studi kasus mioma uteri

53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi wanita memberikan pengaruh yang besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus bagi suatu negara. Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Mioma uteri adalah tumor jinak yang berbatas tegas dan tidak memiliki kapsul, terutama terdiri dari otot dan elemen jaringan penyambung fibrosa. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terbanyak pada wanita usia produksi (20- 25%), dimana prevalensinya meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus. Mioma uteri yang paling banyak diderita wanita adalah mioma uteri asimtomatik. Prevalensi mioma uteri di Indonesia sebesar 20%-30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003). Pendarahan uterus yang abnormal merupakan gejala yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% 1

Upload: ratna-arditya

Post on 30-Jul-2015

669 views

Category:

Education


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS MIOMA UTERI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi wanita memberikan pengaruh yang besar dan

berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus bagi suatu negara.

Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan negara

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berbatas tegas dan tidak memiliki

kapsul, terutama terdiri dari otot dan elemen jaringan penyambung fibrosa.

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terbanyak pada wanita usia produksi

(20-25%), dimana prevalensinya meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan

patologi anatomi uterus. Mioma uteri yang paling banyak diderita wanita adalah

mioma uteri asimtomatik. Prevalensi mioma uteri di Indonesia sebesar 20%-

30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003). Pendarahan uterus yang abnormal

merupakan gejala yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi

pada 30% pasien dengan mioma uteri. Pendarahan yang abnormal ini dapat

menyebabkan anemia defisiensi besi (Hadibroto, 2005).

Secara fisiologis pada pasien post operasi terjadi peningkatan metabolik

ekspenditur untuk energi dan perbaikan, meningkatnya kebutuhan nutrien untuk

homeostasis, pemulihan, kembali pada kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke

kondisi normal (Torosian, 2004). Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan

terjadinya katabolisme tetapi juga mempengaruhi digestif, absorpsi, dan

1

Page 2: STUDI KASUS MIOMA UTERI

prosedur asimilasi disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003).

Intervensi nutrisi hanya bisa efektif jika kebutuhan energi secara akurat

diperhitungkan kemudian dicapai. Pendekatan standar adalah dengan

memperkirakan kebutuhan energi dari basal energi expenditure, menggunakan

regression equations dan faktor stres dan aktivitas. Oleh karena itu salah satu

tujuan studi kasus ini untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan asuhan

gizi pada penderita mioma uteri di Ruang Teratai RSUD. Prof. Dr. margono

Soekarjo Purwokerto?

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan Nutrition Care Process pada pasien pre dan

post mioma uteri

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada pasien pre operasi

mioma uteri.

b. Mahasiswa mampu melakukan nutrition assesment pada pasien pre dan

post operasi mioma uteri

c. Mahasiswa mampu melakukan nutrition diagnosis pada pasien pre dan

post operasi mioma uteri

d. Mahasiswa mampu melaksanakan nutrition intervention

e. Mahasiswa mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi pada pasien

dengan diagnosa pre dan post mioma uteri

2

Page 3: STUDI KASUS MIOMA UTERI

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu pelaksanaan : 10 Desember – 13 Desember 2014

2. Tempat : Bangsal Teratai Kamar 7 RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto

D. Jenis dan Cara Pengumpulan

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer meliputi data antropometri, data riwayat gizi, kebutuhan

makan. Data ini diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara.

b. Data sekunder

Data sekunder meliputi data identitas pasien, data laboratorium dan

fisik/klinik. Data ini diperoleh dari rekam medis ruang Mawar RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara

Melakukan wawancara kepada pasien dan keluarga pasien mengenai

penyakit yang diderita, kondisi pasie, pola makan dan kebiasaan makan.

b. Recall 24 jam.

Menanyakan asupan makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam

yang lalu.

3

Page 4: STUDI KASUS MIOMA UTERI

c. Data rekam medik

Mencatat setiap perkembangan pasien melalui data rekam medik untuk

mempertimbangkan makanan apa yang akan diberikan kepada pasien.

E. Manfaat

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan informasi atau wacana bagi institusi rumah sakit terutama bagi

instalasi gizi berkaitan dengan penatalaksanaan diit pada pasien pre dan

post operasi mioma uteri.

2. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien mengetahui terapi diit yang diberikan pada pasien agar termotivasi

untuk menjalankan dan mematuhi diit yang diberikan rumah sakit.

3. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa dalam

merencanakan dan menatalaksanakan manajemen asuhan gizi klinik pada

pasien dengan diagnosa pre dan post operasi mioma uteri.

4

Page 5: STUDI KASUS MIOMA UTERI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan

jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibrimioma,

atau fibroid (Mansjoer, Arif, 2001). Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,

dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat

berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak

jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, 2000).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih

banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua

penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada

kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih

dari 35 tahun (Joedosapoetra, 2005).

B. Etiologi Penyakit

Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Tumor ini mungkin

berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam

miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.

Mioma tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil dan tersebar

pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-

5

Page 6: STUDI KASUS MIOMA UTERI

tahun, bukan dalam hitungan bulan). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan mioma uteri:

1. Estrogen

Estrogen memegang peranan penting untuk terjadinya mioma uteri, hal

ini dikaitkan dengan: mioma tidak pernah ditemukan sebelum menarche,

banyak ditemukan pada masa reproduksi, pertumbuhan mioma lebih cepat

pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa menopause. Adanya

stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus , sehingga

menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium,

sehingga terjadilah pertumbuhan mioma. Meyer dan De Snoo mengajukan

teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk

terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest

(sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara

terus menerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada

kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada

permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Puuka, dkk

menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati

dari pada miometrium normal. Hormon estrogen dapat diperoleh melalui

alat kontrasepsi hormonal (Pil KB, Suntikan KB dan susuk KB). Alat

kontrsepsi hormonal mengandung estrogen, progesteron dan kombinasi

estrogen dan progesteron.

