kajian suhu yang berbeda terhadap daya tetas …digilib.unila.ac.id/32239/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KAJIAN SUHU YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETASDAN PERKEMBANGAN TELUR IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus)
(Skripsi)
OlehNURUL ZIKRA NASKUROH
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
DIFFERENT TEMPERATURE ON THE HATCHING RATE ANDDEVELOPMENT ON SILVER BARB (Barbonymus gonionotus)
Nurul Zikra Naskuroh1, Tarsim2 dan Siti Hudaidah2
ABSTRAK
Temperature has significant effect on hatching rate and fish larvae. Hightemperatures can disrupt enzyme activity, low temperatures can affect eggmetabolism and inhibit hatching process in eggs and larvae development. Thisresearch was conducted to determine the effect of temperature on hatching rate,embryo development and egg hatching time of silver barb. This study usedCompletely Randomized Design (CRD) with four treatments (25 ℃, 26 ℃, 27 ℃and 28 ℃) and three replications. Parameters observed included the developmentof egg embryo, egg hatching rate, and hatching time. The data obtained wereanalyzed using a fingerprint analysis followed by a further test of LeastSignificant Different (LSD). The results showed that the temperature hadsignificant effect (P <0.05) to hatching rate and hatcing time. The results showedthat the highest hatching rate with a value of 93% at 26 ℃, mean while the fastesthatching time with a value of 12.93 hours at a temperature of 26 ℃.
Keywords : Silver barb, Temperature, Hatching rate, Hatching time
KAJIAN SUHU YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS DANPERKEMBANGAN TELUR IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus)
Nurul Zikra Naskuroh1, Tarsim2 dan Siti Hudaidah2
ABSTRAK
Suhu berpengaruh signifikan terhadap daya tetas dan larva ikan. Suhu tinggi dapatmengganggu aktivitas enzim, suhu rendah dapat mempengaruhi metabolisme telurdan menghambat proses penetasan pada telur dan perkembangan larva. Penelitianini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap hasil daya tetas,perkembangan embrio dan lama waktu penetasan telur. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (25 ℃,26 ℃, 27 ℃ dan 28 ℃) dan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati meliputiperkembangan embrio telur, daya tetas telur, dan lama waktu penetasan telur.Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik rgam dilanjutkandengan uji lanjut BNT (Beda Nytaa Terkecil). Hasil penelitian menunjukkanbahwa suhu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tetas telur, dan lamawaktu penetasan telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tetas tertinggidengan nilai 93% pada suhu 26℃ , kelangsungan dan lama waktu penetasan telurtercepat dengan nilai 12,93 jam pada suhu 26℃.
Kata kunci: Ikan Tawes, Suhu, Daya tetas, Kelangsungan hidup, Lama waktupenetasan telur.
KAJIAN SUHU YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETASDAN PERKEMBANGAN TELUR IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus
Oleh
NURUL ZIKRA NASKUROH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 23 Mei
1995 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Hi. Abdullah Makmur dan Ibu Hj. Saminah.
Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak (TK)
KH.Ghalib yang diselesaikan pada tahun 2001, dilanjutkan ke Sekolah Dasar
Negeri (SDN) 01 Pringsewu Utara diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 03 Pringsewu diselesaikan pada tahun 2010,
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 02 Pringsewu diselesaikan pada tahun
2013. Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian (FP) Universitas
Lampung melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)
pada tahun 2014 dan menyelesaikan studinya pada tahun 2018.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang
Pengabdian Masyarakat pada tahun 2015/2016 dan sebagai sekretaris bidang
Pengabdian Masyarakat pada tahun 2016/2017, penulis pernah menjadi asisten
praktikum pada mata kuliah Avertebrata Air pada tahun 2016/2017, Fisiologi
Hewan Air pada tahun 2016/2017, Limnologi pada tahun 2017/2018, Biologi
Perikanan pada tahun 2017/2018, dan Bioteknologi Akuakultur pada tahun
2017/2018.
Selama masa studi penulis pernah melaksanankan kegiatan magang di
UPT Balai Budidaya Ikan (BBI) Metro dengan kegiatan “Pembenihan dan
Pemijahan Ikan Lele dan Ikan Mas”, Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu
dan Keamanan Hasil Pangan (BKIPM) Kelas I Panjang, Lampung dengan
kegiatan “Identifikasi Virus Dan Penyakit Pada Udang Menggunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR)” dan di Balai Besar Budiadaya Laut
(BBPBL) Lampung dengan kegiatan “Pembenihan Ikan Kakap Putih”. Penulis
melaksanakan Praktik Umum di LOKA Balai Perbenihan Ikan Air Tawar
Ngrajek Magelang, Jawa Tengah dengan judul “Perbenihan Ikan Tawes
(Barbonymus gonionotus) di Loka Balai Perbenihan Ikan Air Tawar Ngrajek
Magelang, Jawa Tengah” pada tahun 2017. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Seputih
Banyak, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2017. Penulis melaksanakan
penelitian akhir di LOKA Balai Perbenihan Ikan Air Tawar Ngrajek Magelang,
Jawa Tengah dengan judul “Kajian Suhu Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas
dan Perkembangan Telur Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)” pada tahun
2017.
