universitas teuku umarrepository.utu.ac.id/1138/1/bab i_v.docx · web viewikan tawes merupakan...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan tawes merupakan salah satu ikan kosumsi yang mempunyai nilai
komoditas dibidang sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat.
Permintaan konsumsi ikan tawes dari tahun ke tahun terus meningkat. Salah satu
faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan adalah ketersediaan
benih yang berkualitas tinggi yang akan memacu perkembangan budidaya
perikanan dengan cepat (Murtidjo, 2001)
Budidaya perikanan merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
untuk memanfaatkan hasil sumberdaya perairan. Budidaya perikanan adalah
kegiatan pengembangan suatu komoditi perikanan, dalam kegiatan budidaya
perikanan secara umum mencakup kegiatan pembenihan, pendederan, dan
pembesaran dalam upaya pengelolaan sumberdaya perairan. Peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi perikanan salah satunya dapat dilakukan melalui
kegiatan pengusahaan. Pengusahaan merupakan kegiatan dalam pemeliharaan
untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta
meningkatkan mutu biota akuatik, sehingga diperoleh keuntungan (Effendi,
2004).
Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu usaha yang dilakukan
untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya, dengan manajemen pemberian
pakan diharapkan agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan secara
efektif dan efisien sehingga menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal.
Pembudidaya pada umumnya memberikan pakan pada ikan budidaya hanya
1
menurut kebiasaan, tanpa mengetahui tentang kebutuhan nutrisi masing-masing
ikan budidaya, baik itu kualitas, kuantitas dan waktu pemberian pakan yang
tepat. Hal ini menyebabkan pakan yang diberikan kurang memberikan
pertumbuhan yang optimal bagi ikan karena tidak sesuai dengan kebutuhan ikan.
Manajemen pemberian pakan mengharuskan pakan yang diberikan kepada ikan
harus tepat secara kualitas, kuantitas dan tepat waktu pemberiannya demi
keberhasilan usaha budidaya (Effendi, 2004).
Pemberian pakan pada waktu yang tepat berkaitan dengan frekuensi
pemberian pakan yakni berapa kali pakan diberikan dalam satu hari pada
organisme budidaya. Konsumsi pakan ikan dipengaruhi oleh sejumlah faktor
diantaranya adalah ukuran tubuh, stadia, ketersediaan pakan, laju pengosongan
lambung, suhu air, aktifitas dan kesehatan tubuh ikan. Wardhani dkk. (2011)
berpendapat bahwa pemilihan pakan untuk ikan air tawar tidak hanya melibatkan
kriteria nilai gizi dan efisiensi biaya saja namun juga harus mempertimbangkan
kriteria lainnya seperti kecernaan, kandungan racun dan ketersediannya.
Pakan buatan adalah makanan yang kita ramu atau kita buat sendiri yang
terdiri dari bahan-bahan alami yang berupa bahan nabati dan hewani atau
dari beberapa macam bahan yang kemudian kita olah menjadi bentuk khusus
sebagaimana yang kita kehendaki. Fungsi dari pakan utama sendiri yaitu
untuk pemeliharaan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak,
menunjang aktifitas metabolisme dan untuk pertumbuhan serta reproduksi
(Herawati, 2005).
Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-
bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses
2
pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik
(merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap (Djarijah, 1996).
Pakan pelet komersial yang digunakan mengandung yaitu 33% protein, 5%
lemak, karbohidrat 6% (Mahyuddin, 2008).
1.2 Perumusan Masalah
Ketersediaan pakan menjadi salah satu faktor pembatas kegiatan
pembenihan dalam budidaya perikanan. Tahap benih merupakan tahap atau
stadia pada siklus hidup ikan dimana laju kurva pertumbuhan yang tinggi dan
kelangsungan hidup yang masih rentan.
Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
:
1. Bagaimana pengaruh beberapa jenis pakan komersil yang diberikan
terhadap Laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan tawes
(Barbonymus gonionotus).
2. Manakah jenis pakan komersil yang baik terhadap laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan tawes (Barbonymus gonionotus).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh pemberian pakan komersil yang berbeda terhadap
laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan tawes (Barbonymus
gonionotus).
2. Mengetahui pakan komersil yang terbaik terhadap laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih ikan tawes (Barbonymus gonionotus).
1.4 Manfaat
3
Penulis mengetahui jenis pakan komensil yang terbaik untuk benih
ikan tawes air (Barbonymus gonionotus).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Klasifikasi Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
Ikan tawes merupakan jenis ikan herbivore atau pemakan tumbuhan
(Kottelat et al, 1993). Ikan tawes termasuk salah satu ikan air tawar yang mampu
hidup di air payau dengan salinitas 7 ppt. Oleh karena itu, ikan air tawar dapat
dibudidayakan, di tambak, waduk, bendungan dan perairan umum dapat dilakukan
dengan sistem jaring terapung dan keramba (Santoso dan Wikatma, 2001).
Klasifikasi ikan tawes menurut Nelson (2006) adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata,
Super Kelas : Pisces,
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas : Teleostai
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprininae
Sub Famili : Cyprininae
Genus Puntius Spesies : Barbonymus gonionotus
4
Gambar 1. Ikan tawes (Barbonymus gonionotus)
Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau
Jawa. Hal ini juga yang menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Barbonymus
gonionotus. Namun, berubah menjadi Barbonymus gonionotus, dan terakhir
berubah menjadi puntius javanicus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes
(Indonesia), taweh atau tawas, Lampam Jawa (Melayu). Di danau Sidendreng
ikan tawes disebut Bale Kandea (Amri dan Khairuman, 2008).
