tugas kuliah bencana

18
TUGAS KULIAH GEOMORFOLOGI KEBENCANAAN Dosen Pengampu: Drs. Kuswaji Dwi Priyono M.Si Disusun Oleh: Bondan Jati Kusumo E100120039 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: dony-gazerock

Post on 16-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asd

TRANSCRIPT

TUGAS KULIAHGEOMORFOLOGI KEBENCANAAN

Dosen Pengampu:Drs. Kuswaji Dwi Priyono M.Si

Disusun Oleh:Bondan Jati KusumoE100120039

FAKULTAS GEOGRAFIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015

1. Paradigma KebencanaanA. Ancaman (Hazard)Ancaman bencana adalah fenomena atau gejala-gejala alami maupun tidak alami yang dapat menimbulkan bencana. Ancaman merupakan suatu hal yang berbeda dibandingkan dengan bencana. Ancaman atau dapat pula disebut bahaya akan disebut sebagai bencana apabila menimbulkan kerugian baik dari korban jiwa, harta benda, kerusakan lingkungan, dan berbagai dampak lainnya. Hal lainnya yaitu bencana mungkin tidak terjadi apabila manusia mampu untuk menghadapi ancaman yang menjadi pemicu terjadinya bencana. Setiap lokasi akan memiliki karakteristik ancaman/bahaya yang berbeda. Bahaya stunami di suatu daerah tentu berbeda dengan karakterisik ancaman/bahaya stunami di daerah lain. Pengidentifikasian dari bahaya menjadi sangat penting dalam membantu masyarakat menentukan strategi penanggulangan bencana di daerahnya.Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Ada beberapa bencana alam maupun non alam yang juga terjadi di Indonesia sebagai berikut :a. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. b. Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian. c. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan. d. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. e. Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi. f. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. g. Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. h. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan . i. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian. Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar. j. Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit). k. Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. l. Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. m. Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi di darat, laut dan udara. Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya. n. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. o. Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA). p. Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik internasional. q. Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang, istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan lain-lain.B. KerentananKerentanan adalah upaya mengidentifikasi dampak terjadinya bencana berupa jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam jangka pendek yang terdiri dari hancurnya permukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber daya alam lainnya.Tipe Kerentanana. Kerentanan fisik : Berhubungan dengan lingkungan manusia, seperti bangunan dan infrastruktur dan lingkungan alam seperti pertanian, kehutanan, dan kelautan.b. Kerentanan sosialAda lima isu utama yang termasuk dalam kerentanan sosial, yaitu :Kategori khusus untuk kelompok tertentu1. Kategori khusus dalam golongan rentan2. Kehidupan beresiko3. Kepadatan populasi4. Resiko persepsi 5. Ketidakhadiran institusi lokalKerentanan organisasional/kelembagaanKerentanan organisasional adalah seperti berikut:1. Keberadaan organisasi yang memberikan bantuan pada saat sebelum dan saat bencana terjadi, seperti SATKORLAK, SATLAK, dan PEMDA2. Kebijakan dan hukum dari organisasi yang berkaitan dengan tanggap darurat3. Hubungan dan koordinasi antar organisasi saat seblum, saat, dan sesudah bencana.Kerentanan ekonomiAda dua kategori kerentanan ekonomi, yaitu : Potensi kehilangan langsung Potensi kehilangan tidak langsungc. Kerentanan motivasionalMengarah pada persepsi individu akan sebuah resiko/ bencana dan kemampuan untuk mengurangi dampak bencana.C. KemampuanMengurangi risiko bencana penanggulangan bencana lebih ditekankan pada upaya-upaya pada saat sebelum terjadi bencana antara lain:1. Pencegahan (prevention) adalah aktivitas untuk secara total menghindari dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya dan cara-cara untuk meminimalkan bencana-bencana lingkungan, teknologi dan biologi terkait (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007).2. Mitigasi (mitigation) adalah langkah-langkah struktural dan non struktural yang diambil untuk membatasi dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya alam, kerusakan lingkungan dan bahaya teknologi (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Mitigasi dapat dilakukan secara struktural yaitu pembangunan infrastruktur sabo, tanggul, alat pendeteksi atau peringatan dini, dan dapat dilakukan secara non struktural seperti pelatihan dan peningkatan kapasitas di masyarakat.Kesiapsiagaan (preparedness) adalah aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang diambil sebelumnya untuk memastikan respons yang efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan peringatan dini yang tepat dan efektif dan dengan memindahkan penduduk dan harta benda untuk sementara dari lokasi yang terancam (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007) dalam hal ini bisa diimplementasikan dengan adanya tim siaga, standar operasional tetap yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana dan rencana aksi komunitas yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana.2 . Peran Kajian Geomorfologi untuk KebencanaanBerasal dari kata Geo Morpho Logos yang artinya ilmu yang menguraikan tentang bentuk bumi, dengan sasaran utama relief permukaan bumi.Geomorphology is the study which describes landforms and the processes which arrange their formation, and investigates the interrelationship of these forms and processes, and their special arrangement. Zuidam and Cancelado (1979, 1985)