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWTKupersembahkan karya sederhana ini kepada kepada
orangtua dan Keluarga Besarku yang selalu mendoakandan memberi semangat dalam hidupku.
Keluarga Budidaya Perairan 2014 yang bersama menimbailmu di Jurusan Perikanan dan Kelautan
Dan tidak lupa untuk almamater tercinta“Universitas Lampung”
Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolonganAllah. (Q.S. Huud: 88)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,maka apabila kamu selesai (dari suatu urusan)
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,dan hanya kepada Allah lah hendaknya kamu berharap.
(Q.S. Alam Nasyrah:6-8)
Aku sudah merasakan semua kepahitan dalamhidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada
manusia. (Ali bin Abi Thalib)
Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yangdidasarkan pada ilmu pengetahuan. (Ali bin Abi Thalib)
Menyia-nyiakan waktu lebih buruk dari kematian.Karena kematian memisahkanmu dari dunia
sementara menyia-yiakan waktu memisahkanmudari Allah. (Imam bin Qoyim)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Suhu Yang
Berbeda Terhadap Daya Tetas dan Perkembangan Telur Ikan Tawes
(Barbonymus gonionotus)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Bapak Hi. Abdullah Makmur dan Hj. Ibu Saminah atas dukungan, kasih
sayang, motivasi, semangat, doa yang tiada henti-hentinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan studinya.
3. Mbaku Roifah dan Islachiyah, adikku Ahmad Muzaki, ponakanku Fadli
dan Ramiza atas kebersamaan, kasih sayang dan doa yang tiada henti-
hentinya untuk penulis.
4. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan sebagai
pembimbing II.
5. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang memberikan motivasi dan saran selama aktif dalam perkuliahan
6. Bapak Tarsim, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing I atas kesediaan
meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan,
masukkan berupa kritik dan saran dalam menyelesaikan skripsi.
7. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku pembahas yang telah
memberikan masukkan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan
penyelesaian skripsi.
8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas
Lampung.
9. Ketua Balai beserta karyawan LOKA Balai Perbenihan Budidaya Ikan Air
Tawar Ngrajek Magelang, Jawa Tengah.
10. Kekasihku Triando Kurniawan, S.Pi yang selalu menemani, mendukung,
memotivasi, memberikan semangat, dan membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman Budidaya Perairan 2014 yang selalu ada dan tidak akan
terlupakan kebersamaanya.
12. Teman-teman Praktik Umum (Ratna dan Rana) dan teman-teman Kuliah
Kerja Nyata (Cindy, Elma, Fika, Fadil, kak Agung, Farid, Robert, Supinah
dan Komang ).
13. Teman-teman kosan Green House Alfi, mbak Dewi dan April yang selalu
memberikan keceriaan.
14. Teman-teman dari Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga,
Universitas Nahdlatul Ulama, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Diponegoro serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terimakasih atas doa dan dukungannya
Penulis menyadari dalm skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini
dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................DAFTAR ISI........................................................................................DAFTAR GAMBAR...........................................................................DAFTAR TABEL................................................................................DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................
I. PENDAHULUAN............................................................................1.1 Latar Belakang............................................................................1.2 Tujuan Penelitian........................................................................1.3 Manfaat .....................................................................................1.4 Kerangka Pikir............................................................................1.5 Hipotesis ....................................................................................
II. TINJAUAN PUTAKA...................................................................2.1 Ikan Tawes..................................................................................
2.1.1 Biologi Ikan Tawes...........................................................2.1.2 Habitat Ikan Tawes............................................................
2.2 Kualitas Air ................................................................................2.2.1 Aplikasi Suhu Terhadap Ikan Lain.....................................2.2.2 Oksigen Terlarut.................................................................
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hatching Rate....................2.4 Fekunditas ..................................................................................
III.METODE PENELITIAN...............................................................3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................3.2 Alat dan Bahan Penelitian............................................................3.3 Rancangan Penelitian..................................................................3.4 Prosedur Penelitian......................................................................
3.4.1 Persiapan Kolam Pemijahan...............................................3.4.2 Seleksi Induk dan Pemijahan..............................................3.4.3 Penetasan Telur...................................................................
3.5 Parameter yang Dhitung..............................................................2.5.1 Hatching Rate ....................................................................2.5.2 Suhu....................................................................................2.5.3 Pengamatan Perkembangan Telur ......................................
3.6 Lama Penetasan Telur...................................................................3.7 Analisis Data................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
Halamaniiiiiv
viiviii
112224
5556778910
1111111113131314141415151516
17
4.1 Perkembangan Telur Ikan Tawes..................................................4.2 Daya Tetas Telur (Hatching Rate) dan Lama Waktu Penetasan
Telur (Hatching Time)…………........... ......................................4.3 Kualitas Air...................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................5.1 Kesimpulan ...................................................................................5.2 Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
5.3 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
17
1921
232323
24
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Alat dan Bahan Penelitian.......................................................
