the paper to the presentation :: indonesian tax planning pph ps 22, ps 23, ps 24, ps 25

Upload: andreas-jiman

Post on 03-Jun-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    1/43

    PERENCANAAN PAJAK

    PPh Ps 22,23,24,25Kelompok 8

    Tugas Mata Kuliah Manajemen Perpajakan / 2014

    Version 1.0

    Kelompok 8 :

    RIYA HASTUTI43211120258

    ANDREAS JIMAN - 43211120277

    ALWAN ZAMRONI43213110379

    RADEN MUHAMMAD TAUPIK43213120048

    NUR HIKMAH PUTRI43213120267

    GENDRO BUDI PURNOMO43213120283

    FITRIANI AYUNINGSIH43213120297RETNO EKAWATI43213120302

    Universitas MercubuanaJakarta2014

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    2/43

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar

    1. PPh Pasal 22 1

    1.1. Obyek PPh Pasal 22 ..... 1

    1.2. Tarif PPh Pasal 22 .. 2

    1.3. Bukan Obyek PPh Pasal 22 ... 4

    1.4. Saat Terutang dan Pelunasan / Pemungutan PPh Pasal 22 5

    1.5. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22 .. 5

    1.6. Perencanaan dan Tindakan Menghindari PPh Pasal 22 7

    1.7. Surat Keterangan Bebas PPh Ps 22 . 9

    1.7.1. WP yang BERHAK Mengajukan SKB .. 9

    1.7.2. Syarat Pengajuan SKB . 10

    1.7.3 Penolakan SKB . 11

    1.7.4 Penerbitan, Legalitas, dan Masa Berlaku SKB 11

    1.8. Obyek Bebas PPh Pasal 22 Tanpa SKB, PPN dan Bea Masuk . 12

    1.8.1. Obyek Bebas PPh Pasal 22 .. 12

    1.8.2. Obyek Bebas Bea Masuk, PPN dan PPh Ps 22 12

    2. PPh Pasal 23 15

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    3/43

    2.1. Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 15

    2.1.1. Pemotong PPh Ps 23 15

    2.1.2. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Ps 23 15

    2.2. Tarif and Obyek PPh Pasal 23 . 15

    2.3. Perhitungan PPH Pasal 23 terutang menggunakan jumlah brutto

    tidak termasuk PPN

    18

    2.4. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 19

    2.5. Bukti Potong PPh Pasal 23 19

    2.6. Perencanaan PPh Pasal 23 19

    2.7. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 23 .. 20

    3. PPh Pasal 24 21

    3.1. Dasar Hukum 21

    3.2. Prosedur Permohonan PPh Ps 24 .. 21

    3.3. Contoh 1 21

    3.4. Penghasilan dari Luar Negeri (Px) .. 22

    3.5. Batas Maksimum Kredit Pajak PPh Ps 24 .. 23

    3.6. Tarif Pajak Negara Lain (contoh) 24

    3.7. Contoh 2 25

    3.8. SKB, Perencanaan PPh Ps 24 . 25

    4. PPh Pasal 25 26

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    4/43

    4.1. Ketentuan PPh Ps 25 26

    4.2. Contoh 1 ... 26

    4.3. Salah satu Ketentuan PPh Ps 25 untuk WP OP 27

    4.4. Contoh 2 ... 27

    5. Tax Treaty . 29

    5.1. Tujuan .. 29

    5.2. Metode P3B (Tax Treaty) . 29

    6. Perencanaan Pajak . 30

    6.1. Ciri-ciri Perencanaan Pajak . 30

    6.2. Tahapan Perencanaan Pajak . 30

    6.3. Perencanaan Pajak pada PPh . 30

    6.4. Strategi Perencanaan Pajak 31

    7. Rekonsiliasi Fiskal ... 32

    7.1. Penyesuaian Fiskal . 32

    7.2. Deductable Expenses .. 33

    7.3. Non Deductable Expenses Pasal 9 UU PPh 34

    7.4. Koreksi Fiskal Positif . 35

    7.5. Koreksi Fiskal Negatif ... 35

    7.6. Contoh 36

    Slides Presentasi

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    5/43

    Lampiran

    Lampiran I PER 01-2011 ttng SKB

    Lampiran II PER 01-2011 ttng SKB

    Lampiran III PER 01-2011 ttng SKB

    Lampiran IV PER 01-2011 ttng SKB

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    6/43

    Kata Pengantar

    Pajak merupakan salah satu kontribusi penduduk kepada Negara guna dapat

    mendukung pemerintahan dalam melakukan tugasnya, mengelola dan mendistribusikan

    kesejahteraan kepada penduduknya / warganegaranya.

    Berdasarkan alas an tersebut, kita sebagai warganegara perlu dan wajib mengetahui hal-

    hal mengenai Perpajakan yang, pertama akan mengurangi pendapatan kita, dan kedua

    potongan tersebut disumbangkan kepada Negara sebagai kontribusi pemerataan yang

    merupakan funsgi dari pajak itu sendiri.

    Dengan mengetahui hal-hal mengenai perpajakan, kita dapat sekaligus menyakini

    fungsi-fungsi dari pajak lainnya, terutama yang bertujuan mengendalikan laju dan

    perkembangan perekonomian bangsa.

    Tetapi suatu perusahaan memiliki kepentingan juga dalam hal perpajakan, di mana

    perusahaan menginginkan pembayaran pajak yang serendah-rendahnya tanpa

    mengurangi rasa tanggungjawab atas kewajiban membayar pajak sesuai ketentuan

    undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk itu perlu adanya caraatau rekayasa yang telah dirancang sebelumnya untuk dapat mengurangi besaran

    pembayaran pajak melalui perencanaan pajak, dimana cara tersebut masih berada

    dalam batasan dan sesuai dengan undang-undang dan peraturan perpajakan yang

    berlaku.

    Terima kasih kepada Bapak Sugianto selaku Dosen Pembimbing Mata kuliah Manajemen

    Perpajakan yang telah mengajarkan dan memberikan kesempatan kepada kami

    kelompok 8 untuk mempelajari dan merangkum masalah perencanaan perpajakan ini ke

    dalam lembar materi dan slide presentasi.

    Kami sangat berharap dengan presentasi ini, kami dapat memberikan sumbangan yang

    signifikan bagi perkembangan laju ekonomi dan peningkatan Pendapatan Negara dari

    sektor Pajak melalui peningkatan kesadaran akan perduli membayar pajak bagi semua

    rekan-rekan kuliah Universitas Mercubuana.

