tugas 1 pl - anris kesehatan akibat pajanan cu di sungai mahakam

19
Tugas 1 : Studi Kasus Risk Assessment Health (Human) REVIEW ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN Cu (TEMBAGA) PADA AIR SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan Oleh : MERRI JAYANTI 253 11 326 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Upload: mj-adek

Post on 12-Feb-2015

103 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

teknik

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Tugas 1 : Studi Kasus Risk Assessment Health (Human)

REVIEW ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN Cu (TEMBAGA)

PADA AIR SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR

Disusun untuk memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan

Oleh :

MERRI JAYANTI

253 11 326

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... i

ABSTRAK ..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

2.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

2.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

2.2 Tujuan Penelitian............................................................................................. 3

2.2 Manfaat ........................................................................................................... 3

BAB II METODE PENELITIAN ................................................................................... 4

2.1 Metodologi Penelitian..................................................................................... 4

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 5

3.1 Identifikasi Bahaya ...................................... ..................................................... 5

3.2 Analisis Paparan ............................................................................................. 7

3.3 Interpretasi Estimasi Risiko ............................................................................ 9

3.3 Strategi Survey EKL (Epidemiologi Kesehatan Lingkungan).......................... 9

3.5 Manajemen Risiko .........................................................................................10

3.4 Pengendalian Resiko .....................................................................................14

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................15

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................15

4.2 Saran .............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

Page 3: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

REVIEW ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN

Cu (TEMBAGA) PADA AIR SUNGAI MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR

- Dikutip dari Jurnal yang ditulis oleh Riza Hayati Ifroh dan Blego Sedionoto

(Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman Samarinda) mengenai “KAJIAN PREDIKTIF RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN Cu (TEMBAGA) PADA AIR SUNGAI

MAHAKAM DENGAN METODE PUBLIC HEALTH ASSASMENT (PHA)”-

ABSTRAK Menurut penelitian Arung (2010) kandungan tembaga (Cu)pada sungai mahakam sekitar

1,15 mg/L Perlu dilakukan prediksi pajanan Cu yang terdapat pada sungai Mahakam terhadap resiko kesehatan masyarakat dengan metode Public Health Assessment (PHA) memberikan prediksi tingkat risiko bahaya logam tembaga (Cu) terhadap kesehatan. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui besar risiko kesehatan manusia akibat pajanan Cu (Tembaga) pada air Sungai Mahakam dengan metode Public Health Assessment (PHA).

Risiko untuk asupan nonkarsiogenik RQ>1 sehingga berisiko terhadap kesehatan, sedangkan risiko asupan karsiogenik ECR<E-4 sehingga tidak berisiko kanker. , Tiga durasi pajanan yaitu 1 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun tersebut diperoleh nilai RQ(1 tahun) yaitu 4,45; RQ(5

tahun) sebesar 22,26; serta RQ(10 tahun) yaitu 43,33; sedangkan untuk perhitungan ECR diperoleh hasil ECR (1 tahun) yaitu 2,45 X 10-3; ECR (5 tahun) 4,29 X 10-3; dan ECR (10 tahun) yaitu 8,59 X 10-3.

Pengelolaan air limbah industri galangan kapal sebagai sumber pencemaran Cu di Mahakam diwajibkan melakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang dan masyarakat perlu melakukan pengolahan air terlebih dahulu sebelum menggunakan air sungai mahakam. Diharapkan pemerintah dapat meninjau kembali standar baku mutu konsentrasi Cu (tembaga) dalam air guna meminimalisir risiko kesehatan masyarakat, dan pemantauan kualitas air oleh Bapedalda Provinsi Kalimantan Timur. **Kata kunci : Risiko Kesehatan,Cu, Sungai Mahakam,PHA

ABSTRACT According to Arung (2010), Mahakam River content of copper (Cu), about 1.15 mg / L.

Therefore it is necessary to predict exposure of Cu contained in the Mahakam River to public health risks with the method of Public Health Assessment (PHA), which are expected to provide the level of hazard prediction metals copper (Cu).

The research is done to find out how big the human health risks due to exposure to Cu (Copper) in Mahakam River water with the method of Public Health Assessment (PHA).

