tinjauan kebijakan moneter - bi.go.id · ekspektasi inflasi yang masih rendah (grafik 2.5). inflasi...
TRANSCRIPT
TINJAUANKEBIJAKAN MONETER
September 2019
Ekonomi, Moneter, dan Keuangan
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 i
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons
Tinjauan Kebijakan MoneterSeptember 2019
Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur
DESTRY DAMAYANTI Deputi Gubernur Senior
ERWIN RIJANTODeputi Gubernur
kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
SUGENG Deputi Gubernur
ROSMAYA HADI Deputi Gubernur
DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 2019ii
Daftar Isi
1. Ringkasan Eksekutif
Daftar Isi
Dewan Gubernur
Kata Pengantar 2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Perkembangan Ekonomi Dunia
Pasar Komoditas Global
Pasar Keuangan Global
Pertumbuhan Ekonomi
Neraca Pembayaran Indonesia
Nilai Tukar Rupiah
Inflasi
Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Pasar Keuangan
Perkembangan Suku Bunga
Intermediasi Perbankan
Pasar Keuangan Nonbank
Likuiditas Perekonomian
Stabilitas Sistem Keuangan
04
07
09
10
14
16
18
21
21
23
25
26
26
01
ii
i
i 04
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 1
11111111111 Ringkasan Eksekutif
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Untuk memperkuat bauran kebijakan dalam mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia melakukan relaksasi kebijakan makroprudensial untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perbankan dan mendorong permintaan kredit pelaku usaha. Pengaturan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM)/RIM Syariah disempurnakan dengan menambahkan komponen pinjaman/pembiayaan yang diterima bank, sebagai komponen sumber pendanaan bank dalam perhitungan RIM/RIM Syariah (Lampiran 1). Bank Indonesia juga melakukan pelonggaran: (i) Rasio Loan to Value / Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan Properti sebesar 5%, (ii) Uang Muka untuk Kendaraan Bermotor pada kisaran 5 sampai 10%, serta (iii) Tambahan keringanan rasio LTV/FTV untuk kredit atau pembiayaan properti dan Uang Muka untuk Kendaraan Bermotor yang berwawasan lingkungan masing-masing sebesar 5% (Lampiran 2). Ketentuan tersebut berlaku efektif sejak 2 Desember 2019. Sementara itu, kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia juga memperkuat strategi operasi moneter untuk mendukung upaya menjaga kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Instrumen operasi moneter pasar terbuka (OPT) diseragamkan melalui implementasi reverse repo Surat Berharga Negara (RR
SBN) untuk semua tenor mulai 7 hari sampai dengan 12 bulan, termasuk melaksanakan lelang RR SBN tenor 12 bulan menggantikan SBI tenor 12 bulan, terhitung mulai 4 Oktober 2019. Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan bauran kebijakan yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok yang berlanjut dan diikuti risiko geopolitik terus menekan perekonomian dunia dan membuat ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi. Kenaikan tarif dagang oleh AS dan Tiongkok yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat penurunan ekspor dan investasi nonresidensial. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga berlanjut, dipengaruhi penurunan ekspor dan kemudian berdampak pada penurunan permintaan domestik. Perekonomian dunia yang melambat telah mendorong harga minyak dan komoditas global kembali menurun, yang kemudian mengakibatkan pada rendahnya tekanan inflasi. Kondisi ini direspons banyak negara dengan melakukan stimulus fiskal dan melonggarkan kebijakan moneter. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi telah mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi Pemeritah AS dan Jepang, serta komoditas emas, meskipun aliran modal ke negara berkembang tetap terjadi. Dinamika ekonomi global tersebut perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20192
Pertumbuhan ekonomi Indonesia turut terpengaruh kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan tersebut. Ekspor diperkirakan belum membaik seiring permintaan global dan harga komoditas yang menurun, meskipun beberapa produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor tetap tumbuh positif. Kondisi ini berdampak pada belum kuatnya pertumbuhan investasi, khususnya investasi nonbangunan, sementara pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek strategis nasional. Konsumsi swasta tumbuh terbatas, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh penyaluran bantuan sosial pemerintah. Ke depan, bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah diprakirakan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% pada 2019 dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.
Neraca Pembayaran Indonesia triwulan III 2019 diprakirakan tetap baik sehingga menopang ketahanan eksternal. Perkembangan ini didukung surplus transaksi modal dan finansial dalam bentuk PMA dan investasi portofolio. Arus masuk investasi portofolio pada Juli-Agustus 2019 tercatat 3,5 miliar dolar AS didorong prospek perekonomian nasional yang baik dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan tetap terjaga, dipengaruhi oleh permintaan impor yang menurun sejalan dengan penyesuaian ekonomi domestik yang belum kuat, ditengah menurunnya ekspor dari dampak melambatnya ekonomi global. Posisi cadangan devisa Indonesia tetap kuat, yang pada akhir Agustus 2019 tercatat 126,4 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, defisit transaksi berjalan 2019 dan 2020 diprakirakan tetap terkendali dalam kisaran 2,5%–3,0% PDB dan ditopang aliran masuk modal asing yang tetap besar. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan PMA.
Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik. Pada September 2019, Rupiah mencatat apresiasi 0,9% secara point to point (ptp) dan 1,0% secara rerata dibandingkan dengan level Agustus 2019. Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 18 September 2019 tercatat menguat 2,3% (ytd). Perkembangan ini ditopang oleh bekerjanya mekanisme permintaan dan pasokan valas dari para pelaku usaha, di samping aliran masuk modal asing. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah tetap stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang terjaga. Prakiraan ini ditopang prospek aliran masuk modal asing ke Indonesia yang tetap terjaga seiring prospek ekonomi domestik yang baik dan imbal hasil yang menarik, serta dampak positif kebijakan moneter longgar di negara maju. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas, termasuk melalui penerbitan ketentuan Penyelenggaraan Central Counterparty (CCP) Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over-The-Counter dan Penyelenggara Sarana Pelaksanaan Transaksi di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (Market Operator).
Inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. Inflasi IHK pada Agustus 2019 tercatat 0,12% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,31% (mtm). Secara tahunan, inflasi Agustus 2019 tercatat 3,49% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,32% (yoy). Inflasi yang terkendali didukung oleh inflasi inti yang tetap terjaga didukung ekspektasi inflasi yang baik seiring dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia menjaga stabilitas harga, permintaan agregat yang terkelola baik, dan pengaruh harga global yang minimal. Kenaikan inflasi inti pada beberapa bulan terakhir lebih banyak dipengaruhi kenaikan harga emas global serta dampak lanjutan inflasi volatile food yang sempat meningkat. Perkembangan terkini menunjukkan inflasi kelompok volatile food telah melambat, seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan. Sementara itu, kelompok administered prices kembali mencatat deflasi dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan, terutama angkutan udara akibat implementasi strategi
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 3
maskapai pada masa low season. Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan terkendalinya inflasi. Inflasi 2019 diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1% dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2020.
Transmisi kebijakan moneter tetap baik didukung kecukupan likuiditas perbankan yang memadai serta pasar uang yang tetap stabil dan efisien. Likuiditas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) terjaga yang tercermin pada rerata harian volume PUAB pada Agustus 2019 yang tetap tinggi sebesar Rp20,03 triliun. Likuiditas perbankan juga tetap baik, antara lain terlihat pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 19,7% pada Juli 2019, meningkat dari 19,1% pada Juni 2019. Kondisi ini berkontribusi positif pada suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter yang bergerak di kisaran level suku bunga kebijakan sebesar 5,50% pada Agustus 2019. Rerata tertimbang suku bunga deposito juga menurun 10 bps dibandingkan dengan level Juli 2019 sehingga tercatat 6,70% pada Agustus 2019. Suku bunga kredit juga mulai menurun terutama pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Sementara itu, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2019 masing-masing tercatat 7,4% dan 7,8% sejalan dengan pola pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi pasar uang, serta memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, disertai dengan risiko kredit yang terkendali dan fungsi intermediasi yang tetap berlanjut. Perkembangan ini tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Juli 2019 yang tetap tinggi yakni 23,1%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,6% (gross) atau 1,2% (net). Sementara itu, pertumbuhan kredit sedikit melambat dari
9,9% (yoy) pada Juni 2019 menjadi 9,6% (yoy) pada Juli 2019, terutama dipengaruhi terbatasnya permintaan kredit korporasi. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2019 sebesar 8,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Juni 2019 sebesar 7,4% (yoy). Stabilitas sistem keuangan yang terjaga juga ditopang kinerja korporasi go public yang tetap baik seiring kemampuan membayar yang tetap sehat. Bank Indonesia memandang bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial yang akomodatif dapat mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Pertumbuhan kredit perbankan diprakirakan dalam kisaran 10-12% (yoy) pada 2019 dan 11-13% (yoy) pada 2020, sementara DPK diprakirakan dalam kisaran 7-9% (yoy) pada 2019 dan 8-10% (yoy) pada 2020.