2.2 Morfologi Ikan Tawes
Ikan tawes termasuk ke dalam famili Cyprinidae seperti ikan mas dan ikan
nilem. Bentuk badan agak panjang dan pipih dengan punggung meninggi, kepala
kecil, moncong meruncing, mulut kecil terletak pada ujung hidung, sungut sangat
kecil atau rudimenter. Di bawah garis rusuk terdapat sisik 5½ buah dan 3-3½
buah di antara garis rusuk dan permulaan sirip perut. Garis rusuknya sempurna
berjumlah antara 29-31 buah. Badan berwarna keperakan agak gelap di bagian
punggung. Pada moncong terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat kecil. Sirip
punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu atau kekuningan, dan sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat, sirip dada berwarna kuning dan sirip
dubur berwarna oranye terang. Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang
(Kottelat et al., 1993). Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau
melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping. Ada
tonjolan sangat kecil, memanjang dari tilang mata sampai ke moncong dan dari
dahi ke antara mata. Sirip dubur mempunyai 6½ jari-jari bercabang, 3-3½ sisik
antara gurat sisi dan awal sirip perut (Kotelat et al., 2003).
5
2.3. Ekologi dan Habitat Ikan Tawes
Ikan Tawes merupakan spesies asli Indonesia yang banyak ditemukan
hampir di semua perairan tawar khususnya di perairan mengalir ( lotic ). Ikan
Tawes pertama ditemukan diperairan pulau Jawa oleh karena itu ikan Tawes
diberi nama latin Barbonymus gonionotus. Ikan Tawes mulai banyak ditemukan
tersebar di negara-negara Asia dan mulai membentuk strain atau ras. Pada
awalnya Ikan Tawes merupakan jenis ikan liar yang hidup di sungai-sungai yang
berarus deras. Kemudian lama kelamaan ikan ini mulai dibudidaya dan
dikembangbiakan (Susanto, 2000).
2.4 Pakan Buatan
Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat dari campuran bahan-bahan
alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta
dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk
memakannya dengan mudah dan lahap (Djarijah, 1996). Pakan pelet komersial
yang digunakan mengandung yaitu 33% protein, 5% lemak, karbohidrat 6%
(Mahyuddin, 2008). Untuk menaikkan produksi ikan secara optimal perlu
diberikan pakan yang berkualitas tinggi, yang berarti bahwa pakan harus
memenuhi kebutuhan nutrisi atau kebutuhan gizi bagi ikan tersebut. Pakan
merupakan salah satu penunjang dalam perkembangbiakan ikan, dimana fungsi
utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Djajasewaka,
1985). Selanjutnya menurut Mudjiman (1994), agar kita dapat menyediakan
makanan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan serta
6
memenuhi syarat gizi dan pencernaan, maka perlu diberi makanan buatan. Untuk
mendapatkan pertumbuhan ikan yang baik harus terus menerus diberikan pakan
yang dapat dimakan oleh ikan baik pakan alami atau buatan.
Pakan buatan yang banyak dijual di Kabupaten Aceh Barat meliputi pelet P1
PF 1000, P2 PF 999, P3 PF T 781 dan P4 PF T 79-2. Komposisi dan Harga pakan
buatan di Kabupaten Aceh Barat tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Jenis Pakan Protein Lemak Harga/kg
P1 PF 1000 39 - 40 % 11 % Max 18000
P2 PF 999 40 % 11 % 16000
P3 PF T 781 31 - 33 % 10 – 13 % 12000
P4 PF T 79-2 25 % 3 % 12000
Gambar. Pelet komersil: a) P1 PF 1000, b) P2 PF 999, c) P3 PF T 781 dan d) P4 PF T 79-2
2.5 Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Tolak ukur kegiatan pembenihan ikan adalah pertumbuhan. Dikarenakan
pertumbuhan dari larva hingga menjadi benih terlihat dalam kurva pertumbuhan
ikan sangat besar. Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau
bobot dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi faktor internal dan
eksternal (Effendie, 1997). Faktor internal meliputi keturunan, kematangan
7
gonad, parasit dan penyakit. Faktor eksternal meliputi suhu, oksigen,
makanan, padat penebaran dan bahan buangan metabolit. Apabila jumlah
ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah maka ikan akan kehilangan
berat. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena
kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat penebaran yang
lebih tinggi dibandingkan padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena itu,
pada padat penebaran lebih tinggi ukuran ikan lebih bervariasi sedangkan padat
penebaran yang lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar
(Serdiati, 1988). Sebagai data penunjang pertumbuhan diperlukan data
kelangsungan hidup. Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah
organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup
pada awal periode (Effendie, 2004).
Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui
toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Dalam usaha budidaya, faktor
kematian yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva atau benih. Mortalitas
ikan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam tubuh ikan yang mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Faktor luar meliputi
kondisi abiotik, kompetisi antar spesies, meningkatnya predator, parasit, kurang
makanan, penanganan, penangkapan dan penambahan jumlah populasi ikan
dalam ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain adalah oleh kondisi abiotik, ketuaan, predator, parasit,
penangkapan dan kekurangan makanan (Kementerian Kelautan dan Perikanan,
2010).
8
Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat
dilakukan dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan
sesuai dengan kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan
pertumbuhan yang optimal dan kelangsungan hidup yang maksimal. Tingkat
kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat
kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan
rentan terhadap penyakit dan parasit. Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya kepadatan dan kualitas air.
