lapres sterilisasi
Post on 30-Jun-2015
18.709 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada suatu benda, sehingga didapatkan suatu
kondisi yang bebas cemaran mikroorganisme. Dalam bidang mikrobiologi
baik dalam pengerjaan penelitian, keadaan steril merupakan syarat utama
berhasil atau tidaknya pekerjaan kita dilaboratorium. Pengetahuan tentang
prinsip dasar sterilisasi sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan di
bidang pangan dan medis. Cara sterilisasi banyak diperkenalkan, namun
masih tetap digunakan cara-cara dan beberapa bahan seperti digunakan
berabad lalu. Berdasar dari hal tersebut diatas, maka diadakanlah praktikum
“Sterilisasi” ini guna memberikan pemahaman kepada kita tentang hal-hal
yang berkaitan dengan sterilisasi serta menambah pengetahuan dan
keterampilan kita tentang teknik atau tata cara sterilisasi dalam mikrobiologi.
B. Tujuan
Memahami berbagai macam prosedur sterilisasi.
C. Manfaat
Praktikan dapat mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai
macam prosedur sterilisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda
(Singleton dan Sainsbury, 2006). Menurut Irianto (2002) sterilisasi adalah
membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk
apapun. Sterilisasi dilakukan bertujuan mendapatkan keadaan steril.
Mikroorganisme dapat dimatikan dengan panas (kalor), gas-gas seperti
formalsehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia;
oleh sinar lembayung ultra atau sinar gama. Proses untuk menghancurkan semua
bentuk kehidupan juga disebut sterilisasi oleh Pelozar (1988). Suatu benda yang
steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup.
Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin
setengah steril atau hampir steril.
Menurut Irianto (2002), sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu:
1. Pembersihan sebelum sterilisasi
2. Pembungkusan
3. Proses sterilisasi
4. Penyimpanan yang aseptik.
Jenis-jenis sterilisasi berdasarkan cara sterilisasi dapat dibedakan atas :
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
4. Sterilisasi secara gas mikroksida
5. Sterilisasi dengan saringan membrane
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik ( filtrasi )
Yaitu sterilisasi dengan menggunakan Sesuatu saringan yang berpori
sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0,45 mikron ) sehingga mikroba tertahan
pada saringan tersebut. Proses ini di tujukan untuk sterilisasi bahan yang
sangat peka panas, misalnya : larutan enzim, vitamin, dan antibiotic. Namun,
cara ini mempunyai kelemahan yaitu golongan virus mampu menembus filter
atau saringan sterilisasi.
2. Sterilisasi secara fisik ( Pemanasan dan Penyinaran )
Pemanasan
Cara pemanasan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pemanasan kering, yaitu proses pemanasan yang tidak
menggunakan air.
Contoh : Membakar, Menggunakan udara panas ( oven )
b. Pemanasan basah, yaitu proses pemanasan dengan menggunakan
air.
Contoh : Merebus, Uap air panas, Uap air panas bertekanan
Penyinaran ( Radiasi )
Beberapa sinar yang biasa digunakan dalam proses sterilisasi :
a. Sinar Ultra Violet ( UV )
Sinar ini mempunyai daya bakterisid yang tinggi sehingga biasa
digunakan untuk mensterilkan ruangan. Contoh : Kamar bedah,
Ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industry farmasi,
Ruang penanaman bakteri dalam media
b. Sinar Gama
Sinar ini mempunyai daya penetrasi yang lebih besar dari sinar X
digunakan untuk mensterilkan material tebal. Contoh : Bungkusan
alat-alat kedokteran, Paket makanan
c. Sinar Katoda
Sinar ini digunakan untuk menghapus hama pada suhu kamar
terhadap barang-barang yang telah dibungkus
3. Sterilisasi secara kimiawi ( cara khemis )
Yaitu sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia. Biasanya
menggunakan senyawa disinfektan. Disinfektan adalah suatu bahan kimia
yang dpat membunuh sel-sel vegetative dari jasad renik. Prosesenya disebut
disinfeksi.