Risk for intake nonkarsiogenik RQ> 1 so the risk to health, while the risk of intake karsiogenik ECR <E-4 so that no cancer risk. Three exposure duration is 1 year, 5 years, and 10-year values obtained RQ (1 year) is 4.45; RQ (5 years) amounted to 22.26; and RQ (10 years), namely 43.33, whereas for the calculation of the results obtained ECR (1 year) is 2.45 X 10-3; ECR (5 years) 4.29 X 10-3; and ECR (10 years) is 8.59 X 10- 3.

Waste water management shipbuilding industry as a source of Cu contamination in the Mahakam required to do wastewater treatment before disposal and water treatment community needs to do first before using the Mahakam river water. It is expected the government to review the quality standard concentration of Cu (copper) in water in order to minimize public health risks, and monitoring water quality by Bapedalda East Kalimantan Province. **Key Words : Health Risk,Cu,mahakam River, PHA

Page 4: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan perairan atau hidrosfir adalah salah satu bentuk pengelompokkan

lingkungan. Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Begitu luasnya

lingkungan perairan, sehingga sangat mempengaruhi iklim di muka bumi ini. Air di bumi ini

jumlahnya relatif konstan karena adanya siklus hidrologi yang terjadi secara alami. Distribusi air

di bumi sebagian besar berada di lautan dan yang berada di sekitar manusia di daratan tidak

mencapai 1% jumlahnya, dengan jumlah tersebut manusia dituntut untuk dapat berbagi dan

mengelola sumber daya air sebaik-baiknya karena permasalahan kompleks yang akan timbul

apabila terjadi pencemaran dalam lingkungan perairan (Herawati, 2007).

Air sebagai komponen lingkungan hidup dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup

menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dan kehidupan

makhluk hidup lainnya. Merosotnya kualitas air disebabkan oleh pencemaran, krisis air yang

terjadi akibat berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di

hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada

beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungai

tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada saat kemarau serta ditambah erosi

dan sedimentasi, seperti yang terjadi di Sungai Mahakam mengalami pendangkalan selama

kurun waktu 10 tahun.

Terjadinya pencemaran Sungai Mahakam diakibatkan oleh beberapa zat seperti

kandungan logam besi (Fe) sekitar 3,23 mg/L, kandungan tembaga (Cu) sekitar 1,15 mg/L dan

logam Mangan (Mn) 0,24 mg/L2. Dari pencemaran yang terjadi terdapat logam berat yang

bersifat toksik untuk kesehatan masyarakat yaitu tembaga (Cu) sebesar 1,15 mg/L. Oleh sebab

itu akan diprediksikan pajanan dalam kurun waktu tertentu sehingga tembaga berisiko untuk

mempengaruhi kesehatan manusia dimana standar baku mutu tembaga (Cu) terdapat dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum.

Dengan tingginya konsentrasi logam Cu pada Sungai Mahakam, dimana air tersebut

dikonsumsi oleh masyarakat maka akan memberikan dampak kesehatan sehingga perlu

dilakukan prediksi resiko pencemaran logam Cu terhadap kesehatan masyarakat akibat efek

Page 5: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 2

toksisitas Cu. Saat ini kehidupan terancam oleh tiga macam bahaya lingkungan yaitu zat-zat

kimia toksik, energi radiasi dan gelombang elektromagnetik dan organisme patogen.

Dalam hal ini, perlu dilakukan analisis resiko tembaga (Cu) dengan metode PHA.

metode PHA didefiniskan sebagai evaluasi data dan informasi mengenai pelepasan bahan-bahan

berbahaya ke lingkungan untuk menilai setiap dampak masa lalu, kini, atau yang akan datang

terhadap kesehatan masyarakat, mengembangkan anjuran kesehatan dan rekomendasi lain, dan

mengidentifikasi kajian atau tindakan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan meniadakan

atau mencegah efek-efek terhadap kesehatan manusia. Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan

dibahas masalah pajanan Cu yang terdapat pada sungai Mahakam terhadap resiko kesehatan

masyarakat dengan metode Public Health Assessment (PHA) yang diharapkan mampu

memberikan prediksi tingkat resiko bahaya logam tembaga (Cu) serta melihat apakah nilai

standar baku mutu Cu yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No :

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum mampu memberikan dampak

kesehatan bagi masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang dikaji adalah :

Seberapa besar risiko kesehatan manusia akibat pajanan Cu (Tembaga) pada air Sungai

Mahakam?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Mengetahui konsentrasi faktor risiko berupa kadar Cu (tembaga) pada air Sungai

Mahakam.

