obat-obat anestes
DESCRIPTION
qTRANSCRIPT
Obat-obatan anestesiYusuf HarkianI11109097
Definisi anestesia Hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit)
yang disertai ataupun tidak disertai hilang kesadaran.
Stadium anestesi umum Stadium I (analgesia)Dimulai saat awal pemberian anestetik
sampai hilangnya kesadaran. Pasien tidak lagi merasakan nyeri,tapi masih tetap sadar dan dapat mengikuti perintah
Stadium II (eksitasi)Dimulai sejak hilangnya kesadaran
sampai munculnya pernapasan yang teratur yang merupakan tanda dimulainya stadium pembedahan. Pasien tampak mengalami delirium dan eksitasi dengan gerakan involunter. Stadium ini dapat terjadi kematian, maka harus diusahakan cepat dilalui
Pada stadium tsb, dapat terjadi pernapasan tidak teratur,tonus otot skelet meninggi,pasien meronta-ronta,inkontinensia dan muntah. Ini terjadi karena hambatan pada pusat inhibisi.
Stadium III (pembedahan)Dimulai dengan timbulnya kembali
pernapasan yang teratur dan berlangsung sampai pernapasan spontan hilang. Stadium ini dibagi lagi menjadi 4 tingkat:
a. Tingkat 1: napas teratur,spontan dan seimbang antara pernapasan dada dan perut, gerakan bola mata involunter,miosis,tonus otot masih ada.
b. Tingkat 2: napas teratur tapi frekuensi lebih kecil, tidak ada gerak bola mata,pupil mulai melebar,otot skelet mulai melemas,refleks laring hilang sehingga dapat dilakukan intubasi.
c. Tingkat 3: napas perut lebih nyata daripada napas dada karena otot interkostal melumpuh, relaksasi sempurna otot skelet,pupil lebih lebar namun belum maksimal
Tingkat 4: napas perut saja,otot interkosta lumpuh total,tekanan darah mulai turun,midriasis,dan refleks cahaya hilang. Tingkat 4 ini harus dihindari karena pasien akan mudah sekali masuk stadium IV yaitu ketika pernapasan spontan melemah.
Stadium IV (depresi medulla oblongata)Dimulai dengan lebih melemahnya
pernapasan perut dibanding stadium III tingkat IV,tekanan darah tidak dapat diukur karena pembuluh darah kolaps,dan jantung berhenti berdenyut. Keadaan ini dapat segera disusul kematian.
INDUKSI ANESTESIA Adalah tindakan untuk membuat pasien
dari sadar menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesai dan pembedahan.
Induksi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuskular atau rektal.
Medikasi pra-anestetik Tujuan: mengurangi rasa cemas menjelang
pembedahan,memperlancar induksi,mengurangi kegawatan akibat anestesia,mengurangi hipersalivasi,bradikardia,dan muntah yang timbul sebelum atau sesudah maupun selama anestesia.
Obat yang digunakan: analgesik narkotik,sedatif barbiturat,benzodiazepine,antikolinergik,dan neuroleptik
Anestetik inhalasi
Farmakokinetik Faktor yang menentukan kecepatan
transfer anestetik di jaringan otak:1. Kelarutan zat anestetik2. Kadar anestetik dalam udara inspirasi yang
dihirup pasien atau disebut tekanan parsial anestetik
3. Ventilasi paru4. Aliran darah paru5. Perbedaan tekanan parsial anestetik di darah
arteri dan di darah vena
KAM/MAC Singkatan dari Kadar Alveolus
Minimal/Minimal Aleolus Concentration, adalah kadar minimal zat dalam alveolus pada tekanan 1 atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar. Pada umumnya immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai KAM.
Eliminasi Sebagian besar dikeluarkan lagi lewat
paru, sebagian lewat metabolisme oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom p450 dan ekskresi ginjal.
Penggunaan N2O : pemberiannya harus disertai O2
minimal 25%. Sifat anestetik kurang kuat, tapi analgesik kuat. Pada akhir anestesia setelah N2O dihentikan, segera berikan O2 100% selama 5-10 menit
Halotan : pada napas spontan rumatan anestesi sekitar 1-2 vol% dan pada naps kendali sekitar 0,5-1 vol%. Tidak disukai untuk bedah otak karena meninggikan alirah darah otak melalui vasodilatasi serebral
Halotan bersifat analgesik lemah, tapi anestetik kuat, sehingga kombinasi halotan dan N2O ideal jika tanpa kontraindikasi. Pada bedah sesar, dibatasi maksimal 1 vol%.
