file · web viewsemiotik pierce. diringkas oleh: joko susilo. semiotika atau ilmu tanda...

16
Semiotik Pierce Diringkas oleh: Joko Susilo Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk menganalisis sistem simbolik dengan cara sistematis. Meski semiotika mengambil model awal dari bahasa verbal, bahasa verbal hanyalah satu dari sekian banyak sistem tanda yang ada di muka bumi. Kode morse, etiket, matematika, musik, rambu-rambu lalu lintas masuk dalam jangkauan ilmu semiotika. Tanda adalah sesuatu yang merepresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain (di dalam benak seseorang yang memikirkan) (Denzin, 2009: 617). Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna sebelum dipergunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa, sedangkan bahasa sebeleum digunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa). Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut itu disebut semiotik (Pradopo, 2007: 121). Pada tulisan saya ini, saya akan berusaha menuliskan dan menafsirkan kembali tentang cara pandang semiotik sesuai dengan pemikiran Charles Sanders Peirce. Pola semiotik Pierce ini di rangkum dari buku “Peirce’s Theory of Signs” yang

Upload: letuyen

Post on 06-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

Semiotik PierceDiringkas oleh: Joko Susilo

Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang

memungkinkan kita untuk menganalisis sistem simbolik dengan cara sistematis. Meski

semiotika mengambil model awal dari bahasa verbal, bahasa verbal hanyalah satu dari sekian

banyak sistem tanda yang ada di muka bumi. Kode morse, etiket, matematika, musik, rambu-

rambu lalu lintas masuk dalam jangkauan ilmu semiotika. Tanda adalah sesuatu yang

merepresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain (di dalam benak seseorang yang

memikirkan) (Denzin, 2009: 617).

Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau

ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Medium karya sastra bukanlah bahan

yang yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna

sebelum dipergunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa,

sedangkan bahasa sebeleum digunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang

mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa). Lambang-lambang atau

tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi

masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut itu disebut semiotik (Pradopo, 2007: 121).

Pada tulisan saya ini, saya akan berusaha menuliskan dan menafsirkan kembali

tentang cara pandang semiotik sesuai dengan pemikiran Charles Sanders Peirce. Pola

semiotik Pierce ini di rangkum dari buku “Peirce’s Theory of Signs” yang ditulis oleh T. L.

Short dan diterbitkan pada tahun 2007 oleh Cambridge University Press. Di dalam buku

tersebut disebutkan bahwa tujuan dituliskan pemikiran Pierce ini adalah untuk memberikan

pemahaman tentang semitik Pierce, bagi yang tertarik dengan teorinya dan masih mengalami

berbagai kekosongan atau beberapa lobang pengetahuan, karena teori suatu teori adalah

menyimpan dan membedah berbagai permasalahan yang komplek. Dari latar belakang

sampai dengan penafsiran masa depan tentang peran pemikiran ini diharapkan dapat

dikemukakan secara rinci dan mudah dipahami, sehingga pemikiran ini dapat dimanfaatkan

bagi pembedah sastra secara khusus dan seni secara umum. Sebagai penegas atau untuk

membantu menerangkan isi buku Peirce’s Theory of Signs saya mengambil 2 referensi

pendukung yaitu buku Hand Book of Qualitative Research (2009) karya Norman K. Denzin

dan Yvonna S. Lincoln, serta buku Pengkajian Puisi (2007) karya Rahmad Djoko Pradopo

Page 2: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

1. Kelahiran Peirce

Charles Sanders Peirce lahir tahun 1839 kemudian meninggal

1914, adalah putra Benjamin Peirce, seorang profesor

matematika dan astronomi di Harvard. Benjamin Peirce adalah

matematikawan terkemuka Amerika tokoh utama dalam, atau,

lebih tepatnya salah satu pencipta pemikiran ilmiah di Amerika.

Benjamin Peirce mengakui bahwa Charles Pierce adalah anak

yang jenius dan ia membesarkannya dengan tingkat disiplin

intelektual dan disiplin moral. Meskipun terlatih dalam kimia, Charles Peirce juga mendalami

pentingnya logika matematika (ia membuat kontribusi penting beberapa teori dan praktek

pengukuran). Menurut Pierce dalam tanda-tanda di lingkungan (terutama bahasa tulis)

membutuhkan ketelitian pengamatan yang mendetail bukan sekedar definisi spekulatif;

Peirce did not entertain the very speculative hypothesis, now in vogue, that there is a

language common to all minds – ‘mentalese’ – distinct from the languages people speak

(Short, 2007: 4).

