1 pengaruh aplikasi pupuk hayati dan pupuk …digilib.unila.ac.id/55768/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI DAN PUPUK PELENGKAPPADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BIT (Beta vulgaris L. var. Robra L.)
(Skripsi)
Oleh
TRI SALOKA DESTRIAWAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH APLIKASI PUPUK PELENGKAP DAN PUPUK HAYATITERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BIT (Beta vulgaris L. var. Robra L.)
Oleh
Tri Saloka Destriawan
Bit merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dengan banyak manfaat
bagi kesehatan manusia. Kandungan vitamin dan mineral yang ada di dalam umbi
bit antara lain seperti vitamin B, kalsium, fosfor, nutrisi, karbohidrat, asam folat,
betasianin, dan caumarin. Konsumsi bit dianjurkan untuk kepentingan kesehatan
karena terdapat kandungan asam folat yang berguna dalam regenerasi sel-sel yang
rusak. Sehingga dapat mencegah perkembangan sel-sel kanker dalam tubuh
manusia.
Melalui BPS dan Kementerian Pertanian tidak ada data produksi secara pasti
mengenai jumlah produksi umbi bit. Penggunaan lahan secara terus menerus
tanpa ada pengembalian bahan organik ke dalam tanah, penggunaan pestisida
kimia berlebih dan tanah yang tidak subur akan mengakibatkan produksi umbi bit
yang kurang baik dan sulit untuk produksi secara berkelanjutan, sehingga
diperlukan pemupukan bahan organik ke dalamnya untuk mengembalikan
kesuburan tanah.
Tri Saloka Destriawan
Penelitian ini dilaksanakan di Bogor pada bulan Juni 2017 sampai dengan
Agustus 2017 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk pelengkap (Plant
Catalyst) dan pupuk hayati (Bio Max Grow) terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman umbi bit. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial dengan faktor pertama aplikasi pupuk hayati dan faktor kedua
konsentrasi pupuk pelengkap. Faktor pertama terdiri atas 2 taraf yaitu A0= tanpa
pupuk hayati dan A1= konsentrasi pupuk hayati 1 ml/l. Faktor kedua terdiri atas 5
taraf yaitu B0= tanpa pupuk pelengkap, B1= 0,75 g/l, B2= 1,5 g/l, B3= 2,25 g/l,
B4= 3 g/l. Hasil yang diperoleh kemudian dianalsisis menggunakan uji Bartlet.
Data yang telah homogen diuji kembali dengan uji F. Jika hasil sidik ragam
menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji
Polinomial Ortogonal.
Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah pemberian pupuk hayati
konsentrasi 1 ml/l dan pupuk pelengkap sampai 3 g/l belum mampu meningkatkan
hasil produksi tanaman bit. Walaupun demikian, produksi umbi bit yang terlihat
melalui bobot umbi sudah lebih baik dibandingkan keterangan hasil produksi yang
terdapat dalam kemasan benih.
Kata Kunci : Bit, pupuk hayati dan pupuk pelengkap cair
PENGARUH APLIKASI PUPUK PELENGKAP DAN PUPUK HAYATI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BIT (Beta vulgaris L. var. Robra L.)
Oleh
TRI SALOKA DESTRIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Seputih Raman pada hari Jum’at tanggal 9 Desember 1994.
Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Sunarman dan Ibu Rini Suwarmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Rukti Harjo,
Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah tahun 2006. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP N 2 Kotagajah
pada tahun 2009, dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA
N 1 Kotagajah pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui seleksi ujian tulis
SBMPTN. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Saribhakti Bumi
Agri yang beralamatkan di Cicalengka, Bandung pada bulan Juli – Agustus, pada
bulan Januari-Maret 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
Selama masa kuliah penulis pernah mengikuti organisasi di internal dan eksternal
kampus. Penulis pernah mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum
Studi Islam (UKMF FOSI) pada tahun 2013-2014 penulis menjadi anggota Media
Center Fakultas dan Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Lampung Birrohmah.
Dengan mengucap rasa syukur
“Alhamdulillah””
Kupersembahkan karya sederhana ini
sebagai bakti, hormat, tanggung jawab,
dan terima kasihku
Kepada:
Ayahanda Sunarman dan Ibunda Rini Suwarmi
Kakak-kakakku
Andri Sulistyo Nurcahyono
Ambar Nuary Cahyono
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat, dorongan, kekeluargaan
serta do’a dalam
setiap langkah-langkah Penulis.
Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, hidayah, rezeki dan segala nikmat yang tak
terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan kali
ini dengan segenap rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Ir. Yohannes C. Ginting, M.P., selaku Pembimbing Utama, atas
bimbingan, ilmu, kesabaran, nasihat, dan motivasi yang diberikan kepada
penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Kedua, atas bimbingan,
ilmu, nasihat, kesabaran dan motivasi serta bantuan materil selama Penulis
menjalankan penelitian hingga selesai penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan
motivasi, arahan serta nasihat dalam penulisan skripsi ini.
6. Bpk Ir. Dad Resiworo J. Sembodo, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang
telah membimbing penulis selama masa kuliah.
7. Kedua orang tuaku Ibu Rini Suwarmi dan Bapak Sunarman yang telah
mencurahkan segala cinta, kasih sayang, perhatian, do’a yang tulus,
pengalaman hidup dan segalanya yang sangat berarti untuk penulis sepanjang
hidup penulis.
8. Kedua kakakku Andri Sulistyo Nurcahyono dan Ambar Nuary Cahyono yang
telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang, do’a yang tulus dan
pengorbanan material.
