syndrome steven johnson

44
TUGAS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM IMUNOLOGI SYNDROM STEVEN JOHNSON DISUSUN OLEH : ASMIRANDA ISHAK FATMAWATY YUNUS INCA CRISTY TANGAHU NURUL KHAERIAH PODUNGGE SRI INDAH KOMALASARI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

Upload: alvin

Post on 11-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bjbjkbjbj

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN SISTEM IMUNOLOGISYNDROM STEVEN JOHNSON

DISUSUNOLEH :ASMIRANDA ISHAKFATMAWATY YUNUSINCA CRISTY TANGAHU NURUL KHAERIAH PODUNGGE SRI INDAH KOMALASARI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, berkat karunia dan pertolongannya lah sehingga Makalah KMB tentang system pencernaan (asuhan keperawatan pada klien diare dan peritonitis) ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa buku dan media internet dengan harapan dapat bermanfaat dan menjadi pedoman bagi para pembaca sekalian.Ucapan terima kasih tak lupa saya tuturkan sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.Semoga Allah swt membalas segala kebaikan saudara sekalian.Penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam makalah ini, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki, oleh karena itu dengan segala kerendahan dan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini sebagai tuntunan agar makalah ini kedepannya dapat lebih baik lagi.Akhir kata semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin..

Gorontalo, 2O November 2015

BAB IIPEMBAHASANKonsep Medik1. Pengertian Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 ) Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk. ( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 ) Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura ( Djuanda, Adhi, 2000 : 147 ) Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 ) Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk ( Mansjoer, A. 2000: 136 ) Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan konjungtifitis2. Anatomi dan FisiologiKulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.1. Lapisan Kulita. EpidermisEpidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :

1. Stratum Korneum.Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit. Fungsi Epidermis : Proteksi barier Organisasi sel Sintesis vitamin D dan sitokin Pembelahan dan mobilisasi sel Pigmentasi (melanosit) Pengenalan alergen (sel Langerhans).b. DermisMerupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Dermis terdiri dari dua lapisan : Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : Struktur penunjang Mechanical strength Suplai nutrisi Menahan shearing forces dan respon inflamasi.c. SubcutisMerupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar Isolasi panas Cadangan kalori Kontrol bentuk tubuh Mechanical shock absorber.

2. Vaskularisasi kulitArteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis.

3. Fisiologi kulitKulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.4. Fungsi ImunTerdapat dua macam tipe imunitas yaitu :a) Imunitas alami (natural)Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap setiap penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan untuk membeda kan antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Sawar fisik mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikroorganisme pathogen dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen sebelum mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut. Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil. b) Imunitas didapat (akuisita)imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun tahun atau bahkan seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama globulin dan antiserum yang didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar.c) Stadium Respons ImunTerdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons imun, keempat stadium tersebut yaitu :1. Stadium pengenalan2. Stadium proliferasi3. Stadium respons4. Stadium efektorfaktor faktor yang memepengaruhi system imun1. Usia 2. Jenis kelamin3. Nutrisi4. Penyakit5. Faktor faktor psikoneuro-imunologik6. Obat obatan, dll

d) AntigenTerdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki kemampuan untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh limfosit B, sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan sel sel T. sel T merupakan bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh tubuh, dengan bantuan makrofag maka limfosit T akan manganali antigen dari penyerang asing. Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak biru (blueprint) antigen dan kemudian kembali ke nodus limfatikus yang terdekat dengan pesan tersebut.e) Antibody `Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi ribuan klon yang masing masing bersifatrespnsif terhadap suatu kelompok tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik. Pesan antigenic yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan menstimulasi kln spesifik limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel sel plasma yang dapat memproduksi antibody spesifik terhadap antigen.Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin, setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu antara lain :a. Ig G (75 % dari total imunoglobulin) Terdapat dalam serum dan jaringan Memiliki peranan utama dalam infeksi yang dibawa darah dan infeksi jaringan Mengaktifkan system komplemen Menggalakkan fagositosis Memintas plasenta Ig A (15 % dari total imunoglobulin) Terdapat dalam cairan tubuh (darah, saliva, air mata, air susu ibu, secret paru, gastrointestinal, prostat, serta vagina) Melindungi terhadap infeksi paru, gastrointestinal, dan urogenital Mencegah absorbs antigen dari makanan Melintas ke dalam neonates lewat air susu ibu untuk memberikan perlindungan Ig M (10 % dari total imunoglobulin) Terutama terdapat dalam serum intravaskuler Immunoglobulin pertama yang dihasilkan sebagai reaksi terhadap infeksi bakteri dan virus Mengaktifkan sisten kmplemen Ig D (0,2 % dari total imunoglobulin) Terdapat dengan jumlah yang kecil dalam serum Kemungkinan mempengaruhi diferensiasi limfosit B, kendati peranannya masih belum jelas Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin) Terdapat dalam serum Mengambil bagian dalam reaksi alergi dan hipersensitifitas Kemungkinan membantu pertahanan tubuh terhadap parasit Antibody mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerang asing melalui beberapa cara, dan tipe pertahanan yang digunakan bergantung pada struktur serta komposisi antigen maupun immunoglobulin.