Ketika Pierce memperlakukan tanda-tanda ternyata ia juga terpengaruh oleh Aries

Toteles tentang kata-kata tidak lebih dari ide-ide yang biasanya disebut 'tanda' baik kata lisan

atau tertulis, tanda yang berhubungan dengan tanda atau peristiwa yang lain, suatu tanda

dapat memberi arti pada tanda-tanda yang lain. Sekumpulan tanda menyebabkan orang

memikirkan sesuatu yang lain. Suatu ketika orang mendengar atau membaca kata 'gajah'

maka ia berpikir bahwa bukan tentang itu suara atau tulisan g-a-j-a-h, tetapi langsung

terbayang mamalia besar berwarna abu-abu. Memang dahulu kala pada tradisi filosofis

Aristoteles ketika berbicara tentang kata-kata adalah sebagai tanda-tanda. Selanjutnya jika

pikiran adalah dasarnya lisan dan jika kata-kata adalah tanda-tanda, maka pikiran adalah

tanda-tanda. And there is a philosophical tradition, going back to Aristotle, of talking about

words as being signs. But if thought is essentially verbal and if words are signs, then thoughts

are signs (Short, 2007: 5). Tanda-tanda tersebut terus bergerak mendefinisikan tanda yang

lain.

Page 3: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

2. Perkembangan Semeiotic Peirce

Pendefinisian tanda-tanda yang dilakukan Pierce bukan langsung mapan atau matang

namun mengalami perjalanan beberapa waktu, terus menerus mengalami revisi dan yang

akhirnya melahirkan trikotomi-trikotomi. Dalam buku “Peirce’s Theory of Signs” disebutkan

bahwa ketertarikan Pierce tentang tanda dimulai sejak tahun 1865.

1865-1866: Thoughts as Representations (Dari Pikiran Awal Terciptalah

Representasi yang Berkelanjutan)

Pada usia dua puluh lima, ia menyangkal Kant bahwa 'representasi' sebagai

terjemahan dari mentalistik atau roh, representasi adalah bersifat relatif terhadap pikiran

'yang benar-benar bisa mengerti itu. Oleh karena itu ia menyimpulkan: ‘Thus our whole

world – that which we can comprehend – is a world of representations’, that conclusion was

more Kantian than it might have seemed. For it still made the comprehensible world relative

to mind. Buteven without that Kantian or mentalistic gloss, the idea that the world is a world

of representations is idealistic in spirit and in recent years has come to be called ‘semiotic

idealism’ (Short, 2007: 28-29). Seluruh dunia yang kita dapat memahaminya adalah dunia

dari representasi yang tampak, dunia dipahami relatif terhadap pikiran. Semiotik yang

dinyatakan Kant hanya berdasarkan pada mental dan kita akan susah untuk merabanya

dengan panca indera. Pierce berusaha menjadikan tanda-tanda adalah sesuatu yang dapat

didefinisikan secara lahir bukan hanya tersimpan pada mental. Maka dalam pengertian ini

adalah upaya untuk menafsirkan pikiran atau isi mental lainnya sebagai tanda, representasi,

atau presentasi. Pikiran orang yang disampaikan kepada kita akhirnya kita memikirkan lagi,

itulah yang disebut representasi.

Selanjutnya Pierce juga mengatakan Signifikansi bukanlah hubungan langsung tanda

dan objek, melainkan signifikansi tanda dapat ditemukan di penafsir tersebut. Tanda

menandakan objeknya hanya melalui penafsiran tokoh utama, signifikansi bergantung pada

pemikiran yang sudah ada. Tokoh utama (penafsir) menengahi antara tanda dan objek. Peirce

berbicara tentang penafsir menciptakan sebuah ide, dalam memori seseorang, yaitu pada

'alamat' representasi. Dari representasi maka lahirlah signifikansi yang diarahkan di sisi lain

yaitu tokoh kedua (penerimanya). Peristiwa ini akan terus berlangsung tanpa berujung.