9. Teman-teman yang telah membantu penelitianku Tri Budi Santoso dan Gede
Adi Rinata.
10. Para sahabatku Tri Budi Santoso, Tegar Rafshodi Awang, Maya Puspita Sari,
Aanisah Agusnani Rizq, Dianti Ika Shafira, Gede Adi Rinata, dan yang
lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Aamin.
Bandar Lampung,
Penulis
Tri Saloka Destriawan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................... i
DAFTAR TABEL ........................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 3
1.4 Kerangka Pemikiran .......................................................... 4
1.5 Hipotesis ............................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Umum Tanaman Bit .......................................... 7
2.2 Pupuk Pelengkap ............................................................... 10
2.3 Pupuk Hayati ..................................................................... 11
2.4 Pupuk Kandang ................................................................. 13
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 14
3.2 Alat dan Bahan .................................................................. 14
3.3 Metode ............................................................................... 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 16
3.4.1 Bahan Tanam ............................................................ 16
3.4.2 Persiapan Lahan ................................................................. 16
3.4.3 Aplikasi Perlakuan Pupuk Hayati dan Pupuk
Pelengkap .................................................................. 17
3.4.4 Pemeliharaan ............................................................ 17
3.5 Variabel Pengamatan ......................................................... 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ................................................................................... 21
4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Daun ............................. 21
4.2.1 Jumlah Daun, Lebar Daun dan Bobot Daun ............. 22
4.2.2 Panjang Tangkai ........................................................ 23
4.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Umbi ............................. 24
4.3.1 Panjang Umbi ............................................................ 25
4.3.2 Bobot Umbi, Bobot Tanaman, Volume Umbi dan
Diameter Umbi .......................................................... 28
4.3.3 Hasil Perpetak ............................................................ 29
4.4 Pembahasan ........................................................................ 30
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................ 36
5.2 Saran ...................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 37
LAMPIRAN ........................................................................................ 41
Tabel 15-66 .......................................................................................... 42-72
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengaruh Aplikasi Pupuk Pelengkap pada PanjangTangkai .................................................................................... 24
2. Pengaruh Interaksi Aplikasi Pupuk Pelengkap dan PupukHayati pada Panjang Umbi ................................................ 26
3. Pengaruh Aplikasi Pupuk Pelengkap Pada Panjang Umbi ........ 27
4. Pengaruh Aplikasi Pupuk Pelengkap pada Panjang Umbihingga Dosis 2,25 g/l ............................................................ 27
5. Tanaman Bit ...................................................................... 73
6. Umbi Bit Sampel dalam Pengamatan .................................. 73
7. Perbandingan Umbi yang Dihasilkan dari yang Terkecilhingga yang Terbesar ......................................................... 74
8. Pengukuran Bobot Umbi ....................................................... 74
9. Pengukuran Diameter Umbi ................................................ 75
10. Pengukuran Panjang Umbi ................................................ 75
11. Pengukuran Volume Umbi ................................................ 76
12. Pengukuran Lebar Daun ....................................................... 76
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Komposisi Gizi Bit ................................................ 9
2. Kandungan Kimia Plant Catalyst .................................... 11
3. Perlakuan ........................................................................ 15
4. Hasil Penelitian ........................................................................ 21
5. Pengaruh pupuk hayati, pupuk pelengkap dan interaksinyapada jumlah daun, lebar daun, bobot daun dan panjangtangkai .................................................................................... 22
6. Nilai Rata-rata Jumlah Daun yang dihasilkan ........................ 22
7. Nilai Rata-rata Lebar Daun yang dihasilkan ........................ 23
8. Nilai Rata-rata Bobot Daun yang dihasilkan ........................ 23
9. Pengaruh pupuk hayati, pupuk pelengkap dan interaksinyapada panjang umbi,bobot umbi, volume umbi, diameterumbi, hasil perpetak dan bobot basah .................................... 25
10. Nilai Rata-rata Bobot Umbi yang Dihasilkan ........................ 28
11. Nilai Rata-rata Bobot Tanaman yang Dihasilkan ................... 28
12. Nilai Rata-rata Volume Umbi yang Dihasilkan .................... 29
13. Nilai Rata-rata Diameter Umbi yang Dihasilkan .................... 29
14. Nilai Rata-rata Hasil per Petak yang Dihasilkan ................... 30
15. Pengamatan Jumlah Daun Umbi Bit .................................... 42
16. Uji Bartlett Jumlah Daun Umbi Bit .................................... 42
17. Nilai X Jumlah Daun Umbi Bit ................................................ 43
18. Analisis Ragam Jumlah Daun Umbi Bit .............................. 43
19. Uji Polinomial Orthogonal Jumlah Daun ........................ 44
20. Pengamatan Lebar Daun Umbi Bit .................................... 45
21. Uji Bartlett Lebar Daun Umbi Bit .................................... 45
