this is the html version of the file

10
This is the html version of the file http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-34818-3211203901- Chapter1.pdf . Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web. Page 1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya memiliki sejarah yang sangat kental. Menurut paparan PEMKOT Surabaya, kota Surabaya merupakan kota tertua yang berlanjut dan terus memakai nama yang sama. Hal ini dapat dilihat dari tatanan kota yang memakai dasar mandala kosmik yang paling tua, termasuk dengan keberadaan berbagai makam dan punden yang berada di penjuru kampung seperti makam Boto Putih, Bungkul dan Embah Ratu. Dan sejak jaman Adipati Surabaya hingga orde baru, bagian kota lama tetap berkembang sesuai arahnya tanpa dipengaruhi perkembangan kota baru yang ada. Kini, kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, mengalami perubahan yang besar. Kota Surabaya mengedepankan peningkatan fasilitas publik, salah satunya adalah taman kota. Taman kota tersebut diolah dengan memberikan tema yang beragam sehingga menarik masyarakat untuk datang dan menggunakan taman tersebut. Salah satu taman yang direvitalisasi adalah Taman Bungkul yang berada pada kawasan Wonokromo. Taman ini berada di satu area dan memiliki keterkaitan dengan peninggalan sejarah Mbah Bungkul. Menurut Faber (1991),

Upload: irza-yoga-pratama

Post on 27-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hhh

TRANSCRIPT

Page 1: This is the HTML Version of the File

This is the html version of the file http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-34818-3211203901-Chapter1.pdf.Google automatically generates html versions of documents as we crawl the web.Page 11

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKota Surabaya memiliki sejarah yang sangat kental. Menurut paparanPEMKOT Surabaya, kota Surabaya merupakan kota tertua yang berlanjut danterus memakai nama yang sama. Hal ini dapat dilihat dari tatanan kota yangmemakai dasar mandala kosmik yang paling tua, termasuk dengan keberadaanberbagai makam dan punden yang berada di penjuru kampung seperti makamBoto Putih, Bungkul dan Embah Ratu. Dan sejak jaman Adipati Surabaya hinggaorde baru, bagian kota lama tetap berkembang sesuai arahnya tanpa dipengaruhiperkembangan kota baru yang ada. Kini, kota Surabaya sebagai salah satu kotametropolitan di Indonesia, mengalami perubahan yang besar. Kota Surabayamengedepankan peningkatan fasilitas publik, salah satunya adalah taman kota.Taman kota tersebut diolah dengan memberikan tema yang beragam sehinggamenarik masyarakat untuk datang dan menggunakan taman tersebut.Salah satu taman yang direvitalisasi adalah Taman Bungkul yang beradapada kawasan Wonokromo. Taman ini berada di satu area dan memilikiketerkaitan dengan peninggalan sejarah Mbah Bungkul. Menurut Faber (1991),kompleks Bungkul sudah ada sejak jaman Hindu dengan bukti gaya arsitekturalhindu jawa jaman Majapahit pada gapura makam dan ini dipertegas olehBroeshart (1994) bahwa Makam Bungkul sudah ada sejak tahun 1000. Widodo(2008) menambahkan bahwa Bungkul awalnya merupakan suatu Desa yangmemiliki nama Desa Bungkul, yang kemudian pada jaman kolonial hilang danhanya menyisakan kompleks Taman Bungkul.Hal itu dipertegas oleh Navitas (2011) melalui kajian mengenai sejarahTaman Bungkul. Ia menyatakan bahwa Taman Bungkul mulai hidup sebagaisebuah kampung bernama Desa Bungkul. Rekaman itu dapat ditemukan padapeta Surabaya sejak 1827 sampai 1900-an. Terletak di sebelah timur sungaiKalimas, kampung terikat oleh Jalan Marmoyo ke selatan, Jalan Adityawarman di

Page 22timur, dan Kampung Dinoyo ke utara. Ada juga yang lain dikenal sebagaikampung Desa Darmo ke utara. Kemudian pada tahun 1920, pemerintah Belanda,yang saat itu menjajah, mengadakan proyek pembangunan perumahan elitbergengsi Belanda, Darmo, sehingga Desa Bungkul diruntuhkan. Sepetak lahandari bagian kampung Bungkul dibiarkan ada yang dimana berfungsi sebagaitempat peristirahatan terakhir Mbah Bungkul, sehingga dinamakan BoengkoelPark oleh perencana Belanda.Bukti-bukti sejarah memperlihatkan bahwa sejarah utama lokasi initerletak pada eksistensi dari keberadaan makam Mbah Bungkul sebagai

