tinjauan teori ab. imminent
TRANSCRIPT
TINJAUAN TEORI
ABORTUS IMMINEN
TEORI MEDIS
A. PENGERTIAN
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
(Wiknjosastro, 2005:305)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat”tertentu”)pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan. (Saifuddin, .2007:145)
Abortus adalah berakhirnya ssuatu kehamilan, bisa terdapat gejala kehamilan dini.
Kram ringan dengan perdarahan. Serviks panjang dan tertutup. Uterus sesuai dengan usia
kehamilan, secara kasar 50% memburuk menjadi abortus insipiens. (Graber, 2006:368)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buih kehamilan belum mampu hidup di
luar kandungan. (Kusmiyati, 2009:149)
B. ETIOLOGI
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati
50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368)
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor .Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot ,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
trimester pertama, yakni:
1
a. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau kerusakan
kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan lokal
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus:
b. Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster,
vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.
c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.
d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau
pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.
g. Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
h. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum
sebelum minggu ke-8
Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.
2
i. Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus , mioma(terutama mioma submukosa),serviks inkompeten
atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
(Benson, 2008:298)
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan
dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b. Obat-obatan
Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak menggunakan
obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa
obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan penyakit ibu
yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)
C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Terjadinya
a. Abortus spontan
Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis
b. Abortus buatan
Sengaja dilakukan sehingga kehamilan dapat di akhiri
(Wiknjosastro, 2008)
2. Berdasarkan pelaksanaanya:
a. Abortus provokatus artificialis atau Abortus therapeuticus
Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya :penyakit jantung,hipertensi
esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang
terdiri dari dokter ahli kebidanan , penyakit dalam psikistri atau psikolog.
3
b. Abortus buatan kriminal
Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak
berwenang dan dilarang oleh hukum atau di lakukan oleh yang tidak berwenang.
c. Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan tersebut
tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
(Wiknjosastro, 2008)
3. Berdasarkan gambaran klinisnya:
a. Abortus Imminens
Terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus insipiens
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban
yang teraba.
c. Abortus completus
Seluruh hasil konsepsi di keluarkan (desidua dan uterus), sehingga rongga rahim
kosong.
d. Abortus Incompletus
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang di keluarkan , yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
e. Abortus servikalis
Keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium eksternum yang tak
terbuka sehingga semuanya berkumpul dalam kanalis servikalis.
f. Abortus Habitualis
Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
g. Abortus Infeksiasus, abortus septik
4
Abortus infeksiasus adalah abortus yang disertai infeksi pada genetalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiasus berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
h. Missed Abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu , tetapi janin mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
(Wiknjosastro, 2007:305-308)
D. FAKTOR PRESDIPOSISI
Alasan utama terjadinya keguguran pada awal kehamilan ialah kelainan genetik,yang
mencapai 75 hingga 90% total keguguran.Alasan lain terjadinya adalah kadar progesteron
yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid , diabetes yang tidak terkontrol, kelainan
pada rahim ,infeksi dan penyakit autonium. (Varney, 2007:604)
E. TANDA DAN GEJALA
1. Abortus Imminens
a. Kram perut bagian bawah
b. Perdarahan sedikit dari jalan lahir
c. Fleksus ada(sedikit)
d. Ostium uteri tertutup
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
f. Uterus Lunak
2. Abortus Insipiens
a. Disertai nyeri/kontraksi rahim
b. Pendarahan dari jalan lahir
c. Perdarahan sedang hingga banyak
d. Ostium Uteri terbuka
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
f. Buah kehamilan masih dalam rahim, belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi
5
g. Ketuban utuh(menonjol)
3. Abortus Incomplitus
a. Kram perut bagian bawah
b. Pendarahan banyak dari jalan lahir
c. Pendarahan sedang hingga banyak
d. Ostium uteri terbuka
e. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
4. Abortus Komplitus
a. Nyeri perut bagian bawah sedikit atau tidak ada
b. Perdarahan dari jalan lahir sedikit
c. Perdarahan bercak sedikit hingga sedang
d. Teraba sisa jaringan buah kehamilan
e. Ostium uteri tertutup , bila ostium terbuka teraba rongga uterus kosong
f. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
5. Missed Abortion
a. Buah dada mengecil
b. Tanpa nyeri
c. Pendarahan bisa ada atau tidak
d. Hilangnya tanda kehamilan
e. Tidak ada bunyi jantung janin
f. Berat badan menurun
g. Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan
(Kusmiyati, 2009:150-152)
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
6
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro,
2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput
ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding
cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak.
(Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda
kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305).
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat
kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ABORTUS IMMINENS
1. Hasil USG Menunjukkan:
a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.
b. Meragukan
c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati. (Kusmiyati, 2009:150)
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
e. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
f. Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
2. Data laboratorium:
a. Tes urine
7
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
3. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)
H. PENATALAKSANAAN ABORTUS IMMINENS
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsangan mekanik.
Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
Bila perdarahan:
Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
(Saifuddin, 2007:149)
Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen
8
Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan
Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam
Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam
Hidroksiprogesteron
kaproag
500 mg
intramuskuler
250mg setiap 12
jam,bila
ada perbaikan,
lanjutkan dengan
250mg perhari
hingga 7 hari setelah
perdarah berhenti.
Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya
dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
Penenang penobarbital 3x30 gram valium
Anti pendarahan: Adona ,Transami
Vit B Komplek
Hormon progesteron
Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin
I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
a. perdarahan yang banyak disebut syok nemoragik
b. infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
9
(Wiknjosastro, 2007:311-312)
I. DIAGNOSA ABORTUS IMMINENS
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar
sebesar tuannya kehamilan ,serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada
beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya
datang jika tidak terjadi pembuahan.Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke
dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit,
warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305)
J. PROGNOSA
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
a. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang rekuren
mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %
b. Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan
keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %
c. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
d. kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang
tidak jelas.
Prognosis untuk kelanjut kehamilan menjadi buruk , jika seorang wanita mengalami
kombinasi perdarahan dan nyeri. Untuk menentukan sumber perdarahan dan memulai
terapi, jika memang diperlukan kehamilan perlu dievaluasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik, serum B-Hcg dan progesteron, serta ultrasonografi. (Varney, 2006:605)
Macam dan lmanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan.Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules-mules
yang disertai pendataran serta pembukaan serviks. (Wiknjosastro, 2007:306)
TEORI KEBIDANAN PADA ABORTUS IMMINEN
10
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
hamil dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Hanifa, 2006)
Frekuensi abortus yang dikenal secara klinis bertambah dari 12%
pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada
wanita berumur di atas 40 tahun. (Williams, 2005)
b. Pekerjaan
Sering dijumpai pada wanita yang bekerja berat karena ovum
terlepas sebagian menimbulkan kontraksi yang berakibat perdarahan.
(Taber, 2007)
2. Keluhan Utama
a. Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami
terlambat haid, sering terdapat pula rasa mules, kecurigaan tersebut
diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda. (Hanifa, 2009)
b. Dengan keguguran diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut: sakit
perut, dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi, pemeriksaan
hasil tes hamil masih positif atau sudah negatif. (Manuaba, 2008)
c. Abortus imminens
Terdapat keterlambatan datang bulan.
Terdapat perdarahan, disertai perut sakit (mules). (Manuaba,
2008)
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, DM dan
defisiensi progesterone. (Williams, 2005)
11
Kelainan hormonal, gangguan nutrisi menyebabkan keguguran
kehamilan. (Hanifa, 2009)
Anomali congenital (hipoplasi uterus, uterus bikornis dll),
kelainan letak dari uterus seperti retroflexi uterus fixota, dapat
menyebabkan abortus. (Rustam Mochtar, 2008)
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Jika herpes genitalis terjadi dalam kehamilan 20 minggu maka
angka abortus akan meningkat. (Williams, 2005)
Penyakit ibu yang mendadak seperti pneumone, tifus
abdominalis, pielonepritis, malaria dll dapat menyebabkan
abortus, toxin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui
placenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis umum dan
penyakit menahun seperti brusellosis, monomikleosis,
toxoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus walaupun lebih
jarang. (Hanifa, 1999:303)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Peranan faktor paternal dalam proses timbulnya abortus spontan
yang pasti translokasi kromosom dalam sperma dapat
menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu
sedikit atau terlalu banyak, sehingga terjadi abortus. (Williams,
2005)
Penyakit bapak: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC,
anemia, decompensasi cordis, malnutrisi, nefititis, keracunan
(alcohol, nikotin, Pb dll), sinar rontgen, avitaminosis dapat
menyebabkan abortus. (Rustam Mochtar, 2008)
6. Riwayat kebidanan
a. Riwayat haid
12
Abortus terjadi pada usia kehamilan < 22 minggu.