1867: The New List (awal ditemukannya konsep tanda triadic)

Page 4: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

Pada masa inilah Pierce mulai menemukan konsep tanda ‘triadic’. Pada bulan Mei

1867, Peirce menyampaikan sebuah makalah untuk American Academy of Arts dan Sciences,

tentang 3 kategori tanda yang meliput; 1stness kemudian, 2ndness, dan 3rdness. Ia menulis

bahwa "masing-masing kategori memiliki karakter untuk membenarkan dirinya dengan

pemeriksaan induktif yang akan menghasilkan pemahaman tentang batasan-batasan perkiraan

tanda”.

Dalam makalah tersebut Pierce berusaha menafsirkan ide metafisisnya Kant, namun ia

mewajibkan pengurangan-pengurangan definisi yang bersifat abstrak : ‘metaphysical

deduction’. Maka yang dilakukan adalah kategori metafisis boleh berlaku di dunia sejauh bisa

dialami, diketahui, dan dipahami. ‘New List’ is a, not a keystone’, setelah itu kita masih harus

berfikir dan jangan sampai stepping stone (batu loncatan) ini justru menjadi batu sandungan.

1868-1869Tiga Kesalahan dalam Ajaran Pemikiran-tanda (ada 3 kesalahan yang

dituduhkan pada Pierce)

Pada kalangan ilmuwan (filsafat) ada beberapa kritikan yang ditujukan pada konsep

semiotik Pierce yang utama ada tiga masalah: pertama adalah Pierce dianggap memaksakan

dan memodifikasi kemudian mendoktrin pikiran orang lain yang menafsirkan tanda, dapat

diartikan membatasi pikiran. Setiap insan mempunyai idealis yang mampu berpikirbahkan

sampai kemampuan bawah sadar. Tentang bawah sadar dicontohkan bahwa setiap pikiran-

tanda menafsirkan tanda sebelumnya dan bahwa semua pemikiran tanda tidak bisa dilepaskan

dari konvensi.

Masalah kedua adalah bahwa, jika makna tanda tergantung pada penafsirnya, maka

para interpretants tidak bisa salah. Sebagai tanda menandakan apa yang mereka katakan itu

dimaknakan secara sewenang-wenang. Jika subyektivitas terlalu dominan maka proses

komunikasi akan mati.

Masalah ketiga adalah bahwa jika signifikansi tergantung pada interpretants, aktual

atau potensial semuanya menjadi tanda-tanda. Kita hanyalah bagian dari perputaran

penandaan: circuit of signifikansi. Adapun masalah kesewenang-wenangan adalah pasti bagi

tiap indifidu, namun penafsir yang akan merepresentasikan haruslah berusaha menyadari

lingkungannya, sehingga presentasinya dapat diterima masyarakat.

Peirce menjawab tuduhan itu dengan mengatakan bahwa ia tidak bermaksud

melakukan pemaknaan secara sewenang-wenang, Tetapi hasil dari suatu pemikiran

dapat dihubungkan dengan dalam representasi oleh pikiran selanjutnya dan konvensi pastilah

dapat bergerak. Ia juga menyadari bahwa bahwa makna tidak terkandung dalam sesaat tapi

Page 5: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

berguna pula bagi masa mendatang seiring lahirnya kebenaran-kebenaran baru.

Dalam buku “Peirce’s Theory of Signs” juga disebutkan bahwa pikiran Pierce sejalan

dengan dekonstruksinya Derida dan pemikiran anarkisme epistemologinya Fayerabend.

Derida menjelaskan “there is a reality beyond play manifests a totalitarian impulse to

impose his arbitrary semiotic constructions, tendentiously named ‘reality’, on others. I would

suggest, to the contrary, that the denial of unambiguous reference is a perfect cover for

someone fearful of facing reality, and that the idea that there is only play invites

totalitarianism. For if there is no reality, then there is no reason why one should not impose

his vision on the rest of us: ‘One view is as good as another, so I’m going to make you accept

mine!’ Truth’s denial leaves a vacuum: the will to power fills it” (Short, 2007: 45). Ada

realitas di luar bermain memanifestasikan dorongan totaliter memaksakan konstruksi

sewenang-wenang terhadap pemahaman semiotik. Derida menguatkan argumenya, bahwa

penolakan referensi yang dianggap sempurna adalah suatu keberanian dalam menghadapi

kenyataan. Karena jika tidak ada realitas, maka tidak ada alasan mengapa seseorang tidak

harus memaksakan visinya pada kita semua: 'Satu pandangan sama baiknya dengan yang lain,

jadi aku akan membuat Anda menerima pandanganku!'. Penolakan Kebenaran tunggal

tersebut dilakukan kemudian mengisinya dengan kreatifitas-kreatifitas yang baru, atau lebih

bervariasi.