Umumnya laju kelangsungan hidup benih lebih tinggi dibandingkan larva,
karena benih lebih kuat (Effendi, 2004).
2.6 Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor pendukung eksternal, dimana
kualitas air diukur menggunakan alat ukur kualitas air diantaranya suhu, DO, dan
pH. Sehingga menjadi data tambahan untuk rujukan pada keberhasilan. Air yang
digunakan sebagai media pemeliharaan dalam penelitian ini adalah air yang
berasal dari galian sumur bor yang ditampung dalam bak tandon dialirkan ke
Akuarium menggunakan selang melalui instalasi air yang terdapat dalam ruang
pembenihan.
Tabel 1. Parameter kualitas air, satuan, dan nilai optimum.
No Parameter Satuan Nilai Optimum Sumber
1 Suhu oC 28 - 320C Masduqi (2009)
2 Oksigen terlarut mg/L 5 - 8 ppm Ahmad et al(1999)
3 Ph - 6 – 8 Masduqi (2009)
9
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret
2016 bertempat di hatchery Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Teuku Umar, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2.Alat - alat yang digunakan dalam penelitian
Alat Kegunaan
Akuarium Wadah Penebaran Benih
Timbangan 600g Pengukuran Bobot Ikan Uji
pH indikator universal Pengukuran pH
Termometer TP3001 Pengukuran Suhu
Siphon Akuarium Membersihkan Kotoran
Batu Aerasi/selang udara/kontrol udara Instalasi Udara / Oksigen
Hiblow Sumber Oksigen
Kamera Dokumentasi
Alat Tulis Mencatat Data
Baskom/Toples Untuk menampung benih pada saat timbangan
10
3.2.2.Bahan
Tabel 3 : Bahan yang digunakan dalam penelitian
Bahan Kegunaan
Benih Ikan Tawes Sebagai Ikan Uji (Ukuran 5-7 cm)
Pakan Buatan/Pellet Komensial yang digunakan adalah :P1 = Pelet tipe PF1000P2 = Pelet tipe PF 999P3 = Pelet tipe PF 781P4 = Pelet tipe FF 79-2
Untuk pakan benih selama 45 hari pemeliharaan
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL).Rancangan acak lengkap yang digunakan terdiri dari 4 Perlakuan dengan
masing-masing 3 kali ulangan.
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur penelitian terdiri :
Wadah yang digunakan adalah Akuarium berukuran (70x40) cm3. Akuarium
tersebut ditempatkan di dalam ruang hachery. Jumlah Akuarium yang digunakan
untuk penelitian ini sebanyak 12 buah,
a. Akuarium tersebut dilengkapi dengan aerasi yang bertujuan untuk menambah
suplai oksigen dalam air. Air dalam Akuarium diisi setinggi 25 cm,
b. Penyiponan dilakukan 3 hari sekali agar kotoran yang mengendap di dasar
Akuarium tidak menumpuk sehingga kualitas air tetap terjaga.
11
c. Akuarium diberi penutup berupa jaring untuk mencegah ikan meloncat
keluar dari wadah budidaya.
d. Pergantian air dilakukan tiap 5 hari sekali. Air yang diganti sebanyak 1/3-1/2
dari volume aquarium.
e. Ikan yang digunakan adalah benih tawes. Ikan tersebut berasal dari
pembenihan alami hasil produksi UPR Menasah Krung. Benih tawes
tersebut berumur 1,5 bulan dengan bobot rata-rata ±3 gram dan panjang
standar rata-rata ±4 cm.
f. Jumlah benih yang digunakan untuk tiap perlakuan dan ulangan adalah
sebanyak 15 ekor sehingga total kebutuhan benih tawes selama penelitian
sebanyak 180 ekor.
g. Benih tawes diadaptasikan dalam Akuarium selama dua hari agar benih
tersebut mampu menyesuaikan kondisi dengan lingkungan barunya.
h. Benih tersebut diamati perkembangan laju pertumbuhan dan
kelangsungan hidup selama masa pemeliharaan benih tawes adalah selama
45 hari.
i. Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan
komersil bentuk pellet.
j. Pemberian pakan dilakukan dengan metode at satiation,
12
3.5 Parameter Uji
1. Pertumbuhan Berat Mutlak (W)
Pertumbuhan berat mutlak ikan uji dapat dihutung dengan mengunakan
rumus (Hasibuan. 2007) :
Keterangan:
W = Pertumbuhan berat mutlak (gram)Wt = Berat-rata-rata pada waktu t (gram)Wo = Berat rata-rata pada waktu 0 (gram)
2. Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik merupakan proses bertambahnya ukuran volume
dan berat suatu organisme yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan
berat dalam satuan waktu. Pertumbuhan berat larva ikan tawes yang diamati setiap
harinya yaitu dengan melakukan pengamatan pertumbuhan berat harian yang
ditimbang setiap 10 hari sekali dan dilakukan perhitungan dengan rumus :
(Effendie, 1979 dalam Nirmala at.al, 2005).
Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan harianWo = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g)T = Waktu penelitian (hari)
13
W = Wt - Wo
SGR = LnWt−LnWoT
x 100 %
3. Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup
pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu.
Kelangsungan Hidup benih ikan tawes yang diamati setiap harinya yaitu dengan
melakukan sampling pengamatan setiap 15 hari sekali dan kelangsungan hidup
benih ikan tawes dilakukan perhitungan dengan rumus : (Effendie,1978
dalam Praseno et al, 2010).