22. Nilai X Lebar Daun Umbi Bit .................................... 46
23. Analisis Ragam Lebar Daun Umbi Bit .................................... 46
24. Uji Polinomial Orthogonal Lebar Daun .................................... 47
25. Pengamatan Bobot Daun Umbi Bit .................................... 48
26. Uji Bartlett Bobot Daun Umbi Bit .................................... 48
27. Nilai X Bobot Daun Umbi Bit ................................................ 49
28. Analisis Ragam Bobot Daun Umbi Bit .................................... 49
29. Uji Polinomial Orthogonal Bobot Daun .................................... 50
30. Pengamatan Panjang Tangkai Daun Umbi Bit ........................ 51
31. Uji Bartlett Panjang Tangkai Daun Umbi Bit ............ 51
32. Nilai X Panjang Tangkai Daun Umbi Bit ........................ 52
33. Analisis Ragam Panjang Tangkai Daun Umbi Bit ............ 52
34. Uji Polinomial Orthogonal Panjang Tangkai Daun ............ 53
35. Pengamatan Panjang Umbi Bit ................................................ 54
36. Uji Bartlett Panjang Umbi Bit ................................................ 54
37. Nilai X Panjang Umbi Bit ................................................ 55
38. Analisis Ragam Panjang Umbi Bit .................................... 55
39. Selisih Rata-rata Panjang Umbi yang Dihasilkan ............ 55
40. Uji Polinomial Orthogonal Panjang Umbi Bit ........................ 56
41. Pengamatan Bobot Umbi Bit .................................... 57
42. Uji Bartlett Bobot Umbi Bit ................................................ 57
43. Nilai X Bobot Umbi Bit ............................................................ 58
44. Analisis Ragam Bobot Umbi Bit ................................................ 58
45. Uji Polinomial Orthogonal Bobot Umbi Bit ........................ 59
46. Pengamatan Bobot Tanaman Bit ................................................ 60
47. Uji Bartlett Bobot Tanaman Bit ................................................ 60
48. Nilai X Bobot Tanaman Bit .......................................... 61
49. Analisis Ragam Bobot Tanaman Bit ............................... 61
50. Uji Polinomial Orthogonal Bobot Tanaman Bit ................... 62
51. Pengamatan Volume Umbi Bit ........................................... 63
52. Uji Bartlett Volume Umbi Bit ........................................... 63
53. Nilai X VolumeUmbi Bit ................................................ 64
54. Analisis Ragam Volume Umbi Bit .................................... 64
55. Uji Polinomial Orthogonal Volume Umbi Bit ........................ 65
56. Pengamatan Diameter Umbi Bit ................................................ 66
57. Uji Bartlett Diameter Umbi Bit ................................................ 66
58. Nilai X Diameter Umbi Bit ................................................ 67
59. Analisis Ragam Diameter Umbi Bit ................................. 67
60. Uji Polinomial Orthogonal Diameter Umbi Bit ..................... 68
61. Pengamatan Hasil Perpetak ................................................ 69
62. Uji Bartlett Hasil Perpetak ................................................ 69
63. Nilai X Hasil Perpetak ............................................................ 70
64. Analisis Ragam Hasil Perpetak ................................................ 70
65. Uji Polinomial Orthogonal Hasil Perpetak ........................ 71
66. Hasil analisis tanah ............................................................ 72
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bit (Beta vulgaris L.) merupakan produk tanaman hortikultura berupa umbi
dengan banyak manfaat bagi kesehatan hidup manusia. Kandungan vitamin dan
mineral yang ada di dalam umbi bit antara lain seperti vitamin B, kalsium, fosfor,
nutrisi, karbohidrat, asam folat, betasianin, dan caumarin. Konsumsi bit
dianjurkan untuk kepentingan kesehatan karena terdapat kandungan asam folat
yang berguna dalam regenerasi sel-sel yang rusak. Sehingga dapat mencegah
perkembangan sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tidak ada data produksi
secara pasti baik di BPS maupun di Kementerian Pertanian mengenai produksi bit.
Tanaman bit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian ±900 mdpl (Sunarjono,
2004).
Sebagai bahan pangan dengan banyak manfaat maka bit layak untuk diproduksi
secara masal dan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Selain tingkat produksi yang
masih sedikit, penggunaan sistem budidaya yang bergantung kepada bahan kimia
anorganik tidaklah menunjang hasil produksi yang sehat dan ramah lingkungan.
Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia merupakan ciri dari pertanian
modern. Pupuk anorganik memiliki kandungan yang dapat diserap langsung oleh
tanaman. Namun, pupuk anoganik yang digunakan secara terus-menerus dapat
2
menurunkan kesuburan tanah. Hal ini dapat menyebabkan organisme tanah yang
bermanfaat akan terputus siklus hidupnya karena tidak adanya bahan-bahan
organik yang ditambahkan. Bahan organik merupakan sumber makanan bagi
organisme tanah. Sehingga saat bahan organik tidak ditambahkan dan organisme
tanah tidak dapat mempertahankan siklus hidupnya maka lambat laun tanah akan
rusak dan mengeras.
Menurut Wijaya (2011), terdapat beberapa kendala teknis yang dapat
mengakibatkan rendahnya produksi tanaman antara lain pengolahan tanah yang
kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang rendah
produksinya, mutu benih yang rendah dan pengelolaan budidaya yang kurang
baik. Keberadaan mikroorganisme pengurai di dalam tanah mempengaruhi
tingkat kesuburan di dalam tanah. Semakin banyak mikroorganisme di dalam
tanah maka zat-zat sisa dari makhluk hidup akan semakin cepat terurai.
Terurainya zat sisa tersebut akan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman.
Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari zat sisa makhluk hidup yang
dapat terdekomposisi. Bahan organik digunakan sebagai pemupukan dasar dalam
budidaya tanaman. Hal ini dikarenakan bahan organik berfungsi meningkatkan
kesuburan kimia, fisik dan biologi tanah (Hartatik, 2005).