Fayerabend adalah tokoh filsafat kontemporer yang menguatkan pola pemikiran

Pierce, dalam anarkime epistemologis, dikatakan bahwa anarkisme politis berarti suatu

perlawanan terhadap segala bentuk kemapanan (kekuasaan, negara, institusi dan ideologi-

ideologi yang menopangnya), dan dengan bijaksana anarkisme epistemologis tidak selalu

punya loyalitas ataupun permusuhan terhadap institusi-institusi itu. Dalam posisi seperti itu

anarkisme epistemologis tidak juga disebut skeptisisme. Tenang ilmu pengetahuan sebaiknya

ilmuan dibiarkan bebas mempelajari sesuatu. Masyarakat juga bebas memilih jenis

pengetahuan yang dianutnya dan tidak dipaksakan kepada mereka. Epistemologis tidak segan

atau malu mempertahankan suatu pandangan yang dianggap sudah basi. Pierce sepaham

dengan filsafat kontemporer dan pemikiran tentang eksistensi setiap keberadaan otak

manusia.

1907: The Last Flaw Corrected

Pada usia 68 tahun Pierce telah memutuskan tentang kesimpulan dari pemikirannya,

akhir dari semiotiknya. Pierce mengatakan bahwa ikon dan indek memang bukan hal mutlak

Page 6: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

yang harus ditafsirkan, namun ia tetap menganjurkan totalitas dalam menelaah atau

mengartikan setiap tanda pada suatu obyek.

Consider what effects, which might conceivably have practical bearings, we conceive

the object of our conception to have. Then our conception of these effects is the whole of our

conception of the object (Short, 2007: 58). Pemaknaan menurut Peirce adalah suatu

pertimbangkan tentang apa efek yang dibayangkan dari suatu obyek yang mempunyai simbol.

Setiap simbol memiliki dasaran praktis: kita sebut sebagai konsepsi pada obyek yang ditelaah

segala dampak yang ditimbulkan obyek. Kemudian disusun konsepsi untuk menerangkan

efek; adalah seluruh konsepsi kita tentang objek.

Pierce mengatakan bahwa ikon dan indek memang bukan hal mutlak yang harus

ditafsirkan, namun ia tetap menganjurkan totalitas dalam menelaah atau mengartikan setiap

tanda pada suatu obyek. Untuk memahami makna dalam suatu obyek kita tergantung kepada

konteks, dalam pikiran kita otomatis akan terbayang suatu konteks yang mengelilingi obyek

tersebut. Pemaknaan sangatlah luas dan tidak ada pemaknaan tunggal; maksud Peirce adalah

untuk menunjukkan konsepsi yang merupakan fungsi dari pengetahuan,

bahwa makna tak habis-habisnya, dan bahwa penjelasan yang tidak pernah selesai.

Pemaknaan akan terus berjalan atau berkelanjutan sesuai dengan pengetahuan

masyarakat, Sebagai konsep adalah tanda-tanda, yang konsisten dengan doktrin semeiotic

awal bahwa tanda-tanda yang harus ditafsirkan oleh tanda-tanda, jumlah tanda-tanda bisa

berkembang atau saling berhubungan. Jadi seorang peneliti atau penelaah makna-makna tidak

ada yang bisa dikatakan sebagai penemu makna yang nomor satu.