Geomorphology can be defined as science dealing which landform making up the earth surface, both above and below sea level and stressing their genesis and future development, as well as their environment contexts. Verstappen, H.Th (1983)

a. Bentuklahan, Proses dan Tenaga GeomorfologiBentuk lahan merupakan bentukan pada permukaan bumi sebagai hasil dari perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses geomorfologi yang beroperasi dipermukaan bumi.Proses geomorfologi adalah semua perubahan fisik maupun khemis yang terjadi dipermukaan bumi oleh tenaga-tenaga geomorfologi.Tenaga geomorfologi adalah medium alami yang mampu merusak dan mengangkut partikel bumi dari suatu tempat ke tempat lain.b. Menurut Zuidam and Cancelado (1985): objek utama kajian geomorfologi adalah BENTUKLAHANMORFOLOGI, yang mengkaji masalah bentuk atau seluk-beluk permukaan bumi, baik morfografi (pemerian atau desktiptif), maupun morfometri (kuantitatif atau ukuran).MORFOPROSES, yang mengkaji berbagai proses geomorfologis yang mengakibatkan perubahan bentuklahan (morfogenesis), baik oleh tenaga endogen maupun eksogen.MORFOKRONOLOGI, yang mengkaji masalah evolusi pertumbuhan bentuklahan, urutan, dan umur pembentukannya, kaitannya dengan proses yang bekerja padanya.MORFOARANSEMEN, yang mengkaji hubungan geomorfologi dengan lingkungannya (hubungan bentuklahan dengan unsur bentanglahan lainnya, seperti: batuan, tanah, air, vegetasi, dan penggunaan lahan).c. BentukLahan (landiform)Bentuklahan adalah konfigurai permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Strahler (1983)Bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil dari interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Whitton (1984) Geomoforlogi pada tahap awal perkembangannya lebih dianggap sebagai sebagai kajian dalam suatu ilmu. Beberapa dekade terakhir ini telah meluas terapannya dalam berbagai bidang dalam memiliki arti penting dalam berbgai bidang dan memiliki arti penting praktis untuk tujuan tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh lingkup geomorfologi yang cukup luas dan terkait dengan objek kajian dari disiplin ilmu yang lain maupun diperlukannya pertimbangan aspek bentuk lahan untuk setiap kegiatan pembangunan yang terkait dengan lahan. serta untuk kajian dalam kasus kebencanaan.Dalam penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak Lingkungan selalu melibatkan aspek aspek geomorfologi seperti :Dalam perkiraan dampak penting yang mungkin timbul akibat kegiatan aspek fisiografi yang diperlukan adalah : Kestabilan geologi (tanah longsor, sesar dan sebagainya). Kestabilan lereng (erosi yang diakibatkan oleh adanya tanah kepentingan rencana kegiatan penggalian) Bentuk lahan yang unik Perubahan/modifikasi lahan akibat penggalian, penimbunan terowongan pengambilan bahan baku (batu,kapur) atau pembuangan sampah dalam bentuk penimbunan.Dalam penyusunan AMDAL disebutkan adanya komponen rencana kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan masalah lingkungan secara berarti : antara lain pelongsoran tanah, ketidakstabilan lahan/lereng, bahaya banjir, pencemaran lingkungan dan daya serap tanah akan air, dalam proses penyusunan AMDAL juga perlu dikemukakan rona lingkungan awal tentang fisiografi (lengkap dengan peta berskala memadai), yang meliputi topografi bentuk lahan, struktur geologi, indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas geologis dan tanah, terutama ditekankan bila terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan dengan jelas dan seksama (longsor tanah, gempa besar, dan kegiatan kegiatan vulkanis), serta keunikan, keistimewaan, dan kerawanan bentuk lahan dan bantuan secara geologi;TUGASJURNAL GEOMORFOLOGI KEBENCANAANIdentifikasi Daerah Kawasan Rentan Tanah Longsor dalam KSN Gunung Merapi di Kabupaten Sleman

