di SMPN 8 Bogor ini dilaksanakan pada seluruh

mata pelajaran dengan diawali piloting project pada mata pelajaran IPA, Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam satu tahun ajaran setiap mata pelajaran

diberikan kesempatan untuk melaksanakan open lesson yang akan diobservasi

oleh guru mata pelajaran sejenis dan guru mata pelajaran lainnya juga diawasi

melalui supervisi kepala sekolah, sehingga yang terlibat dalam kegiatan tersebut

adalah seluruh guru yang ada di SMPN 8 Bogor. Wakasek Kurikulum yang

bekerjasama dengan koordinator standar proses dengan mengacu pada kalender

pendidikan mengatur jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut sehigga tidak

bertabrakan dengan jadwal kegiatan sekolah lainnya. Koordinator Lesson study

berdasarkan pengaturan waktu yang dikeluarkan oleh Wakasek kurikulum

kemudian menentukan jadwal open lesson untuk setiap mata pelajaran, dan

menentukan pertanggungjawaban yang diambil dari guru mata pelajaran yang

akan melaksanakan open lesson untuk kegiatan tersebut. Semua hal tersebut

kemudian dituangkan dalam program Rencana Kerja Tahunan, program kerja

80

koordinator standar proses, dan program kerja koordinator Lesson study sebagai

upaya pencapaian sasaran standar proses point kedua yaitu 95% guru mata

pelajaran telah melaksanakan Lesson study di SMPN 8 Bogor.

Workshop kurikulum di SMPN 8 Bogor adalah upaya peningkatan kualitas

penyelenggaraan pendidikan yang nama kegiatannya bisa beragam disesuaikan

dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran, misal nama kegiatan workshop

kurikulum di SMPN 8 Bogor adalah Workshop Better Teaching and Learning, di

workshop kurikulum inilah salah satu agenda perencanaan kegiatan lesson study

dilakukan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Lesson study

a. Tahap Perencanaan (plan)

Dalam lesson study “Perencanaan diawali diawali dari analisis permasalahan

yang dihadapi dalam pembelajaran berupa materi bidang studi atau bagaimana

menjelaskan suatu konsep materi tertentu. Permasalahan dapat juga menyangkut

aspek pedagogi tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih

efektif” (Zulkily dkk., 2009:55).

Dalam tahapan ini guru-guru IPA di SMPN 8 Bogor berkumpul untuk

menyusun secara bersama-sama RPP yang akan digunakan pada kegiatan open

lesson, dan dalam tahap perencanaan juga dibuat kesepakatan tentang guru model

yang akan tampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah

dibuat bersama. Dalam tahap perencanaan terjadi kerjasam antara guru-guru IPA

dalam menyusun RPP yang akan digunakan, masing-masing guru memberikan

masukan untuk penyempurnaan terhadap RPP yang disusun. Perencanaan open

lesson dilakukan satu minggu sebelaum open lesson dilakukan yaitu hari Kamis, 19

Oktober 2017. Tahap perencanaan dalam lesson study ini meliputi kegiatan:

1) Menyusun RPP, saat kegiatan menyusun RPP guru-guru IPA SMPN 8 Bogor

yaitu ibu Ila Halsiah, ibu Lili Budiarti, pak Achmad Alim Asriadi, ibu Dwi

Nugraha Minasia, ibu Linda Lidiawati, dan Bu Nalini Sunarsih malakukan

diskusi yang cukup kooperatif, hampir semua berkomentar untuk melakukan

perbaikan RPP, ibu Linda yang pada kesempatan kali ini paling banyak

memberikan masukan baik dari segi konten, metode ajar dan penilaian, alhasil

beliaulah yang ditunjuk oleh guru-guru lain menjadi guru model di open lesson

yang akan dilaksanaan pada tanggal 26 Oktober 2017. Hasil dari diskusi

penyusunan RPP ini adalah pembelajaran yang akan dilakukan mencakup

materi pokok tentang dampak pencemaran bagi ekosistem di kelas VII, dengan

materi reguler mencakup pencemaran air, faktor-faktor pencemaran air, dampak

pencemaran air dan cara penanggulangan pencemaran air. Materi

pengayaannya meliputi membuat poster tentang pentingnya menjaga

lingkungan sungai Ciliwung, membuat tulisan tentang pemecahan masalah

pencemaran sungai Ciliwung. Materi Remidial yang dicanangkan meliputi

pencemaran air, faktor-fator pencemaran air dan dampak pencemaran air.

81

Metode pembelajaran yang direncanakan adalah Problem Based Learning

(PBL). Media, alat dan Bahan pembelajaran yang direncanakan meliputi video

tentang pencemaran air sungai Ciliwung, air sungai Ciliwung, air sumur, air

limbah cucian baju, ikan mas, termometer, alat saringan, pH indikator

universal, gelas beaker/gelas plastik.

2) Menyusun lembar kerjas siswa, pada tahap ini guru-guru menyusun soal

sejumlah sepuluh soal pilihan ganda dan satu soal essay yang merupakan soal

yang mengharuskan siswa praktik yaitu tentang penentuan kualitas air sungai

Ciliwung.

3) Menyiapkan instrument penilaian meliputi instumen penilaian kemampuan

kognitif, instumen penilaian kemampuan afektif dalam kegiatan kelompok serta

instumen penilaian kinerja psikomotorik.

4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini observasi

yang dihasilkan berjumlah 40 butir, dengan rincian butir 1 sd 8 observasi

tentang kegiatan pendahuluan, butir 9 sd 33 adalah observasi kegiatan inti dan

butir 34 sd 40 adalah observasi kegiatan penutup.

b. Implementasi RPP

Implementasi RPP adalah tahapan do, Mulyana (2007) menjelaskan mengenai

tahap do dalam lesson study sebagai berikut:

“Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu kegiatan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang

disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang

telah disusun bersama, dan kegiatan pengamatan atau observasi yang

dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson study yang lainnya (baca:

guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang

bertindak sebagai pengamat/observer).”

Peran guru model dalam melaksanakan RPP haruslah sangat diperhatikan sebagai

implikasi dari proses penyusunan saar perencanaan. Mulyana (2007) menjelaskan

lebih lanjut:

“Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan,

diantaranya adalah guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

yang telah disusun bersama, siswa diupayakan dapat menjalani proses

pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan

under pressure yang disebabkan adanya program Lesson study. Selama

kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan

mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi

guru maupun siswa.

Selain itu dalam pelaksanaan pengimplementasian RPP, Pengamat harus

melakukan pengamatan terhadap interkaksi yang dilakukan oleh siswa. Lebih lanjut

Mulyana (2007) menjelaskan:

82

”Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siwa-

siwa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan

menggunakan instrument pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan

disusun bersama-sama. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran

yang berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru. Pengamat dapat

melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk

keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan

peremakan tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pengamat

melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan

dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses

konktrusksi pemahaman siswa melaui aktivitas belajar siswa. Catatan

dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang

tercantum dalam RPP”

Kegiatan implementasi RPP di SMPN 8 Bogor untuk tahun ajaran 2017/2018

adalah kegiatan open lesson yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2017

meliputi tahapan praktek pembelajaran dimana pada tahap ini rancangan strategi

dan skenario yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan diterapkan dan

pengamatan pun dilakukan, pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama. Instrument yang

digunakan sebagai alat pengamatan adalah lembar observasi. Dihadiri oleh guru-

guru IPA, Koordinator Lesson Studi dan pihak Universitas Pakuan. Pada open

lesson kali ini, kepala sekolah berhalangan hadir karena harus mengikuti pelatihan

kepala sekolah di Bandung.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu sintaks model

cooperative learning dengan metode yang diterapkan mencakup problem based

learning, eksperimen, two stay two stray dan contextual teaching and learning.

Pada kegiatan pendahuluan, yang merupakan langkah awal berupa klarifikasi

permasalahan mencakup prasyarat pengetahuan yang harus dimiliki siswa adalah

siswa telah mempelajari tentang pengukuran dan asam basa, pada kegiatan

pendahuluan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru untuk mengidentifika

si pertanyaan dan menaggapi isu local diantaranya adalah guru mengawali

pembelajaran dengan berdoa bersama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran,

guru menyampaikan tayangan foto tentang Sungai Ciliwung, guru memberikan

data kualitas air sungi Cilwung dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor kepada

siswa kemudian siswa dipersilahkan mengungkapkan pertanyaan sesuai dengan

tayangan dan data tersebut. Pada pendahuluan pun dilakukan proses literasi sains,

yaitu siswa diharuskan membaca buku yang mereka suka dan menuliskannya pada

sebuah jurnal, tidak lupa mereka diberi soal pre-test sebagai langkah untuk

mengukur pemahaman siswa di awal pembelajaran.

83

Pada kegiatan inti pembelajaran, guru berusaha melakukan integrated model

yaitu memberikan pembelajaran dengan mengandung unsur Fisika, Biologi dan

Kimia kepada siswa. Hal teknis yang dilakukan oleh guru adalah guru membagi

siswa menjadi delapan kelompok untuk memecahkan masalah dengan tiga

parameter yang berbeda yaitu penentuan kualitas air berdasarkan suhu dan tingkat

kekeruhan, penentuan kualitas air berdasarkan bioindikator, penentuan kualitas air

berdasarkan tingkat keasaman, siswa menentukan alat dan bahan percobaan sesuai

dengan metode yang telah ditentukan, siswa dengan bimbingan guru merumuskan

langkah-langkah yang akan dilakukan dalan eksperimen, siswa bersama-sama

dalam kelompoknya merancang percobaan untuk menentukan kualitas air sungai

Ciliwung dengan metode secara fisika, biologi maupun kimia, siswa membuat

hipotesis tentang permasalahan, siswa melakukan serangkaian percobaan untuk

menentukan kualitas air sungai Ciliwung dan mencatat hasil pengamatan, siswa

melakukan eksperimen dengan memasukkan ikan ke dalam air sungai Ciliwung

dan air limbah cucian baju, kemudian memprediksi apa yang akan terjadi pada satu

menit kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat kesimpulan

untuk membuat kesimpulan hasil eksperimen sesuai dengan kreativitas

kelompoknya, hal ini merupakan langkah untuk merangsang kemampuan siswa

dalam menarik kesimpulan berdasarkan bukti. Setelah siswa diskusi kelompok

kemudian siswa menuangkan gagasannya dalam kertas A3 dan menyampaikannya

ke kelompok lain dengan metode two stay two stray. Siswa dari kelompok lain

melakukan proses analisis dan bertanya hal yang dirasa kurang mereka pahami ke

kelompok yang presentasi.

Pada kegiatan penutup atau refleksi, guru memberikan penguatan tentang

pentingnya kepedulian terhadap lingkungan agar terjadi interaksi yang baik antara

manusia dengan alam, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran dengan cara guru memberikan pertanyaan-pertanyaan evaluasi secara

lisan dan tulisan beupa pengerjaan LKS, siswa yang menjawab pertanyaan guru

secara benar mendapatkan reward berupa permen lollipop. Setelah itu, guru

memberikan penugasan kepada siswa untuk membuat tulisan maupun poster

tentang pentingnya melindungi sungai Ciliwung dari pencemaran lingkungan. Dan

terakhir, pembejaran diakhiri dengan pembacaan do’a secara bersama-sama yang

dipimpin oleh ketua kelas.

c. Hasil Refleksi Pembelajaran

Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna

menyempurnakan rencana tindakan berikutnya. Mulyana (2007) menjelaskan

mengenai tahap see ini sebagai tahapan yang sangat penting karena upaya

perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan tergantung dari ketajaman analisis

para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang

telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi diawali dengan pemaparan oleh guru model

84

tentang hal-hal yang sudah dilakukan dan kendala yang muncul selama proses

pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru-guru yang bertindak sebagai observer

mengemukakan temuannya sekaligus solusi untuk mengatasi hal tersebut. Adapun

hasil refleksi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada

rencana tindakan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran sudah cukup

optimal, hal ini ditandai dengan antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran,

nilai siswa pre-test dan post-test yang mengalami peningkatan, pembelajaran

berlangsung dengan rasa ingin tahu siswa yang cukup tinggi, presentasi dengan

metode two stay two stray cukup ampuh meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan

reward cukup memberi point penyemangat lebih terhadap siswa.

Proses pembelajaran yang cukup memuaskan ini disebabkan karena

perancangan RPP saat perencanaan yang terkategori baik, ada kesungguhan guru-

guru dalam melakukan proses lesson study di SMPN 8 Bogor ini, sehingga pihak

Universitas Pakuan, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Ibu Dr. Indarini Dwi

Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA mengemukakan bahwa

pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru model cukup memberi

feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang dilakukan dipandang sudah

mencukupi.

3. Evaluasi Kegiatan Lesson study

a. Tujuan Evaluasi

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah, wakasek

kurikulum, dan koordinator Lesson study di SMPN 8 Bogor diperoleh jawaban

bahwa, evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan lesson study dengan

tujuan meninjau seberapa jauh setiap tahap kegiatan lesson study yang dilakukan

memenuhi standar-standar yang ditetapkan, mengetahui keberhasilan dan

kekurangan, baik implementasi pembelajaran maupun kegiatan lesson study secara

keseluruhan dalam meningkatkan kemampuan guru.

b. Cara yang dilakukan dalam Evaluasi

Cara yang dilakukan dalam mengevaluasi efektivitas program lesson study

dilaksanakan dengan membandingkan kondisi sebelun dan sesudah implementasi

program lesson study berdasarkan sejumlah kriteria evaluative yang berkenaan

dengan peningkatan kemampuan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Dalam evaluasi ini digunakan instrument berupa wawancara, dan lembar observasi

yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan lesson study dari mulai

ditetapkannya menjadi program sekolah sampai dengan pelaksanaannya sebagai

pola pembinaan untuk meningkatkan kemampuan guru.

c. Sasaran Evaluasi

Sasaran pelaksanaan evaluasi adalah program lesson study, guru-guru IPA, dan

siswa. Evaluasi terhadap program lesson study dilaksanakan melalui obervasi

85

terhadap setiap tahap pelaksanaan kegiatan lesson study. Wawancara dilakukan

terhadap guru dan siswa yang terkait dengan lesson study pada tahap implementasi

pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan dan kekurangan dari setiap tahap

pelaksanaan lesson study. Wawancara dilakukan pada siswa dan guru-guru IPA.

