tesis alfian zulkarnain (1)
TRANSCRIPT
!
!
Universitas Indonesia!
""!
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
DI KABUPATEN BELITUNG
TESIS
ALFIAN ZULKARNAIN
NPM : 1106111760
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
JAKARTA
JANUARI, 2013!
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memudahkan dan memberikan kekuatan
penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini sebagai tugas akhir untuk
memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Selama menimba ilmu dan menyusun tesis, penulis banyak dibantu dan
dimotivasi oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah berkenan memberikan beasiswa
kepada penulis;
2. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan ijin tugas belajar
kepada penulis untuk mengikuti pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren
Bappenas;
3. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telahh memberikan
kami peluang untuk menjalani pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren
Bappenas;
4. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku
atasan langsung yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan studi dan
menyelesaikan tugas belajar ini dengan sebaik-baiknya;
5. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung;
6. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D. selaku Ketua Program MPKP-FEUI dan Bapak
Dr. Andi Fahmi Lubis S.E., M.E. selaku Sekretaris Program MPKP FE-UI yang
juga selaku pembimbing penulis;
7. Prof. Sulastri Surono,Ph.D. dan Bapak Nurkholis, SE., M.SE. selaku penguji,
Bapak DR. Ir. Widyono Soetjipto selaku pembimbing, seluruh dosen pengajar
MPKP-FEUI yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan ilmunya,
seluruh tim akademik Program MPKP yang selalu membantu permasalahan
administrasi mahasiswa;
8. Seluruh Angkatan XXV PB Bappenas Salemba; Penunggu setia warung kopi
(Yeyen, Imau, Bastian, Pendri, Ricky, Ridwan, Kang Aceng, Uci dan Para
Empus), Penunggu 1.4. (Mas Parhan, Jeng Santi, Bang Tam-Tam, Mama Rista
Dedeh, Romi’at, Mbak Qori, Mbak Wahyu, Iskandar, Maiza, Mia dan Daus Sang
Konspirator), Rekan satu bimbingan (Mbak Anne dan Mbak Lili), Trio BRA
(Bubu dan Rey);
9. Rekan-rekan seperjuangan dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang sedang menempuh studi, Bang andi dan Pak Nu;
10. Rekan-rekan kerja dari BKD terutama Pak De Rudi, rekan-rekan di
DISKOMINFO dan rekan-rekan di Bappeda terutama Bapak Nazalius selaku
Kepala Badan;
11. Rekan-rekan Wisma Bougenvil Belitung yang selalu menerima saya dan
memberikan pinjaman motor selama di Belitung;
12. Yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan dukungan moril, materil dan doa
dari keluarga besar M.Zain (Mama, Bang Arief, Yuk Rini, Bang Gun, Bang Iin
dan Yuk Ita) dan calon teman hidup yang bakalan tidak pernah bosan mendengar
suara mesin kapal Trisnawati;
13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, semoga Allah Swt membalasnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tesis ini, karena itu
segala kritik, saran dan masukan akan sangat berguna bagi penulis dan penelitian
sejenis di masa mendatang.
Jakarta, Januari 2013
Penulis,
Alfian Zulkarnain
vii Universitas Indonesia!
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
:
:
:
Alfian Zulkarnain
Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten
Belitung
Tesis ini membahas tentang strategi kebijakan pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata diperoleh dengan
menggunakan pendekatan SWOT, sedangkan kebijakan pengembangan pariwisata
diperoleh dengan menggunakan pendekatan AHP. Data diperoleh dari wawancara
langsung kepada stakeholder terkait. Hasil Perhitungan SWOT menunjukan strategi
WO merupakan strategi utama yang harus dilakukan oleh PEMDA Kabupaten
Belitung. Sedangkan hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa prioritas utama
strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan
Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan
pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan. Sedangkan
altenative kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi
wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.
Kata kunci: Perencanaan, Pariwisata, SWOT, AHP
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
:
:
:
Alfian Zulkarnain
Master of Planning and Public Policy
Strategy and Policy of Tourism Development in Kabupaten
Belitung
The focus of this study is Policy and Strategy of Tourism Development in Belitung
District. Tourism is supposed to increase the welfare of the local community.
Tourism development strategy is obtained by using the SWOT approach, while the
policy of tourism development is obtained by using the AHP approach. Data obtained
from the interviews to the relevant stakeholders. SWOT results indicate that
Weaknesses-Opportunity (WO) strategy is the main strategy that should be adopted
by PEMDA of District Belitung. The results of the AHP calculations show that
priority of tourism development strategy is the development of tourism destinations
with a 43% . The greatest impediment is the instutional weaknesses. While policy
priority is to optimize the destinations and attractions that already exist with priority
weight 35.5%.
Key words:
Planning, Tourism, SWOT, AHP
viii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................
HALAMAN ORISINALITAS……………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
KATA PENGANTAR ….….………………………………………………...
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………...
ABSTRAK .………………………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………..…………………………………………….
DAFTAR GAMBAR …………..…………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
1. PENDAHULUAN …………..………………………………………........
1.1. Latar Belakang ………………………………………..…………………
1.2. Rumusan Masalah …...………………………….…….………................
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..
1.4. Metodologi dan Batasan Penelitian………………………………………
1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..
1.7. Sistematika Penulisan……………………………………………………
2. TINJAUAN LITERATUR ………………………………………………
2.1. Pengertian wisata, pariwisata, kepariwisataan, Destinasi Pariwisata,
wisatawan………………………………………………………………...
2.2. Jenis Pariwisata …...…………………………………………………….
2.3. Pariwisata Sebagai Industri…...…………………………………………
2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata………...………………………..
2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi…...………………………...
2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata……...………………………………
2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan…………………………………………
2.8. Penelitian Terdahulu……...……………………………………………..
2.9. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………….
3. METODOLOGI PENELITIAN …………………….……………...…...
3.1. Metode Penelitian………………………………………………………..
3.2. Sumber Data..……………………………………………………………
3.3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………
3.3.1. Wawancara…………………………………………………………….
3.3.2. Dokumentasi.………………………………………………………….
3.3.3. Survey………………………………………………………………….
3.4. Teknik Sampling…………………………….…………………………..
3.5. Instrumen Penelitian..……………………………………………………
3.5.1. SWOT…………………………………………………………………..
3.5.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)…………………………………..
3.5.2.1. Kelebihan Kelemahan AHP....……………………………………….
3.6. Teknik Analisis Data…………………………………………………….
3.7. Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian…..………………
3.8. Acuan Hirarki……..……………………………………………………..
4. GAMBARAN UMUM …………........…………………….……………...
4.1. Gambaran Umum..…………………….…………………………………
I
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xi
xii
1
1
6
7
7
8
8
9
10
14
15
18
21
22
22
24
25
28
28
28
29
29
29
29
30
30
30
34
37
38
39
40
42
42
! ix! Universitas Indonesia
4.1.1 Keadaan Geografis……..……………………………………………….
4.1.2 Keadaan Infrastruktur …………………………………………………..
4.1.3 Keadaan Ekonomi ……………………………………………………...
4.2. Visi dan Misi……..………………………………………………………
4.2.1. Visi………………..……………………………………………………
4.2.2. Misi………………..……………………………………………………
5. ANALISA DAN PEMBAHASAN ….……………………………………
5.1 Analisa SWOT..……..……………….…………………………………...
5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Eksternal...……………………………
5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT…………....……………………………
5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT……….....……………………………
5.3. Evaluasi Strategi………………………….....……………………………
5.3.1. Analisis IFAS-EFAS……………………...……………………………
5.3.2. Perumusan Strategi……………………......……………………………
5.4. Analytical Hierarchy Process (AHP) ......………………………………..
5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih……………………………
5.4.2. Profil Responden......…………………………………………………...
5.5. Hasil dan Pembahasan AHP……………………………………………...
5.5.1. Skenario....…………………………………………………..................
5.5.2. Hambatan..…………………………………………………..................
5.5.3. Pelaku........…………………………………………………..................
5.5.4. Kebijakan..…………………………………………………..................
5.5. Uji Sensitivitas.………………………………………………..................
5.6. Keterbatasan Kajian…………..………..………………………...............
6. KESIMPULAN DAN SARAN ………......………………………...…….
6.1. Kesimpulan……………………………………………….........................
6.1.1. Weakness(Kelemahan)…………………………………........................
6.1.2. Threatness (Ancaman)…….……………………………........................
6.1.3. Strategi……………...…….……………………………........................
6.1.4. Prioritas Kebijakan…….….……………………………........................
6.2. Saran…………………..…….……………………………........................
DAFTAR PUSTAKA……..…….……………………………........................
42
43
45
46
46
46
48
48
48
52
52
53
56
59
63
63
65
66
67
69
72
74
79
80
81
81
81
82
84
85
85
88
x Universitas Indonesia!
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan……….. ………….
Sistem Kepariwisataan …………………………………………….
Penawaran dan Permintaan Pariwisata………………………….…
Kerangka Konsep Penelitian ………………………….…………..
Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung.……….
Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata ..................................
Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata…..
Model Kelembagaan Pembangunan……………………………….
Hasil Prioritas Kebijakan…..………………………………………
Grafik Uji Sensitivitas………………………... …………………..
13
18
21
27
40
42
66
70
74
79
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xi Universitas Indonesia!
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung……….. ……………...
Data Wisatawan……………………………………….. ……………
PAD Kabupaten Belitung………....…………………………………
Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT ....................
Matriks Interaksi IFAS dan EFAS………. …………………………
Kondisi Geografis ……….……….……….……….……….……….
Jumlah dan Kepadatan Penduduk ……….……….…………………
PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan ....................
Faktor Internal ……….……….……….……….……….…………..
Faktor Eksternal ……….……….……….……….……….…………
Penilaian Bobot IFAS Strenght ……….……….……….……….….
Penilaian Bobot IFAS Weakness ……….……….……….…………
Penilaian Bobot EFAS Oportunity ……….……….……….……….
Penilaian Bobot EFAS Threats ……….……….……….……….….
Latar Belakang Responden …..…………………………………….
Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851 …………………….
Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011 …………………
Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung………………………………..
4
5
5
32
34
43
43
45
49
50
56
57
58
58
65
68
71
78
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xii Universitas Indonesia!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Kuesioner SWOT
Matriks Faktor Internal
Matriks Faktor Eksternal
Analisa IFAS dan EFAS
Kuesioner AHP
Hasil Olah Aplikasi Expert Choice
Perhitungan Bobot Global
Hasil Akhir Pengolahan Bobot Global
92
96
97
98
100
143
145
146
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
BAB 1
PENDAHULUAN
!"! Latar Belakang
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka dimekarkan
menjadi satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui
berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dimekarkan menjadi 2 kabupaten
yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah
meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Membalong,
Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau dan Kecamatan Selat Nasik. Sedangkan
Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan
wilayah meliputi 4 kecamatan.
Pemkab Belitung berencana mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) dengan penekanan pada bidang pariwisata sebagai sektor unggulan daerah
yang menjadi prioritas kekuatan ekonomi ke depan, disamping bidang perikanan
dan kelautan serta perhubungan. Tiga sektor unggulan ini diharapkan mampu
menopang perekonomian Kabupaten Belitung di masa mendatang. Hal ini
didukung pula dengan pengembangan investasi di kawasan pariwisata untuk
mendukung terwujudnya KEK pariwisata di Kabupaten Belitung.
KEK pariwisata tampaknya memang menjadi prioritas Kabupaten
Belitung. Mengingat Kabupaten Belitung memiliki modal dengan adanya
panorama alam Belitung dengan keindahan pantai-pantai berbatu granit yang
artistik, air laut jernih, dan pantai berpasir yang benar-benar putih. Kabupaten
Belitung menjadi salah satu primadona dan incaran wisatawan lokal maupun
internasional karena banyak memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta
kekayaan tradisi dan budaya.
Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan
berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti
pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju
pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor
lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini dapat berupa
pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.
Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu
bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam
pembangunan daerah Kabupaten Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola
dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial
dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya
sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang
ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.
Menurut Dahuri (2003) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi
alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang
mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas
mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan
konservasi untuk mempertahankan daya tarik agar keuntungan ekonomi dari
kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat
setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering mendapat manfaat
ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga
gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil
sekali.
Pulau Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan
dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 2011 karena pantainya yang
indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di
sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPPNAS
tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan
Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan
keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih
terjaga seperti dalam Tabel 1.1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang
Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai
Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai
Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata.
Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan PDRB daerah.
Karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan
restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar
15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun
1995-1999. Pada tahun 2010, sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp 199,8
milyar ( sekitar 16% PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten) dengan
pertumbuhan sekitar 4,4% per tahun antara tahun 2005-2010. Dari kedua periode
ini secara nominal terjadi peningkatan pada sektor pariwisata akan tetapi terjadi
penurunan pada persentase laju pertumbuhan.
Dari Tabel 1.1 berikut, ada 7 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001
dan 9 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 5 lokasi sudah ada fasilitas
dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di
15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas dasar pariwisata
menjadi nilai negatif untuk pariwisata Kabupaten Belitung dikarenakan fasilitas
ini merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan yang selayaknya menjadi
kewajiban untuk disediakan.
Tabel 1.1. bersumber dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Belitung tahun 2000 – 2010. Sedangkan RTRW yang terbaru belum
bisa diperoleh dikarenakan pihak terkait sedang mengerjakan revisi dokumen
tersebut.
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
Tabel 1.1. Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung
Kecamatan Kawasan Pariwisata Luas
(Ha) PERDA
Fasilitas
Wisata
Tanjung Pandan 1. Pantai Tanjung Pendam 53 Ada Ada
2. Pantai Juru Seberang 60 Tidak Tidak
3. Pantai Air Saga 100 Ada Tidak
Membalong 4. Pantai Tanjung Rusa 100 Tidak Tidak
5. Pantai Teluk Gembira 150 Tidak Ada
6. Pantai Mentigi 50 Tidak Tidak
7. Pantai Seliu 25 Tidak Ada
8. Pantai Tanjung Kiras 800 Ada Tidak
9. Pantai Penyambung 10 Tidak Tidak
Sijuk 10. Pantai Secupak 50 Tidak Ada
11. Pantai Batu Itam 335 Ada Tidak
12. Pantai Terong 200 Ada Tidak
13. Pantai Sijuk 400 Ada Tidak
14. Tanjung Binga 650 Ada Tidak
15. Pulau Lengkuas 10 Tidak Ada
16. Pulau Babi 15 Tidak Tidak
Sumber : RTRW Kabupaten Belitung 2000 – 2010
Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan
wisatawan. Hal ini menunjukan minat wisatawan yang masih relatif tinggi untuk
datang ke Kabupaten Belitung. Wisatawan Nusantara memberikan kontribusi
terbesar dalam peningkatan ini. Kemunculan film Laskar Pelangi pada tahun 2008
turut membantu mendongkrak jumlah wisatawan Nusantara yang turut berimbas
terhadap PAD Kabupaten Belitung dari sektor pariwisata.
Pada bulan Oktober 2008, kegiatan internasional yaitu Sail Indonesia
yang berakhir di Belitung memberikan dampak positif terhadap peningkatan
wisatawan manca negara pada tahun 2008 dan 2009. Akan tetapi terjadi
penurunan kembali jumlah wisatawan manca negara pada tahun 2010.
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
Tabel 1.2 Data Wisatawan
No. Tahun
Kunjungan
Wisatawan Nusantara
(orang)
Wisatawan Asing
(orang)
Jumlah (orang)
1. 2006 17.233 1.072 18.305
2. 2007 23.188 1.421 24.609
3. 2008 29.945 2.053 31.998
4. 2009 39.499 2.734 42.233
5. 2010 49.118 1.383 50.501
Sumber : www.belitungkab.go.id
Sedangkan PAD Kabupaten Belitung dari pajak dan retribusi sektor
pariwisata juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di
bawah ini. Pajak restoran dan pajak hotel mengalami peningkatan tetapi pajak
hiburan cenderung tetap. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor hiburan yang
tidak berkembang.
Tabel 1.3 PAD Kabupaten Belitung
TAHUN PAJAK
RESTORAN
PAJAK
HOTEL
PAJAK
HIBURAN
LAIN-LAIN
(Retribusi)
TOTAL
Rp Rp Rp Rp Rp
2006 124,548,654 119,012,145 144,092,450 - 387,653,249
2007 328,617,401 100,526,859 207,149,700 - 636,293,960
2008 572,319,777 192,100,151 204,850,186 - 969,270,114
2009 1,069,877,123 334,328,508 197,480,155 289,490,000 1,891,175,786
2010 1,129,380,531 593,776,941 259,274,879 419,272,000 2,401,704,351
Sumber : Dinas Pariwisata Prov. Kep. Babel
Saifullah (2000) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan
pariwisata:
!" Bidang Ekonomi
• Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
• Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
• Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja
wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.
• Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.
• Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cendrung
tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan
dalam menunjang pembangunan daerah.
!" Bidang Sosial Budaya
Dengan keaneka ragaman kekayaan seni budaya merupakan modal dasar dari
pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan
mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan
segenap lapisan sosial masyarakat, sosial budaya merupakan salah satu aspek
penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Karena sosial budaya dapat memberikan ruang bagi
kelestarian sumberdaya alam sehingga hubungan antara sosial budaya
masyarakat dan konservasi sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat.
#" Bidang lingkungan Hidup
Pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah
lingkungan dan ekosistem yang masih tetap alami, menarik dan bahkan unik,
maka dengan demikian pengembangan wisata alam dan lingkungan
senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui
perencanaan dan pengelolaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang
dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga keterkaitan
antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling
melengkapi menjadi satu paket ekowisata.
1.2 Rumusan Masalah
Sektor pariwisata memiliki potensi dalam peningkatan perekonomian
berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga strategi pengembangan pariwisata
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
yang baik bisa menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata.
Permasalahan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut :
• Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa saja yang
mempengaruhi pariwisata di Kabupaten Belitung?
• Kebijakan apa saja yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini
bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.
b. Merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung.
!"# Metodologi dan Batasan Penelitian
Untuk memenuhi tujuan dalam penelitian ini, maka alat analisa dibatasi
menjadi :
• Analisis SWOT
Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi
atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT
mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi dan
mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor
internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan
peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ) dengan faktor internal yang
berupa kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weaknesses ) (Rangkuti, 2001).
Menurut Fandeli (2002:193) strategi merupakan cara bagaimana organisasi
mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional.
Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi ini sebagai titik
tolak untuk merumuskan program.
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
• Analytic Hierarchy Process ( AHP )
Untuk merumuskan prioritas penetapan keputusan dalam pengembangan
pariwisata dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process ( AHP ).
AHP merupakan suatu alat atau model pengambilan keputusan dengan input
utamanya adalah persepsi manusia. Selain itu AHP juga merupakan suatu
metoda yang memecahkan suatu masalah kompleks kelembagaan dalam
kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi hirarki. Pembobotan
suatu faktor atau variable dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia
sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi sebenarnya.
!"# Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
a. Wilayah penelitian meliputi seluruh Kabupaten Belitung.
b. Wawancara langsung dengan para stakeholder sektor pariwisata dan sektor
yang mendukung lainnya.
c. Data yang digunakan adalah data dari BPS dan Dinas Pariwisata Kabupaten
Belitung.
!"$ Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini akan tersusun dalam 6x(enam) bab.
Bab pertama terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
hipotesis, metodologi, ruang lingkup, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan
sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tinjauan literatur mengenai konsep
pertumbuhan ekonomi, perencanaan pembangunan dan pembangunan
berkelanjutan, serta uraian definisi dalam pariwisata dan studi terdahulu.
Sedangkan metodologi yang akan digunakan dalam penulisan ini akan di uraikan
dalam bab tiga.
Gambaran umum daerah di jabarkan dalam bab empat. Bab lima
merupakan analisa hasil dan pembahasan. Bab Enam penutup dari penulisan tesis
ini yang akan berisikan kesimpulan dan saran.
!
!
Universitas Indonesia
!
"!
BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai
multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor
pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994).
Karena itu pariwisata dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan
pembangunan nasional maupun daerah. Dimana seperti dijelaskan dalam Undang-
Undang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,
memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,
mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek
dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta tanah air dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap
perekonomian Indonesia, dampak yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan
mancanegara dan nusantara cukup signifikan yaitu sebesar USD 4,8 Milyar pada
tahun 2004, yang memberikan kontribusi 6,71% dari total ekspor menduduki
peringkat kedua dalam penerimaan devisa setelah minyak dan gas (Pusdatin Dep.
Budpar, 2006). Sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa
maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Selain itu kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat memperluas dan
meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat
sekitar objek wisata, untuk merangsang pembangunan regional serta
memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. Pengembangan pariwisata
dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri
pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja
tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
2.1. Pengertian Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan, Destinasi
Pariwisata, Wisatawan
Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
menyebutkan bahwa:
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung
unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk
menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan
wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan
mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari
kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang
berhubungan dengan perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik
wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah,
museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang
bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan
jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata,
agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran,
impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata
yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.
Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata. Hunziker dan
Kraff (Pendit, 2006) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan
dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan
tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-
usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.
Spillane (1987) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam
dan ilmu.
Yang pasti pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise),
karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya,
dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg,
Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai
wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
pengusaha.
Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas
Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya Kepariwisataan.
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut
pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan
wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap
dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.
Pacific Area Travel Association (PATA) yang didasarkan atas batasan
League of Nation tahun 1936 memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-
orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan
maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia
tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan
untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b)
orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi,
musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang
sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk
kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat
digolongkan wisatawan (Pendit, 2006).
Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan
International Union of Office Travel Organization definisi Wisatawan
Mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat
tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud
memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2
(dua) kategori tamu mancanegara, yaitu (Dep. Budpar, 2006):
1. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang
tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di
tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:
a. Berlibur, rekreasi dan olah raga
b. Bisnis, mengunjubgi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,
konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, belajar, dan
keagamaan.
2. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas
yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk
cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan
kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang
tersedia di negara tersebut).
Definisi tersebut bisa dilihat dalam diagram seperti pada gambar 2.1 berikut:
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Sumber: Statistik Kebudayaaan dan Pariwisata, 2006
Gambar 2.1. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan
ORANG YANG
MELAKUKAN PERJALANAN
Termasuk dalam
statistic pariwisata
Tidak termasuk
dalam statistic pariwisata
PENGUNJUNG
WISATAWAN (1)
PELANCONG (3)
Maksud
Kunjungan (9)
Berlibur
Bisnis
Kesehatan
Belajar
Misi/
Pertemuan/ Kongres
Mengunjungi teman/
keluarga
Keagamaan
Olahraga
Lainnya
Bukan Penduduk
Warga negara
yang tinggal di luar negeri
Awak kapal/ pesawat yang
bukan penduduk
(2)
Penumpang
kapal pesiar (4)
Pengunjung kurang dari 24 jam
(5)
Awak kapal/
pesawat (6)
Perwakilan konsuler
(7)
Anggota Angkatan Bersenjata
(7)
Pengungsi Penumpang transit
(8)
Nomaden
Imigran
tetap
Imigran
sementara
Diplomat
(7)
Catatan:
(1) Pengunjung yang tinggal minimal 1 malam di negara yang dikunjunginya (2) Kru pesawat/kapal yang berlabuh dan yang menggunakan fasilitas akomodasi di
negara yang dikunjungi (3) Pengunjung yang tinggal kurang dari 1 malam di negara yang dikunjungi walaupun
mereka berada di wilayah negara yang dikunjungi lebih dari 1 malam dan mereka tidur di kapal atau kereta api yang mereka gunakan
(4) Biasanya dimasukkan dalam kelompok pelancong. Namun akan lebih baik apabila klasifikasi pengunjung dalam kelompok ini bisa dipisahkan
(5) Pengunjung yang datang dan pergi dalam hari yang sama (6) Kru yang bukan penduduk dari negara yang dikunjungi dan singgah 1 hari
(7) Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari negara asal ketempat tugas mereka dan sebaliknya
(8) Mereka yang tidak keluar dari area transit. Dalam perjalanan di suatu negara mungkin mereka transit 1 hari atau lebih. Dalam kasus ini seharusnya mereka
dimasukkan dalam statistik pariwisata
$%& Maksud utama kunjungan seperti yang didefinisikan dalam konferensi Roma tahun
1963!
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
2.2. Jenis Pariwisata
Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh
berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi
daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas
yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)
membedakan jenis pariwisata, yaitu:
1. pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk
pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk
memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan
sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan
alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan
ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di
kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat
pariwisata,
2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini
dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani
dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
3. pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya
rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran
dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup
rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan
masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-
pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam
festival-festival seni musik, teater rakyat,
4. pariwisata untuk olah raga (sport tourism). Jenis ini dibagi dua kategori:
(i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti
olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-
lain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan
penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourism of the practitioners,
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing,
arung jeram dan lain-lain. Negara/daerah yang memiliki fasilitas atau
tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya,
5. pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli
teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan
karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah
business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan
kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan
ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-
orang di luar profesi ini.
6. pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis
pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari
besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling
berlomba untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang
dilengkapi dengan fasilitas khusus.
Sedangkan Pendit (1994) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas
macam yaitu: wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata
komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata
pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata
pilgrim (agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan), wisata bulan madu.
Kabupaten Belitung memiliki potensi wisata bahari. Hal ini dimungkinkan
karena secara geografis Kabupaten Belitung terdiri dari pulau-pulau. Menurut
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata
Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
2.3. Pariwisata Sebagai Industri
Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006) telah
memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export (industri
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
eksport tidak nyata), hospitality industry (industri ramah tamah), atau service
industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata
menurut Yoeti (1990) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara
bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang
dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama
dalam perjalanannya.
Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006) menyatakan pariwisata
mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni
transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak
tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar.
Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat
meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul.
Menurut Prajogo (1976) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa
sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut
adalah: (a) produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan.
Orang tidak dapat membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu
sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk
wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang
sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan
terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam
bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif,
(d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu
sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi
usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri
pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka
terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan
wisatawan dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut
Spillane (1987) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang
bersangkutan, semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga
pendapatan yang dapat disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang
bersangkutan termasuk golongan orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya kurs mata uang dari negara penghasil
wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka. Semakin tinggi nilai mata
uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka,
semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang bersangkutan,
(d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan
kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan
tersedianya fasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata,
jika jika sulit untuk dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan
wisatawan untuk ke sana pun pudar, (f) faktor-faktor penting lainnya adalah air
travel policies, landing rights dan tarif penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha
promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh negara tujuan wisata di negara
penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikap dari negara-negara
tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah maupun sikap
masyarakatnya.
Kemajuan pariwisata sebagai industri menurut Spillane (1987)
sebenarnya ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara
terpadu dan baik, diantaranya adalah: (i) promosi, (ii) transportasi, (iii)
kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (iv) akomodasi, (v) pemandu wisata yang
cakap, (vi) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang
wajar, (vii) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, dan (viii)
kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.
Lebih lanjut Spillane (1987) menambahkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan industri pariwisata adalah: (a) undang-undang sosial,
yang membatasi jumlah jam kerja dan menjamin adanya waktu istirahat mingguan
dan liburan tahunan yang dibayar bagi semua karyawan, pegawai dan buruh-
buruh yang bekerja. Negara-negara yang ekonominya kuat cenderung untuk
menambah jumlah hari libur yang dibayar penuh, (b) pendapatan yang meningkat.
Faktor penting penyebab industri ialah makin meningkatnya kehidupan
masyarakat. Kebutuhan dasar manusia di negara-negara maju seperti perumahan,
kendaraan dan sebagainya umumnys sudah terpenuhi, sehingga memungkinkan
untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan perjalanan
wisata, (c) pendidikan dan hasrat ingin tahu, (d) urbanisasi dan kebutuhan untuk
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
menghindari kebisingan kota. Kota-kota industri yang selalu ramai menyebabkan
kebutuhan untuk menghindarkan diri dari kebisingan yang diderita penduduk dan
para pekerja. Mereka membutuhkan istirahat demi kembalinya kesegaran jasmani
dan rohani, (e) hasrat untuk meniru, merupakan kebutuhan sosiologis seseorang
untuk meniru orang lain. Hasrat tersebut bisa berkembang sebagai keinginan, bila
selalu melihat dan mendengar kesan-kesan liburan yang indah dan memuaskan
dari orang lain yang telah melakukan perjalanan wisata.
2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata
Damanik (2006) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari
empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu
sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan
kebutuhan berwisata itu sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk
memfasilitasi keduanya; dan (d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga
elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur tersebut di atas sebagai sistem
pariwisata seperti tergambar di bawah ini:
Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata
Gambar 2.2. Sistem Kepariwisataan
Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata
yang ada menjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan
KEBIJAKAN
PARIWISATA
PEN
AW
AR
AN
PER
MIN
TAA
N
PASAR/PELAKU PARIWISATA
PRODUK
Keterangan: a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi;
d) mengembangkan & memasarkan; e) membeli
c c
a b
d e
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
pengendalian supaya produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat
bersinergi dalam satu kemasan produk yang ditawarkan menjadi paket-paket
wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat mampu menciptakan penawaran berbagai
atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata harus peka dan mampu menagkap
permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan kuantitas produk yang
ditawarkan.
Permintaan. Menurut Yoeti (1990) permintaan dalam pariwisata terdiri
dari bermacam-macam unsur yang saling berbeda baik sifat, bentuk serta
manfaatnya bagi wisatawan. Permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas
selama masa perjalanan berlangsung. Tetapi unsur permintaan dilaksanakan
sebelum adanya perjalanan wisata. Berbagai informasi, dokumen, perjalanan,
tempat penginapan dan sebagainya harus terlebih dahulu disiapkan.
Lebih lanjut Damanik (2006) menyatakan unsur-unsur penting dalam
permintaan wisata adalah wisatawan dan produk lokal yang menggunakan
sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah waktu dan uang.
Dengan waktu dan sumberdaya yang dimiliki, wisatawan adalah konsumen utama
yang akan mengkonsumsi produk dan layanan wisata yang disediakan di negara
atau daerah tujuan wisata.
Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan, antara lain
pendapatan, harga, kualitas, hari-hari libur, dan teknologi transportasi. Pendapatan
merupakan faktor yang sangat menentukan, dapat tidaknya seseorang berwisata,
seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata, bila mempunyai uang lebih.
Demikian juga faktor harga dapat mempengaruhi keputusan untuk berwisata.
Perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang.
Jika terjadi perubahan harga pada produk wisata, maka akan terjadi substitusi, dan
calon wisatawan akan mengalihkan perhatiannya pada paket wisata lain yang
lebih murah, ataupun membatalkannya.
Selain itu faktor transportasi yang semakin canggih dan dapat
mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman lagi baik,
maka hal ini akan menarik bagi calon wisatawan untuk berwisata seperti di
negara-negara maju, yang pariwisatanya ditangani dengan baik dan didukung
teknologi canggih, justru lebih banyak kegiatan kunjungan wisata.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Penawaran. Penawaran dalam pariwisata, meliputi unsur-unsur objek
dan daya tarik wisata (ODTW) ciptaan Tuhan (alamiah) dan ODTW buatan
manusia, barang-barang dan jasa-jasa yang dapat mendorong orang-orang
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata (Yoeti, 1990). Damanik (2006)
mengemukakan apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk
(product) dan jasa (services).
Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau
dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa
adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan
(mengkonsumsi) produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak (intangible),
bahkan sering kali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang
dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang
dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist
Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata.
Lebih lanjut Damanik (2006) menyampaikan, banyak kalangan yang
menyamakan produk dan jasa sebagai potensi wisata. Pemahaman seperi itu jelas
keliru. Produk dan jasa harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Sebaliknya
potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan
banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan.
Lebih lanjut Kuswara (2006) menyatakan kegiatan pariwisata melibatkan
berbagai unsur atau komponen, yang saling kait mengkait yaitu antara konponen
produk dari sisi penawaran dengan komponen pasar dari sisi permintaan seperti
pada gambar 2.3. berikut:
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota
Gambar 2.3. Penawaran dan Permintaan Pariwisata
2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi
Dep. Budpar (2005) menyatakan pariwisata sangat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata akan
berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas daerah
tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata
dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan
menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan produksi.
Menurut Spillane (1994) ada beberapa elemen dalam menentukan
hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata,
(b) struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan
migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam
pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi
permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan
di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam
strategi ekonomi di berbagai negara.
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata
Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi
yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan
lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck
dan Jauch, p.9, 1989).
Sedangkan menurut Chandler (1962), strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (lihat Rangkuti, 2001).
Strategi pengembangan pariwisata harus dikaji berdasarkan kondisi lingkungan
strategik yang berpengaruh. Lingkungan strategik tersebut mencakup faktor
internal dan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap pengelolaan
pariwisata.
Tahapan pembuatan strategi merupakan tahapan yang menghubungkan
organisasi dengan lingkungannya dan merupakan strategi yang paling sesuai
dengan misi organisasi (Tangkilian, 2005:24). Proses pembuatan strategi terdiri
dari 4 (empat) tahap yaitu:
1. Identifikasi masalah strategik yang dihadapi organisasi.
2. Pengembangan alternatif strategi yang ada.
3. Evaluasi dari alternatif.
4. Penentuan pemilihan strategi baik dari berbagai alternatif yang tersedia.
2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan
Menurut Drucker (1954), Perencanaan adalah suatu proses kerja yang
terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan
penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melalukan perkiraan-
perkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk
melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan
balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.
Konsep pengembangan merupakan konsep yang terkait dengan
perencanaan dalam penyusunan kebijakan publik. Pada konsep pengembangan,
yang utama adalah perencanaan dan strategi untuk mengimplementasikan
perencanaan tersebut dalam kebijakan pemerintah.
Strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata perlu dirumuskan
dan diimplementasikan dalam membangun dan mengendalikan masyarkat supaya
objek dan atraksi wisata yang terbentuk makin tertata dan mampu dikelola dengan
baik sesuai dengan kapasitas pemerintah, swasta, LSM dam masyarakat stempat.
Strategi kebijakan pembangunan itu dapat diimplementasikan melalui
pelaksanaan program dan kegiatan yang spesifik untuk mengatasi masalah
infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi, social dan regulasi yang terkait
dengan perkembangan pariwisata.
Yoety (1997 dalam Prencanaan Pengembangan Pariwisata) menyatakan
bahwa ada Sembilan prinsip yang perlu diikuti oleh pengembang pariwisata
sebagai pedoman dasar untuk menyusun rencana pariwisata, yakni :
1. Perencanaan pengembangan pariwisata merupakan satu kesatuan dengan
pembangunan regional maupun nasional dari pembangunan perekonomian
Negara.
2. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu menggunakan pendekatan
terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang terkait.
3. Perencanan pengembangan pariwisata perlu dibawah koordinasi fisik
daerah/Negara secara keseluruhan.
4. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu didasarkan pada studi yang
khusus yang dibuat secara khusus untuk pengembangan pariwisata dengan
memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, alam dan budaya
sekitarnya.
5. Perencanaan fisik harus didasarkan pada penelitian yang sesuai dengan
lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor geografi yang
lebih luas tidak hanya dari segi administrative saja.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
6. Perencanaan dan penelitian yang dilakukan harus memperhatikan masalah
kelestarian ekologi supaya pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan.
7. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus memperhatikan dampak
social yang mungkin ditimbulkan supaya pengembangan pariwisata tidak
mendapat resistensi karena terjadinya konflik social yang mungkin
ditimbulkannya.
8. Pada daerah perkotaan dan daerah industry, perlu direncanakan fasilitas
hiburan yang disebut pre-urban.
9. Perencanaan pengembangan pariwisata harus didasarkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan maupun bangsa
2.8. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Pao (2004), melakukan
penelitan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan prospek dari
industri pariwisata di Macao. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.
Menurut Pao, dalam mengembangkan industri pariwisata di Macao ada beberapa
hal yang harus dilakukan yaitu promosi dari MICE, program kerjasama promosi
dengan Hong Kong dan Guangdong, dan Macao harus mengembangkan kota
wisatanya agar menjadi tujuan wisata liburan yang menyediakan berbagai macam
kegiatan dan hiburan menyenangkan dan menarik.
Forman dan Gass (2001) melakukan penelitian tentang Pemakaian
Analytic Hierarchy Process (AHP). Tujuan penelitian ini adalah mendiskusikan
mengapa AHP menjadi sebuah metodologi yang umum untuk berbagai macam
pengambilan keputusan dan aplikasi yang lain, memaparkan secara singkat
keberhasilan dari penggunaan AHP, mengelaborasi kegiatan-kegiatan akademik
yang berkaitan dengan efektivitas dan aplikatif AHP dibandingkan dengan
metodologi lain. Validitas dan kemampuannya dalam memecahkan kembali
permasalahan yang multi objektif digunakan dalam ratusan (bahkan sekarang
ribuan) pengambilan keputusan (Saaty, 1994). Lebih dari 1000 artikel dan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
hampir 100 disertasi doktoral merujuk kepada alamat
http://www.ExpertChoice.com. sebagai referensi. Hasil yang diperoleh adalah
AHP tidak hanya sebatas sebuah metode pengambilan keputusan, alat untuk
menganalisis melainkan lebih dari itu bahwa ada 3 fungsi utama AHP yang
menjadi keunggulannya yaitu kompleksitas yang terstruktur, pengukuran dari
skala perbandingan dan proses sintesis (permasalahan).
Wijaya (2005) melakukan penelitian tentang Perencanaan Pengembangan
Wisata Bahari di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk menyusun perencanaan
yang efektif dalam pengembangan kepariwisataan melalui sektor wisata bahari di
Kepulauan Seribu. Penelitian ini mencoba menawarkan sebuah rumusan strategi
yang didasarkan pada usaha mensinergikan beberapa pandangan dan preferensi
para ahli pariwisata bahari. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP
berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholder antara lain : (1) Masyarakat lokal
lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat
dibandingkan dengan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0,329. (2)
Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai
informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0,379. (3) Pihak
swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana
penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya dengan
bobot 0,432. (4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan
berdasarkan kepentingan masing-masing dan kelompok pelaksana program maka
diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek
wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan
bobot prioritas 0,299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima
yakni sebesar 0,03.
Setiyadi, Amar dan Aji (2011) melakukan penelitian dengan
menggunakan etode SWOT – AHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor peluang dan faktor
ancaman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan prioritas
strategi dalam mengembangkan UKM kuliner. Hasil dari penelitian tersebut
berupa program utama yang harus direalisasikan bagi pengembangan usaha UKM
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Kuliner dalam pengembangan bisnis untuk mencapai sustainability, yang terdiri
dari :
• Strategi membuka cabang luar daerah
• Strategi kemitraan saham keseluruhan
• Strategi membuka cabang lokal
• Strategi kemitraan saham sebagian
Utami (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi citra yang terbentuk melalui film dan pemasaran destinasi yang
dapat berpengaruh terhadap pengembangan destinasi sebagai tujuan wisata.
Temuan-temuan yang dihasilkan yaitu: (1) Film sangat berpengaruh terhadap
pembentukan citra destinasi pulau Belitung, (2) Faktor permintaan destinasi
sebagai lokasi pembuatan film sangat tinggi namun belum didukung oleh faktor
penyediaan destinasi sebagai tujuan wisata yang dipengaruhi oleh film (film-
induced tourism).
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung serta merumuskan prioritas
kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam
melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang
menggunakan data primer dari hasil penelitian lapangan dan analisis deskriptif
menggunakan data sekunder. Analisis kualitatif yang digunakan adalah SWOT
dan AHP.
Berdasarkan studi literatur dan studi empiris terdahulu, penelitian ini
memfokuskan diri pada analisis sektor pariwisata dengan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Visi dan Misi Pariwisata
Kabupaten Belitung
Tujuan dan Strategi
Kebijakan Pengembangan
Pariwisata
Potensi
Kondisi Pariwisata
saat ini
Target
Berkembangnya pariwisata
Kabupaten Belitung yang
berkelanjutan
Hambatan
Strategi Pengembangan Pariwisata
Kabupaten Belitung!
!"#$Analisa SWOT
Analisa Faktor
Eksternal
Analisa Faktor
Internal
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini berupa penelitian Deskriptif kualitatif dan kuantitatif
dengan analisa mengenai strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten
Belitung.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung dimana pengambilan
data dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung
sebagai pihak pembuat Program Strategi dan Pengembangan Pariwisata serta
pelaksana kebijakan pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu pengambilan data
pendukung juga dilakukan pada Bappeda Kabupaten Belitung, BPS Kabupaten
Belitung dan informasi tambahan lainnya dari Kabupaten Belitung.
3.2. Sumber Data
Data maupun informasi dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil data
primer wawancara dengan kuesioner dan data sekunder. Informasi tersebut digali
dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi informan sumber data, terdiri dari :
1. Pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung
meliputi Kepala Dinas, Subag. Program dan Pelaporan, Kepala Bidang
Pemasaran,Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Seksi Lingkungan
Kebudayaan dan Kepercayaan, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi
Kerjasama serta staf yang berhubungan dengan program.
2. Pejabat terkait pada Kabupaten Belitung.
3. Pejabat yang berwenang pada BPS Kabupaten Belitung
4. Pejabat pada Dinas Terkait pada Kabupaten/Kota di Kabupaten Belitung.
5. Stakeholder lain yang terlibat seperti Anggota DPRD, Pelaku Usaha
Pariwisata di Kabupaten Belitung dan Komunitas masyarakat yang terlibat
langsung dengan Program Pariwisata di Kabupaten Belitung.
6. Arsip atau dokumen pendukung yang didapat dari sumber yang valid
untuk memperjelas data utama.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
3.3. Teknik Pengumpulan Data
!"!"#" Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Tujuan
melakukan wawancara adalah memungkinkan kita untuk masuk dalam perspektif
orang lain. Adalah tanggung jawab pewawancara menyediakan kerangka kerja,
yang orang dapat menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap
pertanyaan terbuka (Patton ,2009:184)
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara
mendalam dengan pertanyaan terbuka dan wawancara dengan responden terpilih
(Purposive Sampling) berdasarkan kemampuan dan keterlibatannya dengan
masalah yang diteliti baik secara internal maupun eksternal untuk mendapatkan
masukan pada indikator strategi SWOT dan AHP yang akan diteliti. Wawancara
dilakukan pada masing – masing Kantor tempat pengambilan data terkait, pada
saat jam kerja berlangsung.
!"!"$" Dokumentasi
Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data telah
lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data dokumentasi dimaksudkan
untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumen-
dokumen tersebut antara lain RPJMD dan RPJP Kabupaten Belitung, Rencana
Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Laporan
Keuangan dan Program Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Belitung, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2008 –
2010.
!"!"!" Survey
Survey merupakan satu tahapan untuk mencari informasi dari responden.
