tinjauan pustaka bab2

14
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang dilahirkan dengan perilaku aktual yang jauh lebih sempit jangkauan - jangkauan mengenai yang biasa dan yang diterima menurut norma kelompoknya. Sosialisasi adalah “proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai, perilaku yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka” (Mussen, dkk, 1994). Chaplin (2002), mengemukakan bahwa sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan, cara hidup dan adat istiadat masyarakat tertentu. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain dan sekolah. Lingkungan pertama serta utama dikenal sejak lahir yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar perannya bagi perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung akan terbentuk dalam kepribadian anak. Kemampuan sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam perkembangan anak, karena masa anak Taman Kanak - kanak (prasekolah)

Upload: sukatmaputri

Post on 03-Jul-2015

1.896 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan pustaka bab2

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah

1. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah

keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang dilahirkan dengan

perilaku aktual yang jauh lebih sempit jangkauan - jangkauan mengenai

yang biasa dan yang diterima menurut norma kelompoknya. Sosialisasi

adalah “proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai,

perilaku yang diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat

mereka” (Mussen, dkk, 1994). Chaplin (2002), mengemukakan bahwa

sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan, cara hidup dan adat

istiadat masyarakat tertentu.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman

bermain dan sekolah. Lingkungan pertama serta utama dikenal sejak lahir

yaitu keluarga. Ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan

lingkungan sosial yang berasal dari keluarga, besar perannya bagi

perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang

ditanamkan keluarga baik itu positif maupun negatif secara tidak langsung

akan terbentuk dalam kepribadian anak.

Kemampuan sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam

perkembangan anak, karena masa anak Taman Kanak - kanak (prasekolah)

Page 2: Tinjauan pustaka bab2

7

merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga kedalam lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan sekolah, anak

tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang lebih luas melainkan anak

juga akan menemukan suasana kehidupan yang berbeda, teman, guru atau

aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan keluarga (Chaplin, 2002).

Melihat dari definisi - definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud sosialisasi adalah proses dimana anak-anak belajar

mengenai standar, nilai dan sikap yang diharapkan kebudayaan atau

lingkungan masyarakat mereka.

2. Proses Sosialisasi

Proses sosial pada hakekatnya adalah proses belajar sosial

mengenai tingkah laku yang diharapkan oleh masyarakatnya. Proses

sosialisasi berawal dari keluarga, melalui keluargalah anak belajar

beradaptasi ditengah kehidupan masyarakat (Satiadarma, 2001).

Hurlock (1997), proses sosialisasi diperoleh dari kemampuan

berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi ini memerlukan

beberapa proses, yaitu :

a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya untuk

dapat diterima, dan harus mampu menyesuaikan perilaku dengan

patokan yang dapat diterima pula.

Page 3: Tinjauan pustaka bab2

8

b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipenuhi.

c. Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik diperlukan adanya

minat untuk melihat anak yang lain dan berusaha mengadakan kontak

sosial dengan mereka, mencoba untuk bergabung dan bekerja sama

dalam bermain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi

adalah proses belajar sosial untuk mempelajari tingkah laku yang

diharapkan oleh masyarakatnya, selain itu perlu juga diperhatikan

tentang tahap - tahap sosialisasi.

3. Tahap-tahap Sosialisasi

Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar

bersosialisasi. “Melalui keluargalah anak belajar merespon terhadap

masyarakat dan beradaptasi ditengah kehidupan masyarakatnya yang lebih

luas nantinya. Melalui proses sosialisasi didalam keluarga, seorang anak

secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan nalar serta

imajinasinya” (Satiadarma, 2001). Perhatian terhadap hal - hal

disekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai - nilai yang mereka anut,

keluargalah yang menanamkan nilai - nilai tersebut.

Page 4: Tinjauan pustaka bab2

9

Setelah anak belajar bersosialisasi didalam keluarga, kemudian

anak belajar bersosialisasi diluar rumah yang diperoleh dari teman sebaya,

sekolah, guru dan lingkungan diluar yang lebih luas (Mussen, dkk, 1994).

Yusuf, (2008), mengemukakan bahwa tahap perkembangan sosial

pada usia prasekolah yaitu, anak mulai mengetahui aturan – aturan baik

dilingkungan keluarga maupun lingkungan bermain, sedikit demi sedikit

anak mulai tunduk pada peraturan, anak mulai menyadari hak dan

kewajiban orang lain, anak mulai dapat bermain bersama anak - anak lain

atau teman sebaya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahap - tahap

sosialisasi berawal dari lingkungan di dalam keluarga dan selanjutnya anak

akan belajar bersosialisasi diluar lingkungan keluarga, yaitu di sekolah

maupun di masyarakat.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi

Hurlock (1997), mengemukakan bahwa faktor - faktor yang

mempengaruhi sosialisasi, terutama anak yaitu adanya sikap anak - anak

terhadap orang lain dan pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat

bergaul dengan orang lain. Anak - anak akan tergantung pada pengalaman

belajar selama bertahun-tahun awal kehidupan yang merupakan masa

pembentukan kepribadian, tetapi kelompok sosial juga berpengaruh

terhadap perkembangan sosial anak. Namun pada akhirnya, kemampuan

anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntunan sosial dan menjadi pribadi

