82084706-referat-pda
DESCRIPTION
barang cantikTRANSCRIPT
![Page 1: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/1.jpg)
Duktus Arteriosus
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis
kiri langsung dengan aorta desendens. Pada janin, duktus arteriosus dapat tetap terbuka
karena produksi dari prostaglandin E2 (PGE2). Pada bayi baru lahir, prostaglandin yang
didapat dari ibu (prostaglandin maternal) kadarnya menurun sehingga duktus arteriosus
tertutup dan berubah menjadi jaringan parut dan menjadi ligamentum arteriosum yang
terdapat pada jantung normal.
Penutupan Duktus Arteriosus
Duktus arteriosus menutup secara fungsional pada 10-15 jam setelah lahir, jadi pirau ini
berlangsung relatif singkat. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3 minggu. Bila
terjadi hipoksia (akibat penyakit paru, asfiksia dan lain-lain) maka tekanan arteri
pulmonalis meningkat dan terjadi aliran pirau berbalik dari arteri pulmonalis ke aorta
melalui duktus arteriosus. Pemberian oksigen 100% akan menyebabkan kontriksi duktus.
Berbagai faktor diduga berperan dalam penutupan duktus :
Peningkatan tekanan oksigen arteri (PaO2) menyebabkan konstriksi dari otot polos dari
dinding pembuluh darah duktus arteriosus. Penutupan duktus arteriosus dimediasi oleh
bradikinin. Oksigen yang mencapai paru-paru pada waktu pernafasan pertama
merangsang pelepasan bradikinin. Bradikinin mempunyai efek kontraktil yang poten
terhadap otot polos. Aksi ini tergantung dari kadar oksigen yang tinggi dalam darah arteri
setelah terjadinya pernafasan pertama. Ketika PO2 dalam darah diatas 50 mmHg, dinding
duktus arteriosus akan mengalami konstriksi. Sebaliknya hipoksemia akan membuat
duktus melebar. Karena itulah DAP lebih banyak ditemukan pada keadaan dengan PaO2
yang rendah, termasuk bayi dengan sindrom gangguan pernapasan, prematuritas, dan bayi
yang lahir di dataran tinggi.
![Page 2: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/2.jpg)
Peningkatan kadar katekolamin (norepinefrin, epinefrin) berhubungan dengan konstriksi
duktus. Penurunan kadar prostaglandin berhubungan dengan penutupan duktus
sebaliknya pemberian prostaglandin eksogen menghalangi penutupan duktus. Sifat ini
digunakan dalam tata laksana pasien :
Pada bayi prematur dengan DAP pemberian inhibitor prostaglandin seperti
indometasin menyebabkan penutupan duktus, efek ini hanya tampak pada duktus
yang imatur, khususnya pada usia kurang dari 1 minggu, dan tidak pada bayi
cukup bulan.
Pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung sianotik yang bergantung pada
duktus (kehidupan bayi bergantung pada duktus), maka pemberian prostaglandin
akan menjamin duktus yang paten. Infus prostaglandin ini telah menjadi prosedur
standar di banyak pusat kardiologi karena sangat bermanfaat, namun harganya
sangat mahal.
Bila oksigenisasi darah arteri pascalahir tidak memadai, maka penutupan duktus
arteriosus tertunda atau tidak tejadi. Angka kejadian DAP pada anak yang lahir di dataran
tinggi, lebih besar daripada di dataran rendah. Pada beberapa jenis kelainan jantung
bawaan, bayi hanya dapat hidup apabila duktus arteriosus tetap terbuka. Termasuk di
dalam golongan lesi yang bergantung pada duktus ini (duct dependent lesions) adalah
atresia pulmonal, stenosis pulmonal berat, atresia aorta, koartaksio aorta berat atau
interrupted aortic arch, dan sebagian pasien transposisi arteri besar.
Duktus Arteriosus Persisten (DAP)
DAP adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini
merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. DAP ini sering dijumpai pada bayi
prematur, insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.
![Page 3: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/3.jpg)
Anatomi dan Hemodinamik
Sebagian besar kasus DAP menghubungkan aorta dengan pangkal arteri pulmonal kiri.