2. Mengetahui jumlah konsumsi air minum yang aman dari risiko karsinogenik dan non-

karsinogenik pada manusia.

3. Menerapkan manajemen risiko sebagai acuan untuk menanggulangi atau meringankan

beban kesehatan masyarakat dan lingkungan dari degradasi lingkungan dan perilaku

manusia yang melibatkan unsur logam Cu (tembaga) di perairan Sungai Mahakam.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan beberapa luaran penting(output) sebagai berikut:

Dapat diketahui estimasi tingkat risiko kesehatan karsinogenik dan non karsinogenik

dari paparan Cu (tembaga) yang mencemari air Sungai Mahakam.

Page 6: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 3

Masyarakat dapat meminimalisir konsumsi air sungai mahakam yang mengandung Cu

sesuai dengan manajemen risiko berdasarkan berbagai skenario pemajanan menurut

kelompok ukuran antropometri (berat badan), konsentrasi dan waktu kontak (pola

aktivitas).

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan perkiraan tingkat risiko

kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan oleh pajanan Cu (tembaga) yang mencemari air

Sungai Mahakam sebagai dasar penentuan manajemen risiko kesehatan. Dengan adanya

manajemen risiko yang diberikan, diharapkan mampu meminimalkan karakteristik risiko

kesehatan atau risiko non karsinogenik bagi masyarakat Kota Samarinda yang mengkonsumsi

air Sungai Mahakam. Sehingga masyarakat dapat memperkirakan batas aman mereka

mengkonsumsi air Sungai Mahakam perhari dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan berat

badan masyarakat.

Page 7: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 4

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Metodologi Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada konsentrasi pajanan Cu (tembaga) yang mencemari air

sungai Mahakam sehingga dapat diperkirakan tingkat risiko kesehatan manusia dengan

menggunakan metode Public Health Assessment. Metode ini meliputi identifikasi bahaya,

analisis paparan, interpretasi estimasi risiko, stategi survey EKL, dan manajemen risiko. Adapun

Metodologi penelitian ini meliputi beberapa tahapan:

1. Studi literatur

2. Pengumpulan data (sampel)

3. Analisis dan pengolahan data

4. Kesimpulan dan Rekomendasi

Detail langkah penelitian dapat dilihat dalam diagram alir pada Gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1. Metodologi Penelitian

Page 8: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 5

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya dari tembaga (Cu) pada sungai Mahakam dapat dilihat pada tabel 1

yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1. Identifikasi Bahaya Cu (Tembaga)

Sumber

dan

Penggunaan

Media

Lingkungan

Potensial

Konsentrasi

Risk Agent

Dampak

pada

Kesehatan

Cu (Tembaga) di sungai mahakam dari limbah rumah tangga, transportasi, industri cat, industri fungisida, pertambangan, industri galangan kapal, dan industri pelapisan logam dari proses pembersihan, pencucian, dan penyepuhannya.

Air Sungai Mahakam yang dikonsumsi oleh masyarakat.

1,15 mg/L 1. Tembaga yang tidak berikatan dengan protein di dalam tubuh akan menjadi racun (keracunan)

2. Menghambat pembentukkan urin dan gangguan ginjal

3. Gangguan hati, karena hati tidak dapat mengeluarkan Cu ke dalam darah dan empedu sehingga Cu akan menumpuk di hati.

4. Muntaber 5. Pusing 6. Anemia 7. Shock 8. Meninggal dunia.

Pada pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti pada kajian konsentrasi Cu

sebelumnya, sampel yang digunakan adalah air Sungai Mahakam yang diambil dengan metode

sampel sesaat atau yang disebut dengan grab sample. Sampel sesaat ini hanya dapat mewakili

kualitas air pada saat dan tempat tertentu saja. Tetapi apabila diketahui bahwa suatu sumber air

itu kualitasnya konstant untuk jangka waktu yang lama dan untuk jarak yang cukup jauh

contohnya Sungai Mahakam yang jaraknya lebih kurang 920 km2.