Keterangan :
SR : Kelulushidupan benih tawes (%)
No : Jumlah benih diawal penelitian
Nt : Jumlah benih diakhir penelitian
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan data
yang di peroleh selanjutnya dianalisis secara ragam dengan menggunakan
Analysis Of Varience (ANOVA).Jika terdapat perbedaan antar perlakuan akan
dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil).
14
SR = NtNo
x 100 %
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pertumbuhan Berat Mutlak (W)
Pertumbuhan mutlak dari benih ikan tawes yang diberi pakan komersil
yang berbeda pada awal penelitian berkisar rata-rata 48,80 gram dan setelah 45
hari berat ikan bertambah menjadi 61,47 gram. Hasil ANOVA menunjukkan
bahwa diantara perlakuan yang diterapkan tidak ada pengaruh perlakuan terhadap
Pertumbuhan Berat Mutlak (W). Berdasarkan hasil rata-rata pengamatan
Pertumbuhan Berat Mutlak (W) pada benih ikan tawes selama penelitian dari
berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini :
P1 P2 P3 P4-5
0
5
10
15
20
25
15.8
19.4
-1.7
17.3
Pertumbuhan Mutlak (W)
Gambar 2. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan Mutlak dari Berat ikan pada akhir penelitian yang tertinggi
ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF 999 yakni sebesar 19,4 gram disusul
perlakuan P4= Pelet tipe 79-2 sebesar 17,3 gram, kemudian P1= Pelet tipe PF
1000 sebesar 15,8 gram dan yang terendah perlakuan P3 = Pelet tipe PF 781
15
sebesar -1,7 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF 999 mampu memberi
tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan PF 1000,
PF 79 -2 dan PF 781.
4.1.2 Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)
Hasil ANOVA menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang diterapkan
tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SGR. Namun berdasarkan gambar 3. Laju
pertumbuhan bobot harian paling tinggi ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF
999 yakni sebesar 1,00 % disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79 -2 sebesar 0,83 %,
kemudian P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar 0,80 % dan yang terendah perlakuan
P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 0,63%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF 999
mampu memberi tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pakan PF 1000, PF 781 dan PF 79-2.
Berdasarkan hasil rata-rata pengamatan SGR pada benih ikan tawes
selama penelitian dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar grafik di
bawah ini :
P1 P2 P3 P40.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0,63%
1,00%
0,80 % 0,83 %
Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)
Series1
Gambar 3. Pertumbuhan Bobot Spesifik (SGR)16
4.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup ( SR)
Tingkat kelangsungan hidup selama 45 hari masa pemeliharaan benih ikan
tawes mengalami penurunan pada masing-masing perlakuan. Hasil ANOVA
menunjukkan bahwa diantara perlakuan yang diterapkan tidak ada pengaruh
perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan tawes (gambar 4).
Namun berdasarkan gambar tersebut Nilai SR terendah diperoleh pada perlakuan
P3 = Pelet tipe PF781 71%, sedangkan nilai SR tertinggi diperoleh pada perlakuan
P1= Pelet tipe PF 1000 100% , pada P2= Pelet tipe PF 999 89 % dan P4= Pelet
tipe 79 -2 93%.
Berdasarkan hasil rata-rata pengamatan tingkat kelangsungan hidup ( SR)
pada benih ikan tawes selama penelitian dari berbagai perlakuan dapat dilihat
pada gambar garafik di bawah ini :
P1 P2 P3 P40%
20%
40%
60%
80%
100%
120%100%
89%
71%
93%
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Ikan Tawes
Gambar 4. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
17
4.1.3 Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air pada penelitian ini dapat dilihat pada
(tabel 4) menunjukkan bahwa parameter kualitas airnya normal untuk kualitas air
ikan tawes. Manajemen Kualitas air dari hasil pengukuran kualitas air pada
penelitian ini meliputi Suhu dan pH menunjukkan bahwa kualitas air selama
penelitian tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
benih ikan tawes. Data kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian
NO ParameterWaktu
Awal Akhir
1 Suhu 270C 28 0C
2 pH 5 5
4.2 Pembahasan
4.2.1. Pertumbuhan Berat Mutlak (W)
Pertumbuhan mutlak dari benih ikan tawes yang diberi pakan komersil
yang berbeda berada pada kisaran 32,8 gram – 58,1 gram. Adanya perbedaan
asal pakan (merk) dan kandungan nutrisi dari pakan komersil yang digunakan
memberi pengaruh pada peningkatan pertumbuhan mutlak.
18
Namun dari data yang diperoleh, Pertumbuhan Mutlak dari Berat ikan
pada akhir penelitian yang tertinggi ada pada perlakuan P2= Pelet tipe PF 999
yakni sebesar 19,4 gram disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79-2 sebesar 17,3 gram,
kemudian P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 15,8 gram dan yang terendah perlakuan
P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar -1,7 gram. Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF
999 mampu memberi tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pakan PF 1000, PF 79 -2 dan PF 781. (Gambar 2).
Hasil Penelitian yang dilakukan pada ikan air tawar yaitu ikan tawes,
tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian pada ikan air payau. Menurut
Anggraeni dan Nurlita (2013) bahwa, pemberian pakan kandungan protein 30 %
memperoleh hasil tertinggi pada minggu ke sepuluh sebesar 0,81 dan hasil
terendah terdapat pada minggu ke dua sebesar 0,29, dan pada perlakuan
pemberian pakan kandungan protein 16 % memperoleh hasil tertinggi pada
minggu ke enam sebesar 0,44 dan hasil terendah terdapat pada minggu ke dua
sebesar 0,29. Berdasarkan hasil penelitian, laju pertumbuhan harian ikan
bandeng dengan pemberian pakan kandungan protein 30 % memberikan hasil
lebih baik dari pemberian pakan kandungan protein 16 %, hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan terhadap laju pertumbuhan harian ikan bandeng.