2. Ciri-ciri jantan dan betina........................................................
3. Fase Perkembangan Embrio Ikan Tawes.................................
4. Waktu Perkembangan Embrio Ikan Tawes.............................
5. Daya tetas dan lama waktu penetasan.....................................
6. Parameter kualitas air media penetasan telur ikan tawes
selama penelitian.....................................................................
Halaman
11
13
17
19
20
21
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Pikir.........................................................................
2. Ikan Tawes...............................................................................
3. Skema Rancangan Perlakuan...................................................
Halaman
3
5
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Perhitungan Statistik Daya Tetas Ikan Tawes..............................
2. Perhitungan Statistik Lama Waktu Penetasan Telur Ikan
Tawes...........................................................................................
3. Prosedur Penelitian......................................................................
4. Foto-Foto Alat dan Bahan Kegiatan Penelitian...........................
5. Kualitas Air Selama 3 Hari Pemeliharaan...................................
Halaman
27
29
31
32
33
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan tawes (Barbonymus gonionotus) merupakan salah satu ikan lokal indonesia
yang memiliki sumber protein hewani sangat diperlukan oleh manusia. Ikan
tawes juga adalah ikan yang telah lama dibudidayakan karena cocok di Indonesia
yang beriklim tropis. Sehingga ikan ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun
(Cahyono, 2011). Saat ini dalam budidaya ikan tawes, banyak para pembudidaya
yang mengalami kendala dalam perkembangannya, terutama dalam usaha
pembenihan. Permasalahan yang sering dihadapi adalah rendahnya daya tetas
telur ikan tawes dimana pada perkembangan fase embrio dan larva sering
mengalami hambatan. Fase embryo dan larva merupakan fase yang sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan bahkan dalam kisaran yang sempit (Effendie,
2002). Salah satu parameter lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap
daya tetas telur, dan perkembangan larva ikan adalah suhu (Gracia-lo pezetet al.,
2004).
Suhu media berpengaruh penting terhadap perkembangan organ larva, tingkatan
daya tetas, tingkah laku larva (Bagenal & Braun, 1978) dan tingkat abnormalitas
larva (Sfakianakiset et al., 2011). Hakim & Gamal (2009) menyatakan bahwa
setiap jenis ikan memiliki kisaran suhu optimum yang berbeda terkait dengan
perkembangan daya tetas larva dan sangat sedikit sekali informasi mengenai suhu
optimum untuk perkembangan dan daya tetas telur ikan tawes. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kajian mengenai suhu optimum dalam media penetasan untuk
memperoleh daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan tawes yang tinggi.
2
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu optimum terhadap hasil
daya tetas dan lama waktu penetasan telur dan proses perkembangan embrio ikan
tawes (Barbonymus gonionotus).
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kajian suhu
yang bebeda terhadap daya tetas telur agar diketahui suhu optimum dalam media
penetasan serta pengaruhnya terhadap daya tetas dan perkembangan embrio ikan
tawes.
1.4 Kerangka Pikir
Ikan tawes merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi di beberapa daerah.Ikan tawes dapat dikonsumsi
dalam keadaan segar maupun kering baik daging maupun telurnya. Namun saat
ini, masyarakat masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam yang
menyebabkan penurunan populasi ikan tawes di alam. Oleh karena itu, kegiatan
budidaya dapat dijadikan salah satu upaya untuk dapat menjaga populasi ikan
tawes di alam. Budidaya ikan tawes dalam wadah terkontrol belum banyak
dilakukan, sehingga informasi tentang suhu optimum untuk daya tetas dan
perkembangan larva masih terbatas. Hal ini sangat diperlukan untuk kelangsungan
kegiatan budidaya ikan tawes. Keberhasilan telur untuk menetas dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor dari dalam yaitu kerja mekanik dari aktivitas
larva itu sendiri maupun dari kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur,
sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi penetasan telur ikan, yaitu
suhu, kelarutan oksigen, intensitas cahaya, pH dan salinitas (Andriyanto et al.,
2013).
Suhu merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan perkembangan
telur dan larva ikan karena mempengaruhi tingkat metabolisme (Blaxter, 1992;
Kamler, 2008). Pada suhu tinggi akan memacu metabolisme embrio sehingga
perkembangan embrio pada media inkubasi yang lebih tinggi akan semakin cepat
3
dan menghasilkan larva yang lebih cepat menetas (Andriyanto et al., 2013;
Budiardi et al., 2005). Peningkatan suhu pada media inkubasi berbanding lurus
dengan peningkatan daya tetas telur hingga mencapai suhu optimal (Andriyanto et
al., 2013). Namun suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat
proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu ekstrim atau berubah secara mendadak
dapat menyebabkan kematian embrio dan kegagalan penetasan. Suhu optimum
dalam proses perkembangan larva, menghasilkan larva yang berukuran besar,
porsi kuning telur menjadi jaringan lebih cepat, kemampuan makan dan
kemampuan berenang lebih besar, kuat dan tidak mudah sakit (Hemming and
Buddington, 1988). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pengaruh
aplikasi suhu pada penetasan telur ikan tawes.