Bila arkus aorta di kanan, maka duktus terdapat di sebelah kiri, jarang duktus terletak di
kanan bermuara ke arteri pulmonalis kanan.
Pada bayi baru lahir, setelah beberapa kali pernapasan pertama, resistensi vaskular paru
menurun dengan tajam. Dengan ini maka duktus akan berfungsi sebaliknya, bila semula
mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke aorta, sekarang ia mengalirkan darah dari
aorta ke arteri pulmonalis. Dalam keadaan normal duktus mulai menutup, dan dalam
beberapa jam secara fungsional sudah tidak terdapat lagi arus darah dari aorta ke arteri
pulmonalis. Apabila duktus tetap terbuka, maka terjadi keseimbangan antara aorta dan
arteri pulmonalis, apabila resistensi vaskular paru terus menurun maka pirau dari aorta ke
arah arteri pulmonalis makin meningkat. Pada auskultasi pirau yang bermakna akan
memberikan bising sistolik setelah bayi berusia beberapa hari, sedang bising kontinu yang
khas biasanya terdengar setelah bayi berusia 2 minggu.
Dengan tetap terbukanya duktus, maka darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh
akan kembali memenuhi pembuluh paru-paru. Besar-kecilnya bukaan pada duktus
mempengaruhi jumlah darah yang mengalir balik ke paru-paru.
DAP umumnya ditemui pada bayi-bayi yang lahir prematur, juga pada bayi normal
dengan perbandingan 1 kasus dari 2500 - 5000 kelahiran setiap tahunnya.
DAP pada bayi aterm
Ketika seorang bayi aterm menderita PDA, dinding dari duktus arteriosus kekurangan
lapisan endotel dan lapisan muskular media.
DAP pada bayi preterm/prematur
DAP pada bayi prematur, seringnya mempunyai struktur duktus yang normal. Tetap
terbukanya duktus arteriosus terjadi karena hipoksia dan imaturitas.
![Page 4: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/4.jpg)
Bayi yang lahir prematu, makin muda usia kehamilan, makin besar pula presentase DAP
oleh karena duktus dipertahankan tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih
tinggi, karena memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu DAP pada bayi prematur
dianggap sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan structural patent ductus
arteriosus seperti pada bayi cukup bulan.
Pada bayi prematur dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat napas akibat
kekurangan surfaktan, yakni zat yang mempertahankan agar paru tidak kolaps), DAP
sering bermanifestasi setelah sindrom gawat napasnya membaik. Bayi yang semula
sesaknya sudah berkurang menjadi sesak kembali disertai takhipnoe dan takikardi.1
Etiologi
DAP dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah pengaruh lingkungan
pada waktu bayi dalam kandungan, pewarisan gen-gen yang mengalami perubahan atau
mutasi, dapat juga merupakan tanda dari suatu sindroma tertentu, atau juga karena
kombinasi berbagai faktor genetik dan faktor lingkungan yang bersifat multifaktorial.1,2
Faktor pengaruh lingkungan dapat meningkatkan resiko bayi terkena DAP, diantaranya
adalah pajanan terhadap rubella pada waktu di dalam kandungan, persalinan prematur,
dan lahir di dataran tinggi.
DAP dapat berupa suatu kondisi yang diturunkan dari keluarga dengan riwayat DAP atau
bisa berupa bagian dari sindroma tertentu. DAP juga bisa disebabkan karena adanya
mutasi gen spesifik yang menyebabkan cacat pada pembentukan jaringan elastik yang
membentuk dinding duktus arteriosus. Gen-gen yang menyebabkan DAP saat ini belum
dapat diidentifikasi, tetapi DAP diketahui dapat diturunkan secara autosomal dominan
atau autosomal resesif.
![Page 5: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/5.jpg)
Pada kebanyakan kasus, penyebab DAP bersifat multifaktorial karena kombinasi dari
faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor ini menyebabkan cacat pada proses
pembentukan jaringan elastik pada dinding duktus arteriosus.