Informasi yang diperoleh dari hasil keseluruhan rangkaian kegiatan evaluasi

selanjutnya digunakan untuk keperluan evaluasi terhadap pelaksanaan lesson study

sebagai program pola pembinaan peningkatan profesionalitas guru.

d. Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang dijelaskan dalam bagian ini adalah hasil evaluasi mencakup

bahan pembelajaran, hasil evaluasi masukan, hasil evaluasi proses, hasil evaluasi

keluaran.

1) Hasil Evaluasi Bahan Pembelajaran

Evaluasi bahan pembelajarn dilakukan dengan cara studi dokumentasi terhadap

silabus dan wawancara dengan guru. Hal yang dievaluasi adalah pengembangan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dalam hal penentuan tata urut standar

kompetensi dasar, pemilihan materi pokok, pemilihan kegiatan pembelajaran,

perumusan indikator, penentuan teknik asesmen, penentuan alokasi waktu,

penentuan media dan alat pembelajaran.

Dari hasil evaluasi terhadap bahan pembelajaran diperoleh informasi,

kemampuan penyusunan bahan pembelajaran mengalami peningkatan setelah guru-

guru IPA mengikuti pola pembinaan lesson study.

2) Hasil Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan dilakukan terhadap kemampuan peserta didik dalam

memahami konsep, keterampilan proses, motivasi belajar, melalui observasi dan

studi dokumentasi terhadap daftar nilai hasil belajar. Dari hal tersebut

menunjukkan adanya peningkatan, kemampuan guru mengalami peningkatan

dalam penguasaan materi, sikap kerja, dan keterlibatan dalam lesson study, melalui

studi dokumentasi dan oberservasi ketika pembelajaran berlangsung.

3) Hasil Evaluasi Proses

Evaluasi proses dilaksanakan terhadap setiap tahapan dari lesson study mulai

dari perencanaan, meliputi kegiatan, identifikasi masalah, pengembangan rencana

pembelajaran, pengemabangan media/alat pembelajaran, pengembangan alat

penilaian, dan dalam implementasi pembelaran, meliputi proses-proses

pembelajaran, ketelibatan observer, dan keterlibatan siswa, kemudian evaluasi

dalam refleksi meliputi keterlibatan peserta dalam refleksi, dan komentar yang

dilontarkan. Proses evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

86

4) Hasil Evaluasi Keluaran

Evaluasi keluaran dilakukan terhadap RPP, alat dan media pembelajaran, alat

penilaian, kemampuan guru dalam pembelajaran, keterlibatan siswa dalam

pembelajaran, hasil dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pola pembinaan

melalui lesson study. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan studi dokumentasi

terhadap RPP, wawancara terhadap siswa, guru, koordinator lesson study, dan tes

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi keluaran didapatkan data

adanya peningkatan kualitas RPP, media pembelajaran, alat penilaian, kemampuan

guru dalam pembelajaran, dan keterlibatan siswa.

4. Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran IPA

Kegiatan lesson study merupakan pola pembianaan untuk meningkatkan

profesionalitas guru. Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru

profesional adalah orang yang terdidik, dan terlatih dengan baik serta memiliki

pengalaman yang kaya dibidangnya (Uzer, 201:15).

Dalam kegiatan lesson study profesionalitas para guru muncul melalui kegiatan

kerjasama untuk memperbaiki kemampuan mengajar dengan memanfaatkan hasil

pengamatan pelaksanaan tugas mengajar dalam pelaksanaan tugas yang

sesungguhnya.

Lesson study mempelajari tentang bagaimana guru praktek dalam penggunaan

strategi pembelajaran dan penilaian. Dengan menyaksikan kegiatan nyata dalam

kelas para guru belajar untuk mengembangkan dan mentransfer fakta itu sebagai

objek belajar yang berguna untuk melakukan peningkatan profesionalitas dalam

melaksanakan tugas masing-masing. Praktek ini diarahkan untuk mempelajari

pendekatan khusus dalam meningkatkan keterampilan siswa belajar, menguasai

materi pelajaran, atau mengembangkan keterampilan bekerja untuk menghasilkan

produk belajar. Dalam proses lesson study sekolompok guru mengidentifikasi

kebutuhan belajar siswa dan kemajuan mereka dalam proses belajar di dalam kelas,

serta kebutuhan melakukan perbaikan.

Indikator profesionalitas guru dapat dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah

dari APKG (Alat Penilaian Kemampuan Guru) dan hasil supervisi Kepala Sekolah.

Georgia departmen of education dalam Yuniar (2013:60) telah mengembangkan

Teacher performance assessment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh

Kemendiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat penilaian

kemampuan guru meliputi rencana pembelajaran (teacher plans and materials) atau

disebut dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), prosuder pembelajaran

(Classroom Procedure), dan hubungan antar pribadi (interpersonal skill),

87

mengenai indikator ketercapaian profesionalitas guru IPA di SMPN 8 Bogor

disajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6 Indikator Ketercapaian Profesionalitas Guru IPA

Indikator Kemampuan Guru Ketercapaian

Kemampuan Guru

menguasai Bahan Ajar

Merancang RPP

bersama guru-guru

lain sekurang-

kurangnya terdiri

dari Standar

Kompetensi,

Kompetensi Dasar,

Indikator, Tujuan

Pembelajaran,

Materi

Pembelajaran,

Metode

pembelajaran,

langkah-langkah

kegiatan, sumber

pembelajaran dan

penilaian.

Sudah tercapai

dilihat dari RPP

yang telah dibuat.

Pelaksanaan Kegiatan

Pembelajaran

Guru memupuk

kerjasama dan

disiplin siswa

Tercapai, dengan

diberlakukannya

pembelajaran yang

kooperatif dan

memberikan

teguran kepada satu

orang siswa yang

telat masuk

Ketepatan waktu

masuk dan keluar

kelas

Tercapai, terlihat

dari proses KBM

yang

diberlangsungkan

tepat waktu

Melakukan absensi Iya, dilakukan saat

awal pembelajaran

Memperhatikan

tempat duduk siswa

Ragu, karena ada

siswa di bagian

belakang yang

sepertinya tidak

terperhatikan

dengan baik

88

Indikator Kemampuan Guru Ketercapaian

Menggunakan

media

pembelajaran

Iya, guru

menggunakan

media audio visual

berupa film pendek,

slide presentasi dan

berbagai jenis air,

ikan kecil yang

digunakan untuk

eksperimen

Menggunakan

objek nyata di

sekitar sekolah

Iya. Air sungai

ciliwung langsung

dibawakan ke ruang

kelas.

Penggunaan Metode dan

Strategi Pembelajaran

Menggunakan

beragam metode

pembelajaran

Iya. Setidaknya

guru menggunakan

metode two stay

two stray,

eksperiment, Tanya

jawab, diskusi dan

ceramah.

Evaluasi atau Penilaian

Pembelajaran

Melakukan

evaluasi dan

penilaian

pembelajaran

Iya, guru

memberikan soal di

awal pembelajran

dan LKS di akhir

pembelajaran.

Hubungan antar Pribadi

Guru mampu

membuat siswa

nyaman untuk

belajar bersamanya

Mayoritas iya,

dilihat dari interaksi

siswa ke guru sudah

tidak canggung,

siswa banyak

bertanya dan guru

sabar dalam

menjawab

pertanyaan-

pertanyaan siswa.

Dalam pelaksanaan lesson study diperoleh data bahwa guru-guru IPA SMPN 8

Bogor mengalami peningkatan kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan,

dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil studi

dokumentasi RPP, dan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran. Dari studi

dokumentasi yang dilakukan terhadap RPP diperoleh data bahwa guru

memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan silabus,

89

menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual, merencanakan kegiatan

pembelajaran yang efektif, memilih sumber belajar sesuai dengan materi dan

strategi pembelajaran, merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan

keberhasilan belajar peserta didik, menggunakan berbagai strategi dan metode

penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil peserta didik, memanfaatkan hasil

penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan

belajarnya.

Sedangkan dari kegiatan obervasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan

guru IPA SMPN 8 Bogor diperoleh data bahwa guru memulai pembelajaran

dengan efektif, ditandai dengan guru melakukan apersepsi dan menyampaiakan

kompetensi yang akan dicapai dalam rencana kegiatan, menguasasi materi

pelajaran, ditandai dengan kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan

pembelajaran, guru menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif, ditandai

dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai,

memanfaatkan sumber belajar ditandai dengan menunjukkan keterampilan dalam

penggunaan sumber belajar, mamicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam

pembelajaran ditandai dengan menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui

interaksi guru, siswa, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar,

menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, ditandai dengan

menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, menggunakan bahasa tulis yang

baik dan benar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, guru mengakhiri

pembelajaran dengan efektif, ditandai dengan melakukan refleksi, membuat

rangkuman dengan melibatkan siswa, memberikan arahan, dan tugas sebagai

bagian remidi/pengayaan.

Profesionalitas guru IPA juga bisa diukur dengan pencapaian nilai guru IPA

dalam supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah yang mendapatkan point

sempurna untuk masing-masing guru. Berikut rekapitulasi hasil pelaksanaan

kegiatan supervisi SMP Negeri 8 Bogor Tahun Pelajaran 2017 – 2018, nilai untuk

guru-guru IPA disajikan dalam Tabel 4.7.

90

Tabel 4.7 Rekapitulasi nilai guru-guru IPA dalam hasil pelaksanaan kegiatan

supervisi SMP Negeri 8 Bogor Tahun Pelajaran 2017 – 2018

N

O NAMA

Indikator Proses Pembelajaran

Jum

lah

skor

Kate

gori

Kegia

tan

Awal

Kegiatan inti Pembeajaran

Penu

tup

Penguasaan

Materi

Pelajaran

Pendekatan

Strategi

Pembelajaran

Pemanfaatan

Sumber

Belajar Media

Memelihara

keterlib

atan siswa

Penilaian

Proses

Pembela

jaran

Penggu

naan

Bahasa

1

Linda

Lidiawati

, S.P 5 5 5 5 5 5 5 5 40

Sangat

Baik

3 Dra.Lili

Budiarti 5 5 5 5 5 5 5 5 40

Sangat

Baik

4

Dra.Ila

Halsiah,

M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40

Sangat

Baik

5

Achmad

Alim

Asriadi,

M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40

Sangat

Baik

5

Dwi

Nugraha

Minasia,

S.Pd

5 5 5 5 5 5 5 5 40

Sangat

Baik

(Sumber: Studi dokumentasi Hasil Supervisi Kepala Sekolah)

5. Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Setelah Pelaksanaan Lesson study

Hasil belajar merupakan dampak dari pembelajaran siswa setelah mengikuti

proses belajar. Perubahan tingkah laku dari suatu proses hasil belajar dilandasi oleh

motivasi yang tinggi dan dapat diidentifikasi dan bahkan dapat diukur berupa

kemampuan menjelaskan dan menyebutkan sesuatu, meng-generalisasikan fakta

atau melakukan perbuatan.

Gambaran hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan lesson

study di SMPN 8 Bogor diperolah dari kegiatan observasi terhadap aktivitas belajar

91

siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan studi dokumentasi terhadap

daftar nilai siswa.

Hasil observasi terhadap aktifitas belajar siswa ketika proses pembelajaran

berlangasung diperoleh data sebagai berikut: Aktivitas belajar yang ditunjukkan

siswa ketika mengikuti proses pembelajaran adalah sebagian besar siswa,

menyimak dan memperhatikan penjelasan guru, terlibat dalam proses

pembelajaran, antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, mengajukan

pertanyaan ketika mendapatkan sesuatu yang tidak dipahami, menyampaikan

pendapat tentang masalah yang dibahas ketika ditanya, dan mengerjakan tugas

yang diberikan. Aktivitas belajar yang ditunjukan siswa dalam diskusi kelompok

adalah menyimak dan mengerti dengan tugas kelompok yang diberikan, terlibat

dalam proses penyelesaian tugas kelompok, antusias dan terlibat dalam tugas

kelompok, kerjasama dengan sesama anggota kelompok, aktif memberikan

masukan pada kelompok. Aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa dalam diskusi

kelas adalah terlibat dalam diskusi kelas, menyimak dan memperhatikan uraian

tugas kelompok lain, antusias dalam diskusi kelas, mengajukan pertanyaan,

menyampaikan pendapat, menyajikan tugas kelompok dengan baik.

Evaluasi atau penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan

Penilaian jenis PAP atau Penilaian Acuan Patokan. PAP adalah cara penilaian,

dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang

tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai

sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.

Dalam PAP ada passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus

atau tidak berdasarkan batas lulus yang ditetapkan. Berdasarkan studi dokumentasi

terhadap daftar nilai hasil belajar siswa, diperoleh gambaran bahwa setelah

dilakukan tes di akhir pembelajaran, hasil tes belajar siswa sangat memuaskan

setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kegiatan lesson study, jika pada pre-

test yang hanya mencapai 22,86% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai tes

melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran IPA (Nilai KKM

untuk pelajaran IPA adalah 76) maka pada post-test berhasil mencapai angka

94,29%, artinya ada kenaikan ketuntasan belajar siswa yang sangat signifikan

setelah mengikuti pembelajaran di lesson study yaitu mencapai angka 71,43%.

Dari wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa yang bernama Naifah

dan Shintya yang merupakan siswa peserta open lesson, Naifah mengatakan bahwa

dirinya merasa senang dengan pembelajaran IPA yang disampaikan ibu Linda hari

ini, ibunya sangat detail dalam menerangkan pelajaran. Senada dengan Naifah

Shintya pun mengaku senang belajar hari ini, karena banyak percobaan yang

dilakukan, kelas tidak membosankan. Sampai-sampai di akhir pelajaran Shintya

meminta ibu Linda untuk masuk kembali pasca istirahat untuk mengajarinya lagi

pelajaran IPA.

92

6. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Lesson study

Pola pembinaan untuk meningkatkan profesionalitas guru di SMPN 8 Bogor,

dalam pelaksanaannya mempunyai faktor pendukung dan penghambat yang berasal

dari sumber daya sekolah itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Koordinator

lesson study, dan guru diperoleh gambaran hal sebagai berikut.

a. Faktor pendukung

1) Komitmen kepala sekolah

Komitmen tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari kompetensi kepala

sekolah yang terkait langsung dalam meningkatkan profesionalitas guru

melalui lesson study. Kompetensi yang dipandang sejalan dengan keberadaan

lesson study adalah memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber

daya sekolah secara optimal, mengelola perubahan dan pengembangan sekolah

menuju organisasi pembelajar yang efektif, menciptakan budaya iklim sekolah

yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, mengelola guru

dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal,

melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, menindaklanjuti hasil supervisi

akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

2) Ditetapkannya lesson study dalam program sekolah

Karena ditetapkan sebagai program sekolah, maka seluruh komponen sekolah

mempunyai tanggungjawab untuk menjamin keterlaksanaan program pola

pembinaan peningkatan profesionalitas guru melalui lesson study di sekolah

tersebut.