Terbatas
Diperlukan
Dipengaruhi
Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Informasi
Aplikasi Suhu
Kelangsungan Budidaya
Ikan Tawes
Informasi Suhu
Ikan Tawes
Suhu
Perkembangan Embrio
Daya Tetas Telur
Perkembangan Embrio
Daya Tetas Telur
Budidaya Ikan Tawes
4
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ho : µo = 0 Tidak ada pengaruh suhu terhadap daya tetas telur ikan tawes
H1 : µo ≠ 0 Ada pengaruh suhu terhadap daya tetas telur ikan tawes
Ho : µo = 0 Tidak pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup larva ikan
tawes
H1: µo ≠ 0 Ada pengaruh suhu terhadap kelangsungan hidup larva ikan
tawes
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Tawes
2.1.1 Biologi Ikan tawes
Gambar 2. Ikan Tawes
Menurut Kottelat (1999), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Familia : Cyprinidae
Genus : Barbodes
Species : Barbonymus gonionotus
Ikan tawes merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Menurut Kementrian Kelautan dan
Perikanan total produksi ikan tawes pada tahun 2010 mencapai 1.538,3 ton atau
6
8,32% dari total keseluruhan produksi budidaya. Ikan tawes juga merupakan salah
satu ikan air tawar yang mudah dibudidayakan oleh para petani ikan, baik di
kolam atau di waduk dengan menggunakan jarring apung. Selain sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan, ikan tawes juga dapat meningkatkan nilai gizi
masyarakat, karena ikan tawes banyak mengandung protein hewani (Susanto,
2000).
Ikan tawes memiliki badan dengan ciri-ciri sebagai ikan familia Cyprinidae, yaitu
badannya ditutupi dengan sisik-sisik sikloid atau campur dengan sisik-sisik
stenoid. Sirip dubur dan sirip punggung ada yang pendek dan ada yang panjang,
sedangkan sirip ekornya bercagak, bentuknya simetris. Sirip dada terletak jauh
dari sirip perut pada bagian depan badan. Celah insangnya lebar, terletak di
belakang tutup insang (Djuhanda, 1981). Moncong ikan tawes runcing, mulutnya
terletak di ujung terminal (tengah), dan mempunyai dua pasang sungut yang
sangat kecil. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk yang
ke 10 (Susanto, 2000).
2.1.2 Habitat Ikan Tawes
Ikan tawes merupakan ikan asli Indonesiadengan nama “Putuhan atau Bander
Putihan”. Ikan tawes dapat dibudidayakan dengan baik mulai dari tepi pantai (di
tambak air payau) sampai ketinggian 800 m di atas permukaan air laut, dengan
suhu air optimum antara 25℃ –33℃. Ikan ini mempunyai ketahanan hidup di air
payau hingga 7 per mil dan memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak
oksigen dan hidup diperairan tawar dengan pH 7. Ikan ini termasuk herbivore
atau pemakan tumbuhan (Kotelat et al., 1993) .
Ikan tawes merupakan penghuni sungai dengan arus deras, rawa dan waduk.
Tubuhnya yang langsing dan tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam
perairan yang berarus deras pada kedalaman hingga lebih dari 15 meter. Ikan
tawes dapat juga menerima makanan tambahan seperti sisa-sisa dapur, dedak dan
bungkil. Tawes tergolong sebagai ikan pemakan tumbuh-tumbuhan.Larva ikan
tawes memakan alga bersel satu (uniseluler) dan zooplankton yang halus. Ikan
7
tawes dewasa suka memakan daun-daunan seperti daun talas dan singkong serta
tanaman air seperti Hydrilla verticillata. Ikan tawes mudah berkembang biak di
alam tetapi juga tidak sulit dikembangkan di kolam dan sawah (Susanto, 2000).
2.2 Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena diperlukan
sebagai media hidup ikan. Air yaitu media yang paling vital bagi kehidupan ikan,
terutama ikan tawes. Di dalam budidaya ikan, kualitas dan kuantitas air yang
memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya ikan.
Oleh karena itu, sejak pemilihan lokasi, kuantitas dan kualitas air merupakan salah
satu yang di jadikan ukuran untuk menilai layak atau tidaknya suatu perairan atau
sumber air di gunakan untuk budidaya ikan dengan wadah tertentu (Ghufran,
2010).
Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan
dan binatang lainnya. Variabel tersebut meliputi sifat fisika, kimia, serta biologi
air (Arie, 2000). Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak
berpengaruh negatif terhadap sasaran, antara lain pertumbuhan ikan, penetasan
telur dan, kelulushidupan ikan (Zonneveld et al., 1991). Kualitas air yang kurang
baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan antara lain pencemaran limbah organik, bahan
buangan zat kimia dari pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan
kebun-kebun, dan dari limbah rumah tangga (Efendie, 2003).
2.2.1 Aplikasi Suhu Terhadap Ikan Lain
Suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat mempengaruhi nafsu makan
dan pertumbuhan badan ikan. Suhu ideal untuk pemeliharaan ikan secara intensif
adalah 25-30 ℃, di luar itu akan mengurangi selera makan ikan, sedangkan suhu
air yang optimal antara lain 25-27 ℃ (Effendi, 1997). Suhu air antara siang dan
malam tidak begitu besar perbedaannya atau tidak lebih dari 5℃, misalnya antara
25℃ dan 30℃. Suhu yang baik untuk budidaya ikan tawes adalah 20-25℃
(Ropiah, 2000).