Zat-zat kimia yang bersifat disinfeksi :
1) Fenol dan derivatnya sebagai desinfektan maupun antiseptic
2) Alkohol, contoh : etanol 50-70 %
3) Halogen beserta gugusnya, contoh : iodin ( menginfeksi kulit sebelum
pembedahan), hypoklorit( sanitasi alat-alat rumah tangga )
4) Logam berat, contoh : merkurochrom,mertiolat (antiseptic ), perak
nitrat ( tetes mata pencegah penyakit mata pada bayi )
5) Detergen
6) Aldehid, contoh : formalin
7) Gas sterilisator, digunakan untuk bahan atau alat yang tidak dapat
disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada
proses ini material di sterilkan dengan gas etilen oksida pada suhu
kamar. Kelebihan gas tersebut adalah daya sterilisasi dan
penetrasinya besar. Namun, kekurangannya adalah bersifat toksik
dan mudah meledak.
Menurut Atlas, R.M (1946) pemilihan metode didasarkan pada sifat dan
bahan yang akan disterilisasi. Untuk mensterilisasikan peralatan dan bahan yang
digunakan untuk membuat media dapat dilakukan dengan cara :
1. Sterilisasi dengan sistem pemanasan, yaitu dengan sistem :
a. Basah, yaitu bahan yang digunakan harus dengan menggunakan uap air
pada suhu tinggi, misalnya sterilisasi media dalam autoklaf.
b. Kering, yaitu menggunakan dengan panas tinggi, misalnya sterilisasi ose
dengan bunsen.
2. Sterilisasi dengan sistem kimia, yaitu menggunakan bahan kimia tertentu,
misalnya membersihkan meja dengan menggunakan alkohol.
3. Sterilisasi dengan sistem filtrasi, yaitu mensterilkan bahan yang tidak tahan
suhu tinggi, misalnya sterilisasi antibiotik dengan menggunakan filtrasi
(penyaringan).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama
dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila
tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi panas
kering. Di pihak lain, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas
atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan.
Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi
adalah yang menggunakan panas.
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap
yang mudah diangkat (portable) dengan menggunkan uap air jenuh bertekanan
pada suhu 121 oC selama 15 menit. Karena titik didih air menjadi 121 oC itu
disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer pada ketinggian permukaan laut, maka daur
sterilisasi tersebut seringkali juga dinyatakan sebagai : 1 atm 15 menit. Pada tempat-
tempat yang lebih tingginya diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu
121 oC. Karena itu daripada menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan
bahwa keadaan steril dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121 oC selama 15
menit (Cappuccino JG, Sherman N. 1983)
Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang
dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar
antara 110 oC dan 121 oC. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini
antara lain medium biakan yang umum, air suling,peralatan laboratorium, biakan
yang akan dibuang, medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat dengan beberapa
cara perebusan, pemanasan dengan tekanan, tindalisasi dan pasteurisasi.
Perebusan dapat didalam air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit.
Pemanasan dengan tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf untuk
membunuh bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas
akanmati pada suhu 1210C selama 15 menit. Tindalisasi dilakukan dengan cara
memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam tiap hari utuk
tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja
diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah
dibunuh pada pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya diakukan pada terhadap
susu. Proses ini dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A.
Pasteurisasi dilakukan pada suhu 650C selama 30 menit atau 720C selama 15 detik.
Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 1992). Uap mengalir bebas diguakan dalam
tempat yang tidak tertutup rapat yang dapat menahan uap itu tanpa tertekan. Air
mendidih dan uap bebas tidak perbnah mencapai suhu lebih dari 1000C (2120F).
Uap bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu
1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan untuk beberapa menit berkali-kali
(tiga sampai empat kali) dengan selang waktu 24 jam (Irianto, 2010).
