tugas fitrop uraian obat fix banget.docx
TRANSCRIPT
1. ATORVASTATIN
a. Komposisi1
Tiap tablet mengandung atorvastatin 10 mg, 20 mg dan 40 mg
b. Indikasi1
Tambahan pada diet untuk menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, apoliprotein B dan triglesrida
pada hiperkolestrolemia primer, hiperlipidemia campuran, dan familial hiperkolesterolemia bila
respons terhadap diet dan cara non farmakologik lain tidak adekuat.
c. Farmakologi3
Golongan statin seperti Atorvastatin merupakan senyawa penghambat-reduktase (HMG-CoA-
reduktase-inhibitor) ini berdaya menurunkan sintesa kolesterol endogen dalam hati dan dengan
demikian terjadi penurunan kolesterol total dengan kuat, LDL (dengan 30-40%), TG dan VLDL lebih
ringan, sedangkan HDL dinaikkan. Dapat dikombinasi dengan damar untuk pengobatan
hiperlipidemia yang parah. Statin juga berkhasiat antitrombotis, anti-aritmia, dan antiradang dengan
jalan menghambat sitokin-sitokin tertentu.
d. Kontraindikasi1
Penyakit hati aktif atau peninggian serum transaminase > 3x batas atas nilai normal, kehamilan,
laktasi.
e. Dosis1
10-80- mg sekali sehari
f. Efek samping1
Gangguan saluran cerna, sakit kepala, mialgia, astenia, insomnia, edema angioneurotik, kram otot,
miositis, miopatia, ikterus cholestatik, neuropatia perifer, pruritus.
g. Perhatian1,2
Monitor peninggian kreatinin pospokinase dan transaminase, hindari konsumsi alkohol.
Lakukan tes fungsi hati sebelum mulai pemberian obat dan 12 minggu sesudah terapi dimulai,
selama evaluasi dosis dan selanjutnya secara periodik. Konsumsi alkohol atau ada riwayat
penyakit hati. Laporkan segera bila terjadi nyeri, perlunakan atau kelemahan pada otot yang
tidak diketahui penyebabnya, terutama jika disertai kurang enak badan atau demam. Hentikan
penggunaan pada kasus dimana terjadi peningkatan kadar CPK yang jelas, didiagnosis atau
diduga miopati atau dengan faktor risiko mengalami gagal ginjal sekunder sesudah
rabdomiolisis.
h. Interaksi obat1
Resiko miopatia bertambah bila diberikan bersama siklosporin, derivate asam fibrat, eritromisin,
niacin, azol anti-jamur. Konsentrasi atorvastatin dalam plasma akan menurun dengan suspensi
antasida yang mengandung Mg dan Al-hidroksida, kolestipol. Konsentrasi atorvastatin plasma akan
meninggi dengan eritromisin.
i. Penyimpanan
j. Nama obat dan produsen1,2
ATOFAR (Fahrenheit), ATORSAN (Sandoz), LIPITOR (Pfizer), STATOR (Dexa Medica), ACTALIPID
(Actavis).
k. Daftar pustaka
1. Hardjosaputra, PSL., Purwanto, L. Data Obat Indonesia. Ed XI PT Muliapurna Jaya Terbit.
Jakarta. 2008
2. Santoso, A., Azwar, A., MIMS REFERENSI OBAT. Ed 2015. PT Lapi Laboratories. Serang.
2015
3. Obat-Obat Penting
2. FENOFIBRAT
3. VALSARTAN
a. Komposisi
b. Indikasi
c. Farmakologi
d. Kontraindikasi
e. Dosis
f. Efek samping
g. Perhatian dan peringatan
h. Interaksi obat
i. Nama sediaan yang beredar
j. Daftar Pustaka
1. Sukandar E.Y, Retnosari A, Joseph I.S, Ketut A, Aji P.S. ISO Farmakoterapi. PT ISFI
Penerbitan. Jakarta. 2008.