The real and living logical conclusion is that habit; the verbal formulation merely

expresses it. . . . The concept which is a logical interpretant is only imperfectly so. It partakes

somewhat of the nature of a verbal definition, and is very inferior to the living definition that

grows up in the habit [(5.491) dalam Short, 2007: 57]. Kesimpulan dari suatu penafsiran

terhadap makna sebuah obyek haruslah dicari pemaknaan yang paling logis, peaknaan logis

tersebut yang sementara dianggap paling sempurna. Seiring pendefinisian terhadap segala

aspek kehidupan manusia yang terus berjalan atau berkembang maka akan selalu didapatkan

mekna-makna baru, meskipun secara verbal makna telah ada sebelumnya. Pada tahun 1907

inilah Peirce menyebutkan tentang lingkaran hermeniutik yaitu kata-kata terus meneruskan

menafsirkan kata-kata dan pikiran terus-menerus menafsirkan pikiran. Hal ini terjadi melalui

media yang ada: bahwa kata-kata dan pikiran berhubungan dengan dunia luar diri mereka

sendiri dan mendapatkan benda atau sekitar mana mereka berada.

Page 7: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

3. A Taxonomy of Signs

Peirce terkenal dengan penyebutan jenis tanda yang

meliputi: ikon, indeks, simbol. Sejak awal pemikirannya

Pierce selalu konsisten dengan pencarian tentang tanda itu

sendiri dibagi triadically, sebagai monadik, diadik, atau

triadic. Demikian juga tentang tanda dalam kaitannya

dengan objeknya adalah dibagi triadically, dan begitu juga,

apa itu dalam kaitannya dengan penafsir yang demikian

dibagi. Setiap tanda akan menjadi milik masing-masing

dari masing-masing tiga triad. Prinsip-prinsip Pierce

mensyaratkan larangan terhadap kombinasi tanda, karena

pada sampai tahapan berikutnya akan ditemukan karakter dari masing-masih tanda sesuai

dengan posisinya. Seperi pernyataan Peirce sebagai berikut: The principles and analogies of

Phenomenology enable us to describe, in a distant way, what the divisions of triadic relations

must be. But until we have met with their different kinds a posteriori, and have in that way

been led to recognize their importance, the a priori descriptions mean little; – not nothing at

all, but little. Even after we seem to identify the varieties called for a priori with varieties

which the experience of reflection leads us to think important, no slight labor is required to

make sure that the divisions we have found a posteriori are precisely those that have been

predicted a priori. In most cases, we find that they are not precisely identical, owing to the

narrowness of our reflectional experience. It is only after much further arduous analysis that

we are finally able to place in the system the conceptions to which experience has led us

[(EP2:289) dalam Short, 2007: 207-208].

Prinsip-prinsip dan analogi dari Fenomenologi memungkinkan kita untuk

menggambarkan, dengan cara yang luas, tentang tiap hubungan pada konseptriadic. Dalam

kebanyakan kasus, kita menemukan bahwa penafsiran dari suatu simbol atau tanda tidak

selalu sama/tepat atau mempunyai kemiripan pada tiap pengamat, hal itu bisa disebabkan

oleh sempitnya pengalaman atau refleksi tiap pengamat/penelaah, sehingga bisa lahir variasi

yang banyak. Namun setelah dilakukan analisa secara lebih jauh dan sulit kita akhirnya

mampu menempatkan dalam sistem pada konsepsi yang bisa diterima masyarakat, terutama

masyarakat akademik (meskipun seharusnya bisa masyarakat secara umum baik akademis,

seniman, maupun masyarakat dari berbagai bidang profesi).

Page 8: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

1. Qualisign, Sinsign, Legisign

A Qualisign is a quality which is a sign. It cannot actually act as a sign until it is

embodied; but the embodiment has nothing to do with its character as a sign.

A Sinsign (where the syllable sin is taken as meaning ‘being only once’, as in single,

simple, Latin semel, etc.) is an actual existent thing or event which is a sign. It can be so only

through its qualities; so that it involves a qualisign, or rather, several qualisigns. But these

qualisigns are of a peculiar kind and only form a sign through being actually embodied.

A Legisign is a law that is a sign. This law is usually established by men. Every

conventional sign is a legisign. It is not a single object, but a general type which, it has been

agreed, shall be significant. Every legisign signifies through an instance of its application,

which may be termed a Replica of it. Thus, the word ‘the’ will usually occur from fifteen to

twenty-five times on a page. It is in all these occurrences one and the same word, the same

legisign. Each single instance is a replica. The replica is a sinsign. Thus, every legisign

requires sinsigns. But these are not ordinary sinsigns, such as are peculiar occurrences that

are regarded as significant. Nor would the replica be significant if it were not for the law

which renders it so [(EP2:291) dalam Short,2007:209 ].