Kelancaran Sistem Pembayaran tetap terjaga baik tunai maupun nontunai. Pertumbuhan Uang Tunai Yang Diedarkan (UYD) Agustus 2019 tercatat 4,5% (yoy), sementara transaksi pembayaran nontunai menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik (UE) posisi Juli 2019 tumbuh 14,6%, didominasi oleh instrumen ATM-Debit dengan pangsa 94,0%. Pertumbuhan transaksi UE Juli 2019 tetap tinggi mencapai 261,2% (yoy), mengindikasikan preferensi masyarakat terhadap penggunaan uang digital yang terus menguat dan tendensi integrasi UE dalam ekosistem digital yang meluas. Bank Indonesia senantiasa meningkatkan peran untuk terselenggaranya kelancaran Sistem Pembayaran dalam mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan digital. Pada tanggal 1 September 2019, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan kebijakan operasional Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) guna meningkatkan kecepatan dan efisiensi masyarakat dalam melakukan transaksi transfer dana. Penguatan elektronifikasi juga terus dilakukan dengan memperkuat koordinasi lintas otoritas untuk mengoptimalkan penyaluran dan penyerapan bansos nontunai, integrasi moda transportasi, elektronifikasi pedagang di pasar tradisional, dan transaksi keuangan Pemda.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20194
Gra� k 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Global Gra� k 2.2. Pertumbuhan Ekonomi AS
Perkembangan Ekonomidan Kebijakan Moneter
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok yang berlanjut dan diikuti risiko geopolitik terus menekan perekonomian dunia dan membuat ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi (Grafik 2.1). Kenaikan tarif dagang oleh AS dan Tiongkok yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Perekonomian AS tumbuh melambat akibat penurunan ekspor dan investasi nonresidensial. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga berlanjut, dipengaruhi penurunan ekspor dan kemudian berdampak pada penurunan permintaan domestik. Perekonomian dunia yang melambat telah mendorong harga minyak dan komoditas global kembali menurun, yang kemudian mengakibatkan pada rendahnya tekanan inflasi. Kondisi ini direspons banyak negara dengan melakukan stimulus fiskal dan melonggarkan kebijakan moneter. Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi telah mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi Pemeritah AS dan Jepang, serta komoditas emas, meskipun aliran modal ke negara berkembang tetap terjadi. Dinamika ekonomi
2
global tersebut perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
Indikator terkini mengkonfirmasi perlambatan ekonomi AS. Berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok berdampak pada penurunan ekspor dan investasi nonresidensial. Perlambatan investasi diprakirakan semakin dalam dan berlanjut hingga akhir tahun (Grafik 2.2). Indikator dini Institute for Suppy Management (ISM) menunjukkan bahwa hampir seluruh data ISM kontraksi pada rilis Agustus 2019. Perlambatan ISM manufacturing didorong oleh perlambatan ISM new orders, production, employment, dan inventories. Sejalan dengan hal tersebut, kapasitas utilisasi, dan Industrial Production Index (IPI) juga melambat. Penurunan ekspor terjadi secara broad-based, terutama pada capital goods seiring dengan penurunan permintaan dari Tiongkok dan mitra dagang utama serta retaliasi tambahan dari Tiongkok terhadap AS. Impor AS dari Tiongkok juga semakin terkontraksi akibat eskalasi tarif. Hak tersebut mengakibatkan perbaikan pasar tenaga kerja AS masih terkendala partisipasi tenaga kerja yang stagnan.
Sumber: Bloomberg, diolah
3,6 3,6
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
Negara Berkembang
Negara Maju
Dunia (yoy)
%
Sumber: Bloomberg
2,3
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Konsumsi
Investasi Swasta
Ekspor Neto
PDB (yoy)
Pengeluaran Pemerintah
%
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 5
Gra� k 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Eropa
Gra� k 2.5. In� asi EropaGra� k 2.3. In� asi AS
Sumber: Eurostat
1,2
-3,0
-2,0
-1,0
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
%
Investasi
Inventori
Ekspor Neto
PDB
Konsumsi Swasta & LNPRTKonsumsi Pemerintah
Sumber: Bloomberg
-0,5
1,0
0,9
-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018 2019
Target ECB In�asi CPI 2%
%
IHK (yoy)IHK Inti (yoy)
IHK (mtm)1,5
1,9
1,81,8
1,7
1,4
2,4
1,6
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2016 2017 2018 2019
PCE Inti
%
201920202020*
2019*
Sumber: Fred, Bloomberg, Asesmen BI; *)Bias karena eskalasi tarif US (15% thd $300miliar; 30% ths $250 miliar) dan retaliasi Tiongkok
PCE (yoy)
IHK IHK Inti
Target 2%
Proyeksi PCE
Tekanan inflasi AS masih rendah. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2019 tercatat sebesar 1,7%, menurun dibandingkan dengan inflasi Juli 2019 sebesar 1,8% (yoy)-(Grafik 2.3). Sejalan dengan hal tersebut, inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) tetap rendah. Inflasi PCE Juli 2019 tercatat sebesar 1,4% (yoy). Inflasi AS yang rendah tersebut terutama karena perlambatan personal income dan penurunan harga minyak. Ke depan, ekspektasi inflasi juga tetap rendah. UST breakeven 10Y dan 5Y September 2019 terus melanjutkan penurunan hingga mencapai masing-masing 1,5% dan 1,4%. Dampak kenaikan tarif impor pada inflasi diperkirakan hanya bersifat temporer hingga akhir 2020 dan diperkirakan akan kembali ke pola jangka panjangnya.
Ekonomi Kawasan Eropa juga melambat. PDB Eropa triwulan II 2019 tercatat sebesar 1,1% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,2% (yoy) (Grafik 2.4). Perlambatan perekonomian Eropa yang masih berlanjut turut dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok. Perlambatan perekonomian Eropa terutama bersumber dari investasi. Beberapa indikator utama investasi seperti: indeks produksi manufaktur, PMI manufacturing, industrial confidence index, dan service confidence index masih menunjukkan penurunan. Hal tersebut sejalan dengan sentimen dan kepercayaan industri yang belum pulih. Perlambatan pendapatan juga masih terjadi di tengah slack pasar tenaga kerja. Tingkat pengangguran pada Juli 2019 stabil di level 7,5% namun
indikasi perbaikan slack tenaga kerja belum terlihat sehingga menyebabkan pertumbuhan upah cenderung melambat.
Tekanan inflasi Eropa tetap rendah dengan ekspektasi inflasi yang masih rendah (Grafik 2.5). Inflasi IHK Agustus 2019 tercatat sebesar 1,0% (yoy), stabil dibandingkan dengan inflasi IHK Juli 2019. Demikian pula inflasi inti Agustus 2019 relatif stabil dibandingkan dengan inflasi periode sebelumnya sebesar 0,9% (yoy). Secara keseluruhan, inflasi masih belum menunjukkan indikasi solid menuju target ECB yaitu di bawah atau mendekati 2%, terutama dengan tren penurunan harga minyak.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20196
Perekonomian Jepang diprakirakan melanjutkan pelemahan. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan II 2019 tumbuh 0,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,0% (Grafik 2.6). Ekspor Jepang mengalami kontraksi terbesar sejak 6 tahun terakhir sejalan dengan perlambatan ekonomi global akibat berlanjutya ketegangan perdagangan. Penurunan permintaan global akibat berlanjutnya ketegangan perdagangan juga berdampak negatif terhadap investasi dan kinerja industri Jepang. Di sisi ketenagakerjaan, kondisi tenaga kerja masih ketat, akibat pasokan tenaga kerja yang terkendala faktor struktural aging population, dengan pendapatan mulai meningkat.
Inflasi Jepang masih di bawah target. Inflasi IHK pada Juli 2019 tercatat sebesar 0,6% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,9% (yoy) (Grafik 2.7). Inflasi Jepang tersebut masih jauh di bawah target Bank of Japan (BoJ) sebesar 2%. Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh penurunan non-durable goods. Ke depan tekanan inflasi diprakirakan masih relatif rendah seiring dengan kondisi permasalahan struktural tenaga kerja serta output gap yang masih negatif. Namun demikian, kenaikan pajak konsumsi diperkirakan akan menyebabkan naiknya inflasi secara temporer.
Perekonomian Tiongkok masih melambat. Indikator terkini mengkonfirmasi perlambatan ekonomi berlanjut pada semester kedua 2019 (Grafik 2.8). Kontraksi ekspor berkontribusi negatif terhadap perekonomian Tiongkok.
Gra� k 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Jepang
Gra� k 2.7. In� asi Jepang
Gra� k 2.8. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
Sumber: Bloomberg
0,6
0,50,6
0,3
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy
Tokyo IHK (yoy)
IHK
IHK selain makanan segar
IHK selain makanan dan energi
6,2
-2
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy
Sumber : WIND (KPw Beijing) *) data sementara menggunakan kontribusi YTD
Ekspor Neto
Investasi
Konsumsi
PDB
Hal tersebut terutama disebabkan oleh pengenaan tarif tambahan oleh AS pada akhir tahun 2019. Pengenaan tarif tersebut juga diprakirakan menekan perekonomian Tiongkok pada 2020. Konsumsi Tiongkok juga melambat seiring penurunan employment dan disposable income. Hal tersebut tercermin dari perlambatan penjualan ritel terutama penjualan otomotif. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah meluncurkan paket stimulus untuk meningkatkan penjualan kendaraan bermotor. Sejalan dengan perlambatan konsumsi, investasi infrastruktur tumbuh stagnan karena terhambat permasalahan funding local government. Risiko terhadap investasi berasal dari ketidakpastian akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang. Tiongkok membalas kenaikan tarif AS dengan
Sumber: Bloomberg, diolah
0,9
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Konsumsi
InvestasiKonsumsi Pemerintah
PDB (yoy)Ekspor Neto
%
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 7
Gra� k 2.9. In� asi Tiongkok
Sumber: Bloomberg, diolah
1,51,1
10,0
2,8
-6-4-2024681012
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2015 2016 2017 2018 2019
% yoy
IHK MakananTiongkok
IHK Selain Makanan Tiongkok
IHK IHK Inti
mengenakan kenaikan tarif sebesar 5% hingga 10% terhadap sekitar 75 miliar produk AS. Kenaikan tarif impor tersebut sebagian diberlakukan pada 1 September 2019 dan sebagian pada 15 Desember 2019 (Tabel 2.1).
Inflasi Tiongkok relatif stabil. Inflasi IHK Tiongkok pada Agustus 2019 tercatat sebesar 2,8% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi pada Juli 2019 sebesar 2,7% (yoy)-(Grafik 2.9). Inflasi IHK terus meningkat terutama karena inflasi pangan. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh persistensi kenaikan harga babi akibat wabah African Swine Flu (ASF) yang masih berlangsung. Sementara itu, Producer Price Index (PPI) pada Agustus 2019 mengalami deflasi yakni sebesar -0,8% (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan deflasi periode sebelumnya, yakni sebesar -0,2% (yoy), seiring dengan penurunan harga minyak dan komoditas global.