Enfluran: kombinasi dengan adrenalin lebih aman 3x dibanding halotan. Induksi dan pulih dari anestesia lebih cepat dibanding halotan. Pemberian enfluran 1% bersama N20 dan O2 dgn ventilasi terkendali menurunkan tekanan intraokular.
Isofluran: banyak digunakan untuk bedah otak, anestesi teknik hipotensi dan pada pasien dengan gangguan koroner. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan jenis anestesi ini.
Sevofluran: induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibanding isofluran. Bau tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas. Efek pada kardiovaskular dan sistem saraf pusat cukup stabil.
Efek samping1. N2O: Takikardia Pada percobaan dengan hewan terbukti
teratogenik2. Enfluran: Depresi miokard yg dose-related Pada keadaan hipokapnia dapat
menyebabkan kejang Teratogenik pada hewan coba
3. Isofluran Takikardia Relaksasi uterus ibu hamil yang kurang
responsif jika diantisipasi dengan oksitosin perdarahan pasca persalinan
4. SevofluranBelum ada laporan bahayanya terhadap
tubuh
5. Halotan Menimbulkan sensitisasi terhadap
katekolamin Gangguan fungsi hati ringan dan
depresi napas Teratogenik pada hewan coba
Anestetik intravena
Tujuan pemakaian Selain untuk induksi juga dapat
digunakan untuk rumatan anestesia, menambah efek hipnosis pada analgesia regional atau untuk membantu prosedur diagnostik. juga untuk menimbulkan sedasi pada tindak medik.
barbiturat Yang paling terkenal adalah tiopental.
biasanya dalam ampul 500 mg atau 1000 mg. Sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai kepekatan 2,5 % (1ml= 25 mg)
• Hanya boleh digunakan IV dgn dosis 3-7 mg/kg dan disuntikan perlahan dlm 30-60 detik.
• Tiopental menurunkan aliran darah otak, tekanan likuor , tekanan intrakranial, melindungi otak dari kekurangan O2, dosis rendah bersifat anti – analgesi
70% diikat oleh albumin, 30 % dlm bntuk bebas, sehingga pd pasien dgn albumin rendah dosis harus dikurangi
Propofol • Dikemas dlm emulsi lemak berwarna putih
susu bersifat isotonik dgn kepekatan 1% (1ml=10 mg)
• Suntikan IV menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya diberikan lidokain 1-2 mg/kg IV
• Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg /kg, dosis rumatan untuk anestesia intravena total 4-12 mg /kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/kg.
Pengenceran propofol hanya boleh dgn dekstrosa 5%. Pd manula dosis harus dikurangi, pd anak <3 tahun dan pd wanita hamil tidak dianjurkan
Ketamin • Kurang digemari untuk induksi anastesi,
karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anastesi dapat menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.
• sebelumnya diberikan midazolam (dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis 0,1 mg/kg IV
• Untuk mengurangi salivasi diberikan sulfas atropin 0,01mg/kg
• Dosis bolus untuk IV adalah 1-2 mg/kg dan IM 3-10 mg. Ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml=10 mg), 5% (1ml=50mg) dan 10% (1ml=100mg)
Opioid Opioid (morfin, petidin, fentanil, sulfentanil)
untuk induksi diberikan dosis tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskular
sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan jantung.
Untuk anestesi opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mcg /kg dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit
Benzodiazepine Yang sering dipakai midazolam.
Menimbulkan sedasi tanpa efek analgesia, yaitu pada tindakan endoskopi, kateterisasi, atau tindakan radiodiagnostik.
Pemulihan lebih lama, tapi amnesia retrograd yang ditimbulkan bermanfaat mengurangi kecemasan pascabedah.
Efek sedasi midazolam cepat.
Hati2 kombinasi dengan opioid karena menyebabkan depresi kardiovaskular dan pernapasan.
Dosis untuk induksi 0,1-0,5 mg/kgBB.