8
Effendie (2002) menyatakan, lama pengeraman ikan tidak sama tergantung pada
spesies ikannya dan beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama
mempengaruhi pengeraman adalah suhu perairan. Suhu memberi pengaruh
terhadap perkembangan morfologi, nilai daya tetas dan tingkah laku larva (Valeta
et al., 2013). Pada penelitian sebelumnya, suhu berpengaruh pada perkembangan
telur dan penetasan pada ikan mas (C. carpio) (El- Gamal, 2009) dan ikan cod
(Gadus morhua L) (Geffen et al., 2006).
Hasil penelitian Valeta et al., (2013) juga menunjukkan bahwa suhu berpengaruh
terhadap persentase penetasan ikan tilapia (O. karongae) (51,9% pada suhu 29 ℃,
52,2% pada suhu 27 ℃ dan 41,2% pada suhu 20 ℃). Hasil penelitian Nugraha et
al., (2012) suhu inkubasi 26℃ menghasilkan persentase penetasan paling tinggi
yaitu, 36% pada ikan Black gohst (A. albiforns). Dalam Andriyanto et al., (2013)
persentase penetasan tertinggi pada perlakuan dengan suhu 30℃ sebesar 92,25%
pada ikan kerapu raja sunu. Sedangkan hasil penelitian Aprilianti et al., (2013),
menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap waktu penetasan telur ikan betok
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase penetasan telur ikan betok.
Bidwell et al.,(1985) mengemukakan bahwa persentase telur yang menetas pada
ikan Channel Catfish dengan kejutan suhu panas untuk pembentukan poliploidi
berbeda-beda antara lain dipengaruhi oleh suhu kejutan, saat pemberian kejutan,
dan lama kejutan. Lebih jauh dikemukakan bahwa dengan pemberian suhu akan
memberikan efek samping pada perkembangan embrio. Hal ini dimungkinkan
karena terjadinya perubahan rasio pada nuclearcytoplasm yang menyebabkan
aktivitas genom pada embrio berlangsung secara cepat dibandingkan denga ikan
diploid.
2.2.2 Oksigen Terlarut
Ikan memerlukan oksigen untuk bernapas, melakukan aktivitas seperti berenang,
pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Selain itu, laju pertumbuhan dan
konversi pakan juga sangat bergantung pada kandungan oksigen (Cahyono, 2000).
9
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai
pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan
dalam kegiatan budidaya ikan (Djarijah, 1995). Lebih lanjut dinyatakan bahwa
nilai oksigen dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting, karena kondisi
yang kurang optimal bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang dapat
mengakibatkan kondisi stress bagi ikan sehingga mudah terserang penyakit.
Semua organisme perairan bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida.
Kandungan oksigen sangat bertentangan dengan kandungan karbondioksida di
dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air bisa berasal dari hasil proses
fotosintesis dengan bantuan sinar matahari atau berasal dari luar melalui proses
difusi permukaan air (Ropiah, 2000). O2 terlarut yang dianggap paling ideal
untuk tumbuh dan berkembangbiak ikan dalam kolam yaitu 5-6 ppm (Susanto,
1997). Apabila kadar O2 3-4 ppm dalam jangka waktu yang lama ikan akan
berhenti makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar O2 terlarut yang dianggap
membahayakan bagi ikan apabila hanya mencapai 3 ppm sedangkan kandungan
yang diharapkan lebih dari 5 ppm (Mulyanto, 1992). O2 terlarut untuk budidaya
ikan tawes sebaiknya lebih dari 5 ppm (Ropiah, 2000).
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hatching Rate
Keberhasilan telur untuk menetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor dari dalam yaitu kerja mekanik dari aktivitas larva itu sendiri maupun dari
kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur, sedangkan faktor lingkungan yang
mempsengaruhi penetasan telur ikan, yaitu suhu, kelarutan oksigen, intensitas
cahaya, pH dan salinitas (Andriyanto et al., 2013; Blaxter, 1992).Faktor dalam
adalah hormon dan volume kuning telur. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa
dan tyroid berperan dalam proses metamorfosa, dan volume kuning telur
berhubungan dengan perkembangan embrio sedangkan faktor luar yang
mempengaruhi penetasan adalah suhu, pH, salinitas (Kamler, 1992 dalam
Sukendi, 2003), gas-gas terlarut (oksigen, CO2 dan amoniak) (Lagler et al., 1972
10
dalam Sukendi 2003), dan intensitas cahaya (Nikolsky, 1963 dalam Sukendi
2003).
Effendie (2002) menyatakan, lama pengeraman ikan tidak sama tergantung pada
spesies ikannya dan beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama
mempengaruhi pengeraman adalah suhu perairan. Suhu memberi pengaruh
terhadap perkembangan morfologi, nilai daya tetas dan tingkah laku larva (Valeta
et al., 2013). Suhu menjadi sangat penting dalam gametogenesis untuk
keberhasilan dalam proses pemijahan dan daya tetas telur (Olivia et al., 2012).