Air Sungai Mahakam yang tercemar oleh Cu dan dikonsumsi oleh masyarakat, dengan

tingkat konsentrasi sebesar 1,15 mg/L. Risiko kesehatan akibat pajanan Cu yaitu tembaga yang

tidak berikatan dengan protein di dalam tubuh akan menjadi racun (keracunan), menghambat

pembentukkan urin dan gangguan ginjal, gangguan hati karena hati tidak dapat mengeluarkan

Cu ke dalam darah dan empedu sehingga Cu akan menumpuk di dalam hati, muntaber, pusing,

anemia, shock, dan meninggal dunia.

Page 9: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 6

Berdasarkan identifikasi bahaya Cu, sumber pencemaran Cu utama berasal dari limbah

rumah tangga, transportasi dan pengangkutan pertambangan, dan industri kapal yang

aktivitasnya berada di sekitar wilayah Sungai Mahakam. Menurut Palar (2004), secara alamiah

Cu dapat masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai peristiwa alam.

Unsur ini dapat bersumber dari peristiwa pengikisan dari batuan mineral. Sedangkan melalui

jalur non alamiah, Cu masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas

manusia. Sebagai contoh adalah buangan industri yang memakai Cu dalam proses produksinya,

industri galangan kapal karena digunakannya Cu sebagai campuran bahan pengawet, industri

pengelolaan kayu, buangan rumah tangga, dan lain sebagainya. Industri pelapisan logam

menghasilkan limbah cair yang cukup banyak salah satunya adalah ternbaga (Cu), limbah cair

pelapisan logam dihasilkan dari proses pembersihan, pencucian, dan penyepuhan.

Gambar 3.1. Sumber Pencemaran Pada Air Sungai Mahakam

Berdasarkan Identifikasi Bahaya Cu.

Pada umumnya Cu diperoleh dari hasil penambangan dimana Kalimantan Timur

merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya.

Hal inilah yang menyebabkan aktivitas penambangan dan eksploitasi hasil alam bedar-besaran,

tanpa melihat dampak kesehatan lingkungan yang akan terjadi di masyarakat khususnya warga

di daerah tersebut.Kegiatan tambang emas dan batu bara dapat dijumpai di bagian hulu Sungai

Mahakam. Kegiatan ini membuat kerusakan pada DAS Mahakam. Sejumlah perusahaan

tambang batu bara diketahui membuang limbahnya langsung ke Sungai Mahakam sehingga

terjadi pencemaran dengan bahan partikel terlarut (Suspended Particulate Matter/SPM) yang

tinggi dengan konsentrasi 80 mg/liter.

Page 10: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 7

3.2. Analisis Paparan

Analisis paparan dilakukan untuk menentukan dosis risk agent Cu (Tembaga) yang

diterima individu sebagai asupan atau intake (I) yang dihitung dengan persamaan :

Keterangan:

I = intake (asupan), jumlah risk agent yang masuk, (mg/kg/hari)

C = konsentrasi risk agent, (mg/L untuk air minum dan mg/kg untuk kerang)

R = laju (rate) asupan, (2 L/hari untuk air minum dan gr/hari untuk kerang)

fE = frekuensi pajanan tahunan, hari/tahun

D t = durasi pajanan, real time atau 30 tahun proyeksi

W b = berat badan, (kg)

tavg = perioda waktu rata-rata, 30 tahun x 365 hari/tahun (non karsinogen) atau

70 tahun x 365 hari/tahun (karsinogen ).

Berikut ini merupakan perhitungan asupan atau intake (I) yang diterima individu dari pajanan

Cu pada air sungai :

asupan nonkarsiogenik (Ifnk) :

asupan karsiogenik (Ik) :

Karakterisasi risiko (Risk Characterization)dilakukan untuk membandingkan hasil analisa

pemaparan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfD). RfD merupakan dosis acuan yang diperoleh

dari kepustakaan (US EPA). Dimana RfD untuk Cu adalah 0,0003 mg/kg/hari.

Risiko nonkarsinogenik dinyatakan sebagai Risk Qoutient (RQ), dihitung membagi

asupan (Ink) dengan dosis referensi (RfD atau RfC). RQ dihitung dengan persamaan:

RfCRfDIRQ

atau

66,133RQ

Apabila : RQ < 1 = Berada di bawah batas normal dan tidak berisiko.