Page 2: This is the HTML Version of the File

peninggalan jejak Kampung Bungkul dan menegaskan bahwa Taman Bungkulmemiliki sejarah yang patut dilestarikan. Meninjau dari kesejarahan tersebut,menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya,Wiwiek Widyati, dalam SK wali kota 188.45/251/402.104/1996, kawasan makamini ditetapkan sebagai cagar budaya dan menjadi bagian dari wisata religi.Pada kenyataannya, seperti dilansir dalam website Dinas Kebersihan danPertamanan Surabaya, kini Taman Bungkul dirancang dengan konsep Sport,Education, dan Entertainment. Dengan konsep tersebut, Taman Bungkul lebihhidup dan selalu dikunjungi masyarakat sehingga menjadi lokasi hiburan favoritmasyarakat. Sejalan dengan kesuksesan menghidupkan taman tersebut, munculketimpangan suasana antara taman dengan makam Mbah Bungkul. MenurutKetua Tanfidziah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya,Achmad Saiful Chalim mengatakan pihaknya sering menerima keluhanmasyarakat, para kiai, dan peziarah dari dalam maupun luar kota yang prihatinatas kondisi Taman Bungkul yang jauh dari nilai-nilai ke-Islaman. Para wargayang berziarah mengaku tidak bisa khusyuk karena banyak muda-mudi yangberpasang-pasangan atau berpacaran di taman, serta musik yang bising. Beliaumenambahkan bahwa waktu dibangun sudah (ada perubahan) positif, yaitumengurangi kekumuhan dan hal-hal yang bersifat negatif namun pada akhirnya,kegiatannya (sekarang) justru mengundang ke arah hura-hura.Dari perkembangan fisik, sebelum dan sesudah revitalisasi, terlihatperbedaan konsentrasi desain Taman Bungkul. Sebelum revitalisasi, tamanBungkul merupakan taman dengan penataan lansekap yang sederhana dan hanya

Page 33Gambar 1.1 Analisa Perubahan Fisik Taman Bungkul

Page 44terbagi menjadi 2 area yakni area taman (hiburan) dan area makam (religi). Dalamkoleksi foto pribadi Aris Trijayadi (2006) terlihat bahwa olahan area taman(hiburan) hanya berupa lahan terbuka lapang dengan minim permainan levelsehingga pagar pembatas antara taman dan makam terlihat jelas. Sesudahrevitalisasi, Taman Bungkul menjadi taman dengan penataan lansekap yangmodern , seperti dilansir oleh Koran Surya edisi 7 Maret 2011, dengan terbagimenjadi 6 area yakni plasa, green park, jogging track, area bermain, areaskateboard, makam, area PKL, dan area parkir. Penataan ini menjadikan pagarpembatas antara makam dengan taman menjadi menyatu dengan elemen yang laindan elemen hiburan menjadi fokus utama pada taman.Dari tinjauan perkembangan fisik, terlihat bahwa terjadi pergeseran mutuestetika lansekap dan pemenuhan kebutuhan ke arah yang positif, yakni tatananlansekap yang beragam dengan sarana aktifitas yang spesifik. Namun, tatananlansekap tersebut lebih mengutamakan aspek hiburan dibanding aspek religius ,yakni Makam Mbah Bungkul, yang menjadi bukti sejarah yang memperkuatmakna historis di dalam taman ini. Padahal kawasan ini merupakan kawasan cagar

Page 3: This is the HTML Version of the File

budaya dan menjadi bagian dari wisata religi.Ketidakselarasan Taman Bungkul, sebagai ruang publik, diperkuat denganpernyataan Carr (1992) bahwa ruang publik terbentuk dengan tiga nilai, yakninilai responsif, nilai demokratis, dan nilai bermakna. Nilai responsif dan nilaidemokratis pada Taman Bungkul terlihat pada pemenuhan desain sebagai tamankota dengan penyediaan fasilitas publik dan atraktif. Sedangkan nilai bermaknabelum terlihat maksimal, tidak berbasis pada latar belakang lokasi (sejarah) yakniberkaitan dengan makam Mbah Bungkul. Makna rekreatif, berbasis fungsi sebagaitaman kota, lebih mendominasi dibanding makna historis sebagai latar belakanglokasi.Dengan demikian, revitalisasi taman bungkul, sebagai taman kota yangmemiliki latar belakang historis yang kental dan terdapat bukti sejarah didalamnya, kurang maksimal dengan hanya dieksplorasi seperti taman kotalainnya. Sejarah yang ada dalam taman tersebut juga memiliki peranan pentingdalam sejarah pembentukan kota Surabaya. Seharusnya sejarah yang ada dapatdiangkat sebagai tema taman kota sehingga makna dari ruang publik tersebut