6

Page 7: STUDI KASUS MIOMA UTERI

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron

menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17β

hidroxydehidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada

tumor. Pemberian preparat progesteron atau testosteron dapat mencegah

efek fibromatosa. Dalam Enviromental Health Perspectives, terdapat

beberapa faktor yang berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya mioma

uteri, yaitu

a. Umur

Resiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur.

Penelitian Chao-Ru Chen (2000) di New York dengan desain penelitian

case-control, wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko 9,3 kali

menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun dengan

(Odds Ratio=9,3; 95% CI: 5.5-15.8). Sedangkan pada wanita kulit hitam

umur 40-44 tahun beresiko 23,5 kali untuk menderita mioma uteri jika

dibandingkan umur < 30 tahun (OR=23,5; 95% CI: 7.3-75.7)

b. Paritas

Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri.

Mioma uteri menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium

yang normal ketika kehamilan termasuk peningkatan produksi

extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida

dan hormon steroid.

7

Page 8: STUDI KASUS MIOMA UTERI

c. Diet/makanan

Terdapat studi yang mengaitkan terjadinya mioma uteri dengan

konsumsi seperti daging sapi atau daging merah. Konsumsi daging sapi

atau daging merah daa meningkatkan resiko terkena mioma uteri,

sdangkan sayuran hijau dapat menurunkan resiko.

C. Patofisiologi Penyakit

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan

lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun

semacam pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam

uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika

ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini

tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus,

uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong

kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. Tetapi

masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma

uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri

dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal

pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa

mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan

perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak

bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan

(Sastrawinata, 2011).

8

Page 9: STUDI KASUS MIOMA UTERI

D. Manajemen Terapi Gizi

1. Gambaran Umum

Keadaan gizi penderita menjelang atapun sesudah pembedahan

sangat penting karena berhubungan dengan respon penderita terhadap

tindakan pembedahan yang dilakukan dan proses penyembuhannya.

Penderita yang keadaan giziya tidak baik seperti penderita yang mengalami

defisiensi protein, vitamin C, atau vitamin K perlu mendapat perhatian

khusus.menjelang pembedahan kadang-kadang penderita telah menderita

sakit yang cukup berat sehingga jumlah makanan yang masuk reltif sedikit,

karena banyak protein tubuh yang dioecah, maka pengeluaran nitrogen

melalui urin naik. Kehilangan nitrogen dalam jumlah yang reltif banyak

kadang-kadang dsertai dengan hilangnya kalium. Penderita yang sering

muntah dan diare akan kehilangan natrium dan jika terjadi pendarhan akan

menyebabkan anemia (Moehyi, 1999)

Respon yang kompleks terhadap stres fisik akibat pembedahan dan

injury, dimediasi oleh perubahan hormonal dan sistem saraf simpatis, salah

satunya adalah hipermetabolisme dan katabolisme (McWhirter &

Pennington, 2004). Terdapat retensi garam dan air bermakna serta

peningkatan basal metabolik rate dan produksi glukosa hepatic.

Penyembuhan luka meningkatkan produksi glukosa sebanyak 80% dan juga

membutuhkan sintesis protein (Souba & Wilmore, 2004). Lemak (jaringan

adiposa) dan cadangan protein (lean muscle mass) dimobilisasi untuk

memenuhi kebutuhan sintesis glukosa dan protein yang menghasilkan

9

Page 10: STUDI KASUS MIOMA UTERI

penurunan BB. Secara umum, respon katabolik meningkatkan kebutuhan

energi dan protein, besar dan durasinya tergantung dari lama pembedahan

(Souba & Wilmore, 2004). Intake energi dan protein adekuat penting untuk

membatasi kehilangan protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak

dapat makan dengan cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau

mencegah penurunan BB setelah pembedahan.

Intake energi dan protein adekuat penting untuk membatasi kehilangan

protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan

cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau mencegah penurunan BB

setelah pembedahan. Masalah yang sering terjadi seperti nyeri, mual,

pengobatan mulut kering, rasa tidak nyaman di lambung dan distensi,

puasa, prosedur tidak menyenangkan, ansietas, makanan yang tidak familiar

dan rutinitas rumah sakit semuanya berpotensi menurunkan nafsu makan

dan intake. Pasien yang tidak makan atau tidak cukup makan, cadangan

protein dan lemaknya akan berkurang dengan cepat. Hal ini mendatangkan

konsekuensi klinis yang signifikan, khususnya bagi mereka dengan gizi

kurang sebelum operasi (Bahar, dkk, 2013)

2. Diit Pra Bedah

Pra bedah atau Praoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya

tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan

pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah. Apabila

penderita memperlihatkan tanda defisiensi sebelum dilakukan operasi perlu

dilakukan perawatan diit untuk mencapai tingkat gizi yang layak untuk

10

Page 11: STUDI KASUS MIOMA UTERI

operasi. Tujuan diit pra bedah adalah untu mengusahakan agar status gizi

pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan, sehingga cadangan

untuk mengatasi stres dan penyembuhan luka (Almatsier, 2006).

3. Diit Pasca Bedah

Diet pasca bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasein

setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah

pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit

penyerta (Almatsier, 2006). Secara fisiologis pada pasien post operasi

terjadi peningkatan metabolik ekspenditur untuk energi dan perbaikan,

meningkatnya kebutuhan nutrien untuk homeostasis, pemulihan, kembali

pada kesadaran penuh, dan rehabilitasi ke kondisi normal (Torosian, 2004).