    Terima kasih juga kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya,

    dan juga membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini dengan baik dan seksama.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    7/43

    Pada akhirnya tidak lupa terima kasih kepada orangtua kami atas dukungannya dalam

    perkuliahan kami, kemudian juga kepada pembaca materi ini, ayo kita bantu

    membangun bangsa ini dengan kontribusi kita dalam bidang pajak.

    Jakarta, Mei 2014

    Kelompok 8Manajemen Perpajakan - FEB Akuntansi

    PKK Semester Genap 2013/2014

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    8/43

    1

    1. PPh Pasal 22

    Pajak yang dipungut atau dipotong atas dasar UU PPh Pasal 22 dimaksudkan yaitu:

    a. Pajak atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada

    penyalur / agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang

    bergerak dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan pelumas.

    b. Pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu

    sebagai Pemungut Pajak.

    c. Pajak Penambahan Nilai (PPN) atau PPN dan PPnBM (PPN atas Barang

    Mewah) atas impor bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan

    dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, dimana PPh Pasal 22, PPN

    atau PPN dan PPnBM atas impor harus dilunasi pada saat penyelesaian

    dokumen pemberitahuan pabean impor.

    d. Pajak yang dipungut oleh bendahara pada hari yang sama dengan

    pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari

    belanja Negara atau belanja Daerah, dengan menggunakan Surat Setoran

    Pajak atas nama rekanan dan ditandatangani oleh bendahara 14 (empat

    belas ) hari setelah Masa Pajak berakhir.

    1.1. Obyek PPh Pasal 22

    No. Obyek Pemungut

    1 Pembelian Barang oleh

    Bendaharawan Pemerintah dan DJA

    ( Direktorat Jenderal Anggaran )

    Pihak yang membayar / membeli:

    - Bendaharawan Pemerintah

    -

    DJA

    2 Pembelian barang oleh

    BUMN/BUMD yang bersumber dari

    dana APBN dan atau APBD

    BUMN/D

    3 Pembelian barang oleh badan

    tertentu yang bersumber dari dana

    APBN maupun non APBN

    Badan tertentu

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    9/43

    2

    4 Impor Barang :

    - Dilakukan oleh importer yang

    memiliki API

    - Dilakukan oleh importer yang

    tidak memiliki API

    - Yang tidak dikuasai ( lelang)

    - Direktorat Jenderal Bea dan

    Cukai ( DJBC )

    - Bank Devisa

    5 Pembelian bahan untuk industri

    tertentu atau eksportir dari

    pedagang pengumpul

    Industri tertentu yang bergerak di

    bidang pertanian, perkebunan dan

    perikanan

    6 Penjualan bahan bakar minyak, gas,

    dan pelumas

    Produsen atau importer bahan bakar

    minyak, gas, dan pelumas

    7 Penjualan barang yang tergolong

    mewah

    Wajib Pajak Badan yang melakukan

    penjualan tersebut

    8 Penjualan hasil industry tertentu :

    - Kertas

    - Baja

    - Otomotif

    - Semen

    - Rokok

    Industry tertentu yang menjual

    1.2. Tarif PPh Pasal 22

    No. Obyek Tarif

    1Pembelian barang yang dilakukan oleh DPJB, Bendahara Pemerintah,

    BUMN/D, dan badan tertentu

    1,5%

    2

    Impor Barang:

    - Yang menggunakan API

    - Yang tidak menggunakan API

    - Yang tidak dikuasai ( Lelang )

    2,5%

    7,5%

    7,5%

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    10/43

    3

    3Pembelian bahan bahan untuk keperluan industri / ekspor dari

    pedagang pengumpul

    2,5%

    4

    Penjualan oleh pertamina :

    - Premium, Solar, Premix, Super TT

    - Minyak Tanah, LPG, Pelumas

    0,25%

    0,3%

    5

    Penjualan oleh Selain Pertamina:

    - Premium, Solar, Premix, Super TT

    - Minyak tanah, LPG, Pelumas

    0,3%

    0,3%

    6

    Penjualan hasil industry tertentu :

    - Kertas

    - Baja

    - Otomotif

    - Semen

    - Rokok

    0,1%

    0,3%

    0,45%

    0,25%

    0,15%

    Selain tarif di atas, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    253/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 juga mengatur tentang wajib

    pajak badan tertentu sebagai pemungut PPh pasal 22 atas penjualan barang

    yang tergolong sangat mewah yaitu wajib pajak badan yang melakukan

    penjualan barang yang tergolong sangat mewah, diantaranya :

    a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari

    Rp20.000.000.000,00 (Dua Puluh Miliar Rupiah)

    b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari

    Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah)

    c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga

    pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar

    Rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500 m2

    d. Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau

    pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar

    Rupiah) dan/atau bangunan lebih dari 400 m2

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    11/43

    4

    e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10

    orang berupa sedan. Jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose

    vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari

    Rp5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah) dan dengan kapasitas

    silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk

    PPN dan PPnBM.

    Selain tarif pajak yang tercantum di atas, masih terdapat tarif sebagai

    berikut :

    - Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importer yang

    menggunakan API sebesar 0,5%, sedangkan untuk wajib pajak yang

    tidak memiliki NPWP maka pajak dipungut 100% lebih tinggi dari tarif

    PPh pasal 22, yaitu 1%.

    1.3. Bukan Obyek PPh Pasal 22

    Berikut ini merupakan bukan objek PPh pasal 22:

    a) Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan

    ketentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang PPh,

    dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB).

    b) Impor barang yang dibebaskan dari Bea Masuk dan atau Pajak

    Pertambahan Nilai; dilaksanakan oleh DJBC.

    c) Impor sementara jika waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan

    untuk diekspor kembali, dan dilaksanakan oleh Dirjen BC.

    d)

    Pembayaran atas pembelian barang oleh pemerintah atau yang

    lainnya yang jumlahnya paling banyak Rp. 2.000.000,- (dua juta

    rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

    e) Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air

    minum/PDAM, benda-benda pos.

    f) Emas batangan yang akan di proses untuk menghasilkan barang

    perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor, dinyatakan dengan SKB.

    g) Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial oleh Kantor

    Perbendaharaan dan Kas Negara.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    12/43

    5

    h) Impor kembali (re-impor) dalam kualitas yang sama atau barang-

    barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan

    dan pengujian yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh

    Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

    i) Pembayaran untuk pembelian gabah dan atau beras oleh Bulog.