PASAR KOMODITAS GLOBAL
Ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dunia serta menekan harga komoditas (Grafik 2.10). Indikator perdagangan mengindikasikan perlambatan World Trade Volume (WTV) yang terus berlanjut. Kendati terjadi trade diversion, namun penurunan ekspor akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok tetap terjadi. Terdapat indikasi Supply Chain Shifting pada negara Asia yang
Tarif Baru Jenis barang Impor dari Tiongkok(2018, Miliar dolar)
Efektif berlaku: 1 September 2019
Efektif berlaku: 15 Oktober 2019
Pakaian, alas kaki, elektronik,TV/Layar Monitor
112
150
Tarif Baru Jenis barang Impor dari Tiongkok(2018, Miliar dolar)
Mebel/Perabot, elektronik, mobil,barang dari kulit, barang setengah jadi dan barang modal lainnya
222
2505%
Efektif berlaku: 15 Desember 2019
Tarif Baru Jenis barang Impor dari Tiongkok(2018, Miliar dolar)
Telepon Seluler, komputer, mainan, elektronik
222
25015%
15%
Tarif AS ke Tiongkok
TarifTambahan
TarifTambahan
Jenis barang Impor dari AS(2018, Miliar dolar)
Efektif berlaku: 1 September 2019
Efektif berlaku: 15 Oktober 2019
Ikan, buah-buahan, daging, dll.Mesin elektrik, daging, minyak esensial, dll.Kedelai dan produk susuMinyak bumi, minyak, plastik, minyak esensial, barang kimia, dll.
Sereal, plastik, dll.Kendaraan, optikal, dll.Optikal, perlengkapan, dan kapasOptika, perlengkapan, bubur kertas/pulp, perlengkapan elektrikSuku cadang kendaraan
2,4
1,6
7,1
13,3
24,4 25
Jenis barang Impor dari Tiongkok(2018, Miliar dolar)
Efektif berlaku: 15 Desember 2019
Tarif Baru Jenis barang Impor dari Tiongkok(2018, Miliar dolar)
10%10%5%
5%
3,51,69,1
18,5
~14
41,8 50
5%
10%
10%
5%
5%
Total
Total
25% Mobil
Tarif Tiongkok ke AS
Tabel 2.1. Penetapan Tarif
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 20198
% yoy
Komoditas 2016 2017 2018 YTD2019
Sumber : Bloomberg, diolah; *Data s.d. 5 September 2019
Tembaga Batu BaraCPOKaret NikelTimahAluminiumKopiLainnyaIndeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia
-10,5 27,1 6,7 -7,26,8 48,2 2,5 -7,2
21,3 5,7 -19,2 -9,2-2,2 28,1 -16,8 16,8
-15,4 8,9 27,8 -0,613,1 13,1 0,5 -3,2-3,5 22,9 7,4 -13,34,3 -2,9 -15,4 -12,01,0 6,8 1,2 0,2
5,4 21,7 -2,8 -3,4
tercermin dari peningkatan ekspor Tiongkok ke negara-negara ASEAN dan peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN ke AS.
Sebagian besar komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga (Tabel 2.2). Penurunan harga batubara berpotensi lebih dalam akibat tingginya inventory, terutama India dan Tiongkok dan penurunan permintaan global. Harga CPO juga berpotensi turun lebih besar karena perbaikan permintaan yang tidak setinggi perkiraan meski pasokan menurun seiring
Tabel 2.2. Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia
Gra� k 2.10. Volume Perdagangan Dunia
Sumber : Bloomberg; Data s.d. 16 September 2019
61,5
68,4
20
30
40
50
60
70
80
2016 2017 2018 2019
USD/ barel
2015
Harga Minyak Brent
Rerata Triwulanan
dengan kekeringan sejumlah wilayah karena El Nino. Penurunan harga aluminium didorong oleh perbaikan pasokan seiring peningkatan pasokan dari Rusia (Rusal) dan Brasil (Alunorte) setelah embargo terhadap produsen tersebut dicabut. Selain itu, penurunan harga aluminium juga disebabkan oleh penambahan kapasitas baru refinery aluminium di Tiongkok. Harga komoditas logam lainnya juga masih dalam tren menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan global yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga komoditas.
Harga minyak kembali berada dalam tren menurun sejak Mei 2019. Pada awal September 2019, harga minyak bahkan sempat menyentuh level 58,4 dolar AS per barrel (Grafik 2.11). Pasokan minyak global menurun seiring keputusan OPEC+ untuk memperpanjang oil cuts sebesar 1,2mbpd selama 9 bulan (hingga triwulan I 2020). Sementara itu, produksi minyak dari AS meningkat namun dengan pace yang lebih rendah seiring dengan lemahnya investasi AS di sektor pertambangan. Selain itu, pasokan minyak juga menurun akibat peningkatan tensi geopolitik. Kendati demikian, penurunan pasokan belum dapat mengimbangi permintaan minyak dunia yang turun semakin dalam. Pelemahan aktivitas ekonomi global mendorong penurunan permintaan minyak global.
Gra� k 2.11. Perkembangan Harga Minyak
3,33,4
2,63,0
0
1
2
3
4
5
6
7
2015 2016 2017 2018 2019f 2020f
% yoy
WTO Outlook Apr-19
IMF WEO Juli-19 (G&S)
Sumber : IMF dan WTO
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 9
Sumber : Bloomberg
-0,35-0,30-0,25-0,20-0,15-0,10-0,050,000,050,100,150,20
1500016000170001800019000200002100022000230002400025000
%Indeks
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2017 2018 2019
Saham Nikkei
Yield JGB 10 tahun (Skala kanan)
PASAR KEUANGAN GLOBAL
Ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok yang masih berlanjut menyebabkan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan. Hal ini tercermin dari indikator Economic Policy Uncertainty (EPU) dan Volatility Index (VIX) yang masih menunjukkan peningkatan (Grafik 2.12). Risk aversion karena ketegangan hubungan dagang mendorong peningkatan permintaan US Treasury (UST) yang berdampak pada imbal hasil (yield) AS yang semakin rendah. Flight to quality tercermin dari penguatan UST. Permintaan terhadap UST masih tinggi tercermin dari term premium yang terus turun dan spread yang masih menarik terutama terhadap EURO bond.
Aliran dana investor ke safe haven assets tercermin dari penguatan Japannese Yen (JPY) dan harga Japannese Government Bond (JGB). Imbal hasil (yield) Jepang juga mengalami penurunan, sejalan dengan imbal hasil (yield) AS, selaras dengan kenaikan permintaan JGB dan UST (Grafik 2.13). Selain itu, terdapat peningkatan permintaan atas komoditas emas sebagai safe haven assets, yang tercermin pada kenaikan harga emas. Hal tersebut dipicu oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan peningkatan ketidakpastian terutama akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang.
Respons kebijakan moneter longgar, terutama di negara maju, mendorong aliran masuk modal asing ke negara-negara emerging market tetap berlanjut. Aliran modal ke negara berkembang masih tinggi, meskipun disertai dengan peningkatan volatilitas (Grafik 2.14). Hal tersebut mengakibatkan penguatan mata uang regional, termasuk Rupiah terhadap dolar AS akibat peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga AS untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Aliran modal
Sumber: Bloomberg
17,0
327,7
113,9
0
50
100
150
200
250
300
350
0
10
20
30
4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8 4 8
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
IndeksIndeks
Data s.d. 12 Agt'19
10m Mov. Average
VIX
EPU AS (Skala kanan)
EPU Trade (Skala kanan)
Gra� k 2.12. Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS
Gra� k 2.13. Pasar Saham Jepang
Gra� k 2.14. Pasar Saham Jepang
1,85
1,90
1,95
2,00
2,05
2,10
0,250,260,270,280,29
0,30,310,320,330,34
Jan-18
Jan-18
Jan-18
Jan-18
Feb-18
Feb-18
Feb-18
Feb-18
Mar-1
8Ma
r-18
Mar-1
8Ma
r-18
Apr-1
8Ap
r-18
Apr-1
8Ap
r-18
May-1
8Ma
y-18
May-1
8Ma
y-18
May-1
8Jun
-18Jun
-18Jun
-18Jun
-18Jul
-18Jul
-18Jul
-18Jul
-18Au
g-18
Aug-1
8Au
g-18
Aug-1
8Au
g-18
Sep-18
Sep-18
Sep-18
Sep-18
Oct-18
Oct-18
Oct-18
Oct-18
Oct-18
Nov-1
8No
v-18
Nov-1
8No
v-18
Dec-1
8De
c-18
Dec-1
8De
c-18
Jan-19
Jan-19
Jan-19
Jan-19
Jan-19
Feb-19
Feb-19
Feb-19
Feb-19
Mar-1
9Ma
r-19
Mar-1
9Ma
r-19
Apr-1
9Ap
r-19
Apr-1
9Ap
r-19
May-1
9Ma
y-19
May-1
9Ma
y-19
May-1
9Jun
-19Jun
-19Jun
-19Jun
-19Jul
-19Jul
-19Jul
-19Jul
-19Jul
-19Au
g-19
Aug-1
9
Sumber: EPFR, Fund Flows
miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov-08
miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov-08
1 3 5 7 9 11 1 3 5 9
2018 2019
Aliran Modal Negara Berkembang
Periode Out�owNegaraBerkembang
Aliran Modal Negara Maju(Skala kanan)
7
2,03
2,96
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201910
ke negara berkembang juga sejalan dengan penurunan risiko negara EM (EMBI spread) yang mencapai level 342,9 dan risiko Indonesia (CDS) yang menurun mencapai level 75,4 (Grafik 2.15).
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Indonesia turut terpengaruh kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan. Ekspor diperkirakan belum membaik seiring permintaan global dan harga komoditas yang menurun, meskipun beberapa produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor tetap tumbuh positif. Kondisi ini berdampak pada belum kuatnya pertumbuhan investasi, khususnya investasi nonbangunan, sementara pertumbuhan investasi bangunan cukup baik didorong
oleh pembangunan proyek strategis nasional. Konsumsi swasta tumbuh terbatas, meskipun konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh penyaluran bantuan sosial pemerintah. Ke depan, bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah diprakirakan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% pada 2019 dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020 (Tabel 2.3).