3) Komitmen semua komponen sekolah

Dengan ditetapkannya sebagai program sekolah dan disertai komitmen yang

kuat dari kepala sekolah, maka seluruh komponen sekolah terlibat pada

program tersebut sehingga dapat dilaksanakan dengan optimal.

4) Antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan

Antusiasme dari guru dalam mengikuti pelatihan, merupakan kunci utama dari

keberhasilan program ini. Lesson study di SMPN 8 Bogor dapat berjalan

dengan baik, karena adanya antusiasme para guru dalam mengikuti program

ini.

5) Adanya program penilaian kinerja guru

Mulai tahun 2013, oleh pemerintah diberlakukan penilaian kinerja guru (PKG)

dalam menempuh kenaikan pangkat atau peningkatan jenjang karier, penilaian

tersebut terpusat pada kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan,

dan mengevaluasi pembelajaran. Berkas Lesson study merupakan salah satu

komponen dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran yang memengaruhi nilai

PKG tersebut.

93

b. Faktor penghambat

1) Pengaturan jadwal mengajar

Sebagian besar guru mempunyai tugas mengajar di kelas lain ketika open

lesson dilaksanakan, akibatnya ada guru dengan alasan sedang mengajar di

kelas lain, sehingga open lesson tidak maksimal bahkan guru tersebut tidak

dapat hadir dalam kegiatan open lesson.

2) Banyaknya Program dari Pemerintah

Program Decentralized Basic Education (DBE) 3 Better Teacher Learning

(BTL), Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas dan Penilaian kinerja guru menurut

persepsi para guru karena banyaknya program pemerintah ini menjadikan

kegiatan lesson study yang diselenggarakan oleh sekolah sedikit terhambat.

7. Fungsi Manajemen Lesson study Mata Pelajaran IPA di SMPN 8 Bogor

Fungsi manajemen pendidikan, Subroto (2010:15) menjelaskannya sebagai

berikut:

“Perencanaan (Planing), Dalam manajemen pendidikan, perencanaan

meliputi penelitian prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan

efektif, sesuai dengan prioritas kebutuhan, melibatkan semua komponen

yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Penetapan tujuan

sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan

dan hasil dari pendidikan. Formulasi prosedur sebagai bagian dari

tahapan rencana tindakan dan penyerahan tanggung jawab, baik kepada

individu maupun kelompok. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian dalam sistem pendidikan merupakan implementasi

dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam

pengorganisasian perlu dilihat semua kekuatan serta sumber daya

manusia maupun sumber daya nonmanusia. Sebuah organisasi pada

manajemen pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain

perjalanan organisasi, yaitu kebebasan, keadilan dan musyawarah.”

Selain tahap perencanaan dan pengorganisasian, Subroto (2010:15) juga

menjelaskan mengenai fungsi penggerekkan dan pengawasan dalam manajemen

pendidikan sebagai berikut:

“Penggerakan (Actuating) Penggerakan dalam bidang pendidikan

merupakan upaya untuk menyuguhkan arahan serta bimbingan dan

dorongan kepada seluruh SDM dari personel yang ada di dalam suatu

organisasi sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan penuh

kesadaran yang tinggi. Pengawasan (Controlling), Pengawasan dalam

pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup pengawasan

material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak dimonitor

oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh

94

Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem

manajemen dalam pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat

menjamin bahwa aktivitas operasional organisasi pendidikan benar-

benar mengacu pada perencanaan yang sudah ada”.

a. Planning lesson study

Kegiatan penyelenggaraan Lesson study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas

dari bimbingan Universitas Pakuan (UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor

sebagai sekolah piloting penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan sebagai pemrakarsa terwujudnya program tersebut yang gerakannya

dilakukan pada akhir tahun 2014 dengan tahap awal adalah memberikan workshop

penyusunan desain pembelajaran berbasis lesson study for learning community

untuk sekolah piloting Lesson study.

Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah

piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan

lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga

sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala sekolah, Wakasek kurikulum,

koordinator Lesson study dan dokumentasi terhadap Rencana Kerja Tahunan

(RKT), Program Kerja Wakasek Kurikulum, dan program kerja koordinator Lesson

study, Perencanaan kegiatan lesson study pada SMPN 8 Bogor dilaksanakan pada

awal tahun pelajaran bersamaan dengan perencanaan kerja tahunan dalam agenda

yang dinamai workshop kurikulum. Dalam rencana kerja tahunan direncanakan

berbagai program kerja sesuai dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini

disebabkan karena mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila ke delepan

standar minimal, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan dapat

dipenuhi. Dengan demikian tujuan dilaksanakannya lesson study di SMPN 8 Bogor

adalah sebagai langkah untuk menjaga proses pembelajaran yang sesuai dengan

standar proses, sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan sebagai

penjaminan terhadap ketercapaian standar pendidik, sebab melalui lesson study

dapat terjadi pelatihan dan pengembangan kemampuan guru untuk meningkatkan

kompetensi guru menuju profesionalitas yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran yang akan berpengaruh pada peningkatan mutu

pendidikan.

b. Organizing Lesson study

Organizing lesson study merupakan pelaksanaan atas planning yang telah

dibuat, pada organizing lesson study di SMPN 8 Bogor seperti lesson study pada

umumnya terdiri dari plan, do dan see.

Pertama adalah tahap Plan, dalam tahapan ini guru-guru IPA di SMPN 8 Bogor

berkumpul untuk menyusun secara bersama-sama RPP yang akan digunakan pada

95

kegiatan open lesson, dan dalam tahap perencanaan juga dibuat kesepakatan

tentang guru model yang akan tampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

RPP yang sudah dibuat bersama. Dalam tahap perencanaan terjadi kerjasam antara

guru-guru IPA dalam menyusun RPP yang akan digunakan, masing-masing guru

memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap RPP yang disusun.

Perencanaan open lesson tahun ajaran 2017/2018 dilakukan satu minggu sebelaum

open lesson dilakukan yaitu hari Kamis, 19 Oktober 2017. Tahap perencanaan

dalam lesson study ini meliputi kegiatan menyusun RPP, menyusun lembar kerja

siswa, menyiapkan instrument penilaian, dan menyiapkan lembar observasi.

Kedua adalah tahap do atau tahap kegiatan implementasi RPP adalah kegiatan

open lesson, untuk tahun ajaran 2017/2018 open lesson dilaksanakan pada tanggal

26 Oktober 2017 meliputi tahapan praktek pembelajaran dimana pada tahap ini

rancangan strategi dan skenario yang telah dibuat pada saat tahap perencanaan

diterapkan dan pengamatan pun dilakukan, pengamatan dilakukan pada waktu

tindakan sedang berjalan. Jadi keduanya berjalan pada waktu yang sama.

Instrument yang digunakan sebagai alat pengamatan adalah lembar observasi.

Dihadiri oleh guru-guru IPA, Koordinator Lesson Studi dan pihak Universitas

Pakuan. Pada open lesson kali ini, kepala sekolah berhalangan hadir karena harus

mengikuti pelatihan kepala sekolah di Bandung. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan dengan mengacu sintaks model cooperative learning dengan metode

yang diterapkan mencakup problem based learning, eksperimen, two stay two stray

dan contextual teaching and learning. Pada kegiatan pendahuluan, yang merupakan

langkah awal berupa klarifikasi permasalahan mencakup prasyarat pengetahuan

yang harus dimiliki siswa adalah siswa telah mempelajari tentang pengukuran dan

asam basa, pada kegiatan pendahuluan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh

guru untuk mengidentifika si pertanyaan dan menaggapi isu lokal diantaranya

adalah guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, guru menyampaikan

tujuan pembelajaran, guru menyampaikan tayangan foto tentang Sungai Ciliwung,

guru memberikan data kualitas air sungi Cilwung dari Dinas Lingkungan Hidup

Kota Bogor kepada siswa kemudian siswa dipersilahkan mengungkapkan

pertanyaan sesuai dengan tayangan dan data tersebut. Pada pendahuluan pun

dilakukan proses literasi sains, yaitu siswa diharuskan membaca buku yang mereka

suka dan menuliskannya pada sebuah jurnal, tidak lupa mereka diberi soal pre-test

sebagai langkah untuk mengukur pemahaman siswa di awal pembelajaran. Pada

kegiatan inti pembelajaran, guru berusaha melakukan integrated model yaitu

memberikan pembelajaran dengan mengandung unsur Fisika, Biologi dan Kimia

kepada siswa. Hal teknis yang dilakukan oleh guru adalah guru membagi siswa

menjadi delapan kelompok untuk memecahkan masalah dengan tiga parameter

yang berbeda yaitu penentuan kualitas air berdasarkan suhu dan tingkat kekeruhan,

penentuan kualitas air berdasarkan bioindikator, penentuan kualitas air berdasarkan

tingkat keasaman, siswa menentukan alat dan bahan percobaan sesuai dengan

metode yang telah ditentukan, siswa dengan bimbingan guru merumuskan langkah-

langkah yang akan dilakukan dalan eksperimen, siswa bersama-sama dalam

96

kelompoknya merancang percobaan untuk menentukan kualitas air sungai

Ciliwung dengan metode secara fisika, biologi maupun kimia, siswa membuat

hipotesis tentang permasalahan, siswa melakukan serangkaian percobaan untuk

menentukan kualitas air sungai Ciliwung dan mencatat hasil pengamatan, siswa

melakukan eksperimen dengan memasukkan ikan ke dalam air sungai Ciliwung

dan air limbah cucian baju, kemudian memprediksi apa yang akan terjadi pada satu

menit kemudian, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk membuat kesimpulan

untuk membuat kesimpulan hasil eksperimen sesuai dengan kreativitas

kelompoknya, hal ini merupakan langkah untuk merangsang kemampuan siswa

dalam menarik kesimpulan berdasarkan bukti. Setelah siswa diskusi kelompok

kemudian siswa menuangkan gagasannya dalam kertas A3 dan menyampaikannya

ke kelompok lain dengan metode two stay two stray. Siswa dari kelompok lain

melakukan proses analisis dan bertanya hal yang dirasa kurang mereka pahami ke

kelompok yang presentasi. Sedangkan, pada kegiatan penutup atau refleksi, guru

memberikan penguatan tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan agar

terjadi interaksi yang baik antara manusia dengan alam, guru bersama siswa

melakukan refleksi terhadap pembelajaran dengan cara guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan evaluasi secara lisan dan tulisan beupa pengerjaan LKS,

siswa yang menjawab pertanyaan guru secara benar mendapatkan reward berupa

permen lollipop. Setelah itu, guru memberikan penugasan kepada siswa untuk

membuat tulisan maupun poster tentang pentingnya melindungi sungai Ciliwung

dari pencemaran lingkungan. Dan terakhir, pembejaran diakhiri dengan pembacaan

do’a secara bersama-sama yang dipimpin oleh ketua kelas.

Tahap terakhir dari organizing lesson study adalah tahap see atau tahap refleksi.

Refleksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna

menyempurnakan rencana tindakan berikutnya. Kegiatan refleksi diawali dengan

pemaparan oleh guru model tentang hal-hal yang sudah dilakukan dan kendala

yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru-guru yang

bertindak sebagai observer mengemukakan temuannya sekaligus solusi untuk

mengatasi hal tersebut. Adapun hasil refleksi pembelajaran yang perlu

dipertimbangkan dan dijadikan acuan pada rencana tindakan berikutnya adalah

bahwa kegiatan pembelajaran sudah cukup optimal, hal ini ditandai dengan

antusiasme siswa mengikuti proses pembelajaran, nilai siswa pre-test dan post-test

yang mengalami peningkatan, pembelajaran berlangsung dengan rasa ingin tahu

siswa yang cukup tinggi, presentasi dengan metode two stay two stray cukup

ampuh meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan reward cukup memberi point

penyemangat lebih terhadap siswa. Proses pembelajaran yang cukup memuaskan

ini disebabkan karena perancangan RPP saat perencanaan yang terkategori baik,

ada kesungguhan guru-guru dalam melakukan proses lesson study di SMPN 8

Bogor ini, sehingga pihak Universitas Pakuan, yang pada kesempatan ini diwakili

oleh Ibu Dr. Indarini Dwi Puspitasari, M.Si dari Magister Pendidikan IPA

mengemukakan bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh ibu Linda selaku guru

97

model cukup memberi feed back positif bagi siswa dan integrasi sains yang

dilakukan dipandang sudah mencukupi.

c. Actuating Lesson study

Seperti yang dijelaskan oleh Subroto di atas, bahwa Actuating dalam bidang

pendidikan merupakan upaya untuk menyuguhkan arahan serta bimbingan dan

dorongan kepada seluruh SDM dari personel yang ada di dalam suatu organisasi

sehingga mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.

Actuating lesson study di SMPN 8 Bogor dilakukan oleh koordinator lesson study

yang bekerjasama dengan wakasek bidang kurikulum dan koordinator standar

proses dengan cara melakukan penjadwalan, reminder lesson study saat rapat

sekolah, pemberian workshop peningkatan profesionalitas guru di setiap

semesternya dan tidak lupa diberi motivasi bahwa salah satu cara efektif untuk

meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan diterapkannya lesson study

hingga dijadikannya lesson study sebagai program sekolah. Untuk meningkatkan

motivasi guru-guru, pihak UNPAK memberikan arahan intens kepada koordinator

lesson study dan guru terkait mengenai keberjalanan lesson study hingga

diikutsertakannya guru-guru SMPN 8 Bogor workshop di Universitas Pakuan.

d. Controlling Lesson study

Menurut pendapat Suborto diatas bahwa Pengawasan (Controlling),

Pengawasan dalam pendidikan bersifat sangat kompleks, yang mencakup

pengawasan material dan pengawasan spiritual bahwa kehidupan ini tidak

dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan, tetapi langsung diawasai oleh

Allah SWT. Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam

pendidikan adalah tindakan sistemis yang dapat menjamin bahwa aktivitas

operasional organisasi pendidikan benar-benar mengacu pada perencanaan yang

sudah ada. Controlling lesson study yang dilakukan oleh SMPN 8 Bogor adalah

dengan cara dilakukannya Supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru,

koordinator lesson study mamastikan keberjalanan lesson study terselenggara

dengan baik. Koordinator standar proses yang selalu memantau keberjalanan lesson

study karena lesson study diberlakukan program kerja koordinator standar proses

yang memiliki target 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study.