Menurut Sudarman (1988), bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung
pada jumlah pakan yang dikonsumsikan, kualitas air dan faktor lain seperti
keturunan, umur, daya tahan serta kemampuan ikan tersebut memanfaatkan
pakan, selanjutnya Supranto (1997) menambahkan bahwa jumlah pakan yang
dikonsumsi harus lebih banyak dari pada jumlah yang digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan aktivitas agar ikan dapat melangsungkan 19
pertumbuhannya. Jumlah pakan yang diberikan sangat penting karena bila terlalu
sedikit akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan akan terjadi persaingan
pakan yang mengakibatkan variasi ukuran ikan dan dihasilkan sebaliknya apabila
pakan terlalu banyak akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan tidak efisien
(C.E Boyd and Frank Licht Koppler, 1986).
4.2.2 Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)
Laju pertumbuhan bobot ikan selama 45 hari pemeliharaan dalam
pemberian pakan yang berbeda pada setiap perlakuan menunjukkan hasil yang
berbeda- beda, Laju pertumbuhan bobot harian paling tinggi ada pada perlakuan
P2= Pelet tipe PF 999 yakni sebesar 1,00 % disusul perlakuan P4= Pelet tipe 79 -2
sebesar 0,83 %, kemudian P3 = Pelet tipe PF 781 sebesar 0,80 % dan yang
terendah perlakuan P1= Pelet tipe PF 1000 sebesar 0,63%. Hal ini menunjukkan
bahwa pakan PF 999 mampu memberi tingkat pertambahan berat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pakan PF 1000, PF 781 dan PF 79-2.
Hal ini menunjukkan bahwa pakan PF 999 mampu memberi tingkat
pertambahan berat lebih tinggi bila dibandingkan dengan pakan PF 1000, PF 781
dan PF 79 -2. Pertumbuhan benih ikan tawes dari pemberian pakan komersil yang
berbeda berupa P1 = Pelet tipe PF 1000, P2 = Pelet tipe PF 999, P3 = Pelet tipe
PF 781, dan P4= Pelet tipe 79-2 memberikan hasil yang berbeda. Perbedaan
pertumbuhan dari empat pakan tersebut disebabkan oleh kandungan gizi pakan
yang berbeda. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arisman (2004) dalam Kitri
(2010) menyatakan bahwa, kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak , dan
protein merupakan sumber energi yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan.
20
Serta Huet (1971) mengemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan yaitu, keturunan, kemampuan memamfaatkan makanan, kualitas air, dan
ruang gerak. Juga dinyatakan bahwa pertumbuhan ikan akan terjadi jika jumlah
makanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sesuai dengan
kebutuhannya.
Namun demikian, hasil penelitian ini masih lebih rendah dibanding hasil
penelitian Rachmawati et al. (2002) terhadap ikan nila gift, yang diberi
penyuplemenan lesitin dalam pakan, yang memberikan nilai SGR 0,614- 0,621%.
Pada hasil penelitian Hariyadi et al. (2002) pada ikan patin memberikan nilai SGR
sebesar 0,327 – 0,600 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing jenis ikan
mempunyai nilai SGR tertentu, yang tergantung pada kualitas dan intake
pakannya untuk menunjang laju pertumbuhannya.
Penelitian Ahmad et al. (1992) juga menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan spesifik ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina) yang diberi
pakan berkadar protein 30%, 40%, 50% tidak berbeda nyata. Penelitian James et
al. 1998 dalam Suwirya, et al., 2001 mendapatkan pertumbuhan spesifik ikan
kerapu macan diperoleh nilai sebesar 5,19 ± 2,94% / hari dengan berat awal 0,76-
2,22 g dalam pemeliharaan 135 hari. Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA
(Gambar 3) dapat diketahui bahwa nilai Fhitung< F tabel. dengan demikian perlakuan
pemberian pakan komersil yang berbeda pada benih ikan tawes( Barbonymus
gonionotus) tidak ada pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pellet tipe PF999 dengan protein
35 % lebih baik dibandingkan dengan pellet tipe PF 1000 dengan protein 35-40
21
%, sehingga penggunaan pellet PF 999 disarankan untuk pembudidaya ikan guna
untuk mempercepat pertumbuhan.
Menurut Murtidjo (2005) yang mengatakan bahwa, makanan bagi ikan
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu budidaya
perikanan, disamping faktor-faktor lain seperti : benih, pengelolaan dan
pencegahan penyakit, ikan memerlukan zat-zat gizi untuk melengkapi kebutuhan
protein energi, mineral, dan lainnya. zat gizi tersebut digunakan untuk proses
pertumbuhan , produksi, reproduksi dan pemeliharaan tubuhnya. Makanan yang
mengandung nutrisi melakukan fungsi-fungsinya dalam tubuh ikan . namun zat-
zat nutrisi yang dikandung oleh setiap makanan tersebut sangat berbeda-beda.