    1.4. Saat Terutang dan Pelunasan/Pemungutan PPh Pasal 22

    Atas impor barang terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat

    pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau

    dibebaskan, maka PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat

    penyelesaian dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB);

    Atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 2,3,

    dan 4) terutang dan dipungut pada saat pembayaran;

    Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir

    5) terutang dan dipungut pada saat penjualan;

    Atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir

    6) dipungut pada saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang

    (Delivery Order);

    Atas pembelian bahan-bahan (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir

    7) terutang dan dipungut pada saat pembelian.

    1.5. Tata Cara Pemungutan, Penyetoran , dan Pelaporan PPh

    Pasal 22

    1.5.1. PPh Pasal 22 atas impor barang (Lihat Pemungut dan Objek PPh

    Pasal 22 butir 1) disetor oleh importir dengan menggunakan

    formulir Surat Setoran Pajak, Cukai dan Pabean (SSPCP). PPh Pasal

    22 atas impor barang yang dipungut oleh DJBC harus disetor ke

    bank devisa, atau bank persepsi, atau bendahara Direktorat

    Jenderal Bea dan Cukai, dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah

    pemungutan pajak dan dilaporkan ke KPP secara mingguan paling

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    13/43

    6

    lambat 7 (tujuh) hari setelah batas waktu penyetoran pajak

    berakhir.

    1.5.2. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat

    pembayaran Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau

    dibebaskan, PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi saat

    penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean impor. Dilaporkan

    ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak berakhir.

    1.5.3. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek

    PPh Pasal 22butir 2) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP

    Wajib Pajak rekanan ke bank persepsi atau Kantor Pos pada hari

    yang sama dengan pelaksanaan pembayaran atas penyerahan

    barang. Pemungut menerbitkan bukti pungutan rangkap tiga,

    yaitu :

    - Lembar pertama untuk pembeli.

    - Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor

    Pelayanan Pajak.

    - Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yangbersangkutan, dan dilaporkan ke KPP paling lambat 14

    (empat belas ) hari setelah masa pajak berakhir.

    1.5.4. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek

    PPh Pasal 22 butir 3) disetor oleh pemungut atas nama dan NPWP

    Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos paling lama

    tanggal 10 sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

    Dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 setelah masa pajak

    berakhir.

    1.5.5. PPh Pasal 22 atas pembelian barang (Lihat Pemungut dan Objek

    PPh Pasal 22 butir 4 ) disetor oleh pemungut atas nama dan

    NPWP Wajib Pajak penjual ke bank persepsi atau Kantor Pos

    paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim berikutnya

    dengan menggunakan formulir SSP danmenyampaikan SPT Masa

    ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak

    berakhir.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    14/43

    7

    1.5.6. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan

    Objek PPh Pasal 22 butir 5, dan 7 ) dan hasil penjualan barang

    sangat mewah (Lihat Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 butir 8)

    disetor oleh pemungut atas nama wajib pajak ke bank persepsi

    atau Kantor Pos paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan takwim

    berikutnya dengan menggunakan formulir SSP. Pemungut

    menyampaikan SPT Masa ke KPP paling lambat 20 (dua puluh) hari

    setelah masa pajak berakhir.

    1.5.7. PPh Pasal 22 atas penjualan hasil produksi (Lihat Pemungut dan

    Objek PPh Pasal 22 butir 6) disetor oleh pemungut ke bank

    persepsi atau Kantor Pos paling lama tanggal 10(sepuluh) bulan

    berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Pemungut wajib

    menerbitkan bukti pemungutan PPh Ps. 22 rangkap 3 yaitu:

    - Lembar pertama untuk pembeli.

    - Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan ke Kantor

    Pelayanan Pajak.

    - Lembar ketiga untuk arsip Pemungut Pajak yangbersangkutan.

    Pelaporan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa ke KPP

    setempat paling lambat 20 ( dua puluh ) hari setelah Masa Pajak

    berakhir.

    Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan

    PPh Pasal 22 bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu

    atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat

    dilakukan pada hari kerja berikutnya

    1.6. Perencanaan dan Tindakan Menghindari PPh Pasal 22

    Perencanaan merupakan suatu kegiatan membuat konsep apa dan

    bagaimana seseorang, individu atau sekelompok individu, golongan

    bertindak dan menghadapi suatu kondisi atau keadaan atau kejadian yang

    diperkirakan akan muncul dalam suatu periode.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    15/43

    8

    Bila dikaitkan dengan Pajak, maka Perencanaan Pajak adalah suatu kegiatan

    memperkirakan kejadian Pajak, dan bagaimana mengantisipasi pembayaran

    Pajak yang besar dengan suatu cara.

    Perencanaan Pajak adalah kegiatan merancang tindakan dalam

    menghindari pembayaran Pajak melalui mengecilkan jumlah Pajak yang

    harus dibayar dengan suatu cara, tetapi juga upaya untuk mengoptimalkan

    pembayaran Pajak terutang.

    a. Untuk kegiatan Impor, disarankan bagi perusahaan untuk memiliki API

    bagi perusahaan yang memang bergerak di bidang impor (segera

    mengurus API), tetapi untuk perusahaan yang melakukan impor sesekali

    atau akan melakukan impor dari akibat suatu pekerjaan yang

    mengharuskan terjadinya impor, maka disarankan untuk meminjam API

    dari perusahaan impor yang dikenal dan dapat

    mempertanggungjawabkan peminjaman tersebut sebagaimana

    dibuatkannya suatu perjanjian tertulis untuk menjadi integritas masing-

    masing perusahaan. Di sini perusahaan yang memiliki API akan

    diuntungkan sebesar 5% PPh Ps 22 yang harus dibayarkan. Dengandemikian kebutuhan cash flow perusahaan tidak dibebani dengan angka

    tinggi tarif PPh Ps 22 7,5% yang dapat dihemat. Lebih disarankan untuk

    meminjam API ke perusahaan yang telah dikenal dan meminjamkan API

    ke perusahaan yang sudah dikenal guna mengurangi resiko.

    b. Mencari lokasi pengiriman yang lebih dekat, sehingga Freight cost dapat

    semakin ditekan mengecil.

    c. Mendiskusikan dulu pemilihan Agen pengiriman yang tepat, baik dan

    dapat memberikan harga yang sesuai bagi kebutuhan perusahaan.

    d. Kelebihan Pembayaran PPh Ps 22 dapat dikreditkan nanti pada akhir

    tahun takwin, daripada diminta kembali yang mengakibatkan

    pemeriksaan pajak.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    16/43

    9

    1.7. Surat Keterangan Bebas PPh Ps 22

    Surat Keterangan Bebas atau disingkat SKB merupakan surat tanda yangdapat diperoleh dari KPP atau Ditjen Pajak untuk mendapatkan fasilitas

    dibebaskannya pembayaran atas beban Pajak, dalam hal ini PPh Pasal 22.