C. Interpretasi

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang diperoleh dan dengan memperhatikan

tujuan dari penelitian ini, maka data temuan hasil penelitian terhadap pelaksanaan

manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan profesioniltas guru di SMPN 8

Bogor dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Lesson study dalam perencanaan kerja tahunan di SMPN 8 Bogor, muncul

ketika membahas tentang pelaksanaan standar proses pendidikan dan standar

tenaga pendidik. Perencanaan tersebut dilaksanakan oleh kepala sekolah, para

wakasek, dan guru, ketika membuat program Rencana Kerja Sekolah (RKS),

Lesson study akan dilaksanakan di sekolah ini dan diikuti oleh guru-guru dari

98

seluruh mata pelajaran, lesson study ditetapkan sebagai pola pembinaan

peningkatan profesionalitas guru IPA dengan alasan merupakan salah satu upaya

pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh

sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan dalam merencanakan,

melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Karena

ditetapkan sebagai program kerja tahunan sekolah, maka lesson study sebagai pola

pembinaan peningkatan profesionalitas guru IPA dimasukan ke dalam agenda

kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS), untuk pembiayaannya

dimasukan sebagai pengeluaran sekolah dengan bersumber dari dana BOS yang

dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Lesson study di SMPN 8 Bogor merupakan model pembinaan profesi pendidik

melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan

berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun

learning community. Lesson study adalah suatu proses sistematik yang digunakan

oleh guru-guru untuk menguji keefektivan pengajarannya dalam rangka

meningkatakan hasil pembelajaran. Proses sistematik yang dimaksud adalah kerja

guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat

pembelajaran, melalui observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara

bersiklus dan terus menerus. Kegiatan lesson study ini dilakukan oleh guru-guru

IPA di SMPN 8 Bogor dan dihadiri oleh beberapa guru lain dari mata pelajaran

yang berbeda dengan mencakup kepada tiga tahapan, yaitu perencanaan (planning),

implementasi pembelajaran dan obervasi (do), serta refleksi (see). Dalam tahap

perencanaan, para guru tergabung dalam lesson study berkolaborasi untuk

menyusun RPP yang merupakan kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan

permasalahan, sehingg RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat

matang, yang di dalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan

terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap

inti sampai dengan tahap aktif pembelajaran. Setelah RPP dibuat selanjutnya

disepakati salah satu dari mereka untuk menjadi guru model.

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan yang utama yaitu kegiatan

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati

atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun

bersama, dan kegiatan pengamatan atau obervasi yang dilakukan oleh anggota

peserta lesson study lainnya.

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya

perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajamanan

analisis dari para peserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk

diskusi yang diikuti oleh seluruh peserta lesson study yang dipandu oleh

koordinator lesson study dan disaksikan oleh pihak Universitas Pakuan. Diskusi

dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan

pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan

khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, mengenai kesulitan dan

permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun,

99

kemudian ditanggapi oleh guru-guru observer dengan memperlihatkan catatan-

catatan yang merupakan penemuan saat proses pembelajaran berlangsung, setelah

terjadi sharing dan pemberian ide dari guru observer, selanjutnya pihak UNPAK

memberikan tanggapannnya terhadap keberlangsungan pembelajaran yang

dilakukan.

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang

telah direncanakan telah tercapai atau belum, dan untuk melihat tingkat efisiensi

pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk

mengambil keputusan yang menggunakan separangkat hasil pengukuran dan

berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan. Dalam melaksanakan evaluasi

program Lesson study di SMPN 8 Bogor, dilakukan sebagaimana evaluasi program

pada umumnya. Dalam hal ini, evaluasi program diposisikan sebagai salah satu

kegiatan manajemen program, dan model evaluasi yang digunakan adalah

pendekatan sistem dengan selalu memperhatikan keadaan awal dan akhir dari

komponen kegiatan. Yang menjadi sasaran dalam kegiatan evaluasi adalah

efektivitas dan efisiensi program, kemampuan guru, dan hasil belajar siswa. Hasil

evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan lesson study menjadi penting kerana

kegiatan ini bermanfaat meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai meteri

pelajaran, meningkatkan keterampilan merencanakan pembelajaran, meningkatkan

keterampilan menerapkan metode dan pelaksanaan pembelajaran secara umum,

meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan pengamatan terhadap siswa

yang sedang melaksanakan belajar, meningkatkan kemampuan kerjasama dengan

teman sejawat serta dengan memperluas jaringan kerja, memperbaiki kinerja

melalui pelaksanaan tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas sehingga

peningkatan kemampuan diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk

mendapat pelayanan belajar. Tindak lanjut dari kegiatan evaluasi adalah lesson

study dapat meningkatkan kemampuan guru dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Lesson study merupakan sebuah pendekatan pembinaan profesi pendidik

melalui kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif dan

terus-menerus berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui kegiatan lesson study dikembangkan

pembelajaran yang dapat mendorong siswa agar belajar secara aktif, kreatif, efektif,

dan menyenangkan. Kegiatan lesson study memberikan nuansa yang berdampak

positif terhadap perubahan sikap dan budaya guru di SMPN 8 Bogor dalam

mengajar di kelas. Melalui tahapan-tahapan lesson study mulai dari plan, do dan

see memunculkan interaksi dan komunikasi antar guru dan rasa tanggung jawab

bersama. Terjadi diskusi yang matang dalam perencanaan pembelajaran saat plan,

kemudian mengamati jalannya proses pembelajaran saat do, dan agenda merefleksi

saat see tentang kelemahan-kelemahan saat pelaksanaan do serta mencari

solusinya.

Perubahan budaya juga terjadi pada guru dalam mengajar melalui lesson study

seperti mampu membangun komunikasi sesama guru, merancang perencanaan

pembelajaran yang berorientasi pada siswa, seting kelas yang sudah tidak terlalu

konvensional, bervariasinya metode mengajar guru, penggunaan media

100

pembelajaran yang optimal, mengetahui sekumpulan data siswa yang mengalami

kesulitan dalam pembelajaran sehingga mudah dalam mencarikan jalan keluarnya.

Dari gambaran di atas menunjukkan betapa pentingnya pelaksanaan lesson

study yang dapat mendorong perubahan budaya dan sikap guru. Perubahan-

perubahan yang menuju ke arah positif ini sangat menunjang terhadap pelaksanaan

peningkatan profesionalitas seorang guru yang dituntut menjadi seorang guru yang

professional. Oleh karena itu perlu dukungan dari semua pihak agar program lesson

study dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah.

Hasil obervasi terhadap aktifitas belajar siswa di SMPN 8 Bogor, ketika proses

pembelajaran berlangsung diperoleh data adanya peningkatan keterlibatan siswa

dalam pembelajaran ditandai dengan sebagian besar siswa, menyimak dan

memperhatikan penjelasan guru, terlibat dalam proses pembelajaran, antusias

dalam mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan ketika mendapatkan

sesuatu yang tidak dipahami, menyampaikan pendapat tentang masalah yang

dibahas ketika ditanya, dan mengerjakan tugas yang diberikan. Aktivitas belajar

dalam diskusi kelompok juga mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan

sebagian besar siswa menyimak dan mengerti dengan tugas kelompok yang

diberikan, terlibat dalam proses penyelesaian tugas kelompok, antusias dan terlibat

dalam tugas kelompok, kerjasama dengan sesama anggota kelompok, aktif

memberikan masukan kelompok lain, antusias dalam diskusi kelas, mengajukan

pertanyaan, menyampaikan pendapat, menyajikan tugas kelompok dengan baik,

mampu menjawab ketika mendapat tanggapan dari kelompok lain. Selain itu untuk

nilai hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan, jika pada pre-test yang hanya

mencapai 22,86% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai tes melebihi nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran IPA (Nilai KKM untuk

pelajaran IPA adalah 76) maka pada post-test berhasil mencapai angka 94,29%,

artinya ada kenaikan ketuntasan belajar siswa yang sangat signifikan setelah

mengikuti pembelajaran di lesson study yaitu mencapai angka 71,43%.

Keberhasilan lesson study di SMPN 8 Bogor bisa dicapai karena banyak hal

yang mendukung tetapi di sisi lain juga muncul hambatan yang dirasakan. Faktor

pendukung dari kegiatan tesebut adalah komitmen kepala sekolah, komitmen

tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari kompetensi kepala sekolah yang

terkait langsung dalam meningkatkan kemampuan guru melalui lesson study,

ditetapkannya lesson study dalam program kerja sekolah, komitmen semua

komponen sekolah, antusiasme guru dalam mengikuti pelatihan dan adanya

program penilaian kinerja guru.

Faktor penghambat dari kegiatan lesson study di SMPN 8 Bogor adalah

pengaturan jadwal mengajar dan banyaknya program pemerintah yang menurut

persepsi guru cukup memberatkan.

Secara umum, manajemen lesson study di SMPN 8 Bogor telah dilaksanakan

dengan baik sesuai dengan standar yang ada. Kegiatan penyelenggaraan Lesson

study di SMP Negeri 8 Bogor tidak lepas dari bimbingan Universitas Pakuan

(UNPAK) yang menjadikan SMPN 8 Bogor sebagai sekolah piloting

101

penyelenggaraan lesson study di Kota Bogor. Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai pemrakarsa

terwujudnya program tersebut yang gerakannya dilakukan pada akhir tahun 2014

dengan tahap awal adalah memberikan workshop penyusunan desain pembelajaran

berbasis lesson study for learning community untuk sekolah piloting Lesson study.

Setelah dilaksanakannya Workshop sebagai pembekalan awal terhadap sekolah

piloting, kemudian pihak UNPAK memberikan bimbingan terhadap pelaksanaan

lesson study dimulai dari tahap perencanaan, implementasi dan refleksi hingga

sekolah bisa dikatakan mandiri dalam penyelenggaraan lesson study. Organizing

lesson study merupakan pelaksanaan atas planning yang telah dibuat, pada

organizing lesson study di SMPN 8 Bogor seperti lesson study pada umumnya

terdiri dari plan, do dan see. Actuating lesson study di SMPN 8 Bogor dilakukan

oleh koordinator lesson study yang bekerjasama dengan wakasek bidang kurikulum

dan koordinator standar proses dengan cara melakukan penjadwalan, reminder

lesson study saat rapat sekolah, pemberian workshop peningkatan profesionalitas

guru di setiap semesternya dan tidak lupa diberi motivasi bahwa salah satu cara

efektif untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan diterapkannya

lesson study hingga dijadikannya lesson study sebagai program sekolah.

Controlling lesson study yang dilakukan oleh SMPN 8 Bogor adalah dengan cara

dilakukannya Supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru-guru, koordinator lesson

study mamastikan keberjalanan lesson study terselenggara dengan baik.

Koordinator standar proses yang selalu memantau keberjalanan lesson study karena

lesson study diberlakukan program kerja koordinator standar proses yang memiliki

target 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan lesson study.

102

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Manajemen Lesson study sebagai peningkatan profesionalitas guru IPA dapat

diartikan sebagai proses pengelolaan yang meliputi kegiatan perencanaan,

pelaksanaan dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan

kemampuan guru IPA dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya

sehingga profesionalitas guru IPA tersebut meningkat, yang semuanya itu akan

menyebabkan pula hasil pembelajaran yang meningkat.

Pelaksanaan manajemen lesson study di SMPN 8 Bogor adalah manajemen

lesson study berbasis sekolah yang telah sesuai dengan prosedur dan berjalan

dengan baik, indikator keterlaksanaan dari langkah-langkah manajemen lesson

study adalah telah dilaksanakannya berbagai kegiatan mulai dari perencanaan

lesson study, pelaksanaan, dan pengevaluasian terhadap manajemen lesson study

sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru IPA. Sebagai hasil dari

pelaksanaan manajemen lesson study di sekolah ini, maka dapat dilihat peningkatan

profesionalitas guru IPA dan hasil belajar siswa yang meningkat sangat signifikan,

selain itu juga dapat dilihat faktor pendukung dan penghambat dari sumber daya

sekolah dan dari guru itu sendiri terhadap kegiatan lesson study sebagai upaya

peningkatan profesionalitas guru IPA di sekolah tersebut.

B. Implikasi

Kesimpulan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas mengundang

implikasi bagi pelaksanaan manajemen lesson study sebagai upaya peningkatan

profesionalitas guru IPA. Implikasi-implikasi tersebut dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Melalui tahap perencanaan yang baik dan benar, maka sekolah akan mampu

membuat program kerja yang dapat dijadikan standar dalam pelaksanaan pola

peningkatan profesionalitas guru, dengan adanya program kerja tersebut,

menjadikan pelaksanaan pola peningkatan profesionalitas guru melalui lesson

study menjadi lebih terarah.

2. Dengan adanya lesson study sebagai pola peningkatan profesionalisme guru,

menjadikan guru termotivasi untuk melakukan pengkajian terhadap

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif dan

berkelanjutan. Hal ini meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), meningkatkan pengetahuan, kemampuan serta kualitas

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran bagi peserta didik, dan

meningkatkan kemampuan dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan, sebagai bahan umpan balik bagi guru dan bagi siswa.

102

103

3. Terbentuknya komunitas saling belajar di antara sesama guru pada mata

pelajaran sejenis atau antara guru pada mata pelajaran berbeda dalam satu

sekolah menjadi hal yang mungkin terjadi dengan adanya lesson study. Hal

tersebut diantaranya terjadi ketika kegiatan refleksi pembelajaran berlangsung,

para guru dalam suatu sekolah berdiskusi dan menganalisis hasil bersama suatu

proses pembelajaran yang hasilnya akan menjadi bahan perbaikan untuk proses

pembelajaran berikutnya.

4. Dengan melaksanakan evaluasi yang baik dan benar terhadap manajemen

lesson study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru, maka pihak yang

berkepentingan akan selalu dapat mengidentifikasi dan melihat program yang

telah direncanakan telah tercapai atau belum serta dapat melihat tingkat

efisiensi pelaksanaannya.