Dalam Penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan kuesioner sebagai
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
alat pengambilan data pokok dimana pada umumnya yang merupakan unit analisa
dalam penelitian survei adalah responden kunci. Survey dilakukan pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dan Responden yang berhubungan dengan sektor
pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner di buat sedemikian rupa dengan
berbagai alternatif jawaban dan responden memberikan tanda pada satu jawaban
saja. Item skala penilaian disusun berdasarkan skala Likert. Kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang telah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal
memilih jawabannya pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda
silang (X) atau centang (!) (Arikunto,2006). Alasan penggunaan kuesioner
tertutup , yaitu :
a. Kuesioner ini memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan
jawaban;
b. Lebih praktis sistematis dan sesuai alat analisa yang digunakan;
c. Jawaban lebih relevan dan mengarah terhadap permasalahan yang diteliti.
Penyampaian kuesioner kepada responden dilakukan secara langsung
dan sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengisian kuesioner.
Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti.
!"#" Teknik Sampling
Tehnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan sampel
bertujuan (Purposive Sampling), dimana menurut Arikunto (2006) dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata , random atau daerah,
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini sampling yang
diambil adalah dari Pejabat Lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung
ditambah dengan stake holder yang terkait baik secara internal maupun eksternal
di lingkup Kabupaten Belitung.
!"$" Instrumen Penelitian
!"$"%" SWOT
Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang
strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis
SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
dan mengelompokan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor
internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal yang berupa
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001). Menurut
Fandeli (2002) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan
misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan
analisis SWOT. Fungsi strategi sebagai titik tolak untuk merumuskan program.
Menurut Pearce and Robinson (2003,134), analisis SWOT perlu dilakukan karena
analisa SWOT untuk mencocokkan “fit” antara sumber daya internal dan situasi
eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan
peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi
sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses.
Suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang
organisasi, namun pada kondisi yang sama meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang muncul.
Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT memiliki
keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak
memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian
pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang
bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang
dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya
pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Dengan keterbatasan tersebut bukan
berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi
panduan dan pelajaran bagi peneliti agar dapat memanfaatkan analisis SWOT
dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti.
Instrumen yang dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data,pada
penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan/ kuesioner jenis tertutup yang harus
diisi oleh responden dengan cara mengisi dan memberi tanda tertentu pada
alternatif jawaban yang dipilih. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring data
yang berkaitan dengan program dan strategi yang telah dilaksanakan sehingga
dapat dianalisa apa saja secara internal faktor kekuatan (Strength) dan
kelemahannya (Weakness). Secara Eksternal juga dapat diketahui Peluang
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
(Opportunity) dan ancaman (Threatnesss) yang dihadapi dalam rangka
mengevaluasi strategi yang telah dilakukan.
Pada kuesioner ini, responden mengisi 3 kolom butir pertanyaan
kuesioner faktor internal dan eksternal berupa keadaan saat ini dan harapan
dimasa yang akan datang dalam kisaran angka 1 hingga angka 6 dan kuesioner
urgensi penanganan dalam kisaran angka 1 hingga angka 4 skala yang digunakan
adalah skala Likert. Responden mengisi setiap butir pernyataan kuesioner kolom 1
dan 2 dalam kisaran sangat baik diberi skor 6 hingga sangat kurang diberi skor
1.Pada kolom 3 berupa urgensi penanganan. Responden mengisi setiap butir
pernyataan berupa Sangat Urgen diberi skor 4 hingga Tidak Urgen diberi skor 1
Secara rinci, pemberian skor sebagai berikut :
Tabel 3.1 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT
N
o
Indikator
Penelitian
Eksternal /
internal
Kondisi Sampai Saat ini Urgensi
Penanganan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Faktor 1
2 Faktor 2
3 Faktor 3
4 Faktor 4
5 Dst ......
Penilaian Responden: Urgensi Penanganan:
Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen
Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen
Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen
Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen
Angka 5 = Baik
Angka 6 = Sangat Baik
1. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor, merupakan bagian dari
bidang yang merupakan penjabaran spesifik dari masing-masing bidang. Dari
contoh di atas (1) Penjualan barang/jasa dimana dinilai dari anggaran vs
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
target (2) Distribusi produk melalui jasa Travels Tour dan Maskapai
merupakan ”faktor”. Faktor inilah yang kemudian terkategori sebagai
kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman
(dari analisa eksternal).
2. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan
dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki
nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas
median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya)
disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan ”peluang” pada analisa
eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah
median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman”
pada analisa eksternal.
Cara pengisian pembobotan IFAS dan EFAS sebagai berikut :
• Untuk faktor Strenght (kekuatan) dan Opportunity (peluang) karena
bobotnya diatas rata-rata kolom maka langsung menjadi bobot
sebenarnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
• Untuk faktor Weakness (kelemahan) dan Threatness (ancaman) yang
bobotnya < dari kolom rata – rata, maka bobot yang diperoleh dari selisih
rata-rata kolom dan faktor baris masih harus dijadikan sebagai angka
pengurang dari angka tertinggi (6) baik jangka pendek dan jangka
panjang.
3. Nilai penyesuaian bersifat mutlak.
4. Penentuan bobot dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya
diambil dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya dengan
mengambil bobot masing-masing faktor = 100% baik internal maupun
eksternal. Bobot total dari setiap elemen SWOT menggambarkan nilai total
penyesuaian rata-rata terhadap nilai total faktor masing-masing.
Pembobotan dipakai sebagai bahan penilaian prioritas adalah bobot
tertimbang yang diperoleh dari perkalian bobot X rating. Sedangkan rating
diperoleh dari nilai rata – rata faktor urgensi penanganan/skala prioritas
kepentingan program sesuai dengan abjad dalam kuesioner responden dimana
nilai a = 1, b= 2,c = 3, d = 4. Tujuan penyesuaian bobot adalah untuk
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
menyesuaikan perbedaan bobot faktor baik secara internal dan eksternal.
Prioritas dan keterkaitan antar strategi didapat dari hasil pembobotan IFAS
dan EFAS hasil kuesioner SWOT untuk masing-masing indikator faktor
(Soesilo,2002).
5. Membentuk suatu kuadran faktor strategi pengembangan sektor pariwisata,
yang menjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan
kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-
peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).
Tabel 3. 2 Matriks Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
dan External Factors Analysis Summary (EFAS)
IFAS
EFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
OPPORTUNITY
(O)
SO = Ciptakan strategi
untuk menggunakann
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
WO = Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
THREATHS (I)
ST = Ciptakan strategi
yang menggunakann
kekuatan untuk mengatasi
ancaman
WT = Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber : Rangkuti F,(2011)
!"#"$" Analytical Hierachy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan
keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana
faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk
menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang ada ketika beberapa kriteria
harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers)
untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau
serangkaian level yang terintegrasi.
Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki,
kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam
melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat
ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam
menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,
penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan
kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran
performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.
The Analytic Hierarchy Process adalah salah satu bentuk model
pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model-model sebelumnya1. Saaty menyebutkan bahwa the
analytic hierarchy process (AHP) is a theory of measurement2.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan menyusun hirarki suatu masalah
yang kompleks dan tidak terstruktur kemudian dipecah ke dalam kelompok-
kelompok untuk diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Perbedaan AHP dengan model pengambilan keputusan yang lain adalah
terletak pada jenis inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input data
kuantitatif atau data sekunder, sedang model AHP memakai persepsi manusia
yang dianggap “ekspert” sebagai input utamanya. Ekspert disini lebih mengacu
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 !"#$"%&'()*#"+,'-.!./'012(3/'(14567548/9":"*;"/'<==>'>'?,@"#A",:"%' (*BC.' -"";D' A"+"' @D#AB@,E#' (14567548' 9":"*;"' $EF"%'?)@)#$)*' <=G=' H?*.' 8I"%'
9"D"' 1J,@/' K"AB*"%' A)%)F,;,"%' L' A)%+):";"%' 0#EF;,M*,)*,"' +)M,@,B%' #":,%&3' L' "%"FD;,M' N,)*"*MND'
A*BM)@@/'(14567548/'<==OP<==<Q'
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
pada orang yang mengerti benar permasalahn yang diajukan, merasakan akibat
suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dapat juga
dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang
komprehensif, karena dapat memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif
sekaligus (Brodjonegoro, 1992).
Model AHP (Alphonce, 1996) merupakan metode yang dapat
mengakomodir faktor-faktor atau variable-variabel kualitatif dalam suatu masalah
pengambilan keputusan, dan sangat mengandalkan pada pengalaman dari
pengambil keputusan untuk membuat sebuah prioritas kebijakan yang lebih baik.
Untuk membuat keputusan menggunakan metode ini adalah dengan
mendekomposisi keputusan sehingga akan diperoleh prioritas keputusan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut (Saaty, 2008) :
1. Merumuskan permasalahan
2. Membuat Hirarki yang terdiri atas level paling atas berupa tujuan dari
pengambilan keputusan, dilanjutkan dengan level di bawahnya berupa kriteria
dari pengambilan keputusan, dan level yang paling bawah berupa alternatif-
alternatif keputusan yang akan diambil.
3. Membuat matriks perbandingan (Pairwise Comparison Matrices).
4. Menggunakan prioritas yang terkandung dalam matriks pairwise comparison
ke dalam pembobotan prioritas global.
Model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
perencanaan (backward process). Model ini terdiri atas 5 level dimana level
teratas merupakan tujuan yaitu masa depan yang diinginkan dari suatu
permasalahan. Pada level dua terdapat skenario-skenario atau target-target yang
diinginkan. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan
akan menghambat pencapaian target yang diinginkan. Sedangkan pada level 4
terdapat aktor atau pelaku yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian
target. Pada level terakhir dan sekaligus hasil akhir suatu proses perencanaan
adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinginkan
tersebut. Konsistensi tidak diharuskan dalam model ini, baik dalam pengisian
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
data primer maupun antar elemen karena adanya sifat fleksibel dari AHP sendiri
(Permadi, 1992).
3.5.2.1. Kelebihan dan Kelemahan AHP
Kelebihan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan
pengambilan keputusan adalah:
a. Kesatuan
AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk
aneka ragam persoalan tak terstruktur.
b. Kompleksitas
AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem
dalam memecahkan persoalan kompleks.
c. Saling ketergantungan
AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
d. Penyusunan hirarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-
elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan
unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran
AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model
untuk menetapkan prioritas.
f. Konsistensi
AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam menentukan prioritas.
g. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.
h. Tawar-menawar
AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem
dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan
mereka.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
i. Penilaian dan konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang
representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.
j. Pengulangan proses
AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu
persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui
pengulangan.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa kesulitan
dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan-kesulitan tersebut tidak
dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam
pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan dalam menerapkan metode ini ialah :
a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat
tajam/ekstrim di kalangan responden.
b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai
dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan.
c. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP.
!"#" Teknik Analisis Data
Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membiarkan pembaca
mengetahui apa yang terjadi pada program yang dilakukan dan menjelaskan
secara garis besar mengenai obyek penelitian dengan menggunakan distribusi
frekuensi persentase serta nilai rata-rata variabel. Dimana datanya, meliputi
catatan wawancara, catatan observasi yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau arsip, memorandum dalam proses
pengumpulan data dan juga semua pandangan yang diperoleh dari manapun serta
dicatat. Menurut Moleong,(2001) karakteristik metodologi penelitian kualitatif
disebutkan bahwa analisisnya bersifat induktif. Pendekatan induktif dimaksudkan
untuk membantu pemahaman dalam data yang rumit melalui pengembangan tema
– tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Sifat analisis induktif sangat
menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dan ditemukan di lapangan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
yang pada dasarnya bersifat khusus berdasarkan karakteristik konteksnya dalam
kondisi alamiahnya.
!"#" Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian
Pemilihan metode SWOT dan AHP dalam penelitian ini didasarkan pada
kegunaan dan kelebihan metode itu sendiri dalam menyelesaiakan sebuah
permasalahan yang kompleks dan dalam merumuskan kebijakan yang tepat
berdasarkan skala prioritas/urgensi masalah.
Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan
dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi
pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung, dan Analytic Hierarchy Process
(AHP) untuk merumuskan konsep kebijakan dan peran institusi dalam
pengelolaan dan pengembangan pariwisata dengan cara memilih prioritas
alternatif dalam mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
!"#" Acuan Hirarki
Hirarki disusun berdasarkan kombinasi strategi faktor internal dan faktor
eksternal yang telah diolah. Kombinasi strategi prioritas diturunkan ke dalam
bagan hirarki sebagai berikut :
Level 1 :
Tujuan
Level 2 :
Skenario
Level 3 :
Hambatan
Level 4 :
Pelaku
Level 5 :
Kebijakan
Gambar 3.1. Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung
Pertama, penentuan elemen hirarki dimulai dari merumuskan tujuan.
Kedua, merumuskan elemen skenario berdasarkan kombinasi faktor internal dan
eksternal yang dihitung berdasarkan bobot dan urgensi. Ketiga, merumuskan
elemen-elemen hambatan berdasarkan faktor ancaman dan faktor kelemahan dari
metode SWOT dan dikonsultasikan dengan narasumber terkait. Keempat,
merumuskan pelaku-pelaku yang terkait dengan pengembangan pariwista.
Kelima, merumuskan elemen kebijakan berdasarkan studi literatur serta kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung dan
selanjutnya dilakukan konsultasi dengan narasumber.
Kombinasi yang menjadi prioritas adalah kombinasi strategi W-T
(Weakness – Threatness) dengan nilai bobot dan urgensi sebesar 3,41. Kombinasi
tersebut adalah :
Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten
Belitung
Pendidikan
Tinggi
Pariwisata
Standarisasi dan
pengawasan
keselamatan
wisatawan
Pendidikan dan
sosialisasi
masyarakat
Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
kelembagaan Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
PEMDA SWASTA LSM
Kerjasama
Pendidikan
Tinggi
Pariwisata
Menetapkan
standarisasi
dan
keselamatan
wisatawan
Peningkatan
kesadaran
masyarakat
tentang
pariwisata
Penambaha
n Jumlah
destinasi
wisata baru
Optimalisasi
destinasi dan
atraksi wisata
yang sudah
ada
Pengembangan
destinasi
pariwisata
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan
tenaga kerja.
2. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha
pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama
melakukan perjalanan wisata.
3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang
kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat
diberdayakan.
4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan
keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi
budaya yang sudah ada.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
BAB 4
GAMBARAN UMUM
4.1. Gambaran umum
4.1.1. Keadaaan Geografis dan Penduduk
Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung
Gambar 4.1. Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata
Secara geografis Kabupaten Belitung terletak pada 107°35’BT –
108°18’BT dan 02°30’LS – 03°LS, dengan luas keselruhan wilayah kabupaten
adalah 2.293,69 km!. Dari Jakarta menuju Belitung dapat ditempuh menggunakan
penerbangan komersial dalam waktu kurang lebih 50 menit.
Pulau Belitung yang memiliki garis tengah Timur-Barat ±79 km dan
garis tengah Utara-Selatan ±77 km. Dengan batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
• Sebelah Selatan Berbatasan dengan Laut Jawa.
• Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Gaspar.
Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah
pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu
masih ada pulau besar lainnya seperti : Pulau Seliu, Pulau Mendanau dan Pulau
Nadu. Penyebaran pulau di setiap kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Kondisi Geografis
No. Kecamatan Luas (km!) Persentase
Luas
Jumlah
desa
Jumlah
Pulau
1. Membalong 909,55 39,65 12 36
2. Tanjungpandan 378,45 16,50 12 5
3. Sijuk 458,2 19,98 6 23
4. Badau 413,99 18,05 8 8
5. Selat Nasik 133,5 5,82 4 26
Jumlah 2,293,69 100,00 42 98
Sumber : Belitung Dalam Angka 2011
Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir Tahun 2010, jumlah
penduduk Kabupaten Belitung berjumlah 155.640 jiwa. dengan jumlah kepadatan
67,856 orang/km!.
Tabel 4.2. Jumlah dan kepadatan penduduk
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km!)
1. Membalong 22.046 24,24
2. Tanjungpandan 90.336 238,70
3. Badau 11.898 25,97
4. Sijuk 25.336 61,20
5. Selat Nasik 6.024 45,12
Jumlah 155.640 67,86
Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011
4.1.2. Keadaan Infrastruktur
Berdasarkan data dari BPS Kabupten Belitung, infrastruktur terus
ditingkatkan hingga sekarang. Panjang jalan di Kabupaten Belitung menunjukkan
perkembangan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Dapat dilihat
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
perkembangannya pada tahun 2008, panjang jalan dengan permukaan yang di
aspal meningkat menjadi 459,13 km dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang mencapai 435,23 km. Pada tahun 2009, secara keseluruhan pembangunan
jalan di Kabupaten Belitung semakin meningkat dengan panjang jalan secara
keseluruhan mencapai 615,38 km, meningkat disbanding tahun sebelumnya yang
hanya mencapai 477,93 km.
Pemanfaatan sarana transportasi di Kabupaten Belitung tidak sedikit juga
disumbang dari transportasi udara melalui Bandara H.AS. Hanandjoeddin, yang
tiap tahun mengalami peningkatan jumlah penumpang baik penumpang datang
maupun penumpang berangkat. Ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Belitung
mengalami perkembangan yang baik dalam pengelolaan sarana transportasi
udaranya. Pada tahun 2009, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara
H.AS.Hanandjoeddin meningkat sebesar 23,14 persen dibanding tahun
sebelumnya menjadi 134.508 orang.
Angkutan laut merupakan sarana transportasi yang sangat penting dan
strategis bagi Kabupaten Belitung yang merupakan daerah kepulauan. Dapat
dilihat bahwa jumlah penumpang kapal yang naik di Pelabuhan Tanjungpandan
selalu lebih tinggi dibanding penumpang yang turun. Pada tahun 2009, terjadi
penurunan jumlah penumpang naik sebesar (2,58) persen yaitu sebesar 54.522
orang, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 55.968 orang.
Kondisi energi listrik di Kabupaten Belitung secara umum terlihat
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari tahun 2007 sampai
tahun 2009, jumlah produksi listrik dan daya tersedia terus meningkat. Produksi
listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN Cabang Tanjungpandan mencapai
113.714.257 kWh pada tahun 2009, pada tahun 2008 mencapai 88.945.743 kWh
dan pada tahun 2007 sebesar 81.627.696 kWh. Begitu pula dengan jumlah
pelanggan PLN di Kabupaten Belitung dari tahun 2007 sampai tahun 2009
mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 jumlah pelanggan adalah 39.616
pelanggan, kemudian naik pada tahun 2008 menjadi 39.719, lalu pada tahun 2009
jumlah pelanggan menjadi 39.768 pelanggan. Pada umumnya jumlah pelanggan
listrik di Kabupaten Belitung didominasi digunakan untuk keperluan rumah
tangga kecil, disusul keperluan bisnis kecil dan keperluan badan-badan sosial.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
4.1.3. Keadaan Ekonomi
Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Belitung Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Sektor Pertanian pada tahun
2010 menduduki peringkat pertama sebagai pemberi kontribusi terhadap
perekonomian Kabupaten Belitung dengan nilai Rp 329.497.000.000,-. Dan yang
menjadi penyumbang terbesar terhadap Sektor Pertanian pada tahun 2010 adalah
Perikanan dengan nilai sebesar Rp 215.501.000.000,-. Hal ini disebabkan kondisi
geografis Kabupaten Belitung yang terdiri dari kepulauan sehingga memiliki
potensi perikanan yang cukup besar.
Sedangkan di posisi kedua pada tahun 2010 adalah Sektor Industri
Pengolahan yang berkontribusi terhadap perekonomian sebesar Rp
266.718.000.000,-. Kemudian di posisi ketiga adalah Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten
Belitung pada tahun 2010 sebesar Rp 199.780.000.000,-.
Tabel 4.3. PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
No. LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 264.961 281.303 300.916 312.416 320.585 329.497
2.
Pertambangan dan
Penggalian 107.546 105.785 102.306 83.248 86.117 87.851
3. Industri Pengolahan 205.808 214.396 222.689 241.174 248.699 266.718
4.
Listrik, Gas dan Air
Bersih 11.840 12.162 12.618 13.175 13.818 16.306
5. Bangunan 63.305 68.899 76.110 85.454 94.066 103.840
6.
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 158.519 164.028 168.068 177.543 186.388 199.780
7.
Pengangkutan dan
Komunikasi 42.053 43.750 46.792 49.628 51.789 55.723
8.
Keuangan Persewaan dan
Jasa Perusahaan 42.366 43.348 46.924 48.512 51.904 55.447
9. Jasa – Jasa 100.022 106.590 113.930 120.605 127.056 135.642
Jumlah dengan Migas 996.420 1.040.263 1.090.349 1.131.755 1.180.423 1.250.804
Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
4.2. Visi dan Misi
4.2.1. Visi
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan lingkungan
dinamis yang selalu berubah cepat , menuntut instansi Pemerintah harus terus
melakukan penyesuaian kearah perbaikan. Penyesuaian tersebut harus disusun
dalam suatu tahapan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga dapat
meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil /
manfaat yang optimal.
Visi dapat diartikan sebagai cara pandang jauh ke depan ke arah mana
instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipasif dan inovatif. Visi
adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan oleh instansi pemerintah. Keadaan masa depan tersebut haruslah sesuai
dengan kondisi yang diinginkan dan menantang sehingga memotivasi dan
memberi inspirasi seluruh anggota organisasi dan mempengaruhi pengambilan
keputusan. Visi masa depan organisasi harus realistis dan kredibel dan visi juga
merupakan kerangka dari proses perencanaan organisasi.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Visi yang dikembangkan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun 2010-2014
adalah “Terwujudnya Kabupaten Belitung sebagai daerah tujuan wisata dengan
memanfaatkan potensi wisata alam dan keanekaragaman budaya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Dengan visi ini diharapkan menjadi
motivasi dan pedoman untuk pengembangan sektor Kebudayaan dan
Kepariwisataan Belitung dengan tolak ukur pada peningkatan jumlah kunjungan
wisata, yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dalam upaya peningkatan ekonomi kerakyatan.