    SKB dikeluarkan dan diajukan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal

    Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan

    Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan

    oleh Pihak Lain.

    1.7.1. WP yang BERHAK Mengajukan SKB

    Sebagaimana diatur dalam PER-1/PJ/2011, Tata Cara Pengajuan

    SKB berlaku untuk PPh Ps 21, Pasal 22 Impor, Pasal 22 selain

    Impor, dan Pasal 23.

    a. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat

    membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena

    mengalami kerugian fiskal, dalam hal:

    Wajib Pajak yang baru berdiri dalam tahun pajak

    berjalan dan masih dalam tahap investasi;

    Wajib Pajak belum sampai pada tahap produksi

    komersial; atau

    Wajib Pajak mengalami suatu peristiwa yang berada di

    luar kemampuan (force majeur).

    b. Wajib Pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat

    membuktikan tidak akan terutang Pajak Penghasilan karena

    berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal, dimanabesarnya kompensasi kerugian fiskal adalah kerugian tahun-

    tahun pajak sebelumnya yang masih dapat

    dikompensasikan yang tercantum dalam Surat

    Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan atau surat

    ketetapan pajak.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    17/43

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    18/43

    11

    d. Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak

    Penghasilan tahun pajak terakhir sebelum tahun diajukan

    permohonan, kecuali bagi Wajib Pajak Wajib Pajak yang

    baru berdiri.

    1.7.3. Penolakan SKB

    WP dapat mengajukan kembali Pemohonan untuk memperoleh

    SKB, dan menunggu kembali lama pengerjaan dan pemberian

    keputusan yaitu 5 (lima) hari kerja. Bila jangka waktu 5 (lima) hari

    terlewati, WP harus segera ke KPP untuk pengurusan SKB tersebut

    (umumnya bila tidak ada surat penolakan, berarti permohonan

    diterima).

    1.7.4. Penerbitan, Legalitas dan Masa Berlaku SKB

    Kepala KPP harus memberikan keputusan dengan menerbitkan

    SKBatau surat penolakan permohonan SKB dalam jangka waktu

    paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara

    lengkap.

    Wajib Pajak yang telah mendapat surat penolakan permohonan

    SKB sehubungan dengan tidak terpenuhinya persyaratan, dapat

    mengajukan kembalipermohonan pembebasan dari pemotongan

    dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan.

    Apabila dalam jangka waktu 5 hari kerja sejak permohonan

    diterima lengkap, Kepala KPP belum memberikan keputusan,

    permohonan WP dianggap diterima.

    Dalam hal permohonan WP dianggap diterima, Kepala KPP wajib

    menerbitkan SKB dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja setelah

    jangka waktu 5 hari kerja tersebut terlewati.

    Dalam hal Wajib Pajak yang telah mendapat SKB melakukan

    transaksi dengan lebih dari satu pemotong dan/atau pemungut

    pajak maka Wajib Pajak dapat menggunakan fotokopi SKB yang

    telah dilegalisasioleh KPP yang menerbitkan SKB, dengan cara:

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    19/43

    12

    Wajib Pajak mengajukan permohonan legalisasi SKB secara

    tertulis kepada Kepala KPP yang menerbitkan SKB dengan

    mencantumkan nama dan NPWP pemotong dan/atau

    pemungut pajak

    Kepala KPP harus melakukan legalisasi dalam jangka waktu

    paling lama 1 (satu) hari kerja sejak permohonan legalisasi

    diterima.

    1.8. Obyek Bebas PPh Pasal 22 Tanpa SKB, PPN dan Bea Masuk

    1.8.1. Obyek Bebas PPh Pasal 22

    1) Obyek yang di-impor sementara dengan tujuan diekspor

    kembali.

    2) Obyek yang di- re-impor dengan tujuan pengujian dan

    perbaikan.

    1.8.2. Obyek Bebas Bea Masuk, PPN dan PPh Ps 22

    1) Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya

    yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik.

    2) barang untuk keperluan badan internasional beserta

    pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang

    paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam peraturan

    menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara

    pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor

    barang untuk keperluan badan internasional beserta para

    pejabatnya yang bertugas di Indonesia

    3) Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum,

    amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan

    penanggulangan bencana

    4) barang untuk keperluan museum, kebun binatang,

    konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka

    untuk umum

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    20/43

    13

    5) barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu

    pengetahuan

    6) barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan

    penyandang cacat lainnya

    7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah

    8) barang pindahan

    9) barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut,

    pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah

    tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

    kepabeanan

    10) barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau

    Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan

    umum

    11) persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk

    suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan

    pertahanan dan keamanan negara

    12) barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkanbarang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara

    13) vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan

    Imunisasi Nasional

    14) buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku

    pelajaran agama

    15) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau,

    kapal angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda,

    kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang

    serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan

    manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan

    Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan

    ikan nasional

    16) pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan

    penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    21/43

    14

    untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan

    digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional

    17) kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan

    atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan

    digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia

    18) peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan

    foto udara wilayah Negara Republik Indonesia yang

    dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia

    19) barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang

    importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    22/43

    15

    2. PPh Pasal 23

    Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan

    yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain

    yang telah dipotong PPh Pasal 21.

    2.1. Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh

    Pasal 23

    2.1.1. Pemotong PPh Ps 23

    1) Badan pemerintah;

    2) Subjek Pajak badan dalam negeri;

    3) Penyelenggaraan kegiatan;

    4) Bentuk Usaha Tetap (BUT);

    5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;

    6) WP OP DN tertentu, yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal

    Pajak.

    2.1.2. Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Ps 23

    1) WP DN;

    2) BUT.

    2.2. Tarif dan Obyek PPh Pasal 23

    1) 15% dari jumlah bruto atas:

    a) dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi

    dikenakan final, bunga, dan royalti;

    b) hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh

    pasal 21.

    2) 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain

    sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah

    dan/atau bangunan.

    3) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen,

    jasa konstruksi dan jasa konsultan.