5. Dengan adanya pola pembinaan lesson study, menjadikan adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, keterampilan dalam

merencanakan pembelajaran, keterampilan menerapkan metode dan

pelaksanaan pembelajaran, melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang

melaksanakan belajar, kemampuan kerjasama dengan teman sejawat serta

dengan memperluas jaringan kerja, memperbaiki kinerja melalui pelaksanaan

tugas sehari-hari dan membuka isolasi kelas sehingga peningkatan

profesionalitas diperoleh dengan tidak mengurangi hak siswa untuk mendapat

pelayanan belajar.

6. Dengan adanya lesson study, proses pembelajaran yang diikuti oleh siswa,

menjadikan adanya peningkatan dalam aktivitas dan hasil siswa.

7. Dengan adanya dukungan dari kepala sekolah, ditetapkannya lesson study

dalam program kerja sekolah, komitmen semua komponen sekolah, antusiasme

guru dalam mengikuti pelatihan, adanya program penilaian kinerja guru

menjadikan pola pembinaan lesson study berjalan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan di atas, penulis

mengajukan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait untuk menjaga

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan lesson study antara lain:

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah sebaiknya mampu menciptakan iklim komunikasi yang baik

dengan seluruh komponen sekolah sehingga seluruh unsur komponen sekolah

menjadi lebih terlibat dalam penyusunan program kerja, keterlibatan komponen

sekolah akan menjadikan program kerja sekolah tentang pola pembinaan

peningkatan profesionalitas guru menjadi lebih menggambarkan keadaan yang

terjadi sebenarnya sesuai dengan permasalahan yang dimiliki oleh guru, dan

104

guru menjadi bertanggungjawab terhadap pelaksanaanya karena merupakan

pemecahan dari masalah yang dimiliki guru.

2. Guru

Guru sebaiknya terlibat dan mengikuti lesson study sebagai pola pembinaan

peningkatan profesionalitas guru, karena lesson study apabila diikuti dengan

komitmen yang jelas akan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola

proses pembelajaran. Ketika guru mengikuti kegiatan refleksi, harus benar-

benar terlibat kerena keterlibatan terhadap masalah yang sedang didiskusikan

akan menjadikan guru belajar dari permasalahan tersebut. Guru harus lantang

berbicara atas catatan-catatan yang dimiliki berdasarkan hasil observasi

terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Siswa

Siswa sebaiknya terbiasa untuk mengikuti proses pembelajaran di tengah

kehadiran para guru lainnya yang bertindak sebagai observer. Konsentrasi

penuh pada jalannya pembelajaran, sehingga kehadiran para observer tidak

menjadikan ketidakberhasilan dalam belajar.

4. Peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk dapat melakukan penelitian

lainnya terhadap pola pembinaan peningkatan profesionalitas guru IPA selain

dengan lesson study, atau melihat bagaimana manajemen lesson study pada

pembelajaran selain IPA di sekolah lainnya.

5. Pemangku Kebijakan

Secara universal, peneliti berasumsi bahwa kegiatan lesson study yang

diselenggarakan di SMPN 8 Bogor terlaksana dengan baik dan mampu

meningkatkan profesionalitas guru, oleh sebab itu alangkah lebih baiknya

pemangku kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk melakukan cloning

terhadap keberlangsungan lesson study dengan pola seperti SMPN 8 Bogor di

sekolah lainnya.

105

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh diterjemahkan

oleh M. Abdul Ghoffar dan Abdurrahim Mu’thi. Tafsir Ibnu Katsir. 2003.

Bogor: Pustaka Imam Syafi’i.

Aktamis, H dan Ergin, O. 2008. The Effect Of Science Process Skills Education

On Students Scientific Creativity, Science Attitudes And Academis

Achivements. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching.

Turkey: University of Adnan Menderes. 9 (1). 1-21.

Asnandar, Abu Bakar. 2015. “Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Kualitas

Pendidikan Pada Madrasah Aliyah Di Kota Kendari”. Jurnal Al-Qalam.

Volume 21, No.1, hal. 117-128.

Arsih, F. 2014. Pengantar Keterampilan Proses Sains. Padang: FMIPA UNP.

Badrun, Kartowagiran. 2011. “Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi).”

Jurnal Cakrawala Pendidikan. Volume 23. No. 3, hal. 463-473.)

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. 2007. Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theories and Method (Fifth Edition). Boston: Pearson

Education Inc.

Chairunnisa, Connie. 2016. Manajemen Pendidikan dalam Multi Perspektif.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Creswell, Jhon W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing

Among Five Tradition. London: SAGE Publication.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Drucker, Peter F.terj. M. Ansyar. 1993. Inovasi dan Kewirausahaan. Jakarta:

Erlangga.

Dasjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-

Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi

Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fakhruddin, Asef Umar. 2010. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: DIVA Press.

105

106

Fernandez, C., & Yoshida, M. 2004. Lesson study: A Japanese approach to

improving mathematics teaching and learning. Mahwah: Lawrence

Erlbaum Associates.

Hakim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Hart, Lynn C. dkk. 2011. Lesson study Research and Practie in Mathematic

Eduction. New York: Springer.

Hendayana, Sumar. 2009. Lesson study Pengembangan Profesi Guru. Bandung:

Rizqi Press.

Herawati Susilo dkk. 2011. Lesson study Berbasis Sekolah. Malang: Bayumedia

Publishing.

Hermino, Agustinus. 2014. Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hurmaini, M. 2011. “Dampak Pelaksanaan Sertifikasi Guru terhadap Peningkatan

Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran: Studi pada Madrasah

Tsanawiyah Negeri Kota Jambi”. Jurnal Media Akademika. Volume 26.

No. 4, Hal. 499-535

Iman, Muis Sad. 2004. Pendidikan Partisipatif: Menimbang Konsep Fitrah

dan Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safiria Insani Press &

MSI UII.

Khodijah, Nyanyu. 2013. “Kinerja Guru Madrasah Dan Guru Pendidikan Agama

Islam Pasca Sertifikasi Di Sumatera Selatan”. Jurnal Cakrawala

Pendidikan. Volume 32. No 1, hal. 91-102.

Koentjaraningrat. 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Lewis, C., Perry R., and Hurd, J. 2004. A Deeper Look at Lesson study.

Educational Leadership.)

Made Pridarta. Manajemen Pendidikan Indonesia.2004.Jakarta: PT Asdi

Mahasatya.

Mangkunegara, P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Kencana

107

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Mulyana, Slamet. 2007. Lesson study. Kuningan: LPMP-Jawa Barat.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

--------. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasana, Dedy. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan

Sumber Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.

Nasution. 2000. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia

NN. 2009. Kompilasi Perundangan bidang pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Yustisia.

Nurhadi, Mulyani A. 1983. Administrasi Pendidikan di Sekolah. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Panduan untuk Lesson study Berbasis MGMP dan Lesson study Berbasis Sekolah

(tt.p.: JICA, 2011).

Putu Ashintya Widhiartha, dkk., 2009. Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan

Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal. Bandung: Guna Widya.

Rahayu, 2012. Pembelajaran Terpadu IPA Terpadu dengan menggunakan model

Pembelajaran Problem Base melalui Lesson study. Online,

(http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii. diakses pada 26 Mei 2017).

Rowley, Chris dan Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia The

Key Concept. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rusdiana, A dan A. Ghozin. 2014. Azas-azas Manajemen: Berwawasan Global.

Bandung: Pustaka Setia.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rustaman, N. 2004. Asesmen Pendidikan IPA. Online,

(http://file.upi.edu/Direktori/Sps/Prodi.Pendidikan_Ipa/19501231197903

2 Nuryani_Rustaman/Asesmen_pendidikan_IPA.pdf.) diakses 16 Mei

2017

Sagala. 2007. Manajemen Strategi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

108

Salam, Burhaddudin. 2002. Pengantar Pedagogig, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik

Pengembangan KTSP. Jakarta: Prenanda Media Group.

Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Satori, Djam’an dan Nanang Fatah. 2001. Modul Manajemen Berbasis Sekolah.

Bandung: Dina Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Satori, Djam’an. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus. 2011. Pengembangan Profesionlitas Guru.

Jakarta: Gaung Persada.

Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan

Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, no.13 tahun 2007, h. 698.

Subroto, Suryo. 2010. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sumar Hendayana dkk. 2007. Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan

Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI Press.

Suryadi, Didi dan Tatang Suratno. 2014. Kemandirian Pendidik: kisah pendidik

reflektif dan profesional pembelajaran. Bandung: Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Tedjawati, J, M. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study (Kasus di

Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan

Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011.

Terry, G.R dan Franklin, S.G. 2003. Principles of Management. Edisi ke-8. India:

A.I.T.B.S. Publishers Distributor.

Tita, Rostitawati. Konsep Pendidikan Jhown Dewey. TADBIR Jurnal Manajemen

Pendidikan Islam. Volume 02, no 2 Agustus 2014) h. 133-139

109

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi

Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Uwes, Sanusi dan Rusdiana. 2017. Sistem Manajemen Pendidikan Alternatif

Memecahkan Masalah Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Uzer, Usman. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Widhiarta, Putu Ashintya dkk. 2008. Lesson study sebuah upaya peningkatan mutu

pendidik pendidikan nonformal. Surabaya: Balai Pengembangan

Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFI) Regional IV Surabaya.

Winardi. 2000. Manajer dan Manajemen Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Wirawan. (2009). Evaluasi kinerja sumber daya manusia (Teori, Aplikasi, dan

Penelitian). Jakarta: Salemba Empat.

Yuniar, Irna K. 2013. Manajemen Peningkatan Kemampuan Guru IPA melalui

Lesson study berbasis Sekolah. Bandung: Repository UNINUS.

Zulkarnain el Lomboky, Konsep Pendidikan John Dewey Sebuah Tinjauan Kritis

(Majalah Gontor Media Perekat Ummat, Edisi 03 Tahun IX Juli 2011), h.

28.

Zulkily, Effendi dkk., Implementasi Lesson study untuk Meningkatkan Kemitraan

dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.

11, 2009, h.55.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Profil Lengkap SMPN 8

PROFIL SEKOLAH

SMP NEGERI 8 KOTA BOGOR

1. Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Kota Bogor

2. No. Statistik Sekolah : 201026106075

3. Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2

4. Alamat Sekolah : Jln. Jendral Ahmad Yani No. 140

( Kecamatan) Tanah Sareal

(Kabupaten/Kota) Kota Bogor

(Propinsi) Jawa Barat

5. Telepon/HP/Fax : (0251) 8331069/ Fax (0251) 8355104

6. Status Sekolah : Negeri / Swasta

7. Nilai Akreditasi Sekolah : A (96)

8. Kepala Sekolah : Hj.Yuliani Triningsih, M.Pd

9. MOTTO, VISI, MISI dan PROGRAM SEKOLAH

A. MOTTO

Motto SMP Negeri 8 Kota Bogor adalah :

DELAPAN BISA (Derapkan Langkah menjadi Sekolah Papan Atas yang Berkah,

Iklas, Sabar, dan Amanah)

B. VISI :

Menjadi Sekolah yang mewujudkan warga sekolah yang bertaqwa kepada Tuhan yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, terampil, mandiri, dan peka terhadap

lingkungan.

.

C. MISI :

1. Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk menciptakan warga sekolah yang

berakhlak mulia

2. Meningkatkan budaya 5 S (Senyum, Salam, Sapa,Sopan, dan Santun).

3. Meningkatkan sekolah yang unggul dalam bidang akademik dan non-akademik

melalui proses belajar mengajar yang inovatif, kreatif, kritis, dan menyenangkan.

4. Meningkatkan layanan IT, budaya membaca, dan menulis dalam memperoleh Ilmu

Pengetahuan dan informasi.

5. Meningkatkan kemandirian warga sekolah melalui pelayanan sistem informasi

berbasis IT.

6. Meningkatkan kegiatan Cinta Lingkungan untuk menciptakan sekolah yang bersih,

nyaman, hijau, dan indah yang berwawasan lingkungan.

D. TUJUAN :

1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia berkualitas, berdasarkan Iman dan Taqwa

serta berahlaq mulia.

2. Menghasilkan warga sekolah yang berbudaya 5 S ( Senyum, Salam, Sapa,Sopan,

dan Santun)

3. Menghasilkan warga sekolah berprestasi akademik dan non-akademik di tingkat

kota, propinsi dan nasional.

4. Menghasilkan warga sekolah yang trampil dalam kegiatan proses belajar mengajar

melalui pemanfaatan IT .

5. Mewujudkan warga sekolah yang peduli terhadap lingkungan sekolah.berwawasan

Adiwiyata

E. SASARAN:

STANDAR ISI:

1. 100% tenaga guru dapat mengembangkan dan memetakan SK, KD, Indikator

dan aspek untuk semua mata pelajaran

2. 100% jumlah guru dapat mengembangkan silabus

3. 100% jumlah guru dapat membuat dan mengembangkan RPP

STANDAR PROSES:

1. 98% guru dapat menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi

2. 95% guru mata pelajaran sudah melaksanakan Lesson Study

3. 70% guru melaksanakan PTK

4. Sekolah memiliki 96% bahan dan sumber pembelajaran yang lengkap

5. Efektifitas belajar dapat terlaksana dengan baik

6. Pengawasan proses KBM berjalan dengan baik

7. 97% tenaga guru mampu melaksanakan inovasi pendidikan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL):

1. 99% dari jumlah peserta didik yang Muslim mampu membaca Al-qur’an dan

yang beragama non Muslim terbiasa membaca Kitabnya.

2. Rata-rata hasil UNBK naik 1,1

3. Rata-rata hasil USBN naik 1,0

4. Rata-rata hasil US naik 1,70

5. Lulusan yang diterima di SLTA Negeri 95%

5. Pengembangan kejuaran Lomba-Lomba akademik:

a. Juara Komputer tingkat kota

b. Juara Biologi (KIR) tingkat Jabodetabek

c. Juara OSN (Fisika, Biologi, Matematika, IPS Terpadu) tingkat Propinsi

d. Juara I Siswa Berprestasi tingkat kota

e. Juara Lasastra tingkat Jabotabek

f. Juara Story Telling tingkat Kota

6. Pengembangan kejuaraan non-akademik:

a. Juara Umum Pramuka tingkat Jabodetabek

b. Juara Umum PMR tingkat Jabodetabek

c. Juara I LKBB tingkat Jabodetabek

d. Juara komandan terbaik LKBB Jabodetabek

e. Juara O2SN (Beladiri, Atletik, Catur, Bulutangkis, basket, bola volly,

renang) tingkat kota

f. Juara FLSSN (seni kriya, Vokal Grup, vokal solo, Seni Tari, Mendongeng,

Seni musik tradisional, Cipta cerpen, Cipta lagu, Cipta puisi, desain motif

batik, seni lukis, seni baca Alqur’an) tingkat kota

g. Juara I futsal tingkat Kota

STANDAR PENILAIAN:

1. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 76 untuk tiap-tiap mata pelajaran

2. 96% guru memiliki perangkat model-model penilaian

3. 97% sekolah memiliki instrumen tes atau perangkat soal untuk berbagai model

evaluasi

4. 96% sekolah melaksanakan remedial dan pengayaan untuk semua jenjang

5. 80% sekolah dapat bekerjasama dengan pihak lain yang terkait untuk

melaksanakan penilaian.