Pertumbuhan spesifik dari penelitian ini juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain juga seperti faktor lingkungan dan kondisi air sehingga setiap
perlakuan ada perbedaan pertambahan berat pertumbuhan . Sesuai dengan
pernyataan Huet ( 1971) dalam Susanti (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Proses pemberian pakan pada
benih ikan tawes (Barbonymus gonionotus) pada setiap perlakuan selama
penelitian diberikan secara ad-libitum (berlebih). Menurut Djarijah (1995) dalam
Sundari (1983) menyatakan bahwa pemberian pakan secara ad-libitum bertujuan
untuk penyediaan pakan secara berlebih agar tidak kekurangan pakan sehingga
kematian yang merupakan masalah utama dalam budidaya ikan dapat dicagah.
4.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Tingkat kelangsungan hidup selama 45 hari masa pemeliharaan benih ikan
tawes mengalami penurunan pada masing-masing perlakuan. Nilai SR terendah
22
diperoleh pada perlakuan P3 = Pelet tipe PF 781 71%, sedangkan nilai SR
tertinggi diperoleh pada perlakuan P1= Pelet tipe PF 1000 100% , pada P2= Pelet
tipe PF 999 89 % dan P4= Pelet tipe 79 -2 93%.
Untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian pakan komersil yang
berbeda pada benih ikan tawes ( Barbonymus gonionotus) terhadap pertumbuhan
dan kelangsungan hidup, maka dilakukan analisis Varian (ANOVA). Berdasarkan
hasil analisis statistik Anova (lampiran 2) dapat diketahui bahwa nilai Fhitung< F
tabel. Dengan demikian perlakuan pemberian pakan komersil yang berbeda pada
benih ikan tawes (Barbonymus gonionotus) tidak ada pengaruh terhadap
perlakuan pertumbuhan dan kelangsungan hidup (SR).
Dari hasil penelitian Reksono et al., (2012) pengaruh pemberian pakan
kadar protein yang berbeda menujukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup
ikan bandeng selama 70 hari pemeliharaan mengalami mortalitas atau kematian
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kualitas air dan padat tebar.
Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng pada perlakuan dengan pemberian
pakan kandungan protein 30 % sebesar 84 % dan pada perlakuan dengan
pemberian pakan kandungan protein 16 % sebesar 84,7 %.
Menurut Fajar (1988) dalam Sukoso (2002) tingkat kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat tebar,
kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit. Selain itu menurut Mudjiman
(2000) pakan yang mempunyai nutrisi yang baik sangat berperan dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan mempercepat pertumbuhan ikan.
23
4.2.3 Kualitas Air
Aspek kualitas air merupakan salah satu parameter yang sangat penting
dalam kegiatan budidaya perairan. Terdapat dua faktor yang berperan dalam
menurunkan kualitas air, yaitu faktor eksternal dan internal. kedua faktor tersebut
sangat berkaitan dan berhubungan erat, karena bila air yang dimasukkan kedalam
kolam adalah air yang telah tercemar atau kualitas airnya buruk maka
pertumbuhan ikan akan mengalami penurunan/ terhambat.
Nilai kualitas air menunjukkan bahwa parameter ini masih dalam batas
kelayakan untuk kehidupan ikan tawes. Hasil pengukuran suhu selama penelitian
ini berkisar antara 27-28 oC (Tabel). Menurut Santoso (1996) dalam Siti et al
(2009) menyatakan kisaran kelayakan temperatur air bagi ikan tawes adalah 14-
28oC.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh
suhu perairan tersebut. Secara umum laju pertumbuhan meningkatkan sejalan
dengan kenaikan suhu ,dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebebkan kematian bila peningkatan suhu eksrim (Gufran,2007).
Ikan tawes dapat hidup pada suhu air antara 18 – 30 oC Huet (1971) dalam
Dewi (2001) sedangkan menurut Brown (1957) menyatakan bahwa temperatur
antara 26 - 30 oC merupakan temperatur yang optimal untuk ikan tawes , pada
suhu 10 oC ikan tawes akan berhenti makan dan terhambat pertumbuhannya jika
suhu mencapai 5 oC.
24
Dari data Tabel 4 terlihat bahwa pH selama 45 hari percobaan adalah 5.
Menurut Evi (2001) pH air untuk budidaya tawes berkisar antara 6,7 sampai 8,6,
pH air selama masa penelitian ini masih dalam batas kisaran pH optimum untuk
budidaya tawes. Dari pH yang masih optimum tersebut, dapat diketahui bahwa
pakan buatan yang diberikan selama percobaan, tidak memberikan pengaruh
buruk terhadap kualitas air. Derajad keasaman (pH) merupakan salah satu
indikator kualitas lingkungan air. Air yang mendekati basa dapat lebih cepat
proses pembongkaran bahan anorganik menjadi garam mineral seperti amonia,
nitrat dan phosfat. Garam mineral tersebut akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan
dalam air, yang menjadi makanan alami bagi ikan. Pada umumnya perairan yang
basa lebih produktif dari perairan yang asam (Soeseno, 1983). Jadi apabila dilihat
pada kisaran pH, perairan yang digunakan untuk penelitian ini termasuk produktif.
Hal ini karena pH pada air kolam yang digunakan untuk penelitian mendekati
basa.
25
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian pakan komersil yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan tawes (Barbonymus
gonionotus).
2. Pakan komersial dengan perlakuan P2 Pelet tipe PF 999 merupakan pakan
yang terbaik terhadap pertumbuhan benih ikan tawes (Barbonymus
gonionotus), dan perlakuan P1 Pellet tipe PF 1000 merupakan jenis pellet
terbaik terhadap kelangsungan hidup benih ikan tawes (Barbonymus
gonionotus).