Qualisign adalah kualitas tanda. Hal ini tidak bisa benar-benar bertindak sebagai tanda

sampai diwujudkan, tetapi perwujudan tidak ada hubungannya dengan karakter sebagai tanda.

Qualisign merupakan sesuatu yang mempunyai kulalitas untuk menjadi tanda. Ia belum

berfungsi sebagai tanda sampai ia terbentuk sebagai tanda. Qualisign dapat menjadi tanda

bila Qualisign memperoleh bentuk. Saya contohkan warna pitih dapat menjadi tanda ketika

berfungsi pada bendera putih, atau hati yang putih, seragam putih dan sebagainya. Warna

putih pada awalnya adalah belum berfungsi sebagai tanda.

Sinsign adalah sesuatu yang sudah terbentuk tetapi belum berfungsi sebagai tanda.

Misalnya bendera putih tidak berarti apa-apa ketika masih disimpan oleh tentara yang

berperang, namun berfungsi sebagai tanda ketika dikibarkan di muka musuhnya. Sigsign

dapat terbentuk dari beberapa qualisign.

Legisign adalah hukum yang merupakan tanda. Hukum yang dibentuk oleh para tokoh

penentu kebijagan, atau yang berpengaruh di masyarakat. Tanda dalam bahasa tersusun

berkat adanya tatabahasa. Setiap tanda konvensional adalah sebuah legisign. Ini bukan satu

objek, tetapi tipe yang umum, telah disepakati, akan menjadi signifikan. Sehingga tanda

bahasa yang merupakan legisign adalah bahasa yang merupakan kode yang disepakati oleh

masyarakat (konvensi).

Page 9: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

2. Icon, Index, Symbol

‘An Icon is a sign which refers to the Object it denotes merely by virtue of characters

of its own which it possesses, just the same, whether any such Object exists or not’

[ (EP2:291) dalam Short,2007:215]. Icon adalah sebuah tanda yang mengacu pada Obyek itu

menunjukkan hanya berdasarkan karakter sendiri yang dimilikinya, sama saja, apakah ada

seperti obyek ada atau tidak.

Peirce mendefinisikan indeks adalah: A sign . . . which refers to its object not so

much because of any similarity . . . nor [by association] . . . as because it is in dynamical

(including spatial) connection both with the individual object, on the one hand, and with the

senses or the memory of the person for whom it serves as a sign, on the other [(2.305) dalam

Short,2007:219]. Peirce mendefinisikan indeks adalah: Sebuah tanda. . . yang mengacu pada

objeknya tidak begitu banyak karena kesamaan apapun. . . atau [oleh asosiasi]. . . seperti

karena dalam dinamis (termasuk ruang) koneksi baik dengan objek individu, di satu sisi, dan

dengan indra atau memori dari orang untuk siapa itu berfungsi sebagai tanda, di sisi lain.

A Symbol is a Representamen whose Representative character consists precisely in

its being a rule that will determine its Interpretant. A Symbol is a sign which refers to the

Object that it denotes by virtue of a law, usually an association of general ideas, which

operates to cause the Symbol to be interpreted as referring to that Object [(EP2:292) dalam

Short,2007:220].

Pradopo (1987) juga menyebutkan bahwa semiotik Pierce terdiri dari 3 karakter

tanda: berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda yang pokok

yaitu ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda hubungan antara petanda dan penanda

bersifat persamaan bentuk alamiah. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan

penanda dan petanda adalah hubungan alamiah yang bersifat kausal atau hubungan sebab

akibat. Simbol adalah tanda yang hubungan petanda dan petanda tidak bersifat alamiah.

Hubungan yang terjadi adalah semau-maunya, hubungan terjadi berdasarkan perjanjian

(konvensi) dalam masyarakat. Sebuah sistem tanda yang utama yang menggunakan lambang

adalah bahasa. Arti simbol ditentukan oleh perjanjian dalam masyarakat (Pradopo, 2007:121-

122).