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah :
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-
betul dari ruang sterilisator.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap, karena itu tabung
dan labu kosonga harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak
terperangkap di dasarnya.
3. Bahan-bahan yang berpori atau berbentuk cair harus permeabel terhadap
uap.
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh thermometer harus mencapai 121 oC
dan dipertahankan stinggi itu 15 menit.
Sterilisasi panas kering dapat diterapkan pada apa saja yang tidak merusak,
menyala, hangus, dan menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa
disterilkan dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi,
cawan petri dari kaca, botol sampel, juga peralatan seperti jarum suntik, dan bahan-
bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan
berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk
mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Hastuti, Utami Sri. 2008).
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas dilaboratorium,
dimana digunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem
udara statis. Praktik menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara
panas, diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas kealat-alat gelas
akan lebih efisien (Fardiaz, 1992). Sterilisaisi kering dapat dilakukan dengan cara
pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas. Pemijaran diterapkan pada ose ujung-
ujung pinset dan sudip logam. Jilatan apai diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut
tabung biakan, kaca objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas digunakan dengan
suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan terhadap alat-alat
kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi, punggan petri, labu, pipet, pinset,
skalpel, gunting kapas hapus tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada
bahan-bahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak dan minyak
(Irianto, 2010).
Beberapa istilah serta pengertian yang digunakan dalam pembicaraan
masalah mematikan, menghambat pertumbuhan, dan menyingkirkan
mikroorganisme adalah sebagai berikut:
1. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme
dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas (kalor), gas-gas seperti
formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam
larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme
juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi
atau oleh filtrasi.
2. Disinfeksi
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan disinfeksi dapat tercapai
keadaan steril, namun tidak seharusnya terkandung anti sterilisasi. Disinfeksi
biasanya dilaksanakan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol,
formaldehide, klor, iodium atau sublimat. Pada susu, disinfeksi (bukan
sterilisasi) dilakukan dengan pasteurisasi. Pada umumnya disinfeksi
dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi
bukan spora-spora yang tahan panas.
3. Desinfektan
Disinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi.
Seringkali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian
disinfeksi dan disifektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati,
seperti lantai, piring, pakaian.
4. Antiseptika
Antiseptika pada umumnya dimaksudkan bahan-bahan yang mematikan atau
menghambat mikroorganisme, khususnya yang berkontak dengan tubuh
tanpa mengakibatkan kerusakan besar pada jaringan. Untuk digunakan
sebagai antiseptika, kebanyakan disinfektan terlalu dekstruktif terhadap
jaringan.
5. Bakteriostatika
Bakteriostatika, istilah ini mengandung arti mempunyai sifat menghambat
multiplikasi, akan tetapi bila zat penghambat itu telah dihilangkan, maka
multiplikasi dilanjutkan kembali.
6. Bakterisida
Bakterisida adalah setiap zat atau agen yang dapat membunuh atau
memusnahkan bakteri. Contoh yang lazim meliputi beberapa antibiotika,
antiseptika, dan disinfektan.
7. Asepsis
Dalam arti sempit asepsis menunjukkan pada keadaan dimana tidak adanya
mikroorganisme dalam jaringan hidup atau dengan kata lain tidak ada sepsis
(pembusukan). Tetapi istilah asepsis biasanya digunakan untuk teknik
pengerjaan dalam menghindarkan adanya mikroorganisme yang tidak
dikehendaki terdapat dalam lingkungan pengamatan itu (Burdon, 1969).