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh stabil dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan perekonomian global. Hasil survei konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari berbagai kelompok konsumen, baik dengan pengeluaran Rp1-2 juta per bulan, Rp2-5 juta per bulan maupun lebih dari Rp5 juta per bulan tetap berada pada zona positif (>100), meskipun dalam tren perlambatan (Grafik 2.16). Penjualan ritel pada Agustus 2019 sedikit meningkat dibandingkan dengan penjualan pada bulan sebelumnya. Namun demikian, penjualan pada triwulan III 2019 diprakirakan tidak setinggi capaian pada triwulan sebelumnya seiring dengan berlalunya penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) (Grafik 2.17). Kebijakan stimulus fiskal pemerintah melalui penyaluran bantuan sosial diprakirakan dapat menopang kinerja konsumsi rumah tangga, terutama pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, meskipun besaran stimulus tidak setinggi di triwulan sebelumnya (Grafik 2.18). Stimulus fiskal tersebut menjadi bantalan bagi keberlangsungan kinerja konsumsi rumah tangga di tengah pendapatan kelompok masyarakat bawah yang mengalami perlambatan. Hal ini tercermin dari
Tabel 2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran
I I IIII III IV2017
2018 20192020*2019*2018
% yoy
Sumber: BPS, *Proyeksi Bank Indonesia
Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi (PMTDB)EksporImporPDB
Komponen PDB Pengeluaran
4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,02 5,0 - 5,4 5,0 - 5,42,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 4,0 - 4,4 1,3 - 1,76,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,3 - 5,7 5,7 - 6,18,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -1,86 -0,6 - -0,2 3,5 - 3,98,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,36 -3,3 - -2,9 2,4 - 2,85,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07
5,178,235,01-1,81-6,735,05 5,0 - 5,4 5,1 - 5,5
Gra� k 2.15. EMBI dan CDS
Sumber: Bloomberg; Data s.d. 17 September 2019
342,9
75,4708090100110120130140150160170
250
300
350
400
450
500
01/0
1/20
18
01/0
3/20
18
01/0
5/20
18
01/0
7/20
18
01/0
9/20
18
01/1
1/20
18
01/0
1/20
19
01/0
5/20
19
01/0
7/20
19
01/0
9/20
191 3 5 7 9 11 1 5
2018
CDS Indonesia (Skala kanan)
EMBI Spread
3
Indeks Indeks
7
2018 2019
9
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 11
Gra� k 2.16. Indeks Keyakinan Konsumen
Gra� k 2.17. Penjualan Ritel
Gra� k 2.18. Realisasi Bantuan Sosial
Gra� k 2.19. NTP dan Upah Buruh Tani
Sumber: AISI, Bank Indonesia; *Data Sementara
Total
Makanan, Minuman & Tembakau
Peralatan Informasi dan
Komunikasi Perlengkapan RumahTangga Lainnya
Sandang
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019 2018 2019
% yoy
Sumber: Bank Indonesia; *Data Sementara
124,0 123,1
125,9124,9
123,6
121,8123,3
95
100
105
110
115
120
125
130
135
I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2017 2018 2019 2018 2019
Indeks
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Pengeluaran Rp1-2 jutaPengeluaran Rp2- 5 juta
Pengeluaran >Rp5 juta
Sumber: Kementerian Keuangan; *Data Sementara
Bansos
14,9
3,6gBansos (skala kanan)
0,3
59,8
-100
-50
0
50
100
150
200
250
05
1015202530354045
I II III IV I II III IV I II III* 1 2 3 4 5 6 7 8
2017 2018 2019 2019
% yoyRp Triliun
Sumber: BPS, diolah; *Data Sementara
0,8 0,6
0,3 0,1
-2
-1
0
1
2
3
4
I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2017 2018 2019 2018 2019
% yoy
Nilai Tukar Petani
Upah Buruh Tani (riil)
perkembangan nilai tukar petani (NTP) dan upah buruh tani riil yang menunjukkan pelambatan pertumbuhan (Grafik 2.19).
Konsumsi pemerintah diprakirakan tetap tumbuh. Pertumbuhan konsumsi pemerintah ditopang terutama oleh belanja barang, baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peningkatan belanja konsumsi pemerintah di daerah didukung oleh realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) hingga Agustus 2019 yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, upaya mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi menghadapi tantangan dari sisi penerimaan, antara lain disebabkan
oleh penerimaan bukan pajak Sumber Daya Alam (SDA) yang lebih rendah dari perkiraan sejalan dengan penurunan kinerja ekspor dan harga komoditas.
Pertumbuhan investasi belum cukup kuat terutama disebabkan oleh pertumbuhan investasi nonbangunan yang masih tertahan. Investasi nonbangunan diprakirakan tumbuh terbatas sejalan dengan penurunan kinerja ekspor dan belum membaiknya kinerja industri pengolahan. Hal ini tercermin dari perkembangan impor barang modal yang mengalami kontraksi (Grafik 2.20). Penjualan alat angkut dan alat berat, terutama untuk mendukung kegiatan di lapangan usaha pertambangan dan pertanian juga
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201912
menunjukkan penurunan (Grafik 2.21). Pelaku usaha di bidang pertambangan dan pertanian masih menahan pengeluaran investasinya sebagai implikasi dari kinerja ekspor dan perkembangan harga komoditas yang menurun. Di samping itu, belum membaiknya kinerja industri pengolahan terindikasi dari indikator Purchasing Managers’ Index manufaktur yang melanjutkan penurunan pada Agustus 2019 (Grafik 2.22).
Sementara itu, kinerja investasi bangunan cukup baik didorong oleh pembangunan proyek Program Strategis Nasional (PSN). Investasi bangunan diprakirakan meningkat, didukung oleh upaya
Gra� k 2.20. Impor Barang Modal dan Penjualan Semen
Gra� k 2.21. Penjualan Alat Angkut dan Alat Berat
Gra� k 2.22. Purchasing Managers’ Index
Gra� k 2.23. Target Proyek Strategis Nasional Triwulan III 2019
Sumber: Bank Indonesia, ASI; *Data Sementara
Impor Barang Modal
-9,4 -9,8
-3,7Penjualan Semen
-2,0
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019 2018 2019
% yoy
Sumber: United Tractors; *Data Sementara
Pertanian Konstruksi
Kehutanan Pertambangan-52,0
Total Alat Berat(Skala kanan)
-56,9-80-60-40-20020406080100120
-80-60-40-20
020406080
100120140
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2016 2017 2018 2019 2017 2018 2019
% % yoy
Sumber: Bank Indonesia, Markit Economics; *Data Sementara
49,3
PMI-Markit Economics
49,0PMI-SKDU Bank Indonesia
53,2
45
50
55
I II III IV I II III IV I II III* 8 10 12 2 4 6 8
2017 2018 2019 2018 2019
Indeks
Sumber: KPPIP
Akumulasi Realisasi Progres PSN EstimasiKeteranganEstimasi
Kuartal III20192018
20172016Perubahan PSN ke-1:
Penambahan 55 proyek +1program industri pesawat
20 Proyek
30 Proyek 62 Proyek89 Proyek
Proyek selesai
Proyek dalam tahapkonstruksi dan
mulai beroperasi
Proyek dalam tahapkonstruksi
Proyek dalam tahapTransaksi
Proyek dalam tahappenyiapan
Proyek keluaran daridaftar PSN29 Proyek29 Proyek15 Proyek
32 Proyek +1 program35 GW +1 pemerataan
Ekonomi
33 Proyek +1 program35 GW +1 pemerataan
Ekonomi
37 Proyek +1Program 35 GW
96 Proyek +1 program 35 GW
119 Proyek100 Proyek 106 Proyek +1 program
industri pesawat
6 Proyek 6 Proyek19 Proyek
53 Proyek + 1 programindustri pesawat
5 Proyek59 Proyek +1
program industri pesawat
13 Proyek
81 proyek
Perubahan PSN ke-2:Penambahan 2 proyek +1
program pemerataanekonomi
penyelesaian beberapa proyek dari PSN yang masih berlanjut, antara lain proyek infrastruktur jalan tol dan ketenagalistrikan. Beberapa proyek PSN diperkirakan akan selesai pada triwulan III 2019, dan sebagian lainnya mulai masuk tahapan konstruksi (Grafik 2.23). Kinerja investasi bangunan juga turut didukung oleh peningkatan pra penjualan (pre-sales) di sektor properti sejalan dengan beberapa pengembang besar proyek perumahan yang merilis penjualannya sejak Juli 2019. Kinerja investasi bangunan yang cukup baik tersebut juga terindikasi dari penjualan semen yang mulai membaik pada Agustus 2019, yakni dengan kontraksi yang tidak sedalam pada bulan sebelumnya.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 13
Gra� k 2.24. Indeks Harga Ekspor Nonmigas
Gra� k 2.25. Ekspor Nonmigas Riil
Sumber: Bank Indonesia; *Data Sementara
Total
-2,8
-2,3Manufaktur
3,74,3
Pertambangan
-15,0 -15,4
Pertanian -5,5 -4,4
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019 2018 2019
% yoy% yoy % yoy
Sumber: Bank Indonesia; *Data Sementara
Total-4,2
-4,8
PertanianPertambangan
-11,1-8,0
Manufaktur
-4,2
-6,5
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019 2018 2019
% yoy % yoy
Perbaikan kinerja ekspor diprakirakan masih tertahan seiring penurunan permintaan global dan harga komoditas. Ekspor pada triwulan III 2019 diprakirakan masih terkontraksi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan terms of trade yang menurun. Hal ini sejalan dengan lebih rendahnya perkiraan volume perdagangan dunia akibat penurunan permintaan dari mitra dagang serta harga komoditas ekspor yang menurun (Grafik 2.24). Kondisi ini merupakan dampak dari ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok serta sejumlah negara lainnya yang masih berlangsung. Ekspor nonmigas produk hasil pertambangan, terutama ekspor batubara mengalami penurunan akibat permintaan yang lebih rendah dari Tiongkok (Grafik 2.25). Penurunan ekspor batubara juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah India untuk mengurangi impor batubara yang antara lain berasal dari Indonesia.
Perkembangan beberapa ekspor produk manufaktur masih cukup kuat, dengan negara tujuan ekspor yang lebih terdiversifikasi. Produk ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor tetap tumbuh positif dengan negara tujuan ekspor yang lebih beragam untuk memenuhi kebutuhan negara Asia lainnya selain Tiongkok. Ekspor kendaraan bermotor masih cukup kuat terutama jenis motor bertransmisi otomatis dengan negara tujuan Vietnam, dan mobil penumpang dengan tujuan ke Arab Saudi. Selain itu, ekspor emas dan barang turunannya (perhiasan) juga masih tumbuh tinggi didorong oleh
perbaikan harga seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global yang mendorong fenomena flight to quality. Ekspor minyak dan gas diprakirakan akan kembali normal dan mengurangi kontraksi ekspor lebih dalam. Hal ini seiring berkurangnya kendala produksi (maintenance) gas, serta peningkatan permintaan ekspor minyak dari Malaysia.