Ketika kita menerapkan pemilahan tanda (ikon, indeks, simbol) dalam karya sastra

akan banyak kita jumpai indeks dan simbolnya, karena karya sastra sangat erat dengan

kreatifitas bahasa, yang merupakan dari pengembangan dari simbol-simbol yang telah ada,

atau bahkan memberikan peluang pada setiap ikon-ikon yang telah ada untuk menjadi

bermakna luas.

Page 10: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

3. Rheme, Dicisign, Argument

Pada trikotomi ketiga ini Peirce bermaksud memperdalam atau memperbaiki

proposisi analisis atau argumen terdahulu. Trikotomi ketiga ini adalah yang paling benar-

benar dieksplorasi oleh sebelumnya, namun memang banyak yang menganggap terlalu sulit

atau samar ketika membaca penjelasan Pierce. Ketidakjelasan ini memiliki beberapa

penyebab, salah satunya adalah kompleksitas dari topik. Dia berbicara bersamaan dengan

sejumlah isu yang sulit, beberapa di antaranya tidak pernah sebelumnya telah dibahas.

Beberapa di antaranya sekarang akrab bagi kita, seperti yang yang berkaitan dengan

perbedaan antara hukuman dan pernyataan kemudian mana di antara salah satu dari mereka

dan apa yang dinyatakan.

Istilah atau Rheme, apakah itu sebuah ikon, indeks, atau simbol, sederhana dalam fungsi: fungsi seperti ikon, hanya membawa sesuatu untuk perhatian seseorang ('seperti tanda sederhana' (EP2:. 490, penekanan ditambahkan) The dicisign, sebaliknya, menyajikan dirinya sebagai indexically terkait dengan obyek itu menggambarkan (EP2: 276), 10 dan memiliki fungsi yang doubleness (EP2: 275)., merujuk dan menggambarkan, bahkan jika itu cukup sederhana dalam dirinya sendiri demikian, '! Api', diucapkan dengan penekanan yang cukup dalam hak semacam konteksnya adalah untuk ditafsirkan sebagai suatu indeks penyebabnya, meskipun, seperti meniru simbol rhematic, itu juga adalah deskriptif, oleh karena itu diambil atau dapat diambil, . benar atau salah, sebagai deskriptif penyebabnya '[I] n untuk memahami Dicisign harus dianggap sebagai terdiri dari dua bagian tersebut [indeks dan Rheme] apakah itu dalam dirinya sendiri sehingga terdiri atau tidak' (EP2: 276) . Demikian pula, baling-baling cuaca merupakan indeks penyebab nya Istilah atau Rheme, apakah iTU sebuah ikon, indeks, atau simbol, Sederhana dalam, fungsi: fungsi seperti ikon, hanya membawa sesuatu untuk perhatian seseorang ('seperti Tanda Sederhana' (EP2: 490, penekanan ditambahkan) The dicisign, sebaliknya, menyajikan dirinya sebagai indexically terkait Artikel Baru iTU menggambarkan obyek (EP2:. 276), 10 dan memiliki fungsi yang doubleness (EP2:. 275), merujuk Dan menggambarkan, bahkan Acute iTU cukup Sederhana Dalam, dirinya Sendiri demikian, 'Api!', diucapkan Artikel Baru penekanan Yang cukup Illustrasi hak semacam konteksnya adalah untuk ditafsirkan sebagai suatu indeks penyebabnya, meskipun, seperti meniru simbol rhematic, ITU JUGA adalah deskriptif, oleh karena ITU diambil atau dapat diambil,. BENAR atau salat, sebagai deskriptif penyebabnya '[I] n untuk memahami Dicisign harus dianggap sebagai terdiri Bahasa Dari doa bagian nihil [indeks Dan Rheme] apakah ITU Dalam, dirinya Sendiri sehingga terdiri atau tidak' (EP2: 276). Demikian pula, baling-baling cuaca merupakan indeks Bahasa Dari Yang penyebab

Daftar Pustaka:

- Denzin, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln.2009.Hand Book of Qualitative Research.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 11: file · Web viewSemiotik Pierce. Diringkas oleh: Joko Susilo. Semiotika atau ilmu tanda mengandaikan serangkaian asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk

- Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

- Short ,T. L. 2007.Peirce’s Theory of Signs. New York: Cambridge University

Press.