    4) 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, yaitu:

    a) Jasa penilai;

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    23/43

    16

    b) Jasa Aktuaris;

    c) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan

    keuangan;

    d) Jasa perancang;

    e) Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan

    oleh BUT;

    f) Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

    g) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang

    penambangan selain migas;

    h) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

    i) Jasa penebangan hutan

    j) Jasa pengolahan limbah

    k) Jasa penyedia tenaga kerja

    l) Jasa perantara dan/atau keagenan;

    m) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali

    yang dilakukan KSEI dan KPEI;

    n) Jasa kustodian/penyimpanan-/penitipan, kecuali yang

    dilakukan oleh KSEI;

    o) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

    p) Jasa mixing film;

    q) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk

    perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;

    r) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,

    telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang

    dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di

    bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi

    sebagai pengusaha konstruksi

    s) Jasa perawatan / pemeliharaan / pemeliharaan mesin,

    peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel,

    selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    24/43

    17

    lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin

    dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

    t) Jasa maklon

    u) Jasa penyelidikan dan keamanan;

    v) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

    w) Jasa pengepakan;

    x) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media

    massa, media luar ruang atau media lain untuk

    penyampaian informasi;

    y) Jasa pembasmian hama;

    z) Jasa kebersihan atau cleaning service;

    aa) Jasa katering atau tata boga.

    5) Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari

    tarif PPh Pasal 23

    6) Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah

    penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau

    telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,

    subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk

    usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

    kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak

    termasuk:

    a) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

    pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

    pekerjaan yang diabayarkan oleh WP penyedia tenaga

    kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,

    berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

    b) Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau

    material (dibuktikan dengan faktur pembelian);

    c) Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk

    selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga(dibuktikan

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    25/43

    18

    dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan

    perjanjian tertulis);

    d) Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu

    penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata

    telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga

    (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran

    yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

    Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:

    a) Atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan

    jasa katering;

    b) Dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan

    dengan jasa, telah dikenakan pajak yang bersifat final;

    2.3. Penghitungan PPh Pasal 23 terutang menggunakan jumlah

    bruto tidak termasuk PPN

    Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 23:

    1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

    2) Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna

    usaha dengan hak opsi;

    3) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

    terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD,

    dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan

    bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

    a) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

    b) bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD, kepemilikan

    saham pada badan yang memberikan dividen paling

    rendah 25% ( dua puluh lima persen) dari jumlah modal

    yang disetor;

    c) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari

    perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    26/43

    19

    saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan

    kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak

    investasi kolektif;

    d) SHU koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada

    anggotanya;

    e) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan

    usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur

    pinjaman dan/atau pembiayaan.

    2.4. Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

    1) PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya

    pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo

    pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih

    dahulu.

    2) PPh Pasal 23 disetor oleh Pemotong Pajak paling lambat tanggal

    sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang

    pajak.

    3) SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat,

    paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

    Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh

    Pasal 23 bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari

    libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari

    kerja berikutnya.

    2.5. Bukti Pemotong PPh Pasal 23

    Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada

    Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan yang telah dipotong PPh Pasal 23

    2.6. Perencanaan PPh Pasal 23

    Perencanaan di sini sama dengan pada PPh Pasal lainnya, dimana unsur

    daripada perencanaan adalah mengungkapkan perkiraan transaksi dan cara

    menghadapi meningkatnya beban PPh. Penghindaran dilakukan dalam

    batasan UU dan Peraturan perpajakan yang berlaku.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    27/43

    20

    Strategi perencanaan :

    1) Memahami ketentuan yang mengatur PPh Pasal 23 dan tarif

    pemotongannya.

    2) Memahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana yang lebih dulu

    antara terutang (accrual basis) atau dibayarkan (cash basis), yang

    merujuk pada ketentuan Pasal 23 UU PPh.

    3) Memisahkan antara transaksi barang/material dan jasa.

    4) Waspada dan lebih memperhatikan bila ada penagihan dari

    perusahaan penyedia jasa tenaga kerja (labor/manpower supplier).

    2.7. Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 23

    SKB untuk PPh Pasal 23 menganut aturan dan alur proses serta prosedur

    yang sama dengan SKB untuk PPh Pasal 22.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    28/43

    21

    3. PPh Pasal 24

    Merupakan aturan perpajakan yang memperbolehkan Peng-Kredit-an

    pembayaran Pajak yang telah dilakukan di luar negeri oleh WP DN atas

    keseluruhan PPh Terutang. Lebih jelas lagi, Pajak atas penghasilan yang diterima

    atau diperoleh dari luar negeri yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang

    atas seluruh penghasilan WP Dalam Negeri (DN). Pengkreditan dilakukan dalam

    tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di

    Indonesia, dengan tujuan menghindari pemungutan pajak berganda.

    Pajak yang boleh dikreditkan hanya pajak yang langsung dikenakan atas

    penghasilan yang diterima atau diperoleh WP.

    3.1. Dasar Hukum

    5) Pasal 24 UU PPh.

    6) KMK No. 164/ KMK.03/ 2002.

    3.2. Prosedur Permohonan PPh Ps 24

    Permohonan disampaikan kepada Dirjen Pajak pada saat penyerahan SPT

    PPh dengan melampirkan beberapa persyaratan sebagai berikut :1) Laporan keuangan dari penghasilan luar negeri.

    2) Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (Tax Return) yang disampaikan

    di luar negeri.

    3) Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

    3.3. Contoh 1 :

    PT. Samudera Pasai memiliki saham Moscow Inc. yang berkedudukan di

    Russia. Selama tahun 2013, Moscow Inc. memperoleh laba sebelum pajak

    sebesar $ 300.000,00, di mana separuhnya diakumulasikan sebagai laba

    ditahan. Tarif pajak yang berlaku di Russia adalah 15% untuk PPh badan

    (corporate income tax) dan 10% untuk pajak dividen. Berapakah nilai kredit

    pajak yang diperoleh PT. Samudera Pasai?

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    29/43

    22

    Jawaban :

    Laba sebelum pajak Moscow Inc $ 300.000,00

    PPh badan (corporate income tax) $ 45.000,00

    Laba setelah pajak $ 255.000,00

    Dividen dibagikan $ 127.500,00

    Pajak atas dividen $ 12.750,00

    Dividen yang dikirim ke Indonesia $ 114.750,00

    PPh yang boleh dikreditkan atas seluruh PPh terutang PT. Samudera

    Pasai adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima

    atau diperoleh di luar negeri, yakni sebesar $ 12.750. Adapun PPh badan

    atas Moscow Inc. tidak dapat dikreditkan karena tidak dikenakan langsung

    atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT. Samudera Pasai di luar

    negeri.