Impor diprakirakan menurun sejalan dengan ekspor dan investasi nonbangunan yang belum kuat. Penurunan impor terjadi baik pada impor barang modal, barang konsumsi dan bahan baku (Grafik 2.26). Impor barang modal berupa mesin dan perlengkapan serta alat angkut masih mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan investasi nonbangunan yang terbatas. Penurunan kinerja ekspor yang berdampak pada perlambatan pendapatan rumah tangga yang berasal dari ekspor memengaruhi penurunan impor barang konsumsi. Di samping itu, belum membaiknya kinerja ekspor manufaktur juga mendorong menurunnya kebutuhan impor bahan baku. Sejalan dengan prakiraan penurunan impor barang tersebut, impor jasa pengangkutan barang (freight) akan turut mengalami penurunan.
Penurunan impor juga tidak terlepas dari dampak dari sinergi bauran kebijakan untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan melalui kewajiban penjualan minyak mentah (crude) dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri telah terlihat dampaknya pada penurunan
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201914
impor migas. Selain dampak dari kebijakan tersebut dan kebijakan lainnya yang telah diterapkan seperti penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), potensi pengurangan impor ke depan diperkirakan akan lebih besar sejalan dengan rencana percepatan implementasi program Biodiesel 30 (B30) dari semula pada 2020 menjadi pada akhir tahun 2019.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2019 diprakirakan tetap baik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia. Perkembangan ini didukung surplus transaksi modal dan finansial dalam bentuk PMA dan investasi portofolio serta defisit transaksi berjalan yang diprakirakan tetap terjaga.
Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2019 diprakirakan tetap tinggi sejalan dengan berlanjutnya aliran modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio (Grafik 2.27). Hal tersebut mencerminkan persepsi positif investor terhadap perekonomian Indonesia sejalan dengan prospek perekonomian nasional yang baik dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi. Namun, ketidakpastian global yang tetap tinggi sebagai dampak dari berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok diperkirakan akan berpotensi menahan aliran modal lebih lanjut.
Gra� k 2.26. Impor Nonmigas Riil Gra� k 2.27. Transaksi Modal dan Finansial
Gra� k 2.28. Aliran Modal Asing
Sumber: Bank Indonesia; *Data Sementara
-10,9
-8,8
-16,9-15,5
-6,4
-9,4
-9,8
-30-20-100102030405060
I III I III I III I III* 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019 2018 2019
% yoy
Total Impor
Barang Konsumsi
Bahan Baku
Barang Modal
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
Investasi Langsung Investasi Lainnya
Investasi PortofolioTransaksi Modal dan Finansial
5,4-0,8
-2,8
4,57,1
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I* II**
2016 2017 2018 2019
Miliar Dolar AS
Sumber: Bank Indonesia
-0,3-0,7
-1,0
-4
-2
0
2
4
6
8
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8
2017 2018 2019
Miliar Dolar AS
Net Sektor Publik
Liabilitas Investasi Portofolio
Net Sektor Swasta
Aliran masuk modal asing mencatat inflow pada Juli-Agustus 2019. Aliran modal asing pada triwulan III 2019 (Juli dan Agustus 2019) masih mencatat inflow sebesar 3,5 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut dipengaruhi oleh aliran masuk yang tercatat inflow pada Juli 2019, di tengah aliran modal outflow pada Agustus 2019 sebesar 1,0 miliar dolar AS seiring dengan ketidakpastian global yang tetap tinggi (Grafik 2.28). Outflow pada Agustus 2019 tersebut terjadi baik pada instrumen di sektor publik maupun sektor swasta, khususnya pada instrumen saham.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 15
Gra� k 2.29. Transaksi Berjalan Gra� k 2.30. Neraca Perdagangan
Sumber: Bank Indonesia, diolah; *angka sementara **angka sangat sementara
-8-7-6-5-4-3
-3,0
-8,7-2,0
0,22,1
-8,4
-2-1012345
-14-12-10-8-6-4-202468
I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I** II**2016 2017 2018 2019
Neraca Jasa Neraca PerdaganganNeraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan SekunderTransaksi Berjalan De�sit TB/PDB (%) (skala kanan)
Miliar Dolar AS % PDB
Sumber: BPS, diolah
-0,76
0,84
0,09
-3
-2
-1
0
1
2
3
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2016 2017 2018 2019
Miliar Dolar AS
Nonmigas
Migas
Total
Defisit transaksi berjalan diprakirakan tetap terjaga pada triwulan III 2019 ditopang oleh membaiknya defisit neraca perdagangan migas dan neraca pendapatan primer (Grafik 2.29). Terjaganya defisit transaksi berjalan secara umum dipengaruhi oleh permintaan impor yang menurun sejalan dengan penyesuaian ekonomi domestik yang belum kuat, di tengah menurunnya ekspor sebagai dampak melambatnya ekonomi global. Hal ini juga tercermin pada membaiknya defisit neraca perdagangan migas dan neraca pendapatan primer. Penurunan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kinerja impor migas yang menurun sebagai dampak dari menurunnya harga komoditas impor. Defisit neraca pendapatan primer pada triwulan III 2019 juga diprakirakan membaik dipengaruhi oleh menurunnya pembayaran pendapatan investasi portofolio dan investasi lainnya. Di sisi lain, defisit neraca jasa pada triwulan III 2019 diprakirakan meningkat dibandingkan defisit pada periode sebelumnya yang disebabkan oleh defisit jasa transportasi penumpang yang lebih tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan nasional.
Pada triwulan III 2019 neraca perdagangan menunjukkan perkembangan yang positif. Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2019 mengalami surplus 0,09 miliar dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit 0,06 miliar dolar AS. Surplus tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan penurunan impor nonmigas. Sementara itu, defisit neraca
perdagangan migas meningkat disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor migas, meskipun kinerja impor migas juga menurun (Grafik 2.30).
Surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat sejalan dengan impor nonmigas yang menurun. Neraca perdagangan nonmigas pada Agustus 2019 tercatat surplus 0,84 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 0,08 miliar dolar AS. Perkembangan ini dipengaruhi penurunan impor nonmigas dari 1,75 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya menjadi 1,63 miliar dolar AS. Penurunan impor nonmigas terutama disebabkan oleh menurunnya impor bahan baku/penolong dan barang modal, sejalan dengan aktivitas investasi nonbangunan dan ekspor yang belum kuat. Sementara itu, ekspor nonmigas belum membaik yang pada Agustus 2019 mencatat 13,40 miliar dolar AS, tidak banyak berbeda dibandingkan capaian bulan sebelumnya sebesar 13,85 miliar dolar AS. Kondisi tersebut dipengaruhi kondisi perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas yang terus menurun, di tengah ekspor nonmigas ke negara ASEAN terutama ekspor produk manufaktur yang meningkat.
Sementara itu, kondisi ekonomi global yang belum kondusif memengaruhi defisit neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas pada Agustus 2019 meningkat menjadi sebesar 0,76 miliar dolar AS, lebih tinggi dari defisit pada
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201916
bulan sebelumnya sebesar 0,14 miliar dolar AS. Kondisi tersebut tidak terlepas dari dampak penurunan ekspor migas sejalan dengan harga minyak yang menurun dan adanya gangguan produksi gas. Ekspor migas pada Agustus 2019 tercatat 0,88 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan kinerja ekspor pada bulan sebelumnya sebesar 1,61 miliar dolar AS. Sementara itu, impor migas juga menurun menjadi sebesar 1,63 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan capaian bulan sebelumnya sebesar 1,75 miliar dolar AS. Penurunan impor migas terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya harga impor baik barang mentah maupun hasil olahan.
Cadangan devisa tetap kuat untuk mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2019 sebesar 126,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2019 sebesar 125,9 miliar dolar AS (Grafik 2.31). Posisi cadangan devisa pada Agustus 2019 terutama didorong oleh penerimaan devisa migas dan penerimaan valas lainnya. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik, serta mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Gra� k 2.31. Cadangan Devisa Gra� k 2.32. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 18 September 2019
IDR/USD
Rerata Bulanan
Rerata Triwulanan 14.232
14.060
14.120
13.25013.50013.75014.00014.25014.50014.75015.00015.25015.500
1 3 4 5 6 7 8 9 10
2018
2 11 12 2
2019
31 54 8 96 7
Ke depan, ketahanan eksternal diprakirakan tetap baik ditopang berlanjutnya surplus neraca modal dan finansial serta tetap terkendalinya defisit transaksi berjalan, yang pada tahun 2019 dan 2020 diprakirakan dalam kisaran 2,5–3,0% PDB. Bank Indonesia senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi global yang melambat, makin tingginya tensi ketegangan hubungan dagang sehingga memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang menurun. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA).
NILAI TUKAR RUPIAH
Nilai tukar Rupiah menguat sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap baik. Pada September 2019, Rupiah mencatat apresiasi 0,9% secara point to point (ptp) dan 1,0% secara rerata dibandingkan dengan level pada Agustus 2019. Dengan perkembangan tersebut Rupiah sejak awal tahun sampai dengan 18 September 2019 tercatat menguat 2,3% (ytd) (Grafik 2.32). Perkembangan ini ditopang oleh bekerjanya
Sumber: Bank Indonesia
Cadangan Devisa 126,4
7,1
012345678910
0
30
60
90
120
150
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2016 2017 2018 2019
BulanMiliar Dolar AS
Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 17
mekanisme permintaan dan pasokan valas dari para pelaku usaha, di samping aliran masuk modal asing. Perkembangan nilai tukar yang menguat ini berbalik arah dibandingkan dengan depresiasi pada bulan Agustus 2019 sebesar 1,2% secara (ptp) atau 1,4% secara rerata (Grafik 2.33).