4.2.2. Misi
Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan, maka ditetapkan
beberapa misi sebagai arahan dalam implementasi Program dan Kegiatan. Misi
merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan sasaran
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang
telah dipilih.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Dengan penetapan Visi tersebut maka sebagai implementasinya
ditentukan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun
2010 - 2014 adalah sebagai berikut :
a. Optimalisasi pelaksanaan administrasi perkantoran, peningkatan sarana dan
prasarana aparatur serta upaya peningkatan disiplin aparatur.
b. Penataan, peningkatan pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia
di bidang kebudayaan dan pariwisata.
c. Pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
d. Pengembangan destinasi wisata.
e. Intensifikasi promosi dan pemasaran wisata.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
BAB 5
ANALISA DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisa SWOT
Evaluasi strategi program yang dilakukan didalam suatu organisasi atau
perusahaan harus berdasarkan analisa Indikator lingkungan internal dan eksternal
berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi secara internal dan
identifikasi peluang maupun ancaman yang akan terjadi secara eksternal.
Penggunaan analisis SWOT dilakukan sebagai sebuah alat analisa yang baik dan
powerful untuk mengevaluasi strategi program yang telah dilakukan dan
perbaikan strategi program kedepannya berdasarkan kombinasi faktor internal dan
eksternal. Tahapan analisis SWOT dilakukan sebagai berikut :
5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor
eksternal Pariwisata di Kabupaten Belitung yang bertujuan untuk mencari solusi
strategi terbaik yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pariwisata di
Kabupaten Belitung. Dalam hal ini yang menjadi target responden internal kunci
adalah Kepala Dinas beserta jajaran Kepala Bidang dilingkungan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Sedangkan target responden
eksternal kunci adalah Pelaku pariwisata dan wakil masyarakat diwakili oleh
Perusahaan Travel Tour, Pengelola Hotel dan Komunitas Budaya Kabupaten
Belitung.
Identifikasi faktor – faktor lain tambahan yang berkaitan dengan
indikator strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung dilakukan
dengan menelaah dan mempelajari literatur yang berasal dari perpustakaan,
dokumen Renstra ,RPJMN dan RIPPDA, Peraturan Perundang-undangan , Paper
Ilmiah, maupun hasil Laporan Pertemuan ilmiah yang telah dilakukan. Hasil
perumusan Indikator Internal dan Eksternal beserta definisinya diuraikan pada
tabel berikut :
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Tabel 5.1. Faktor Internal FAKTOR INTERNAL
No. Faktor Program Definisi Kategori
1. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi yang efektif dan
efisien di bidang pariwisata
Struktur Birokrasi
2. Potensi Budaya, Adat
dan tradisi daerah
Budaya, adat dan tradisi daerah yang
sudah ada di masyarakat Kabupaten
Belitung
Produk dan Daya
Tarik Wisata
3. Sumber daya alam dan
panorama
Potensi alamiah yang ada di
Kabupaten Belitung
4. Pariwisata berbasiskan
lingkungan
Pengelolaan pariwisata yang
mengedepankan green ekologi
5. Potensi Peninggalan
Bersejarah ( Darat dan
Laut )
Situs bersejarah dan museum yang
ada di Kabupaten Belitung
6. Optimalisasi objek
wisata dan atraksi
budaya yang sudah ada
Meningkatkan nilai tambah dari
objek wisata dan atraksi budaya
yang sudah ada
7. Pengembangan Destinasi
Wisata Baru
Penambahan objek dan atraksi
wisata baru
8. Kualitas SDM Sektor
Pariwisata
Kemampuan tekhnis SDM tentang
Industri pariwisata
SDM
9. Kompetensi/Kualitas
Birokrat
Kemampuan tekhnis SDM aparat
pemerintah pada sektor
kepariwisataan
10. Kreatifitas birokrat
sektor pariwisata
Kreatifitas birokrat dalam
pengelolaan pariwisata di Kabupaten
Belitung
11. Tersedianya
Infrastruktur
Pariwisata/Akomodasi
Ketersediaan akomodasi mayor
infrastruktur turisme berupa kamar
hotel, penyewaan kendaraan
(mobil,motor), mesin atmdll
Fasilitas akomodasi
12. Pusat dan Layanan
Informasi
Adanya layanan informasi untuk
wisatawan baik yang sudah datang
maupun yang memiliki rencana
untuk datang
Data dan Informasi
13. Data Pariwisata Ketersediaan data pariwisata daerah
maupun luar daerah
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Lanjutan tabel 5.1. Faktor Internal
FAKTOR INTERNAL
No. Faktor Program Definisi Kategori
14. Alokasi anggaran Besaran dana yang direncanakan
dan besarnya dana yang sudah
terealisasi
Anggaran
15. Tersedianya Produk UU
Pengembangan
Kawasan Pariwisata
UU yang berpihak kepada
pengembangan pariwisata
Birokrasi dan Regulasi
16. Incentive Fiskal dari
Pemerintah Pusat dan
daerah
Besaran/banyaknya program
incentive yang diberikan
Pemerintah Pusat maupun daerah
dalam peningkatan Program
Pariwisata
17. Partnership dan
Kolaborasi
Adanya kerjasama antar stake
holder pada program pariwisata
Kerjasama dan
Koordinasi Pariwisata
18. Kerjasama Pemerintah
daerah dan stake holder
Adanya kerjasama yang dilakukan
oleh pemda dan pemangku
kepentingan terkait pada sektor
pariwisata
19. Promosi melalui media
massa dalam negeri
Optimalisasi informasi sehingga
Kabupaten Belitung dikenal
didalam negeri
Pasar dan Promosi
20. Promosi melalui media
massa luar negeri
Optimalisasi informasi sehingga
Kabupaten Belitung dikenal diluar
negeri
21. Edukasi dan Sosialisasi Pendidikan dan sosialisasi
mengenai kepariwisataan dan
lingkungan serta pelestariannua di
masyarakat
Edukasi dan Peran
serta masyarakat
22. Pembinaan seni dan
budaya masyarakat
Adanya program pelestarian dan
pengembangan seni budaya
masyarakat
23. Pemberdayaan /
partisipasi masyarakat
Adanya partisipasi aktif anggota
masyarakat dalam sektor pariwisata
Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Tabel 5.2. Faktor eksternal FAKTOR EKSTERNAL
No. Faktor Program Definisi Kategori
1. Pengelolaan lingkungan
dan budaya lokal
Pemeliharaan lingkungan akibat
industri pariwisata dan
Pemeliharaan budaya lokal sbg
daya tarik wisata
Dampak pariwisata
2. Akulturasi budaya asing
dan lokal
Adanya interaksi dan akulturasi
budaya pada wilayah destinasi
3. Infrastruktur ICT Jaringan Informatika dan teknologi
komunikasi (Internet broadband
networks,line telephone)
Infrastruktur
4. Keadaan Infrastruktur Ketersediaan infrastruktur
(jalan,sanitasi, air bersih dan
listrik)
5. Atraksi dan pendukung Daya tarik sumber daya alam dan
budaya yang ada di wilayah
tersebut
Produk dan Daya Tarik
Wisata
6. Keanekaragaman Produk
pariwisata
Adanya diversifikasi dan variasi
produk pariwisata yang dijual
7. Ketersediaan Souvenir/Gift
Shop
Adanya pengerajin dan toko
penjual cideramata khas Belitung
Akomodasi
8. Tersedianya Akomodasi
dan biro travel
Adanya akomodasi dan travel
agent yang kompeten
9. Mutu layanan Layanan yang memuaskan dari
pelaku industri pariwisata
10. Living Cost Biaya yang dikeluarkan oleh
wisatawan selama tinggal di
Belitung (penginapan, makan,
transportasi dll)
11. Koordinasi antar sektor
pemerintahan
Adanya koordinasi yang baik antar
sektor di lingkungan Kabupaten
Belitung
Birokrasi dan regulasi
12. Jaringan koordinasi dengan
pariwisata daerah lain
Adanya jaringan kerjasama dengan
daerah lain
13. Penelitian dan
pengembangan pariwisata
Adanya penelitian dan ide kreatif
untuk mengembangkan sektor
pariwisata
14. Tersedianya Blue Print
sistem pariwisata
Adanya rencana induk (Master
Plan) pariwisata untuk pemetaan
potensi, dan pengembangan
pariwisata
15. Keselamatan Wisatawan Adanya pengawasan dari pihak
terkait terhadap standar
keselamatan wisatawan selama
melakukan aktifitas pariwisata
16. Penerbangan dengan Low
Cost Carrier
Adanya transportasi udara dengan
biaya yang representative (Low
Cost Carrier )
Aksesbilitas
17. Aksesibilitas Objek Wisata Keterjangkauan daerah objek
wisata
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Lanjutan Tabel 5.2. Faktor Eksternal
FAKTOR EKSTERNAL
No. Faktor Program Definisi Kategori
18. Pendidikan Tinggi
Pariwisata
Adanya perguruan tinggi yang
menghasilkan sdm pariwisata yang
kompeten
SDM
19. Kreatifitas swasta sektor
pariwisata
Kreatifitas swasta dalam
pengelolaan dan pemanfaatan
potensi pariwisata di Kabupaten
Belitung
20. Investasi sektor pariwisata Banyaknya investasi dan rencana
investasi pada sektor pariwisata
Investasi
21. Kepemilikan lahan Kemudahan dan kepastian untuk
mendapatkan lahan dalam
mengembangkan pariwisata
22. Keamanan Keadaan keamanan dan
kenyamanan suatu wilayah
Isu terkait
23. Kerusakan lingkungan Kerusakan lingkungan akibat
pertambangan dan perkebunan
24. Integritas Terbukanya akses terhadap orang
asing membuka peluang terhadap
keinginan menguasai tanah (pulau)
Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah
5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT
Berdasarkan hasil rumusan faktor internal dan eksternal yang sudah
dibuat, selanjutnya dilakukan penyusunan kuesioner SWOT beserta pembobotan
Indikator masalah yang ada . Penyusunan kuesioner dilakukan dengan wawancara
langsung terhadap responden kunci sebagai nara sumber yaitu Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu untuk objektifitas penelitian
ditambahkan juga responden kunci dari luar yaitu Pengelola Resort, Tour
Organizer, Ketua Komunitas Budaya. Wawancara langsung dilakukan untuk
mendapatkan indikator relevan dan mempertajam indikator yang sudah ada.
Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukan uji coba pengisian
kuesioner kepada beberapa responden untuk melihat apakah ada kendala teknis
atau pertanyaan yang tidak relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah
secara teknis kuesioner tidak ada masalah secara fundamental maka kuesioner
siap diberikan kepada responden penelitian.
5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT
Penelitian ini dilakukan dengan memilih responden yang telah ditetapkan
secara Purposive Sampling, atau ditetapkan secara langsung berdasarkan tingkat
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
kepentingan dan keterlibatan responden terhadap penelitian ini. Dimana penelitian
ini secara internal melibatkan 19 orang Pejabat di lingkungan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Belitung berupa Eselon II, III dan IV. Sedangkan
untuk mempertinggi objektifitas penelitian dilibatkan juga pihak Eksternal yang
berhubungan dengan penelitian ini sejumlah 11 orang sebagai bahan
pembanding. Sehingga total kuesioner yang diedarkan sejumlah 30 kuesioner.
Setelah data hasil penelitiaan terkumpul jumlah kuesioner yang didapat sebanyak
20 orang, sedangkan 10 orang responden tidak mengembalikan kuesioner yang
telah diberikan yaitu 8 orang dari intern Disbudpar dan 2 orang lagi dari pihak
Eksternal.
Untuk mendapatkan prioritas maupun keterkaitan antar strategi,
dilakukan pembobotan maupun rating terhadap semua indikator faktor dalam
kuesioner yang telah disebar pada responden yang mengisi kuesioner. Hasil
akhirnya berupa empat elemen model SWOT yaitu faktor Strenght, Weakness,
Opportunity dan Threatness. Dari hasil seluruh kuesioner yang masuk tersebut
dirata-ratakan hasilnya menjadi patok duga (benchmark) baik pada kondisi
sekarang maupun kondisi yang akan datang.
5.3. Evaluasi Strategi
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah ditabulasi dari seluruh
responden yang mengembalikan kuesioner maka dapat dilihat faktor internal
maupun eksternal dari kondisi saat sekarang, apa saja faktor baik secara internal
maupun eksternal yang menjadi Kekuatan (S), Kelemahan (W), Peluang (O)
maupun Ancaman (T) dari program Visit Lombok Sumbawa ini yang telah
dijalankan. Untuk melihat secara lebih jelas Faktor ini dibagi menjadi 2 faktor
utama yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal yang nilai
rata-ratanya diatas nilai rata-rata internal sebesar 3,56 menjadi kekuatan
sedangkan nilai yang berada dibawah nilai rata – rata akan menjadi
kelemahan untuk kondisi saat ini dan jangka panjang.
a. Faktor Kekuatan (Strenght)
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden
untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat
sekarang dan menjadi kekuatan bagi strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. FAKTOR RATA-RATA
BARIS
3 Sumber daya alam dan panorama 5.70
2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah 4.55
5 Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) 4.45
4 Pariwisata berbasiskan lingkungan 3.90
18 Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder 3.80
9 Kompetensi/Kualitas Birokrat 3.70
11 Tersedianya Infrastruktur Pariwisata (Akomodasi) 3.70
13 Data Pariwisata 3.65
22 Pembinaan seni dan budaya masyarakat 3.60
b. Faktor Kelemahan (Weakness)
Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden
untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat
sekarang dan menjadi kelemahan bagi srategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung yaitu faktor :
NO. FAKTOR RATA-RATA
BARIS
1 Struktur Birokrasi 3.55
14 Alokasi anggaran 3.55
19 Promosi melalui media massa dalam negeri 3.55
17 Partnership dan Kolaborasi 3.50
21 Edukasi dan Sosialisasi 3.40
7 Pengembangan Destinasi Wisata Baru 3.35
23 Pemberdayaan / partisipasi masyarakat 3.35
8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata 3.30
10 Kreatifitas birokrat sektor pariwisata 3.30
6 Pengembangan Destinasi Wisata Baru 3.25
16 Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah 2.85
12 Pusat dan Layanan Informasi 2.80
15 Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan
Pariwisata 2.80
20 Promosi melalui media massa luar negeri 2.35
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor Eksternal yang
nilai rata-ratanya diatas nilai rata-rata Eksternal sebesar 3.45 menjadi faktor
Peluang sedangkan faktor Eksternal yang mempunyai nilai rata – rata
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
dibawah nilai rata-rata akan menjadi faktor ancaman program untuk kondisi
saat ini dan jangka panjang.
a. Faktor Peluang (Opportunity)
Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden
untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat
sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. FAKTOR RATA-RATA
BARIS
22 Keamanan 5.10
4 Keadaan Infrastruktur 4.25
8 Tersedianya Akomodasi dan biro travel 4.25
11 Koordinasi antar sektor pemerintahan 3.95
17 Aksesibilitas Objek Wisata 3.95
20 Investasi sektor pariwisata 3.90
3 Infrastruktur ICT 3.80
9 Mutu layanan 3.75
19 Kreatifitas swasta sektor pariwisata 3.75
12 Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain 3.65
24 Integritas 3.65
10 Living Cost 3.60
2 Akulturasi budaya asing dan lokal 3.60
7 Ketersediaan Souvenir/Gift Shop 3.45
b. Faktor Ancaman (Threatness)
Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden
untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat
sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung yaitu faktor :
No. FAKTOR RATA-RATA
BARIS
1 Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal 3.30
21 Kepemilikan lahan 3.25
6 Keanekaragaman Produk pariwisata 3.20
5 Atraksi dan pendukung 3.20
15 Keselamatan Wisatawan 3.20
14 Tersedianya Blue Print sistem pariwisata 2.90
13 Penelitian dan pengembangan pariwisata 2.75
23 Kerusakan lingkungan 2.70
16 Penerbangan dengan Low Cost Carrier 1.75
18 Pendidikan Tinggi Pariwisata 1.75
Setelah didapat nilai faktor internal dan eksternal dari setiap faktor
internal dan eksternal dilanjutkan dengan membuat pembobotan untuk matriks
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan Interaksi External
Factors Analysis Summary (EFAS) yang berisikan penyesuaian nilai dari rata-rata
faktor, dimana bobot rata – rata baris dikurangi rata-rata kolom
(distandarisasikan) dalam harga mutlak sehingga tidak ada nilai yang negatif.
Interaksi kombinasi strategi yang meliputi kombinasi faktor internal dan
eksternal terdiri dari :
1. Strategi SO (Strenght + Opportunity)
2. Strategi ST (Strenght + Threattness)
3. Strategi WO (Weakness + Opportunity)
4. Strategi WT (Weakness + Threathness)
5.3.1. Analisis Internal Factor Analysis Summary (IFAS) – External Factor
Analysis Summary (EFAS)
Hasil dari perhitungan faktor tersebut diperoleh pembobotan IFAS dan
EFAS yang terdapat pada dua tabel berikut. Berdasarkan penentuan Internal
Factor Analysis Summary (IFAS) dapat ditentukan kekuatan dan kelemahan
masing-masing faktor yang menjadi indikator permasalahan internal pariwisata
Kabupaten Belitung.
Tabel 5.3. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Strenght
No. FAKTOR
RATA-
RATA
BARIS
BOBOT URGENSI BOBOT X
URGENSI
3 Sumber daya alam dan panorama 5.70 4.91 2.950 0.14
2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi
daerah 4.55 3.92 2.950 0.12
5 Potensi Peninggalan Bersejarah (
Darat dan Laut ) 4.45 3.83 3.200 0.12
4 Pariwisata berbasiskan lingkungan 3.90 3.36 3.100 0.10
18 Kerjasama Pemerintah daerah dan
stake holder 3.80 3.27 2.750 0.09
9 Kompetensi/Kualitas Birokrat 3.70 3.19 2.950 0.09
11 Tersedianya Infrastruktur Pariwisata
(akomodasi) 3.70 3.19 2.850 0.09
13 Data Pariwisata 3.65 3.14 2.700 0.08
22 Pembinaan seni dan budaya
masyarakat 3.60 3.10 3.150 0.10
TOTAL BOBOT S (Xs) !"#$%& !'#()& )*#*$& $#(+&
Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Dari tabel diatas, sumber daya alam dan panorama menduduki peringkat
pertama dengan rata-rata baris sebesar 5.70. Hal ini terutama disebabkan oleh
kondisi pantai yang dihiasi batu granit yang menjadi ciri khas tersendiri sehingga
memiliki nilai jual keluar. Selanjutnya yang mendapatkan bobot baris yang tinggi
adalah potensi budaya, adat dan tradisi daerah.
Tabel 5.4. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS) Weakness
NO. FAKTOR
RATA-
RATA
BARIS
BOBOT URGENSI BOBOT X
URGENSI
1 Struktur Birokrasi 3.55 5.16 2.550 0.13
14 Alokasi anggaran 3.55 5.16 2.750 0.14
19 Promosi melalui media massa dalam
negeri 3.55 5.16 2.950 0.15
17 Partnership dan Kolaborasi 3.50 5.12 2.550 0.13
21 Edukasi dan Sosialisasi 3.40 5.03 2.900 0.15
7 Pengembangan Destinasi Wisata
Baru 3.35 4.99 3.250 0.16
23 Pemberdayaan / partisipasi
masyarakat 3.35 4.99 3.050 0.15
8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata 3.30 4.94 3.200 0.16
10 Kreatifitas birokrat sektor pariwisata 3.30 4.94 2.950 0.15
6 Pengembangan Destinasi Wisata
Baru 3.25 4.90 3.050 0.15
16 Insentif Fiskal dari Pemerintah Pusat
dan daerah 2.85 4.56 2.400 0.11
12 Pusat dan Layanan Informasi 2.80 4.51 3.000 0.14
15 Tersedianya Produk UU
Pengembangan Kawasan Pariwisata 2.80 4.51 2.900 0.13
20 Promosi melalui media massa luar
negeri
2.35 4.12 2.750 0.11
TOTAL BOBOT (Xw) 44.90 68.08 40.25 1.96
Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, promosi terutama untuk pasar
wisatawan luar negeri mendapat nilai terendah yaitu sebesar 2,35. Sesungguhnya
promosi memiliki peran sangat penting dalam pemasaran dan hal ini telah
dibuktikan melalui riset yang telah ada. Selanjutnya yang mendapat nilai terendah
kedua adalah faktor produk UU pengembangan kawasan wisata disusul oleh
ketersediaan pusat layanan data dan informasi yang diharapkan dapat membantu
wisatawan yang telah datang dan berencana akan datang.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Tabel 5.5. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Oportunity
No. FAKTOR
RATA-
RATA
BARIS
BOBOT URGENSI BOBOT X
URGENSI
22 Keamanan 5.10 4.71 2.40 0.11
4 Keadaan Infrastruktur 4.25 3.93 2.70 0.11
8 Tersedianya Akomodasi dan biro
travel 4.25 3.93 2.85 0.11
11 Koordinasi antar sektor
pemerintahan 3.95 3.65 2.60 0.09
17 Aksesibilitas Objek Wisata 3.95 3.65 2.85 0.10
20 Investasi sektor pariwisata 3.90 3.60 2.80 0.10
3 Infrastruktur ICT 3.80 3.51 2.80 0.10
9 Mutu layanan 3.75 3.46 2.95 0.10
19 Kreatifitas swasta sektor pariwisata 3.75 3.46 3.05 0.11
12 Jaringan koordinasi dengan
pariwisata daerah lain 3.65 3.37 2.55 0.09
24 Integritas 3.65 3.37 2.50 0.08
10 Living Cost 3.60 3.33 2.55 0.08
2 Akulturasi budaya asing dan lokal 3.60 3.33 2.25 0.07
7 Ketersediaan Souvenir/Gift Shop 3.45 3.19 2.75 0.09
TOTAL BOBOT (Yo) 54.65 50.49 37.60 1.35
Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas, keamanan mendapat nilai yang tinggi yaitu
sebesar 5,10. isu keamanan merupakan isu yang cukup berpengaruh terhadap
target kunjungan, karena dari beberapa referensi yang ada menunjukkan
wisatawan yang ingin berwisata lebih memilih wilayah yang aman dan minim
konflik sedangkan situasi yang kurang kondusif.