f. Respons Imun SelulerReaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor antigen pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau pesan antigenic ke nodus limfatikus tempat produksi sel sel T yang lain distimulasi. Sebagian sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan mempertahankan memri untuk antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel T lainnya akan bermigrasi dari nodus limfatikus ke dalam system sirkulasi umum dan akhirnya ke jaringan tempat sel tersebut berada. Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik menyerang antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel dan menyebabkan lisis sel. Sel sel hipersensitifitas tipe lambat melindungi tubuh melalui produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang termasuk dalam kelompok glikoprotein yang lebih besar dan dikenal dengan nama sitokin, dapat merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel sel darah putih lainnya. Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri cirri khas dari limfosit B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat membunuh langsung mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan sitokin. 3. Etiologia. Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah: Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik ), Penisilline, Sthreptomicine, Sulfonamide, Tetrasiklinb. Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan paracetamol ), Kloepromazin, Karbamazepin, Kirin Antipiri, Tegretol c. Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )d. Neoplasma dan factor endokrine. Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X )f. Makanan (coklat)

4. Tanda dan gejalaSindroma Steven Johnson ini umunya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari baik sampai buruk sampai kesadarannya spoor dan koma. Berawal dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Trias Steven Johnson (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 601) adalah :a. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.b. Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah mukosa mulut (100%), orifisium genitalia eksterna (50 %), lubang hidung (8%), dan anus (4%).c. Kelainan mata (80%) yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.d. Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

5. Patofisiologi.Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III (reaksi kompleks imun) yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya dengan antibodi IgM dan IgG dan reaksi hipersensitivitas lambat (delayed-type hypersensitivity reactions, tipe IV) adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit T yang spesifik. Oleh karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi: 1. Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan 2. Stres hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuriat3. Kegagalan termoregulasi4. Kegagalan fungsi imun5. Infeksi6. Penatalaksanaana. KortikosteroidBila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).b. AntibiotikUntuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.c. Infus dan tranfusi darahPengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.d. TopikalTerapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.

7. KomplikasiSindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai berikut:- Kehilangan cairan dan darah- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock- Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan- Gastroenterologi - Esophageal strictures- Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis vagina- Pulmonari pneumonia, bronchopneumoni- Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit sekunder- Infeksi sitemik, sepsis8. Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium- Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi

- Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi Histopatologi- Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial- Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.- Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal- Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa- Spongiosis dan edema intrasel di epidermis Imunologi - Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih darah yang mengalami kerusakan- Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau dalam kombinasi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian:Riwayat Kesehatan Sekaranga. Keluhan utamaAdanya kerusakan / perubahan struktur kulit dan mukosa berupa kulit melepuh, mata merah, mukosa mulut mengelupasb. Pemeriksaan FisikLakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus:o Adanya eritema yaitu area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah yang teroksigenisasi pada vaskularisasi dermal.o Vesikel, bula dan purpura.o Ekimosis yaitu kemerahan yang terlokalisir atau perubahan warna keunguan yang disebabkan oleh ekstravasasi darah ke dalam jaringan kulit dan subkutan.o Ptekie yaitu bercak kecil dan berbatas tajam pada lapisan epidermis superficialo Lesi sekunder yaitu perubahan kulit yang terjadi karena perubahan pada lesi primer, yang disebabkan oleh obat, involusi dan pemulihan.o Kelainan selaput lender di mukosa mulut, genetalia, hidung atau anuso Konjungtivitis, ulkus kornea, iritis dan iridoksiklitis

2. Diagnosa Keperawatan1) Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan menelan3) Gangguan rasa nyama, nyeri b.d. inflamasi pada kulit4) Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik3. Intervensi keperawatanNODX. KEPERAWATANTUJUAN & KRITERIA HASIL (NOC)INTERVENSI (NIC)