2. Ganiswara, S.G, Sofiabudy, R, Suyatna, F.D, Purwantiastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
3. Hardjosaputra, PSL., Purwanto, L. Data Obat Indonesia. Ed XI PT Muliapurna Jaya Terbit.
Jakarta. 2008
4. Swettman, Sean C. Martindale “The Complete Drug Reference 36th edition. London.
Pharmaceutical Press.2009
5. Baile, R. George. Medfact, Pocked Guide Of Drugs Interactions.second edition. Nephrologi
Pharmacy Associates.2004
6. Djuanda, A., Azwar, A. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Ed 10. PT Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta .2011
4. AMOXICILIN
a. Komposisi1
Amoxicillin
b. Indikasi1
Infeksi telinga, hidung dan tenggorokan seperti otitis media yang disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus yang tidak memproduksi penisilinase dan
Haemophillus influenzae. Infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh Escherichia coli,
Proteus mirabilis dan Streptococcus faecalis. Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan
oleh Streptococcus, Staphylococcus, dan Escherichia coli. Infeksi saluran nafas dan bronkitis
kronis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus yang tidak
memproduksi penisi-linase, dan Haemophillus influenzae. Gonorhea, infeksi akut saluran
kencing yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Infeksi saluran percernaan yang
disebabkan oleh Shigella, Salmonella (termasuk S. Typosa).
Profilaksis endokarditis pada tindakan untuk gigi.
c. Farmakologi
d. Kontraindikasi1
Hipersensitifitas trhadap penisilin.
e. Dosis1
Oral :
Dewasa : 250-500 mg tiap 8 jam. Bayi (< 6 kg): 25-50 mg tiap 8 jam. Bayi (6-8 kg): 50-100 mg
tiap 8 jam. Anak (< 20 kg): 20-40 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Anak (> 20 kg):
sama dengan dewasa.
Suntikan IM :
Dewasa : 500 mg tiap 8 jam. Anak : 50-100 mg/kg/hari.
Suntikan IV atau infus :
Dewasa : 1 gr tiap 6 jam. Anak : 50-100 mg/kg/hari.
f. Perhatian1
Hipersensitif : Bila terjadi reaksi syok anafilaktik terutama pada penderita dengan riwayat peka
terhadap berbagai alergen. Urtikaria dapat diatasi dengan pemberian antihistamin dan bila
perlu, dengan kortikosteroid sistemik. Pemberian obat-obatan harus dihentikan. Reaksi yang
berat memerlukan tindakan segera dengan pemberian epinefrin, oksigen, kortikosteroid IV, dan
dengan menjaga saluran pernapasan,kalau perlu dilakukan intubasi. Pengobatan jangka
panjang: pemeriksaan darah, fungsi ginjal dan hati perlu dilakukan secara berkala.
Superinfeksi : Pertumuhan organisme non-patogen, termasuk jamur, dapat terjadi. Penyakit
kelamin: Bila ada dugaan sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan terleih dahulu sebelum terapi
diberikan dan pemeriksaan serologi dilakukan tiap bulan selama sekurang-kurangnya 4 bulan.
Infeksi saluran kencing yang kronis : Memerlukan pemeriksaan bakteriologis dan klinis lebih
sering selama terapi diberikan dan mungkin beberapa bulan sesudahnya; jangan memberikan
dosis yng lebih kecil daripada yang dianjurkan di atas.
g. Interaksi obat1
Probenesid meningkatkan waktu paruh amoksisilin dalam plasma. Dengan alopurinol timbul
ruam kulit. Kontrasepsi oral efektivitasnya diturunkan oleh amoksisilin.
h. Sediaan yang beredar1
AMOXILLIN (Pharos), AMOXICILLIN DANKOS (Dankos), AMOXIL/AMOXIL FORTE
(GlaxoSmithKline Indonesia), AMOKSAN/AMOKSAN FORTE (Sanbe), KIMOXIL (Kimia Farma),
DEXYMOX (Dexa Medica)