Terjadi perdarahan bercak hingga derajat sedang pada kehamilan
muda. Perdarahan masif/hebat pada kehamilan muda. (Saifudin,
2010)
b. Riwayat KB
Kontrasepsi pada waktu lampau pernah berkaitan dengan
peningkatan insiden abortus, namun kaitan tersebut sekarang
sudah tidak ditemukan lagi. Hal tersebut benar untuk kontrasepsi
oral dan obat spermissid yang digunakan dalam krem dan jeli
kontrasepsi.
Kendai demikian alkon dalam rahim (IUD) berkaitan dengan
kenaikan insiden septic setelah kegagalan kontrasepsi.
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bila seseorang pernah mengalami abortus maka cenderung
mengalami abortus lagi pada kehamilan selanjutnya. (Rustam
Mochtar, 2008)
Paritas:
Resiko abortus spontan kelihatannya semakin meningkat dengan
bertambahnya paritas, di samping dengan semakin lanjutnya usia
ibu serta ayah (Williams, 2005)
d. Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil <5 bulan, mengalami mual, muntah.
Pagi hari terutama trimester I, tetapi menghilang setelah trimester
II, sudah dapat TT 2×, tablet Fe maksimal 2 bungkus, kapsul
yodium 1×. (Manuaba, 2008)
7. Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada saat ini hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling
13
besar kemungkinannya menjadi predisposisi meningkatkan
kemungkinan abortus. (Williams, 2005)
Malnutrisi, avitaminosis A, C, E, gangguan metabolisme (DM)
cenderung menimbulkan abortus incomplete. (Rustam Mochtar,
2004)
b. Aktifitas
Trauma, misalnya: kecelakaan dapat menimbulkan abortus.
Sering dijumpai pada wanita yang bekerja berat karena ovum
terlepas sebagian sehingga menimbulkan kontraksi yang
berakibat perdarahan. (Unpad, 2007)
c. Riwayat ketergantungan
Tembakau diidentifikasikan sebagai zat yang berkaitan dengan
peningkatan insiden abortus, alcohol pernah terlibat dalam
peningkatan insiden abortus. (Williams, 2005)
d. Psikososial dan spiritual
Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus
berkontraksi umpamanya terkejut sangat ketakutan. (Rustam
Mochtar, 2004)
Dalam suatu tinjauan mengenai faktor kepribadian yang
berkaitan dengan dengan abortus tuppes dan weil (1962)
menemukan adanya 2 tipe wanita yang pada dasarnya belum
matang dan wanita bebas yang frustasi. (Williams, 2005)
e. Hubungan seksual
Coitus sebaiknya dihentikan pada mereka yang sering mengalami
keguguran. (Manuaba, 2008)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik sampai syok (Hanifa, 2005)
14
b. Tanda vital
Tensi : Tidak boleh lebih dari 140/90 mmHg.
Sistolik bisa mengalami penurunan kurang dari 90 mmHg.
Nadi : Normal 60-100×/menit
Bisa mengalami peningkatan lebih dari 112×/menit. (Hanifa, 2005)
Pernafasan : normal 20-24×/menit
Suhu : Normal 36-37°C
Bila suhu lebih dari normal mungkin adanya infeksi. (Depkes RI,
2006)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Muka : Normal, tidak sembab, ada cloasma gravidarum.
Mata : Konjungtiva normal berwarna merah muda, bila pucat
mungkin anemia. (Depkes RI, 2008)
b. Thorax/buah dada
Mamae dan papilla membesar tampak tegak dan tampak lebih hitam
karena agak hiperpigmentasi. (Hanifa, 2009)
Pada missed abortion mamae agak membesar. (Hanifa, 2009)
c. Abdomen
Membesar sesuai umur kehamilan/lebih kecil dari usia gestasi.