Suhu optimum menyebabkan daya tahan larva tinggi, sehingga diharapkan akan
meningkatkan survival rate (SR) dan suhu rendah dapat menghalangi
perkembangan produksi enzim sehingga memperlambat proses penetasan,
sedangkan suhu tinggi mengakibatkan penetasan embrio menjadi prematur yang
kebanyakan tidak mampu bertahan hidup (Olivia et al., 2012).
2.4 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah
matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Banyaknya telur
yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa disebut dengan
fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies. Jumlah telur yang
dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat kelangsungan hidupnya
di alam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan oleh faktor
lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahuidengan tingkat
fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan memiliki ukuran yang
bervariasi. Ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung diameter telur. Diameter
telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan
mikrometer yang berskala yang sudah ditera. Pengamatan fekunditas dan diameter
telur dilakukan pada ikan dengan TKG III dan IV (Arief, 2009).
11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian inidilaksanakan pada tanggal23 - 30 Desember 2017 bertempat di Loka
Perbenihan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT) Ngrajek Magelang, Jawa Tengah.
Loka PBIAT merupakan cabang dari Balai Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan,
Magelang Jawa Tengah.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian
Nama Fungsi
Alat
Akuarium 20x20x20 cm Sebagai wadah inkubasi
Termometer Untuk mengukur suhu media inkubasi
Timbangan Untuk menimbang bobot indukan
Heater Untuk menstabilkan suhu pada proses inkubasi telur
Mikroskop Untuk mengamati telur ikan tawes
Aerasi Mensuplai Oksigen
Kamera Untuk dokumentasi
Bahan Ovaprim Untuk merangsang kematangan gonad Induk Ikan
Tawes
Induk ikan tawes Untuk menghasilkan sperma dan telur ikan tawes
Aquabides Mengencerkan ovaprim
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri atas 4 perlakuan yang masing-masing 3 kali ulangan. Hasil uji
pendahuluan inkubasi telur pada suhu 21-24 ℃, 25-28℃, 29-33 ℃ dan suhu ruang
inkubasi (kontrol) yaitu 19 ℃ menunjukkan telur yang diinkubasi pada suhu 25-
12
28℃ menunjukkan hasil SR terbaik yaiutu 63%. Berdasarkan uji pendahuluan di
dapatkan suhu optimum dengan perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut
:
1. Perlakuan A = Penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan tawes pada
suhu 25o C.
2. Perlakuan B = Penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan tawes pada
suhu 26o C.
3. Perlakuan C = Penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan tawes pada
suhu 27o C.
4. Perlakuan D = Penetasan telur dan pemeliharaan larva ikan tawes pada
suhu 28o C.
Gambar skema rancangan perlakuan wadah inkubasi telur adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Skema Rancangan Perlakuan
Model linear yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji
Annova yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = µ + τi + ∑ij
Keterangan :
i : Perlakuan 1, 2, 3, dan 4
j : Ulangan 1, 2, dan 3
Yij : Nilai pengamatan dari perubahan suhu dengan tingkat yang
berbeda ke-i terhadap daya tetaslarva ikan tawes pada ulangan ke-j
SA1
SB3
SD2 S
A2
SB2
SC2
SD3
SD1
SC1
SC3
SA3
SB1
13
µ :Nilai tengah umum
τi :Pengaruh perubahan suhu dengan tingkat yang berbeda ke-i
terhadap daya tetasikan tawes
∑ij :Pengaruh galat percobaan pada perubahan suhu dengan tingkat yang
berbeda ke-i terhadap daya tetaslarva ikan tawes pada ulanganke-j
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan menyiapkan kolam
pemijahan ikan tawes dengan ukuran kolam 1,5x3x1 m. Kolam terlebih dahulu
dibersihkan kemudian dikeringkan. Kolam diisi air tawar dengan ketinggian 1 m.
Kemudian diletakkan hapa didalam kolam untuk proses pemijahan.
3.4.2 Seleksi Induk dan Pemijahan
Seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan induk ikan tawes sesuai kriteria
sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul, membedakan induk jantan dan
betina yang telah matang gonad. Seleksi induk dilakukan dengan melihat secara
morfologi.
Tabel 2. Ciri-ciri jantan dan betina
No Keterangan Jantan Betina
1 Tutup insang Kasar Licin
2 Warna sisik Lebih gelap Perak
3 Bagian perut Ramping Mengembang
4 Bentuk badan Ramping Mengembang
(Susanto, 2000)
Metode pemijahan dan penetasan telur yang dilakukan pada penelitian ini yaitu,
pertama dilakukan penyeleksian induk ikan tawes yang unggul dan telah matang
gonad, lalu induk ikan tawes yang sudah didapat disuntik dengan ovaprim dengan
dosis 0,3 ml/kg untuk induk ikan tawes betina dan 0,15 ml/kg untuk induk ikan
tawes jantan.Ikan tawes yang sudah disuntikkan ovaprim kemudian dipijahkan di
14
masing-masing kolam pemijahan. Proses pemjahan biasanya membutuhkan waktu
±10 jam dan kemudian setelah proses pemijahan masing-masing indukan ikan
tawes dipisahdan selanjutnya dilakukan pengambilan telur ikan tawes untuk
dipindahkan dalam akuarium penetasan.Induk ikan tawes yang digunakan pada
peneletian ini berasal dari LOKA-PBIAT Ngrajek dan di pelihara dalam kolam
yang sama. Perbandingan induk yang digunakan adalah 2:1 (jantan:betina) dengan
berat induk 500g/ekor.Perbandingan tersebut digunakan agar proses pembuahan
dapat terjadi secara maksimal karena jumlah jumlah sperma lebih banyak dari
jumlah telur yang dibuahi lebih banyak.