RQ > 1 = Berada di atas normal dan berisiko terhadap kesehatan.

mg/kg/hari 0400,0 tahun30hari/tahun 365kg 55

tahun30hari/tahun 350L/hari 2mg/L 15,1nk

I

/hari0,017mg/kg tahun70hari/tahun 365kg 55

tahun30hari/tahun 350L/hari 2mg/L15,1k

I

Page 11: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 8

Sedangkan Risiko karsinogenik dinyatakan sebagai Excess Cancer Risk (ECR), dihitung dengan

mengalikan asupan (Ik) dengan CSF. ECR dapat dihitung dengan persamaan:

ECR = Ik (mg/kg/hari) x CSF (mg/kg/hari)1

ECR = 2,6 x 10-2

Perhitungan Cu pada air penduduk sekitar Sungai dapat digolongkan sebagai penduduk

residensial, nilai default yang dipakai untuk menghitung Cu adalah pajanan 350 hari/ tahun,

durasi pajanan 30 tahun dan berat badan 55 kg, dengan asupan nonkarsiogenik (Ifnk) yaitu

sebesar 0,04 mg/kg/hari dan asupan karsiogenik (Ik) yaitu 0,017 mg/kg/hari, sehingga

didapatkan nilai RQ sebesar 133,66 dan ECR 2,6 X 10-2.

Dikarenakan nilai RQ > , berarti ada risiko potensial dan berdampak pada kesehatan. Karena ECR = 2,6 x 10-2 menunjukkan ada 2 kasus tambahan kanker per 100 penduduk, air

minum tsb kurang aman untuk efek kanker.

Menurut Soemirat (2009) Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan bagi perkembangan

tubuh manusia. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GII, SSP, Ginjal, hati,

muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, koma dan meninggal dunia.

Dalam dosis rendah menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan dan

peralatan dapur.

3.3. Interpretasi Estimasi Risiko

Untuk pembuktian secara Epidemiologis, 30 tahun bukanlah jangka waktu survey yang

normal. Karena itu perlu dihitung estimasi risiko untuk durasi pajanan real time dapat

dikelompokan menjadi 1 tahun,5 tahun, 10 tahun. Tiga durasi pajanan yaitu 1 tahun, 5 tahun,

dan 10 tahun tersebut mengakibatkan besaran tingkat risiko yang berbeda antar efek

nonkarsiogenik dan karsinogenik.

Untuk efek nonkarsigenik, jangka waktu pajanan 1 tahun berisiko karena RQ>1, yaitu

sebesar 4,45. Sehingga untuk pajanan 5 sampai 10 tahun, diprediksi efek nonkarsinogenik pada

tubuh manusia akan lebih besar.

Namun untuk risiko karsinogenik belum mencapai E-4 (1 x 10-4) sehingga dampak

karsinogenik belum terlihat dampaknya bagi manusia dalam jangka waktu 10 tahun.

Page 12: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 9

3.4. Strategi Survey EKL (Epidemiologi Kesehatan Lingkungan)

Untuk Perhitungan Strategi Survey EKL (Epidemiologi Kesehatan Lingkungan), batas

aman menurut durasi pajanan bisa menentukan kapan gejala gangguan Cu (maksimum). Durasi

dihitung dengan mengganti I dengan RfD. Berikut perhitungan durasi ( tD ) :

Sehingga, Estimasi terhadap durasi pajanan Cu pada air sungai adalah :

Perhitungan Strategi Survey EKL diperoleh untuk konsumsi air minum yang mengandung Cu

(tembaga) sebesar 1,15 mg/L dengan konsumsi air sebesar 2 L/hari diperoleh nilai Dt sebesar

0,167 Tahun atau 2 bulan.

Dari perhitungan tersebut, maka diperkirakan bahwa efek toksik tembaga yang akan di

rasakan penduduk dapat dirasakan dalam kurun waktu 2 bulan, dapat menyebabkan gejala GII,

SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah, anemia, kramp, konvulsi, shock, coma dan

dapat meninggal.

3.5. Manajemen Risiko

Berdasarkan perhitungan intake air minum aman dari potensi pajanan Cu (1,15 mg/L)

maka kuantitas air aman konsumsi sebagai berikut :

Tabel 3.2. Jumlah konsumsi air minum yang aman dari risiko non karsiogenik Cu pada air

Sungai Mahakam menurut kelompok BB penduduk

Berat Badan (Kg) konsentrasi Cu (1,15 mg/L)

45 12,24 ml

50 13, 6 ml

55 14, 96 ml

60 16,32 ml

65 17,68 ml

70 19 ml

Pada perhitungan manajemen risiko, konsumsi air minum yang aman untuk konsentrasi

Cu 1,15 mg/L dari berat badan 45-70 kg di anjurkan untuk mengkonsumsi air minum tersebut

antara 12,24 ml - 19 ml.