    3.4. Penghasilan dari Luar Negeri (Px)

    Berikut ini adalah sumber Penghasilan yang di Luar Negeri dikenakan Pajak

    dan nilai Pajaknya dapat diakui sebagai Kredit Pajak di Dalam Negeri :

    1) Penghasilan dari saham/ sekuritas atau keuntungan pengalihan

    saham/ sekuritas lain, di mana saham diterbitkan di Luar Negeri.

    2) Bunga, royalti, dan sewa sehubungan penggunaan harta bergerak

    yang dibayarkan WP di Luar Negeri.

    3) Penghasilan sewa sehubungan penggunaan harta tidak bergerak di

    Luar Negeri.

    4) Penghasilan berupa imbalan terkait jasa, pekerjaan, dan kegiatan

    yang dibayarkan di Luar Negeri, dan menghasilkan Pajak yang telah

    dibayarkan.

    5) Penghasilan BUT yang diperoleh BUT di Luar Negeri tempat

    menjalankan usaha.

    6) Penghasilan dari pengalihan hak penambangan atau tanda

    pemberian modal kepada perusahaan penambangan di Luar Negeri

    tempat tambang.

    7) Keuntungan karena pengalihan harta tetap di Luar Negeri tempat

    harta tetap tsb berada.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    30/43

    23

    8) Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian suatu BUT

    di Luar Negeri tempat menjalankan usaha.

    3.5. Batas Maksimum Kredit Pajak PPh Ps 24

    Untuk PPh Pasal 24, terdapat batas maksimum Kredit Pajak yang

    diperbolehkan, dan batas maksimum ini dapat dihitung tanpa perlu

    memperhitungkan keseluruhan pendapatan terlebih dahulu.

    Penentuan nilai Kredit Pajak PPh Pasal 24 berdasarkan ketentuan dan

    kriteria berikut :

    1) Batas Maksimum Kredit Pajak tidak boleh melebihi nilai Pajak

    Terutang sesuai Pasal 17.

    2) Nilai PKP dapat berjumlah sama dengan penghasilan netto bagi WP

    badan, namun tidak bagi OP.

    3) Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri (LN) LEBIH KECIL

    daripada di dalam negeri (DN); atau jika tengah WP mengalami rugi

    fiskal dalam negeri (Kerugian Usaha) maka Nilai Pajak Dikreditkan

    dalam hal ini = Beban Pajak yang Telah Dipotong di Luar Negeri.

    4) Jika tarif acuan pengenaan pajak di luar negeri (LN) LEBIH BESAR

    daripada di dalam negeri (DN), maka

    PBDK=

    5) Unsur penghasilan yang dikenai pajak bersifat final tidak

    diperhitungkan sebagai penambah penghasilan dalam negeri.

    6)

    Kerugian di luar negeri tidak diperhitungkan sebagai pengurang

    penghasilan total.

    7) Jika terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan

    yang dibayar di luar negeri sehingga besarnya pajak yang dikreditkan

    di Indonesia menjadi lebih kecil dari perhitungan semula, maka

    selisihnya ditambahkan pada PPh yang terutang sesuai ketentuan.

    8) Jika beban pajak yang dibayarkan di luar negeri melebihi nilai yang

    boleh dikreditkan, maka atas selisih lebih dari Kredit Pajak yang

    17______

    PasalSesuaiPajakxBebanPKP

    XNegaranPenghasila

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    31/43

    24

    diperbolehkan tidak dapat dikompensasikan di tahun fiskal

    mendatang.

    9) Saat menerima penghasilan dari LN, pendapatan akan diakui sebesar

    seluruh pendapatan.

    10) Pajak yang telah dibayar dianggap sebagai pajak dibayar di muka.

    11) Saat akhir tahun, pajak yang telah dibayarkan akan dibebankan,

    walaupun yang boleh dikreditkan mungkin lebih kecil dari jumlah

    yang dibayarkan.

    3.6. Tarif Pajak Negara Lain (contoh)

    No. Negara Bunga Royalti Dividen

    Atas

    Portofolio

    Dividen Atas

    Kepemilikan

    Substansial

    Pendapatan

    Cabang

    Perusahaan

    1 Singapura 10 15 15 10 15

    2 Malaysia 15 15 15 15 12,5

    3 China 10 10 10 10 10

    4 Jepang 10 10 15 10 10

    5 Korsel 10 15 15 10 10

    6 AS 10 10 15 10 10

    7 Inggris 10 10/ 15 15 10 10

    8 Swiss 10 12,5 15 10 10

    9 Russia 15 15 15 15 12,5

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    32/43

    25

    10 Australia 10 10/ 15 15 15 15

    3.7. Contoh 2

    PT. Perlak menerima dan memperoleh beberapa penghasilan netto dari

    sumber LN dalam tahun pajak 2013, sebagai berikut:

    Penghasilan dari hasil usaha di Bosnia dalam tahun pajak 2013

    sebesar Rp 500.000.000,00.

    Dividen atas pemilikan saham pada Rome Co. di Italia sebesar Rp

    75.000.000,00 yang berasal dari keuntungan tahun 2009 yang

    ditetapkan dalam rapat pemegang saham tahun 2012 dan baru

    dibayarkan tahun 2013.

    Dividen atas penyertaan saham sebesar 50% pada Zurich Corp. di

    Swiss yang sebesar Rp 175.000.000,00 yang berasal dari keuntungan

    tahun 2011, namun berdasarkan KMK baru diperoleh tahun 2013.

    Bunga kuartal I tahun 2013 sebesar Rp 35.000.000,00 dari Vienna

    GmBH. di Austria yang baru akan diterima bulan Januari 2014.

    Penghasilan mana sajakah yang dapat digabungkan di tahun fiskal 2013?

    Penghasilan dari sumber LN yang digabungkan di tahun fiskal 2013 meliputi:

    Penghasilan dari hasil usaha di Bosnia.

    Dividen atas pemilikan saham di Italia.

    Dividen atas penyertaan saham di Swiss

    Adapun penghasilan bunga Austria akan digabungkan di tahun fiskal 2014.

    3.8. SKB, Perencanaan PPh Ps 24WP tidak dapat mengajukan permohonan SKB, mengingat SKB menurut

    Peraturan hnay diberikan untuk PPh Ps 21, Ps 22, dan Ps 23.

    Selebihnya Perencanaan Pajak dijelaskan pada bagian selanjutnya.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    33/43

    26

    4. PPh Pasal 25

    PPh Pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran pajak dalam

    tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap

    bulan. Angsuran Pajak ini digunakan untuk membayar terlebih dahulu PPh,

    sehingga pada akhir tahun akan tersisa sedikit atau setelah dikeluarkannya SKP,

    akan menunjukkan status KB(Kurang Bayar). Ini penting untuk menghindari

    kekurangan acash flow perusahaan nantinya yang sangat diperlukan dalam jumlah

    yang besar guna membayar Pajak.