Sementara itu unsur hara dari luar harus tetap ditambahkan untuk meningkatkan
ketersediaan hara untuk menunjang pertumbuhan tanaman dan pertanian yang
berkelanjutan. Semakin lengkap dan dengan jumlah yang cukup maka
pertumbuhan tanaman akan semakin baik. Sebaliknya, apabila sedikit unsur hara
3
yang tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Karena itu
penambahan unsur hara maupun mikroorganisme pengurai juga merupakan hal
yang perlu diperhatikan untuk peningkatan produksi (Andriawan, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian yang berkaitan dengan
pengaruh penggunaan pupuk pelengkap (Plant Catalyst) dan pupuk hayati (Bio
Max Grow) terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman bit.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh dari peningkatan dosis pupuk pelengkap (Plant
catalyst) pada pertumbuhan dan produksi tanaman bit?
2. Apakah terdapat pengaruh dari pemberian pupuk hayati pada pertumbuhan
dan produksi tanaman bit?
3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pemberian pupuk pelengkap (Plant
catalyst) dan pupuk hayati pada pertumbuhan dan produksi tanaman bit?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh peningkatan pemberian dosis pupuk pelengkap pada
produksi umbi bit.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap produksi umbi bit.
4
3. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk pelengkap dan pupuk hayati pada
produksi umbi bit.
1.4 Kerangka Pemikiran
Akar merupakan organ penting bagi tanaman, terdapat di bagian bawah tanaman
dan biasanya berkembang di bawah permukaan tanah. Akar berfungsi untuk
memperkokoh tanaman, menyerap air, menyerap unsur hara dan lain-lain. Akar
sangatlah berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Umbi bit merupakan hasil
perubahan bentuk dari akar tunggang dan diujung umbinya masih terdapat akar
(Prawirohartono, 1991).
Menurut Fahn (1991) perkembangan akar dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan akar antara
lain adalah permeabilitas tanah, ketersediaan air tanah, ketersediaan unsur hara
dan aerasi tanah. Lingkungan yang baik diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan umbi bit yaitu media tanam yang gembur. Sistem pertanian
berkelanjutan menghendaki adanya suatu kemampuan lahan untuk dapat
berproduksi dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu bahan organik
diperlukan guna memperbaiki media tanam atau tanah. Bahan organik dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Selain itu, di dalam bahan
organik terdapat kandungan unsur hara lengkap yang diperlukan oleh tanaman.
Bahan organik yang digunakan yaitu pupuk kandang sapi yang telah matang
sebagai pupuk dasar. Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan
tanah yang kemudian ditambahkan pupuk hayati dengan merk dagang Bio Max
5
Grow. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian yaitu sebesar 1 ml/l.
Konsentrasi tersebut digunakan untuk mengetahui efektivitas dan keaktifan pupuk
hayati serta responnya terhadap tanaman bit. Pemupukan yang diberikan
mempengaruhi banyaknya unsur hara yang didapat oleh tanaman (Hartatik, 2005).
Pemupukan yang dilakukan untuk menambah unsur hara dapat berupa pupuk
tunggal maupun pupuk majemuk. Pupuk pelengkap (Plant Catalyst) memiliki
kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap untuk tanaman. Selain itu
pupuk pelengkap (Plant Catalyst) bersifat alkalis yang akan membuat membuat
pH tanah atau media tanam menjadi normal atau mendekati pH 7. Tanaman bit
merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada pH 6-7.
Hasil penelitian Kartana (2016) menunjukkan bahwa pemberian plant catalyst
dapat meningkatkan hasil tanaman bawang kucai yang ditandai dengan
meningkatnya berat tanaman dan jumlah umbi.
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman yang di dalamnya terdapat tidak hanya
unsur hara tetapi juga mikroorganisme. Mikroorganisme di dalam tanah memiliki
peran yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Peran mikroorganisme antara lain adalah menguraikan bahan organik sehingga
dapat menghasilkan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Pupuk hayati
(BMG) yang diberikan memiliki kandungan mikroorganisme seperti Azotobacter
sp. dan Azospirillum sp. yang berperan dalam mengikat nitrogen dari udara serta
mikroorganisme lain yang dapat mengubah unsur hara dari yang tidak tersedia
menjadi tersedia bagi tanaman.
6
Berdasarkan uraian tersebut maka penggunaan pupuk hayati yang dikombinasikan
dengan aplikasi pupuk pelengkap diharapkan mampu meningkatkan produksi
tanaman bit dan mampu memperbaiki kesuburan tanah. Oleh sebab itu perlunya
dilakukan sebuah penelitian guna mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati
yang dikombinasikan dengan pupuk pelengkap.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh pemberian pupuk pelengkap (Plant Catalyst) pada
pertumbuhan dan produksi tanaman bit.
2. Terdapat pengaruh pemberian pupuk hayati pada pertumbuhan dan produksi
tanaman bit.
3. Terdapat interaksi pemberian pupuk pelengkap (Plant Catalyst) dan pupuk
hayati pada pertumbuhan dan produksi tanaman bit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Umum Tanaman Bit
Tanaman bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman semusim berbentuk rumput.
Batang yang dimiliki tanaman bit sangat pendek sehingga hampir tidak kelihatan.
Daun bit berbentuk segitiga. Kultivar daun dapat memiliki tepi daun yang
bergelombang atau lurus, serta permukaan yang rata atau keriting. Tangkai daun
bit ramping dan panjangnya beragam. Sistem perakaran bit sangat efisien dan
menyebabkan tanaman agak toleran terhadap kekeringan (Rubatzky, 1998).