Pada bulan Agustus, seiring dengan ketidakpastian global yang tetap tinggi, dinamika Rupiah dipengaruhi oleh aliran keluar modal asing, meskipun relatif terbatas. Pada Agustus 2019 Rupiah mengalami depresiasi 1,18% secara point to point dibandingkan dengan level pada akhir Juli 2019, dan 1,41% secara rerata dibandingkan dengan level pada Juli 2019. Pelemahan Rupiah tersebut juga sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang kawasan dipengaruhi perilaku risk aversion investor terhadap ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok yang berlanjut. Hal tersebut menyebabkan aliran keluar modal asing seiring pasar valas domestik yang mencatatkan net beli valas. Permintaan valas terutama berasal dari nonresiden yang melakukan penjualan aset domestik, di tengah masih berlangsungnya pola musiman permintaan valas untuk kebutuhan pembayaran bunga utang luar negeri. Di tengah ketidakpastian yang berlanjut, arus keluar modal yang relatif terbatas didukung oleh kepercayaan investor terhadap prospek dan kondisi perekonomian Indonesia serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik. Solidnya ekonomi domestik tercermin dari tingkat inflasi yang terkendali sampai dengan Agustus 2019 serta kinerja
Gra� k 2.33. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar 2019 Gra� k 2.34. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Peers
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah
1,930,37
0,17-0,78
-1,41-1,53
-1,73-2,01
-2,63-2,79
-3,34- 6,13
-7,40
2,26-5,090,62
-0,93-1,18
-1,88-1,34
-2,31-3,78
-2,34-3,65
-8,09-6,87
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4JPYTRYTHBEURIDR
MYRSGDPHPCNY
KRWINRBRLZAR
Point to pointRerata
Agustus vs Juli 2019
%
2,581,31
1,04
0,590,32
0,210,17
-0,69- 0,74
-0,96-1,02
-1,40-1,66
3,821,67
0,890,34
0,89- 0,14
0,970,19
0,910,54
-1,782,65
1,69
-3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
ZARKRWIDRTHBSGDPHPMYRINRCNYEURJPYTRYBRL
Point to pointRerata
September vs Agustus 2019
%Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 18 September 2019
neraca perdagangan Agustus 2019 yang mencatatkan surplus. Imbal hasil yang menarik terlihat dari prospek imbal hasil SUN sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan.
Pada September 2019, Rupiah menguat ditopang aliran masuk modal asing dan kondisi perekonomian domestik yang kondusif. Pada bulan September 2019 (sampai dengan 18 September 2019), secara rerata Rupiah menguat 1,04% dan secara point to point menguat 0,89% (Grafik 2.34). Perkembangan ini ditopang oleh aliran modal masuk sejalan dengan menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik dan persepsi positif investor asing terhadap kondisi dan prospek perekonomian domestik. Perekonomian domestik yang kondusif yang tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil serta posisi cadangan devisa yang tetap kuat dan meningkat pada bulan September 2019. Aliran modal masuk yang mendorong penguatan Rupiah tersebut juga sejalan dengan penurunan risiko negara EM (EMBI spread) yang mencapai level 342,9 dan risiko Indonesia (CDS) yang menurun mencapai level 75,4. Selain itu, penguatan rupiah juga didukung oleh sentimen positif dari global terkait kesepakatan trade talk antara AS dan Tiongkok, penundaan kenaikan tarif barang impor dari Tiongkok oleh AS, dan peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga AS untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201918
Pelemahan Rupiah pada Agustus 2019 diikuti peningkatan volatilitas sejalan dengan kenaikan volatilitas seluruh mata uang negara peers. Pada Agustus 2019 volatilitas Rupiah secara rerata lebih tinggi dibandingkan dengan volatilitas pada bulan sebelumnya. Namun, volatilitas rata-rata Rupiah tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang negara peers. Memasuki bulan September 2019 (sampai dengan 18 September 2019), kenaikan volatilitas Rupiah masih berlanjut. Meskipun demikian, volatilitas Rupiah tersebut secara ytd dibawah rerata volatilitas mata uang negara peers yang sebesar 10,83% (Grafik 2.35). Volatilitas rupiah tersebut juga masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang rand Afrika Selatan, lira Turki, dan real Brasil.
INFLASI
Inflasi IHK pada Agutus 2019 tetap terkendali di dalam rentang sasaran. Inflasi IHK pada Agustus 2019 tercatat 0,12% (mtm), sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,31% (mtm). Inflasi yang terkendali didukung oleh deflasi kelompok volatile food dan administered prices, di tengah kenaikan infasi inti. Kenaikan inflasi inti didorong oleh kenaikan harga emas global seiring dengan pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut, serta kenaikan tarif sewa rumah yang
Gra� k 2.35. Volatilitas Nilai Tukar Tahunan
Gra� k 2.36. In� asi
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 18 September 2019
22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5
19,617,0 17,5
8,16,2 6,7 6,2 5,3
10,83
0
5
10
15
20
25
30
35
ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR
2018YTD 2019RerataYTD 2019
%
Sumber: BPS, diolah
3,49
Inti 3,30
Volatile Food
5,96
Administered Prices
1,87-4
0
4
8
12
16
20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019
%yoy
IHK
didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan untuk pemeliharaan. Inflasi kelompok volatile food melambat, seiring dengan terjaganya pasokan. Sementara itu, kelompok administered prices kembali mencatat deflasi dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan, terutama angkutan udara akibat implementasi strategi maskapai pada masa low season. Berdasarkan perkembangan tersebut, sampai dengan Agustus 2019, inflasi IHK tercatat sebesar 2,48% (ytd) atau sebesar 3,49% (yoy), sedikit lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,32% (yoy) (Grafik 2.36).
Inflasi inti tetap terjaga, meskipun sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada Agustus 2019, inflasi inti tercatat sebesar 0,43% (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,33% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,30% (yoy), sedikit meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,18% (yoy). Inflasi inti Agustus 2019 yang sedikit meningkat didorong oleh kenaikan inflasi traded dan non-traded (Grafik 2.37). Inflasi inti traded meningkat dikarenakan adanya tekanan eksternal: i) kenaikan harga emas global sejalan dengan pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut; dan ii) kenaikan harga CPO dikarenakan persiapan perayaan Diwali di India (Importir CPO terbesar). Inflasi inti non-traded meningkat tercermin dari kenaikan hampir seluruh kelompok jasa. Kenaikan tersebut didorong terutama oleh kenaikan
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 19
Gra� k 2.37. In� asi Inti Traded vs Nontraded Gra� k 2.39. In� asi Volatile Food
Gra� k 2.38. Ekspektasi In� asi Consensus Forecast
Sumber: BPS, diolah
Inti
Inti Nontraded
3,30
Inti Traded
3,403,23
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019
%yoy
Sumber: Consensus Forecast
Ekspektasi In�asi 2017 Ekspektasi In�asi
2018
Ekspektasi In�asi 2019
3,20
Ekspektasi In�asi 2020 3,50
00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2017 2018 2019
%yoy
Sumber: BPS, diolah
Volatile Food (mtm)Volatile Food (yoy Skala kanan)
5,96
-0,25
-2
0
2
4
6
8
10
12
-2
-1
0
1
2
3
4
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019
% % yoy
biaya pendidikan sesuai dengan pola historisnya dan kenaikan tarif sewa rumah yang didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan untuk pemeliharaan. Inflasi inti pada Agustus 2019 tersebut tetap terkendali didukung konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2019 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) September 2019 sebesar 3,20% (average, yoy), relatif stabil dibandingkan dengan hasil survei bulan sebelumnya (Grafik 2.38) .
Tabel 2.4. Penyumbang In� asi/De� asi Kelompok Volatile Food
Komoditas VF In�asi/De�asi
Sumber: BPS, diolah
(% mtm)Sumbangan
(%)Cabai Merah 10,37 0,10Cabai Rawit 29,09 0,07Kentang 3,63 0,01Bawang Merah -12,65 -0,07Tomat Sayur -24,97 -0,06Bayam -10,20 -0,03Bawang Putih -6,23 -0,02Tomat Buah -16,05 -0,01Kangkung -5,16 -0,01Sawi Hijau -8,43 -0,01
Inflasi volatile food melambat seiring dengan terjaganya pasokan. Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,25% (mtm), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,89% (mtm) (Grafik 2.39). Deflasi volatile food terutama bersumber dari bawang merah, aneka tomat, bayam, dan bawang putih seiring dengan melimpahnya pasokan dikarenakan masa panen raya serta impor. Selain itu, beberapa komponen volatile food masih mengalami kenaikan terutama pada komoditas aneka cabai. Namun, inflasi pada aneka cabai menurun dibandingkan bulan sebelumnya seiring dengan masuknya masa panen di beberapa sentra produksi (Tabel 2.4). Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201920
Gra� k 2.40. In� asi Administered Prices
Sumber: BPS, diolah
Administered Prices (mtm)
-0,4
Administered Prices (yoy) - Skala Kanan
1,87
-2,0-1,5-1,0-0,50,00,51,01,52,02,53,0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2016 2017 2018 2019
-2
0
2
4
6
8
10
12mtm % yoy%
Tabel 2.5. Penyumbang In� asi/De� asi Komoditas Administered Prices
Komoditas AP In�asi/De�asi
Sumber: BPS, diolah
(% mtm)Sumbangan
(%)
Tarif Air Minum PAM 1,51 0,01Rokok Kretek 0,61 0,01Rokok Kretek Filter 0,30 0,01Angkutan Udara -9,20 -0,11
5,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan 4,90% (yoy) pada bulan sebelumnya dikarenakan faktor base effect.
Kelompok administered prices (AP) kembali mencatatkan deflasi yang didorong oleh tarif angkutan udara. Inflasi administered prices pada Agustus 2019 mencapai -0,40% (mtm), sedikit lebih rendah dari -0,36% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.40). Deflasi administered prices terutama bersumber dari penurunan tarif angkutan udara yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (i) normalisasi permintaan setelah usainya masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN); (ii) strategi maskapai penerbangan, terutama segmen Low-Cost Carrier (LCC) yang mengutamakan tingkat keterisian penumpang pada masa low season; dan (iii) efisiensi yang dilakukan oleh pelaku usaha di
tengah ketatnya persaingan usaha. Deflasi kelompok administered prices tertahan oleh kenaikan tarif air minum PAM dan kenaikan harga aneka rokok yang disinyalir disebabkan oleh ekspektasi meningkatnya cukai rokok yang akan dilaksanakan tahun depan (Tabel 2.5). Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 1,87% (yoy), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,22% (yoy).