    4.1. Ketentuan PPh Ps 25Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar

    sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak

    Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak

    Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

    1) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 22; dan

    2) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang dluar negeri yang boleh

    dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,

    Selanjutnya dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun

    pajak.

    4.2. Contoh 1

    PPh TERUTANG CFM SPT TAHUNAN PPh 2009 Rp 50.000.000. DIKURANGI :

    a. PPh YG DIPOTONG PEMBERI KERJA (PPh PASAL 21) Rp 15.000.000.

    b. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN (PPh PASAL 22) Rp 10.000.000.

    c. PPh YG DIPOTONG PIHAK LAIN ( PPh PASAL 23) Rp 2.500.000.

    d. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (PPh PASAL 24) Rp 7.500.000.

    JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 35.000.000.

    SELISIH Rp 15.000.000.

    BESARNYA ANGSURAN YG HARUS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UNTUK

    TAHUN 2010 Rp 1.250.000.(Rp 15.000.000 : 12)

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    34/43

    27

    4.3. Salah Satu Ketentuan PPh Ps 25 untuk WP OP

    1) Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas (WPOP Karyawan) yang memperoleh

    penghasilan lain selain dari satu pemberi kerja, baik karena bekerja

    pada lebih dari satu pemberi kerja maupun memiliki penghasilan lain

    selain dari pekerjaan dan penghasilan lain tsb bukan merupakan

    obyek PPh final, maka selain diwajibkan untuk melaporkan SPT

    Tahunan (SPT 1770-S) juga memiliki kewajiban untuk membayar dan

    melaporkan PPh pasal 25 setiap bulan.

    2) Besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh wajib pajak dihitung

    berdasarkan PPh yang terutang dalam SPT Tahunan tahun

    sebelumnya setelah dikurangi dengan pemotongan yang dilakukan

    pihak lain yang dapat dikreditkan dan dibagi 12 (dua belas). Jatuh

    tempo pembayaran PPh pasal 25 adalah tanggal 15 bulan berikutnya.

    Jika jatuh tempo pembayaran jatuh pada hari libur, maka

    pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pembayaran

    Angsuran PPh pasal 25 ini, wajib dilaporkan ke kantor pelayanan

    pajak tempat wajib pajak terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan

    berikutnya. Apabila jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur

    maka penyampaian SPT Masa PPh pasal 25 harus dilakukan pada hari

    kerja sebelumnya.

    4.4. Contoh 2

    Trio Setiawan seorang supervisor perusahaan textile, namun pada hari

    Sabtu dan Minggu juga berprofesi sebagai marketing property. Pada SPT

    tahunan 2007 menunjukkan data bahwa PPh terutang adalah sebesar

    Rp15.000.000, sementara pajak yang telah dibayarkan selama tahun 2007

    (PPh pasal 21,22,23 dan 24) adalah sebesar Rp.11.500.000. Maka besarnya

    PPh pasal 25 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

    PPh terutang berdasar SPT tahunan 2007 = 15.000.000

    Kredit Pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 24 = 11.500.000

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    35/43

    28

    Selisih : 15.000.00011.500.000 = 3.500.000

    PPh Pasal 25 tahun 2008/bulan= 3.500.000 : 12 = 291.667

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    36/43

    29

    5. Tax Treaty

    Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang merupakan perjanjian

    internasional di bidang perpajakan antar dua negara guna menghindari penarikan

    pajak ganda dan ditujukan agar tidak menghambat perekonomian kedua negara

    dengan prinsip saling menguntungkan (resiprokal) antar kedua negara dan

    dilaksanakan oleh penduduk antar dua negara yang terlibat dalam perjanjian

    tersebut.

    Tax Treaty umumnya berhubungan dengan Pasal 26 UU PPh, atau dengan PPh

    Pasal 26, tetapi selain itu ikut pula menentukan batas maksimum kredit PPh Pasal

    24 yang boleh diperhatikan dan diperhitungkan.

    5.1. Tujuan

    1) Mencegah terjadinya penarikan pajak berganda yang dapat

    memberatkan iklim dunia usaha kedua negara;

    2) Meningkatkan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri;

    3) Meningkatkan sumber daya manusia;

    4) Mengadakan pertukaran informasi guna mencegah Tax Evasion dan

    Tax Avoidance;

    5) Menciptakan kedudukan yang setara dalam hal penarikan pajak antar

    dua negara.

    5.2. Metode Tax Treaty

    Setiap negara memiliki alasan dalam penarikan dan pemungutan pajak,

    dengan demikian setiap negara juga menerapkan hasil kesepakatan dalam

    hal perpajakan sesuai undang-undang dan peraturan perpajakan masing-

    masing, dan model yang umum dipergunakan:

    1) Pemberian Pengecualian

    2) Pembebasan Pembayaran Pajak

    3) Menjadikan Pajak terbayar sebagai Kredit Pajak.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    37/43

    30

    6. Perencanaan Pajak

    Tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak yang

    tekanannya kpada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.

    Sedangkan tujuannya adalah bagaimana pengendalian itu dapat mengefisiensikan

    jumlah pajak yang akan dibayar kepada Negara.

    6.1. Ciri-ciri Perencanaan Pajak

    1) Legal, tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan yang

    berlaku

    2) Valid, didukung dengan bukti-bukti yang memadai, misalnya:

    agreement, invoice dan accounting treatment.

    3) Cash flow, berhubungan dengan kegiatan mengendalikan cash flow.

    4) Net Present Value, memaksimalkan net present value.

    6.2. Tahapan Perencanaan Pajak

    1) Analisa Informasi (Data) yang ada.

    2) Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak.