Faktor Resiko
Prematuritas
BBLR/SGA
Pada waktu hamil trimester pertama, ibu terkena infeksi rubella/campak jerman
Tinggal pada dataran tinggi dan pada tekanan oksigen atmosfer yang rendah
Hipoksia
Patofisiologi
Oleh karena tekanan aorta yang lebih tinggi, maka ada pirau dari kiri ke kanan melalui
duktus arteriosus, yaitu dari aorta ke arteri pulmonal. Luasnya pirau tersebut tergantung
dari ukuran DAP dan rasio dari resistensi pembuluh darah paru-paru dan sistemik. Pada
kasus yang ekstrim, 70% darah yang dipompa ventrikel kiri akan mengalir melalui DAP
ke sirkulasi pulmonal.
Jika ukuran DAP kecil, tekanan antara arteri pulmonal, ventrikel kanan, dan atrium kanan
normal. Jika DAP besar, tekanan arteri pulmonal dapat meningkat baik pada waktu sistol
dan diastol. Pasien dengan DAP yang besar mempunyai resiko tinggi terjadinya berbagai
komplikasi. Tekanan nadi yang tinggi disebabkan karena lolosnya darah ke arteri
pulmonal ketika fase diastol.
Insidensi
Wanita lebih sering terkena 2-3 kali lebih banyak dari pria.
Lebih sering terjadi pada bayi kurang bulan, 20% pada bayi prematur lebih dari 32
minggu masa kehamilan, 60% pada bayi kurang dari 28 minggu masa kehamilan.
Manifestasi Klinik
![Page 6: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada neonatus neonatus normal, saat lahir masih disertai tahanan arteri pulmonalis yang
tinggi. Setelah 4-12 minggu terjadi penurunan tahanan arteri pulmonalis sampai menuju
nilai normal. Pada neonatus dengan PJB non sianotik, selama tahanan arteri pulmonalis
masih tinggi, defek jantung yang ada belum menimbulkan perubahan aliran darah dari
sistemik ke paru. Setelah 4-12 minggu postnatal, pada saat terjadi penurunan tahanan
arteri pulmonalis sampai menuju nilai normal, defek jantun yang dan akan menimbulkan
perubahan aliran darah yaitu yang seharusnya ke sistemik berubah menuju ke paru. Pada
saat inilah baru terjadi pirau kiri ke kanan disertai gejala klinis berupa mulai terdengarnya
bising sampai gagal jantung dengan gejala utama takipnea.
Semakin besar bukaan yang dialami pada DAP secara otomatis volume darah ke paru-
paru jadi meningkat. Pada bayi ataupun anak yang menderita DAP akan menampakkan
gejala seperti:
Tidak mau menyusu
Berat badannya tidak bertambah
Berkeringat secara berlebihan
Kesulitan dalam bernafas
Jantung yang berdenyut lebih cepat
Mudah kelelahan
Pertumbuhan terhambat
Gejala-gejala diatas menunjukkan telah terjadi gagal jantung kongestif. Sementara bila
bukaan pada DAP berukuran kecil resiko gagal jantung kongestif relatif tidak ada, hanya
perlu diperhatikan adanya resiko endokarditis. Endokarditis bisa berakibat fatal apabila
tidak diberikan tindak lanjut medis yang semestinya.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan tanda-tanda (Sign):
Takhipnoe
Takikardi
Banyak berkeringat
Sianosis
![Page 7: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/7.jpg)
Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler disebut “water hammer pulse”. Hal ini
terjadi akibat kebocoran darah dari aorta pada waktu sistol maupun diastol, sehingga
didapat tekanan nadi yang besar.
Pada pemeriksaan fisik jantung
Palpasi :
Thrill sistolik yang paling jelas teraba pada ICS II kiri yang dapat menyebar ke
sekitarnya
Dengan meningkatnya tekanan arteri pulmonal, bunyi jantung II mengeras
sehingga dapat teraba pada sela iga II tepi kiri sternum.
Auskultasi :
Bunyi jantung pertama sering normal, diikuti sistolik click.
Bunyi jantung kedua selalu keras, terkeras di sela iga II kiri.
Machinery murmur yang punctum maksimumnya pada ICS II linea sternalis kiri.
Bising pada waktu sistol bersifat kresendo dengan puncak pada bunyi jantung II
sedangkan bising pada fase diastol bersifat dekresendo, terbaik didengar pada
posisi berbaring, sifat, tempat, dan intensitas bising tidak dipengaruhi respirasi.