Tabel 5.6. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Threats
No. FAKTOR
RATA-
RATA
BARIS
BOBOT URGENSI BOBOT X
URGENSI
1 Pengelolaan lingkungan dan budaya
lokal 3.30 5.41 3.25 0.18
21 Kepemilikan lahan 3.25 4.85 2.60 0.13
6 Keanekaragaman Produk pariwisata 3.20 5.32 2.95 0.16
5 Atraksi dan pendukung 3.20 5.32 2.80 0.15
15 Keselamatan Wisatawan 3.20 5.32 3.15 0.17
14 Tersedianya Blue Print sistem
pariwisata 2.90 5.53 2.80 0.15
13 Penelitian dan pengembangan
pariwisata 2.75 3.65 2.70 0.10
23 Kerusakan lingkungan 2.70 4.85 3.25 0.16
16 Penerbangan dengan Low Cost
Carrier 1.75 3.98 3.75 0.15
18 Pendidikan Tinggi Pariwisata 1.75 3.98 2.90 0.12
TOTAL BOBOT (Yt) 28.00 48.20 30.15 1.45
Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Dari tabel 5.6 diatas, pendidikan tinggi mendapat nilai rata – rata baris
paling rendah yaitu sebesar 1,75. Hal ini terjadi karena Kabupaten Belitung belum
memiliki sekolah tinggi pariwisata. Padahal hal ini sangat penting seiring
bertumbuhnya industri pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisata memicu
kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata, hal ini harus ditanggapi dengan
penyediaan tenaga kerja yang siap pakai. Untuk mewujudkan ini, tentu saja
dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik melalu jalur pendidikan resmi.
Aksesbilitas dari luar Belitung sudah tersedia berupa jalur udara dan jalur
laut. Akan tetapi berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, rute penerbangan
dari Jakarta menuju Belitung hanya dilayani oleh 2 maskapai penerbangan.
Diharapkan kedepan terjadi penambahan jumlah maskapai penerbangan sehingga
terjadi persaingan harga yang menguntungkan penumpang. Dengan panjang
runway 2.000 meter dan lebar 30 meter, bandara H.A.S. Hanandjoedin hanya bisa
didarati oleh pesawat sejenis dengan B-737 300.
Sementara itu, kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan
deforestasi hutan menjadi faktor ancaman dengan nilai terendah selanjutnya.
Seperti yang diketahui bahwa Pulau Belitung juga memiliki potensi bahan galian
tambang yaitu timah yang sudah di ekspolrasi sejak ratusan tahun yang lalu. Akan
tetapi menurut beberapa responden pertambangan timah ini tidak terlalu
mengganggu aktfitas pariwisata selama masih beroperasi di wilayah operasi KP
(Kuasa Penambangan) darat. Pelaku usaha wisata dan masyarakat cenderung tidak
menerima keberadaan penambangan laut baik skala besar maupun skala kecil
karena dianggap dapat merusak lingkungan terutama laut dan pantai mengingat
pariwisata di Belitung masih mengandalkan pariwisata yang berbasis maritim.
5.3.2. Perumusan Strategi
Untuk mengevaluasi strategi yang telah dilakukan berupa prioritas dan
keterkaitan antar strategi yang telah dilakukan berdasarkan pembobotan SWOT,
maka dilakukan interaksi kombinasi strategi internal dan eksternal yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Interaksi kombinasi Strategi SO (Strenght + Opportunity) yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Kombinasi
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
yang seimbang antara kesempatan dan peluang tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
• Potensi sumber daya alam, panorama, adat, budaya dan peninggalan
bersejarah yang ditunjang dengan nilai tawar (price competitiveness),
merupakan modal yang sangat besar bagi Kabupaten Belitung dalam
meningkatkan permintaan (demand) kunjungan wisatawan.
• Adanya kerjasama pemerintah dengan stakeholder terkait pariwisata
merupakan nilai tambah tersendiri yang bisa dijadikan sebagai modal
sosial dalam merencanakan pengembangan pariwisata.
• Ketersediaan fasilitas akomodasi dan transportasi harus ditunjang dengan
infrastruktur yang ada di destinasi pariwisata seperti sanitasi, air bersih dan
pengelolaan limbah.
• Pembinaan seni dan budaya masyarakat juga perlu digiatkan yang bisa
menjadi modal dasar pariwisata berbasis masyarakat (comunity based).
Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada
kolom berikut:
STRATEGI SO
1. Meningkatkan pengelolaan seluruh potensi pariwisata yang
melibatkan masyarakat dan stakeholder pariwisata terutama
pariwisata berbasis lingkungan.
2. Meningkatkan investasi sektor pariwisata sehingga mendorong
infrastruktur pariwisata.
3. Meningkatkan infrastruktur di daerah destinasi wisata terutama
sanitasi, air bersih dan pengelolaan limbah/sampah
4. Peningkatan pembinaan seni dan budaya masyarakat yang dapat
menjadi aset dalam atraksi budaya.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
2. Interaksi kombinasi Strategi WO (Weakness + Opportunity) yaitu strategi
yang mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, dimana
dapat diuraikan sebagai berikut:
• Pengembangan pariwisata harus diimbangi dengan promosi yang
berkelanjutan. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi kepada
para wisatawan tentang potensi pariwisata yang ada. Setelah dilaksanakan
promosi ada baiknya dilakukan pengukuran terhadap hasil promosi
sehingga dapat menentukan strategi promosi selanjutnya.
• Pemerintah daerah bisa memberikan insentif fiskal terhadap pelaku
industri pariwisata guna memberikan rangsangan dalam pengembangan
pariwisata. Insentif fiskal yang dimaksud dapat berupa keringanan pajak,
kemudahan perizinan dan sebagainya.
Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada
kolom berikut:
STRATEGI WO
1. Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan
dengan memanfaatkan media massa baik yang terintegrasi secara
nasional maupun internasional.
2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi, pusat
dan akademisi.
3. Pemberian Insentif fiskal sebagai rangsangan untuk pengembangan
pariwisata.
4. Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan
pariwisata.
3. Interaksi kombinasi Strategi ST (Strenght + Threatness) yaitu strategi yang
menggunakan kekuatan dan meminimalisir ancaman yang terjadi berupa:
• Aset penting dari pariwisata di wilayah Kabupaten Belitung adalah
panorama alam baik daratan, pesisir maupun dasar laut. Hal ini menjadi
daya jual tersendiri untuk daerah. Akan tetapi, kegiatan pariwisata itu
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
sendiri dapat mengancam pelesatarian lingkungan di kawasan destinasi
wisata. Dari hasil dialog dan pengamatan dilapangan, kebersihan destinasi
wisata masih dianggap belum optimal. Minimnya kesadaran masyarakat
dan wisatawan lokal dalam menjaga kebersihan masih dirasa perlu untuk
menjadi perhatian stakeholder terkait.
• Atraksi pedukung yang berupa kesenian lokal menjadi daya tarik sendiri
bagi wisatawan yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi pariwisata di
Kabupaten Belitung.
Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada
kolom berikut:
STRATEGI ST
1. Menjaga kelestarian lingkungan destinasi wisata dan budaya
masyarakat.
2. Berkoordinasi dengan stakeholder terkait guna mencari solusi terbaik
tentang masalah pertanahan untuk pengembangan pariwisata.
3. Mengembangkan Blue Print pariwisata sehingga perencanaan
pengembangan pariwisata dapat memanfaatkan potensi pariwisata
yang ada secara optimal dan berkelanjutan.
4. Perbaikan infrastruktur bandara sehingga layak didarati oleh pesawat
dengan jenis yang lebih besar
4. Interaksi kombinasi Strategi WT (Weakness + Threatness) yaitu strategi
yang mengurangi kelemahan dan sekaligus mengurangi ancaman secara
eksternal yang terjadi yang ada,berupa:
• $%&'('()*&! '*&! +,+(*-(+*+(! .%/0*'*1! 2*+3*/*)*.! .%&.*&4!
)%1*/(5(+*.**&! '*&! 1%-%+.*/(*&! -(&4)6&4*&! +%0(&44*! 2*+3*/*)*.!
.%/6.*2*!'(!+%)(.*/!'*%/*0!'%+.(&*+(!5(+*.*!'*1*.!'(7%/'*3*)*&8
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
• $%&'%()*&'*&! +%,-.&*,.! /*0.1.,*-*! )*02! ,%3.&''*! (%&.&''4*-4*&!
4%0*'*(*&! 5)6%4!1.,*-*! -*&/*!(%72/*4*&! 5/-.(*7.,*,.! 5)6%4!1.,*-*!
+*&!*-0*4,.!)2+*8*!8*&'!,2+*3!*+*99
Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada
kolom berikut:
STRATEGI WT
1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya
ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.
2. Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha
pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan
selama melakukan perjalanan wisata.
3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang
kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat
dapat diberdayakan.
4. Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan
keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata
dan atraksi budaya yang sudah ada.
5.4. Analisa Analytical Hierarchy Process (AHP)
5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih
Dari analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil
strategi dengan jumlah bobot x urgensi tertingi yaitu kombinasi antara faktor
Weakness dan faktor Threatness yaitu sebesar 3,41. Dengan kombinasi strategi
sebagai berikut :
STRATEGI WT
1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya
ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.
2. Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan
selama melakukan perjalanan wisata.
3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang
kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat
dapat diberdayakan
4. Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan
keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata
dan atraksi budaya yang sudah ada.
Dari kombinasi tersebut disusunlah hiraki skenario yang terdiri dari 5
level dengan susunan sebagai berikut :
a. Level 1 merupakan skenario tujuan yang ingin dicapai yaitu Strategi
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung.
b. Level 2 merupakan skenario strategi kebijakan yang terdiri dari :
! Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata
! Sosialisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan
! Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat
! Pengembangan destinasi pariwisata baru
c. Level 3 merupakan hambatan-hambatan jika ingin menjalankan skenario di
level 2. Terdiri dari :
! Keterbatasan Anggaran
! Lemahnya Kelembagaan
! Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat
d. Level 4 terdiri dari aktor-aktor pelaku pengembangan pariwisata, yang terdiri
dari pemda. swasta dan LSM.
e. Level 5 merupakan skenario alternatif kebijakan yang terdiri dari :
! Kerjasama Pendidikan Tinggi Pariwisata
! Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan.
! Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata melalui edukasi dan
sosialisasi
! Penambahan jumlah destinasi wisata baru.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
! Optimalisasi destinasi wisata dan aktrasi budaya yang sudah ada.
5.4.2. Profil Responden
Dalam penentuan responden AHP terdapat perbedaan terhadap
responden SWOT baik dalam jumlah maupun responden itu sendiri. Untuk jumlah
respoden AHP jumlahnya dibatasi sehingga mewakili keterlibatan responden itu
sendiri. Dari keempat responden AHP hanya ada satu orang yang tidak terlibat
dalam metode SWOT. Hal ini dikarenakan responden SWOT tidak bersedia untuk
menjadi responden AHP sehingga dicari responden pengganti. Model
perencanaan menggunakan AHP sangat tergantung oleh persepsi responden, maka
perlu diketahui latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan yang sedang digeluti
responden, sebagai berikut :
Tabel 5.7. Latar Belakang Pendidikan, Usia dan Pekerjaan Responden
No. Pekerjaan Usia
(tahun)
Pendidikan
1. DISBUDPAR (PEMDA 43 S2
2. Tour Adviser (SWASTA) 29 D3
3. Budayawan 61 D3
4. Komunitas Budaya (LSM) 42 S2
Sumber : Biodata respoden dari kusioner
Dalam pengisian kuesioner AHP ini dilakukan secara terpisah. pengisian
kuesioner dilakukan dengan meggunakan wawancara langsung terhadap
responden mengingat jumlah responden yang hanya terdiri dari 4 orang.
Metode wawancara langsung sebenarnya cukup baik karena si pembuat
model dapat mengetahui persepsi sebenarnya sang responden dan dapat segera
mengadakan penyesuaian apabila terjadi kesalahan pengisian. Meskipun begitu,
untuk jumlah responden di atas lima orang misalnya, cara ini dianggap tidak
efektif karena menghabiskan waktu dan tenaga si pembuat model.
Setelah data dari kuesioner AHP terkumpul kemudian dilakukan
penilaian rata-rata responden sehingga dihasilkan penilaian baru. Rumus dari rata-
rata tersebut adalah :
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
a1 + a2 + … + an
= aw
n
dimana, aw = penilaian gabungan (penilaian akhir)
ai = penilaian responden ke I (dalam skala 1/9 – 9)
n = banyaknya responden
5.5. Hasil dan Pembahasan AHP
Berdasarkan pengolahan kuesioner AHP dengan menggunakan aplikasi
Expert Choice, diperoleh hasil analisis hirarki sebagai berikut :
Level 1 :
Tujuan
Level 2 :
Skenario
Level 3 :
Hambatan
Level 4 :
Pelaku
Level 5 :
Kebijakan
Gambar 5.1.
Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata
di Kabupaten Belitung
Strategi pengembangan pariwisata
Kabupaten Belitung (1,000)
Pendidikan
Tinggi
Pariwisata
(0,111)!
Standarisasi dan
pengawasan
keselamatan
wisatawan
(0,134)
Pendidikan dan
sosialisasi
masyarakat
(0,325)
Keterbatasan
Anggaran
(0,129)
Lemahnya
kelembagaan
(0,538)
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
(0,334)
PEMDA (0,441)
SWASTA
(0,179)
LSM (0,435)
Kerjasama
Pendidikan
Tinggi
Pariwisata
(0,105)
Menetapkan
standarisasi
dan
keselamatan
wisatawan
(0,100)
Peningkatan
kesadaran
masyarakat
tentang
pariwisata
(0,329)
Penambaha
n Jumlah
destinasi
wisata baru
(0,111)
Optimalisasi
destinasi dan
atraksi wisata
yang sudah
ada
(0,355)
Pengembangan
destinasi
pariwisata
(0,430)
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
5.5.1. Skenario
Skenario strategi yang paling prioritas adalah Pengembangan Destinasi
Pariwisata dengan bobot global sebesar 43%. Selanjutnya yang menjadi prioritas
kedua adalah Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat dengan bobot prioritas
sebesar 32,5%. Sementara di posisi ketiga adalah Standarisasi dan Pengawasan
Keselamatan Wisatawan dengan bobot prioritas sebesar 13,4% diikuti oleh
Pendidikan Tinggi Pariwisata dengan bobot prioritas sebesar 11,1%. Prioritas
skenario Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung terdiri dari :
1) Prioritas pertama : Pengembangan Destinasi Pariwisata Baru.
Pengembangan destinasi pariwisata dianggap perlu untuk mengatasi
kejenuhan wisatan selama berada di Kabupaten Belitung terutama wisatawan
yang bersifat repeater atau wisatawan yang sudah datang ke Kabupaten
Belitung lebih dari 1 kali. Destinasi pariwisata baru tidak semata dianggap
sebagai tempat wisata baru, tetapi bisa juga berupa atraksi dan budaya yang
mungkin sudah ada tetapi kurang mendapat perhatian dari stakeholder
pariwisata.
Berdasarkan dari survey (pengamatan dan SWOT) dan wawancara terlihat
bahwa Kabupaten Belitung masih mengandalkan panorama alam sebagai
daya tarik wisata. Sementara wisata budaya, wisata sejarah dan wisata minat
khusus masih belum dikelola dengan maksimal. Bangunan tua bernilai
sejarah dan budaya yang tinggi tidak mendapat perhatian dari dari stakeholder
pariwisata baik PEMDA maupun swasta.
2) Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat
Salah satu faktor penting dalam keberhasilan masyarakat adalah kesiapan
masyarakat itu sendiri dalam menerima pariwisata. Tidak mudah membentuk
masyrakat yang berbudaya pariwisata di Kabupaten Belitung. Hal ini didasari
karena berdasarkan sejarah bahwa masyarakat Belitung bukan berasal dari
budaya pariwisata.
Belitung dikenal menjadi destinasi pariwisata ketika era digital fotografi
menjadi booming di tanah air. Komunitas – komunitas fotografi sudah
mengenal Pulau Belitung sebelum munculnya film Laskar Pelangi. Tidak bisa
dipungkiri novel dan film Laskar Pelangi yang berperan besar membuka mata
para “penggila wisata” untuk berbondong-bondong datang ke Pulau Belitung.
Tabel 5.8. Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Naam der Districten
Orang Darat
of
Billtioneezen
Vreemde
Oosterlingen
en Malaiers
Chineezen
Orang
Laut of
Sekah’s
TOTAAL
Tandjong Pandan en
Lingan 2022 218 28 1067 3335
Siedjoek 770 72 - 123 965
Boeding 246 34 - - 280
Badau 43 - - - 43
Blantoe 450 27 - 464 941
3531 351 28 1654 5564
Sumber : Staat van de bevolking op Billiton ( Status kependudukan Belitong), 1851
Dari tabel diatas, ketika usaha pertambangan dibuka pada tahun1851, Pulau
Belitung dihuni oleh sebagian besar urang darat (63,46%), orang laut
(29,73%), melayu (6,31%) dan orang Cina (0.50%) dari total penduduk 5564
jiwa. Tetapi ketika tambang besar dibuka pada tahun 1852 oleh Belanda, hal
ini memicu migrasi.
Dari pernyataan ini menunjukan tranformasi budaya masyarakat dari bertani
dan nelayan sehingga bertranformasi menjadi budaya tambang dari tahun
1852 dan mulai bertranformasi menjadi masyarakat berbudaya pariwisata
pada tahun 2005.
3) Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan
Australian/ NZ Standard 4360 : 1999 mendefinisikan Risk sebagai “ The
chance of something happening that will have or impact upon objectives (
perubahan dari sesuatu yang terjadi yang akan mempuyai pengaruh terhadap
tujuan ). Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa resiko dapat
mempengaruhi tujuan.
Meningkatnya jumlah wisatawan juga tidak terlepas dari resiko baik bagi
daerah (stakeholder dan lingkungan) maupun wisatawan itu sendiri.
Mengingat salah satu destinasi wisata favorit di Belitung adalah Pulau
Lengkuas yang ditempuh ±45 menit perjalanan laut. Resiko yang mungkin
terjadi selama perjalanan laut sebaiknya ditanggulangi sedini mungkin.
Penetapan satandar keselamatan seperti penggunaan Life Jacket selama
perjalanan dirasa penting guna meminimalisir korban jiwa jika terjadi
kecelakaan.
Perpindahan wisatawan dari satu destinasi menuju destinasi lain melalui jalur
darat juga memiliki resiko. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
terjadinya gangguan resiko terhadap wisatawan selama melakukan perjalanan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
darat. Sejak menjelang Idul Fitri dan sesudahnya terjadi 17 kasus kecelakaan
lalu lintas, terdiri dari luka ringan 6 orang, luka berat 7 orang dan meninggal
dunia 4 orang. Sedangkan kasus kecelakaan lalu lintas dari Januari sampai
dengan Juli 2012, terjadi 23 kasus kecelakaan, terdiri dari luka ringan 11
orang, luka berat 14 orang dan meninggal dunia 19 orang.
5.5.2. Hambatan
Prioritas global hambatan dalam mengembangkan pariwisata di
Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan dengan bobot prioritas
sebesar 53,8%. Posisi kedua adalah Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dengan
bobot 33,4% dan yang terakhir adalah Keterbatasan Anggaran dengan bobot
prioritas sebesar 12,9%.
1) Prioritas pertama : Lemahnya Kelembagaan
Pentingnya peranan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata adalah
sebagai penggerak industri pariwisata itu sendiri. Kelembagaan pariwisata
dituntut untuk meningkatkan kerjasama antar lembaga baik PEMDA
Kabupaten Belitung dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi,
PEMDA Kabupaten Belitung dengan PEMDA sekitarnya, PEMDA
Kabupaten Belitung dengan SWASTA, PEMDA Kabupaten Belitung dengan
dunia pendidikan dan PEMDA dengan unsur masyarakat (LSM).
Elemen kelembagaan organisasi pariwisata diperlukan dan bertanggung
jawab sekurang-kurangnya untuk promosi, persiapan kebutuhan para
wisatawan, penelitian, dan informasi pariwisata. Organisasi pariwisata bisa
bersifat pemerintahan, semi pemerintahan, dan bukan badan pemerintahan.
Fungsi dari organisasi pariwisata adalah perencanaan pengembangan
pariwisata, koordinasi antar berbagai badan/instansi pemerintah dan swasta
yang mempunyai dampak dalam industri pariwisata, pengawasan bermacam-
macam segi jasa-jasa pariwisata, merencanakan dan menerapkan promosi,
dan kemungkinan mengawasi kebijakan-kebijakan harga. Menurut Wahab
(2003), belum ada kerangka susunan organisasi yang seragam yang dapat
dijadikan pedoman bagi organisasi pariwisata pemerintah. Organisasi itu
dapat berbentuk kementerian, komisariat, komite, dewan, lembaga, atau
mungkin badan.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Kelembagaan dan lembaga adalah sebuah hal yang berbeda. Kelembagaan
adalah sesuatu yang didalamnya memiliki tujuan, norma, dan aturan, serta
memiliki struktur. Sedangkan lembaga merupakan sesuatu yang berfungsi
untuk menjalankan fungsi kelembagaan. Lembaga menjalankan fungsi
kelembagaan, namun dapat satu atau lebih fungsi sekaligus. Secara ringkas,
kata “kelembagaan” akan diikuti oleh kata kerja, sedangkan kata “lembaga”
akan diikuti oleh kata benda. Oleh karena itu, Oetomo (2006) mendefinisikan
kelembagaan dan lembaga dalam gambar sebagai berikut:
Sumber : Oetomo, 2006
Gambar 5.2. Model Kelembagaan Pembangunan
2) Prioritas kedua : Lemahnya pemberdayaan masyarakat
Pemanfaatan wisata berbasis komunitas masyarakat masih sangat rendah di
Kabupaten Belitung. Pihak Swasta masih berperan dominan dalam industry
pariwisata di Kabupaten Belitung.