3.4.3 Penetasan Telur
Pada penetasan telur disiapkan juga akuarium sebanyak 12 buah dengan ukuran
20x20x20 cm untuk penetasan telur ikan tawes. Akuarium diisi airtawar dengan
ketinggian air 15 cmdan volume 6 liter lalu air diendapkan dan diberi aerasi
selama 24 jam sebelum digunakan dalam wadah penetasan dan pemeliharaan
larva ikan tawes. Wadah perlakuan yang disiapkan sudah diberi heater dan
thermometer yang masing-masing sudah diatur suhunya sesuai dengan perlakuan
yaitu menggunakan suhu 25℃, 26℃, 27℃ dan 28℃ dengan ulangan sebanyak 3
kali. Jumlah telur sampel yang digunakan untuk masing-masing perlakuan adalah
sebanyak 100 butir telur. Telur yang dimasukkan ke dalam akuarium adalah telur
yang dibuahi.
3.5 Parameter yang Dihitung
3.5.1 Hatching Rate
Persentase penetasan telur ikan tawes merupakan perbandingan jumlah telur
yang menetas dengan totaltelurikan tawes yang dihasilkan (Effendie, 1997).
Hatching Ratediamati sejak penebaran induk ketika melakukan penetasan.
Persentase penetasan dapat dihitung menggunakan rumus:
15
Metode Menghitung Telur Yang Menetas
Total telur ikan tawes yang menetas dihitung dengan cara dengan melakukan
sampling menggunakan tabung reaksi dengan volume air 1 ml, kemudian dihitung
jumlah larva yang terdapat dalam 1 ml air, untuk mengetahui keseluruhan jumlah
telur yang menetas maka dapat dikalikan dengan volume air yang digunakan
dalam akuarium penetasan.
3.5.2 Suhu
Pengamatan suhu dilakukansetiap satu jam sekali, pengamatan tersebut dilakukan
untuk memastikan tidak ada perubahan suhu karena kesalahan alat pemanas
(heater) dan termometer saat penelitian.
3.5.3 Pengamatan Perkembangan Telur
Pengamatan telur dilakukan setelah telur dimasukkan kedalam akuarium pada
masing-masing perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap 30 menit sekali selama 2
jam setelah telur dimasukkan kedalam akuarium. Setelah itu, pengamatan
dilakukan 1 jam sekali. Waktu perubahan tiap fase perkembangan embrio dicatat
dan didokumentasikan. Pengamatan perkembangan embrio dilakukan dengan
mengambil satu telur pada setiap akuarium perlakuan, kemudian diamati
menggunakan mikroskop.
3.6 Lama Penetasan Telur
Perhitungan lama waktu penetasan atau hatching time telur dengan menggunakan
rumus:
HT = Ht – Ho
Dimana :
HT = Hatching Time(jam)
Ht = Lama waktu penetasan (jam)
Ho = Waktu pasca pembuahan (jam)
16
3.7 Analisis Data
Analisi data yang digunakan adalah analisi sidik ragam uji F (ANNOVA) dengan
menggunakan software SPSS dan MINITAB.16 pada parameter Hatching Rate,
dan Hatcing Time. Jika ada pengaruh atau beda nyata dilakukan uji lanjut BNT
(Beda Nyata Terkecil) dengan tingkat 95% dengan taraf 0,05. Data ynag
diperoleh dari hasil pengamatan embrio dan kualitas air dianalisis secara
deskriptif, sedangkan Hatching Rate, dan Hatcing Time disajikan dalam bentuk
grafik.
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Suhu inkubasi telur ikan tawes berpengaruh nyata terhadap persentase penetasan
telur, lama waktu penetasan dan perkembangan telur, dan suhu terbaik adalah
suhu 26 ℃.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan dalam
kegiatan penetasan telurikan tawes menggunakan suhu 26 ℃.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, W., B. Slamet dan I. M. D. J. Ariawan. 2013. Perkembangan Embriodan Rasio Penetasan Telur Ikan Kerapu Raja Sunu (Plectropoma laevis)pada Suhu Media Berbeda. Jurnal Ilmu dan Tekonologi Kelautan Tropis.5 (1) : 192-207 .
Affandi, R. dan Tang, U.M. 2002.Fisiologi Hewan Air. Penerbit Universitas RiauPress. Pekanbaru.221 pp.
Arief, F. A., 2009. Aspek Biologi Pertumbuhan, Reproduksi, Dan KebiasaanMakan Ikan Selar Kuning.