Pasien dengan pirau yang besar, dapat terdengar murmur mid-diastolik pada
presentasi katup mitral yang terdengar pada daerah apeks sebagai hasil dari
peningkatan volume aliran darah yang melewati katup mitral. 3,6
DAP kecil
Biasanya asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi normal. Jantung tidak
membesar. Kadang terasa getaran bising disela iga ke-2 sternum. Terdapat bising kontinu
(continous murmur, machinery murmur) yang khas untuk DAP di daerah subklavia kiri.1
Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas normal. Pemeriksaan ekokardiografi
tidak menunjukkan adanya pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.1
![Page 8: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/8.jpg)
DAP sedang
Gejala biasa timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien mengalami kesulitan
makan, sering menderita infeksi saluran nafas namun biasanya berat badan masih dalam
batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi masih dapat mengikuti permainan.1
Pada pemeriksaan fisik frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding anak normal. Bila
nadi radialis diraba dan bila diukur tekanan darahnya, akan dijumpai pulsus seler, tekanan
nadi lebih dari 40 mmHg. Teraba getaran bising didaerah sela iga 1-2 parasternal kiri dan
bising kontinu di sela iga 2-3 dari parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya.
Bising middiastolik di apeks sering dapat didengar akibat bertambahnya pengisian cepat
ventrikel kiri (stenosis mitral relatif).
Pada foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel kiri), vaskularisasi paru yang
meningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel
kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.
DAP besar
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien tidak nafsu makan
sehingga berat badan tidak bertambah. Tampak dispnoe dan takhipnoe dan banyak
berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba getaran bising sistolik dan pada
auskultasi terdengar bising kontinu atau bising sistolik. Bising middiastolik terdengar di
apex karena aliran darah berlebihan melalui katup mitral (stenosis mitral relatif). Bunyi
jantung ke-2 tunggal dan keras. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului
oleh infeksi saluran nafas bagian bawah. Semua penderita DAP besar yang tidak
dilakukan operasi biasanya menderita hipertensi pulmonal.
![Page 9: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/9.jpg)
Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri, di samping pembesaran
arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak hipertrofi biventrikular
dengan dominasi aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.
DAP besar dengan hipertensi pulmonal.
Pasien dengan DAP besar apabila tidak diobati akan berkembang menjadi hipertensi
pulmonal akibat penyakit vaskular paru, yakni suatu komplikasi yang ditakuti.
Komplikasi ini dapat terjadi pada usia kurang dari satu tahun, namun jauh lebih sering
terjadi pada tahun ke-2 atau ke-3. Komplikasi ini berkembang secara progresif sehingga
akhirnya irreversible, dan pada tahap tersebut operasi korektif tidak dapat dilakukan.
Diagnosis
Diagnosis kelainan jantung pada anak seringkali sukar ditegakkan, karena kelainan
anatomis ini banyak variabelnya, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Diagnosis awal sudah bisa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan fisik yang teliti,
elektrokardiografi dan analisa foto thorax. Sebagian besar kelainan jantung anak atau
paling tidak suatu diagnosis banding yang lebih mengarah sudah dapat ditegakkan hanya
dengan ketiga sistem klinis itu. Dan hanya sebagian kecil saja kelainan kongenital yang
lebih kompleks yang memerlukan pemeriksaan tambahan khusus berupa ekokardiografi
dan katerisasi.