Pariwisata berbasis komunitas masyarakat dapat memberikan dampak
langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pariwisata berbasis
masyarakat adalah pengembangan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat
setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dari aspek sosial dan
lingkungan hidup. Pariwisata berbasis masyarakat adalah salah satu cara
memberdayakan masyarakat dalam industri pariwisata. Pemberdayaan
masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari PEMDA, SWASTA dan
LSM.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Selain itu, pengelolaan dampak pariwisata seperti limbah dan kerusakan
lingkungan juga dapat memanfaatkan partisipasi aktif masyarakat.
Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat positif pariwisata sangatlah
penting guna menunjang pemberdayaan masyarakat.
3) Prioritas ketiga : Keterbatasan Anggaran
Berdasarkan hasil survey dilapangan, menurut para responden keterbatasan
anggaran bukan merupakan hambatan mutlak. Kreatifitas lembaga pariwisata
harus berperan aktif dalam mengelola sumber daya pariwsata dengan
resources yang terbatas.
Keterbatasan dana atau budget constraint yang dialami pemerintah daerah
merupakan tantangan bagi daerah untuk membuka peluang investasi masuk
ke sektor pariwisata dengan cara mencari dan mempromosikan potensi
unggulan pariwisata yang memiliki nilai jual.
Tabel 5.9. Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011
No. Program dan Kegiatan Pagu Anggaran
(Rp)
Realisasi
Anggaran
(Rp)
Sisa Anggaran
(Rp)
1 Program Administrasi
Perkantoran 1,345,920,000 1,178,933,092 166,986,908
2 Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur 844,435,000 737,932,100 106,502,900
3 Program Peningkatan Disiplin
Aparatur 49,725,000 42,376,500 7,348,500
4
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem Pelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
10,000,000 - 10,000,000
5 Program Pengembangan dan
Pemasaran Pariwisata 481,570,300 410,613,800 70,956,500
6 Program Peningkatan Keamanan
dan Kenyamanan Wisatawan 194,376,300 190,361,800 4,014,500
7 Program Peningkatan SDM
Terkait Sektor Pariwisata 263,579,000 232,281,400 31,297,600
8
Program Peningkatan Kepedulian
Terhadap Pembangunan
Kepariwisataan
334,972,000 242,647,500 92,324,500
9 Program Pengelolaan Kawasan
Wisata 400,995,000 380,166,800 20,828,200
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
(Lanjutan Tabel 5.9.)
10 Program Pengembangan Nilai
Budaya 184,244,000 171,082,000 13,162,000
11 Program Pengelolaan Kekayaan
Budaya 456,480,000 191,301,800 265,178,200
TOTAL 4,566,296,600 3,777,696,792 788,599,808
Sumber : LAKIP DISBUDPAR Kabupaten Belitung TA. 2011
Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD
Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2011 dimana jumlah APBD Kabupaten
Belitung sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan
dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga konstan
sebesar 16%.
5.5.3. Pelaku
Bobot global masing-masing pelaku PEMDA, LSM dan SWASTA
adalah 44,1%, 43,5% dan 17,9%. PEMDA dianggap paling berperan dalam
prioritas pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Akan tetapi PEMDA
tidak bisa bergerak sendiri dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu
peran SWASTA dan LSM/Komunitas dibutuhkan dalam pengembangan
pariwisata. Oleh karena itu kerjasama dalam pengembangan pariwisata sangatlah
diperlukan.
Kerja sama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau
lebih yang berinteraksi atau menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di sini terlihat adanya tiga unsur pokok
yang selalu melekat pada suatu kerangka kerja sama yaitu unsur dua pihak atau
lebih, unsur interaksi, dan unsur tujuan bersama. Jika salah satu dari ketiga unsur
itu tidak termuat pada suatu objek yang dikaji, maka dapat dianggap bahwa pada
objek tersebut tidak terdapat kerja sama (Pamudji, 1985).
Selanjutnya Carmen dalam Winarso (2002) memberikan wawasan
tentang kerja sama dari berbagai perspektif, antara lain:
! mitra adalah co-owners,
! pelaku kerja sama adalah kontributor sekaligus "pewaris",
! posisi egaliter antara pelaku kerja sama,
! pengedepanan prinsip hubungan horisontal, serta
! penekanan kembali bahwa mitra bukan merupakan "pihak lain",
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
! memanfaatkan sebesar mungkin keuntungan komparatif dari mitra kerjasama,
tanpa mengabaikan sama sekali potensi mitra kerja sama,
! menekankan pada pentingnya "bottom-up cooperation" daripada "top-down
cooperation" yang umumnya difasilitasi pemerintah (atasan).
Kerja sama dapat memberikan manfaat yang besar bagi masing-masing
pihak yang terlibat. Berdasarkan penelitian, manfaat yang dapat dipetik adanya
kerja sama adalah sebagai berikut (Kusnadi, 2002; Keban, 2008):
! Kerja sama dapat mendorong adanya "perlombaan" di dalam pencapaian tujuan
dan peningkatan produktifitas.
! Kerja sama mendorong berbagai upaya pihak yang bekerja sama agar dapat
bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien.
! Kerja sama mendorong terciptanya sinergi, sehingga biaya operasionalisasi dan
kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang ikut kerja sama akan menjadi
semakin rendah, yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.
! Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antar pihak
terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
! Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat
kelompok.
! Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi di
lingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan
situasi dan kondisi yang lebih baik.
! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat membentuk kekuatan yang lebih besar.
Dengan kerja sama antar pemerintah daerah, kekuatan dari masing-masing
daerah yang bekerja sama dapat disinergikan untuk menghadapi ancaman
lingkungan atau permasalahan yang rumit sifatnya daripada kalau ditangani
sendiri-sendiri. Mereka bisa bekerja sama untuk mengatasi hambatan
lingkungan atau mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi.
! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat lebih berdaya. Dengan kerja sama,
masing-masing daerah yang terlibat lebih memiliki posisi tawar yang lebih
baik, atau lebih mampu memperjuangkan kepentingannya kepada struktur
pemerintahan yang lebih tinggi. Bila suatu daerah secara sendiri
memperjuangkan kepentingannya, ia mungkin kurang diperhatikan, tetapi bila
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
ia masuk menjadi anggota suatu forum kerja sama daerah, maka suaranya akan
lebih diperhatikan.
! Masing-masing pihak lebih merasakan keadilan. Masing-masing daerah akan
merasa dirinya tidak dirugikan karena ada transparansi dalam melakukan
hubungan kerja sama. Masing-masing daerah yang terlibat kerja sama memiliki
akses yang sama terhadap informasi yang dibuat atau digunakan.
! Masing-masing pihak yang bekerja sama akan memelihara keberlanjutan
penanganan bidang-bidang yang dikerjasamakan. Dengan kerja sama tersebut
masing-masing daerah memiliki komitmen untuk tidak mengkhianati
partnernya tetapi memelihara hubungan yang saling menguntungkan secara
berkelanjutan.
5.5.4. Kebijakan
Gambar 5.3. Hasil Prioritas Kebijakan
Dari gamabar 4.2. diatas dapat terlihat Inkonsistensi keseluruhan sebesar
10%. Dari olahan hasil aplikasi expert choice diperoleh prioritas kebijakan
Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada dengan bobot nilai
sebesar 35,5%. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata ada di
prioritas kedua dengan bobot nilai sebesar 32,9%. Di prioritas ketiga adalah
Penambahan jumlah destinasi pariwisata baru dengan bobot nilai 11,1%. Pada
posisi keempat yang menjadi prioritas adalah Kerjasa pendidikan tinggi pariwisata
dan yang menjadi prioritas terakhir adalah Menetapkan standarisasi dan
keselamatan wisatawan.
Penjelasan dari kelima langkah kebijakan yang perlu dilakukan dalam
Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
1) Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada.
Destinasi pariwisata di Kabupaten Belitung belum dikelola secara
optimal. Minimnya sanitasi dan air bersih menjadi permasalahan pokok selain
dampak dari pariwisata itu sendiri ( limbah/sampah ).
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai
tujuan pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan
suatu objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan,
dan pemantauan potensi alam dan budaya dengan memperhatikan aspek-aspek
pelestarian. Kepariwisataan memerlukan konsep-konsep pengelolaan atau
manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok
yaitu, pengorganisasian, perencanaan, motivasi, penempatan personal dan
penggeraknya, koordinasi dan pengawasannya (Wahab, 2003). Sedangkan
pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan
untuk mencapai suatu keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi
wisata, apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan
kurang optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut. Pengembangan
pariwisata adalah upaya peningkatan pemanfaatan potensi alam dan budaya,
dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Maksud dari pengembangan
suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan
pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan
fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan memberikan
kesempatan untuk membentuk produk-produk serta pelayanan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini
disebabkan produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan,
tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Wujud produk wisata
ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan dan konsumen memperoleh
pengalaman dari perjalanan wisata.
Agar dapat memberikan pengelolaan dan pengembangan yang optimal
bagi suatu objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang terintegrasi dan
komprehensif. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang dari hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan (Fandeli ed, 2001). Terintegrasi dalam arti bahwa
perencanaan tersebut diupayakan masih merupakan mata rantai dengan
perencanaan pada tatanan diatasnya, dengan kata lain perencanaan ini merupakan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
pendetailan atau penjabaran dari rencana makro atau umum diatasnya, sedangkan
komprehensif memiliki arti bahwa perencanan ini diharapkan dapat menyatukan
elemen-elemen yang ada di lapangan dalam satu kesatuan bahasan yang saling
melengkapi. Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, karena itu koordinasi
antar berbagai sektor terkait melalui poses perencanaan yang tepat sangat penting
artinya. Perencanaan juga diharapkan dapat membantu tercapainya kesesuaian
antara pasar wisata dengan produk wisata yang dikembangkan tanpa harus
mengorbankan kepentingan masing-masing pihak.
2) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata.
Kesiapan suatu kawasan destinasi wisata bukan hanya dari sisi
akomodasi dan infrastruktur, akan tetapi juga melibatkan komponen masyarakat
yang diharapkan menjadi tuan rumah yang baik. Sehingga diharapkan dimasa
mendatang hal ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak
multiplier pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat.
Salah satu cara meningkatkan kesadaran masyrakat tentang pariwisata
adalah turut melibatkan masyarakat di dalam proses pengembangan pariwisata.
Keterlibatan dalam pengembangan pariwisata ini maksudnya adalah agar
masyarakat tidak hanya menjadi objek tapi juga berperan selaku objek sehingga
dapat menikmati keuntungan yang optimal dari pengelolaan pariwisata, sehingga
dapat menambah sumber pendapatan masyarakat, dari biasanya, sumber
pendapatan utama masyarakat tetap seperti semula, misalnya pertanian,
perkebunan atau nelayan. Dengan berkembangnya usaha pariwisata berbasis
masyarakat, penduduk akan memperoleh pendapatan tambahan sehingga
ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam akan berkurang. Untuk
mendukung upaya ini hendaknya jadwal usaha pariwisata disesuaikan berdasarkan
situasi dan kondisi masyarakat, agar tidak mengganggu aktivitas rutin masyarakat.
Dengan keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata
dengan pola pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini adalah agar
keuntungan dari usaha pariwisata dapat lebih banyak diterima langsung dan
dinikmati oleh masyarakat, untuk mencapai harapan ini dapat kita terapkan sistem
rotasi dalam penyediaan jasa pariwisata, artinya sebelum pengunjung datang
masyarakat telah mendapatkan informasi tentang kunjungan tersebut, sehingga
dapat dilakukan pengaturan pembagian penyediaan jasa kepada pengunjung
(wisatawan) seperti penginapan, penyediaan makanan, pemandu dan sebagainya
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
sehingga seluruh masyarakat memperoleh tambahan, tentu pengaturan semua ini
harus dikelola dengan baik dengan melibatkan unsur masyarakat yang
berkepentingan.
3) Penambahan jumlah destinasi wisata baru
Kabupaten Belitung yang kaya akan potensi pariwisata baik berupa alam,
budaya dan sejarah sangat memungkinkan untuk melakukan penambahan
destinasi wisata baru. Penambahan destinasi wisata baru harus diikuti oleh
penambahan aksesbilitas baru dan fasilitas infrastruktur penunjang yang baru.
Kenyamanan wisatawan selama menuju dan berada di destinasi wisata baru
menjadi faktor penting selain dari adanya destinasi wisata baru itu sendiri.
Infrastruktur penunjang yang utama adalah sanitasi dan air bersih.
Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai
sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan
menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu
atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.
Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat)
komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: 1) Atraksi
(attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan
seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan
adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya
akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu
organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti
destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.
4) Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata
Meningkatnya jumlah investasi pariwisata di Kabupaten Belitung
memberikan dampak dari terbukanya peluang lapangan pekerjaan di sektor
pariwisata. Sangat disayangkan Kabupaten Belitung belum memiliki Perguruan
Tinggi yang berkonsentrasi di pariwisata. Investor di Kabupaten Belitung saat ini
mendatangkan tenaga kerja pariwisata dari luar daerah.
Tabel 5.10. Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung
No Tahun Hotel Bintang Hotel Non
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Bintang/Penginapan
Losmen
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Hotel Kamar Hotel Kamar
1 2007 3 106 15 207
2 2008 3 106 15 207
3 2009 4 126 15 207
4 2010 5 167 15 207
Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung
Investasi yang mampu mendorong pertumbuhan tidak hanya berasal dari
tabungan domestik. Investasi dari luar negeri juga dapat mempengaruhi GDP dan
GNP dengan cara yang berbeda (Mankiw, 2003:67). Investasi asing merupakan
salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh sebuah negara untuk tumbuh dan
sekaligus mempelajari teknologi terkini yang telah dikembangkan dan digunakan
di negara- negara kaya. Walaupun sejumlah keuntungan dari investasi ini kembali
kepada investor asing, namun investasi ini menaikkan persediaan modal, yang
kemudian menaikkan produktivitas dan gaji.
5) Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan
Keselamatan dan keamanan penting untuk memberikan kualitas
dalampariwisata. Lebih dari setiap kegiatan ekonomi lainnya, keberhasilan atau
kegagalan dari suatu tujuan wisata tergantung pada kemampuan untuk
menyediakan lingkungan yang aman dan aman bagi pengunjung. Keselamatan
pengunjung (publik) didefinisikan sebagai suatu bentuk perlindungan terhadap
masyarakat secara umum dalam hal ini adalah pengunjung dari segala bentuk
bahaya, risiko, kecelakaan dan kerugian yang timbul dari bencana alam maupun
dari bencana akibat peran manusia.
Pengunjung harus diberi perlindungan dalam setiap aktivitas yang
dilakukan selama berada di tempat wisata dari tahap kedatangan pengunjung,
kegiatan yang dilakukan di tempat pariwisata dan kepulangan dari tempat wisata
harus dijamin oleh pihak pengelola kawasan wisata untuk meningkatkan nama
baik perusahaan dan agar perusahaan tidak mengalami kerugian untuk pemberian
insentif kepada korban.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat
menimbulkan cedera, kematian, kerugian dan kerusakan pada property. Pada
umumnya kecelakaan di area wisata terjadi secara acak tanpa mengenal umur,
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
jenis kelamin, status, jabatan dan sebagainya, Kecelakaan dapat terjadi karena
kondisi simultan dari faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor alam sendiri.
Agar risiko kecelakaan tidak meningkat maka dilakukan pencegahan melalui
peningkatan keselamatan. Peningkatan keselamatan dapat diintervensi dengan 5
pendekatan yaitu engineering, enforcement, education, encouragement dan
emergency preparadness. (AICST, 2006)
5.5.5. Uji Sensitivitas
Hasil analisis AHP menggunakan software Expert choice 2000, selain
dapat menunjukkan sebuah prioritas pengambilan keputusan, dapat pula
memberikan informasi tentang uji sensitivitas sebuah skenario (kriteria) terhadap
prioritas kebijakan (alternatif) yang harus ditempuh. Artinya sejauh mana
perubahan skenario yang dipilih dapat mengubah prioritas kebijakan.
Dengan menggunakan grafik tersebut dapat dilakukan simulasi
perubahan prioritas tiap elemen-elemen skenario dan melihat sensitivitas berupa
ada atau tidaknya perubahan prioritas kebijakan akibat perubahan prioritas
skenario.
Gambar 5.4. Grafik Uji sensitivitas
Pada uji sensitivitas skeanrio pendidikan pariwisata disimulasikan naik
menjadi 18% terjadi perubahan alternative kerjasama pendidikan tinggi pariwisata
yang awal mulanya berada di posisi keempat naik menjadi prioritas ketiga.
Demikian halnya dengan uji sensisitivitas standarisasi dan pengawasan
keselamatan wisatawan juga jika dinaikan sebesar 23% terjadi perubahan terhadap
terhadap alternative menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan
wisatawan. Ketika scenario pendidikan dan sosialisasi masyarakat dinaikan
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
menjadi 40% maka terjadi perubahan prioritas alternative Opimalisasi destinasi
dan atraksi wisata yang sudah ada turun ke prioritas kedua. $%&'()*+!
,&'-&./('-('!0&12*'(1*!,()*3*1(2(!/()4!5*%(!0*24)4'%('!.&'5(0*!678!.(%(!
,)*+)*2(1! (92&)'(2*:&!,&'*'-%(2('!%&1(0()('!.(1;()(%(2! 2&'2('-!,()*3*1(2(!
'(*%!.&'5(0*!,)*+)*2(1!,&)2(.(<!
!
5.6. Keterbatasan Kajian
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami hambatan antara lain
keterwakilan responden. Untuk analisa SWOT dari 30 kuesioner yang
didistribusikan hanya 20 kuesioner yang kembali. Sehingga respon rate diperoleh
sebesar 67%. Analisa SWOT dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor internal
dan faktor eksternal pariwisata di Kabupaten Belitung saat ini. Kesulitan penulis
dalam analisa SWOT adalah mencari responden yang memahami tentang
pariwisata dalam waktu yang relatif singkat dikarenakan keterbatasan biaya
penelitian.
Dalam melakukan analisa AHP, penulis mengambil hanya 4 sampel
responden dengan harapan adanya keterwakilan dari PEMDA, swasta, LSM dan
pemerhati budaya/pariwisata. Tidak ada batasan dalam menentukan jumlah
responden AHP. Tetapi disadari penulis pemikiran lebih dari 1 orang lebih baik
daripada pemikiran 1 orang. Mengingat keterbatasan waktu responden dan
penulis, maka pengisian kuesioner dilakukan dengan sistem wawancara langsung.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Weakness (Kelemahan)
Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi
kelemahan dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah
:
a. Kelembagaan :
! Lemahnya kelembagaan dikarenakan minimnya kerjasama dan koordinasi
antar stakeholder pariwisata. Kerjasama dan koordinasi dalam sebuah
pembangunan pariwisata adalah faktor penting, dikarenakan pariwisata itu
sendiri bersifat multi sektoral.
! Produk UU pengembangan pariwisata sebagai acuan (pedoman) dalam
menentukan arah pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan baik
kuantitas dan kualitas. Produk UU pengembangan pariwisata juga menjadi
indikator keseriusan PEMDA dalam mengembangkan pariwisata.
b. Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pariwisata
Dalam pengembangan sektor pariwisata tentunya dibutuhkan Sumberdaya
manusia yang berkualitas disamping kuantitas. Sumberdaya manusia mulai dari
pengelola sampai kepada masyarakat memiliki peran penting dalam
keberhasilan pengembangan pariwisata. Pengelola pariwisata diharapkan
mampu dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,
menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam
mendatangkan wisatawan.
c. Fiskal
! Untuk meningkatkan pengembangan potensi pariwisata, bisa dilakukan
dengan memberikan rangsangan berupa insentif fiscal kepada para pelaku
pariwisata baik swasta maupun komunitas masyarakat. Insentif fiskal
diharapkan mampu mendorong produktivitas para pelaku pariwisata.
! Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD Kabupaten
Belitung Tahun Anggaran 2011. Dimana jumlah APBD Kabupaten Belitung
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan
dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga
konstan sebesar 16%. Sehingga anggaran pariwisata perlu ditingkatan yang
diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor pariwisata.
d. Informasi Pariwisata
! Dalam sebuah perencanaan, data adalah dasar dalam menentukan prioritas
pengembangan pembangunan. Minimnya data di sektor pariwisata bisa
memicu pembangunan yang tidak tepat sasaran.
! Pusat layanan informasi pariwisata diharapkan dapat membantu wisatawan
baik yang sudah datang maupun yang baru akan merencanakan perjalanan.
! Kegiatan promosi dapat mendorong permintaan akan pariwisata. Informasi
dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui
leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau
media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel,
restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara obyek
pariwisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat
berperan.
e. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat terutama disekitar area destinasi wisata disertai
dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, secara signifikan dapat
menumbuhkan kemandirian dan anggapan masyarakat tentang dampak positif
pariwisata.
f. Pengembangan destinasi pariwisata
Pengembangan destinasi pariwisata baru diharapkan dapat meningkatkan
jumlah uang yang dikeluarkan oleh wisatawan sehingga meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. Tetapi bukan bearti
mengabaikan destinasi pariwisata yang sudah ada.