Prosedur operasi tidak hanya menyebabkan terjadinya katabolisme tetapi

juga mempengaruhi digestif, absorpsi, dan prosedur asimilasi disaat

kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003).

Intervensi nutrisi hanya bisa efektif jika kebutuhan energi secara akurat

diperhitungkan kemudian dicapai. Pendekatan standar adalah dengan

memperkirakan kebutuhan energi dari basal energi expenditure,

menggunakan regression equations dan faktor stres dan aktivitas.

Kebutuhan energi berkisar antara 85-150 kJ/kg. Kebutuhan protein biasanya

diset antara 7-8% kebutuhan energi, meskipun pasien yang sakit parah atau

injury mungkin membutuhkan 15- 20% energi mereka dalam bentuk protein.

Ini sekitar 1.5-2.0 g protein/kg BB (Souba & Wilmore, 2004). Penelitian lebih

lanjut dibutuhkan pasien. Ini juga menjamin bahwa pasien menerima

11

Page 12: STUDI KASUS MIOMA UTERI

dukungan nutrisi pada tingkat yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam

menenutukan kebutuhan energi seseorang salah satunya menggunakan

metode mifflin. Berikut perhitungan energi menggunakan metode mifflin.

Laki-laki : (10 x b) + (6.25 x t) – (5 x u) + 5

Perempuan : (10 x b) + (6.25 x t) – (5 x u) – 161

Keterangan:

b = berat dalam kg

t = tinggi dalam cm

u = umur

E. Interaksi Obat dan Makanan

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain

(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia

lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

digunakan bersama-sama.

Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah

studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus

masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada

seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau

efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi

dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari

12

Page 13: STUDI KASUS MIOMA UTERI

satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang

dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas

dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik.

Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-

sama. Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,

perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti

itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan

beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi

obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli

bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin

berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa

bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti

terhadap kesehatan tubuh.

Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.

Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan

lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara

makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan

mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut

diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim,

memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim

13

Page 14: STUDI KASUS MIOMA UTERI

ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau

memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan

mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat

menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada

lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak

dikehendaki. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya

interaksi obat dengan makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan

lambung dari saat masuknya makanan

2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu

3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran

cerna

4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan

kompleks

5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan

6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

14

Page 15: STUDI KASUS MIOMA UTERI

BAB III

SKRINING GIZI DAN NUTRITION CARE PROCESS (NCP)

A. Skrining Gizi

Hasil Skrining Gizi MUST

Nama Nama Keluarga Usia Bangsal No.RM Jenis Kelamin

: Ny. Trs: -: 41 tahun: Teratai, 7: 00918708: Perempuan

Tanggal 10/12/2014Tanda Tangan Perawat/Ahli GiziBB/TB 58,5 kg / 153 cmBMI 24,9 LILA -Ket St. Gizi Overweight

1 BMI pasien (kg/m2)a. >20 (>30 obese)b. 18.5 – 20c. <18.5

a. Skor 0b. Skor 1c. Skor 2

2. Presentase penurunan BB secara tidak sengaja (3-6 bulan yang lalu)a. <5 %b. 5-10 %c. >10 %

a. Skor 0b. Skor 1c. Skor 2

3 Pasien menderita penyakit berat dan atau asupan makan tidak adekuat >5 hari

Skor 2

Total Skor 3

0 = Resiko rendah dan perlu pengukuran ulang secara periodik

1 = Resiko sedang dan perlu pengukuran ulang setelah 3 hari

2 ≥ Resiko tinggi membutuhkan segera asuhan gizi

Berdasarkan hasil skrining gizi menggunakan MUST diketahui skor pasien

adalah 3 sehingga pasien membutuhkan asuhan gizi. Jika skrining

mengidentifikasi seseorang beresiko, maka harus dirujuk untuk melakukan

15

Page 16: STUDI KASUS MIOMA UTERI

pengkajian nutrisi lebih mendetail. Pengkajian nutrisi adalah proses

komprehensif yang digunakan untuk medefinisikan status nutrisi pasien, lebih

dari sekedar resiko. Ini membantu dalam mengukur resiko komplikasi dan dapat

digunakan untuk merencanakan dan memonitor dukungan nutrisi (Corish,

2004).

B. Identitas Pasien

No. RM : 00981708

Nama : Ny. Trs

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Ruang : Teratai, 7

Tgl Masuk : 10/12/2014

Tgl Kasus : 10/12/2014

Tgl Operasi : 11/12/2014

Alamat : Wanarasa RT 3/1 Cilacap

Dx medis : Myoma Uteri

16

Page 17: STUDI KASUS MIOMA UTERI

C. Assesment Gizi

1. Data Subjektif

a. Riwayat Penyakit

Tabel. 1 Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Nyeri perut bagian bawahRiwayat Penyakit Sekarang Perut membesar sejak 1 bulan yang lalu,

nyeri perut di bagian bawah, mual (+), muntah (+)

Riwayat penyakit dahulu HipertensiRiwayat penyakit keluarga -

b. Riwayat Gizi

Tabel 2. Riwayat Gizi

Data sosial ekonomi Penghasilan : -Jumlah Kel : 3Suku : JawaBangsa : Indonesia

Aktifitas fisik Lama Kerja : -Jenis Olahraga : -Lama tidur : 3 jam

Alergi / makanan pantangan -Diet yang pernah dijalankan -Makanan kesukaan -Fungsi gastrointestinal Nyeri ulu hati : -

Mual : +Muntah : +Anoreksia : +Diare : -Konstipasi : -Perubahan pengecapan/penciuman: -Gangguan mengunyah : -Gangguan menelan : -Kondisi gigi : genap