DAP biasanya dipikirkan bila pada bayi atau anak teraba nadi yang kuat dan terdengar
bising kontinu. Hal ini harus dibedakan dengan penyakit jantung non sianotik lain yang
memberikan tanda yang sama termasuk AP-Window dan fistula artrio-vena. Pada bayi
yang sangat muda mungkin baru terdengar bising sistolik sehingga harus dibedakan
dengan pasien defek septum ventrikel. Umumnya echocardiografi diperlukan untuk
memastikan diagnosis. Kateterisasi jantung jarang diperlukan untuk diagnosis, dan hanya
dilakukan bila dikhawatirkan ada hipertensi pulmonal, atau direncanakan penutupan
![Page 10: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/10.jpg)
duktus dengan alat kateter khusus. Bila dilakukan, kateterisasi jantung pasien DAP tanpa
komplikasi akan menunjukkan hasil adanya peningkatan saturasi oksigen di arteri
pulmonalis akibat pirau dari aorta yang tekanannya tinggi ke arteri pulmonalis yang
tekanannya rendah.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosa antara lain :
Ekokardiografi : dapat mengukur besar duktus, dimensi atrium kiri dan ventrikel
kiri. Makin besar pirau, makin besar dimensi atrium kiri dan ventrikel
kiri.9Elektrokardiografi: pada DAP kecil dan sedang, EKG dapat normal atau
menunjukkan tanda hipertrofi ventrikel kiri (left ventricle hypertrophy = LVH),
sedangkan pada DAP besar dapat menunjukkan tanda LVH atau hipertrofi kedua
ventrikel kiri dan kanan (biventricular hypertrophy = BVH).
Rontgen foto thorax: pada DAP kecil, foto Rontgen toraks masih normal,
sedangkan pada DAP sedang sampai besar akan tampak kardiomegali,
pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta asendens, serta gambaran
peningkatan vaskular paru (plethora).
Penatalaksanaan
Ada beberapa metode pangobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk mengatasi
gangguan fungsi jantung pada DAP, dan sangat bergantung dari ukuran bukaan pada
duktus dan yang utama usia pasien. Tidak diperlukan pembatasan aktivitas jika tidak
terdapat hipertensi pulmonal.
Pada bayi prematur, duktus arteriosus sering menutup sendiri pada minggu pertama
setelah lahir. Pada bayi aterm, duktus arteriosus akan menutup dalam beberapa hari
pertama setelah lahir. Jika duktus tidak menutup dan menimbulkan masalah, obat-obatan
dan tindakan bedah dibutuhkan untuk menutup duktus arteriosus.
![Page 11: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/11.jpg)
Pengobatan medikamentosa dapat menggunakan antiinflamasi nonsteroid (AINS), seperti
ibuprofen atau indometasin, untuk membantu penutupan duktus arteriosus pada bayi
prematur sebelum usia 10 hari. AINS memblok prostaglandin yang mempertahankan
duktus arteriosus tetap terbuka. Pada bayi prematur dengan DAP dapat diupayakan terapi
farmakologis dengan memberikan indometasin intravena atau peroral dosis 0,2 mg/kgBB
dengan selang waktu 12 jam diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya efektif pada bayi
prematur dengan usia kurang dari satu minggu, yang dapat menutup duktus pada kurang
lebih 70% kasus, meski sebagian akan membuka kembali. Pada bayi prematur yang
berusia lebih dari satu minggu indometasin memberikan respon yang lebih rendah. Pada
bayi aterm terapi ini tidak efektif.
Bila usaha penutupan dengan medikamentosa ini gagal dan gagal jantung kongestif
menetap, bedah ligasi DAP perlu segera dilakukan. Bila tidak ada tanda-tanda gagal
jantung kongestif, bedah ligasi DAP dapat ditunda akan tetapi sebaiknya tidak melampaui
usia 1 tahun. Prinsipnya semua DAP yang ditemukan pada usia 12 minggu, harus
dilakukan intervensi tanpa menghiraukan besarnya aliran pirau.
Tindakan bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan bedah untuk mengikat atau
memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat menggunakan tindakan
dengan kateter.
Pada DAP dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan gagal jantung diberikan
terapi medikamentosa (digoksin, furosemid) yang bila berhasil akan menunda operasi 3-6
bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Tindakan bedah setelah dibuat
diagnosis, secepat-cepatnya dilakukan operasi pemotongan atau pengikatan duktus.
Pemotongan lebih diutamakan dari pada pengikatan yaitu untuk menghindari
![Page 12: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/12.jpg)
kemungkinan rekanalisasi kemudian. Pada duktus yang sangat pendek, pemotongan
biasanya tidak mungkin atau jika dilakukan akan mengandung resiko.
Indikasi operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:
DAP pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
DAP dengan keluhan. DAP dengan endokarditis infektif yang kebal terhadap terapi medikamentosa.