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Bahan – Bahan
- Aquades
- Alcohol 70%
- Kapas
- Aluminium Foil
- Kertas Kraft / Kertas Coklat
- Plastik
- Benang
B. Alat – Alat
- Autoclaft
- Tabung Reaksi
- Erlenmeyer
- Petridish
- Semprotan
- Gunting
C. Gambar Alat
No. Nama Alat Gambar
1. Autoclaft
2. Tabung Reaksi
3. Erlenmeyer
4. Cawan Petridish
5. Semprotan
6. Gunting
D. Cara Kerja
- Sterilisasi Dengan Autoclaft
- Sterilisasi Dengan Oven
BAB IV
PEMBAHASAN
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk membebaskan
setiap benda atau substansi dari kontaminasi apapun dengan cara mematikan
semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda, menurut Singleton
dan Sainsbury (2006) serta Irianto (2002). Sterilisasi dilakukan bertujuan untuk
mendapatkan keadaan steril dari benda atau substansi. Mikroorganisme dapat
dimatikan dengan berbagai metode, diantaranya adalah metode mekanis
(penyaringan), metode fisik (pemanasan dan penyinaran) dan metode khemis. Suatu
benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari
mikroorganisme hidup. Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak
sreril tidak akan mungkin setengah steril atau hampir steril.
Tujuan utama untuk dapat mematikan, menyingkirkan, atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dalam persiapan alat adalah diantaranya sebagai
berikut:
1. Untuk mencegah infeksi pada manusia, hewan piaraan, dan tumbuhan.
2. Untuk mencegah makanan dan lain-lain komoditi menjadi rusak.
3. Untuk mencegah gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisme yang
digunakan dalam industri, hasilnya tergantung pada kemurnian
penggunaan biakan murni.
4. Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai dalam
pengerjaan biakan murni di laboratorium (diagnosis, penelitian, industri),
sehingga pengamatan tentang pertumbuhan satu organisme pada
medium pembiakan khusus atau pada hewan percobaan
membingungkan karena adanya organisme lain yang tumbuh.
Sterilisasi biasanya dipergunakan untuk berbagai macam tujuan kegiatan,
contohnya seperti :
1. Sterilisasi produk pangan dalam kaleng, botol, dan kemasan lain.
2. Sterilisasi media cair dan nutrien untuk industry bioteknologi misalnya
obat-obatan dan enzim.
3. Sterilisasi bioreaktor dengan alat pengendali dan pemonitor.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi:
1. Sterilisasi secara mekanik ( filtrasi )
Yaitu sterilisasi yang dilakukan biasanya adalah untuk bahan-bahan
yang tidak tahan atau peka terhadap panas, misalnya larutan enzim, vitamin,
dan antibiotic. Sterilisasi mekanik ini dilakukan dengan cara penyaringan
menggunakan sesuatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau
0,45 mikron ) sehingga dapat menahan mikroorganisme pada saringan
tersebut. Cara kerja saringan seperti itu hampir selalu rumit. Mikroorganisme
sebagian tertahan oleh pori-pori saringan yang berukuran kecil sebagian
jerapan pada dinding pori selama melalui saringan tersebut. Pentingnya
adsorpsi ini terbukti dari mikroorganisme yang tertahan secara efektif
walaupun diameter rata-rata pori-porinya agak lebih besar daripada ukuran
rata-rata sel-sel yang tertinggal. Sterilisasi dengan penyaringan bergantung
pada satu pembatasan teoritis yang pokok. Karena virus mempunyai ukuran
lebih kecil daripada dimensi molekul protein yang besar, organisme itu tidak
perlu tertahan oleh saringan yang dapat menahan mikroorganisme seluler
dari yang terkecil sekalipun. Akibatnya, tidak pernah mungkin akan merasa
pasti bahwa cara penyaringan yang membuat sesuatu larutan bebas bakteri
akan juga bebas dari virus. Karena golongan virus mampu menembus filter /
saringan sterilisasi.
2. Sterilisasi secara kimiawi ( cara khemis )
Yaitu sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia. Biasanya
menggunakan senyawa disinfektan. Disinfektan adalah suatu bahan kimia
yang dpat membunuh sel-sel vegetative dari jasad renik. Prosesenya disebut
disinfeksi.