yang dapat bermasyarakat, tergantung pada empat faktor menurut Sujiono,

Page 5: Tinjauan pustaka bab2

10

(2005) yaitu, kesempatan yang penuh untuk belajar sosialisasi /

bermasyarakat, mampu berkomunikasi pembicaraan yang bersifat sosial

merupakan penunjang yang penting bagi sosialisasi, anak hanya akan

belajar bersosialisasi apabila mereka memiliki motivasi untuk

melakukannya, metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah

penting. Empat faktor tersebut akan menjadi daya dorong tersendiri bagi

anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi.

Jadi dapat disimpulkan faktor - faktor yang mempengaruhi

sosialisasi yaitu adanya sikap anak - anak terhadap orang lain dan

pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang

lain.

B. Anak Prasekolah

Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah. Anak

prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun

(Riyanto, dkk, 2004). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

berbagai macam potensi. Potensi - potensi itu dirangsang dan dikembangkan

agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal, anak dapat

berkembang kepribadiannya lewat sosialisasi di sekolah. Taman kanak - kanak

(TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan

program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai 6 tahun atau

memasuki pendidikan dasar, hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003

tentang pendidikan prasekolah. Patmonodewo (2003), mengemukakan bahwa

Page 6: Tinjauan pustaka bab2

11

program prasekolah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa kelompok,

diantaranya program tempat penitipan anak (3 bulan - 5 tahun), kelompok

bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4 - 6 tahun biasanya mengikuti

program Taman Kanak - Kanak (TK).

Usia prasekolah diantara 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun bertujuan

membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,

ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan

selanjutnya.

Langeveld dalam Riyanto (2004), mengemukakan tentang

kemampuan - kemampuan yang seharusnya dicapai anak prasekolah antara

lain, berbahasa lisan dan bercerita, mengenal pola kehidupan sosial (aku,

keluarga, dan sekolah), mengerti dan menguasai ketrampilan untuk

kepentingan kebutuhan sehari – hari, mulai berkhayal, dan belum dapat

membedakan secara tegas antara kenyataan dan imajinasi belaka. Anak

Taman kanak - kanak termasuk dalam kelompok umur prasekolah. Pada umur

2 - 4 tahun, anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan

penjelajahan, bertanya, menirukan dan mencipta sesuatu. Masa ini anak

mengalami kemajuan pesat dalam ketrampilan menolong dirinya sendiri dan

dalam ketrampilan bermain.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial (sosialisasi) anak

prasekolah :

Page 7: Tinjauan pustaka bab2

12

1. Kondisi kesehatan anak

Kesehatan anak mempengaruhi kemampuan anak mengenal lingkungan

diluar lingkungan keluarga. Anak dengan kondisi sehat akan cepat bisa

menyesuaikan dengan lingkungan diluar lingkungan keluarga. (Effendy,

1998)

2. Umur anak

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah

umur akan semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta bertambah

kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar lingkungan

keluarga (Notoatmodjo, 2003)

3. Memiliki motivasi untuk sosialisasi

Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka karena mendapat

pengalaman baru ketika bergabung dengan kelompok dibandingkan jika

mereka bermain sendiri (Sujiyono, 2005)

4. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi

Sikap orang tua yang demokratis memberikan kesempatan anak untuk

bergabung dengan teman seusianya (Sujiyono, 2005)

Riyanto (2004), menemukan ciri - ciri anak prasekolah atau TK,

diantaranya :

1. Ciri-ciri fisik

Anak prasekolah mempergunakan ketrampilan gerak dasar (berlari,

berjalan, memanjat, melompat) sebagai bagian dari permainan mereka.

Page 8: Tinjauan pustaka bab2

13

Mereka aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak terlalu mementingkan untuk

bisa beraktivitas sendiri.

2. Ciri Sosial

Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi dua sahabat ini cepat berganti. Perasaan empati dan simpati terhadap

teman juga berkembang, mampu berbagi dengan inisiatif mereka sendiri,

anak menjadi sosialis.

3. Ciri Emosional

Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas. Sikap marah

sering diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah sering terjadi.

Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

4. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa, sebagian besar

mereka senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik.

Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat,

kesempatan mengagumi dan kasih sayang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak prasekolah

adalah anak-anak yang berusia antara 3 - 6 tahun serta pada masa prasekolah

anak mengalami kemajuan pesat dalam ketrampilan menolong dirinya sendiri

dan dalam ketrampilan bermain.

Page 9: Tinjauan pustaka bab2

14

C. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi

dengan anak - anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain

mendidik, membimbing, serta mengajarkan nilai - nilai yang sesuai

dengan norma - norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan

orang tua yang diterapkan pada anak. Pengasuhan anak adalah bagian

penting dan mendasar, menyiapkan anak menjadi masyarakat yang baik.