Hal yang perlu diperhatikan bagi penderita DAP yang usianya lebih dewasa, adalah
mengkonsultasikan kepada dokter ahli jantung yang merawat bila akan menjalankan
operasi minor lain (contoh: operasi amadel) ataupun perawatan gigi, untuk menghindari
kemungkinan resiko endokarditis.
Selain dengan medikamentosa dan intervensi bedah ada beberapa cara penatalaksanaan
DAP diantaranya dengan menggunakan alat untuk menutup DAP yaitu:
Amplatzer ductal occluder
Amplatzer duct occluder (ADO) merupakan alat yang saat ini secara luas digunakan
untuk menutup DAP dan sudah mendapat rekomendasi dari Food and Drugs
Administration (FDA) Amerika Serikat. ADO (AGA Medical Corporation, Golden
Valley, MN) terbuat dari anyaman kawat nitinol dengan diameter 0,0004-0,0005 inci,
berbentuk seperti jamur. ADO terdiri dari lempeng berbentuk cakram yang datar dan
badan utama yang berbentuk silinder serta di dalamnya terdapat lapisan dakron yang
terbuat dari polyester.
Gambar 2.9
![Page 13: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/13.jpg)
Gianturco coil
Terbuat dari stainlessteel dan mengandung dakron. Alat ini disimpan dalam casing. Jika
alat ini keluar dari casing, akan membentuk spiral yang terdiri dari 2 sampai 5 loop.
Gianturco coil, digunakan untuk menutup DAP kecil, yaitu ukurannya kurang dari 3 mm.
Untuk menutup DAP, kadang-kadang diperlukan lebih dari satu coil. Ada 2 ukuran coil
yang sering digunakan untuk menutup DAP adalah ukuran 5 cm X 8 mm (casing merah)
dan 5 cm X 5 mm (casing biru). Harga coil relatif murah. Kekurangannya adalah tidak
bisa dikontrol atau ditarik kembali setelah lepas dari casing dan mudah mengalami
embolisasi (terlepas ke dalam arteri pulmonalis atau aorta).
Gambar 3. Gianturco coil 9
Detachable coil
Coil ini terbuat dari bahan yang sama dengan Gianturco coil. Perbedaannya, pada
detachable coil, alat terhubung dengan tangkai pendorong dengan sistem mur. Alat ini
dapat dikontrol dan ditarik kembali sebelum dilepaskan dari tangkai pendorong.
![Page 14: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/14.jpg)
Gambar 4. Detachable coil 9
Nit-occluder
Terbuat dari stainlessteel, membentuk lingkaran kontinu dari besar ke kecil, seperti
bentuk obat anti-nyamuk bakar. Alat ini tidak megandung dakron. Nit-occluder dapat
digunakan untuk menutup DAP kecil-sedang (kurang dari 3,5 sampai 4 mm). Karena
tidak mengandung dakron, pembentukan trombus lebih lambat dibandingkan dengan
ADO dan Gianturco coil. Harga Nit-occluder lebih murah dari ADO.
Gambar 5. Nit-occluder
![Page 15: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/15.jpg)
Gambar 6. Tempat insisi pada pemasangan initial kateterpada Amplatzer Duct Occluder 9
Prognosis
Pasien dengan DAP kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada DAP yang besar umumnya berhasil dan tanpa
komplikasi sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup dengan normal.
Komplikasi
DAP yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala. DAP yang lebih besar yang tidak
diterapi dapat menyebabkan hipertensi pulmonal, infeksi paru berulang, aritmia atau
gagal jantung yang merupakan kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah
dengan efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh, pada DAP kondisi ini akan muncul
pada umur 1-3 bulan.5,6,10
DAP menyebabkan gagal jantung pada 15% bayi prematur dengan berat badan lahir
<1750 gram.
![Page 16: 82084706-Referat-PDA](https://reader033.vdocuments.site/reader033/viewer/2022061302/54e182584a7959d4418b4678/html5/thumbnails/16.jpg)
Seseorang yang mempunyai masalah struktural pada jantung, seperti DAP, mempunyai
resiko yang tinggi terkena endokarditis dibanding orang normal.
Sindrom Eisenmenger biasanya terjadi pada penderita dengan DAP besar yang tidak
mengalami penanganan pembedahan.