Menurut Sunarjono (2004), terdapat 2 varietas bit yang dikenal yaitu;
1. Bit putih (Beta vulgaris L. var. cicla L.), varietas yang umbinya berwarna
putih.
2. Bit merah (Beta vulgaris L. var. robra L.), varietas yang umbinya berwarna
merah tua.
Umbi bit adalah salah satu bahan pangan yang berwarna merah keunguan. Pigmen
yang memengaruhi warna merah keungunan pada bit adalah pigmen betalain yang
merupakan kombinasi dari pigmen ungu betacyanin dan pigmen kuning
betaxanthin. Kandungan pigmen pada bit diyakini sangat bermanfaat mencegah
penyakit kanker, terutama kanker kolon. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan
8
membuktikan bahwa bit berpotensi sebagai penghambat mutasi sel pada penderita
kanker (Astawan, 2008).
Tanaman bit dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian di atas
1000 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimum 15-250C. Bit juga dapat
tumbuh di dataran rendah seperti halnya bit putih yang dapat ditanam pada
ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Walaupun dapat ditanam di dataran
rendah namun umbi tidak dapat terbentuk secara optimal. Syarat yang diperlukan
agar tanaman bit dapat tumbuh dengan baik adalah media tanam yang subur,
gembur dan lembab. Selain itu tanah liat yang berlumpur dengan pH tanah
berkisar antara 6-7 juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bit (Sunarjono, 2004).
Klasifikasi tanaman bit adalah seperti berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Chenopodiaceae
Genus : Beta
Spesies : Beta vulgaris L.
Sumber: (Splittstoesser dalam Sunarjono, 2004)
Menurut Boetel (2005), hama yang biasa ditemukan pada tanaman bit adalah larva
Pegomya betae Curtis yang menyerang dengan menghisap jaringan daun tanaman.
9
Sementara penyakit yang biasa dijumpai antara lain adalah bercak daun dan juga
black spot atau bercak hitam.
Bit merupakan sumber bahan pangan yang kaya akan serat, vitamin dan mineral
yang berpotensi sebagai antioksidan guna mencegah adanya infeksi. Bit juga
berguna dalam pencegahan penyakit kanker, terutama kanker usus besar.
Menurut Kelly (2005) bit sangat baik untuk membersihkan darah dan membakar
lemak. Sehingga baik untuk orang-orang yang kecanduan obat, penyakit hati,
premenopause dan kanker. Sementara menurut Astawan (2008), beberapa
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan dalam buah bit
bermanfaat dalam pembersihan darah, melegakan pernafasan, memaksimalkan
perkembangan otak bayi, mengatasi anemia dan anti kanker. Menurut
Wirakusumah (1995), bit melindungi organ-organ tubuh seperti memperkuat
fungsi ginjal, kantung empedu dan hati.
Tabel 1. Kandungan komposisi gizi bit
Substansi Kandungan
Energi (kal)Protein (g)Lemak (g)Karbohidrat (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Serat (g)Besi (mg)Vitamin A (mg)Vitamin B (mg)Vitamin C (mg)
421,60,19,627432,51,020
0,0243
Sumber Daftar komposisi bahan makanan Depkes RI dalam Wirakusumah, 1995.
10
2.2 Pupuk Pelengkap
Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
memberikan hasil yang maksimal. Berdasarkan kandungannya pupuk dibedakan
menjadi pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro merupakan pupuk yang di
dalamnya terkandung unsur hara makro, yakni unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman dalam jumlah yang relatif tinggi. Unsur hara yang tergolong ke dalam
unsur hara makro antara lain adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O).
Pupuk mikro merupakan pupuk yang di dalamnya terkandung unsur hara mikro,
yakni unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang relatif rendah.
Unsur hara yang tergolong ke dalam unsur hara mikro antara lain adalah besi (Fe),
mangan (Mn), cuprum (Cu), seng (Zn), molybdenum (Mo), boron (B) dan klorin
(Cl). Pemberian pupuk dapat mengantisipasi kekurangan unsur hara yang
terdapat di dalam tanah (Lingga, 2007).
Pupuk pelengkap atau lebih biasa dikenal pupuk lengkap ialah pupuk yang
memiliki kandungan hara makro dan mikro. Pupuk pelengkap yang digunakan
dalam peneltian ini adalah Plant Catalyst. Plant Catalyst merupakan pupuk yang
memiliki kandungan hara lengkap meliputi unsur hara makro (C, H, O, N, P, K,
Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, B, Cu, Zn, Mo, Cl).
11
Tabel 2. Kandungan Kimia Plant Catalyst.
Nama KandunganNitrogen 0,23 %P2O5 12,70 %Kalium 0,88 %Kalsium < 0,05 ppmMagnesium 25,92 ppmSulfur 0,02 %Ferum 36,45 ppmMangan 2,37 ppmChlor 0,11 %Copper < 0,03ppmZinc 11,15 ppmBoron 0,25 %Molybdenum 35,37 ppmCarbon 6,47 %Kobalt 9,59 ppmNatrium 27,42 %Alumunium <0,4 ppmm
Sumber : PT. Citra Nusa Insan Cemerlang, 2001.
2.3 Pupuk Hayati
Penelitian ini menggunakan pupuk hayati Bio Max Grow (BMG). Pupuk hayati
BMG ini memiliki beberapa kandungan seperti bakteri Azospirillum sp.,
Azotobacter sp., Lactobacillus sp., Pseudomonas sp., mikroba pelarut fosfat,
mikroba selulotik, hormon Indole Acetic Acid (IAA), enzim alkaline fosfatase,
enzim acid fosfatase (PT. Unggul Niaga Selaras. 2015). Menurut Duryatmo
(2009) dalam Haryoto (2009), mikroba Azotobacter sp dan Azospirillum sp.
mampu menambatkan nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang
dapat diserap oleh tanaman.