5.2 Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan adanya penelitian
lanjutan mengenai penambahan hari ataupun masa pemeliharaan benih ikan
tawes. Disarankan menggunakan Pellet yang terbaik dan termurah adalah Pellet
tipe PF 999 dengan harga Rp.16000 dibandingkan Pellet lain yang protein 40 %
tetapi harganya lebih mahal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adipu., Y, H. Sinjal, J. Watung. 2011. Pengenceran sperma terhadap motilitas spermatozoa, fertilitas dan daya tetas ikan lele (Clarias sp). Ejournal Unsrat, 7 (1): 48-55.Amri., Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan konsumsi. Agromedia. Jakarta.
Ahmad, Taufik. M. Ardiansyah, dan D. Usmunandar. 1992. Pengaruh pemberian pakan berkadar protein berbeda terhadap pertumbuhan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). J. Penelitian Budidaya Pantai, 7(2):71-80.
Andayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air. Penerbit Brillian Internasional. Surabaya. 75 – 95 hal.
Anggraeni, N. M dan Nurlita, A. 2013. Pengaruh Pakan Alami Dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata) Pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits II (1) : 2337-3520
Boyd, C.E., 1988, Water Quality Management for Pond Fish Culture, Elsevier Scientific Publishing Company, New York.
Cahyono, B. 2011. Untung Berlipat Budi Daya Tawes Sebagai Bahan Baku Keripik. Lili Publisher, Yogyakarta. 110 hal.
Djajasewaka.H., J. Subagja; A. Widiyati, R.Samsudin Dan Winarlin. 2005.Pengaruh Kadar Protein Terhadap Produksi Dan Kualitas Telur Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasselti). Seminar Hasil Penelitian Balai Riset Perikanan Budiaya Air Tawar,Bogor.
Effendi. 1997. Biologi perikanan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Effendie, M. I. 2004. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor, 112 hlm.
Evi, R. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Penerbit Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 150 hlm.
27
Fajar, M. 1988. Budidaya Perairan Intensif. Nuffic/ Unibraw/ Luw/ Fish. Fish Project. Universitas Brawijaya Malang. Dalam Sukoso.2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta.
Hariyadi, B., F.N. Rachmawati, dan S. Sukmaningrum. 2002. Uji efektivitas penggunaan protein pakan pada ikan patin (Pangasius sp.) melalui pendekatan pada keefisienan pakan, produktivitas protein dan retensi energinya. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi, Unsoed. Purwokerto.
Herawati,V.E.2005. Manajemen Pemberian Pakan Ikan. Laporan Pengembangan Program Mata Kuliah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro
Hoar, W.S.D. J. Randall dan J. R. Brett. 1979. Fish Physiologi Volume VIII. Academic Press. Inc.
Huet, M. 1971. Text book of fish culture breeding and cultivation of fish. Fishing New Books, Ltd., England
Kottelat, M., S. N. Kartikasari, A. J. Whitten dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Perplus Edition (HK) Ltd. Jakarta. Indonesia.
Kottelat, M. 2004. Botia kubotai, A new Species of Loach (Teleostei:Cobitidae) From The Ataran River Basin (Myanmar), With Comments on Botiine Nomenclature and Diagnosis of A New Genus. Zootaxa 401.
Masduqi. 2009. Manajemen Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Muchlisin, Z.A., and M. Siti Azizah. 2009. Influence of cryoprotectants on abnormality and motility of baung (Mystus nemurus) spermatozoa after long-term cryopreservation. Cryobiology, 58(2):166-169
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Mulyadi, M. T. Usman dan Suryani. 2010. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelulus hidupan Benih Ikan Selais (Ompok hypothalmus). Berkala Perikanan Terubuk., 38(2)
Murtidjo, 2001. Usaha Pembenihan dan pemberantasan ikan tawes. Penebar Swadaya , Jakarta
28
Murtiningsih. 2007. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan terhadap Efisiensi Pemberian Pakan dan Pertumbuhan Benih Lele Dumbo “Sangkuriang” (Clarias garipienus). [SKRIPSI]. FPIK UniversitasDiponegoro, Semarang, 45 hlm.
Nelson., S. Joseph. 2006 Fisher of the World. Wiley. Canada.
Reksono, B. H. Hamdani, dan Yuniarti, 2012. Pengaruh Padatan Penebaran Gracilaria Sp Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng Pada Budidaya.
Rachmawati, F.N., B. Hariyadi, dan U. Susilo. 2002. Aplikasi penggunaan lesitin pada pakan buatan untuk meningkatkan pertumbuhan dan keefisienan pakan ikan nila gift (Oreochromis sp.). Makalah disampaikan pada Seminar Biologi Nasional ke-3 di ITS Surabaya, 27 Agustus 2002.
Soeseno, S. 1983. Budidaya Ikan dan Bandeng dalam Tambak. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and procedures of statistics. McGraw Hill, New York, USA. 481p.
Sudarman, 1988. Budidaya Udang Windu. Pembesaran Di Tambak, Agricultural Tehnical Boston W.D.C Surabaya.
Susanto, H. 2000. Usaha Pembenihan dan pemberantasan ikan tawes. Penebar Swadaya , Jakarta
Wardhani, L.K, M. Safrizal dan A. Chariri. 2011. Optimasi Komposisi Bahan Pakan pada Ikan Air Tawar menggunakan metode multi-objective genetic algorithm. dalam Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) di Yogyakarta Tanggal 17-18 Juni 2011. pp. 112-117.