Ariffansyah. 2007. Perkembangan embrio dan penetasan telur ikan gurame(Osphronemus gouramy) dengan suhu inkubasi yang berbeda. Skripsi.Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian. UniversitasSriwijaya. (tidak dipublikasikan).
Aprilianti, D. P., Muslim dan Fitriani, M. 2013. Presentase Penetasan Telur IkanBetok (Anabas testudineus) dengan Suhu Inkubasi yang Berbeda. JurnalAkuakultur Rawa Indonesia, 1 (2) : 184-191.
Bagenal TB & Braun E, 1978. Eggs and early life history. In methods forassessments of fish production in fresh water. T.B. Bagenal (Ed.) OxfordLondon: Blackwell Scientific Publication, 165-201 pp.
Blaxter, J. H. S. 1992. The Efffect of Temperature on Larval Fishes. Neth. J.Zool. 42 : 336-357.
Budiardi, T., W. Cahyaningrum dan I. Effendi. 2005. Efisiensi PemanfaatanKuning Telur Embrio dan Larva Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare)Pada Suhu Inkubasi Yang berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1) :57-61.
Cahyono, B. 2011. Budidaya Tawes sebagai Bahan Baku Keripik. Lili Publisher.Yogyakarta. 110 pp.
Djarijah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta
25
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 pp.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogjakarta.
Ghufron. M. H. Kordi. 2010. Marikultur Prinsip dan Praktek Budidaya Laut.Penerbit Andi, Yogyakarta. 224 pp.
Gracia-Lo pez MV, Kiewek-marti and Maldonado-garci M. 2004. Effects oftemperature and salinity on artificially reproduced eggs and larvae of theleopard grouper Mycteroperca rosacea. Aquaculture,237 (1-4): 485–498pp.
Hemming, T. A., and R. K. Buddington. 1988. Yolk Absorption in Embrionic andLarvae Fishes. Fish Physiology Vol. XIA: 407-446. Academic Press, NewYork.
Huet, M. 1990. Text Book Of Fish Culture Breeding and Cultivation Of Fish.Fishing News (Book) Ltd, London. 436 p.
Hakim AE & Gamal EG. 2009. Effect of Temperature on Hatching and LarvalDevelopment and Mucin Secretion in Common Carp, Cyprinus carpio(Linnaeus,1758). Global Veterinaria,3(2): 80-90.
Kamler, E. 2008. Resources Allocation in Yolk-Feeding Fish. Rev. Fish Biol.Fish.18 : 143-200.
Kordi, K., dan M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama Dan Penyakit Ikan.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993.Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Singapore:Periplus.
Monalisa, S.S dan I. Minggawati. 2010. Kualitas air yang mempengaruhipertumbuhan ikan nila (Oreochromis sp.) di kolam beton dan terpal.Jurnal of Tropical Fisheries 5(2): 526-530
Nikolsky, G. V. 1963 The Ecology of Fishes. Academic Press. London
Nugraha, D., M. N. Supardjo dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan SuhuTerhadap Perkembangan Embrio, Daya Tetas Telur dan KecepatanPenyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronous olbifrons) pada
26
Skala Laboratorium. Journal of Management of Aquatic Resources. 1(1):1-6.
Olivia, S., G. H. Huwoyon, dan V. A., Prakoso. 2013. Perkembangan Embrio danSintasan Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) pada Berbagai Suhu Air.Bulletin Litbang, 1 (2) :135-144.
Priyambodo, 2001. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan. Jakarta: Penerbit PT.Penebar Swadaya. 28 pp.
Purnomo, Panca, Dias. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat Pada MediaPemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromisniloticus). Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, UniversitasDiponegoro. 161-179 pp.
Riede, K. 2004. Global register of migratory species - from global to regionalscales. Final Report of the R&D-Projekt 808 05 081. Federal Agency forNature Conservation, Bonn, Germany. 329 p. (Ref. 51243)
Ropiah, S, dan Mahyuddin K. 2000. Pengelolaan Kualitas Air: KeterampilanPertanian Budidaya Ikan. Grafika, Jakarta.
Sfakianakis DG, Leris I, Laggis A, Kentouri M. 2011. The effect of rearingtemperature on body shape and meristic characters in zebrafish (Daniorerio) juveniles. Environmental Biology of Fishes, 92(2): 197–205.
Serang, Abd. M. 2006. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein PakanBerbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Rajungan (Portunuspelagicus). Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Susanto, H. 2000. Usaha pembenihan dan pembesaran tawes. Penebar swadaya.Jakarta. 71 pp.
Valeta, J. S., J. S. Likongwe, D. Kassam, and A. O. Maluwa. 2013. Temperature-dependent Egg Development Rates, Hatchability and Fry Survival Rate ofLake Malawi Tilapia (Chambo), Oreochromis karongae (Pisces:Chichlidae). Int. Journal of Fisheris and Aquaculture. 5 (4) : 5-59.
Zonneveld, N., E.A. Huisman dan J.H. Boon, 1991. Prinsip-prinsip Budidaya IkanDiterjemahkan Oleh Tirtajaya. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 318 pp.