Secara spasial, inflasi IHK tetap terjaga di dalam rentang sasaran inflasi nasional (Gambar 2.1). Inflasi terendah terjadi di Balinusra 2,38% (yoy), disusul oleh Kalimantan 2,52% (yoy), dan Sulawesi 3,17% (yoy). Inflasi di hampir seluruh provinsi masih terjaga di dalam rentang sasaran, kecuali tiga provinsi, yakni Sumatera Utara 6,47% (yoy), Maluku 5,09% (yoy), dan Sulawesi Tengah 4,79% (yoy). Lebih tingginya inflasi di Sumatera Utara didorong oleh kenaikan harga aneka cabai dalam beberapa waktu terakhir. Demikian halnya dengan tingginya inflasi di Maluku dan Sulawesi Tengah yang didorong oleh kenaikan harga aneka cabai dan juga ikan segar.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 21
PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN, DAN PASAR KEUANGAN
Perkembangan Suku Bunga
Sasaran operasional kebijakan moneter yaitu suku bunga pasar uang antar bank tenor overnight (PUAB O/N) terjaga di kisaran suku bunga kebijakan moneter (BI7DRR). Rata-rata harian (RRH) suku bunga PUAB O/N pada Agustus 2019 tercatat 5,54%, berada di sekitar suku bunga kebijakan BI-7DRR sebesar 5,50%. RRH suku bunga PUAB O/N pada Agustus 2019 tersebut lebih rendah 21 bps dibandingkan dengan RRH suku bunga PUAB O/N bulan sebelumnya sebesar 5,75% (Grafik 2.41). Dengan demikian, pelonggaran kebijakan moneter melalui penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) pada Juli dan Agustus 2019 dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) pada Juli 2019 tertransmisikan dengan baik ke suku bunga pasar uang. Lebih lanjut, penurunan suku bunga PUAB juga tercatat pada tenor yang lebih panjang antara lain tenor 2-4 hari, 1 minggu, dan 2 minggu dengan penurunan RRH suku bunga masing-masing 23 bps, 26 bps, dan 24 bps.
Transmisi kebijakan moneter didukung pasar uang yang stabil dan efisien. Volatilitas suku bunga PUAB O/N terkendali didukung oleh likuiditas yang mencukupi. Terkendalinya volatilitas suku bunga PUAB O/N tercermin dari selisih suku bunga tertinggi dan terendah RRH suku bunga PUAB O/N pada Agustus 2019 sebesar 26 bps, menurun dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya sebesar 33 bps. Selain itu, RRH Volume PUAB tetap tinggi untuk mencukupi kebutuhan likuiditas perbankan yaitu mencapai 20,03 triliun Rupiah. Volatilitas suku bunga PUAB O/N yang terjaga menunjukkan pasokan likuiditas yang memadai dipengaruhi oleh dampak moneter yang akomodatif di tengah operasi keuangan Pemerintah yang net kontraktif (Grafik 2.42).
Penurunan suku bunga deposito perbankan berlanjut pada Agustus 2019, sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter. Rerata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada Agustus 2019 turun 10 bps menjadi 6,70% dari 6,80% pada bulan sebelumnya (Grafik 3.46). Penurunan tersebut melanjutkan penurunan suku bunga deposito sebelumnya yang telah turun 3
Gambar 2.1. Peta In� asi Daerah (%,yoy)
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Inf ≥ 4,5%
3,5% ≤ Inf < 4,5%
2,5% ≤ Inf < 3,5%
Inf < 2,5%
INFLASI NASIONAL AGUSTUS 2019: 3,49% (yoy)
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201922
Gra� k 2.43. Suku Bunga Kredit Jenis Penggunaan
bps pada Juli 2019. Dengan demikian, secara kumulatif sejak suku bunga kebijakan diturunkan pada Juli 2019 hingga Agustus 2019, suku bunga deposito telah turun sebesar 13 bps. Menurut jangka waktunya, penurunan suku bunga deposito terutama terjadi pada tenor pendek yaitu 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan yang masing-masing turun sebesar 16 bps, 7 bps, dan 7 bps. Sementara itu, suku bunga tenor lebih panjang yaitu 12 bulan dan 24 bulan masih tercatat naik tipis. Hal ini tidak terlepas dari transmisi suku bunga pada tenor yang lebih panjang memiliki efek tunda yang lebih lama terutama terkait belum banyak deposito baru ataupun deposito yang jatuh tempo dan diperbaharui dengan suku bunga terkini.
Berdasarkan kelompok bank, suku bunga deposito turun di kelompok bank BUKU 1, BUKU 4, dan BUKU 3, sementara BUKU 2 cenderung stabil.
Suku bunga kredit melanjutkan tren penurunan pada Agustus 2019. RRT suku bunga kredit pada Agustus 2019 tercatat sebesar 10,71%, turun 2 bps dari RRT suku bunga bulan sebelumnya. Penurunan suku bunga kredit terutama pada kredit investasi (KI) dan kredit modal kerja (KMK) masing-masing sebesar 6 bps dan 2 bps. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi (KK) tercatat stabil (Grafik 2.43). Berdasarkan kelompok bank, suku bunga kredit pada kelompok bank BUKU 2, BUKU 3 dan BUKU 4 turun, sementara pada BUKU 1 masih meningkat.
Spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito sedikit melebar pada Agustus 2019. Secara rerata, spread suku bunga melebar 8 bps pada Agustus 2019 menjadi 4,01% setelah bulan sebelumnya menyempit ke 3,93%. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan suku bunga deposito yang lebih dalam dibandingkan penurunan kredit, sejalan dengan respons penyesuaian suku bunga deposito terhadap suku bunga kebijakan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan suku bunga kredit karena jangka waktu deposito yang lebih pendek (1 dan 3 bulan). Selanjutnya, pelebaran spread tersebut terjadi di kelompok bank BUKU 1 BUKU 3, dan BUKU 4 (Grafik 2.44).
Gra� k 2.41. Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/N
Gra� k 2.42. Suku Bunga dan Volume PUAB O/N
Sumber: Bank Indonesia
2016 2017 2018 20191 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1 3 53 5 7 89 11
Suku Bunga PUAB O/N 0
5
10
15
20
25
30
3
4
5
6
7
8
9
10
11Rp Triliun%
Vol PUAB (Skala kanan)
Vol PUAB O/N (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia
Suku Bunga PUAB O/N
BI 7-Day RR (Setelah 19/08/16)
5,50
DF Rate4,75
5,32
LF Rate 6,25BI Rate
3,75
4,25
4,75
5,25
5,75
6,25
6,75
7,25
7,75
8,25%
2016 2017 2018 20191 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1 3 53 5 7 89 11
Sumber: Bank Indonesia
10
11
12
13
14
15
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2015 2016 2017 2018 2019
%
RRT Suku Bunga Kredit
Suku Bunga KMK
Suku Bunga KI
Suku Bunga KK
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 23
Intermediasi Perbankan
Intermediasi perbankan tetap berlanjut pada Juli 2019. Kredit yang disalurkan perbankan pada Juli 2019 masih tumbuh kuat 9,6% (yoy) meskipun tidak setinggi pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 9,9% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit terutama pada kredit modal kerja (KMK) yang tumbuh 8,7% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,2% (yoy). Kredit konsumsi (KK) juga tumbuh melambat menjadi 7,3% (yoy) dari 7,6% (yoy) pada Juli 2019 (Grafik 2.45). Sementara itu, kredit investasi (KI) masih tetap tumbuh tinggi 13,7% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,8% (yoy).
Pertumbuhan kredit yang melambat secara sektoral sejalan dengan proyeksi kinerja perekonomian. Secara sektoral, hampir seluruh sektor ekonomi mencatat perlambatan pertumbuhan kredit, kecuali industri pengolahan dan pengangkutan (Grafik 2.46). Kontributor perlambatan pertumbuhan kredit pada Juli 2019 yang utama adalah sektor perdagangan dan akomodasi, sektor pertambangan, dan sektor LGA. Kinerja kredit sektor perdagangan yang tumbuh melambat, dari 7,4% (yoy) pada Juni 2019 menjadi 7,2% (yoy) pada Juli 2019, sejalan dengan konsumsi swasta yang diprakirakan tumbuh terbatas serta melemahnya aktivitas perdagangan dari ekspor dan impor. Demikian pula, kredit ke sektor pertambangan yang melambat sejalan dengan prospek ekspor pertambangan yang terdampak
Gra� k 2.44. Selisih Suku Bunga Perbankan Gra� k 2.45. Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan
Gra� k 2.46. Pertumbuhan Kredit Sektoral
Sumber: Bank Indonesia
2
4
6
8
10
12
14
16
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 82016 2017 2018 2019
% %
Spread Skb Kredit -Deposito (skala kanan)
RRT Suku Bunga Deposito
RRT Suku Bunga Kredit
Sumber: Bank Indonesia
Total Kredit
9,6
KMK
8,7
KI
13,7
KK
7,3
02468101214161820
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2016 2017 2018 2019
% yoy
Sumber: Bank Indonesia
7,27,2
8,310,5
25,47,6
8,812,9
17,620,9
9,6
7,47,6
6,98,5
25,78,6
10,414,9
20,3
26,99,9
0 5 10 15 20 25 30
PerdaganganLain-lain
IndustriPengangkutan
KonstruksiPertanian
Jasa Dunia UsahaJasa Sosial
PertambanganListrik
Total
% yoy
Jun-19Jul-19
harga komoditas yang turun. Sementara itu, kredit sektor industri pengolahan tumbuh 8,3% (yoy) naik dari bulan sebelumnya 6,9% (yoy), sejalan dengan prospek ekspor manufaktur seperti kendaraan bermotor.
Secara spasial, penyaluran kredit pada Juli 2019 di sebagian besar wilayah Maluku dan Papua serta Bali-nusra masih tumbuh tinggi di atas 10% (yoy). Sementara itu, kredit di sebagian besar kawasan Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi tumbuh lebih rendah dari 10% (yoy). (Gambar 2.2). Setelah pada bulan Juni 2019 sebagian besar wilayah mencatat pertumbuhan kredit di atas 10% (yoy), pada Juli 2019 wilayah dengan pertumbuhan kredit tinggi di atas 10% berkurang.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201924
Moderasi pertumbuhan kredit tercatat di sebagian wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sejalan dengan prospek konsumsi swasta yang tumbuh terbatas dan prospek ekspor yang melemah, di tengah masih solidnya investasi bangunan.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh meningkat pada Juli 2019. DPK pada Juli 2019 tumbuh 8,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 7,4% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK pada Juli 2019 bersumber dari giro yang tumbuh 9,7% (yoy) meningkat dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,2% (yoy). Pertumbuhan deposito juga meningkat menjadi 8,4% (yoy) dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,3% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan tabungan stabil pada kisaran 6,3% (yoy) (Grafik 2.47).