Berdasarkan penelitian Wibowo (2013) bahwa pemberian pupuk hayati Bio Max
Grow memiliki pengaruh pada pertumbuhan serta produksi tanaman cabai. Pupuk
12
hayati yang diberikan dengan konsentrasi 8 ml/tanaman mampu menghasilkan
produksi mencapai 1,3 kg/tanaman. Artinya mampu meningkatkan potensi
produksi 30 % dari potensi yang hanya 1 kg/tanaman. Sementara hasil penelitian
Wahyudi (2018) menunjukkan bahwa pupuk hayati Bio Max Grow mampu
meningkatkan produksi mentimun sebesar 21%.
Pupuk hayati Bio Max Grow (BMG) memiliki kandungan mikroorganisme yang
memiliki perannya masing-masing. Azotobacter merupakan bakteri yang mampu
menambat nitrogen (N2) dari udara dan mengubahnya menjadi amonia (NH3).
Bakteri azotobacter yang diaplikasikan pada tanah pertanian akan membuat tanah
menjadi subur karena bakteri tersebut akan semakin banyak di tanah, kemudian
memfiksasi nitrogen dan pada akhirnya menaikkan biomassa tanaman (Hindersah,
2004). Peranan bakteri Azospirillum dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu melalui fiksasi nitrogen, produksi nitrit (NO2-) dan peningkatan penyerapan
mineral oleh tanaman (Hindersah, 2004). Lactobacillus sp. berperan dalam
produksi asam laktat yang berguna dalam penguraian bahan organik secara cepat
(Lubis, 2017). Menurut Supriadi (2006), Pseudomonas sp. memiliki kemampuan
melindungi akar dari patogen, menghasilkan senyawa kimia antijamur dan
antibiotik serta menghasilkan hormon IAA untuk merangsang pertumbuhan
tanaman.
13
2.4 Pupuk Kandang
Pemupukan merupakan kegiatan yang penting untuk meningkatkan hasil
produksi. Penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan hasil produksi, namun
memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Penggunaan bahan kimia dapat
mengganggu tumbuh kembangnya mikroorganisme tanah karena kurangnya
pasokan bahan organik, sehingga tanah akan menjadi keras dan miskin unsur hara.
Jika tanah sebagai tempat tumbuh tanaman tidak lagi subur maka akan sulit untuk
mempertahankan produksi tanaman yang berkelanjutan. Hakim (1986)
menyatakan bahwa pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga
menjadi gembur dan aerasi lebih baik yang memungkinkan akar tanaman untuk
mudah menembusnya.
Pupuk merupakan semua bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Sukmawati, 2012). Pupuk
kandang berasal dari pembusukan kotoran hewan, baik dalam bentuk padat
ataupun cair, sehingga warna, bentuk, tekstur, bau dan kadar airnya tidak lagi
sama seperti aslinya (Hartatik, 2005). Pupuk kandang biasanya memiliki
kandungan unsur hara yang berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan
jenis hewan, asupan makanan, kondisi pemeliharaan, serta lama atau barunya
kotoran ternak tersebut dalam penyimpanan. Hartatik (2005) menjelaskan bahwa
pupuk kandang sapi memiliki kandungan unsur hara yang penting bagi tanaman
seperti bahan organik 16%, 0,3% N, 0,2% P2O5, 0,15 K2O, 0,2% CaO, C/N rasio
25% dan kadar air 80%.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan CV. Citra Sehat Organik di Kp. Lemah
Nendeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017 sampai
dengan Agustus 2017.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, sabit, jangka
sorong, gelas ukur, papan nama, meteran, gembor, timbangan, kamera, alat tulis
dan alat lain yang mendukung penelitian ini.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih bit, pupuk
kandang sapi, pupuk pelengkap (plant catalyst) dan pupuk hayati (Bio Max
Grow).
3.3 Metode
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan
faktor pertama yaitu pemberian pupuk hayati dan faktor kedua yaitu konsentrasi
pemberian pupuk pelengkap. Faktor pertama yang merupakan pemberian pupuk
15
BMG terdiri dari 2 (dua) taraf, yaitu A0 = 0 ml/l dan A1 = 1 ml/l. Faktor kedua
berupa peningkatan konsentrasi pupuk pelengkap Plant Catalyst, yaitu B0 = 0 g/l
B1 = 0,75 g/l, B2 = 1,5 g/l, B3 = 2,25 g/l dan B4 = 3 g/l. Seluruh perlakuan
diulang sebanyak 3 kali. Sehingga jumlah satuan percobaan menjadi 30 petak.
Setiap petak memiliki ukuran 1 m2 dengan jarak tanam antar tanaman 25 cm.
Jumlah tanaman tiap petak adalah 16 tanaman, sehingga populasi tanaman bit
keseluruhan berjumlah 480 tanaman.
Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran akan dianalisis
menggunakan uji Bartlet. Kemudian, data yang telah homogen diuji dengan uji F.
Jika hasil sidik ragam nyata maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
uji Polinomial Orthogonal pada taraf 5%.