Suplementasi gizi -Perubahan berat badan 6,5 kg dalam satu bulan

17

Page 18: STUDI KASUS MIOMA UTERI

Cara mengolah makanan Digoreng, direbusKebiasaan makan Makanan pokok : nasi 2x/hari @1/2

centongLauk hewani : ayam, telor 1x/mingguLauk nabati : tempe, tahu setiap hari @1 potongSayur : kangkung, bayamBuah : tidak suka buahSusu : tidak suka susuSnack: jarang makan snack

Asupan makan dirumah Energi : 670,8 kkalProtein : 38,7 gramLemak : 18 gramKH : 90,3 gram

AKG Energi : 2150 kkalProtein : 57 gramLemak : 60 gramKH : 323 gram

% Asupan Energi : 31,2%Protein : 67,8%Lemak : 30%KH : 27,9%

Sumber: Data Primer Terolah, 2014

Kesimpulan:

Berdasarkan riwayat gizi pasien pada saat dirumah, pasien memiliki

kebiasaan makan yang kurang baik yaitu tidak suka dengan buah. selain

itu asupan makan pasien juga masuk dalam kategori defisit berat dengan

persentase energi 31,2%, protein 67,8%, lemak 30%, dan karbohidrat

27,9%. Terdapat masalah pada fungsi gastrointestinal yaitu mual, muntah

dan anoreksia. Selai itu pasien juga mengalami penurunan berat badan

sebanyak 6,5 kg dalam waktu satu bulan.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Antropometri

Tinggi Badan : 153 cm

18

Page 19: STUDI KASUS MIOMA UTERI

Berat Badan : 58,5 kg

IMT : BB/TB2

: 58,5/1,532

: 24,9 kg/m2 (overweight)

BBI : = (153 – 100) – 10% (153 – 100)

= 53 - 5,3

= 47,7 kg

Kesimpulan : berdasarkan hasil pemeriksaan antropometri

diketahui bahwa status gizi pasien adalah overweight dengan IMT 24,9

kg/m2 dengan BBI 47,7 kg.

b. Pemeriksaan Biokimia

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan Satuan/nilai normal

Hasil Lab10-12-2014 11-12-2014

Hemoglobin 12-16 11,8 10Leukosit 4800-10800 8970 14880Hematokrit 37-47 36 30Eritrosit 4,2-5,4 x 10^6 4,7x10^6 3,9x10^6Trombosit 150000-

450000769000 684000

MCV 79-99 77 77,2MCH 27-31 35,4 25,6MCHC 33-37 25,4 33,2RDW 11,5-14,5 13,5 13,5MPV 7,2-11,1 8,6 8,6Basofil 0-1 0,4 0,2Eosinofil 2-4 1,3 0,1Batang 2-5 0,9 1Segmen 40-70 71,1 86,9Limfosit 25-40 17,6 6,5Monosit 2-8 8,7 5,3

19

Page 20: STUDI KASUS MIOMA UTERI

APT 9,4-12,8 10,4 -APTT 28-37,8 35,1 -SGOT 15-37 27 -SGPT 30-65 36 -LanjutanPemeriksaan Satuan/nilai

normalHasil Lab

10-12-2014 11-12-2014Ureum 14,98-28,5 14,6 -Kreatin darah 0,6-1 0,73 -GDS ≤200 132 -Natrium 136-145 138 -Kalium 3,5-5,1 3,6 -Klorida 98-107 99 -Kalsium 8,4-10,2 9,5 -HbSAg Non reaktif Non reaktif -Sumber: Data Rekam Medik, 2014

c. Pemeriksaan Fisik dan Klinik

1. Kesan Umum : Compos mentis

2. Vital Sign

Tanggal 10-12-2014

Tensi : 130/90 mmHg

Respirasi : 20 kali/menit

Nadi : 80 kali/menit

Suhu : 36,5oC

Bising Usus : (+) normal

Kesimpulan : berdasarkan hasil pemeriksaan fisik klinik diketahui

bahwa pasien dalam keadaan sadar . Nadi, respirasi dan suhu dalam

keadaan normal. Sedangkan tekanan darah Ny.Trs tinggi dan masuk

dalam kategori hipertensi sedang (>120/80).

20

Page 21: STUDI KASUS MIOMA UTERI

3. Kepala/Abdomen/Ekstremitas: berdasarkan palpasi pada abdomen

teraba masa di regio hipogastrik.

d. Dietary History

Riwayat makan pasien sebelum masuk rumah sakit dapat dilihat pada

tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Riwayat makan pasien sebelum masuk RS

Recall Energi(Kkal)

Protein(gram)

Lemak(gram)

KH(gram)

Asupan 650,8 35,7 16 88,3Kebutuhan (AKG)

2150 57 60 323

% Asupan 30,2% 62,6% 26,7% 27,3%Keterangan Defisit berat Defisit berat Defisit berat Defisit berat

Keterangan:

Menurut Depkes RI (1996) kategori asupan sebagai berikut:

Tabel 5. Standar % asupan menurut Depkes RI tahun 1996

Di atas kebutuhan normal >120 %Normal 90-119 %Defisit ringan 80-89 %Defisit sedang 70-79 %Defisit berat <70%

e. Terapi Medis

Tabel 6. Terapi Medis

Jenis obat Fungsi Interaksi Obat dengan Makanan

Infus RL 20 tpm Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk kepertluan hidrasi selama dan sesudah operasi

-

21

Page 22: STUDI KASUS MIOMA UTERI

Inj. Ketorolac Obat anti inflamasi non steroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti inflamasi, menghilangkan rasa nyeri

-

Inj. Cefazolin Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi bakteri sebelum, selama atau setelah pembedahan tertentu

-

Inj. Kalnex Untuk fibrinolis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, pendarahan abnormal sesudah operasi.