Untuk keseluruhan tahun 2019, pertumbuhan kredit dan DPK diprakirakan terus membaik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat serta stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga. Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan sekitar 10-12% (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan
sekitar 7-9% (yoy). Prakiraan tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi 2019 yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%, didukung oleh bauran kebijakan Bank Indonesia yang akomodatif serta kebijakan fiskal dan reformasi struktural yang ditempuh Pemerintah. Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa
Gra� k 2.47. Dana Pihak Ketiga
Sumber: Bank Indonesia
Total DPK
7,4
Giro
7,2
Tabungan
6,3
Deposito
8,3
-5
0
5
10
15
20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 52016 2017 2018 2019
% yoy
Gambar 2.2. Pertumbuhan Kredit Spasial
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 25
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang masih berada di bawah pola jangka panjangnya dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif.
Pasar Keuangan Nonbank
Pembiayaan ekonomi tumbuh melambat pada Agustus 2019, disumbang oleh kredit bank umum. Pada Agustus 2019, pembiayaan ekonomi secara total tumbuh 8,45% (yoy), melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,31% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja penyaluran kredit bank umum, dengan pangsa tertinggi sebesar 58%, yang tumbuh melambat. Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pasar modal juga tercatat sedikit melemah (Grafik 2.48). Pembiayaan dari pasar modal oleh korporasi non finansial melalui penerbitan obligasi korporasi/sukuk/EBA, right issue, IPO dan penerbitan MTN tumbuh melambat menjadi 10,88% (yoy) dari bulan sebelumnya yang mencapai 12,49% (yoy). Perlambatan terutama bersumber dari instrumen saham dan penerbitan MTN.
Kinerja pasar saham domestik melemah pada Agustus 2019 sejalan dengan tekanan dari eksternal yang meningkat. IHSG tercatat melemah sebesar 1,0% (mtm), ditutup di level 6358,63. Koreksi dipengaruhi oleh tekanan dari global yang semakin meningkat sejalan dengan berlanjutnya ketegangan hubungan dagang
Gra� k 2.49. IHSG dan Indeks Bursa Global Agustus 2019 (mtm)
Gra� k 2.50. Indeks Sektoral Agustus 2019 (mtm)Gra� k 2.48. Pembiayaan Ekonomi
Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah
-1,0-1,7
-5,0-1,6-1,4
-7,4-3,8
-5,9-0,8
-3,3-0,4
-0,8
-12 -10 -8 -6 -4 -2 0
IndonesiaAmerika Serikat
InggrisTiongkokMalaysia
Hong KongJepang
SingapuraVietnamThailand
IndiaFilipina
% mtm
Sumber: BEI, diolah
-1,0
2,0
-1,5
-4,55,6
-4,1
1,9
-2,3
0,0
0,1
-10 -5 0 5 10
IHSG
Infrastruktur
Pertambangan
Keuangan
Industri Dasar
Aneka Industri
Konsumsi
Perdagangan
Pertanian
Properti
% mtm
AS-Tiongkok. Terus berlanjutnya ketegangan hubungan dagang tersebut memberi sentimen negatif bagi pasar keuangan global, selain berdampak pada perlambatan ekonomi dunia melalui jalur perdagangan. Perkembangan pasar saham domestik yang melemah tersebut relatif lebih moderat dibandingkan dengan pelemahan kinerja saham negara lain seperti Hong Kong, Singapura, Inggris, Jepang, dan Thailand (Grafik 2.49). Secara sektoral, mayoritas sektor melemah terutama sektor keuangan, aneka industri, dan perdagangan. Kinerja sektor tersebut sejalan dengan kinerja sektor industri pengolahan dan perdagangan yang melemah terdampak faktor global (Grafik 2.50).
Sumber: BEI, Bloomberg, Bank Indonesia
9.121,54
6.000
6.500
7.000
7.500
8.000
8.500
9.000
9.500
0
5
10
15
20
25
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2017 2018 2019
Pembiayaan Total
Pasar Modal (skala kanan)
Bank Umum (skala kanan)
Total (Skala kanan) IKNB (skala kanan)
% yoyTriliunRp
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201926
stabilnya pertumbuhan tabungan dan simpanan berjangka serta meningkatnya pertumbuhan giro valuta asing (valas).
Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan pertumbuhan M2 terutama disebabkan oleh aktiva luar negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih tumbuh 1,5% (yoy) pada Juli 2019, setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -2,2% (yoy). Sementara itu, aktiva dalam negeri bersih masih tumbuh tinggi sebesar 10,1% (yoy) meskipun tidak setinggi pertumbuhan bulan sebelumnya 10,3% (yoy). Operasi keuangan pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar -8,1% (yoy), membaik dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar -10,4% (yoy), yang bersumber dari peningkatan tagihan kepada pemerintah pusat (pempus). Selain itu, penyaluran kredit pada Juli 2019 tumbuh 9,7% (yoy), tidak setinggi pertumbuhan pada Juni 2019 sebesar 9,9% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh meningkat 7,9% (yoy) pada Juli 2019, dibandingkan dengan pertumbuhan Juni 2019 sebesar 7,2% (yoy) terutama ditopang meningkatnya pertumbuhan giro (Grafik 2.53).
Stabilitas Sistem Keuangan
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai risiko kredit yang terkendali. Stabilitas sistem keuangan yang terjaga ditopang rasio kecukupan modal perbankan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang tetap tinggi, mencapai
Gra� k 2.51. SBN dan Net Jual/Beli Asing Gra� k 2.52. Uang Beredar M2
Sumber: Bloomberg, diolah
Net Jual/Beli Asing (skala kanan)
Yield SBN 10 Tahun
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0123456789
10
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 8
2017 2018 2019
Rp Triliun%
Sumber: Bank Indonesia
M2
7,8
M1
7,4
Kuasi
8,0
02468101214161820
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2016 2017 2018 2019
% yoy
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Agustus 2019 juga mengalami tekanan. Pada Agustus 2019, kinerja SBN mengalami tekanan terindikasi dari kenaikan imbal hasil SBN secara rerata meskipun imbal hasil seri benchmark 10 tahun tercatat turun. Imbal hasil SBN naik di semua tenor, terutama tenor pendek dan menengah yang masing-masing naik 7 bps dan 6 bps ke level 6,55% dan 7,21%. Sementara imbal hasil benchmark 10 tahun turun 4 bps ke level 7,33% (Grafik 2.51). Kenaikan rerata imbal hasil SBN dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian eksternal seiring terus berlanjutnya tensi perdagangan antara AS-Tiongkok yang dikhawatiran akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.
Likuiditas Perekonomian
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh meningkat pada Juli 2019. Posisi M2 pada Juli 2019 tercatat Rp5.937,5 triliun atau meningkat 7,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,9% (yoy) (Grafik 2.52). Akselerasi M2 bersumber dari pertumbuhan komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) serta uang kuasi. M1 tumbuh meningkat, dari 4,9% (yoy) pada Juni 2019 menjadi 7,4% (yoy) pada Juli 2019, baik dari komponen uang kartal maupun giro rupiah. Komponen uang kuasi juga tumbuh meningkat, dari 7,7% (yoy) pada Juni 2019 menjadi 7,9% (yoy) pada Juli 2019, ditopang
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter September 2019 27
23,1% pada Juli 2019 (Grafik 2.54). Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada Juli 2019 tetap rendah yaitu sebesar 2,6% (gross) atau 1,2% (net). NPL tersebut meskipun masih sedikit meningkat dari NPL bulan sebelumnya sebesar 2,5%, namun masih berada di level yang sehat di bawah 5% (Grafik 2.55). Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan rasio NPL pada Juli 2019 terjadi pada jenis penggunaan kredit KMK dan KI, sementara rasio NPL untuk KK tetap. Rasio NPL untuk KMK, KI dan KK masing-masing tercatat sebesar 3,20%, 2,21%, dan 1,77% pada Juli 2019 dari 3,12%, 2,16% dan 1,77% pada Juni 2019. Secara sektoral, NPL di seluruh sektor ekonomi juga tercatat di bawah 5%. Pencapaian NPL yang terkendali didukung pula oleh NPL di hampir seluruh wilayah yang terjaga di bawah 5% (Gambar 2.3).
Gra� k 2.53. Faktor yang Memengaruhi M2 Gra� k 2.54. Permodalan Industri Perbankan
Gra� k 2.55. Non Performing Loan
Sumber: Bank Indonesia
NFA
1,49
NDA
10,11
M2 7,84
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 72016 2017 2018 2019
% yoy
1
6
23,1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Rp Triliun%
CAR
ATMR (Skala kanan)
Modal (Skalakanan)
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
2,55
0
1
2
3
4
5
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7
2017 2018 2019
%
Non Performing Loan
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter September 201928
Sumber: Bank Indonesia
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
MALUKU-PAPUAJAWA BALI-NUSRA
NPL < 2%
3% ≤ NPL < 4%
2% ≤ NPL < 3%
4% ≤ NPL < 5%
NPL ≥ 5%
1,2
2,2
Aceh 1,8 Sumut 3,2 Riau 2,9
Sumbar 3,2 Lampung 2,4 Kepri 5,0
Kalbar 1,4 Kalsel 3,0 Kaltim 3,7
Kalteng 1,6 Kaltara 0,9
Gorontalo 2,7 Sulut 3,3 Sulteng 2,1
Sulbar 1,8 Sulsel 3,8 Sultra 2,4
Maluku 3,0 Maluku Utara Papua 2,8Papua Barat
Banten 2,1 DKI Jakarta 1,8 Jawa Barat 3,0
Jawa Tengah 2,4 Jawa Timur 3,5 DI Yogyakarta 1,8
Bali 4,5 NTB 1,4 NTT 2,4
Bengkulu 2,0 Kep.Babel 1,4 Sumsel 3,1 Jambi 3,6
Gambar 2.3. NPL Berdasarkan Wilayah
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Kelompok Komunikasi Kebijakan dan PengaturanGrup Perumusan KebijakanDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Telp : +62 21 131Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id