STANDAR TENDIK:

1. Kualifikasi tenaga pendidik 98% berijazah S1 dan 25% berijazah S2

2. Kualifikasi tenaga kependidikan 100% SMA dan 20% S1

3. Tenaga Laboran tersertifikasi

4. Tenaga Pustakawan tersertifikasi

5. Tenaga guru BP terpenuhi 91%

6. Tenaga guru Tinkom terpenuhi 100%

7. Tenaga guru SBK terpenuhi 50%

8. Tenaga guru Bahasa Sunda terpenuhi 80%

9. 87% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu menggunakan komputer.

10. 62% tenaga pendidik dan tenaga kependidikan mampu menggunakan Bahasa

Inggris

11. Juara 2 guru berprestasi tingkat propinsi.

STANDAR SARANA DAN PRASARANA:

1. Sarana lingkungan belajar sesuai dengan Wawasan Wiyata Mandala 91%

2. Pemanfaatan Perpustakaaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber

pembelajaran 90% sesuai SNP

3. Pengadaan media untuk proses pembelajaran dengan pendekatan CTL 90%

sesuai SNP

4. Kondisi lahan memiliki status hak atas tanah sesuai peraturan perundangan

yang berlaku

STANDAR PENGELOLAAN:

1. 90% warga sekolah mengetahui dan faham dengan visi, misi dan tujuan sekolah

2. 90% MBS dapat dilaksanakan

3. 95% warga sekolah peduli dan berbudaya lingkungan

4. 98% warga sekolah mendokumentasikan hasil kegiatan dengan benar

STANDAR PEMBIAYAAN:

1. Mengembangkan usaha-usaha di sekolah antara lain: kantin, kopsis, dan

koperasi guru mencapai 90%

2. Mendayagunakan potensi sekolah yang menghasilkan ekonomi 75%

3. Biaya operasional 95% terpenuhi

4. 80% warga sekolah melakukan pembelian di ‘Kantin Jujur’

5. Kerjasama dengan penyandang dana atau sponsor yang peduli pendidikan

mencapai 85%

F. PROGRAM :

SASARAN PROGRAM

TAHUN Ke-1

( 2015/2016)

(Program Jangka

Pendek) Yang telah

dicapai

SASARAN PROGRAM

2 TAHUN

( 2016 s.d. 2018 )

(Program Jangka Pendek)

SASARAN

PROGRAM

4 TAHUN

( 2016 s.d. 2020)

(Program Jangka

Menengah)

1. Kehadiran Peserta

didik, Guru dan

Karyawan lebih dari

96%.

1. Kehadiran warga sekolah

lebih dari 98%.

1. Kehadiran warga

sekolah lebih dari 99

%.

2. Target pencapaian rata-

rata Nilai Ujian

Nasional 84,79

2. Target pencapaian rata-rata

Nilai UNBK 86,00

2. Target pencapaian

rata-rata Nilai UNBK

87,00

3. 95 % lulusan dapat

diterima di SMA/SMK/

MA, baik melalui jalur

Prestasi maupun test.

3. 95% lulusan dapat diterima

di SMA/SMK/ MA, baik

melalui jalur Prestasi

maupun test

3. 96% lulusan dapat

diterima di

SMA/SMK/ MA,

baik melalui jalur

Prestasi maupun test

4. 85% peserta didik yang

beragama Islam dapat

membaca Al-Qur’an

dengan baik dan benar.

4. 95% peserta didik yang

beragama Islam dapat

membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar.

4. 96% peserta didik

yang beragama Islam

dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik

dan benar.

5. Memiliki ekstra

kurikuler unggulan

5. Extra kurikuler unggulan

dapat menjuarai tingkat

provinsi

5. Ekstrakurikuler

unggulan dapat

meraih prestasi

tingkat nasional

6. 75% peserta didik dapat

aktif berbahasa Inggris.

6. 82% peserta didik dapat

aktif berbahasa Inggris.

6. 91 % peserta didik

dapat aktif berbahasa

Inggris.

7. 80 % peserta didik dapat

mengoperasikan

program komputer

7. 92% peserta didik dapat

mengoperasikan program

komputer dan Internet

7. 100 % peserta didik

dapat

mengoperasikan

program dan Internet.

8. 60 % Peserta didik

mampu melakukan budi

daya jenis tumbuhan

yang bernilai ekonomis

(budi daya lidah buaya,

rumah pangan lestari)

8. 85% Peserta didik mampu

melakukan budi daya jenis

tumbuhan yang bernilai

ekonomis (budi daya lidah

buaya, rumah pangan

lestari)

8. 90% Peserta didik

mampu melakukan

budi daya jenis

tumbuhan yang

bernilai ekonomis

(budi daya lidah

buaya, rumah pangan

lestari)

9. Sekolah Adiwiyata

Nasional

9. Sekolah Adiwiyata Mandiri 10.Sekolah Adiwiyata

Mandiri

10. DATA SISWA, GURU dan TENAGA KEPENDIDIKAN:

a. Data Siswa 5 (lima tahun terakhir):

Tapel Jmlah

Pendaftar

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX (Kls.VII + VIII

+ IX)

Jml Romb

el Jml

Romb

el Jml

Romb

el Jml

Romb

el

2012/2013 513 322 9 288 9 254 8 864 26

2013/2014 685 353 9 335 9 286 9 974 27

2014/2015 750 288 9 355 9 331 9 974 27

2015/2016 631 288 9 302 9 359 9 946 27

2016/2017 530 303 9 295 9 308 9 906 27

2017/2018 620 306 9 311 9 294 9 911 27

b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1). Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

No. Tingkat

Pendidikan

Jumlah dan Status Guru Jumla

h GT/PNS GTT/Guru Bantu

L P L P

1. S3/S2 4 5 9

2. S1 6 25 2 2 35

3. D-4

4. D3/Sarmud 1 1

5. D2

6. D1

7. <

SMA/Sederajat

Jumlah 10 31 2 2 45

41 4 45

2). Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan

(keahlian)

No. Guru

SESUAI TIDAK SESUAI

Jumlah D2 D3 S1/D4 S2/S3 D2 D3 S1/D4 S2/

S3

1. IPA 2 3 1 6

2. Matematika 5 5

3. Bhs. Indonesia 6 6

4. Bahasa Inggris 1 2 3 5

5. Pend. Agama 3 3

6. IPS 4 1 5

7. PJOK 2 1 3

8. Seni Budaya 1 1 2

9. PPKn 3 3

10. TIK/Keterampi

lan

1 1 2

11. BK 2 2

12. Bahasa Sunda 2 2

13 Prakarya

13. PLH

Jumlah 1 33 8 3

42 3 45

Daftar Nama Guru dan tugas tambahannya pada tahun pelajaran 2017/2018 adalah

sbb:

NO NAMA MATA

PELAJARAN KELAS

BEBAN

KERJA

TUGAS

TAMBAHAN

1 Dra Euis

Nurjanah,M.Pd BK - 24 Kep. Sek

2 Dra.Ila

Halsiah,M.Pd IPA 8 ABCDE 25 Koordinator TPS

3 Dra.Lili

Budiarti,M.Pd IPA 9 DEFGHI 24

Waka Kesiswaan

&

Koord.Adiwiyata

4 Elli Dahliasih Bhs. Inggris 7 ABC 26 Wali Kelas 8A

8 ABC

Koord.Standar

Pengelolaan

PLH 8 A

Pembina Ekskul

5 Hendra, S.Pd Bhs. Indonesia 8 CDEG 26 Wali Kelas 8C

PLH 8 C

6 Euis Ida

Lidiawati,S.Pd IPS 8 CDEFGH 26 Wali Kelas 8G

PLH 8 G

7 Hj.Siti

Noordjanah,M.Pd Bhs. Inggris 9 ABC 24

Wakasek Sarpras

(12 jam)

8 Sri Nurhayati, S.Pd Bhs. Indonesia 9 ABC 26 Wali Kelas 9B

7 AB

PLH 9 B

9 Hj.Dedeh

Dewiningsih, S.Pd Matematika 9 DEF 29 Wali Kelas 9F

8 GHI

Koperasi Siswa

PLH 9 F

Koord.Standar

Pembiayaan

10 H.Suharya,M.Pd Matematika 9 ABC 29 Wakasek Humas

(12 jam)

8 A

11 Usman

Saputra,S.Pd PJOK

9

ABCDEFGHI 24 Pembina Ekskul

7 I , 8I

12 Wartik,S.Pd IPS 9 CDE 26 Wali Kelas 7H

7 GHI

Pembina OSIS

PLH 7 H

Standar Sarpras

13 Eti Suryati, S.Pd PPKn 8

ABCDEFGH 24

14 Popon Rohaeti,

S.Pd Bhs. Indonesia 9 DEF 38 Wali Kelas 9D

8 AB

Direktur

WJLRC, Standar

Isi

PLH 9 D

Ka Perpustakaan

(12 jam)

15 Achmad Alim

Asriadi, M.Pd IPA 9 ABC 24

Waksek

Kurikulum (12

Jam)

16 Ni Made Suratini,

S.Pd IPS 7 ABCDEF 26 Wali Kelas 7D

PLH 7 D

Standar Isi

17 Hj.Nugrahani,S.Pd Matematika 9 GHI 29 Wali Kelas 9H

7 ABC

PLH 9 H

18 C.Rubae'ah.

SR,S.Pd Matematika 7 DEFGHI 32 Wali Kelas 7G

PLH 7 G

Koordinator

Galeri

19 Drs.Suparno,M.Pd Bhs. Indonesia 7 EFGH 24 Pembina OSIS

20 Erna Prasetyowati,

S.Pd Matematika 8 BCDEF 27 Wali Kelas 8B

PLH 8 B

21 Dwi Nugraha

Minasia, S.Pd IPA 7 DEFGH 27 Wali Kelas 7F

PLH 7 F

Pembina OSIS,

SKL

22 Dra.Heriyanti

Gultom BP/BK 7 FGHI 36 Pembina OSIS

8

ABCDEFGHI

Koord.Standar

Kelulusan

23 Walmiyati, S.Pd. IPS 9 GHI 26 Wali Kelas 9G

8 ABC

Pembina

Pramuka

PLH 9 G

Koord.Standar

Proses

24 Dra.Hendrayati

Lubis BP/BK 7 ABCDE 36 Pembina OSIS

9

ABCDEFGHI Seksi Sosial

25 Linda Lidiawati,

S.P IPA 7 ABC 27 Wali Kls 7A

Kepala Lab (12

jam)

PLH 7 A

Koord.Standar

Penilaian

26 Iis Hasnawati, S.Pd Bhs. Inggris 9 DEF 26 Wali Kelas 9E

7 DEF

Koord.Standar

Tendik

PLH 9 E

Pembina OSIS

27 Dewi Anggraeni

M, S.Pd PKn

7

ABCDEFGH 26 Wali Kelas 7B

PLH 7 B

Pembina OSIS,

Standar

Pengelolaan

28 Ratih Solihat, SPd Bhs. Sunda 9

ABCDEFGHI 30 Wali Kelas 8E

8 ABCDE

Pembina PMR

PLH 8 E

29 Rudy Sarmudianto,

SE TIK

9

ABCDEFGHI 30 Wali Kelas 8I

Prakarya 8 EFGHI

Standar

Penilaian

PLH 8 I

30 Lilik

Sukanti,S.Kom TIK

7

ABCDEFGHI 28 Wali Kelas 7C

Prakarya 8 ABCD

PLH 7 C

31 Moch.Yamin,M.Si PJOK 8

ABCDEFGH 24 Standar Proses

32 Wahna

Sumpena,S.Pd PJOK

7

ABCDEFGH 24 Pembina OSIS

33 Ai Nurfarida, S.Pdi PAI 7

ABCDEFGH 26 Wali Kelas 7E

PLH 7 E

34 Suaeb,S.Pdi PAI 9

ABCDEFGHI 26 Wali Kelas 9C

8 AB

Pembina OSIS

PLH 9 C

35 Rara Sri

Naikowati,SS,M.Pd Bahasa Inggris 8 DEF 24

7 GHI

36 Neneng

Holisoh,S.Pd Bhs. Indonesia 9 GHI 26 Wali Kelas 8H

8 HI

koord.Standar Isi

PLH 8 H

37 Daru

Masykuria,S.Pd Bhs. Inggris 8 GHI 26 Wali Kelas 9I

9 GHI

PLH 9 I

Koord.Standar

Sarpras

38 Aflah Asnawi,S.Pd PKn 9

ABCDEFGHI 26 Wali Kelas 9A

7 I , 8I

Seksi Sosial

PLH 9 A

Pembina

Pramuka

39 Nalini

Sunarsih,S.Si IPA 8 FGHI 27 Wali Kelas 8F

7 I

PLH 8 F

Pembina KIR

40 Komarudin, S.Pdi PAI 8 CDEFGHI 26 Operator

Dapodik

7 I

Wali Kelas 8D

PLH 8 D

Standar Proses

41 H.Danu

Irvandanuri,S.Sn Seni Budaya 8 DEFGHI 36 Pembina Ekskul

9

ABCDEFGHI

42 Maesaroh,S.Pd Seni Budaya 7 36

ABCDEFGHI

8 ABC

43 Vaniati

Ramadani,S.Hum Bahasa Sunda

7

ABCDEFGHI 28 Wali Kelas 7I

8 FGHI

Standar

Penilaian

PLH 7 I

44 Deswira Susanti,

SPd Bhs. Indonesia 7 CDI 24

8 F

45 Khaulatun M

Asa,SE IPS 8 I 4

3). Jumlah tenaga kependidikan dan Kulifikasi pendidikannya

No. Ten.