Zat-zat kimia yang bersifat disinfeksi :
1) Fenol dan derivatnya sebagai desinfektan maupun antiseptic
2) Alkohol, contoh : etanol 50-70 %
3) Halogen beserta gugusnya, contoh : iodin (menginfeksi kulit
sebelum pembedahan), hypoklorit (sanitasi alat-alat rumah
tangga)
4) Logam berat, contoh : merkurochrom,mertiolat (antiseptic ), perak
nitrat ( tetes mata pencegah penyakit mata pada bayi )
5) Detergen
6) Aldehid, contoh : formalin
7) Gas sterilisator, digunakan untuk bahan atau alat yang tidak dapat
disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada
proses ini material di sterilkan dengan gas etilen oksida pada
suhu kamar. Kelebihan gas tersebut adalah daya sterilisasi dan
penetrasinya besar. Namun, kekurangannya adalah bersifat toksik
dan mudah meledak.
3. Sterilisasi secara fisik ( Pemanasan dan Penyinaran )
Penyinaran ( Radiasi )
Beberapa sinar yang biasa digunakan dalam proses sterilisasi :
1. Sinar Ultra Violet ( UV )
Sinar ini mempunyai daya bakterisida yang tinggi sehingga
biasa digunakan untuk mensterilkan ruangan. Contoh : Kamar
bedah, Ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industry
farmasi, Ruang penanaman bakteri dalam media
2. Sinar Gama
Sinar ini mempunyai daya penetrasi yang lebih besar dari
sinar X digunakan untuk mensterilkan material tebal. Contoh :
Bungkusan alat-alat kedokteran, Paket makanan
3. Sinar Katoda
Sinar ini digunakan untuk menghapus hama pada suhu
kamar terhadap barang-barang yang telah dibungkus
Pemanasan
Cara pemanasan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pemanasan kering
Adalah merupakan sterilisasi panas kering yang dapat
diterapkan pada apa saja yang tidak mudah rusak, menyala,
hangus, dan menguap pada suhu sekitar 160 – 180 °C itu. Karena
pemanasan secara kering merupakan proses pemanasan yang
tidak menggunakan air. Bahan-bahan yang biasa disterilkan
dengan cara ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung
reaksi, Erlenmeyer, cawan petri dari kaca, botol sampel, juga
peralatan seperti jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak
tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, dan bahan-bahan
berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi
dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam
suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah
dikeluarkan dari oven, menurut literatur Utami Sri Hastuti (2008).
Sterilisasi kering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas
dilaboratorium, dimana digunakan oven dengan suhu 160 – 180 0C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis. Praktik
menggunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulsai udara
panas, diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas
kealat-alat gelas akan lebih efisien (Fardiaz, 1992). Sterilisaisi
kering dapat dilakukan dengan cara pembakaran dengan oven,
pemijaran, jilatan api, dan tanur uap panas. Pemijaran diterapkan
pada ose ujung-ujung pinset dan sudip logam. Jilatan api
diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca
objek, dan kaca penutup. Tanur uap panas digunakan dengan
suhu 160-1650C selama satu jam. Tanur uap panas diterapkan
terhadap alat-alat kering tebuat dari kaca seperti tabung reaksi,
punggan petri, labu, pipet, pinset, skalpel, gunting kapas hapus
tenggorok, alat suntik dari kaca, juga diterapkan pada bahan-
bahan kering dalam tempat-tempat tertutup, bahan serbuk, lemak
dan minyak.
b. Pemanasan basah
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan
menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC dengan
tekanan 1 atmosfer selama 15 menit. Pada tempat-tempat yang
lebih tingginya diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai
suhu 121 oC. Karena itu lebih baik mempertahankan keadaan
steril dengan cara mempertahankan suhu 121 oC selama 15
menit.
Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan
bahan apa saja yang dapat ditembus uap air dan tidak rusak bila
dipanaskan dengan suhu tinggi tersebut. Bahan-bahan yang biasa
disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum,
air suling, peralatan laboratorium, biakan yang akan dibuang,
medium tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Sterilisasi dengan menggunakan pemanasan basah, dapat
dengan beberapa cara perebusan, pemanasan dengan tekanan
ataupun uap air, tindalisasi dan pasteurisasi. Perebusan dapat
didalam air mendidih dengan suhu 1000C selama beberapa menit.