(tahun) E

avgbt fRC

tWRfDD

thD 167,0hari/tahun 350L/hari 2mg/L ,151

tahun30hari/tahun 365kg 55mg/kg/hari 0,0003t

Page 13: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 10

Berdasarkan Baku Mutu Anjuran Kesehatan, dapat diestimasi batas aman untuk populasi

dengan DWEL (Drinking Water Equivalent Level), MCLG (Maximum Contaminant Level

Goal). Estimasi dengan memakai RfD sebagai dosis harian aman (0,0003 mg/kg/hari),

sedangkan Air minum bukan satu-satu sumber, kontribusinya paling banyak 80% dari total

asupan (EPA 1990). Berikut ini adalah persamaan yang dapat digunakan untuk perhitungan

DWEL dan MCLG :

(L/hari)t

b

RWRfDDWEL

mg/L 007,0L/hari 2

kg 55mg/kg/hari 0003,0

DWEL

DWEL x Kontribusi%MCLG

MCLG = 0,80,00715 mg/L = 0,0057 mg/L 0,006 mg/L

Konsumsi air minum manusia yaitu 2 L/ hari, dari perhitungan DWEL,setelah itu dilakukan

perhitungan MCLG yang merupakan batas aman menurut kesehatan yang dianjurkan

menjadikan batasan mutu bagi populasi yang berat badannnya 55 kg diperoleh 0,007 mg/L,

sedangkan baku mutu Permenkes no. 492/Menkes/Per/IV/2010 baku mutu tembaga 2 mg/ L.

Akan tetapi dalam perhitungan nilai RQ (tingkat risiko) > 1 dan nilai ECR < E-4, jadi

baku mutu yang berlaku saat ini kurang dapat melindungi populasi berisiko dari efek-efek

nonkarsiogenik tembaga, sehingga perlu dilakukan manajemen risiko.

Manajemen risiko dalam hal ini merupakan upaya yang didasarkan pada informasi

tentang risiko kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko yang telah dipaparkan

sebelumnya. Hasil dari karakteristik risiko tersebut kemudian digunakan untuk memutusan

upaya-upaya pengendalian dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:

a. Ketersediaan teknologi modern

b. Perangkat hukum dan perundangan

c. Sosial

d. Ekonomi

e. Informasi politik yang sedang berkembang

3.6. Pengendalian Resiko

Formula untuk menejemen risiko adalah membuat berbagai skenario sedemikian rupa

sehingga intake suatu risk agent sama dengan RfC-nya. Berikut merupakan upaya dasar

pengendalian risiko pada pajanan Cu:

Page 14: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 11

1. Pengendalian secara administratif atau legal

Pengendalian secara administrasi salah satunya dengan peninjauan kembali standar baku

mutu konsentrasi Cu (tembaga) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, dari 2 mg/L diharapkan

menjadi 0.007 mg/L. Selanjutnya pemerintah daerah perlu melaksanakan peninjauan ulang dan

pengaktifan kembali pengembangan analisis manajemen risiko kesehatan lingkungan, sehingga

bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan penambangan dan industry lainnya dapat

terpantau dan terlaksananya evaluasi risiko yang berkesinambungan pada hasil limbah yang

telah mencemari Sungai Mahakam.

Hal ini akan meminimalisir dampak kesehatan dan lingkungan di wilayah perairan

Sungai Mahakam. Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan pengendalian secara legal adalah :

a. Pelaksanaan regulasi secara tegas Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, dalam peraturan tersebut,

Pemerintah melakukan pengendalian pengelolaan air dan pengendalian pencemaran air

terutama hasil limbah buangan oleh perusahaan dan industri.

b. Peningkatan upaya pengelolaan yang lebih baik dan terpadu terhadap hasil limbah B-3

(Bahan Beracun Berbahaya) yang semakin meningkat agar limbah tersebut tidak

semakin meningkat dan berdampak pada kesehatan manusia dan degradasi lingkungan

yang dilaksanakan oleh Bapedalda atau lembaga swadaya yang aktif bergerak di bidang

pengelolaan lingkungan.

c. Pelaksanaan persyaratan perizinan seperti laporan AMDAL/ RKL-RPL, UKL/UPL, izin

limbah cair, izin lahan membuka lahan industri, izin tempat pembuangan sampah limbah

bahan beracun berbahaya oleh pemerintah kepada pendiri usaha industri secara

berkesinambungan disertai dengan monitoring dan evaluasi dalam bentuk program

penegakkan hukum atau yustisi.