-

D. Kesimpulan Assesment Gizi

1. Diagnosa pasien adalah mioma uteri dengan keluhan utama nyeri perut

bagian bawah dan perut membesar sejak satu bulan yang lalu. Pasien

mengalami gangguan fungsi gastrointestinal berupa mual, muntah, dan

anoreksia.

2. Status gizi pasien berdasarkan IMT adalah 24,9 dan masuk dalam kategori

overweight.

3. Penurunan kadar hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan limfosit menunjukkan

adanya anemia. Penurunan eosinofil menunjukkan tubuh sedang merespon

stres.

4. Hasil pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan sadar atau compos mentis

dan tekanan darah masuk dalam kategori hipertensi ringan. Pada palpasi

abdomen teraba masa di regio hipogastrik.

5. Asupan makan pasien di rumah berdasarkan hasil recall adalah defisit berat.

E. Diagnosis Gizi

22

Page 23: STUDI KASUS MIOMA UTERI

1. Pre operasi:

a. NI 1-4 : inadekuat intake berkaitan dengan anoreksia dibuktikan oleh

hasil recall E= 31,2%, P= 67,8%, L= 30%, KH 27,9%

b. NI 5-4 : Pembatasan Natrium berkaitan dengan retensi cairan

dibuktikan oleh tekanan darah preoperasi 130/90

c. NC 3-2 : penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan

dengan inadekuat intake dibuktikan oleh berat badan turun 6,5 kg dalan

satu bulan.

2. Post Operasi:

a. NI 1-5 : peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan

penyembuhan luka dibuktikan oleh luka operasi

b. NI 5-4 : Pembatasan Natrium berkaitan dengan retensi cairan

dibuktikan oleh tekanan darah post operasi 150/90

F. Intervensi Gizi

1. Tujuan diet :

a. Pre operasi

1) Mempertahankan keadaan kesehatan dan gizi yang optimal untuk

persiapan operasi

b. Post operasi

1) Memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat pasca operasi

untuk mempercepat proses penyembuhan

2. Syarat/prinsip diet :

a. Pre operasi

23

Page 24: STUDI KASUS MIOMA UTERI

1) Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahanan

keadaan tubuh optimal saat pembedahan

2) Protein tinggi yaitu 1,3 g/KgBB untuk mencegah terjadinya penurunan

kadar protein pasca operasi

3) Lemak cukup yaitu 25% dari kebutuhan energi total sebagai

cadangan energi dalam tubuh dan membantu metabolisme vitamin

A,D,E,K

4) Karbohidrat diberikan cukup sebagai sumber energi

5) Natrium dibatasi yaitu 1000-1200 mg/hari untuk mencegah kenaikan

tekanan darah

b. Post operasi

1) Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk memenuhi

kebutuhan yang meningkat pasca operasi

2) Protein tinggi yaitu 1,3 g/KgBB untuk memperbaiki kerusakan jaringan

post operasi dan untuk meningkatkan kadar Hb

3) Lemak cukup yaitu 25% dari kebutuhan energi total sebagai

cadangan energi dalam tubuh dan membantu metabolisme vitamin

A,D,E,K

4) Karbohidrat diberikan cukup sebagai sumber energi

5) Natrium dibatasi yaitu 1000-1200 mg/hari untuk mencegah kenaikan

tekanan darah

6) Memberikan makanan yang tinggi Fe untuk mengatasi anemia

mikrositik

24

Page 25: STUDI KASUS MIOMA UTERI

7) Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan diberikan secara

bertahap, dengan pola makan 3x makan utama dan 1x selingan

8) Makanan yang diberikan merupakan makanan yang mudah dicerna

3. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi

BEE = (10 x BB) + (6,25 x BB) – (5 x U) – 161

= (10 x 47,7) + (6,25 x 153) – (5 X 41) – 161

= 477 + 956, 25 - 205 - 161

= 1067,25 Kkal

TEE = BEE x FA x FS

= 1067,25 x 1,1 x 1,4

= 1643 Kkal

Protein = 1,3 x 47,7

= 61,62 gram

= 246,5 Kkal

Lemak = 25% x 1643

= 410,9 Kkal

= 45,6 gram

KH = 1643 – 246,5 – 410,9

= 985,6 Kkal

= 246,4 gram

25

Page 26: STUDI KASUS MIOMA UTERI

G. Rencana Konsultasi Gizi

Tabel 7. Rencana Konsultasi gizi

Masalah Gizi Tujuan Materi konseling KeteranganAsupan makan inadekuat

Memberikan informasi kepada pasien mengenai diit yang diberikan

Anamnesa riwayat makan pasien

1.Konseling diberikan kepada pasien dan keluarga pasien

2.Tempat di ruang rawat inap teratai kamar 7

3.Waktu 10-20 menit

Asupan pra bedah

1. Diit TPRGIII2. Bahan

makanan yang dianjurkan

3. Bahan makanan yang tidak dianjurkan

Hipertensi 1. Diit RGIII2. Bahan

makanan yang dianjurkan

3. Bahan makanan yang tidak dianjurkan

Asupan post operasi

1. Diit TPRGIII2. Bahan

makanan yang dianjurkan

3. Bahan makanan yang tidak dianjurkan

H. Rencana Monitoring dan Evaluasi

1. Antropometri : BB

2. Biokimia : Hb, hematokrit, eosinofil, basofil, limfosit, segmen, batang

3. Fisik/klinis : keadaan umum, vital sign, bising usus

26

Page 27: STUDI KASUS MIOMA UTERI

4. Dietary : asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan Natrium

I. Implementasi

Memberikan pasien diit tinggi protein rendah garam III dengan bentuk

makanan biasa pada saat pre operasi dan makanan lunak pada saat post

operasi. Makanan diberikan secara bertahap dengan frekuensi 3x makan utama

dan 1x selingan. Berikut tabel rencana pemberian zat gizi/hari:

Tabel 8. Rencana pemberian zat gizi

Zat gizi Hari ke-1(10-12-2014)

Hari ke-2(11-12-2014)

Hari ke-3(12-12-2014)

Hari ke-4(13-12-2014)

Energi (Kkal) 657 535 1611 1626Protein (gram) 25,2 22,3 64,7 61,8Lemak (gram) 14,9 13,9 41,8 42,7KH (gram) 106,2 81,6 245,3 249,7Natrium (mg) 47,2 49,2 348,9 148,1

J. Rekomendasi Diet

Terapi diit : TPRG III (pre dan post operasi)

Bentuk makanan : Pre operasi : Biasa

Post operasi : saring dan lunak (diberikan secara bertahap)

Cara Pemberian : Oral

Pembahasan preskripsi diet : diit yang diberikan kepada pasien pada saat pre

operasi adalah TPRG III dengan bentuk makanan biasa dan diberikan secara

oral. Protein diberikan tinggi sebelum operasi untuk mencegah terjadinya

penurunan kadar protein pasca operasi. Sedangkan garam diberikan rendah

27

Page 28: STUDI KASUS MIOMA UTERI

yaitu 1000-1200 mg/hari karena pasien mengalami hipertensi ringan dan pasien

memiliki riwayat penyakit hipertensi.

Post operasi pasien diberikan diit TPRG III. Pemberian protein tinggi bertujuan

untuk memperbaiki jaringan post operasi yang rusak. Makanan diberikan secara

bertahap yaitu 4 jam post operasi pasien diberikan minum air hangat apabila

tidak terdapat keluhan mual dan muntah maka 4 jam kemudian pasien

diperbolehkan makan dengan bentuk makanan saring dan kemudian secara

bertahap bentuk makanan ditingkatkan. Makanan diberikan secara oral karena

saluran pencernaan pasien tidak ada gangguan.

28

Page 29: STUDI KASUS MIOMA UTERI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien berusia 41 tahun masuk RSMS dengan diagnosis mioma uteri

dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah. Perut pasien membesar sejak

satu bulan yang lalu dan terdapat keluhan mual dan muntah. Pasien memiliki

riwayat penyakit hipertensi dan berat badan berkurang 6,5 kg dalam waktu satu

bulan Penurunan BB yang tidak terencana, BB kurang saat masuk Rumah

Sakit, dan penurunan status nutrisi selama di rumah sakit, dikaitkan dengan

outcome yang buruk (Green, 2003). Kebiasaan makan pasien adalah makan

nasi 3x/hari ½ centong, lauk hewani dikonsumsi seminggu sekali berupa daging

ayam atau telur. Lauk nabati berupa tempe dan tahu dikonsumsi setiap kali

makan. Sedangkan sayur yang sering dikonsumsi adalah sayur bayam dan

kangkung. Pasien jarang mengkonsumsi buah karena tidak suka buah. Pasien

juga tidak menyukai susu sehingga tidak pernah dikonsumsi.

A. Monitoring dan Evaluasi Data Makan Pasien

Asupan makan pasien diperoleh melalui recall 24 jam dan comstok yang

meliputi makan pagi, siang, malam, dan snack. Zat gizi yang dievaluasi adalah

29

Page 30: STUDI KASUS MIOMA UTERI

energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil monitoring dan evaluasi asupan

makan dan zat gizi pasien selama studi kasus dapat dilihat pada tabel 9 sebagai

berikut:

Tabel 9. Evaluasi asupan energi dan zat gizi pasien

Tanggal Energi(Kkal)

Protein(gram)

Lemak(gram)

KH(gram)

Natrium(mg)

10-12-2014 338 11,4 4,8 63,7 15,3411-12-2014 230,8 8,1 4,9 39 15,7412-12-2014 749,4 30 18,5 118,2 89,3113-12-2014 821,7 29,5 18,7 135,5 90,14Rata-rata 535 19,7 11,7 89,1 52,63Kebutuhan 1643,5 61,6 45,6 246,4 1000% asupan 32,5% 32% 25,6% 36,1% 5%Keterangan Defisit

beratDefisit berat

Defisit berat

Defisit berat

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa asupan makan

pasien selama pengamatan yang diperoleh dari makanan RS tergolong defisit

berat (<70%) yaitu energi sebesar 32,5%, protein 32%, lemak 25,6%, dan

karbohidrat 36,1%. Selama dirawat pasien tidak pernah menghabiskan makan

yang telah disediakan. Hal ini disebabkan karena pasien mengalami gangguan

fungsi gastrointestinal yaitu mual dan anoreksia.

Intake energi dan protein adekuat penting untuk membatasi kehilangan

protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan

cukup untuk memenuhi peningkatan dan/atau mencegah penurunan BB setelah

pembedahan. Masalah yang sering terjadi seperti nyeri, mual, pengobatan mulut

kering, rasa tidak nyaman di lambung dan distensi, puasa, prosedur tidak

30

Page 31: STUDI KASUS MIOMA UTERI

menyenangkan, ansietas, makanan yang tidak familiar dan rutinitas rumah sakit

semuanya berpotensi menurunkan nafsu makan dan intake. Pasien yang tidak

makan atau tidak cukup makan, cadangan protein dan lemaknya akan

berkurang dengan cepat. Hal ini mendatangkan konsekuensi klinis yang

signifikan, khususnya bagi mereka dengan gizi kurang sebelum operasi (Bahar,

2013).