Pemanasan dengan tekanan dapat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf untuk membunuh bakteri yang paling
tahan panas. Spora yang paling tahan panas akan mati pada
suhu 1210C selama 15 menit. Tindalisasi dilakukan dengan cara
memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama
satu jam tiap hari utuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi
diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora
dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah
dibunuh pada pemansan berikutnya. Pasteurisasi biasanya
diakukan pada terhadap susu. Proses ini dapat mencegah
penyakit yang disebabkan oleh streptokoki grup A. Pasteurisasi
dilakukan pada suhu 650C selama 30 menit atau 720C selama 15
detik. Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan untuk
mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup. Uap mengalir
bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat yang
dapat menahan uap itu tanpa tertekan. Air mendidih dan uap
bebas tidak pernah mencapai suhu lebih dari 1000C (2120F). Uap
bebas ini digunakan untuk mensterilisasi dengan menggunakan
uap pada suhu 1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan
untuk beberapa menit berkali-kali (tiga sampai empat kali) dengan
selang waktu 24 jam.
Dan dalam praktikum kali ini yang praktikan lakukan untuk pelaksanaan
praktikum sterilisasi adalah menggunakan cara pemanasan basah dengan
menggunakan autoclaft atau sterilisasi uap dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan. Untuk persiapan pelaksanaan praktikum, semua peralatan laboratorium
yaitu tabung reaksi, Erlenmeyer, cawan Petridis yang akan dipergunakan terlebih
dahulu dicuci sampai bersih dan dikeringkan, kemudian disemprot dengan alcohol
70% dan keringkan. Kemudian untuk tabung reaksi dan erlenmeyer terlebih dahulu
disumbat dengan kapas sebelum di bungkus dengan kertas kraft atau kertas coklat.
Lalu peralatan laboratorium tersebut dibungkus dengan plastic untuk setiap jenis
peralatannya. Masukkan kedalam autoclaft yang telah terlebih dahulu diisi air, alat-
alat tersebut dengan suhu 121°C; 1 atm selama 30 menit. Setelah proses sterilisasi
dengan autoclaft tersebut selesai, keluarkan peralatan tersebut dari autoclaft setelah
menunggu turunnya tekanan menjadi 0 dan agak dingin. Lalu pisahkan antara
peralatan yang telah disterilisasi dengan peralatan yang belum disterilisasi.
BAB V
KESIMPULAN
1. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk membebaskan
setiap benda atau substansi dari kontaminasi apapun dengan cara
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu
benda, dengan tujuan untuk mendapatkan keadaan steril dari benda atau
substansi.
2. Prinsip-prinsip untuk melakukan sterilisasi ada 3 yaitu,
a. Sterilisasi mekanik, dengan cara penyaringan.
b. Sterilisasi fisik, dengan cara:
- Pemanasan, secara kering dengan menggunakan oven dan basah
dengan menggunakan autoclaft.
- Penyinaran, dapat dilakukan dengan menggunakan sinar UV, gama dan
katoda.
c. Sterilisasi kimiawi, dengan cara penambahan zat-zat kimia yang bersifat
desinfektan.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas,R.M.1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition.CRC Press:
Amerika.
Cappuccino JG, Sherman N. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. State
University of New York, Rocklagd Community Collage : New York.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Hastuti, Utami Sri. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Universitas Negeri
Malang : Malang.
Irianto, Koes.2002. Mikrobiologi Jilid 1. Yrama Widya : Bandung
Irianto, K. 2010. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid I. Yrama
Widya: Bandung.
Pelozar, Michael J,et al. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Terjemahan. UI
Press: Jakarta.
Singleton dan Sainsbury, 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons Inc. Sussex : England.
top related