6.1.2. Threathness (Ancaman)
Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi ancaman
dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah :
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
a. Dampak pariwisata
Kegiatan pariwisata juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
diantaranya adalah sampah dan hilangnya biota akibat eksploitasi pariwisata.
Sedangkan dampak terhadap kebudayaan adalah pmunculnya pengaruh negatif
akibat akulturasi budaya yang dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan lokal.
b. Kepemilikan lahan
Masalah kepemilikan lahan menjadi ancaman serius terhadap pertumbuhan
investasi. Konflik yang berkepanjangan akibat masalah kepemilikan lahan
menyebabkan investor harus mengeluarkan biaya lebih terutama biaya sosial.
Jika biaya yang dikeluarkan bagi investor terlalu besar maka akan menurunkan
minat investasi sektor pariwisata di Kabupaten Belitung.
c. Ragam Produk Pariwisata
Memanfaatkan ragam aktraksi budaya yang sudah ada sebagai alternatif tujuan
wisata. Pengembangan potensi budaya dan atraksi pendukung pariwisata perlu
dilakukan secara kontinyu. Bila hal ini kurang digarap menimbulkan citra
negatif terhadap pengelolaan pariwisata daerah.
d. Keselamatan wisatawan
Menurut UU. No. 10 tahun 2009 menyatakan bahwa pemerintah dan
pengusaha wisata wajib melindungi keselamatan pengunjung. Namun
kenyataanya di lapangan, pemerintah dan pengusaha masih kurang
memperhatikan masalah keselamatan pengunjung di tempat wisata.
e. Perencanaan
Minimnya dokumen perencanaan yang dikuatkan menjadi produk hukum
menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata. Dokumen perencanaan
menjadi acuan dalam menentukan arah pembangunan pariwisata baik dalam
jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan)
Selain potensi wisata Kabupaten Belitung juga memiliki potensi bahan galian
yang bersifat ekonomis yaitu timah. Ekploitasi timah menyebabkan kerusakan
lingkungan yang menjadi ancaman serius bagi pariwisata yang sangat
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
tergantung terhadap kelestarian lingkungan. Untuk itu diperlukan koordinasi
dan rencana tata ruang yang baik guna mengatasi ancaman kerusakan
lingkungan.
g. Penerbangan Low Cost Carrier
Saat ini kita mengenal istilah Low Budget Traveling atau melakukan perjalanan
dengan biaya murah yang didominasi oleh kaum. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor pendorong kaum muda
untuk melakukan perjalanan. Potensi ini harus didukung oleh ketersediaan Low
Cost Carrier atau penerbangan dengan biaya murah.
h. Pendidikan tinggi pariwisata
Meningkatnya minat investasi di sektor pariwisata berdampak terhadap
penyerapan tenaga tenaga kerja di sektor pariwisata. Ketersediaan tenaga kerja
juga membantu para investor untu mengurangi biaya operasional mengingat
para investor di Kabupaten Belitung masih banyak mendatangkan tenaga kerja
dari luar daerah.
6.1.3. Strategi
Untuk mengatasi faktor kelemahan dan faktor ancaman disusunlah
strategi kebijakan sebagai berikut :
1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan
tenaga kerja sektor pariwisata.
2. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku
usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan
selama melakukan perjalanan wisata.
3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang
kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat
diberdayakan.
4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan
keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi
budaya yang sudah ada.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
6.1.4. Prioritas Kebijakan
Prioritas utama strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung
adalah Pengembangan Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama
dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya
Kelembagaan dengan bobot prioritas 53,8%. Sedangkan alternatif kebijakan yang
menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada
dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.
6.2. Saran
Rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini kepada
Pemerintahan Daerah Kabupaten Belitung, khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi Kelemahan (Weakness)
a. Kelembagaan, melalui peningkatan kerjasama dan koordinasi antar stake
holder pariwisata serta pengadaan Produk UU Pengembangan Kawasan
Pariwisata.
b. SDM sektor pariwisata, melalui peningkatan kualitas SDM stakeholder
pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan kepariwisataan yang
berkelanjutan.
c. Fiskal, melalui pemberian Insentif Fiskal kepada pelaku usaha pariwisata
terutama kepada pelaku usaha pariwisata berbasiskan masyarakat dan
penambahan alokasi anggaran pariwisata guna merangsang pertumbuhan
pariwisata.
d. Informasi Pariwisata, melalui peningkatan kuantitas dan kualitas data
pariwisata, penyediaan pusat layanan informasi pariwisata serta
peningkatan program promosi pariwisata.
e. Pemberdayaan masyarakat, melalui peningkatan program edukasi dan
sosialisasi pariwisata kepada masyarakat serta peningkatan peran
masyarakat dalam pariwisata.
f. Pengembangan destinasi pariwisata, melalui optimalisasi destinasi dan
atraksi pariwisata yang sudah ada serta pengembangan destinasi pariwisata
baru.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
2. Mengatasi Ancaman (Threatness)
a. Dampak pariwisata, melalui peningkatan program pengelolaan lingkungan
dan budaya lokal.
b. Kepemilikan lahan, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak
terkait guna meningkatkan validitas kepemilikan lahan.
c. Ragam Produk Pariwisata, melalui peningkatan pemberdayaan budaya
dan kesenian lokal sebagai atraksi pendukung pariwisata yang diharapkan
dapat menjadi alternatif tujuan wisata.
d. Keselamatan wisatawan, dengan menetapkan standarisasi, sosialisasi dan
pengawasan keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.
e. Perencanaan, melalui peningkatan penelitian pariwisata yang diharapkan
dapat menjadi acuan membuat blue print kepariwisataan.
f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan), melalui peningkatan
koordinasi dengan instansi terkait untuk meminimalisir kerusakan
lingkungan akibat pertambangan.
g. Penerbangan Low Cost Carrier, melalui peningkatan jumlah maskapai
penerbangan dengan melakukan perbaikan infrastruktur bandara sehingga
mampu didarati oleh pesawat dengan kapasitan penumpang yang lebih
besar.
h. Pendidikan tinggi pariwisata, menyediakan pendidikan tinggi pariwisata
sehingga tersedianya tenaga kerja di sektor pariwisata.
3. Prioritas Kebijakan
a. Melakukan optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang ada. Hal ini
disebabkan destinasi yang ada sudah dikenal oleh kalangan wisatawan.
Stakeholder pariwisata harus menyediakan fasilitas infrastruktur pariwisata
guna menambah kenyamanan wisatawan. Pengelolaan kebersihan tempat
destinasi pariwisata juga tidak boleh terabaikan.
b. Peningkatan kesadaran pariwisata terhadap masyarakat perlu ditinggkatkan
sehingga bisa menjadi tuan rumah yang baik.
c. Penambahan jumlah destinasi wisata baru dilakukan bersamaan dengan
optimalisasi destinasi dan atraksi yang sudah ada.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
d. Penyediaan pendidikan tinggi pariwisata sehingga adanya ketersediaan
tenaga kerja di sektor pariwisata.
e. Menetapkan standarisasi, sosialisasi dan pengawasan keselamatan
wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.
!
!
Universitas Indonesia
!
""!
DAFTAR PUSTAKA
Alphonce, Christian B. (1996). Application of AHP in Agriculture in Developing
Countries. Elsevier Science Ltd.
Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Keempat. Jakarta. Rineka Cipta
Bappenas RI, (2009). RPJMN 2010 – 2014, Jakarta: Author.
Blanke J, & Chiesa T. (2011). The Travel & Tourism Competitiveness Report 2011
World Economic Forum. Geneve.
Brojonegoro, B. Permadi. (1992) Analytical Hierarchy Process (AHP). Jakarta: Pusat
Studi Antar Universitas Ekonomi, UI.
Chandler, A.D. Jr. (1962). Strategy and Structure: Chapters in the History of the
American Industrial Enterprise. Cambridge, MA: MIT Press.
Cooper, Chris, dkk. (1995). Tourism, Principles and Practice. Prentice Hall, Harlow.
Damanik, Janianton., & Weber Helmut L. (2006). Perencanaan Ekowisata (Dari teori ke
aplikasi). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata (Puspar)
UGM & Andi.
Daryanto & Usman. (2007). Preferensi wisatawan asing yang transit ke Jakarta terhadap
kunjungan wisata lain di Indonesia. Jurnal Pengembangan wiraswasta Vol.
9 No. 3 Hal.180 - 191. (Desember 2007)Drucker, Peter F. (2008). The Five
Most Important Questions You Will Ever Ask About Your Organization.
Third Edition. New York: Mc Graw-Hill.
Dahuri, R, (2003). Paradigma baru pembangunan Indonesia bebasis kelautan, Orasi
Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.(2005). Pedoman Peyusunan Neraca Satelit
Pariwisata Daerah.
----------------------------------------------------(2006). Statistik Kebudayaan dan Pariwisata,
Pusdatin Dep.Budpar, Jakarta.
Dewi Utami, Ruth. (2011). Film Sebagai Strategi Pemasaran Terhadap Citra Destinasi
Pariwisata, Studi Kasus: Film Laskar Pelangi di Pulau Belitung.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Drucker, Peter F. (1954). The Practice of Management. New York: Harper & Brothers.
Fandeli, Chafid. (2001). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial)
Yogyakarta: Liberty.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
--------------------------(2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta.
Forman, E.H.; Gass, S.I. (2001). The Analytic Hierarchy Process: An Exposition.
Source: Operations Research, Vol. 49, No. 4 (Jul. - Aug., 2001), pp. 469-
486 Published by: INFORMS Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/3088581.
Glueck, William F., & Jauch, Lawrence R. (1989). Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan, Jakarta : Erlangga.
Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. (2009). Pengantar Industri
Pariwisata (Definisi Kepariwisataan dan Pariwisata, dan Pengembangan
Pariwisata). (2010). http://jurnal- sdm.blogspot.com /2009/08 /pengantar-
industri-pariwisata-definisi.html.
Kabupaten Belitung. (2000). Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten
Belitung. Tanjungpandan : Author.
---------------------------(2007). Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD) 2010 – 2014. Tanjungpandan: Author.
---------------------------(2008). Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA). Tanjungpandan: Author.
---------------------------(2011). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan
Kerja Perangkat Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Belitung (LAKIP SKPD) 2011. Tanjungpandan: Author.
---------------------------(2012). Belitung Dalam Angka 2011. Tanjungpandan: Author.
Keban, Yeremias T. (2008). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori
dan Isu. Yogyakarta : edisi kedua Gava Media.
Kementerian Budaya dan Pariwisata. (2010). Nesparnas 2009. http://www.budpar.go.id
/filedata/5889_2067-nesparnas.pdf.
Kuswara, Ukus, (2006). Kepariwisataan dalam Perspektif Pengembangan Kota,
www.budpar.go.id.
Lembaran Negara RI.(2009). Undang – undang No. 10 Tahun 2009. Tentang
Kepariwisataan. Jakarta: Author..................................., (1990). Undang –
undang No. 9 Tahun 1990. Tentang Pariwisata. Jakarta: Author.
Lundberg, E. Donald, Mink H. Stavenga, dan M Krishnamoorthy, (1997). Ekonomi
Pariwisata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mankiw, N Gregory. (2007). Makro Ekonomi (Fitria Liza dan Imam Nurmawan,
Penerjemah). Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Oetomo, Andi. (2006). Hukum dan Kelembagaan dalam Metropolitan di Indonesia:
Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan Ruang, Jakarta: Direktorat
Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah
Suatu Tinjauan dari Segi Administrasi Negara. Jakarta, PT. Bina Aksara.
Pao, Jay W. (2004). Recent Developments and Prospects of Macao’s Tourism Industry.
Monetary Authority of Macao.
Patton, Michael Quinn. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pearce, John A. dan Robinson, Richard B. Jr. (2003). Strategic Management
Formulation, Implementation and Control. Boston: Mc Graw Hill.
--------------------------------------------------------------------(2008). Management Strategic
(Yanivi Bachtiar dan Christine). Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Pendit, Nyoman S. (1999). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita
--------------------------(2006). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Edisi
Keempat. Jakarta: Pradnya Paramita.
Prajogo, MJ, (1976). Pengantar Pariwisata Indonesia, Ditjen Pariwisata, Jakarta.
Rangkuti,Freddy. (2001). SWOT Balanced Score Card. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
--------------------------(2011). Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan 8
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Saaty, T. L., (1994), Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with The
Analytic Hierarchy Process, RWS Publications, USA.
Setiyadi, S., Amar, K. dan Aji, T. (2011). Penentuan Strategi Sustainability Usaha Pada
Ukm Kuliner Dengan Menggunakan Metode SWOT – AHP. Jurnal Ilmiah
Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Vol. 10, No. 2
Soesilo, Nining I. (2002). Reformasi Birokrasi memerlukan manajemen Strategik. Jakarta
: MPKP FE-UI.
Spillane, J James, (1987). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius,
Yogyakarta.
--------------------------(1991). Economic and cultural strategy for tourism development of
Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
--------------------------(1994). Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Tangkilian, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta : PT. Gramedia.
Tribe,John. (2011). The Economics of recreation, leisure and tourism. Fourth edition.
Oxford: Elsevier
Wahab, Salah. (2003). Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.
!
!
Universitas Indonesia
!
"#!
Wahab,Salah., & Pigram, John J. (2005). Tourism, development and growth (The
chalenge of sustainibility).London: Taylor & Francis E-library.
Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Wijaya, Indra. (2005). Perencanaan Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan
Seribu, Pendekatan Hirarki Analitik (AHP). Program Pasca Sarjana FEUI,
Depok.
Yoeti, Oka A. (1990). Tours and Travel Management. Jakarta: Pradnya Paramita.
------------------(1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
------------------(2005). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Cetakan kedua. Jakarta: Pradnya Paramita.
!
Universitas Indonesia!
"#!
Lampiran 1 Kuesioner SWOT
KUESIONER ANALISA SWOT
Bapak/Ibu yang terhormat,
Dalam rangka melengkapi data untuk penyelesaian thesis saya pada Program
Pasca Sarjana Ekonomi Kekhususan Manajemen Perencanaan Kebijakan Publik
Universitas Indonesia, maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi
kuesioner thesis saya dengan judul “ Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten
Belitung (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Stakeholder
Pariwisata di Kabupaten Belitung)”. Kerahasiaan dan identitas Bapak/Ibu akan saya
jaga sebaik-baiknya agar ibu/Bapak dapat lebih objektif dalam menjawab kuesioner
ini.
Latar belakang penelitian ini adalah :
Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan
berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan
sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan sektor-sektor
lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor lainnya. Dampak ekonomis
pariwisata yang lintas sektor ini bahkan juga melintas multi sektor dalam bentuk
pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.
Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu bidang
yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan
daerah Bangka Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola dengan baik dapat
menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial dalam pertumbuhan
ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya sebagai sumber devisa
tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang ditimbulkan dari sejumlah
keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.
Dalam upaya menangkap aspirasi dan kendala yang terjadi serta untuk
mendukung hasil yang komperehensif, maka kuesioner ini dibuat dengan melibatkan
aparatur pembuat kebijakan serta stake holder yang langsung atau tidak berperan
dalam program ini.
!
Universitas Indonesia!
"#!
Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT
Tujuan utama hasil kuesioner adalah :
1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan secara kuantitatif faktor Internal dan
eksternal yang mempengaruhi program pariwisata di Kabupaten Belitung.
2. Melihat dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang mungkin dilakukan
berdasarkan hambatan dan tantangan kedepan.
Profile Responden
Nama : ...........................................................................
Instansi/Bidang : ...........................................................................
Jabatan : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
No Telpon/Email : ...........................................................................
Tanda Tangan : ...........................................................................
Cara Pengisian :
Berilah Centang/Cawang pada Kuesioner SWOT yang terdiri dari dua
kategori yaitu Internal untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan
(Strength) dan Kelemahan (Weakness) dan Eksternal, untuk mendapatkan faktor-
faktor yang menjadi Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) Strategi
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung.
1. Penilaian kondisi saat ini, responden diminta untuk menilai kinerja strategi yang
telah dilakukan terhadap Pariwisata dari setiap faktor yang ada.
2. Penilaian Urgensi, responden diminta menilai tingkat urgensi faktor tersebut
untuk ditangani, penilaian berhubungan dengan skala prioritas didalam
menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada melalui- faktor-faktor tersebut.
Acuan pengisian sebagai berikut :
Penilaian Kondisi Saat ini Urgensi Penanganan
Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen
Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen
Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen
Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen
Angka 5 = Baik
Angka 6 = Sangat Baik
!
Universitas Indonesia!
"#!
Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT
Kuesioner Internal
No Indikator Penilaian Internal
Kondisi Sampai Saat ini Urgensi Penanganan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Struktur Birokrasi
2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi
daerah
3 Sumber daya alam dan panorama
4 Pariwisata berbasiskan
lingkungan
5 Potensi Peninggalan Bersejarah (
Darat dan Laut )
6 Optimalisasi objek wisata dan
atraksi budaya yang sudah ada
7 Pengembangan Destinasi Wisata
Baru
8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata
9 Kompetensi/Kualitas Birokrat
10 Kreatifitas birokrat sektor
pariwisata
11 Tersedianya Infrastruktur
Pariwisata
12 Pusat dan Layanan Informasi
13 Data Pariwisata
14 Alokasi anggaran
15 Tersedianya Produk UU
Pengembangan Kawasan
Pariwisata
16 Incentive Fiskal dari Pemerintah
Pusat dan daerah
17 Partnership dan Kolaborasi
18 Kerjasama Pemerintah daerah
dan stake holder
19 Promosi melalui media massa
dalam negeri
20 Promosi melalui media massa
luar negeri
21 Edukasi dan Sosialisasi
22 Pembinaan seni dan budaya
masyarakat
23 Pemberdayaan / partisipasi
masyarakat
!
Universitas Indonesia!
"#!
Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT
Kuesioner Eksternal
No Indikator Penilaian Internal
Kondisi Sampai Saat ini Urgensi Penanganan
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4
1 Pengelolaan lingkungan dan
budaya lokal
2 Akulturasi budaya asing dan
lokal
3 Infrastruktur ICT
4 Keadaan Infrastruktur
5 Atraksi dan pendukung
6 Keanekaragaman Produk
pariwisata
7 Ketersediaan Souvernir/Gift
Shop
8 Tersedianya Akomodasi dan
biro travel
9 Mutu layanan
10 Living Cost
11 Koordinasi antar sektor
pemerintahan
12 Jaringan koordinasi dengan
pariwisata daerah lain
13 Penelitian dan pengembangan
pariwisata
14 Tersedianya Blue Print sistem
pariwisata
15 Keselamatan wisatawan
16 Penerbangan dengan Low Cost
Carrier
17 Aksesbilitas Objek Wisata
18 Pendidikan Tinggi Pariwisata
19 Investasi sektor pariwisata
20 Kreatifitas swasta sektor
pariwisata
21 Kepemilikan Lahan
22 Isu keamanan
23 kerusakan lingkungan
24 Integritas
Lampiran 2 : Matriks Faktor Internal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 5 5 4 5 3 3 3 5 3 2 2 5 5 1 3 5 5 3 1 3 3.55 W 5.99 5.16 2 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 1 1 4 3 1 1 2 4 3 2.55 0.13
2 5 4 4 6 5 5 5 5 5 4 2 4 4 6 5 4 4 5 4 5 4.55 S 4.55 3.92 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 2 2 4 3 2 2 1 3 2 2.95 0.12
3 6 5 5 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5.70 S 5.70 4.91 3 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 2 1 2 2 2.95 0.14
4 4 3 5 3 3 4 3 5 6 6 2 3 3 1 6 3 3 5 5 5 3.90 S 3.90 3.36 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2 2 2 3 2 3.10 0.10
5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 6 5 5 5 2 1 5 4.45 S 4.45 3.83 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2 2 3 4 2 3.20 0.12
6 4 4 3 5 5 3 3 5 4 3 2 3 3 2 2 3 3 4 1 3 3.25 W 5.69 4.90 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 2 2 2 4 3 3.05 0.15
7 3 3 5 4 5 5 2 5 5 2 2 4 4 1 3 4 4 2 1 3 3.35 W 5.79 4.99 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 2 2 3 4 3 3.25 0.16
8 5 3 3 5 5 2 3 5 4 4 2 4 4 2 1 4 4 2 2 2 3.30 W 5.74 4.94 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 2 2 4 4 2 2 3 3 4 3.20 0.16
9 5 5 4 5 4 2 3 5 5 3 2 5 5 1 3 5 5 3 2 2 3.70 S 3.70 3.19 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 1 1 4 4 1 1 2 3 4 2.95 0.09
10 5 4 3 5 4 2 3 4 4 2 2 5 5 1 3 5 5 2 1 1 3.30 W 5.74 4.94 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 1 1 4 4 1 1 3 4 4 2.95 0.15
11 3 4 4 5 3 3 2 4 4 3 2 5 5 2 3 5 5 3 5 4 3.70 S 3.70 3.19 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 1 1 3 4 1 1 2 3 2 2.85 0.09
12 4 4 2 4 4 3 2 2 4 1 1 4 4 1 2 4 4 2 1 3 2.80 W 5.24 4.51 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 1 1 4 4 1 1 2 4 3 3.00 0.14
13 5 5 3 5 4 3 4 5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3.65 S 3.65 3.14 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 1 1 3 3 1 1 2 4 3 2.70 0.08
14 3 4 2 5 3 2 2 4 5 2 2 5 5 3 3 5 5 4 3 4 3.55 W 5.99 5.16 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2.75 0.14
15 3 3 2 5 3 2 2 3 4 1 2 3 3 1 3 3 3 5 1 4 2.80 W 5.24 4.51 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 4 2 2.90 0.13
16 3 3 2 5 3 2 2 3 4 2 2 3 3 1 3 3 3 5 1 4 2.85 W 5.29 4.56 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 1 4 2 2.40 0.11
17 4 4 3 6 3 2 3 5 4 2 2 4 4 5 2 4 4 4 2 3 3.50 W 5.94 5.12 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 3 2.55 0.13
18 5 4 3 5 4 3 3 4 4 2 2 5 5 5 3 5 5 4 2 3 3.80 S 3.80 3.27 4 4 2 3 3 3 3 2 4 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 3 2.75 0.09
19 5 3 2 5 4 4 2 5 3 4 2 3 3 6 5 3 3 5 2 2 3.55 W 5.99 5.16 4 3 3 4 4 4 3 2 4 2 3 2 2 4 3 2 2 2 4 2 2.95 0.15
20 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 3 3 1 5 3 3 2 1 2 2.35 W 4.79 4.12 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 1 2 4 3 2 3 2 4 2 2.75 0.11
21 5 4 2 5 4 3 3 5 3 4 2 3 3 2 3 3 3 5 3 3 3.40 W 5.84 5.03 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2.90 0.15
22 5 4 3 5 4 5 4 5 5 3 2 3 3 5 3 3 3 2 2 3 3.60 S 3.60 3.10 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 1 2 3 2 3 3 3 4 3 3.15 0.10
23 5 3 2 4 4 5 2 4 3 3 2 3 3 5 5 3 3 3 3 2 3.35 W 5.79 4.99 4 3 2 4 4 4 4 2 4 3 3 1 2 3 3 3 3 3 4 2 3.05 0.15
81.95 116.07 100.00 2.90
3.56RATA-RATA KOLOM
Urgensi Penanganan
JUMLAH TOTAL
Bobot
FAKTOR INTERNAL
No
Bobot Penilaian Faktor Internal Responden Bobot (Score
tertinggi
dikurangi Rata-
rata kolom dan
rata-rata baris)*
Responden Rata-rata
BarisKet
Bobot x
UrgensiResponden Rata - rata
Baris
urgensi
Lampiran 3 : Matriks Faktor Eksternal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 5 4 2 3 5 5 3 5 2 3 1 5 5 2 4 2 3 3 1 3 3.30 T 5.85 5.41 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 4 3 3.25 0.18
2 3 4 5 5 5 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 5 3 3.60 O 3.60 3.33 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 3 1 1 1 2 3 2.25 0.07
3 3 4 3 5 5 3 4 5 4 2 3 4 4 3 3 4 4 2 6 5 3.80 O 3.80 3.51 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2.80 0.10
4 3 3 2 5 5 4 3 5 5 5 2 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4.25 O 4.25 3.93 4 2 2 4 4 4 4 2 4 3 3 1 1 3 3 1 1 2 4 2 2.70 0.11
5 4 4 2 5 5 2 2 5 2 3 1 3 3 2 4 3 3 5 2 4 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 4 3 2.80 0.15
6 5 5 2 5 5 5 3 5 4 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 4 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 4 3 2.95 0.16
7 5 3 3 5 5 4 3 5 5 2 2 2 2 3 3 2 2 4 4 5 3.45 O 3.45 3.19 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2.75 0.09
8 5 5 2 6 6 4 3 5 3 4 3 4 4 3 6 4 4 5 4 5 4.25 O 4.25 3.93 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 1 3 2 2.85 0.11
9 5 4 3 5 5 4 2 4 2 3 3 5 5 2 2 5 5 4 4 3 3.75 O 3.75 3.46 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 2 2.95 0.10
10 3 3 3 5 5 4 2 3 4 3 3 5 5 1 3 5 5 5 2 3 3.60 O 3.60 3.33 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 3 1 1 3 3 1 1 2 4 2 2.55 0.08
11 5 4 3 5 5 5 2 5 4 3 2 6 6 1 3 6 6 4 2 2 3.95 O 3.95 3.65 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 1 1 4 3 1 1 2 3 4 2.60 0.09
12 5 4 2 5 5 4 2 5 2 3 2 5 5 2 3 5 5 4 3 2 3.65 O 3.65 3.37 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 1 1 3 4 1 1 2 3 4 2.55 0.09
13 5 4 2 3 3 4 2 4 5 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2.75 T 5.30 4.90 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 1 1 4 2 1 1 3 2 4 2.70 0.13
14 5 4 2 3 3 3 1 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 1 2 2.90 T 5.45 5.04 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 1 1 4 3 1 1 3 3 3 2.80 0.14
15 5 4 2 3 3 2 3 4 2 3 1 5 5 2 2 5 5 2 3 3 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 1 4 4 1 1 3 4 3 3.15 0.17
16 3 2 2 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1.75 T 4.30 3.98 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3.75 0.15
17 5 4 3 3 3 2 3 5 4 2 3 5 5 3 3 5 5 5 5 6 3.95 O 3.95 3.65 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 1 2 3 1 1 1 3 3 2.85 0.10
18 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2 1.75 T 4.30 3.98 3 2 4 2 3 4 3 4 4 3 3 2 2 4 4 2 2 2 4 1 2.90 0.12
19 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 5 5 4 1 5 5 5 3 5 3.75 O 3.75 3.46 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 2 2 3 4 2 2 1 4 1 3.05 0.11
20 5 3 3 4 4 4 3 5 2 3 3 5 5 5 1 5 5 5 3 5 3.90 O 3.90 3.60 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 1 1 3 4 1 1 1 4 1 2.80 0.10
21 3 3 3 4 4 3 3 5 3 5 3 3 3 1 3 3 3 5 3 3 3.30 T 5.85 5.41 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 1 1 4 3 1 1 1 3 1 2.60 0.14
22 5 5 6 4 5 6 5 5 3 6 5 5 5 6 6 5 5 5 5 5 5.10 O 5.10 4.71 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 1 1 3 3 1 1 1 2 1 2.40 0.11
23 3 3 3 3 3 3 4 5 2 3 1 2 3 1 3 2 4 3 1 2 2.70 T 5.25 4.85 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 1 3.25 0.16
24 5 3 6 3 3 4 3 5 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 6 3.65 O 3.65 3.37 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 1 1 4 4 1 1 2 2 1 2.50 0.08
82.70 108.24 100.00 2.84
3.45
FAKTOR EKSTERNAL
Bobot x
Urgensi
RATA-RATA KOLOM
No
Bobot Penilaian Faktor Eksternal Responden Bobot (Score
tertinggi
dikurangi Rata-
rata kolom dan
rata-rata baris)*
Urgensi Penanganan
RespondenRata-rata
BarisKet
RespondenRata - rata
Baris urgensi
JUMLAH TOTAL
Bobot
!
Universitas Indonesia
"#!
Lampiran 4 : Analisa IFAS dan EFAS
IFAS
EFAS
Strenght (Kekuatan) : 0.94
1) Sumber daya alam dan panorama
2) Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah
3) Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan
Laut )
4) Pariwisata berbasiskan lingkungan
5) Kerjasama Pemerintah daerah dan stake
holder
6) Kompetensi/Kualitas Birokrat
7) Tersedianya Infrastruktur Pariwisata
8) Data Pariwisata
9) Pembinaan seni dan budaya masyarakat
Weakness (Kelemahan) : 1.96
1) Struktur Birokrasi
2) Alokasi anggaran
3) Promosi melalui media massa dalam negeri
4) Partnership dan Kolaborasi
5) Edukasi dan Sosialisasi
6) Pengembangan Destinasi Wisata Baru
7) Pemberdayaan / partisipasi masyarakat
8) Kualitas SDM Sektor Pariwisata
9) Kreatifitas birokrat sektor pariwisata
10) Pengembangan Destinasi Wisata Baru
11) Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah
12) Pusat dan Layanan Informasi
13) Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata
14) Promosi melalui media massa luar negeri
Opportunity (Peluang) : 1.35
1) Keamanan
2) Keadaan Infrastruktur
3) Tersedianya Akomodasi dan biro travel
4) Koordinasi antar sektor pemerintahan
5) Aksesibilitas Objek Wisata
6) Investasi sektor pariwisata
7) Infrastruktur ICT
8) Mutu layanan
9) Kreatifitas swasta sektor pariwisata
10) Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain
11) Integritas
12) Living Cost
13) Akulturasi budaya asing dan lokal
14) Ketersediaan Souvenir/Gift Shop
Strategi SO : 2.30
1) Meningkatkan pengelolaan seluruh potensi
pariwisata yang melibatkan masyarakat dan
stakeholder pariwisata terutama pariwisata
berbasis lingkungan dan masyarakat.
2) Meningkatkan investasi sektor pariwisata
sehingga mendorong pertumbuhan
infrastruktur pariwisata.
3) Meningkatkan infrastruktur di daerah
destinasi wisata terutama sanitasi, air bersih
dan pengelolaan limbah/sampah
4) Peningkatan pembinaan seni dan budaya
masyarakat
Strategi WO : 3.31
1) Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan
dengan memanfaatkan media massa yang terintegrasi baik secara
nasional maupun internasional.
2) Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi,
pusat dan akademisi
3) Pemberian insentif fiskal sebagai rangsangan untuk
pengembangan pariwisata.
4) Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan
pariwisata
!
Universitas Indonesia
""!
Lanjutan Lampiran 4 Analisa IFAS dan EFAS
Threatness (Ancaman) : 1.45
1) Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal
2) Kepemilikan lahan
3) Keanekaragaman Produk pariwisata
4) Atraksi dan pendukung
5) Keselamatan Wisatawan
6) Tersedianya Blue Print sistem pariwisata
7) Penelitian dan pengembangan pariwisata
8) Kerusakan lingkungan
9) Penerbangan dengan Low Cost Carrier
10) Pendidikan Tinggi Pariwisata
Strategi ST : 2.40
1) Menjaga kelestarian lingkungan destinasi
wisata dan budaya masyarakat
2) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait
mencari solusi permasalahan tanah
peruntukan pengembangan pariwisata
3) Mengembangkan blue print pariwisata
sehingga potensi wisata yang ada dapat
dikelola secara optimal dan berkelanjutan
4) Perbaikan infrastruktur bandara sehingga
layak didarati oleh pesawat dengan jenis
yang lebih besar
Strategi WT : 3.41
1) Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya
ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.
2) Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para
pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar
keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata
3) Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat
tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga
masyarakat dapat diberdayakan.
4) Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga
meningkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan
optimalisasi objek dan atraksi budaya yang sudah ada
!
!
Universitas Indonesia
100
Lampiran 5 : Kuesioner AHP
Analisa AHP untuk memilih prioritas
“Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung”
Kuesioner ini ditujukan untuk memilih prioritas kebijakan dalam rangka penelitian “Strategi
Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung”. Kuesioner ini merupakan lanjutan analisa
SWOT yang telah dilaksanakan sebelumnya dan sudah menentukan beberapa strategi terpilih.
Penjelasan :
1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan persepsi/penilaian expert yang sifatnya
subjektif, sehingga jawaban responden dibuat berdasarkan persepsi responden atas penilaian
faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan prioritas strategi pengembangan pariwisata.
2. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menyusun Tesis (karya akhir), guna melengkapi salah
satu syarat penyelesaian pendidikan pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
(MPKP), Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
3. Bahwa untuk memperoleh masukan seperti tersebut dalam point 1 di atas, maka yang menjadi
responden adalah mereka yang mempunyai pemahaman terhadap masalah yang diteliti (expert).
4. Mengingat pentingnya masukan dari Bapak / Ibu maka kami mohon agar Bapak / Ibu dapat
membantu sepenuhnya dengan mengisi kuesioner ini dengan sungguh – sungguh, agar hasil
yang dicapai diharapkan dapat memberi alternatif kebijakan terbaik.
5. Karena bersifat penelitian akademik, maka untuk menjaga keakuratan masukan yang Bapak /
Ibu berikan kami mengharapkan Bapak Ibu berkenan untuk mengisi data-data kuesioner ini
berupa indentitas diri dan lembar pertanyaan dihalaman berikut :
Universitas Indonesia
101
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
Data Responden
Nama Lengkap (beserta gelar) :
Jabatan (saat ini) :
Pangkat/Golongan :
Unit Kerja :
No. Telp / HP :
Alamat :
Jenis Kelamin : Pria / Wanita *
Usia : Tahun
Pendidikan Tinggi : SMU / Akademi / S1 / S2
* Coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian :
Kuesioner ini adalah pendukung peralatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kuesioner
menggunakan sistem rangking yang menilai besarnya pengaruh antara satu elemen faktor dengan
yang lainnya. Setiap Responden dapat memilih jawaban yang berada disisi kanan ataupun kiri
menurut bobot kepentingannya.
Intensitas
Pentingnya
Definisi Penjelasan
1 Sama penting A dan B sama penting
3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B
5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B
7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Nilai antara angka diatas Ragu-ragu dalam menentukan skala
misal 6 antara 5 dan 7
Bapak/Ibu dimohon untuk menjawab pertanyaan berikut dan memberi skala perbandingan dengan
tanda centang/cawing pada kolom yang disediakan sesuai dengan skor kriteria penilaian.
Beberapa scenario yang menjadi Strategi Pengembangan Pariwisata di Kab. Belitung adalah :
1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata.
2. Sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan
standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.
3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan
pelestarian lingkungan.
4. Pengembangan destinasi pariwisata baru.
Universitas Indonesia
102
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
1. Menurut Bapa/Ibu strategi manakah yang paling dipilih dalam pengembangan pariwisata di
Kabupaten Belitung? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a
Pendidikan Tinggi
Pariwisata
Standarisasi dan
Pengawasan
keselamatan
wisatawan
b Pendidikan Tinggi
Pariwisata
Pendidikan dan
sosialisasi masyarakat
c Pendidikan Tinggi
Pariwisata
Pengembangan
destinasi pariwisata
baru
d Standarisasi dan
Pengawasan
keselamatan
wisatawan
Pendidikan dan
sosialisasi masyarakat
e Standarisasi dan
Pengawasan
keselamatan
wisatawan
Pengembangan
destinasi pariwisata
baru
f Pendidikan dan
sosialisasi masyarakat
Pengembangan
destinasi pariwisata
baru
2. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan Tinggi
Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
kelembagaan
b Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat c
Lemahnya
kelembagaan
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
Universitas Indonesia
103
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
3. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Standarisasi dan
Pengawasan keselamatan wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
kelembagaan
b Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat c
Lemahnya
kelembagaan
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
4. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan dan sosialisasi
masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
kelembagaan
b Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat c
Lemahnya
kelembagaan
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
5. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pengembangan destinasi
pariwisata baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
kelembagaan
b Keterbatasan
Anggaran
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat c
Lemahnya
kelembagaan
Lemahnya
pemberdayaan
masyarakat
Universitas Indonesia
104
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
6. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
7. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
8. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
9. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
10. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
Universitas Indonesia
105
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
11. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
12. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
13. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
14. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
15. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
16. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
Universitas Indonesia
106
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
17. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Pemda Swasta
b Pemda LSM
c Swasta LSM
Universitas Indonesia
107
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
18. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
108
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
19. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
109
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
20. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
110
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
21. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
111
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
22. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
112
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
23. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
113
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
24. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
114
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
25. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
115
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
26. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
116
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
27. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
117
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
28. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan
Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
118
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
29. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
119
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
30. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
120
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
31. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
121
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
32. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
122
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
33. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
123
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
34. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
A Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
C Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
E Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
F Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
I Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
J Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
124
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
35. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
A Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
C Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
E Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
F Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
125
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
36. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
126
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
37. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
127
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
38. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
128
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
39. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
129
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
40. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
130
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
41. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
131
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
42. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
132
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
43. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
133
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
44. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
134
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
45. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
135
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
46. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
136
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
47. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
137
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
48. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
138
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
49. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Kelembagaan dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
139
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
50. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan
dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
140
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
51. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
141
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
52. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya
Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
Universitas Indonesia
142
Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP
53. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan
Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B
a Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
b Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
c Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
d Kerjasama pendidikan
tinggi pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
e Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
f Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Penambahan destinasi
wisata baru
g Menetapkan Standarisasi
dan pengawasan
keselamatan wisatawan
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
h Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Penambahan destinasi
wisata baru
i Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang
pariwisata
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
j Penambahan destinasi
wisata baru
Optimalisasi destinasi dan
atraksi wisata yang sudah
ada
!
Universitas Indonesia
!
"#$!
Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice
Model Name: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
Treeview
Goal: Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Belitung
Pendidikan Tinggi Pariwisata (L: .111)
Keterbatasan Anggaran (L: .150)
Pemda (L: .466)
Swasta (L: .433)
LSM (L: .100)
Lemahnya Kelembagaan (L: .725)
Pemda (L: .612)
Swasta (L: .179)
LSM (L: .209)
Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .125)
Pemda (L: .240)
Swasta (L: .210)
LSM (L: .550)
Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan (L: .134)
Keterbatasan Anggaran (L: .100)
Pemda (L: .528)
Swasta (L: .333)
LSM (L: .140)
Lemahnya Kelembagaan (L: .466)
Pemda (L: .359)
Swasta (L: .124)
LSM (L: .517)
Lemahnya pemberdayaan (L: .433)
Pemda (L: .376)
Swasta (L: .149)
LSM (L: .474)
Pendidikan dan sosialisasi masyarakat (L: .325)
Keterbatasan Anggaran (L: .109)
Pemda (L: .493)
Swasta (L: .196)
Page 1 of 212/11/2012 7:44:46 PM
yayanyayan
!
Universitas Indonesia
!
"##!
Lanjutan Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice
LSM (L: .311)
Lemahnya Kelembagaan (L: .345)
Pemda (L: .657)
Swasta (L: .083)
LSM (L: .261)
Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .547)
Pemda (L: .368)
Swasta (L: .082)
LSM (L: .550)
Pengembangan destinasi pariwisata baru (L: .430)
Keterbatasan Anggaran (L: .147)
Pemda (L: .515)
Swasta (L: .388)
LSM (L: .097)
Lemahnya Kelembagaan (L: .657)
Pemda (L: .407)
Swasta (L: .224)
LSM (L: .370)
Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .196)
Pemda (L: .304)
Swasta (L: .177)
LSM (L: .519)
Alternatives
Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata .105
Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan .100
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata .329
Penambahan jumlah destinasi wisata baru .111
Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada .355
* Ideal mode
Page 2 of 212/11/2012 7:44:46 PM
yayanyayan
Lampiran 7 : Perhitungan Bobot Global
P. LOKAL P.GLOBAL P. LOKAL P.GLOBAL P. LOKAL P.GLOBAL
PEMDA 0.466 0.008
SWASTA 0.433 0.007
LSM 0.100 0.002
PEMDA 0.612 0.049
SWASTA 0.179 0.014
LSM 0.209 0.017
PEMDA 0.240 0.003
SWASTA 0.210 0.003
LSM 0.550 0.008
PEMDA 0.528 0.007
SWASTA 0.333 0.004
LSM 0.140 0.002
PEMDA 0.359 0.022
SWASTA 0.124 0.008
LSM 0.517 0.032
PEMDA 0.376 0.022
SWASTA 0.149 0.009
LSM 0.474 0.028
PEMDA 0.493 0.017
SWASTA 0.196 0.007
LSM 0.311 0.011
PEMDA 0.657 0.074
SWASTA 0.083 0.009
LSM 0.261 0.029
PEMDA 0.368 0.065
SWASTA 0.082 0.015
LSM 0.550 0.098
PEMDA 0.515 0.033
SWASTA 0.388 0.025
LSM 0.970 0.061
PEMDA 0.407 0.115
SWASTA 0.224 0.063
LSM 0.370 0.105
PEMDA 0.304 0.026
SWASTA 0.177 0.015
LSM 0.519 0.044
0.178
Pen
gem
ban
gan
Des
tinas
i
Par
iwis
ata
0.430 0.430
Keterbatasan
Anggaran0.147 0.063
Lemahnya
Kelembagaan0.657 0.283
Lemahnya
Pemberdayaan
Masyarakat
0.196 0.084
0.547
0.035
Lemahnya
Kelembagaan0.345
Sta
nd
aris
asi
dan
Pen
gaw
asan
Kes
elam
atan
Wis
ataw
an
0.134 0.134
Keterbatasan
Anggaran0.100 0.013
0.112
Pen
did
ikan
dan
Sosi
alis
asi
Mas
yar
akat
0.325 0.325
Keterbatasan
Anggaran0.109
Lemahnya
Pemberdayaan
Masyarakat
Lemahnya
Kelembagaan0.466 0.062
Lemahnya
Pemberdayaan
Masyarakat
Lemahnya
Pemberdayaan
Masyarakat
0.433 0.058
GOALSKENARIO HAMBATAN PELAKU
Keterbatasan
AnggaranS
TR
AT
EG
I P
EN
GE
MB
AN
GA
N P
AR
IWIS
AT
A K
AB
UPA
TE
N B
EL
ITU
NG
Pen
did
ikan
Tin
ggi
Par
iwis
ata
0.111 0.111
0.150 0.017
0.725 0.080
0.125 0.014
Lemahnya
Kelembagaan
!
Universitas Indonesia
"#$!
Lampiran 6 : Hasil akhir pengolahan bobot global
PRIORITAS GLOBAL Bobot
SKENARIO
1 Pendidikan Tinggi Pariwisata 0.111
2 Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan 0.134
3 Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat 0.325
4 PengembanganDestinasi Pariwisata 0.430
HAMBATAN
1 Keterbatasan Anggaran 0.129
2 Lemahnya Kelembagaan 0.538
3 Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat 0.334
PELAKU
1 PEMDA 0.441
2 SWASTA 0.179
3 LSM 0.435
KEBIJAKAN
1 Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata 0.105
2 Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan 0.100
3 Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata 0.329
4 Penambahan jumlah destinasi wisata baru 0.111
5 Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada 0.355