Pengasuhan terhadap anak berupa proses interaksi antara orang tua dengan

anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi

kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun

sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh

masyarakat.

Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan,

di dalam interaksinya dengan anak orang tua cenderung menggunakan cara

- cara tertentu yang dianggapnya paling baik bagi si anak.

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh

tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak seperti :

a. Perilaku yang patut dicontoh

Artinya setiap perilakunya yang dilakukan harus didasarkan pada

kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan

identifikasi bagi anak - anaknya.

Page 10: Tinjauan pustaka bab2

15

b. Kesadaran diri

Ini juga harus ditularkan pada anak - anak dengan mendorong mereka

agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai - nilai moral, oleh sebab

itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan

observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun

nonverbal tentang perilaku.

c. Komunikasi

Komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak - anaknya

terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk

memecahkan permasalahannya.

Para orang tua berusaha menyampaikan perasaan-perasaannya

melalui berbagai cara. Pola asuh orang tua dapat digolongkan dalam tiga

kelompok (Amaliya, 2006), yaitu:

a. Otoriter

Pola asuh dimana orang tua membatasi dan menghukum, yang

menuntut anak mengikuti perintah - perintah orang tua, orang tua

menggunakan kekuasaan penuh yang menuntut ketaatan mutlak,

biasanya menggunakan ancaman - ancaman. Orang tua cenderung

memaksa, memerintah, apabila anak tidak mau melakukan apa yang

dikatakan orang tua, maka orang tua tidak segan menghukum anaknya.

Hasil gaya pengasuhan otoriter anak seringkali cemas dalam interaksi

sosial, penakut, tertutup, pemalu, suka melanggar norma, gemar

menentang, memiliki ketrampilan komunikasi yang rendah.

Page 11: Tinjauan pustaka bab2

16

b. Demokratis

Pola asuh dimana orang tua mendorong anak – anak agar mandiri

tetapi orang tua masih menetapkan batas - batas dan pengendalian atas

tindakan - tindakan mereka, orang tua menyeimbangkan antara kontrol

dan dorongan, dimana dalam waktu yang bersamaan mereka

mengawasi perilaku anak dan mendorong untuk mematuhi peraturan

yang ada dengan mengikuti standar yang diterapkan, orang tua

memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Hasil

gaya demokratis anak - anak berkompeten secara sosial, bertanggung

jawab secara sosial.

c. Permisif

Pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan

anak, orang tua lebih mementingkan kehidupan mereka sendiri

daripada anak mereka. Hasil gaya pengasuhan permisif anak - anak

tidak dapat berkompeten secara sosial, memperlihatkan kendali diri

yang buruk serta tidak membangun kemandirian dengan baik.

2. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh

a. Budaya

Orang tua mengikuti cara - cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam

mengasuh anak, kebiasaan - kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam

mengasuh anak. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat

diterima di masyarakat dengan baik, karena itu kebudayaan atau

kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi

Page 12: Tinjauan pustaka bab2

17

setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

(Anwar, 2000).

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua sangat berpengaruh

dalam mengasuh anak.

c. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, lingkungan

juga ikut mewarnai pola - pola pengasuhan yang diberikan orang tua

terhadap anak.

d. Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah

umur semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, serta perilaku

yang sesuai untuk mendidik anak (Notoatmodjo, 2003).

e. Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang

dilakukan oleh suatu masyarakat, rata - rata keluarga dengan sosial

ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang sesuai dengan

perkembangan anak (Effendy, 1998).

Page 13: Tinjauan pustaka bab2

18

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Amaliya, 2006); Riyanto, dkk (2004); Anwar, (2000)

Effendy, (1998); Notoatmodjo, (2003); Sujiyono, (2005)

Pola asuh orang tua : a. Demokratis b. Tidak demokratis

Faktor yang mempengaruhi pola asuh : a. Tingkat pendidikan b. Lingkungan c. Budaya d. Umur e. Tingkat sosial ekonomi

Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah

Kemampuan sosialisasi anak prasekolah menurut Langeveld (dalam Riyanto, 2004) : a Berbahasa lisan dan bercerita b Mengenal pola kehidupan sosial c Mengerti dan menguasai

ketrampilan untuk kepentingan kebutuhan sehari-hari

d Mulai berkhayal

Faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial (sosialisasi) anak prasekolah : a. Adanya kesempatan untuk bersosialisasi b.Umur anak c. Kondisi kesehatan anak d. Memiliki motivasi untuk bersosialisasi

Page 14: Tinjauan pustaka bab2

19

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah pola asuh orang

tua. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

yang lain (Arikunto, 2006).

2. Variabel Dependen

Penelitian ini yang merupakan variabel dependen adalah kemampuan

sosialisasi anak prasekolah. Variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas

(Nursalam, 2003).

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada hubungan antara pola

asuh orang tua dengan kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah di TK Pertiwi

Mliwis I, Cepogo, Boyolali”.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pola Asuh Orang Tua a. Demokratis b. Tidak demokratis

Kemampuan Sosialisasi

Anak Prasekolah