Nyeri perut bawah/sedikit/tanpa nyeri. (Hanifa, 2009)
d. Genetalia
Pengeluaran perdarahan pervaginam:
Perdarahan bercak sampai sedang
Perdarahan sedang sampai massif
Perdarahan lanjut
Secret vagina (Hanifa, 2009)
3. Pemeriksaan khusus
a. Palpasi
15
TFU sesuai dengan usia gestasi
TFU lebih kecil dari usia gestasi/tidak teraba
Uterus teraba lemas. (Hanifa, 2009)
b. VT
Servik uteri masih tertutup
Servik uteri terbuka dan dapat teraba ketuban.
Dan hasil konsepsi dalam cavum uteri atau pada kanalis
servikalis
Besarnya rahim telah mengecil
Konsistensinya lunak. (Manuaba, 2008)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan air kencing terhadap tes kehamilan masih positif atau
sudah negatif. (Manuaba, 2008)
b. Darah
Kadar Hb bervariasi tergantung dari jumlah perdarahan:
Hb 11 gr% tidak anemi
Hb 9-10 gr% anemi ringan
Hb 7-8 gr% anemi sedang
Hb < 7 gr% anemi berat (Manuaba, 2008)
II.INTERPRETASI DATA
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Masalah dan diagnosa
keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap pasien. Diagnosa kebidanan
ditegakkan setelah dilakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif.
1. Diagnosa kebidanan
16
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa yang berkaitan yaitu ibu
umur…Gravida…Para…Abortus…hamil…minggu…dengan abortus
imminent.
2. Masalah
Masalah yang sering menyertai diagnosa yang membutuhkan
suatu bentuk rencana asuhan terhadap klien. Masalah didapat berdasarkan
keluhan, ekspresi dan pernyataan pasien.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Menurut teori komplikasi dari abortus imminent adalah perdarahan, perforasi,
infeksi, syok ( perdarahan yang banyak disebut syok nemoragik, infeksi berat
atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik). (Wiknjosastro, 2007:311-312)
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA, KONSULTASI, DAN
KOLABORASI
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.
Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual.
Bila perdarahan:
Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola
hidatitosa)
Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
(Saifuddin, 2007:149)
17
Kilaborasi dengan dokter Sp.OG untuk tindakan medis selanjutnya
V. RENCANA TINDAKAN
1. Berikan pengertian pada ibu tentang perdarahan yang dialami.
Dengan ibu tahu tentang kondisinya saat maka akan lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Untuk mengetahui keadaan pasien.
3. Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas secara berlebihan atau melakukan
hubungan seksual.
Dengan istirahat kontraksi uterus akan berkurang dan prostaglandin yang
ada dalam sperma akan merangsang kontraksi uterus
4. Tidak diperlukan pengobatan medis yang khusus atau tirah baring secara
total.
Prognosis baik bila perdarahan berhenti dan kontraksi hilang.
5. Anjurkan pada ibu untuk makan/minum dengan gizi seimbang.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
6. Berikan therapy pada ibu
Untuk memperbaiki kondisi ibu hamil
7. Bila perdarahan
• Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan lagi.
• Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG, lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola).
Untuk melakukan deteksi dini dan apabila ada kelainan akan dapat segera
ditangani
VI. IMPLEMENTASI
18
Pelaksanaan tindakan diupayakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
dengan mempertimbangkan kondisi klien
VII. EVALUASI
Berisi tentang penilaian hasil akhir dari tindakan yang telah dilakukan pada
klien.
Evaluasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Evaluasi hasil
Dilakukan untuk menilai keefektifan dari semua tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi diagnose atau masalah.
b. Evaluasi Respon
Dilakukan saat atau segera setelah suatu tindakan dilakukan.
c. Evaluasi proses
Dilakukan selama pemberian asuhan berlangsung
Karena dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana hasil yang telah dicapai,
apakah sesuai dengan harapan yang diinginkan atau tidak.
19