i. Daftar Pustaka
1. Hardjosaputra, PSL., Purwanto, L. Data Obat Indonesia. Ed XI PT Muliapurna Jaya Terbit.
Jakarta. 2008
2. Sukandar E.Y, Retnosari A, Joseph I.S, Ketut A, Aji P.S. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan.
Jakarta. 2008
3. Swettman, Sean C. Martindale “The Complete Drug Reference 36th edition. London. Pharmaceutical
Press.2009
4. Ganiswara, S.G, Sofiabudy, R, Suyatna, F.D, Purwantiastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
5. Baile, R. George. Medfact, Pocked Guide Of Drugs Interactions.second edition. Nephrologi
Pharmacy Associates.2004
6. Djuanda, A., Azwar, A. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Ed 10. PT Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta .2011
5. GLIBENKLAMID
a. Komposisi
b. Indikasi dan Cara Penggunaan1
Kontrol hiperglikemia pada diabetes non-insulin dependen yang tidak dapat dikontrol dengan
diet saja atau diet dan biguanid.
Sebagai pengganti obat hipoglikemik oral yang lain (biguanid atau sulfonilurea) disebabkan
efek samping atau kegagalan respons.
Sebagai pengganti insulin pada pasien dengan NIDDM yang tidak memerlukan insulin untuk
jangka panjang.
c. Farmakologi1
Glibenklamid (gliburid) merupakan obat antidiabetika oral golongan sulfonilurea.
Glibenklamid mempunyai efek farmakologik jangka pendek dan panjang seperti golongan
sulfonilurea pada umumnya. Selama pengobatan jangka pendek, ia meningkatkan sekresi insulin
dari sel beta pulau Langerhans, sedangkan pada pengobatan jangka panjang efek utamanya adalah
meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati
(efek ekstra pankreatik). Pada pengobatan jangka pendek glibenklamid menyebabkan degranulasi
sel beta pulau Langerhans. Rangsangan pelepasan insulin tersebut bersifat sangat cepat dan
sulfonilurea tampaknya merangsang influks ion kalsium ke dalam sel-sel pulau Langerhans.
Glibenklamid juga meningkatkan kadar siklik AMP di dalam pulau Langerhans dan
mempengaruhi kontrol adrenergik dari pelepasan insulin. Selama terapi jangka panjang efek
glibenklamid dapat dilihat pada jaringan lemak, otot rangka dan hati, serta salah satu efeknya adalah
meningkatkan jumlah reseptor insulin. Glibenklamid oral menurunkan kadar glukosa darah pada
diabetes non insulin dependen, dan tidak pada diabetes insulin dependen mekanisme kerjanya
secara pasti tidak diketahui.
Meskipun secara kualitatif golongan sulfonilurea mempunyai efek farmakologik yang sama,
tetapi secara kuantitatif ada perbedaannya. Berdasarkan beratnya, glibenklamid lebih poten
ketimbang sulfonilurea yang lain, misalnya efek hipoglikemik glibenklamid 5 mg sama dengan
tolbutamid 1000 mg, klorpropamid 250 mg atau tolazamid 250 mg. Meskipun demikian, kemampuan
efek hipoglikemik maksimum dan efektivitas terapinya sebanding dengan sulfonilurea yang lain.
d. Kontraindikasi1
Diabetes melitus insulin dependen (tipe I),
Hiperglikemia berat dan serius (ketotik atau non ketotik) pada semua jenis diabetes (misal:
pada penyakit akut atau coma),
Penyakit hati,
Gagal ginjal berat,
Kehamilan atau menyusui,
Gangguan fungsi adrenal,
Hipersensitivitas terhadap obat, dan
Operasi.
e. Dosis dan Cara 1
Pengobatan dengan glibenklamid umumnya dimulai dengan dosis tunggal 5 mg pagi hari, tetapi
pada pasien usia lanjut atau pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis awalnya harus dikurangi
menjadi 2,5 mg atau bahkan 1,25 mg sehari. Jika kadar glukosa darah tidak dapat dikontrol secara
adekuat setelah 2-4 minggu, dosis dapat ditingkatkan 2,5-5 mg dengan interval sama sampai
tercapai kontrol glikemia yang diingini atau tercapai kontrol glikemia yang diingini atau tercapai dosis
maksimum 15-20 mg sehari. Dosis total sehari dapat diminum bersama makan pagi atau setengah
jam sebelumnya. Dosis harian yang melebihi 10 mg dapat dibagi untuk pagi dan malam hari, yang
diminum bersamaan pada saat makan.