Tabel 3. Tabel perlakuan
PupukPelengkap
Pupukhayati BMG
B0(0 g/l)
B1(0,75 g/l)
B2(1,5 g/l)
B3(2,25 g/l)
B4(3 g/l)
A0 (0 ml/l) A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 A0B4
A1 (1 ml/l) A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4
Keterangan perlakuan:
A0B0 : Pupuk hayati 0 ml/l, pupuk pelengkap 0 g/l.A0B1 : Pupuk hayati 0 ml/l, pupuk pelengkap 0,75 g/l.A0B2 : Pupuk hayati 0 ml/l, pupuk pelengkap 1,5 g/lA0B3 : Pupuk hayati 0 ml/l, pupuk pelengkap 2,25 g/lA0B4 : Pupuk hayati 0 ml/l, pupuk pelengkap 3 g/lA1B0 : Pupuk hayati 1 ml/l, pupuk pelengkap 0 g/l.A1B1 : Pupuk hayati 1 ml/l, pupuk pelengkap 0,75 g/l.A1B2 : Pupuk hayati 1 ml/l, pupuk pelengkap 1,5 g/lA1B3 : Pupuk hayati 1 ml/l, pupuk pelengkap 2,25 g/lA1B4 : Pupuk hayati 1 ml/l, pupuk pelengkap 3 g/l
16
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Bahan Tanam
Bahan tanam yang akan digunakan berupa bibit yang telah disemai pada tray
semai selama 2 minggu. Tanaman akan ditanam pada lahan penelitian yang telah
disiapkan sebelumnya. Bibit ditanam dengan jumlah 1 bibit tanaman per lubang.
Apabila pada 1 minggu ke depan terdapat tanaman yang tidak tumbuh maka
dilakukan penyulaman.
3.4.2 Persiapan Lahan
Areal tanam yang akan digunakan adalah suatu hamparan tanah yang terlebih
dahulu dilakukan pengolahan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang sapi
yang telah matang dengan dosis 30 ton per hektar . Satuan percobaan yang diolah
memiliki ukuran 1m x 1m dengan jumlah seluruh petakan 30 buah petak. Setelah
itu dibuatlah lubang tanam dengan jarak tanam 25x25 cm dan jarak tanaman ke
tepi bedengan sebesar 12,5 cm.
17
3.4.3 Aplikasi Perlakuan Pupuk Hayati Dan Pupuk Pelengkap
Pupuk Hayati BMG yang diberikan menggunakan konsentrasi 1 ml/l. Setiap
tanaman mendapatkan konsentrasi pupuk hayati 0,06 ml. Pemberian pupuk hayati
dibagi menjadi 2 kali aplikasi. Aplikasi pertama pupuk hayati BMG dilakukan 1
hari sebelum tanam sementara aplikasi kedua dilakukan 3 minggu setelah
penanaman. Pengaplikasian pupuk pelengkap plant catalyst dilakukan 2 minggu
setelah tanam dan 4 minggu setelah tanam. Metode pemberian pupuk hayati
BMG dan pupuk pelengkap yaitu dengan menyiramkan larutan pupuk dengan
volume 240 ml.
3.4.4 Pemeliharaan
3.4.4.1 Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kelembaban tanah. Kondisi tanah
yang kering akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan umbi, namun
tanah yang terlalu basah dapat menyebabkan umbi menjadi busuk dan menjadi
tempat tumbuhnya jamur. Pada saat ada hujan maka tidak dilakukan penyiraman.
Sementara pada saat tidak ada hujan penyiraman bisa dilakukan dua hari sekali.
3.4.4.2 Pengendalian gulma
Pengendalian dilakukan secara mekanis, yaitu dengan mencabut gulma yang ada
di areal pertanaman secara manual.
18
3.4.4.3 Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang biasa ditemukan pada tanaman bit biasanya berupa leafminer (Boetel,
2005). Pengamatan diperlukan guna mengetahui tingkat keterjadian dan
keparahan serangan organisme pengganggu tanaman. Apabila ditemukan
organisme pengganggu tanaman maka dilakukan pengendalian secara manual.
3.4.4.4 Panen
Tanaman bit dapat dipanen pada usia 6 minggu setelah tanam. Pemanenan
dilakukan dengan membongkar perakaran dengan tujuan agar umbi yang akan
diambil tidak rusak atau patah.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dengan mengambil data pada saat dilakukan pemanenan.
Semua daun dihitung dari yang masih muda hingga yang tua selama daun tersebut
masih menyatu dengan tanaman.
3.5.2 Lebar daun
Daun yang terpilih untuk diambil datanya merupakan daun dengan tangkai
terpanjang. Lebar daun diukur dengan mengambil nilai terlebarnya. Nilai lebar
daun diambil dari nilai rata-rata ketiga daun yang telah diukur sebelumnya.
19
3.5.3 Bobot daun
Pengukuran bobot daun dilakukan dengan menimbang seluruh daun yang ada
pada tanaman. Penimbangan daun mengikutsertakan seluruh panjang tangkai
kecuali yang berjarak 10 cm dari pangkal umbi.
3.5.4 Panjang tangkai daun
Pengukuran dilakukan dari pangkal umbi hingga ujung daun. Tangkai yang
diukur adalah 3 (tiga) tangkai terpanjang setiap sampel.
3.5.5 Panjang umbi
Pengukuran panjang umbi dilakukan setelah pemanenan. Panjang umbi diukur
dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran panjang umbi dari pangkal
hingga pertemuan antara umbi dan akar.