Page 55dapat muncul dan terekspresikan di dalamnya. Oleh karena itu perlu adanya studipola-pola penataan dan tampilan taman kota dengan pendekatan historis denganmempertimbangkan kajian yang telah ada sehingga dapat diaplikasikan padaTaman Bungkul Surabaya.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapapokok permasalahan yang diduga terdapat dalam Taman Bungkul, yakni :1. Adanya kesenjangan antara potensi historis dari taman kota dengan temataman kota yang dicanangkan pemerintah kota sebagai solusi kebutuhanruang publik masyarakat kota, membawa pengaruh hilangnya nilai historisdalam taman kota tersebut.2. Adanya penyelewengan peraturan Taman Bungkul sebagai cagar budayasehingga berpengaruh dengan citra kota Surabaya sebagai kota yang kentaldengan sejarah menjadi mengambang.3. Adanya penataan lansekap taman yang tidak berorientasi pada nilai bermaknahistoris dalam taman kota tersebut sehingga terjadi ketidaknyamanan yangdirasakan oleh penghuni dan pengunjung di dalam area taman.1.3 Pertanyaan PenelitianBerdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, dapat dirumuskanbeberapa pertanyaan penelitian, yakni :1. Bagaimana kriteria desain Taman Bungkul yang menampakkan dominasimakna historis didalamnya?2. Bagaimana konsep penataan lansekap Taman Bungkul berdasarkan kriteriadesain yang menampakkan dominasi makna historis didalamnya?3. Bagaimana usulan rancangan sebagai implementasi dari konsep penataanlansekap Taman Bungkul yang menampakkan makna historis di dalamnya?1.4 Tujuan Penelitian

Page 4: This is the HTML Version of the File

Dari beberapa pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas, dapatditetapkan tujuan studi yang ingin dicapai, yaitu :

Page 661. Menemukan kriteria desain yang tepat untuk menampakkan dominasi maknahistoris didalam Taman Bungkul2. Menyusun konsep penataan lansekap berdasarakan kriteria desain TamanBungkul yang menampakkan makna historis didalamnya.3. Usulan rancangan berupa desain skematik sebagai implementasi dari konsepyang telah disusun.1.5 Manfaat PenelitianSecara umum penelitian ini ditujukan untuk :1. Bidang TeoritisMemberikan pengetahuan mengenai pengolahan ruang publik, khususnyataman kota, yang memiliki potensi nilai bermakna historis dan memilik pranyang berpengaruh dalam perkembangan kota, dalam hal ini perkembangankota Surabaya.2. Bidang Praktisi2.1 Pengambil kebijakanMendorong untuk lebih memperhatikan makna dari sebuah ruang publik,dalam hal ini Taman Bungkul, yang memiliki makna historis sehinggadimana mempengaruhi citra Kota Surabaya.2.2 Praktisi, landscape designer dan urban designerMemberikan alternatif konsep taman kota bermakna historis khususnyadi kota yang mengandung sejarah yang kuat didalamnya.(pembentukcitra kota)1.6 Ruang Lingkup PenelitianBatas Penelitian ini terdiri dari batasan subtsansi dan wilayah. Batasansubstansi berkaitan dengan cakupan teori-teori atau kajian yang akan dibahas padapenelitian ini. Sedangkan batasa wilayah berkaitan dengan cakupan area yangakan dibahas pada penelitian ini. Cakupan area ini dalam skala makro, dalam halini skala kota, dan skala mikro, yakni area bahasan yang ada pada judul penelitian.Penentuan batas ruang lingkup penelitian dilakukan agar penelitian lebih efektifdan fokus pada permasalahan yang ada.

Page 771.6.1 Batas Lingkup WilayahAdapun lingkup wilayah penelitian adalah Taman Bungkul Surabayayang berada pada Surabaya bagian tengah di dalam kawasan UPWonoromo. Taman Bungkul terbagi menjadi 3 bagian yakni bagian RTH(Ruang Terbuka Hijau) yang merupakan daerah yang mengalamirevitalisasi, bagian zona PKL , dan bagian makam. Area penelitian denganbatas-batas sebagai berikut :Utara : Jalan Taman Bungkul (1)

Page 5: This is the HTML Version of the File

Timur : Jalan Serayu (2)Selatan : Jalan Progo (3)Barat : Jalan Raya Darmo (4)1.6.2 Ruang Lingkup SubstansiBatasan substansi pada penelitian ini :1. Pemahaman tentang keberadaan taman kota, yakni taman bungkul,berdasarkan perjalanan historis dan pemaknaan terkini melalui kondisifisik dan simbolik yang ada pada lingkungan tersebut.2. Penerapan teori perancangan kota dan referensi taman kota denganpendekatan historis, dengan studi kasus adalah Taman Bungkul, dimanaberada dalam kawasan Wonokromo.

Page 88Gambar 1.2. Peta Taman BungkulRDTRK Kota Surabaya Tahun 2006Peta Kota SurabayaKawasan wonokromoTanan Bungkul(1)(2)(3)(4)TammanBungkul

Page 6: This is the HTML Version of the File