Pasien yang mendapat glibenklamid atau obat antidiabetika oral lain harus berada di bawah
pengawasan medis. Harus dijelaskan bahwa ketaatan dalam menjalankan diet tidak boleh dihentikan
selama pengobatan dengan obat-obat ini. Pemeriksaan kadar glukosa darah urin bersifat kurang
informatif dan dapat mengecohkan, terutama pada pasien usia lanjut. Kadar glukosa darah
sebaiknya diukur pada saat puasa dan jika mungkin dilakukan pemeriksaan hemoglobin glikosilat
sebagai ukuran dari glukosa darah secara umum setiap 2-3 bulan.
f. Efek samping1
Glibenklamid secaraq relatif mempunyai efek samping yang rendah. Hal ini umum terjadi dengan
golongan
g. Peringatan dan perhatian1,2,3,5
a. Hati-hati pemberian pada pasien yang pernah menderita penyakit gastrointestinal bagian atas dan
pada pasien yang sedang diterapi dengan antikoagulan. Bila terjadi ulkus peptikum atau pendarahan
gastrointestinal hentikan pemberian meloxicam.
b. Perhatian khusus harus diberikan pada pasien bila terjadi efek samping mukokutaneus dan
dipertimbangkan untuk menghentikan pemberian obat.
c. Volume diuresis dan fungsi ginjal harus dipantau secara hati-hati pada permulaan terapi pada pasien
dehidrasi, pasien dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik dan penyakit ginjal,
termasuk pada pasien yang mendapat diuretik atau pasien yang baru saja menjalani operasi dimana
cenderung terjadi hipovolemia.
d. Lakukan pemeriksaan fungsi hati lebih lanjut dan hentikan pemberian meloxicam bila peningkatan
serum transaminase atau parameter lain dari fungsi hati berbeda nyata dan menetap.
e. Hati-hati penggunaan pada orang tua dengan gangguan fungsi ginjal, hati atau jantung.
f. Bila terjadi efek samping vertigo dan mengantuk, dianjurkan untuk menghentikan aktivitas.
Peringatan kardiovaskuler
a. Uji klinis dengan berbagai COX-2 selektif dan AINS non selektif sampai dengan tiga tahun
menunjukkan peningkatan risiko trombotik kardiovaskuler (KV) serius, infark miokard, dan stroke
yang dapat berakibat fatal. Semua AINS, baik COX-2 selektif maupun non selektif, dapat
menyebabkan risiko yang sama. Risiko meningkat pada pasien dengan penyakit KV atau memiliki
faktor risiko penyakit KV. Untuk mengurangi risiko efek samping tersebut, AINS harus diberikan
dengan dosis efektif terendah dan lama pengobatan sesingkat mungkin. Dokter dan pasien harus
waspada terhadap terjadinya efek samping tersebut, walaupun tidak ada gejala KV sebelumnya.
Pasien harus diberi informasi mengenai tanda dan/ atau gejala KV serius dan langkah yang harus
dilakukan jika tanda dan/ atau gejala tersebut muncul.
b. Tidak ada bukti bahwa penggunaan bersama asetosal dapat mengurangi peningkatan risiko efek
samping trombotik KV serius oleh AINS. Penggunaan AINS bersama dengan asetosal justru
meningkatkan risiko efek samping serius pada saluran cerna (lihat peringatan saluran cerna)
c. Hipertensi
AINS, termasuk meloxicam, dapat menyebabkan munculnya hipertensi baru atau memperberat
hipertensi yang sudah ada yang dapat berakibat pada peningkatan efek samping KV. AINS dapat
menurunkan efek antihipertensi tiazid atau diuretik kuat. AINS, termasuk meloxicam , harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien hipertensi. Tekanan darah harus dimonitor sejak awal dan
selama terapi dengan AINS.
d. Gagal jantung kongestif dan edema , retensi cairan dan edema terlihat pada bebrapa pasien yang
menggunakan AINS, meloxicam harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan retensi cairan
atau gagal jantung.