3.5.6 Bobot umbi
Pengukuran bobot umbi dilakukan setelah pemanenan. Timbangan digunakan
untuk mengambil data bobot umbi yang dihasilkan. Bagian umbi yang ditimbang
meliputi seluruh bagian umbi dan tangkai sepanjang 10 cm.
3.5.7 Bobot tanaman
Pengukuran dilakukan dengan menimbang seluruh bagian tanaman dari umbi
hingga tangkai dan daun. Setiap sampel ditimbang secara bergantian
menggunakan timbangan elektrik.
20
3.5.8 Volume umbi
Pengukuran volume umbi dilakukan dengan memasukkan umbi kedalam gelas
ukur berisi air. Volume umbi dapat diketahui dari selisih volume gelas ukur
setelah umbi dimasukkan dan volume gelas ukur sebelum umbi dimasukkan.
3.5.9 Diameter umbi
Pengukuran umbi dilakukan setelah pemanenan. Umbi diukur diameternya
dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter umbi dilakukan pada
titik terlebar umbi.
3.5.10 Hasil per petak
Hasil perpetak diukur dengan mengakumulasikan umbi yang dihasilkan dari tiap
satuan perlakuan. Data dapat digunakan untuk mengukur potensi produktifitas
tanaman persatuan luas lahan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aplikasi pupuk pelengkap hingga konsentrasi 3 g/l tidak memberikan
pengaruh peningkatan hasil produksi tanaman bit.
2. Penggunaan pupuk hayati 1 ml/l tidak memberikan pengaruh terhadap
produksi tanaman umbi bit.
3. Interaksi penggunaan pupuk hayati dan pupuk pelengkap tidak
mempengaruhi hasil produksi tanaman bit.
5.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis yaitu perlu dilakukannya penelitian
lebih lanjut di lokasi yang sama dengan metode yang berbeda. Metode aplikasi
dan waktu terbaik dalam penggunaan pupuk tersebut. Aplikasi pupuk kandang
dapat dikurangi, penambahan pupuk hayati atau kombinasi dari pupuk kandang
dan pupuk hayati.
DAFTAR PUSTAKA
Andriawan, I. 2010. Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan HasilPadi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi danHortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hlm.
Astawan, M. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.
Bai, S., Kumar, R.M., Kumar, D.J., Mukesh, Balashanmugam P, Kumaran. BalaM.D., dan Kalaichelvan, P.T. 2012. Cellulase Production of Bacillussubtilis isolated from Cow Dung. Department of Biotechnology. KSRCollege of Arts.
Benyamin. 2000. Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo. Depok
Boetel, Mark. 2005. Leafminers in sugarbeets. North Dakota AgriculturalExperiment Station. North Dakota State University. North Dakota
Bohn, H.I., B.L. Mc Neal, and G.A. O’connor. 1985. Soil Chemistry. Secondedition. A willey Interscience Publication. New York.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Terjemahan oleh Ahmad Soediarto.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Fitriatin, B.N., B. Joy dan T. Subroto. 2008. The Influence of Organic PhosporusSubstrate on Phosphatase Activity of Soil Microbes. Seminar Internasional.Indonesia
Hakim, N., Nyakwpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong,G.B., Bailey, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.488 hal.
Hartatik, W., L.R. Widowati. 2005. Pengaruh Kompos Pupuk Organik yangDiperkaya dengan Bahan Mineral dan Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifatTanah, Serapan Hara, dan Produksi Sayuran Organik. Laporan ProyekPengembangan Agribisnis Balai Penelitian Tanah, TA 2005.
40
Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004. “Potensi Rhizobakteri Azotobacter dalammeningkatkan kesuburan tanah. Jurnal Nature Indonesia. 5
Kelly, HW., dan Sorkness, C.A., 2005Asthma in DiPiro, Joseph, T., Talbert,Robert, L., Yee dan gary, C. Pharmacotherapy A PathophysiologicalApproach. Mc Graw Hill. New York.
Kusnadi dan Aditiwati, 2003. Kultur Campuran dan Faktor LingkunganMikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi Tea Cider. JournalITB Sains dan Teknologi.
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Pedoman Teknis Penggunaan Pupuk edisi Revisi.
Lubis, Alfi Tania. 2017. Efektivitas Penambahan Mikroorganisme Lokal (MOL)Nasi, Tapai Singkong, dan Buah Pepaya dalam Pengomposan LimbahSayuran Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat.Universitas Sumatera Utara. 90 halaman.
Prawirohartono. 1991. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.
PT. Citra Nusa Insan Cemerlang. 2001. Pupuk Pelengkap Cair Plant Catalyst2006. Leaflet. Tidak dipublikasikan.
PT. Unggul Niaga Selaras. 2015. Pupuk Hayati Bio Max Grow. Leaflet. Tidakdipublikasikan.
Rubatzky, V. E., and Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia II: Prinsip, Produksi danGizi. Catur H., penerjemah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.Terjemahan dari: Wold Vegetables II: Principles, Production, and NutritiveValues. 292hlm.
Sukmawati, S. 2012. Budidaya pakcoy(Brassica chinensis L.) secara organikdengan pengaruh beberapa jenis pupuk organik. Karya Ilmiah. PoliteknikNegeri Lampung. 9 hal.
Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriadi. 2006. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Obat danAromatik. 25(3).
Wahyudi, Felix Tri. 2018. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk PelengkapCair pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativusL.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. 50 hlm.
Wijaya, Andi. 2011. Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Kapur terhadapPertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.). InstitutPertanian Bogor. Bogor.
41
Wirakusumah, E.S. 1995. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya.Jakarta.