    3) Evaluasi atas Perencanaan Pajak4) Mencari Kelemahan dan Kemudian Memperbaiki Rencana Pajak

    5) Memutakhirkan Rencana Pajak

    6.3. Perencanaan Pajak pada PPh

    1) Memaksimalkan Pengecualian-Pengecualian atas Objek Pajak

    2) Memaksimalkan Pengurang Yang Diperkenankan

    3) Memindahkan (Menggeser/Menunda)

    4)

    Percepatan Pembebanan Biaya

    5) Memaksimalkan Pajak yang Dapat Dikreditkan

    6) Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25

    7) Menggunakan Nama Perkiraan (Pos) Yang Sesuai

    8) Biaya-Biaya yang Berkaitan Dengan Pemberian Kesejahteraan Kepada

    Karyawan

    9) Pengelolaan Transaksi yang Berkaitan Dengan Withholding Tax

    10) Kepemilikan Pada Perseroan Terbatas Dalam Negeri

    Berasal dan laba ditahan;

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    38/43

    31

    Minimal penyertaan 25% (tidak disyaratkan bagi Koperasi); dan

    Memiliki usaha aktif diluar kepemilikan saham

    11) Income Spreading

    12) Transaksi Induk-Anak Perusahaan dan Pihak Yang Memiliki Hubungan

    Istimewa

    13) Piutang TakTertagih

    14) Bunga Pinjaman dan Deposito

    15) Biaya Entertainment

    16) Penyetaraan (Ekualisasi) SPT

    6.4. Strategi Perencanaan Pajak

    1) Pahami ketentuan yang mengatur PPh Pasal 23 dan tarif

    pemotongannya.

    2) Pahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana yang lebih dulu

    antara terutang (accrual basis) atau dibayarkan (cash basis), yang

    merujuk pada ketentuan Pasal 23 UU PPh.

    3) Pemisahan antara tagihan material dan jasa

    4) Waspadai penagihan dari perusahaan penyedia jasa tenaga kerja

    (labor/manpower supplier).

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    39/43

    32

    7. Rekonsiliasi Fiskal

    Rekonsiliasi Fiskal adalah proses koreksi atas Penghasilan yang harus dikenakan

    Pajak berdasarkan ketentuan, undang-undang dan peraturan perpajakan yang

    berlaku.

    Koreksi tersebut dapat merupakan Koreksi Positif dan Koreksi Negatif.

    7.1. Penyesuaian Fiskal

    7.1.1. Beda Tetap

    1) Menurut akuntasi komersial merupakan penghasilan,

    sedangkan menurut ketentuan Pajak Penghasilan

    bukan penghasilan.

    Misal: dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas

    sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan

    modal sebesar Rp 25% atau lebih pada badan usaha

    yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia.

    2) Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan,

    sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan

    PPh yang bersifat final.

    Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final)

    sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan

    penghasilan lainnya dalam menghitung PPh terutang.

    Misal: penghasilan atas bunga deposito atau tabungan

    lainnya yang telah dipotong PPh Final oleh Bank

    sebesar 20%.

    3) Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya)

    sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat

    dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto

    (Pasal 9 UU 17/2000).

    Misal:

    a. Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh

    penghasilan yang bukan obyek pajak atau

    pengenaan pajaknya bersifat final.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    40/43

    33

    b. Penggantian/imbalan sehubungan dengan

    pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk

    natura atau kenikmatan.

    c. Sanksi perpajakan berupa bunga,denda,dan

    kenaikan.

    d. Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak

    dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-

    syarat tertentu (misalnya: daftar nominatif biaya

    entertainment, daftar nominatif atas penghapusan

    piutang).

    7.1.2. Beda Waktu

    Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan

    antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, misal:

    a. Metode penyusutan

    b. Metode penilaian persediaan

    c. Penyisihan piutang tak tertagih

    d. Rugi-laba selisih kurs.

    7.2. Deductable Expenses

    Pengeluaran-pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung

    dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan

    memelihara (3M) penghasilan yang merupakan Objek Pajak

    Biaya pembelian bahan.

    Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah,

    gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan

    dalam bentuk uang.

    Bunga,

    Sewa,

    Royalty,

    Biaya perjalanan,

    Biaya pengolahan limbah,

    Premi asuransi,

    Biaya administrasi, dan

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    41/43

    34

    Pajak, kecuali Pajak Penghasilan,

    Penyusutan dan amortisasi atas pengeluaran yang mempunyai

    masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,

    Pengeluaran di muka, pembebanannya dapat dilakukan melalui

    alokasi,

    Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

    Menteri Keuangan,

    Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

    digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

    mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, Kerugian karena selisih kurs mata uang asing,

    Biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia,

    Biaya bea siswa, magang dan pelatihan,

    Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih (Keputusan Dirjen

    Pajak Nomor Kep-238/PJ./2001 tanggal 28 Maret 2001)

    7.3. Non Deductible Expense Pasal 9 UU PPh

    Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pemegang

    saham, sekutu atau anggota.

    Pembentukan dan pemupukan dana cadangan,

    Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk

    natura dan kenikmatan (benefit in kind)

    Contoh 1:

    Pengeluaran perusahaan untuk:

    pembelian/perbaikan rumah atau kendaraan pribadi, biaya perjalanan pribadi /keluarga,

    biaya premi asuransi pribadi / keluarga,

    Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan,

    Pajak Penghasilan,

    Gaji yang dibayarkan kepada anggita persekutuan, firma atau

    CV yang modalnya tidak terbagi atas saham,

    Sanksi Administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan per-

    UU-an di bidang perpajakan,

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    42/43

    35

    Selisih Penyusutan komersial diatas penyusutan fiskal,

    Selisih amortisasi komersial diatas penyusutan fiskal,

    Biaya yang ditangguhkan pengakuannya

    7.4. Koreksi Fiskal Positif

    1) BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK

    KEPENTINGAN PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU

    ANGGOTA.

    2) PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN.

    3) PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU

    JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN.

    4) JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG

    DIBAYARKAN KEPADA PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG

    MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN

    DENGAN PEKERJAAN.\

    5) HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN.

    6) PAJAK PENGHASILAN.

    7) GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA

    PERSEKUTUAN, FIRMA ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK

    TERBAGI ATAS SAHAM.

    8) SANKSI ADMINISTRASI.

    9) SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN

    FISKAL.

    10) SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI

    FISKAL.

    11) BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.

    12) PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA

    7.5. Koreksi Fiskal Negatif

    1) SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH

    PENYUSUTAN FISKAL.

    2) SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI

    FISKAL.

    3) PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA.

    4) PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA.

  • 8/12/2019 The Paper to the Presentation :: Indonesian Tax Planning PPh Ps 22, Ps 23, Ps 24, Ps 25

    43/43

    7.6. Contoh Soal

    Untuk itu dipersilakan melihat Contoh Soal pada lampiran.

    Jakarta, 18 Mei 2014

    Kelompok 8 :

    RIYA HASTUTI43211120258

    ANDREAS JIMAN - 43211120277

    ALWAN ZAMRONI43213110379

    RADEN MUHAMMAD TAUPIK43213120048

    NUR HIKMAH PUTRI43213120267

    GENDRO BUDI PURNOMO43213120283

    FITRIANI AYUNINGSIH43213120297

    RETNO EKAWATI43213120302