Di Susun Oleh :Bondan Jati Kusumo E10020039

Dosen Pengapu :Dr. Kuswaji Dwi Priyono

FAKULTAS GEOGRAFIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2014/2015

A. Latar BelakangKabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi DIY yang termasuk dalam Kabupaten dengan tingkat kerawanan bencana tanah longsor yang besar. Kondisi ini dilihat dari pegunungan dan perbukitan di Kabupaten Sleman seluas 72,11% dari luas wilayah keseluruhan (RT/RW Kabupaten Sleman, 2011-2031). Fakta menununjukkan Kabupaten Sleman memilikiketinggian antara 100-2.500 meter dpl, dengan kemiringan yang sangat curam diatas >40% seluas 1.526 km2 dengan total wilayah mencapai 27.01 ha . Salah satu penyebab terjadinya rawan tanah longsor yaitu pada permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol seperti pertanian intensif, kerusakan hutan atau luasnya lahan kritis di Kabupaten Sleman yang mencapai 3.225,74 ha dengan tingkat curah hujan tahunan diatas 2000 mm pertahun. Hal ini mengakibatkan tidak adanya tutupan tanah yang membentuk ruang-ruang dalam tanah akibat pembusukan sistem perakaran pohon yang menampung air dan menyebabkan tanah dalam keadaan lewat jenuh, sehingga berpotensi longsor . Bencana longsor di Kabupaten Sleman yang terjadi tahun 2011 sebanyak 34 unit rumah tertimbun, korban jiwa 4 orang, dengan luasan kawasan rawan longsor mencapai kurang lebih 3.303 ha pada Kecamatan Prambanan dan Berbah, 23 ha di Kecamatan Turi, 9 ha di Kecamatan Pakem, dan Kecamatan lainnya yang memiliki tingkat kerentanan sedang dan lebih rendah. Pada tahun 2012 kerusakan yang terjadi sebesar 40 unit rumah, 3 korban meninggal, 1 km/unit jalan lingkungan dan 2 km/unit jalan desa di Kecamatan Pakem, 1 unit jembatan desa di Kecamatang Cangkringan, irigasi di sungai Opak desa Bokoharjo seluas 273,37 ha, 1 unit pipa transmisi di Kecamatan Kalasan-Prambanan, kerusakan sektor pertanian di Pakem 21 ha dan 35 ha di Kecamatan Cangkringan, 1 jalur trekking dan kawasan outbond tertimbun di desa wisata Kecamatan Pakem, kawasan lingkungan wisata Candi Ratu Boko di Kecamatan Prambanan, dan camping ground seluas 3 ha di desa Glagaharjo. Dampak bencana tanah longsor di Kabupaten Sleman berbanding terbalik dengan potensi wilayah ini sebagai kabupaten dengan penyumbang PDRB tertinggi pada sector pariwisata.Sektor pariwisata di Kabupaten Sleman memberikan kontribusi 35% dari total pendapatan sector pariwisata di Provinsi DIY, dengan total pendapatan mencapai Rp 31.699.102.015 rupiah. Kondisi dari dampak tanah longsor ini berakibat pada rusaknya lahan-lahan pariwisata dan lahan produktif lainnya di wilayah penelitian.

B. Rumusan MasalahBagaimanakah identifikasi daerah kawasan rentan tanah longsor dalam KSN gunung Merapi di Kabupaten SlemanC. TujuanUntuk mengetahui Daerah Kawasan Rentan Tanah Longsor dalam KSN (kasawan strategi nasional) Gunung Merapi di Kabupaten SlemanD. Metode PenelitianA. Metode Pengumpulan DataDalam pengumpulan data, dilakukan survey primer dan survei sekunder. Survei primer terdiri dari observasi langsung ke wilayah penelitian (foto kondisi eksisting) dan wawancara (wawancara stakeholders, yang mana telah didapatkan beberapa stakeholders untuk wawancara yang didapatkan melalui analisis stakeholders. Stakeholder yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian untuk responden dalam analisa AHP (Bappeda, BPBD, ESDM,Dinas PU Cipta Karya, Ahli kebencanaan, Praktisi (PT.Studio Cilaki Empat Lima), Koperasi UPT susu, UKM pengrajin batu, Pengelola Candi Prambanan, dan tokoh masyarakat ), dan responden untuk analisa Triangulasi (Bappeda, BPBD, ESDM, Dinas PU Cipta Karya, Koperasi UPT susu, dan tokoh masyarakat). Survei sekunder terdiri dari survei instansi dan survey literatur. Survei instansi merupakan survei yang dilakukan dalam mengumpulkan data sekunder atau pendukung di instansi atau dinas-dinas. Studi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan meninjau isi dari literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini, di antaranya berupa buku, hasil penelitian, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel di internet dan media massaB. Metode AnalisisUntuk mengidentifikasi kawasan rentan tanah longsor di KSN Gunung Merapi Kabupaten Sleman maka diperlukan beberapa tahapan analisis, adapun tahapan analisis tersebut adalah sebagai berikut :C. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan masyarakat terhadap tanah longsor Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan masyarakat pada kawasan rawan tanah longsor ditinjau dari teori-teori terkait kerentanan longsor berdasarkan kerentanan lingkungan, fisik, sosial dan ekonomi. Dalam analisa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan masyarakat terhadap tanah longsor digunakan analisis deskriptif dan analisis AHP yang melakukan perhitungan dengan tingkat kepentingan pada analisa stakeholder-nya. Analisis deskriptif mendeskripsikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan masyarakat terhadap tanah longsor berdasarkan teori, kebijakan dan kondisi eksistingnya . Analisis AHP digunakan untuk menentukan bobot tiap faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan, dalam analisis digunakan alat analisis expert choice. Hasil proses analisis AHP digunakan untuk melakukan perhitungan antara bobot masing-masing faktor dengan tingkat kepentingan masingmasingstakeholder. Sehingga menghasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat berdasarkan tingkat kepentingan stakeholdernya