B. Monitoring dan Evaluasi Data Obyektif

1. Monitoring dan Evaluasi Data Antropometri

Data antropometri diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan

secara langsung pada saat skrining awal. Data tinggi badan diperoleh dari

data rekam medik pasien dan ditanyakan langsung kepada pasien. Status

gizi pasien ditentukan dari hasil perhitungan IMT. Hasil pengamatan data

antropometri selama pengamatan studi kasus dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Monitoring Pemeriksaan Antrpometri Selama Pengamatan

Tanggal Hasil Antropometri

IMT Keterangan

10-12-2014 BB = 58,5 kgTB = 153 cm

IMT = 58,5/1,532

= 24,9 kg/m2

Overweight

13-12-2014 BB = 57 kgTB = 153 cm

IMT = 57/1,532

= 24,3 kg/m2

Overweight

Berdasarkan hasil monitoring data antropometri diketahui bahwa status

gizi pasien adalah overweight. Pasien mengalami penurunan berat badan

sebanyak 1,5 kg selama dirawat di rumah sakit. Penurunan berat badan

pasien kemungkinan disebabkan karena pasien mengalami masalah pada

fungsi gastrointestinal berupa mual dan anoreksia. Lemak (jaringan

31

Page 32: STUDI KASUS MIOMA UTERI

adiposa) dan cadangan protein (lean muscle mass) dimobilisasi untuk

memenuhi kebutuhan sintesis glukosa dan protein yang menghasilkan

penurunan BB. Secara umum, respon katabolik meningkatkan kebutuhan

energi dan protein, besar dan durasinya tergantung dari lama pembedahan

(Souba & Wilmore, 2004).

2. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Tabel 11. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Pemeriksaan Satuan/nilai normal

Hasil Lab10-12-2014 11-12-2014

Hemoglobin 12-16 11,8 10Leukosit 4800-10800 8970 14880Hematokrit 37-47 36 30Eritrosit 4,2-5,4 x 10^6 4,7x10^6 3,9x10^6Trombosit 150000-

450000769000 684000

MCV 79-99 77 77,2MCH 27-31 35,4 25,6MCHC 33-37 25,4 33,2RDW 11,5-14,5 13,5 13,5MPV 7,2-11,1 8,6 8,6Basofil 0-1 0,4 0,2Eosinofil 2-4 1,3 0,1Batang 2-5 0,9 1Segmen 40-70 71,1 86,9Limfosit 25-40 17,6 6,5Monosit 2-8 8,7 5,3APT 9,4-12,8 10,4 -APTT 28-37,8 35,1 -SGOT 15-37 27 -SGPT 30-65 36 -Ureum 14,98-28,5 14,6 -Kreatin darah 0,6-1 0,73 -GDS ≤200 132 -Natrium 136-145 138 -Kalium 3,5-5,1 3,6 -Klorida 98-107 99 -Kalsium 8,4-10,2 9,5 -

32

Page 33: STUDI KASUS MIOMA UTERI

HbSAg Non reaktif Non reaktif -(Data Rekam Medik, 2014)

a. Data sebelum operasi (10-12-2014): pasien mengalami anemia yang

ditandai dengan Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan Limfosit rendah

sebelum operasi. Adanya inflamasi atau infeksi ditandai dengan

ketidaknormalan kadar eosinofil, batang, dan segmen.

b. Data setelah operasi (11-12-2014): sesudah operasi pasien

mengalami anemia yang ditandai dengan rendahnya kadar Hb,

hematokrit, MCV, dan MCH. Sedangkan adanya infeksi atau

inflamasi ditandai dengan ketidaknormalan kadar leukosit, limfosit,

eosinofil, batang dan segmen. Anemia disebabkan karena

pendarahan pada saat operasi sehingga pasien menerima transfusi

sebanyak 1 kolf.

3. Monitoring dan Evaluasi Data Fisik dan Klinik

Pengamatan terhadap perkembangan kondisi fisik dan klinis pasien

dilakukan setiap hari berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang tercantum

dalam rekam medik. Perkembangan pemeriksaan klinis pasien selama

pengamatan studi kasus dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Perkembangan Hasil Pemeriksaan Klinis

Tanggal Monitoring Keterangan10-12-2014 TD = 130/90

Respirasi = 20x/menitNadi = 80x/menitSuhu = 36,5oCBU = (+) Palp = teraba masa di regio

Pasien mengalami hipertensi

33

Page 34: STUDI KASUS MIOMA UTERI

hipogastrik Mata = Ca -/- Si -/-Cor = S1>S2Eks =

- -- -

Lanjutan

11-12-2014 TD = 150/100Respirasi = 20x/menitNadi = 80x/menitSuhu = 36 oCBU = (+) NMata = Ca -/- Si -/-Cor = S1>S2Eks =

- -- -

Pasien mengalami hipertensi tahap 2

12-12-2014 TD = 150/90Respirasi = 20x/menitNadi = 98x/menitS = 36 oCBU = (+) NNT = (+)Mata = Ca -/- Si -/-Cor = S1>S2Luka = Kassa (+), rembes darah (-)Eks =

- -- -

Pasien mengalami hipertensi tahap 2Luka bekas operasi dalam kondisi baik, tertutup kassa, dan tidak ada rembesan darah

13-12-2014 TD = 150/100Respirasi = 20x/menitNadi = 84x/menitS = 37,1 oCBU = (+) NNT = (+)Mata = Ca -/- Si -/-Cor = S1>S2Luka = Kassa (+), rembes darah (-)Eks =