29
LAMPIRAN GAMBAR
30
Pellet PF 79-2
Penimbangan Berat Akhir
Pellet PF 1000
Pellet yang diberikan (g)
Pellet PF 781
Pemberian Pellet diberikan
Pengukuran Berat Awal Penyifonan
Pengambilan Benih
Lampiran 1 Pertumbuhan Mutlak (W)
ANOVASource of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1728,967
3 576,322475 3,050886894 0,092037408 4,066180557
Within Groups 1511,226
8 188,9032583
Total 3240,193
11
F Hitung < F TabelBerarti tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SGR ikan sehingga tidak perlu uji lanjut
Lampiran 2 Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,223158333 3 0,074386111 0,366238597 0,779477778 4,066180557
Within Groups 1,624866667 8 0,203108333
Total 1,848025 11
F Hitung < F TabelBerarti tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SGR ikan sehingga tidak perlu uji lanjut
Lampiran 3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1384,917 3 461,6389 1,843483084 0,217474421 4,066180557
Within Groups 2003,333 8 250,4167
Total 3388,25 11
F Hitung < F Tabel
Berarti tidak ada pengaruh perlakuan terhadap SR ikan sehingga tidak perlu uji
lanjut
31
Data Mentah Pertumbuhan Mutlak (W)
W = Wt - Wo
Keterangan:W = Pertumbuhan berat mutlak (gram)Wt = Berat-rata-rata pada waktu t (gram)Wo = Berat rata-rata pada waktu 0 (gram)
Perlakuan UlanganBobot rata-rata (Gram)
Bobot Awal Bobot Akhir Wt-Wo
P1 1 47,29 64,11 16,82
2 48,79 67,56 18,77
3 48,51 60,23 11,72
Total 144,59 191,9 47,31
Rata-rata 48,19666667 63,96666667 15,77
P2 1 48,39 77,32 28,93
2 49,52 41,08 -8,44
3 48,43 66,36 17,93
Total 146,34 204,44 58,1
Rata-rata 48,78 68,14666667 19,36666667
P3 1 52,66 19,82 -32,84
2 48,89 31,71 -17,18
3 48,95 52,46 3,51
Total 150,5 145,4 -5,1
Rata-rata 50,16666667 48,46666667 -1,7
P4 1 48,75 72,97 24,22
2 45,69 60,08 14,39
3 49,76 50,81 1,05
Total 144,2 195,97 51,77
32
Rata-rata 48,06666667 65,32333333 17,25666666
Data Mentah Pertumbuhan Bobot Spesifik ( SGR)
Keterangan :SGR = Laju pertumbuhan harianWo = Berat ikan uji pada awal penelitian (g)Wt = Berat ikan uji pada akhir penelitian (g)T = Waktu penelitian (hari)
Perlakuan Ulangan Bobot rata-rata (Gram)Bobot awal Bobot akhir rata2
WoRata2
WtLN Wt-LN
WoLNwt,Lnwo /45
X 100 SGR
P1 1 47,29 64,11 3,15 4,27 0,30 0,007 100 0,68
2 48,79 67,56 3,25 4,50 0,33 0,007 100 0,72
3 48,51 60,23 3,23 4,02 0,22 0,005 100 0,48
Total 144,59 191,9 9,64 12,79 0,85 0,019 100 1,88
Rata-rata
48,19666667 63,96666667 3,21 4,26 0,28 0,006 100 0,63
P2 1 48,39 77,32 3,23 5,15 0,47 0,010 100 1,04
2 49,52 56,02 3,30 5,09 0,43 0,010 100 0,96
3 48,43 71,1 3,23 5,08 0,45 0,010 100 1,01
Total 146,34 204,44 9,76 15,33 1,36 0,030 100 3,01
Rata-rata
48,78 68,14666667 3,25 5,11 0,45 0,010 100 1,00
P3 1 52,66 49,55 3,51 8,26 0,86 0,019 100 1,90
2 48,89 39,64 3,26 3,30 0,01 0,000 100 0,03
3 48,95 56,21 3,26 4,02 0,21 0,005 100 0,46
Total 150,5 145,4 10,03 15,58 1,08 0,024 100 2,39
Rata-rata
50,16666667 48,46666667 3,34 5,19 0,36 0,008 100 0,80
P4 1 48,75 72,97 3,25 4,86 0,40 0,009 100 0,90
2 45,69 64,37 3,05 4,60 0,41 0,009 100 0,92
3 49,76 58,63 3,32 4,51 0,31 0,007 100 0,68
33
SGR = LnWt−LnWoT
x 100 %
Total 144,2 195,97 9,61 13,97 1,12 0,025 100 2,49
Rata-rata
48,06666667 65,32333333 3,20 4,66 0,37 0,008 100 0,83
Data Mentah Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)
Keterangan :SR : Kelulushidupan benih tawes (%)No : Jumlah benih diawal penelitian Nt : Jumlah benih diakhir penelitian
Tingkat Kelangsungan Hidup ( SR) Ikan Tawes
Perlakuan Ulangan Jumlah Ikan (Ekor) SR(%)Awal Akhir
P1 1 15 15 1002 15 15 1003 15 15 100
P2 1 15 15 1002 15 11 733 15 14 93
P3 1 15 6 402 15 12 803 15 14 93
P4 1 15 15 1002 15 14 93,33 15 13 87
TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATA-RATA
1 2 3P1 100 100 100 300 100P2 100 73 93 267 89P3 40 80 93 213 71P4 100 93 87 280 93
TOTAL 340 347 373 1060 353RATA-RATA 136 139 149 424 88
34
SR = NtNo
x 100 %