2. Pengendalian secara teknik atau teknologi

Beberapa metode pengendalian secara teknik dan teknologi yang dapat diterapkan sesuai

dengan kemajuan perkembangan ilmu lingkungan saat ini adalah sebagai berikut :

a. Metode floating island (penanaman enceng gondok).

Dari berbagai hasil penelitian, eceng gondok terbukti mampu menyerap zat kimia

baik yang berasal dari limbah industri maupun rumah tangga (domestik) karena

kemampuannya itu, eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk mengolah limbah kedua

sumber tersebut (industri dan rumah tangga) secara biologi.

Page 15: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 12

Dewasa ini, pencemaran logam berat merupakan salah satu permasalahan yang

banyak dihadapi oleh ekosistem perairan. Umumnya, upaya penanganan pencemaran

logam berat memerlukan biaya yang cukup mahal. Namun, eceng gondok menawarkan

pemecahan masalah tersebut dengan biaya yang cukup murah. Beberapa logam berat

yang sering mencemari ekosistem perairan diantaranya Fe, Mg, Mn, Pb, Cu dan Ni.

Gambar 3.2. Metode floating island (penanaman enceng gondok)

Akan tetapi pertumbuhan eceng gondok harus dikendalikan dengan penggantian

tanaman sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Meskipun hampir sebagian besar parameter

yang diamati masih berada di atas baku mutu yang dipersyaratkan, eceng gondok telah

mampu mengurangi kandungan zat-zat pencemar dalam perairan.

Dengan demikian, untuk mengembalikan kualitas air, pengolahan secara biologi

ini harus dilakukan secara berulang.

b. Pemanfaatan algae Chlorella Pyrenoidosa untuk menurunkan tembaga (Cu) pada

perairan.

Algae Chlorella Pyrenoidosa dipilih sebagai sarana penanganan limbah cair

karena algae Chlorella Pyrenoidosa dapat tumbuh dan berkembang biak pada air kotor,

selain itu algae Chlorella Pyrenoidosa dapat menurunkan kadar tembaga (Cu), karena

algae mempunyai kemampuan untuk menyerap logam-logam berat termasuk Cu dengan

cara melakukan penyerapan melalui permukaan selnya, karena adanya proses absorpsi.

Setelah itu logam diserap masuk oleh sel algae sampai pada titik optimal,

penyerapan ini dilakukan selama 7 hari. Sistem pengolahan limbah cair dengan algae

Chlorella pyrenoidosa sangat cocok bagi negara berkembang. Karena selain biaya

murah, algae Chlorella pyrenoidosa banyak ditemukan di empang atau sawah.

Page 16: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 13

Mikroorganisme bersel satu ini sebenarnya sudah cukup dikenal, selain dibudidayakan

untuk makanan ikan, juga untuk makanan bergizi. Dan sebagai pengolah limbah, algae

ini sering disebut ganggang hijau (Chlorophyceae). Tanpa disadari ganggang ini pada

limbah pabrik tapioca. Secara alami algae telah mengurangi kadar pencemar organik.

Gambar 3.3. Pemanfaatan algae Chlorella Pyrenoidosa di perairan

Algae bisa dimanfaatkan secara maksimal yaitu untuk mengolah limbah

peternakan dan industri logam. Penelitian yang berhubungan dengan pemenfaatan algae

Chlorella pyrenoidosa sudah banyak dilakukan, baik untuk mengolah air limbah maupun

untuk tujuan lain.

Adapun Chlorella pyrenoidosa dipilih sebagai sarana penanganan limbah karena

Chlorella pyrenoidosa dapat tumbuh dan berkembang biak pada air kotor. Selain itu

keberadaan fitoplankton terutama algae merupakan produsen primer bagi kehidupan air,

karena fitoplankton tersebut menghasilkan oksigen dari aktifitas fotosintesis.