- -- -

Pasien mengalami hipertensi tahap 2Luka bekas operasi dalam kondisi baik, tertutup kassa, dan tidak ada rembesan darah

(Data rekam medik, 2014)

34

Page 35: STUDI KASUS MIOMA UTERI

C. Perkembangan Terapi Diet

Tabel 13. Perkembangan Terapi Diit

Tanggal Macam diit Bentuk makanan Ket10-12-2014 TPRGIII Biasa Pre Operasi11-12-2014 Puasa - -

TPRGIII Makanan saring Post Operasi12-12-2014 TPRGIII Makanan saring

dan lunakPost Operasi

13-12-2014 TPRGIII Makanan Lunak Post Operasi

Terapi diit yang diberikan kepada pasien sebelum operasi adalah diit TPRG

III. Diit RG III diberikan karena tekanan darah pasien masuk dalam hipertensi.

Diit tinggi protein diberikan karena berdasarkan pemeriksaan laboratorium

pasien mengalami anemia, selain itu diit tinggi protein juga digunakan untuk

mencegah kehilangan protein yang besar saat operasi, dan untuk memperbaiki

jaringan yang rusak setelah operasi.

Bentuk makanan yang diberikan sebelum operasi adalah makanan biasa.

Kemudian setelah operasi pemberian bentuk makanan disesuaikan dengan

kemampuan pasien. Empat jam post operasi pasien diberi air hangat dan tidak

ada keluhan mual sehingga pasien dapat mengkonsumsi makanan dalam

bentuk saring. H+1 operasi pasien mengeluhkan nyeri pada daerah perut

sehingga pasien masih diberi makanan saring pada pagi dan siang hari. Nyeri

perut yang dialami pasien dapat menyebabkan penurunan nafsu makan

35

Page 36: STUDI KASUS MIOMA UTERI

sehingga intake makanan pasien mengalami penurunan. Malam harinya bentuk

makanan ditingkatkan menjadi tim. Hari keempat pengamatan kondisi pasien

berangsur membaik, namun karena masih terdapat keluhan nyeri di daerah

perut maka pasien diberi makanan dalam bentuk tim.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diagnosa pasien adalah mioma uteri

2. Hasil assesment gizi diketahi bahwa status gizi pasien adalah overweight

3. Hasil pemeriksaan fisik dan klinik pasien dalam keadaan compos mentis dan

tekanan darah pasien tinggi. Sedangkan pada palpasi abdomen teraba

masa di regio hipogastrik

4. Terapi diit yang diberikan adalah diit TPRG III dengan kebutuhan energi

1643 Kkal, protein 61,62 gram, lemak 45,6 gram, dan karbohidrat 246,4

gram.

5. Diagnosa gizi:

a. Pre operasi:

1) NI 1-4: inadekuat intake berkaitan dengan anoreksia dibuktikan oleh

hasil recall E= 31,2%, P= 67,8%, L= 30%, KH 27,9%

2) NC 3-2 : penurunan berat badan yang tidak diharapkan

berkaitan dengan inadekuat intake dibuktikan oleh berat badan turun

6,5 kg dalan satu bulan.

36

Page 37: STUDI KASUS MIOMA UTERI

c. Post Operasi:

1) NI 1-5: peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan

hiperkatabolisme dibuktikan oleh operasi mioma uteri

6. Implementasi gizi

Terapi diit yang diberikan kepada pasien pre dan post operasi adalah diit

TPRGIII. Selama pengamatan ada perubahan bentuk makanan yang

diberikan kepada pasien, yaitu makanan biasa saat pre operasi, makanan

saring dan makanan lunak post operasi. Rata-rata asupan makan pasien

selama monitoring adalah energi 32,5%, Protein 32%, Lemak 25,6%, dan

Karbohidrat 36,1%. Secara keseluruhan asupan makan pasien masuk dalam

kategori defisit berat.

7. Monitoring dan evaluasi

a. Pemeriksaan fisik : sebelum dilakukan operasi teraba massa di

regio hipogastrik. Setelah operasi luka dalam kondisi tertutup kasa dan

tidak terdapat rembesan darah.

b. Pemeriksaan biokimia :

1) Data sebelum operasi (10-12-2014): pasien mengalami anemia yang

ditandai dengan Hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan Limfosit rendah

sebelum operasi. Adanya inflamasi atau infeksi ditandai dengan

ketidaknormalan kadar eosinofil, batang, dan segmen.

2) Data setelah operasi (11-12-2014): sesudah operasi pasien

mengalami anemia yang ditandai dengan rendahnya kadar Hb,

37

Page 38: STUDI KASUS MIOMA UTERI

hematokrit, MCV, dan MCH. Sedangkan adanya infeksi atau

inflamasi ditandai dengan ketidaknormalan kadar leukosit, limfosit,

eosinofil, batang dan segmen. Anemia disebabkan karena

pendarahan pada saat operasi sehingga pasien menerima transfusi

darah sebanyak 1 kolf.

c. Pemeriksaan klinik : sebelum dan setelah operasi pasien

mengalami hipertensi. Respirasi, nadi, dan suhu pasien sebelum dan

setelah operasi dalam keadaan normal.

d. Dietary history : asupan makan pasien defisit

e. Antropometri : Berat badan pasien selama perawatan

mengalami penurunan sebanyak 1,5 kg.

B. Saran

1. Bagi pasien

Pasien diharapkan mematuhi diit yang diberikan dan tetap menjalankan

diitnya seletah pulang dari rumah sakit

2. Bagi Keluarga Pasien

Keluarga pasien hendaknya selalu memberi motivasi pasien dan membantu

menjalankan diit selama masa penyembuhan.

38