Pendukung

kualifikasi pendidikan Status & Jenis Kel Juml

ah <

SMP SMA D1 D2 D3 S1

PNS Honorer

L P L P

1. Tata Usaha 4 1 1 2 1 1 5

2. Perpustakaan 1 1 1

3. Laboran lab.IPA 1 1 1

4. Teknisi

lab.Komputer

1 1 1

5. Laboran

lab.Bahasa

6. Penjaga Sekolah 2 2 2

7. Pesuruh 1 1 1

8. Rumah tangga 1 1 1

9. OB 2 2 2

10. Keamanan 2 1 3 3

11. Lainnya ……..

Jumlah 7 6 1 3 1 2 10 4 17

a. Daftar Nama tenaga kependidikan yang PNS:

No. Nama NIP Gol Jabatan

1. Endang Purwanti

19631215 198412 2 006

III/b

Kepala TU

&

Bendahara

BOS

2. Dina Mutiasari,SE 19811006 2011407 2

002 III/a Staf TU

3. Solehudin

19760311 2011407 1

002 Staf TU

4.

B, Daftar Nama tenaga kependidikan yang Honorer:

No Nama L/P Pendidikan Jurusan Tugas

1. Heri Suhaeri L SMA IPS Administrasi TU

& Inventaris

2. Heni Hendra L SMA Persamaan Pesuruh

3. Endah

Lestari P SMA IPS Kesiswaan

4. Nur

Sobariah, SS P S1 Inggris Pustakawan

5.

Nita

Narulita,

A.Md

P D3 Higiena

Makanan Laboran IPA

6. Marjono L SMEA Perdagangan Keamanan/security

7. Abdul Kodir L SMA

Keamanan/security

8.

Ibnu

Murhadi

Rahmat

L SMT Pertanian Keamanan/security

9. Wien

Murhadianto L SMP Penjaga sekolah

10. Rohati P SD Rumah Tangga

11. Adi Afandi L SMA Panjaga Sekolah

12. Yusuf L SMA Pertamanan

13. Asep L SMP Kebersihan

14. Yatna L SMP Koperasi/Foto

Copy

11). Prestasi guru dan siswa

a). Prestasi guru

No. Jenis Lomba

Perolehan kejuaraan dalam 3

tahun terakhir

Tingkat Jumlah

Guru

1. Lomba PTK Nasional

Propinsi

Kab/Kota 2

2. Lomba Karya tulis

Inovasi

Pembelajara

Nasional

Propinsi

Kab/Kota 2

3. Lomba Guru

Berprestasi

Nasional

Propinsi 1

Kab/Kota 2

b). Prestasi Akademik : Perolehan Nilai Ujian Nasional (NUN)

N

o Tapel Catatan

Perolehan NUN 3 tahun terakhir

B.Indo Mat B.Ingg IPA Jumlah Rata2

1. 2013/

2014

tertinggi 9,20 10,00 10,00 10,00 37,60 9,40

terendah 5,40 6,00 5,80 6,00 24,95 6,24

rata-rata 7,49 7,59 7,88 7,67 30,63 7,65

2.

2014/

2015

tertinggi 98,0 100,0 100,0 97,5 389,00 97,25

terendah 42,0 40,0 50,0 40,0 219,50 54,87

tertinggi 82,9 71,2 83,0 77,3 314,40 78,6

3. 2015/

2016

tertinggi 96,0 100,0 96,0 95,0 372,50 93,13

terendah 58,0 50,0 56,0 55,0 291,00 72,75

rata-rata 85,6 85,4 85,1 83,1 339,16 84,79

4. 2016/

2017

tertinggi 100,0 100,0 98,0 97,5 378,5 94,6

terendah 54,0 27,5 30,0 25,0 173,0 43,3

rata-rata 82,1 77,8 67,9 77,3 305,0 76,2

5. 2017/

2018

tertinggi

terendah

rata-rata

c). Prestasi Akademik : Peringkat rata rata NUN

No Tapel

Tingkat Kecamatan Tingkat Kota Tingkat Propinsi

Negeri Negeri

&Swasta Negeri

Negeri

&Swasta Negeri

Negeri

&Swasta

1. 2011/2012 2 2 6 8

2. 2012/2013 2 2 5 11

3. 2013/2014 2 2 5 13

4. 2014/2015 2 2 3 5

5 2015/2016 1 1 3 3

6 2016/2017 2 2 5 8

d). Prestasi Akademik : Rata-rata Nilai Ujian Sekolah (US)

No. Mata Pelajaran

Rata-Rata Nilai US

Tapel

2014/2015

Tapel

2015/2016

Tapel

2016/2017

1. Pend. Agama 8,60 88,5 88,9

2. PKn 7,58 87,3 86,2

3. B. Indonesia 8,04 89,3 88,5

4. B. Inggris 7,99 87,7 87,7

5. Matematika 7,73 84,6 82,7

6. IPA 8,07 80,4 88,4

7. IPS 9,27 85,7 84,2

8. Seni Budaya 8,64 84,5 86,1

9. PJOK 8,35 84,9 85,2

10. TIK 9,22 95,7 93,5

11. B. Sunda 8,31 85,6 84,9

12. PLH 8,56 93,6 89,5

e). Angka Kelulusan dan Melanjutkan

No. Tapel

Jumlah Kelulusan dan Kalanjutan Studi

Jumlah

Peserta

Ujian

Jumlah

Lulus

Diterima

SMA

Negeri

Diterima

SMK

Negeri

Swasta

1. 2012/2013 253 253 186 29 38

2. 2013/2014 285 285 215 33 37

3. 2014/2015 331 331 280 18 33

4. 2015/2016 354 354 277 62 15

5 2016/2017 308 308 190 85 33

6 2017/2018

f). Perolehan Kejuaraan / Prestasi akademik : Lomba-lomba

No. Nama

Lomba

Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017

Juara

ke

Tingkat Juara

ke

Tingkat Juar

a ke

Tingkat

Ko

ta

Pro

p

Na

s

Ko

ta

Pro

p

Na

s

Kot

a

Pro

p

Na

s

1. Menulis

Puisi

2. Membuat

Poster 1

1

√ 1

√ 2

3. LCT Putra

4. LCT Putri

5. Da’i 1/2 √

6. Puisi Islam

7. Rohis 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √ 1/2 √

8. Komputer

9. Power Point 2 √ 2 √ 2 √ 2 √

10. M. Paint 3 √ 3 √ 3 √ 2 √

11. B.Indonesia

Mading 3

√ 3

√ 3

√ 3

12. Membaca

Puisi 1

√ 1

√ 1

√ 1

13. LCT 1/2/3 √ 1/2 √ 1/2/3 √ 1/2 √ 1/2 √

14. OSN

Matematika

15. OSN Fisika lolos √ √

16. OSN

Biologi lolos

√ √

17. OSN IPA lolos √ √

18. OSN IPS lolos √

19. Story

Telling 2 √

20. Bahasa

Inggris 3 √ 3 √ 3 √ 3 √

21. Siswa

Berprestasi 4 √ 4 √ 4 √ 4 √

g). Perolehan Kejuaraan / Prestasi Non Akademik

No Nama

Lomba

Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016 Tahun 2016/2017

Juara

ke

Tingkat Juara

ke

Tingkat Juar

a ke

Tingkat

Ko

ta

Pro

p

Na

s

Ko

ta

Pro

p

Na

s

Kot

a

Pro

p

Na

s

1 Pramuka Pa 2 √ 2 √ 2 √

2 Pramuka Pi 1 √ 2 √ 2 √

3 Pramuka Pi 3 √ 3 √ 2 √

4 PMR PRS 2 √ 3 √ 2 √

5 PMR

Komik

3 √

6 Dencer 2 √

7 Pramuka

Semaphore

Pa

1 √

1 √

1 √

8 Pionering

Pa

2 √

2 √

9 Semaphore

Pi

1 √

1 √

1 √

10 Pionering

Pi

3 √

11 Pramuka

PU/PK

1 √

1 √

1 √

12 Semaphore

Pa

1 √

1 √

1 √

13 Morse Pa 2 √ 1 √ 2 √

14 Menembak

Pa

3 √

2 √

2 √

15 Beregu Pa 2 √ 2 √ 1 √

16 Pramuka

PU/PK Pi

1 √

1 √

2 √

17 Semaphore

Pi

1 √

1 √

18 KIM Pi 2 √ 2 √

19 Menembak

Pi

3 √

3 √

20 Bakia Pi 3 √ 3 √

21 MC 1 √ 1 √ 2 √

22 Tata

Upacara

3 √

23 Pasus TIM 1 √ 3 √

24 Pasus

Komandan

1 √

2 √

25 Formasi 1 √ 2 √

26 Basket Pa 2 √ 3 √

27 Pasanggiri

Pramuka

3 √

3 √

28 Wide Game

Pi

2/3/3 √

2/3/

3

29 Merakit

Komp.

30 Ketangkasa

n Pa

1 √

2 √

31 Ketangkasa

n Pi

3 √

2 √

32 Sepak bola

/ futsal

4 √

4 √

33 Bola

Basket 3 √ 1 √

12. Data Ruangan

a) Data Ruang Belajar (Kelas)

Kondisi

Jumlah dan ukuran

Ukuran (a) Ukuran (b) Ukuran (c) Jumlah

7x9 = 63 m2 > 63m

2 < 63m2 = (a+b+c)

Baik 27 27

Rsk ringan 1 1

Rsk sedang

Rsk Berat

Rsk Total

Keterangan kondisi:

Baik Kerusakan < 15%

Rsk ringan 15% - < 30%

Rsk sedang 30% - < 45%

Rsk Berat 45% - 65%

Rsk Total > 65%

b) Data Ruang Kantor

Jenis Ruangan Jumlah (buah) Ukuran (pxl) Kondisi

1. Kepala Sekolah 1 50 m2 Baik

2. Wakil Kepala Sekolah &

PKS

1 63 m2 Baik

3. Guru 1 90m2 Baik

4. Tata Usaha 1 50 m2 Baik

5. Tamu 1 30 m2 Baik

Lainnya:

Rapat Dinas

1

63 m2

Baik

c) Data Ruang Penunjang

Jenis

Ruangan

Jumla

h

(buah)

Ukura

n (pxl)

Kondisi

*)

Jenis

Ruangan

Jumla

h

(buah)

Ukura

n (pxl)

Kondis

i

1. Gudang 3 21 m2 Rr 10. Musholla 1 63 m

2 B

2. Dapur 1 14 m2 B 11. Ganti - -

3.

Reproduksi

1 20 m2 B 12. Koperasi 1 20 m

2 B

4. KM/WC

Guru

3 21 m2 B 13. Hall/Lobi - -

5. KM/WC

Siswa

10 60 m2 B 14. Kantin 1 126 m

2 B

6. BK 1 40 m2 Rs 15. Rumah

Pompa/Mena

ra Air

- -

7. UKS 1 21 m2 Rr 16. Bangsal

Kendaraan

1 24m2 B

8.

PMR/Pramu

ka

1 21 m2 Rs 17. Rumah

Penjaga

1 32 m2 Rr

9. OSIS 1 21 m2 Rr 18. Pos Jaga 1 6 m

2 B

d). Lapangan Olahraga dan Upacara

Lapangan Jumlah

(buah)

Ukura

n (pxl)

Kondis

i Keterangan

1. Lapangan Olahraga

dan Upacara

(Lapangan

Serbaguna)

1 375 m2 Rr Seluruh kegiatan

olahraga dan

upacara di luar

menggunakan satu

lapangan

2. Lapangan Upacara sda sda Sda Sda

13. Kepemilikan Tanah :

Pemerintah/yayasan/pribadi/menyewa/menunpang

Status Tanah : SHM/HGB/Hak Pakai/Akte jual

Beli/Hibah*)

Luas Lahan/Tanah : 4.332,71 m2

Luas Tanah Terbangun : 2.708,03 m2

Luas Tanah Siap Bangun : ………… m2

Luas Lantai Atas Siap Bangun : ………… m2

*) Coret yang tidak perlu

14. Perabot (furniture) utama

Ruang Komite

a. Perabot ruang kelas (belajar)

N

o.

Juml

ah

ruan

g

kela

s

Perabot

Jumlah

dan

kondisi

meja

siswa

Jumlah dan

kondisi kursi

siswa

Almari + rak buku/alat Papan tulis Jm

l

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

1

26

5

2

0

5

0

0

20 -

8

7

4

8

6

4

10 - 26 2

6 - -

5

2 52 - -

b. Perabot ruang belajar lainnya

N

o. Ruang

Perabot

Meja Kursi Almari + rak

buku/alat Lainnya

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

Rsk

Ber

at

1. Perpustakaa

n

1

0

1

0 - -

1

5 - - -

1

5

1

5 - - - - - -

2. Lab. IPA 1

2

1

2 - -

7

0

7

0 - - 9 8 1 - - - - -

3. Keterampila

n - - - - - - - - - - - - - - - -

4. Multimedia - - - - - - - - - - - - - - - -

5. Lab. Bahasa 1

7

1

7 - -

1

7

1

7 - - - - - - - - - -

6. Lab.

Komputer

4

0

4

0 - -

5

6

5

6 - - 1 1 - - - - - -

7. Serbaguna - - - - - - - - - - - - - - - -

8. Kesenian - - - -

2

0

2

0 - - - - - - - - - -

9. PTD - - - - - - - - - - - - - - - -

c. Perabot Ruang Kantor

N

o Ruang

Perabot

Meja Kursi Almari + rak

buku/alat Lainnya

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

R

sk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

R

sk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

R

sk

Ber

at

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

gan

R

sk

Ber

at

1. Kepala

Sekolah

1 1 - - 6 6 - - 4 4 - - - - - -

2. Wakasek &

PKS

8 8 - - 10 10 - - 3 2 1 - - - - -

3 Guru 4

1

4

1

- - 41 41 - - 5 4 - - - - - -

4 Tata Usaha 7 7 - - 7 7 - - 15 13 - 2 - - - -

5 Tamu 4 4 - - 16 16 - - - - - - - - - -

6 Lainya - - - - - - - - - - - - - - - -

N

o. Ruang

Perabot

Meja Kursi Almari+rak

buku/alat

Lainnya

Jml

Bai

k

Rsk

Rin

g

an

Rsk

Ber

a

t Jm

l

Bai

k

Rsk

Rin

g

an

Rsk

Ber

a

t Jm

l

Bai

k

Rsk

Rin

g

an

Rsk

Ber

a

t Jm

l

Bai

k

Rsk

Rin

g

an

Rsk

Ber

a

t

1 BK 4 4 - - 5 5 - - 3 3 - - - - - -

2 UKS 1 1 - - 2 2 - - 1 1 - - - - - -

3 PMR/Pra

muka

4 4 - - 8 8 - - 2 - 2 - - - - -

4 OSIS 4 4 - - 8 8 - - 2 - 2 - - - - -

5 Gudang 3 - - - - - - - - - - - - - - -

6 Ibadah - - - - 1 1 - - 1 1 - - - - - -

7 Koperasi 1 1 - - 2 2 - - 3 3 - - - - - -

8 Hall/Lobi - - - - - - - - - - - - - - - -

9 Kantin 6 6 - - 1

5

1

5

- - - - - - - - - -

10 Pos Jaga 1 1 - - 1 1 - - - - - - - - - -

11 Reproduks

i

- - - - - - - - - - - - - - - -

12 Lainnya… - - - - - - - - - - - - - - - -

15. Koleksi Buku Perpustakaan

No Jenis Jumlah Kondisi

Rusak Baik

1 Buku siswa/pelajaran (semua

mapel) 16.876 7.106 9.770

2

Buku bacaan (novel, buku

ilmu pengetahuan dan

teknologi, dsb.)

706 248 458

3 Buku referensi (kamus, 240 18 222

ensiklopedia, dsb.)

4 Jurnal - - -

5 Majalah 86 40 46

6 Surat kabar 120 - 120

7 Lainnya….

Total 16.628 7.412 10.616

16. Fasilitas Penunjang Perpustakaan

No Jenis Jumlah / ukuran / spesifikasi

1 Komputer 1

2 Ruang Baca 1/60m2

3 TV 1

4 LCD / Infocus -

5 VCD/DVD Player -

6 Lainnya…. -

17. Alat/Bahan di laboratorium/Ruang keterampilan / Ruang Multimedia

N

o

Alat/baha

n

Jumlah, Kualitas, dan kondisi alat / bahan*)

Jumlah Kualitas Kondisi

Kura

ng

dari

25%

dr

keb.

25

%-

50

%

dr

keb

50

%-

75

%

dr

keb

75

%-

100

%

dr

keb

kur

ang

cuk

up

ba

ik

San

gat

Bai

k

Rus

ak

Ber

at

Rus

ak

Rin

Bai

k

1. Lab. IPA - - - √ - - √ - -

20

%

80

%

2. Lab.

Bahasa - - - - - √ - - - -

100

%

3. Lab.

Komp. - - - √ - - - √ - √

100

%

4. Keterampi

lan - - - - - - - - - - -

5. PTD - - - - - - - - - - -

6. Kesenian - - √ - - - - - - - -

7. Multimedi

a - - √ - - - - - - - -

Bogor, Juli 2017

Kepala Sekolah,

LAMPIRAN 2. FOTO-FOTO KEGIATAN

Workshop Penyusunan Desain Pembelajaran Lesson Study

Workshop Better Teaching and Learning

Perencanaan Kegiatan Open Lesson

Implementasi RPP

Observasi guru-guru IPA terhadap guru model

Lampiran 3. Daftar Nilai Siswa sebelum dan sesudah kegiatan open lesson

PENILAIAN PENGETAHUAN

Nama Sekolah : SMP Negeri 8 Bogor

Kelas/ Semester : VII / 2

Tahun Pelajaran : 2017/ 2018

NO NAMA

SKOR KETERANGAN

PRETEST POST TEST

1 ADZANI NURUZZAHRAH 60 80

2 AHMAD SYUHADA WIRA KUSUMA 60 90

3 AKMAL RIANSYAH 80 90

4 ALDY AMAR AL-FIRDAUS 50 60

5 ALYSA AZZAHRA 70 80

6 CHIKAL AUREL REPA JAKTI 60 80

7 DAHAYU RATNA DEWATI 70 80

8 DZIKRILLA PERWITA SARI 70 80

9 FAIZA KARIMA LATIFA 80 90

10 FANI RAMA SARI 50 60

11 FARIZ HAITAM 50 80

12 FAZRI SURUR PRATAMA 80 90

13 FENY PEBRIANA 80 90

14 INDAH RIZKY NURHALIZA 80 80

15 LUTHFINA ADDAWIYAH 70 80

16 MAHARANI SEPTIANI DEWI 70 80

17 MARITZA ARETA PALWONO 60 80

18 MOHAMAD VICKI ANDRI 70 90

19 MUHAMAD RAFLI SUHANDI 70 80

20 MUHAMAD RAMDHANI 70 80

21 MUHAMMAD ABID PRIPUTRANTO 70 80

22 MUHAMMAD FAKHRI ADITYA 60 80

23 MUHAMMAD RAYHAN WILDAN 70 80

24 NAIFAH ARSA ARDIARA 80 90

25 NIRVANA PUTRI RIZAL 70 90

26 NUR HABIBAH 70 80

27 ORYZA SURYA HAPSARI 70 80

28 PUTI FELDAMA 70 90

29 RENALDI SYAPUTRA 70 80

30 RENO HADI FADILLAH 60 90

31 RIFCKY SHANTA PUTRA MAYDIKA 80 100

32 SAYIDA JULIRAHMA WARLIANA 70 80

33 SENDY DWIRAYA PEBRIAN 60 90

34 SHINTYA PUSPITA DEWI 80 90

35 SIGIT ADHI NUGROHO 60 90

RATA-RATA 68.28571 83.1428571

JUMLAH SISWA DI BAWAH KKM 27 2

JUMLAH SISWA DIATAS KKM 8 33

PERSENTASE DI BAWAH KKM 77.14286 5.71428571

PERSENTASE DIATAS KKM 22.857143 94.2857143

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah

N

O NAMA

Indikator Proses Pembelajaran Jum

lah

skor

Rat

a

Rat

a

Kengi

atan

Awal

Kegiatan inti Pembeajaran

Pengua

saan Materi

Pelajar

an

Pendeka

tan Strategi

Pembela

jaran

Pemanf

aatan Sumber

Belajar

Media

Memeli

hara keterlib

atan

siswa

Penilaia

n

Proses Pembela

jaran

Penggunaan

Bahasa

Penu

tup

1

Hj. Yuliani

Triningsih

,M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

3 Dra.Lili

Budiarti 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

4

Dra.Ila

Halsiah,M.

Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

5 Elli

Dahliasih 5 5 4 4 4 4 5 4 35

4.38

6 Hendra,

S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4

7

Euis Ida

Lidiawati,S.

Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4

8

Hj.Siti

Noordjanah

,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

8

Sri

Nurhayati,

S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

10

Hj.Dedeh

Dewiningsi

h, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

11 H. Suharya,

SPd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

12

Usman

Saputra,S.P

d 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 13 Wartik,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

14 Eti Suryati,

S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4

15

Popon

Rohaeti,

S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

16

Achmad

Alim

Asriadi,

M.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

17

Ni Made

Suratini,

S.Pd 5 5 5 5 5 4 4 5 38

4.75

18 Hj.Nugraha

ni,S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

19

C.

Rubae'ah.

SR,S.Pd 4 5 4 4 4 4 4 5 34

4.25

20 Drs.Suparn

o 4 5 4 3 4 4 4 4 32 4

21

Erna

Prasetyowat

i, S.Pd 5 5 4 4 5 5 4 5 37

4.63

22

Dwi

Nugraha

Minasia,

S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5

23 Dra.Heriya

nti Gultom 4 5 4 4 5 4 5 4 35

4.38

24 Walmiyati, S.Pd. 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 25 Dra.Hendrayati Lubis 4 5 4 4 5 4 5 4 35 4.38 26 Linda Lidiawati, S.P 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 27 Iis Hasnawati, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 28 Dewi Anggraeni M, S.Pd 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 29 Ratih Solihat, SPd 4 4 3 4 4 4 4 4 31 3.88 30 Rudi Sarmudianto, SE 4 5 4 5 5 5 5 5 38 4.75 31 Lilik Sukanti,S.Kom 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 32 Wahna Sumpena,S.Pd 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 33 Moch.Yamin,S.Pd,M.Si 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 34 Ai Nurfarida, S.PdI 5 5 5 5 5 5 5 5 40 5 35 Suaeb,S.PdI 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 36 Komarudin, SPdI 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4 37 H. Danu Irvandanuri, SSn 4 4 3 3 4 4 4 4 30 3.75 38 Maesaroh,S.Pd 4 4 3 3 4 4 4 4 30 3.75

Lampiran 5. RPP Open Lesson 26 Oktober 2017

DATA DIRI

Data Pribadi

Nama Lengkap : Riki Wirahmawan, S.Si.

Tempat, Tanggal Lahir

: Sukabumi, 12 Januari 1992

Alamat : Cikukulu II Cisande Cicantayan Sukabumi 43155

No. WA/FB/Instagram

: 082310165343/Riki Wirahmawan/riki_wirahmawan

Email : [email protected]

Hobi : Membaca, Nonton Anime

Motto Hidup : Positif-Negatif, Plus-Minus, Lillaah

Pendidikan

Pendidikan Formal

Institusi Pendidikan Tahun Masuk

Tahun Lulus

SDN 5 Cisande 19999 2005

SMPN 1 Cicantayan 2005 2008

Man Cibadak 2008 2011

Cantumkan

Foto Diri

Terbaru

Halaman 2 dari 6

Institusi Pendidikan Tahun Masuk

Tahun Lulus

Matematika Sains UIN SGD Bandung 2011 2015

Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syahid Jakarta

2016 2018

Pendidikan Non Formal

Institusi Pendidikan Tahun

EF (English First) 2009

GO (Ganesha Operation)

2010

Short Course of Scientec’s Library 2014

Sekolah Guru Indonesia 2016-2018

Pengalaman Organisasi

No Organisasi Jabatan Periode /

Tahun

1 OSIS SMPN 1 Cicantayan Ketua Umum 2006-2007

2 Paskibra SMPN 1 Cicantayan Ketua Umum 2006

3 OSIS MAN Cibadak Ketua Umum 2009-2010

4 LDM UIN Bandung Koord Komisi B k-LDK-an 2012

5 LDM UIN Bandung Anggota Bidang PSDI 2012

6 HMJ Matematika Sains UIN

Bandung

Anggota bidang Pengembangan

Akademik

2012

7 LDM UIN Bandung Ketua Biro HUMAS 2013 &

2014

Halaman 3 dari 6

No Organisasi Jabatan Periode /

Tahun

8 FSLDK Bandung Raya Mas’ul BPDa UIN (Wilayah Bandung

Timur)

2013 &

2014

9 Senat Mahasiswa Fakultas

Sains dan Teknologi UIN

Bandung

Anggota Bidang Pengembangan

Keagamaan

2014

10. Komunitas QUDWAH (Tahsin

Al-Quran) UIN Bandung

Ketua 2015

11 Sekolah Guru Indonesia Ketua Angkatan SGI XXI 2016-2017

12 Forum Mahasiswa Magister

(Forma)

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan

Uin Syarif Hidayatullah

Jakarta

Anggota Departemen Hubungan

Masyarakat

2016-2017

13 Indonesian Youth Education

Forum Co-Founder 2017

14 Komunitas Guru Cerdas

Matematika Founder 2017

Prestasi Utama:

1. Juara Kelas selama sekolah (MD, SD-SLTA)

2. Juara 2 Olimpiade Matematika tingkat Kabupaten (SD)

3. Juara umum SDN 5 Cisande tahun 2005

4. Juara Umum SMPN 1 Cicantayan, semester 3 sampai

semester 6

5. Lulusan Terbaik SMPN 1 Cicantayan tahun 2008

6. Terpilih Sebagai Putera Unggulan Daerah Sukabumi (2009)

7. Juara 3 LCC MGMP Kimia Se-Wilayah II Bogor (2009)

Halaman 4 dari 6

8. Delegasi sukabumi pada Lomba Cepat Tepat Fisika (LCTF)

Physics Great Challenge Days UPI tingkat SMA/MA

sederajat se-Jawa Barat dan Banten (2009)

9. Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Se-Wilayah I Bogor (2010)

10. Nilai tertinggi TO Akhir Ganesha Operation Cibadak dan

Sukabumi 2011

11. Penerima beasiswa Pemimpin Bangsa Learning Camp ITB

2011

12. Lulusan Terbaik Program IPA MAN Cibadak Periode 2010-

2011

13. Juara Umum MAN Cibadak, semester 3 sampai semester 6

14. Dinobatkan sebagai Trainer PMLDK Nasional FSLDK

Indonesia (2012)

15. Terpilih sebagai mahasiswa terfavorit angkatan 2011 on

Mathematics Entertainment Weekend (2012)

16. Terpilih sebagai Delegasi IHMSI on The 9th Statistika Ria

IPB (2013)

17. Peraih IPK tertinggi jurusan Matematika sains UIN SGD

Bandung angkatan 2011 (2015)

Halaman 5 dari 6

Pengalaman Kerja

No Instansi Jabatan Periode /

Tahun

1 Dompet Peduli Umat Daartuttauhiid Relawan Gerai Zakat 2013

2 Smart Course Team Plus Staff Pengajar 2013-2014

3 Aisyera College Staff Pengajar 2013-2015

4 Fajar Institute Staff Pengajar 20014

5 Privat FISIKA SMP Pengajar 2014

6 Privat SD all MaPel + Math Olimpiad Pengajar 2014

7 Privat SMA (MTK, FISIKA, KIMIA,

B.Inggris)

Pengajar 2015

8 Brother Olshop Owner, dropship,

reseller

2015

9 Penelitian Dosen Elektro UIN Bandung

tentang Kepuasan konsumen terhadap

kinerja BPS Jawa Barat

Tabulator dan Data

analys

2015

10 Magang MI Nurul Iman Guru 2016

11 STAI Al-Fatah Bogor Team dosen refleksi

kelas dan team

dosen Psikologi

Pendidikan

2016-2017

12 School of Master Teacher SGI XXIV

Dompet Dhu’afa

Fasilitator/coach/tr

ainer Bojongsari -

Depok

2016-2017

13 Monitoring Evaluasi Guru Kalimantan

Barat Sekolah Guru Indonesia

Monitor dan

Evaluator Kuburaya

2017

14 Sekolah Guru Indonesia Angkatan XXVI

Banten

Fasilitator/coach/tr

ainer

2017

15 Sekolah Guru Indonesia (SMT XXIV dan

Sosiopreneur Workshop PTK)

Penguji PTK guru-

guru Bojonggede

2017

Halaman 6 dari 6

No Instansi Jabatan Periode /

Tahun

Bogor, Pandeglang

Banten,

16 Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa Trainer guru-guru

Ciampea Bogor

2017

17 Sekolah Guru Indonesia Trainer PTK guru-

guru SMP Al-Izhar,

Pondok Labu

Jakarta

2018