Saluran Cerna:
a. Risiko ulserasi, perdarahan dan perforasi. AINS, termasuk meloxicam dapat menyebabkan efek
samping saluran cerna serius termasuk inflamasi, perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung dan
usus yang dapat berakibat fatal. Efek samping serius ini dapat terjadi kapanpun, dengan atau tanpa
gejala peringatan. Hanya satu dari 5 pasien yang mengalami efek samping serius pada saluran cerna
atas menunjukkan gejala. Ulkus pada saluran cerna atas, perdarahan, atau perforasi yang
disebabkan AINS terjadi pada sekitar 1% pasien yang diobati selama 3-6 bulan, dan pada kira-kira 2-
4% pasien yang diobati selama satu tahun.
b. Penggunaan yang lebih lama cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping
saluran cerna serius. Namun terapi jangka pendek bukan berarti tanpa risiko. AINS harus diresepkan
dengan sangat hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat penyakit tukak atau perdarahan saluran
cerna. Pasien dengan riwayat tukak peptik dan atau perdarahan saluran cerna 10 kali lipat
dibandingkan dengan pasien tanpa faktor risiko tersebut. Faktor lain yang meningkatkan risiko
perdarahan saluran cerna adalah penggunaan bersama kortikosteroid atau antikoagulan oral,
penggunaan AINS yang lama, merokok, penggunaan alkohol, usia lanjut, dan status kesehatan yang
buruk. Sebagian besar laporan spontan efek samping saluran cerna fatal terjadi pada pasien usia
lanjut atau pasien yang sangat lemah. Oleh karena itu, perhatian khusus harus diberikan dalam
mengobati populasi ini.
c. Untuk mengurangi risiko efek samping saluran cerna pada pasien yang diobati dengan AINS, dosis
efektif terendah harus diberikan dengan lama pengobatan sesingkat mungkin.
d. Dokter dan pasien harus waspada terhadap tanda dan gejala ulserasi dan perdarahan saluran cerna
selama terapi dengan AINS. Jika dicurigai adanya efek samping saluran cerna yang serius, segera
dilakukan evaluasi serta pengobatan tambahan.
e. Untuk pasien berisiko tinggi, terapi alternatif yang tidak melibatkan AINS dapat dipertimbangkan.
h. Interaksi obat1,,3,4,5
a. Bila diberikan bersama-sama dengan obat AINS lainnya, antikoagulan oral, heparin dan ticlopidin
akan meningkatkan risiko tukak dan pendarahan gastrointestinal.
b. AINS dapat meningkatkan kadar lithium dalam darah dan meningkatkan toksisitas methotrexate.
c. Obat-obat AINS akan menurunkan efektivitas alat KB IUD.
d. Selama pengobatan dengan AINS efek obat anti hipertensi akan menurun karena obat AINS akan
menghambat prostaglandin yang mempunyai efek vasodilatasi.
e. Cholestyramine akan mengikat meloxicam di saluran gastrointestinal sehingga akan mempercepat
proses eliminasi meloxicam. Bertambahnya nefrotoksisitas dari cyslosporin melalui efek
prostaglandin di ginjal.
i. Cara penyimpanan3
Simpan pada suhu kamar (25-30) ºC, kering dan terlindung dari cahaya
j. Nama sediaan yang beredar1,5
Meloxicam OGB Dexa (Dexa Medica), Mevilox (Bernofarm), Mexpharm (Kalbe farma), Meflam
(Mahakam beta Farma), Mecox (Ferron), Movicox (Boehringer ingelheim), Mobiflex (Soho), Atrilox
(Combhipar).
Daftar pustaka
1. Hardjosaputra, PSL., Purwanto, L. Data Obat Indonesia. Ed XI PT Muliapurna Jaya Terbit.
Jakarta. 2008
2. Ganiswara, S.G, Sofiabudy, R, Suyatna, F.D, Purwantiastuti, Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
3. Swettman, Sean C. Martindale “The Complete Drug Reference 36th edition. London.
Pharmaceutical Press.2009
4. Baile, R. George. Medfact, Pocked Guide Of Drugs Interactions.second edition. Nephrologi
Pharmacy Associates.2004
5. Djuanda, A., Azwar, A. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Ed 10. PT Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta .2011