Kerusakan integritas kulitDefinisi : Perubahan pada epidermis dan dermis

Batasan karakteristik : - Gangguan pada bagian tubuh - Kerusakan lapisa kulit (dermis) - Gangguan permukaan kulit (epidermis)Faktor yang berhubungan : Eksternal : - Hipertermia atau hipotermia - Substansi kimia - Kelembaban udara - Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)- Immobilitas fisik - Radiasi - Usia yang ekstrim - Kelembaban kulit - Obat-obatan Internal : - Perubahan status metabolik - Tulang menonjol - Defisit imunologi - Faktor yang berhubungan dengan perkembangan - Perubahan sensasi - Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) - Perubahan status cairan - Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi - Perubahan turgor (elastisitas kulit)NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous MembranesKriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Management Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar Hindari kerutan padaa tempat tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan/ mencerna/ mengabsorbsi zat-zat gizi karena factor biologis dan psikologiBatasan Karakteristik Berat badan 20% atau lebi dibawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recommended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan atau mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah terasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk menguyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keenggangan untuk makan Kram pada abdomen tonus otot telek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makanan Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)Suara usus hiperaktifSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam Status nutrisi meningkat, dengan kriteria : intake makan dan minuman intake nutrisi control BB masa tubuh biochemical measures energy

- manajemen nutrisi Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dbutuhkan klien Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan Vitamin C Berikan substansi gula Yakinkan diet yang di makan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan klien bagaiman membuat catatan makanan harian Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Berikan informasi temtang kebutuhan nutrisi Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Pemantauan nutrisi BB klien dalam batas normal Monitor adanya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor kulit kering dan pigmentasi Monitor turgor kulit Monitor kekiringan, rambut kusam, dan mudah patah Monitor mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, HB dan HT Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nutrisi Catat adanya edema, hiperemi, hipertonik, papilalida, dan cavitas oral Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

1.Nyeri

Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara actual dan potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (asosiasi studi nyeri international); serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan .

Batasan karateristik :

Laporan secara verbal atau non verbal Fakta dan observasi Posisi antalgic atau menghindari nyeri Gerakan melindungi Tingkah laku berhati-hati Muka topeng Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, meyeringai) Terfokus pada diri sendiri Focus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) Perubahan autonomi dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (contoh: gelisah, merintih, menangis, waspada, irritable, nafas panjang/berkeluh kesah) Perubahan dalam makan dan minum

Factor yang berhubungan :

Agen injuri (biologi,kimia,fisik,psikologis)

Noc : Pain Level Pain Control Comfort Level

Kriteria Hasil : Mampu Mengontrol Nyeri (Tahu Penyebab Nyeri, Mampu Menggunakan Tehnik Nonfarmakologik Untuk Mengurangi Nyeri,Mencari Bantuan). Melaporkan Bahwa Nyeri Berkurng Dengan Menggunakan Manajemen Nyeri Mampu Mengenali Nyeri (Skala,Intensitas,Frekuensi,Dan Tanda Nyeri) Menyatakan Rasa Nyaman Setelah Nyeri Berkurang Tanda Vital Dalam Rentang NormalNIC :Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas, dan factor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan Kurangi factor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,nonfarmakologi,dan interpersonal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan terntang tehnik nonfarmakologik Berikan analgeti untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektipan control nyeri Tingkatakan istrahat Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tidakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manjemen nyeri

Analgesic administration Tentukan lokasi, karateristik, kualitas,dan derjat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesi ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentuan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal. Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping).

3. Intoleran aktivitas

Defenisi : Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan karakteristik : Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia Perubahan EKG yangmencerminkan isekmia Ketidaknyamanan setelah beraktivitas Dispnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemah

Factor yang berhubungan : Tirah baring atau imobilisasi Kelemahan umum Ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen MobilitasGaya hidup monotonNOC Energy conservation Activity tolerance Self care : ADLs

Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri Tanda-tanda vital normal Energy psikomotor Level kelemahan Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat Status kardiopulmunari adekuat Sirkulasi status baikStatus respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuatNICActivity Therapy Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktiv beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatanMonitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.

PENUTUP

a. KesimpulanEmerging disease termasuk salah satu penyakit yang telah muncul dalam suatu populasi uuntuk pertama kalinya, atau yang mungkin telah ada sebelumnya tetapi meningkat dengan pesat dalam kejadian atau dalam jarak geografis. New emerging disease adalah penyakit yang baru muncul di populasi dan perluasan host (missal dari hewan ke manusia) secara cepat yang berhubungan dengan peningkatan penyakit yang dapat terdeteksi.Kategori pertama dalam new emerging diseae adalah SARS,H5N1 dan H1N1 yang menjadi pandemic global. Hal ini terjadi disebabkan oleh peningkatan protektif dan pengelolaan kawasan rawan terkena penyakit menular contohnya jalur-jalur masuk penduduk asing baik melalui udara, laut atau darat, maka haruslah diadakan langkah penanggulangan pandemic global.

b. Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah:1.Diharapkan kepadabagi mahasiswa/i dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dengan masalah keperawatantentangpenyakit new emergencing disease dan jugadapat menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.2.Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan pada penderita dengan penyakit new emergencing disease harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada penderita yang perlu di tekankan.