Sebagai mikroorganisme Chlorella pyrenoidosa punya keterbatasan yang lain.

Chlorella pyrenoidosa tidak bisa bekerja pada suasana basa atau pH di atas 7, selain itu

kalau kadar pencemar terlalu berat, algae ini bisa seperti Cu maksimal 18 mg/l, sedang

Cd, Cr dan Zn maksimal 10 mg/l.

Page 17: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 14

3. Pengendalian Pribadi

Tindakan promotif dan preventif yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam

peningkatan kesadaran masyarakat di sekitar wilayah aliran Sungai Mahakam dengan

pendekatan ilmu kesehatan masyarakat dalam melakukan suatu program pemberdayaan

masyarakat yang berbasis kesadaran akan penggunaan air bersih yang layak untuk digunakan

dan dikonsumsi.

Diharapkan petugas kesehatan dapat membentuk kelompok swadaya masyarakat yang

dapat mengelola dan mampu menjalankan pengelolaan sistem air bersih. Kelompok dibentuk

secara partisipatif oleh masyarakat, dimana masyarakat yang memilih langsung kepengurusan

tanpa ada interfensi dari pihak luar. Serta nantinya kelompok juga membuat aturan–aturan

tentang pengelolaan sistem air bersih, berkaitan dengan administrasi, pembukuan, keuangan dan

teknis pengelolaan air bersih di lingkungan mereka.

Page 18: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 15

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan risiko kesehatan akibat pajanan Cu (tembaga) pada air

Sungai Mahakam dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan estimasi risiko di atas, Cu yang terdapat pada Sungai Mahakam sangat

berisiko bagi individu dengan berat badan 55 Kg bila air tersebut diminum sebanyak 2 L/

hari selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun karena RQ sangat jauh diatas 1.

2. Berdasarkan perhitungan jumlah konsumsi air minum yang aman dari risiko

nonkarsinogenik Cu, maka untuk masyarakat yang memiliki berat badan 45 kg boleh

mengkonsumsi 12,24 ml air Sungai Mahakam dengan konsentrasi Cu 1,15 mg/L, untuk

berat badan 50 kg boleh mengkonsumsi 13,6 ml, untuk berat badan 55 kg boleh

mengkonsumsi 14, 96 ml, untuk berat badan 60 kg boleh mengkonsumsi 16,32 ml, untuk

berat badan 65 kg boleh mengkonsumsi 17,68 ml, dan untuk 70 kg boleh mengkonsumsi

19 ml.

3. Adapun upaya penanggulangan dan pengendaliannya yaitu peninjauan kembali

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum, dari 2 mg/L diharapkan menjadi 0.007 mg/L,

penerapan metode floting island (penanaman enceng gondok) dan penggunaan algae

dalam penyerapan Cu di perairan.

4.2. Saran

Adapun saran yang dapat direkomendasikan ada sebagai berikut :

1. Pengelolaan air limbah industri galangan kapal sebagai sumber pencemaran Cu di

Mahakam diwajibkan melakukan pengolahan air limbah sebelum dibuang

2. Masyarakat perlu melakukan pengolahan air terlebih dahulu sebelum menggunakan air

sungai mahakam.

3. Diharapkan pemerintah dapat meninjau kembali standar baku mutu konsentrasi Cu

(tembaga) dalam air guna meminimalisir risiko kesehatan masyarakat, dan pemantauan

kualitas air oleh Bapedalda Provinsi Kalimantan Timur.

Page 19: Tugas 1 PL - Anris Kesehatan Akibat Pajanan Cu Di Sungai Mahakam

Merri Jayanti - 253 11 326 -Tugas Perencanaan Lingkungan “Risk Assessment Health”- 16

DAFTAR PUSTAKA

Ifroh, Riza H., dan Sedionoto, Blego. 2011. KAJIAN PREDIKTIF RISIKO KESEHATAN

AKIBAT PAJANAN Cu (TEMBAGA) PADA AIR SUNGAI MAHAKAM DENGAN METODE PUBLIC HEALTH ASSASMENT (PHA). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Samarinda.

Arung, Enos Tangke. 2010. Biji Kelor Mampu Menjernihkan Air Sungai. http://filterpenyaringair.com/biji-kelor-mampu-menjernihkan-air-sungai/

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum,

Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta: Jakarta

Juli Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta