strategi public relations wilayatul hisbah dalam …repository.utu.ac.id/375/1/bab i_v.pdf · 2017....

66
STRATEGI PUBLIC RELATIONS WILAYATUL HISBAH DALAM MENSOSIALISASI BUSANA ISLAMI (Studi Kasus Gampong Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi OLEH : DEWI YULIANA NIM : 08C20220006 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT 2013

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI PUBLIC RELATIONS WILAYATUL HISBAH DALAM

    MENSOSIALISASI BUSANA ISLAMI (Studi Kasus Gampong Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan

    Kabupaten Aceh Barat)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

    Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

    OLEH :

    DEWI YULIANA

    NIM : 08C20220006

    PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR

    MEULABOH - ACEH BARAT

    2013

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Penyampaian pesan komunikasi yang baik tergantung pada keseluruhan

    aspek komunikasi yang ada. Aspek komunikasi sangat berperan dan berpengaruh

    agar pesan yang disampaikan dapat diterima, apalagi pesan yang disampaikan

    memiliki muatan persuasif yang sarat sekali. Faktor lain adalah mengenai

    pemilihan media yang digunakan dan komunikan itu sendiri. Pemilihan media

    yang tidak tepat akan menimbulkan banyak hambatan dalam berkomunikasi yang

    akan dijadikan sasaran dari strategi komunikasi yang dilakukan, seperti strategi

    komunikasi Public Relation.

    Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

    (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan

    tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah

    saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya. (Effendy,

    2009, h. 32). Demikian pula dengan strategi Hubungan Masyarakat (Humas) atau

    Public Relation yaitu bagaimana merancang mengatasi kendala-kendala yang

    akan dihadapi oleh masyarakat maupun instansi. Tujuan sentral Humas adalah

    mengacu kepada kepentingan pencapaian sasaran (target) yaitu masyarakat.

    Strategi komunikasi Public Relation sangat membantu dalam proses

    memperoleh good will (kemauan yang baik) atau kesan positif dari masyarakat

    luas. Hubungan masyarakat (Public Relation) mempunyai ruang lingkup kegiatan

  • 2

    2

    yang menyangkut banyak manusia (publik, masyarakat, khalayak), baik di dalam

    (public intern) dan luar (public ektern) (H.A.W. Widjaja, 2010, h. 2).

    Menurut Effendy (2009, h. 131) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

    Dan Praktek istilah hubungan masyarakat yang disingkat Humas sebagai

    terjemahan dari istilah Public Relation dengan pengertian bahwa sasaran

    kegiatannya adalah khalayak dalam (Internal Public) dan khalayak keluar

    (Eksternal Public) yang merupakan sasaran kegiatan Public Relation. Dengan

    demikian di dalam suatu instansi dibutuhkan Public Relation atau hubungan

    masyarakat (Humas) yang mempunyai fungsi menjembatani antara suatu instansi

    dengan publiknya.

    Sebagai sebuah profesi seorang Humas bertanggung jawab untuk

    memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan

    membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat

    mengerti dan menerima sebuah situasi. Seorang humas selanjutnya diharapkan

    untuk membuat program-program dalam mengambil tindakan secara sengaja dan

    terencana dalam upaya-upayanya mempertahankan, menciptakan, dan memelihara

    pengertian bersama antara organisasi dan masyarakatnya.

    Kegiatan komunikasi dalam Humas di Dinas Syariat Islam Kabupaten

    Aceh Barat ditunjukkan oleh jajaran Wilayatul Hisbah (polisi syariat/WH) kepada

    masyarakat yang ada dalam organisasi (internal) dan masyarakat luar organisasi

    (eksternal). Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat

    diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu komunikasi personal atau pribadi dan

    komunikasi kelompok. Yang penting untuk memberi pengertian bahwa

  • 3

    3

    komunikasi dalam Humas, sentral dan mempunyai peranan penting dalam

    pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

    Salah satu tugas humas Wilayatul Hisbah Kabupaten Aceh Barat yaitu

    melakukan dan memberikan penyuluhan atau sosialisasi ke daerah-daerah atau

    sekolah- sekolah untuk membimbing masyarakat taat kepada Peraturan Bupati

    Nomor 5 tahun 2010 tentang Penegakan Syariat Islam dalam pemakaian busana

    Islami di Kabupaten Aceh Barat. Penyuluhan hukum atau sosialisasi merupakan

    salah satu instrument pembangunan yang sangat penting dan menjadi prasyarat

    untuk menumbuhkan kesadaran, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam

    rangka penegakan syariat Islam di Aceh, khususnya di Aceh Barat.

    Namun dilain hal perlu juga disadari bahwa upaya untuk menciptakan

    kesadaran akan peraturan yang dikeluarkan tentang syariat islam bukan suatu hal

    yang sederhana, sebab hukum syariat islam sebagai suatu produk sosial yang tidak

    nyata (intangible product) tidak semudah memasarkan produk-produk nyata

    (tangible product) yang bisa digunakan dan dinikmati hasilnya dalam waktu yang

    relatif singkat. Untuk itu format perencanaan komunikasi yang selama ini banyak

    dikaji dan dikembangkan oleh studi komunikasi pembangunan dapat diaplikasikan

    dalam penyuluhan atau sosialisasi terhadap Peraturan Bupati No.5 tahun 2010

    tentang penegakan Syari’at Islam dalam pemakaian busana Islami di Kabupaten

    Aceh Barat, untuk masyarakat khususnya perempuan yang kurang memahami

    tentang Perbup tersebut.

    Dalam hal ini sosialisasi sangat diperlukan Humas di Dinas Syariat Islam

    Kabupaten Aceh Barat dalam menjalankan tugasnya salah satunya untuk membina

    hubungan kerjasama dengan masyarakat dan memberikan penyuluhan atau arahan

  • 4

    4

    mengenai Peraturan Bupati No.5 tahun 2010 tentang penegakan syariat Islam

    dalam pemakaian busana Islami. Inti dari sosialisasi dalam pemakaian busana

    Islami di Kabupaten Aceh Barat dalah proses pembelajaran kepada masyarakat

    mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat

    dilaksanakan dengan baik. Kegiatan penyuluhan atau sosialisasi busana Islami

    yang dilakukan oleh humas Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat atau

    Wilayatul Hisbah (polisi syariat/WH) bertempat di Gampong Ujong Baroh

    Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

    Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Humas Wilayatul Hisbah

    Kabupaten Aceh Barat pada perempuan yang usia dewasa hingga usia remaja di

    Gampong Ujong Baroh. Pelaksanaan razia tersebut dilaksanakan karena Gampong

    Ujong Baroh adalah gampong yang berada di kota Meulaboh yang merupakan

    tempat yang sering dilaksanakan razia. Proses sosialisasi tersebut mengenai

    pelanggaran syariat Islam dan menggunakan busana Islami, strategi yang

    digunakan ialah dengan cara merazia di jalan-jalan untuk menjaring sejumlah

    perempuan yang menggunakan pakaian yang melanggar syariat. Setelah

    mengadakan razia oleh Wilayatul Hisbah, maka akan diberi penyuluhan atau

    proses sosialisasi.

    Razia juga melibatkan personil satuan polisi pamong praja dan aparat

    kepolisian itu dilaksanakan di seluruh kota Meulaboh khususnya Gampong Ujong

    Baroh. Dengan dikeluarkan Perbup No.5 tahun 2010 tentang Penegakan Syariat

    Islam dalam pemakaian busana Islami pasal 15 ayat 1 (c) disebutkan, bagi

    pelanggar dikenakan sanksi moral, etika dan sanksi sosial yang penerapannya

    diserahkan kepada perangkat mukim/gampong yang berwenang.

  • 5

    5

    Uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang peneliian di

    atas, maka penulis judul penelitian yaitu” Strategi Public Relations Wilayatul

    Hisbah dalam Mensosialisasi Busana Islami (Studi Kasus Gampong Ujong

    Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ialah :

    1. Bagaimana Strategi public relations Wilayatul Hisbah dalam

    mensosialisasi busana Islami di Gampong Ujong Baroh Kecamatan Johan

    Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?

    2. Bagaimana Pelaksanaan Kegiatan Humas Wilayatul Hisbah kabupaten

    Aceh Barat dalam mensosialisasi busana Islami di Gampong Ujong Baroh

    Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ialah:

    1. Untuk mengetahui strategi public relations Wilayatul Hisbah dalam

    mensosialisasi busana Islami di Gampong Ujong Baroh Kecamatan Johan

    Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

    2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Kegiatan Humas Wilayatul Hisbah

    kabupaten Aceh Barat dalam mensosialisasi busana Islami di Gampong

    Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

  • 6

    6

    1.4 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi

    ilmiah untuk mengembangkan wacana keilmuan komunikasi khususnya

    Hubungan Masyarakat (Humas) yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain

    dalam penelitian lebih lanjut.

    2. Manfaat Praktis

    a) Kegunaan untuk peneliti, Penelitian ini dapat berguna secara praktis

    bagi penelitian sebagai pengaplikasian ilmu atau teori yang sudah

    peneliti dapatkan selama mengikuti perkuliahan.

    b) Penelitian ini dapat berguna bagi Mahasiswa Universitas Teuku Umar

    secara umum dan program studi ilmu komunikasi secara khusus sebagai

    bahan literatur terutama bagi peneliti selanjutnya yang melakukan

    penelitian pada bahan kajian penelitian yang sama.

    c) Penelitian ini dapat berguna bagi instansi Dinas Syariat Islam

    Kabupaten Aceh Barat sebagai bahan evaluasi untuk mengukur tentang

    strategi yang telah dilakukan Humas dalam mensosialisasi Peraturan

    Bupati No. 5 tahun 2010 tentang penegakan syariat Islam dalam

    pemakaian busana Islami di Kabupaten Aceh Barat.

  • 7

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Public Relations

    Public Relations yang biasa ditulis dengan singkat PR atau yang juga

    lazim disebut Purel atau Hubungan Masyarakat, masih merupakan bidang baru

    terutama di Indonesia. Berhubung dengan meningkatnya perhatian terhadap public

    relations, terutama dari perusahaan-perusahaan besar, timbul kebutuhan akan

    orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus dalam bidang itu.

    Istilah Public Relations diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, istilah

    itu mengandung arti hubungan dengan publik. Pengertian “Publik” adalah

    sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama,

    mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Sedangkan istilah “relations”

    (dengan istilah jamak) penting sekali jika dilihat dalam hubungannya dengan

    pengertian : Public Relations. Istilah “relations” merupakan prinsip dari pada

    Public Relations. Penggunaan istilah “relations” mengandung arti adanya

    hubungan yang timbal balik atau two-way-communication.

    Dengan pengertian di atas tadi, maka public relations pada dasarnya

    berfungsi untuk menghubungkan publik-publik atau pihak-pihak yang

    berkepentingan di dalam suatu instansi atau perusahaan. Hubungan yang efektif

    antara pihak-pihak yang berkepentingan itu adalah penting sekali demi

    tercapainya kepentingan dan kepuasan bersama.

    Dapat diuraikan di sini beberapa definisi Public Relations yang

    dikemukakan oleh pakar komunikasi. Public Relations, yang didefinisikan oleh

  • 8

    8

    Frank Jefkins ( 2003, h. 10) adalah : “semua bentuk komunikasi yang terencana,

    baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua

    khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan

    pada saling pengertian.”

    Definisi Public Relations menurut J. C., Seidel dalam (Abdurrachman,

    2001:24) Public Relations adalah :

    “Public relations is the continuing process by which management

    endeavors to obtain goodwill and understanding of its customers, its employees and the public at large, inwardly through self analysis and correction, outwardly through all means of

    expression”.(proses yang kontinu dari usaha-usaha management untuk memperoleh good will dan pengertian dari para

    langganannya, pegawainya dan publik umumnya; kedalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan.)”

    Public Relation menurut Cutlip & Center (dalam Suhandang, 2004, h. 89)

    adalah :

    “Suatu kegiatan komunikasi dan penafsiran, serta komunikasi-komunikasi dan gagasan-gagasan dari suatu lembaga kepada

    publiknya, dan pengkomunikasian informasi, gagasan-gagasan, serta pendapat dari publiknya itu kepada lembaga tadi dalam usaha yang jujur untuk menumbuhkan kepentingan bersama sehingga

    dapat tercipta suatu persesuaian yang harmonis dari lembaga itu dengan masyarakatnya”.

    Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa public

    relations itu suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian,

    good-will, kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik sesuatu badan

    khususnya dan masyarakat umumnya. Dalam public relations terdapat suatu usaha

    untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan

    publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang

  • 9

    9

    menyenangkan; sehingga akan timbul opini public yang menguntungkan bagi

    kelangsungan hidup badan itu.

    2.1.1 Ciri-ciri Public Relations

    Ciri dan fungsi sangat erat kaitannya, fungsi atau dalam Inggris fuction,

    bersumber pada perkataan bahasa latin, factio yang berarti penampilan, perbuatan

    pelaksanaan atau kegiatan. Dalam kaitannya dengan humas dalam suatu insta nsi

    berfungsi apabila humas itu menunjukkan kegiatan yang jelas, yang dapat

    dibebaskan dari kegiatan lainnya. Berfungsi tidaknya humas dalam organisasi

    dapat diketahui dari ada tidaknya yang menunjunkkan ciri-cirinya. Ciri-ciri humas

    adalah :

    a. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang

    berlangsung dua arah secara timbal balik;

    b. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan o leh

    manajemen suatu organisasi;

    c. Publik yang menjadi sasaran kegiatan humas adalah Publik eksternal dan

    Publik Internal (Effendy, 2009, h. 31);

    Operasional humas adalah membina hubungan yang harmonis antara

    organisasi dengan Publik mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang

    timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.

    2.1.2 Fungsi Public Relations

    Fungsi Public Relations menurut Cutlip & centre and Candflield dalam

    Ruslan (2006, h. 19) pada bukunya “Manajemen Humas dan Manajemen

    Komunikasi (konsepsi dan aplikasi)” fungsi Public Relations yaitu :

  • 10

    10

    a. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama

    (fungsi melekat pada manajemen organisasi);

    b. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya

    yang merupakan khalayak sasaran;

    c. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,

    persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi yang

    diwakilinya, atau sebaliknya;

    d. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbang saran kepada

    pemimpin organisasi demi tujuan dan manfaat bersama;

    e. Menciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, dan mengatur arus

    informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau

    sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak;

    Sedangkan menurut Ruslan (2006, h. 10) menyebutkan ada empat fungsi

    Public Relations, yaitu :

    1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga

    yang diwakili dengan publiknya;

    2. Membina relationship, yakni berupaya membina hubungan yang positif

    dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya;

    3. Peranan Back Up Management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi

    manajemen organisasi atau perusahaan;

    4. Membentuk Corporate Image, artinya peran Public Relations berupaya

    menciptakan citra bagi organisasi atau perusahaan;

    Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa Public

    Relations memiliki fungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,

  • 11

    11

    menciptakan iklim yang kondusif sebagai penghubung antara kepentingan

    perusahaan dengan masyarakat, serta membantu opini publik sebagai

    pembentukan citra organisasi.

    2.1.3 Tujuan Public Relations

    Adapun tujuan dari Public Relations menurut Oemi Abdurrachman adalah

    mengembangkan good will dan memperoleh opini publik yang favorable atau

    menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai

    publik, kegiatan public Relations harus dikerahkan ke dalam dan keluar.”

    (Abdurrachman, 2001,h. 34).

    Tujuan kegiatan public relations (Nova, 2009, h. 40) dapat dikelompok

    sebagai berikut :

    1. Performance Objectife

    Public relations merupakan kegiatan komunikasi yang mempersentasikan

    citra perusahaan kepada publiknya (stakholders).

    2. Support of Consumer Market Objective

    Kegiatan Public relations dapat digunakan untuk mengindentifikasikan

    permasalahan yang timbul sehubungan dengan kegiatan komunikasi yang

    dilaksanakan oleh perusahaan dengan menitikberatkan pembahasan pada

    indentifikasi tingkat kesadaran komsumen, sikap dan persepsi konsumen

    terhadap produk dan layanan yang ditawarkan perusahaan.

    Dari sekian banyak tugas yang diemban oleh seorang Public relations,

    tujuan yang ingin dicapai dalam bidang Public relations adalah komunikasi

    internal dan komunikasi eksternal (Nova, 2009, h. 41) :

  • 12

    12

    1. Komunikasi internal (personil/anggota institusi)

    a) Memberikan informasi dan sebanyak dan segala mungkin mengenai

    institusi;

    b) Menciptakan kesadaran anggota/personil mengenai peranan institusi

    dalam masyarakat;

    c) Menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari anggotanya;

    2. Komunikasi Eksternal (masyarakat)

    a) Informasi yang benar dan wajar mengenai institusi;

    b) Kesadaran mengenai peran institusi dalam tata kehidupan umumnya;

    c) Motivasi untuk menyampaikan citra baik;

    Menurut Ruslan (2006, h. 52-53) menjadi seorang Public relations secara

    umum memiliki ciri sebagai berikut :

    1. Memiliki skill dan pengetahuan yang tinggi;

    2. Mempunyai kode etik dan merupakan standar moral yang dituangkan

    formal atau normative;

    3. Memiliki integritas pribadi dan tanggung jawab profesi terhadap publik,

    pimpinan, dan lain- lain;

    4. Memiliki jiwa pengabdian kepada publik;

    5. Otonomisasi organisasi professional, yaitu memiliki kemampuan untuk

    mengelola organisasi Public relations;

    6. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi untuk menjaga

    esksistensinya;

  • 13

    13

    Menurut Rumanti (2002, h. 36) dalam menjalankan tugas dan fungsinya,

    seorang Public relations harus memperhatikan langkah- langkah berikut agar

    tujuan tercapai, diantaranya adalah :

    1. Tujuan organisasi harus jelas, dan perlu diperhatikan perbedaan antara

    teori dan praktek;

    2. Perlu adanya kerjasama antar direksi demi tercapainya tujuan untuk

    keuntungan semua pihak;

    3. Membuat konsep yang akan direalisasikan;

    4. Memperhatikan kualitas dari produk atau jasa apakan sudah sesuai dengan

    kebutuhan publik;

    5. Perlu adannya pengarahan kepada direksi, agar satu visi dan misi;

    6. Member kesempatan kepada direksi lain untuk memberikan saran dan

    kritiknya. Karena saran dan kritik merupakan input yang sangat penting

    untuk mengadakan perbaikan, perubahan sesuai dengan kebutuhan;

    Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tugas

    Public relations adalah menentukan langkah-langkah untuk perusahaan dalam

    upaya menghadapi kemungkinan kesulitan yang akan muncul terhadap

    perusahaan, sehingga dapat berperan sebagai komunikator dan penasehat yang

    bertanggung jawab dalam perusahaan untuk mengatasinya dengan didasari teknik

    berkomunikasi yang baik, sehingga menimbulkan sebuah pemahaman atau

    penerimaan baik itu dari pihak internal maupun eksternal.

    2.1.4 Sasaran Public relations

    Menurut H. Fayol (dalam Nova, 2009, h. 43) beberapa sasaran kegiatan

    Public relations adalah sebagai berikut :

  • 14

    14

    1. Membangun indentitas dan citra perusahaan (Building corporate indentity

    and image) :

    a. Menciptakan indentitas dan citra perusahaan yang positif;

    b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai

    pihak;

    2. Menghadapi krisis (facting of Crisis)

    Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi

    dengan membentuk manajemen krisis dan Public relations recovery of

    image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.

    3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes).

    Mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepentingan publik.

    Mendukung kegiatan kampanye sosial, seperti anti merokok dan

    menghindari obatan-obatan terlarang.

    2.1.5 Kegiatan Public Relations

    Adapun seperti yang dikatakan ahli Public Relations, Cutlip dan Center

    (dalam Kasali dan Abdurachman) proses Public Relations sepenuhnya mengacu

    pendekatan manajerial bahwa Public Relations adalah kegiatan dimana proses

    kegiatannya melalui 4 tahap (Abduracman, 2001, h. 31) yakni :

    1. Fact finding (Pengumpulan Data)

    Mencari dan mengumpulkan fakta/data sebelum melakukan tindakan.

    Misalnya Public Relations sebelum melakukan suatu kegiatan harus terlebih

    dahulu mengetahui, misalnya apa yang diperlukan Publik, siapa saja yang

    termasuk ke dalam publik dan bagaimana keadaan Publik dipandang dari

    berbagai faktor.

  • 15

    15

    2. Planning (Perencanaan)

    Berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam

    menghadapi berbagai masalah. Dalan tahap ini Public Relations melakukan

    penyusunan daftar masalah (Problem). Dengan adanya daftar tersebut akan

    dapat dilakukan pemikiran dengan cepat untuk mengatasinya dan sekaligus

    menentukan orang-orangnya yang akan menggarap pelaksanaannya nanti.

    Perencanaan ini perlu dipikirkan dengan matang, oleh karena itu kegiatan ini

    merupakan salah satu tahap yang turut menentukan suksesnya pekerjaan

    Public Relations keseluruhan.

    3. Action and Communicating (Tindakan dan Kegiatan Komunikasi)

    Public Relations melakukan Action and Communicating, berdasarkan rencana

    yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan

    fakta/data tadi, kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan

    operasional contohnya mengadakan Conference Pers. Semua member dari

    semua media diundang, kepada mereka diberikan informasi sejelas-jelasnya.

    Public Relations tadi telah melakukan kegiatan sebaik-baiknya. Nyata sekali

    ia telah melakukan banyak komunikasi: komunikasi antar personal,

    komunikasi kelompok dan komunikasi melalui media massa.

    4. Evaluation (Penilaian)

    Tahap-tahap Public Relations berlangsung secara berkesinambungan dalam

    bentuk hubungan yang terdiri dari program kegiatan dan frekuensi. Penilaian

    adalah tahap terakhir setelah tahap-tahap penelitian, perencanaan dan

    penggiatan. Dimuka telah dijelaskan bahwa pentahapan proses Public

    Relations itu dalam prakteknya berlangsung secara berkesinambungan,

    sehingga tidak tampak kapan dimulainya perencanaan, kapan dimulainya

  • 16

    16

    penilaian, sebab sebelum penilaian berakhir telah dimulai pula dengan

    penelitian untuk mencari fakta. Tidak jarang terjadi perubahan suatu program

    yang telah direncanakan, dan memang setiap program dalam tahap

    perencanaan fleksibel, tidak kaku demi kelancaran kegiatan yang dilakukan.

    2.2 Pengertian Strategi

    Istilah strategi berasal dari kata Yunani Strategeia (stratos = militer; dan

    ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal.

    Konsep ini relevan dengan situasi jaman dulu yang sering diwarnai perang, di

    mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat

    selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa dapat diartikan sebagai suatu

    rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada

    daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Stra tegi militer didasarkan

    pada pemahaman akan kekuatan dan penempatan posisi lawan, karakteristik fisik

    medan perang, kekuatan dan karakter sumber daya yang tersedia, sikap orang-

    orang yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasi terhadap setiap

    perubahan yang mungkin terjadi. Konsep strategi militer seringkali diadaptasi dan

    diterapkan dalam dunia bisnis, misalnya konsep Sun Tzu, Hannibal, dan Carl von

    Clausewitz. Dalam konteks bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang

    mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk

    mengalokasikan sumber daya dan usaha suatu organisasi.

    Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

    (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,

    strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja,

    melainkan harus menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya (Effendy, 2009, h. 32).

  • 17

    17

    Setiap organisasi membutuhkan strategi manakala menghadapi situasi

    berikut (Jain, dalam Tjiptono, 1997, h. 3) :

    1. Sumber daya yang dimiliki terbatas;

    2. Ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi;

    3. Komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi;

    4. Keputusan-keputusan harus dikoordinasikan antar bagian sepanjang

    waktu;

    5. Ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif;

    Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert, Jr. (dalam Tjiptono 1997, h. 3),

    konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda,

    yaitu:

    1. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan ( intends to do);

    2. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does);

    Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai

    program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan

    mengimplimentasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah

    bahwa para manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam

    merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang turbulen dan selalu

    mengalami perubahan, pandangan ini lebih banyak diterapkan.

    Sedangkan pada perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola

    tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada

    definisi ini, setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut

    tidak pernah dirumuskan secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para

    manajer yang bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri

  • 18

    18

    terhadap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Pernyataan strategi secara

    eksplisit merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi perubahan lingkungan

    bisnis. Strategi memberikan kesatuan arah bagi semua anggota organisasi. Bila

    konsep strategi tidak jelas, maka keputusan yang diambil akan berrsifat subjektif

    atau berdasarkan intuisi belaka dan mengabaikan keputusan yang lain. Dalam

    suatu perusahaan terdapat tiga level strategi, yaitu : level korporasi, level unit

    bisnis atau lini bisnis, dan level fungsional (Hayes dan Wheel wright, 1984 dalam

    Tjiptono, 1997, h. 4).

    2.3 Strategi Public Relations

    Menurut Rangkuti (2005, h. 25) strategi adalah formula berbasis luas

    mengenai cara bisnis bersaing, tujuan apa yang ingin dicapai dan kebijakan apa

    yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan Ahmad S.

    Adnanputra pakar humas mengatakan bahwa strategi adalah bagian dari suatu

    rencana (Plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan

    (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari

    proses manajemen. Mengacu pada pola strategi Public Relations tersebut, maka

    menurut Ahmad S. Adnanputra (dalam Rangkuti, 2005, h. 27) memberikan

    batasan pengertian tentang strategi Public Relations, antara lain “alternatif optimal

    yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan Public Relations dalam

    kerangka suatu rencana Public Relations (Public Relations Plan)”.

    Ruslan (2006, h. 101) strategi Public Relations adalah bagaimana seorang

    Public Relations officer dapat menganalisa lingkungan, strategi,

    mengimplementasikan startegi, mengendalikan strategi. Robinson (dalam

    Soemirat, 2004, h. 9) bahwa startegi Public Relations ialah suatu proses kegiatan

  • 19

    19

    dengan melakukan pembersihan lingkungan, formulasi strategi, Implementasi

    strategi, evaluasi dan control. Public Relations memberikan suatu fungsi

    manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan

    penerimaan. Public Relations dalam tujuan strategi, yaitu untuk membaca

    rintangan yang muncul dari luar serta dapat mengatasinya agar sasaran perusahaan

    dapat tercapai. Public Relations memberikan sumbangan yang sangat besar bagi

    perusahaan dengan mengembangkan hubungan-hubungan harmonis dengan

    sasaran publiknya. Peace dan Robinson yang dikutip oleh Rhenald Kasali

    mengembangkan langkah- langkah strategi Public Relations, sebagai berikut :

    1. Menentukan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang umum mengenai

    maksud pendirian, filosofi dan sasaran perusahaan;

    2. Mengembangkan profil perusahaan (Company Profile) yang

    mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan perusahaan

    yang dimilikinya;

    3. Penilaian terhadap lingkungan eksternal Perusahaan, baik dari segi

    semangat kompetitif maupun secara umum;

    4. Analisa terhadap peluang yang tersedia pada lingkungan;

    5. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat dilengkapi

    untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan;

    6. Pemilihan strategi atas objektif jangka panjang dan garis besar strategi

    yang dibutuhkan untuk mencapai objektif tertentu;

    7. Objektif tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objektif

    jangka panjang dan garis besar objektif;

  • 20

    20

    8. Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang

    tercantum pada anggaran dan mengawinkan rencana tersebut dengan

    sumber daya manusia, struktur teknologi dan sistem balas jasa yang

    memungkinkan;

    9. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap jangka

    pendek sebagai masukan begi pengambilan keputusan d i masa yang akan

    datang (Ruslan, 2006, h. 43);

    2.4 Pengertian sosialisasi

    Sosialisasi (permasyarakatan) adalah penyediaan sumber ilmu

    pengetahuan yang memungkinkan orang lain bersikap dan bertindak sebagai

    anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi

    sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat (Effendy, 2002, h. 27).

    Sosialisasi adalah menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan

    bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai

    anggota masyarakat secara efektif (Cangara, 2007, h. 62). Menurut Mead dalam

    Elly M. Setiadi (2007, h. 70) “sosialisasi merupakan suatu proses di mana di

    dalamnya terjadi pengambilan perananan (rele talking) dalam beradaptasi proses

    ini seseorang belajar untuk mengetahui peranan yang harus dijalankannya serta

    peranan yang harus dijalankan orang lain melalui penguasaan peranan yang ada

    dalam masyarakat ini seseorang dapa t berinteraksi dengan orang lain”. Menurut

    Addullah (2006, h. 31) mengatakan bahwa :

    “Sosialisasi merupakan aktivitas manusia dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam menjalin hubungan sosial di antara sesamanya. Sosialisasi dalam arti luas merupakan suatau usaha

    masyarakat yang menghantar warganya masuk ke dalam kebudayaan. Dengan kata lain masyarakat melakukan suatu

  • 21

    21

    rangkaian kegiatan tertentu untuk menyeraterimakan kebudayaan

    dari satu generasi ke generasi berikutnya”.

    Sedangkan menurut Robbins (dalam Effendy, 2002, h. 35) menyatakan

    bahwa: “sosialisasi merupakan salah satu fungsi dari komunikasi di samping

    sebagai produksi dan pengetahuan dalam hal ini komunikasi bertindak untuk

    mengendalikan perilaku anggota masyarakat agar tetap sesuai dengan apa yang

    menjadi perilaku kelompok. Jadi dalam hal ini sosialisasi dilakukan dengan cara

    mengkomunikasikan kepada publiknya”.

    Menurut Herbert H. Heyman (dalam Susanto, 2004, h. 164)

    mendefinisikan sosialisasi merupakan suatu proses mengajar individu menjadi

    anggota masyarakat dan berfungsi dalam masyarakat tersebut.

    Dari pengertian sosialisasi yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan

    bahwa sosialisasi adalah usaha yang dilakukan seseorang, masyarakat atau

    lembaga untuk memberikan pengajaran dan pendidikan kepada publik agar

    bertindak sesuai dengan masyarakat di mana ia tinggal dan dapat berfungsi dalam

    masyarakat tersebut.

    2.4.1 Tujuan Sosialisasi

    Menurut Susanto (2004, h. 160) sosialisasi mempunyai tujuan sebagai

    berikut:

    1. Memberikan keterampilan kepada seseorang untuk dapat hidup

    bermasyarakat;

    2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif;

    3. Membantu mengendalikan fungsi- fungsi organik yang dipelajari melalui

    latihan-latihan mawas diri yang tepat;

  • 22

    22

    4. Membiasakan diri berprilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan

    pokok yang ada di masyarakat;

    2.4.2 Tipe sosialisasi

    Setiap kelompok masyarakat mempunyai standard dan nilai yang berbeda.

    Perbedaan standar dan nilai tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Menurut

    Addullah (2006, h. 31) Ada dua tipe sosialisasi yaitu sebagai berikut :

    1. Sosialisasi formal

    Sosialisasi tipe ini terjadi melalui kegiatan lembaga- lembaga yang

    berwenang menurut ketentuan yang berlaku di dalam Negara, seperti

    pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.

    2. Sosialisasi Informal

    Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang

    bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat sesama anggota klub,

    dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

    2.5 Peraturan Bupati No. 5 Tahun 2010 Tentang Syariat Islam dalam

    Pemakaian Busana Islami

    Bab I Pasal I. Dalam pengaturan ini yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah kabupaten Aceh Barat;

    2. Pemerintah daerah adalah bupati beserta perangkat daerah otonom yang lain

    sebagai badan eksekutif daerah;

    3. Bupati adalah bupati Aceh Barat;

    4. Sekretaris daerah adalah seketaris daerah Kabupaten Aceh Barat;

    5. Satuan perangkat daerah selanjutnya disebut SKPD adalah perangkat daerah

    pemerintah Kabupaten Aceh Barat;

  • 23

    23

    6. Dinas syari’at Islam adalah Dinas syari’at Islam Kabupaten Aceh Barat;

    7. Wilayatul hisbah adalah Wilayatul Hisbah pada satuan polisi pamong praja

    dan Wilayatul hisbah Kabupaten Aceh Barat;

    8. Muhtasib adalah petugas Wilayatul Hisbah;

    9. Imuem Mukim adalah kepala pemerintah mukim dalam kabupaten Aceh

    Barat;

    10. Keuchik adalah kepala pemerintah gampong dalam Kabupaten Aceh Barat;

    11. Syari’at Islam adalah tuntutan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan;

    12. Muslimah adalah perempuan beragama Islam yang sudah baligh atau

    berusia sekurang kurangnya 9 tahun;

    13. Muslim adalah laki- laki beragama Islam yang sudah baligh atau telah

    berusia sekurang-kurangnya13 tahun;

    14. Busana Islam adalah busana yang dipakai oleh perempuan dan laki- laki

    beragama Islam berdasarkan ketentuan syari’at Islam;

    15. Sanksi adalah ganjaran yang dikenakan kepada seseorang atau kelompok

    orang atas pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan;

    16. Sanksi administrasi adalah sanksi yang diberikan oleh pemerintah yang

    berwenang terhadap seseorang atau kelompok orang khususnya bagi

    aparatur yang melanggar disiplin dan aturan yang berlaku yang ditetapkan

    oleh pejabat yang berwenang;

    17. Sanksi moral adalah sanksi yang diberikan oleh masyarakat terhadap

    seorang atau sekelompok orang yang melanggar etika moral, etika sosial

    dan etika kepatutan dalam berbusana Islam;

  • 24

    24

    18. Sanksi sosial budaya adalah sanksi yang diberikan oleh lembaga adat

    terhadap seseorang atau sekelompok orang yang melanggar etika moral,

    etika sosial dan etika kepatuhan dalam berbusana Islami.

    Bab II. Pasal 2. Pemakaian Islami ditetapkan berdasarkan azas yang diatur

    dalam Al-Qur’an dan Hadist. Pasal 3. Tujuan ditetapkan pemakaian busana Islami

    di Kabupaten Aceh Barat adalah dalam rangka menegakkan syari’at Islam secara

    kaffah khusus nya dalam berbusana berdasarkan kepada tuntunan ajaran Islam.

    Bab III. Pasal 4. Penjabaran pemakaian busana Islami sebagaimana

    dimaksud pada pasal 2 haruslah memenuhi norma-norma sebagai berikut :

    a. Bagi muslimah

    1) Menutupi aurat yaitu seluruh anggota badan, kecuali muka, telapak

    tangan sampai pegelangan dan kaki sampai mata kaki;

    2) Tidak menyerupai pakaian kaum laki- laki;

    3) Longgar agar tidak nampak bentuk dan lekuk tubuh;

    4) Dari bahan atau jenis kain yang halal dipakai dan tidak terlalu tipis

    yang menyebabkan warna kulit pemakai nampak dari luar;

    5) Berbeda atau tidak menyerupai dengan pakaian khas pemeluk agama

    lain;

    6) Tidak merupakan pakaian untuk dibangga-banggakan atau tidak

    bermegah-megahan;

    7) Tidak merupakan hiasan yang mempesona;

    b. Bagi muslim

    1) Menutupi aurat;

    2) Tidak menyerupai pakaian wanita;

  • 25

    25

    3) Longgar dan sopan serta leluasa dalam gerakan sholat;

    4) Dari bahan atau jenis kain yang halal dipakai dan tidak terlalu tipis yang

    menyebabkan warna kulit terlihat dari luar;

    5) Tidak menyerupai pakaian khas agama lain;

    6) Tidak merupakan pakaian untuk berbangga-bangga atau tidak

    bermegah-megahan

    7) Tidak merupakan hiasan yang mempesona

    Pemakaian busana Islami juga harus memperlihatkan nilai-nilai etika

    dengan tanpa mengabaikan nilai-nilai etika, yaitu busana yang dikenakan

    dianjurkan sesuai dengan kondisi waktu dan tempat.

    Bab IV. Pasal 5. Pemakaian busana Islami ini berlaku bagi masyarakat

    muslim di Kabupaten Aceh Barat termasuk masyarakat muslim yang memasuki

    wilayah Kabupaten Aceh Barat.

    Bab V. Pasal 6. Busana bagi masyarakat umum yang dipergunakan baik

    dalam lingkup perkarangan rumah/ santai/ pengajian/ ibadah dan berbusana pesta

    terdiri dari :

    a. Busana Islami bagi perempuan, seperti :

    1) Baju model terusan yang longgar/gamis;

    2) Baju blus/ jas dengan rok panjang tanpa belahan;

    3) Baju kurung dengan rok panjang tanpa belahan;

    4) Baju kurung dengan kain sarung;

    5) Baju kebaya dengan kain sarung;

    6) Baju blus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar;

  • 26

    26

    7) Baju blus/ kaus panjang selutut dengan celana panjang yang longgar dan

    serasi;

    8) Semua alternatif busana baju perempuan di atas tetap disertai dengan

    menggunakan kerudung / jilbab;

    b. Busana Islami bagi laki- laki seperti :

    1) Baju kemeja dengan celana panjang yang longgar;

    2) Baju koko (teluk belanga) dengan celana panjang yang longgar;

    3) Setelan jas dengan celana panjang yang longgar;

    4) Baju safari yang longgar dengan celana panjang yang longgar;

    5) Baju kaus yang longgar dengan celana panjang yang longgar. ;

    Bab VI. Pasal 10. Bentuk- bentuk besana yang dilarang:

    1) Pemakai

    a. Bagi perempuan dilarang memakai busana seperti:

    1. Baju blus ketat dan celana ketat;

    2. Baju terusan ketat;

    3. Baju transparan tanpa pelapis;

    4. Baju model jilbab seperti biarawati;

    2) Pedagang.

    a. Bagi pedagang tidak menjual pakaian sebagaimana dimaksud pada pasal

    10 ayat 1 huruf a, khususnya kepada perempuan muslim.

    b. Pedagang harus mengatur tata letak yang terpisah antara busana laki laki

    dan perempuan.

  • 27

    27

    3) Penjahit.

    Tidak menjahit pakaian sebagaimana yang dimaksud pada pasal 10 ayat 1

    huruf a, khususnya kepada perempuan muslim

    4) Pengusaha konvensi.

    Tidak memproduksi pakaian sebagaimana yang maksud pada pasal 10 ayat 1,

    huruf a,

  • 28

    28

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Metodelogi Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

    prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

    atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2002, h.

    3).

    Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

    sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe

    penelitian ini menggunakan tipe studi kasus, dimana penelitian ini

    mendeskripsikan wawancara mendalam dan survei terhadap subjek penelitian.

    Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu

    memberikan gambaran tentang strategi public relation wilayatul hisbah dalam

    mensosialisikan busana Islami dengan cara mengumpulkan data lapangan berupa

    hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi

    3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

    3.2.1 Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Sumber primer

    Data primer merupakan data yang didapat di lapangan, Data primer dalam

    penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung di lapangan yang

    bersumber pada hasil penelitian dan wawancara.

  • 29

    29

    2. Data sekunder

    Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari data dokumentasi dan

    bahan-bahan yang diperoleh dari literatur-literatur perpustakaan (Library

    reseach) koran internet untuk menunjang penulisan dan penellitian.

    3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini

    menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

    1. Observasi

    Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

    terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan

    yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,

    sehingga obsirver berada bersama yang diselidiki disebut observasi langsung.

    Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak

    pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki (Maman Rahman,

    1999, h. 77).

    Dalam kegiatan pengumpulan data metode observasi merupakan salah satu

    metode utama disamping metode wawancara. Dalam hal ini pengamatan yang

    dilakukan melalui dua cara :

    a. Pengamatan berperan serta adalah di mana pengamat melakukan dua peran

    sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari kelompok

    yang diamati.

    b. Pengamat tanpa berperan serta yaitu pengamat hanya berfungsi untuk

    mengadakan pengamatan.

  • 30

    30

    2. Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

    dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) atau yang mengajukan

    pertanyaan, dan yang diwawancarai (Interview) atau yang memberikan jawaban

    atas pertanyaan itu (Moleong, 2002, h. 137).

    Teknik wawancara adalah melakukan komunikasi secara langsung atau

    wawancara secara mendalam serta mengajukan pertanyaan yang telah penulis

    siapkan kepada informan

    3. Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data melalui

    peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

    pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain- lain yang berhubungan dengan

    masalah penelitian (Rachman Maman, 1999, h. 96).

    Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang

    berdiri sendiri, akan tetapi sering kali bersamaan dengan penggunaan teknik

    pengumpulan data yang lainnya. Di mana kita mempelajari dokumentasi pasti

    diawali dengan wawancara terutama yang menyangkut pembicaraan yang ada

    kaitannya dengan dokumen yang akan dipelajari.

    4. Teknik Penentuan Informan

    Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap

    mempunyai informasi (Key- informam) yang dibutuhkan di wilayah penelitian.

    Cara yang digunakan untuk menentukan informasi kunci tersebut maka penulis

    menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik

  • 31

    31

    sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-

    pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009, h. 128).

    Untuk pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari

    informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut :

    1. Kepala dinas Syariat Islam 1 orang

    2. Kepala Satpol PP dan WH 1 orang

    3. Kepala desa 1 orang

    4. Imum Gampong 1 orang

    5. Masyarakat Desa 3 orang

    Jadi, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 orang.

    Penentuan informan berdasarkan maksud dan tujuan penulis. Kemudian di dalam

    penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah komponen Dinas

    Syariat Islam dan masyarakat.

    5. Lokasi penelitian

    Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian dilakukan. Dengan

    ditetapkan lokasi dalam penelitian, maka akan lebih mudah untuk mengetahui

    tempat di mana suatu penelitian dilakukan. Penelitian ini dilaksankan di Gampong

    Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

    3.3 Instrumen Penelitian

    Dengan penelitian dengan metode kualitatif, suatu metode penelitian yang

    digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka peneliti adalah

    sebagai instrumen kunci (Moleong, 2002, h. 4). Peneliti merupakan instrumen

    kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan skenario

  • 32

    32

    penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan wawacara

    dengan informan.

    Penggunaan peneliti sebagai intrumen penelitian untuk mendapatkan data

    yang valid dan realible. Namun, untuk membantu kelancaran dalam

    melaksanakannya, penelitian ini juga didukung oleh intrumen pembantu sebagai

    paduan wawancara. Oleh karena itu sebelum turun ke lapangan, maka peneliti

    akan membuat panduan wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di

    lapangan. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu : dokumen

    seperti data gambaran lokasi penelitian dan lain sebagainya.

    3.4 Teknik Analisa Data

    Analisa data dalam penelitian secara teknis dilaksanakan secara induktif

    yaitu analisa yang dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data

    dan verifikasi data. (Miles dan Huberman, 1992, h. 20). Adapun teknik analisa

    data sebagai berikut :

    1. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah mengumpulkan data-data yang diperoleh di

    lapangan baik berupa catatan dilapangan, gambar, dokumen dan lainnya diperiksa

    kembali, diatur dan kemudian diurutkan

    2. Reduksi Data

    Hasil penelitian dari lapangan sebagai bahan mentah dirangkum direduksi

    kemudian disusun supaya lebih sistematis, yang difokuskan pada fokus-fokus dari

    hasil-hasil penelitian yang disusun secara sistematis untuk mempermudah peneliti

    di dalam mencari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan kembali. Dari

  • 33

    33

    data-data tersebut peneliti membuat catatan atau rangkuman yang disusun secara

    sistematis.

    3. Sajian data

    Sajian data ini membantu peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan

    atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Untuk memudahkan hal ini

    peneliti membuat metrik untuk data, agar peneliti dapat menguasai data.

    4. Verifikasi data

    Dari data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi,

    dokumentasi kemudian peneliti mencari makna dari hasil penelitian atau dari hasil

    yang terkumpul. Peneliti berusaha untuk mencari pola hubungan serta hal-hal

    yang sering timbul. Dari hasil penelitian atau data yang diperoleh peneliti

    membuat kesimpulan-kesimpulan kemudian diverifikasi.

    3.5 Pengujian Kredibilitas Data

    1) Kredibilitas (Validitas Internal)

    Keabsahan atas hasil-hasil penelitian dilakukan melalui :

    1. Meningkatkan kualitas keterlibatan peneliti dalam kegiatan di lapangan.

    2. Pengamatan secara terus menerus.

    3. Pelibatan teman sejawat untuk berdiskusi, memberikan masukan dan kritik

    dalam proses penelitian; menggunakan bahan referensi untuk

    meningkatkan nilai kepercayaan akan kebenaran data yang diperoleh,

    dalam bentuk rekaman, tulisan, copy-an , dan lain- lain.

    4. Member check, pengecekan terhadap hasil-hasil yang diperoleh guna

    perbaikan dan tambahan dengan kemungkinan kekeliruan atau kesalahan

    dalam memberikan data yang dibutuhkan peneliti.

  • 34

    34

    5. Trianggulasi, baik metode, dan sumber untuk mencek kebenaran data

    dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh sumber lain,

    dilakukan, untuk mempertajam tilikan kita terhadap hubungan sejumlah

    data.

    Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi masalah

    akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau satu metode

    penelitian saja. (Sugiyono, 2007, h. 225). Triangulasi dapat diartikan sebagai

    pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Menurut Sugiyono

    (2007, h. 273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu :

    a. Triangulasi sumber data

    Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai

    sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek sumber

    data antara bawahan, atasan dan teman.

    b. Triangulasi teknik pengumpulan data

    Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

    dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data yang

    sama.

    c. Triangulasi waktu pengumpulan data

    Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

    dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang

    sama.

  • 35

    35

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang diambil penulis adalah di Gampong Ujong Baroh

    Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Sehubungan dengan

    penelitian ini, maka yang perlu diketahui oleh peneliti adalah Kondisi geografis,

    Kondisi Demografis, keadaaan sosial dan ekonomi.

    4.1.1 Kondisi geografis

    1. Letak Gampong

    Gampong Ujong Baroh adalah salah satu gampong yang berada di

    Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, terletak dekat dengan Ibu

    Kota Kabupaten Aceh Barat yaitu Meulaboh.

    Gampong Ujong Baroh terbagi atas lima Dusun/Jurong yaitu :

    1. Dusun/Jurong I

    2. Dusun/Jurong II

    3. Dusun/Jurong III

    4. Dusun/Jurong IV

    5. Dusun/Jurong V

    Ditinjau dari segi geografis Gampong Ujong Baroh, Kecamatan Johan

    Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan Gampong yang berdekatan dengan

    Gampong Seuneubok, Padang Seurahet, Rundeng dan Kuta Padang.

  • 36

    36

    1. Batas Gampong

    Gampong Ujong Baroh merupakan salah satu Gampong di Kecamatan

    Johan Pahlawan yang berbatasan dengan desa lain yang masih dalam satu

    kecamatan. Adapun batas Gampong Ujong Baroh adalah:

    Sebelah Utara : Gampong Seuneubok

    Sebelah Selatan : Gampong Padang Seurahet

    Sebelah Barat : Kuta Padang

    Sebelah Timur : Gampong Rundeng

    2. Luas Gampong

    Gampong Ujong Baroh mempunyai luas tanah secara keseluruhan

    mencapai ± 105,28 ha/M2, yang terbagi menjadi :

    Luas Pemukiman ± 83,78 ha/M2

    Luas Perkebunan ± 04,50 ha/M2

    Luas Prasarana Umum Lainnya ± 17 ha/M2

    3. Pembagian Wilayah

    Gampong Ujong Baroh dipimpin oleh seorang keuchik yang bernama T.

    Jasmi Alian. Dalam menjalankan pemerintahan, Keuchik dibantu oleh perangkat

    gampong lainnya yaitu seorang sekretaris gampong dan 6 orang perangkat

    gampong lainnya. Adapun pembagian tugas pemerintahan gampong yaitu sebagai

    berikut :

    Keuchik : T. Jasmi Alian

    Sekretaris gampong : Mhd. Arsyad

    Kaur Pembangunan : Daswin, SH

    Kaur Kesra : Syamsuddin

  • 37

    37

    Kaur Pemerintahan : Agus Vailani

    Dalam menjalankan roda pemerintahannya aparat gampong selalu bekerja

    sama dengan Tuha Peut atau Badan Perwakilan Desa yang diketuai oleh Drs. H.

    Mustafa A.Rahman. Gampong Ujong Baroh terbagi menjadi 5 dusun, yaitu

    dusun/jurong I, II, III, IV dan V. Agar labih jelas dapat diuraikan sebagai berikut :

    Kepala dusun/jurong Mangga : Said Taufiq

    Kepala dusun/jurong Manggis : Abdul Manaf

    Kepala dusun/jurong Jambu : M. Rahmat

    Kepala dusun/jurong Anggur : Zuardi

    Kepala dusun/jurong Kuini : Amir Nyak Leman

    4.1.2 Kondisi Demografis

    1. Penduduk

    Jumlah penduduk Gampong Ujong Baroh berdasarkan data dinamis akhir

    tahun 2012 berjumlah 1.779 kepala keluarga dengan keseluruhan jumlah

    penduduknya adalah 6726 jiwa, dengan perincian 3.562 jiwa penduduk laki- laki

    dan 3.164 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk Gampong Ujong Baroh

    berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

    Tabel : 4.1

    Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Laki- laki

    No Umur Jumlah Persentase

    1 0 – 12 bulan 135 3,79

    2 >1- 56 tahun 484 13,59

    Total 3.562 100% Sumber : Profil Gampong Ujong Baroh Tahun 2012

  • 38

    38

    Berdasarkan tabel 4.1 di atas, bahwa jumlah penduduk jenis kelamin laki-

    laki yang paling dominan adalah umur >15 - 56 tahun dengan jumlah 1.933 orang

    atau 54,27 %. Berdasarkan data profil Gampong Ujong Baroh bahwa jumlah jenis

    kelamin laki- laki yang umurnya paling sedikit jumlahnya adalah 12 bulan dengan

    jumlah 135 orang atau 3,79%.

    Tabel : 4.2

    Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Perempuan

    No Umur Jumlah Persentase

    1 0 – 12 bulan 119 3.77

    2 >1- 56 tahun 480 1,52

    Total 3.164 100% Sumber : Profil Gampong Ujong Baroh Tahun 2012

    Berdasarkan tabel 4.2 di atas, bahwa jumlah penduduk jenis kelamin

    perempuan yang paling dominan adalah umur >15 - 56 tahun dengan jumlah

    1.862 orang atau 58,85 %. Berdasarkan data profil Gampong Ujong Baroh bahwa

    jumlah jenis kelamin perempuan yang umurnya paling sedikit jumlahnya adalah

    >1-

  • 39

    39

    agama adalah 36 orang atau 0,53 %. Penduduk yang beragama khatolik berjumlah

    3 orang atau 0,044 %. Sedangkan penduduk yang beragama budha sebanyak 44

    orang atau 0,66 %. Sedangkan yang beragama khonghucu berjumlah 16 orang

    atau 0,24 %. Jumlah penduduk yang paling dominan adalah beragama islam

    dengan jumlah sebanyak 6623 orang atau 98,53%.

    4.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi

    Mengetahui keadaan sosial ekonomi suatu wilayah sangat penting, agar

    kita mengetahui berbagai potensi yang dimiliki wilayah tersebut. Selain itu bagi

    pihak pemerintah dengan sendirinya dapat dijadikan dasar guna menyusun

    kebijaksanaan pemerintah setempat. Masing-masing aspek sosial dan ekonomi

    suatu daerah pada hakikatnya menunjukkan tingkat keberhasilan dan kemajuan

    daerahnya di dalam melaksanakan pembangunan.

    Adapun keadaan sosial dan ekonomi di wilayah Gampong Ujong Baroh

    dapat dijelaskan sebagai berikut :

    1. Bidang ekonomi

    Untuk mengetahui aktivitas yang dijalani sehari-hari oleh suatu wilayah

    dalam bidang ekonomi umumnya dapat ditunjukkan melalui mata pencaharian

    penduduknya. Disamping itu dengan melihat mata pencaharian penduduk tersebut

    kita dapat mengetahui pula tingkat tinggi rendahnya taraf hidup masyarakat.

    Masyarakat Gampong Ujong Baroh secara keseluruhan memiliki mata

    pencaharian yang beragam, tetapi yang terbesar di sektor jasa dan Sektor Industri

    Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.

  • 40

    40

    Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan tabel mengenai penduduk

    Gampong Ujong Baroh menurut mata pencaharian:

    Tabel : 4.4

    Mata Pencaharian Penduduk di Gampong Ujong Baroh

    No Mata Pencaharian Penduduk Jumlah Pesrsentase

    1 Sektor Pertanian 596 8,87

    2 Sektor Perkebunan 29 0,44

    3 Sektor Perikanan 399 5,93

    4 Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga 1531 22,76

    5 Sektor industri menengah dan besar 589 8,76

    6 Sektor jasa 3582 53,26

    Jumlah 6726 100%

    Sumber : Profil Gampong Ujong Baroh Tahun 2012

    2. Bidang Pendidikan

    Pendidikan adalah wajib bagi setiap manusia. Melalui pendidikan akan

    merubah nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, yaitu merubah nilai-nilai yang

    tidak baik menuju ke arah yang lebih baik. Berikut adalah data mengenai tingkat

    pendidikan warga Gampong Ujong Baroh :

    Tabel : 4.5

    Jumlah Penduduk Gampong Ujong Baroh berdasarkan Pendidikan

    No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

    1 S1 197 2,93

    2 S 2 75 1,12

    3 S3 0 0

    4 SMA 1.979 29,43

    5 SMP 1.739 25,85

    6 SD 1.529 22,74

    7 D III 285 4,24

    8 D II 265 3,94

    9 Tidak tamat SD/MIN 592 8,81

    10 Buta Huruf 65 0,97

    Jumlah 6726 100%

    Sumber : Profil Gampong Ujong Baroh Tahun 2012

  • 41

    41

    Berdasarkan tabel di atas maka dapat diklasifikasikan jumlah penduduk

    Gampong Ujong Baroh berdasarkan jenjang pendidikan yaitu : 197 orang pada

    tingkat Sarjana (S1) atau 2,93%, 75 orang Tingkat S2 atau 1,12%; 0 orang

    Tingkat S3 atau 0%, 1.979 orang pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

    atau 29,43%, dan 1.739 orang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau 25,85 %.

    1.529 orang Sekolah Dasar atau 22,74%, tingkat DIII 285 orang atau 4,24 %, DII

    265 orang atau 3,94 %, tidak tamat SD/MIN 592 orang atau 8,81% dan buta huruf

    65 orang atau 0,97%. Berdasarkan data di atas yang paling banyak jumlah

    penduduk menurut jenjang pendidikan adalah Sekolah Menengah Atas yaitu

    sebesar 29,43%.

    3. Sarana dan prasarana umum

    Saran dan prasarana umum sangat diperlukan oleh masyarakat gampong,

    oleh sebab itu pemerintah membangunnya. agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel

    berikut ini :

    Tebel : 4.6

    Sarana dan Prasarana umum

    No Sarana dan prasarana Tersedia

    1 Kantor Geuchik/Kepala Desa Ada

    3 Balai Musyawarah Gampong Ada

    4 Mesjid Ada

    5 Air Bersih Ada

    6 Telepon Ada

    7 Listrik Ada

    9 Puskesmas Ada

    11 Toko Ada

    13 Posyandu Ada

    14 Poliklinik Ada

    15 Rumah Bersalin Ada

    16 Balai kesehatan ibu dan anak Ada

    Sumber : Profil Gampong Ujong Baroh Tahun 2012

  • 42

    42

    4.3 Sejarah Singkat Wilayatul Hisbah

    Wilayatul Hisbah adalah sebuah lembaga yang berfungsi melakukan

    sosialisasi, pengawasan, pembinaan, penyelidikan dan membantu pelaksanaan

    hukuman dalam lingkup pelaksanaan Qanun dan peraturan perundang-undangan

    bidang syari’at Islam dalam rangka melaksanakan amar’ruf nahi mungkar.

    Wilayatul Hisbah dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor

    01 Tahun 2004, mempunyai susunan organisasi yang terdiri atas, Wilayatul

    Hisbah Provinsi, Wilayatul Hisbah Tingkat Kabupaten/Kota, Wilayatul Hisbah

    Tingkat Kecamataan dan Wilayatul Hisbah Kemukiman, bahkan memungkinkan

    dibentuk di Gampong dan lingkungan– lingkungan lainnya (Qanun NAD Nomor

    11 Bab VI, Pasal 14 ayat (2).

    4.2.1 Dasar Hukum Wilayatul Hisbah

    Adapun dasar hukum Wilayatul Hisbah adalah sebagai berikut :

    1. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah;

    2. Undang-undang Nomor 18 tahun 2001, yang menetapkan qanun Provinsi

    sebagai wadah peraturan syariat islam di Aceh;

    3. Peraturan Daerah (Qanun) Nomor 5 Tahun 2006 tentang pelaksanaan

    Syariat Islam;

    4. Qanun Nomor 11 tahun 2002 tentang pelaksanaan syariat islam di bindang

    aqidah dan syi’ar Islam;

    5. Qanun Nomor 12 tahun 2003 tentang minuman khamar dan sejenisnya.

    6. Qanun Nomor 13 tahun 2003 tentang Maisir (Perjudian);

    7. Qanun Nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat (Mesum);

  • 43

    43

    4.2.2 Visi dan Misi Hukum Wilayatul Hisbah

    1. Visi

    Terwujudnya ketentraman, ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

    dan pelaksanaan syari’at Islam dengan semangat pengayoman kepada masyarakat

    2. Misi

    a. Meningkatkan kemitraan dengan alim ulama, tokoh masyarakat,

    aparatur pemerintah dan masyarakat pada umumnya dalam proses

    penertiban dan implementasi syari’at Islam;

    b. Meningkatkan keberadaan Qanun/Perda dan keputusan kepala daerah

    tentang penertiban dan syari’at Islam;

    c. Meningkatkan operasional penertiban Qanun/ Perda dan

    penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

    d. Meningkatkan mutu dan citra sumber daya manusia di bidang Satpol

    PP/ dan WH;

    e. Meningkatkan sarana dan pengembangan prasarana Satpol PP dan WH

    4.2.3 Fungsi Wilayatul Hisbah

    Fungsi Wilayatul Hisbah yaitu antara lain :

    a. Menerima laporan pengaduan dari masyarakat;

    b. Menyuruh berhenti seseorang yang patut diduga sebagai pelaku

    pelanggaran;

    c. Meminta keterangan identitas setiap orang yang patut diduga telah dan

    sedang melakukan pelanggaran;

    d. Menghentikan kegiatan yang patut diduga melanggar peraturan

    perundang-undangan;

  • 44

    44

    Untuk kelancaran dalam pelaksanaan tugas-tugas dan wewenangnya para

    Muhtasib dikoordinir oleh pejabat kepolisian setempat, untuk tingkat Provinsi

    dibawah Koordinasi Pejabat Polisi Polda, untuk tingkat Kabupaten/Kota para

    Muhtasib dikoordinir oleh pejabat Polres dan untuk tingkat Kecamatan

    dikoordinir oleh sektor setempat.

    4.2.4 Tugas-tugas Wilayatul Hisbah

    Sebagai salah satu badan pengawas yang bertindak sebagai polisi Syariah

    Waliyatul Hisbah mempunyai tugas yaitu :

    a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan

    perundang undangan di bidang Syariat Islam;

    b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang

    berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran

    terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Syariat Islam;

    c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan WH) perlu

    memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada

    keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku;

    d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di

    bidang Syariat Islam kepada penyidik;

    4.3 Hasil Penelitian

    4.3.1 Strategi Public Relations Wilayatul Hisbah dalam Mensosialisasi

    Busana Islami di Gampong Ujong Baroh.

    Strategi merupakan sebuah perencanaan dan manajemen untuk mencapai

    suatu tujuan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam

    kaitannya dengan tujuan jangka panjang program tindaklanjut, serta prioritas

  • 45

    45

    alokasi sumber daya. sedangkan Public relations merupakan suatu kegiatan untuk

    menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, penghargaan dari publik

    sesuatu badan atau lembaga khususnya dan masyarakat pada umumnya.

    Kegiatan public relations Wilayatul Hisbah dalam mensosialisasi busana

    Islami di Kabupaten Aceh Barat dan khususnya di Gampong Ujong Baroh dan di

    sekitar Jalan Nasional, telah direncanakan sebelumnya. Lebih jelasnya dapat

    dilihat dari kutipan hasil wawancara dengan Jhon Aswir selaku DANSAT POL

    WH, mengatakan :

    “Strategi yang kami gunakan dalam mensosialisasi wajib berbusana Islami di Gampong Ujong Baroh sesuai dengan misi yang kami

    jalankan yaitu salah satunya adalah meningkatkan keberadaan Qanun atau peraturan daerah dan keputusan kepala daerah tentang penertiban Syariat Islam dengan pendekatan sosial dengan

    masyarakat yaitu melakukan pembinaan terhadap orang yang melanggar syariat. Dalam mensosialisakan busana Islami, kami

    juga dibantu oleh pihak Polisi Pamong Praja atau Satpol PP”(wawancara, selasa, 20 November 2012).

    Hasil wawancara dengan Muthawanil KASI PKD dan S yariat Islam

    menyatakan bahwa :

    “Dalam melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang wajib

    berbusana Islami di Kota Meulaboh dan daerah target operasi kami adalah di jalan-jalan Nasional, di sekitaran kota Meulaboh.

    Sebelum melaksanakan operasi di jalan-jalan pihak WH dan pemerintah kabupaten sebelumnya telah memberitahukan peraturan tersebut melalui media, baik itu melalui mediat cetak atau Koran

    maupun Radio dan spanduk" (wawancara, selasa, 20 November 2012).

    Jhon Aswir selaku DANSAT POL WH, menambahkan bahwa :

    ”Iya, benar apa yang diungkapkan oleh Pak Muthawanil, bahwa sebelum melaksanakan operasi di jalan-jalan maupun di pantai-

    pantai, masyarakat diberitahukan dulu, bahwa peraturan daerah Qanun sudah mulai berlaku di Aceh khususnya Aceh Barat. Pemberitahuan tersebut melalui media radio maupun media cetak.

    Sosialisasi tersebut tidak hanya melalui Radio dan Media cetak akan tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan

  • 46

    46

    pemberitahuan kepada setiap kepala desa” (wawancara, Selasa, 20

    November 2012).

    Hal yang senada juga diungkapkan oleh oleh T. Abdul Razak selaku OPS

    POL WH, menyatakan bahwa :

    ”Sebelum melaksanakan sosialisasikan tentang peraturan syari’at

    Islam atau sosialisasi wajib berpakaian busana Islami terhadap masyarakat di Gampong Ujong Baroh, maka sebelumnya ada pemberitahuan. Pemberitahuannya melalui media cetak dan radio

    agar masyarakat tau bahwa peraturan atau Qanun sudah berlaku di seluruh Aceh, khususnya Aceh Barat. Kemudian dalam strategi

    Humas WH dan Satpol PP berkerja sama di lapangan guna melancarkan kegiatan Razia bagi yang melanggar. Mereka yang terjaring razia diberi pemahaman tentang syari’at islam supaya mau

    memakain pakaian yang layak dan sesuai dengan Syari’at Islam” ”(wawancara, Rabu, 21 November 2012).

    Hasil wawancara dengan Tgk. Jamaluddin. S selaku imum Gampong

    Ujong Baroh, menyatakan bahwa :

    “Pihak Humas Syari’at Islam perlu melakukan pemberitahuan dahulu melalui media cetak seperti Radio dan Koran mengenai Qanun tentang Syari’at Islam di Kabupaten Aceh Barat, agar

    masyarakat tahu bahwa peraturan tersebut telah berlaku. Kemudian sosialisasi yang seharusnya dilaksanakan oleh pihak Humas WH

    dan Satpol tidak hanya di seputaran Jalan Raya, akan tetapi sebaiknya, memberikan sosialisasi-sosialisasi di gampong-gampong yang penduduknya jauh dari kota”. ”(wawancara, Rabu,

    21 November 2012).

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

    sosialisasi yang dilaksanakan oleh Humas Wilayatul Hisbah bersama satuan

    Satpol PP tentang sosialisasi wajib berbusana Islami di kota Meulaboh khususnya

    di Gampong Ujong Baroh. Strategi sosialisasi yang pertama kali dilaksanakan

    secara tidak langsung yaitu pemberitahuan melalui radio dan media cetak serta

    memberitahukan kepada pemerintah gampong tentang Qanun syariat Islam yang

    telah berlaku. Salah satu sosialisasi busana Islami yang perlu dilakukan pihak WH

    adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan meminta pihak aparat

  • 47

    47

    gampong Khususnya Keuchik. Dalam melaksanakan sosialisasi busana Islami di

    Gampong Ujong Baroh juga perlu diberitahukan kepada Keuchik.

    Hal tersebut sesuai hasil wawancara dengan Jasmi Alian Selaku Keuchik

    Gampong Ujong Baroh, menyatakan bahwa :

    “Sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak Humas WH, perlu memberitahukan kepada keuchik tentang pelaksanaan wajib berbusana Islami agar kepala desa bisa memberitahukan kepada

    warga bahwa peraturan atau qanun tersebut sudah berlaku”. ”(wawancara, Rabu, 21 November 2012).

    Hasil wawancara juga dengan Arlan selaku masyarakat menyatakan

    bahwa:

    “Menurut saya pihak Dinas syariat Islam tidak memberitahukan terlebih dulu tentang peraturan Syariat Islam, tapi mereka main hakim sendiri. Saran saya sebagai masyarakat, untuk WH, buatlah

    acara di desa-desa agar masyarakat tahu tujuan yang akan dijalankan oleh Wilayatul Hisbah. Upayakan masyarakat tidak

    melawan dengan pihak WH. Lakukan pendekatan dengan masyarakat, tetapi jangan ditekan dengan razia-razia di jalan, sehingga membuat kaum hawa terkejut dengan keberadaan pihak

    wh di jalan. ”(wawancara, Rabu, 21 November 2012).

    Hasil wawancara dengan Rani selaku masyarakat, menyatakan bahwa :

    “Tidak salahnya pihak WH melakukan sosialisasi tentang busana

    Islami, karena pada hakekatnya, dalam agama Islam setiap orang yang beragama Islam diwajibkan bagi wanita untuk menutup

    auratnya, menjaga kaum wanita dari perbuatan yang tak dinginkan. Kemudian kalau berbicara dari masyarakat, mungkin ada sebagian masyarakat bisa menerima tentang peraturan syariat islam, ada juga

    yang menolak karena dengan alasan sosialisasi yang dilaksanakan ada unsur pemaksaan. ”(wawancara, Rabu, 21 November 2012).

    Hasil wawancara dengan Mustafa selaku masyarakat Gampong Ujong

    Baroh menyatakan bahwa :

    “Menurut saya ,pihak Humas WH dan Satpol PP, seharusnya pihak WH tidak perlu memaksa untuk menggunakan busana Islami, tetapi untuk menghimbau menggunakan busana Islami. Sebaiknya

    cobalah dating ke gampong-gampong, kemudian adakan acara

  • 48

    48

    ceramah dan ajak masyarakat secara perlahan, pasti bisa

    terlaksana”. (wawancara, Kamis, 22 November 2012).

    Kemudian Rani selaku masyarakat menambahkan :

    “Sebaiknya lakukan dulu pendekatan dengan masyarakat dengan

    cara mensosialisasikan busana Islami bagi anak-anak remaja dan memberikan pehaman kepada orang tua anak, supaya orang tersebut bisa mengajarkan anaknya untuk menggunakan busana

    Islami. Kemudian pendekatan yang dilakukan oleh Humas Syari’at Islam dan Satpol PP juga perlu adanya dukungan dari semua pihak.

    Jgan langsung lakukan razia dulu di jalan-jalan, berikan dulu pemahaman terhadap masyarakat baru lakukan razia” .(wawancara, Kamis, 22 November 2012).

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

    sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak Humas Syariat Islam atau WH, perlu

    melakukan pendekatan dengan masyarakat dengan memberikan pemahaman

    kepada masyarakat tentang peraturan atau Qanun tentang syari’at Islam. Penulis

    menyimpulkan bahwa strategi Public Relations WH dan Satpol PP tentang

    sosialisasi busana Islami di Gampong Ujong Baroh, hanya sebatas dilaksanakan di

    jalan Nasional yang juga masih kawasan Gampong Ujong Baroh tanpa melakukan

    pendekatan-pendekatan dengan masyarakat. Sebuah proses komunikasi sangat

    ditentukan oleh strategi komunikasi yang baik. Hal inilah yang perlu dilakukan

    oleh oleh Humas WH dalam menjalankan sosialisasi busana Islami di Gampong

    Ujong Baroh.

    Menurut pengamatan penulis melalui observasi secara langsung, bahwa

    strategi PR yang dilakukan WH dan Satpol PP dalam mensosialisasi busana

    Islami hanya sebatas di jalan raya, tanpa adanya pendekatan terhadap masyarakat,

    hal ini dibuktikan bahwa melalui strategi komunikasi yang di lakukan oleh WH

    dan Satpol PP sesuai dengan tugas dan kawajibannya dalam mensosialisasikan

    busana Islami.

  • 49

    49

    Dalam hal tersebut seorang public relations dapat membentuk suatu

    kegiatan yang terencana serta dapat membentuk sebuah citra yang positif bagi

    lembaga itu sendiri. public relations merupakan fungsi manajemen yang

    didasarkan pada analisis terhadap pengaruh yang sangat kuat dari lingkungan

    sekitar, dampak apa yang terlihat terhadap publik eksternal dan internal.

    Semuanya itu harus direalisasikan dan direncanakan demi menjaga hubungan baik

    kedua belah pihak.

    4.3.2 Pelaksanaan Kegiatan Humas Wilayatul Hisbah Kabupaten Aceh

    Barat dalam Mensosialisasi Busana Islami di Gampong Ujong Baroh

    Pekerjaan seorang Humas merupakan sebuah proses yang terus menerus

    dikerjakan dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh kemauan yang baik,

    dan kemauan publik yang lebih luas. Dalam pekerjaannya, seorang humas

    membuat analisis ke dalam dan perbaikan diri, serta membuat pernyataan-

    pernyataan keluar.

    Seorang Humas selanjutnya diharapkan untuk membuat program-program

    dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya-upayanya

    mempertahankan, menciptakan, dan memelihara bersama antara organisasi dan

    masyarakatnya.

    Demikian penjelasan mengenai Humas untuk menarik masyarakat dengan

    malalui suatu kegiatan. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang

    ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi. Sasaran Humas adalah publik

    internal dan eksternal, di mana secara operasional Humas bertugas membina

    hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya dan mencegah timbulnya

    rintangan psikologis yang mungkin terjadi di antara keduanya, sama halnya

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pengertian_bersama&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

  • 50

    50

    dengan Humas Wilayatul Hisbah yang menjalin hubungan dengan masyarakat

    dengan membuat kegiata-kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan syari’at

    Islam di Kabupaten Aceh Barat khususnya di Gampong Ujong Baroh, hal ini

    dipertegas oleh Jhon Aswir selaku DANSAT POL WH, bahwa :

    “Kegiatan Humas atau Publik Relations WH dan Satpol PP ialah memberikan keterangan kepada seseorang atau kelompok orang tentang aspek-aspek pelaksanaan Syariat Islam. Kemudian

    memberitahukan kepada seseorang atau kelompok orang tentang adanya Qanun dan peraturan perundang-undangan di bindang

    Syariat Islam”. (wawancara, Senin 25 November 2012).

    Hasil wawancara dengan kepala Dinas Syari’at Islam yaitu Muthawanil,

    menyatakan bahwa :

    “Kegiatan Humas Syari’at Islam atau WH yaitu melakukan ceramah, penyuluhan kepada masyarakat atau kepada sekelompok

    orang yang berada di dalam ruangan yang sengaja dikumpulkan untuk maksud memberikan pemahaman tentang berbusana Islami.

    Atau aturan yang berkenaan dengan syari’at Islam (wawancara, Senin 25 November 2012).

    Hasil wawancara dengan kepala Dinas Syari’at Islam yaitu Muthawanil,

    menyatakan bahwa :

    “Wewenang WH yakni mengawasi, membina dan menyidik,

    sehingga jika dalam 24 jam setelah tersangka ditahan, WH terpaksa mencari penjamin agar bisa menahan lebih dari 24 jam, nah dengan

    adanya wewenang tersebut maka kegiatan yang dilaksanakan Humas WH dalam melaksanakan sosialisasi lebih banyak, dengan cara melaksanakan razia di jalan-jalan. (wawancara, Senin 25

    November 2012)”.

    Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

    kegiatan yang dilaksanakan Humas Wilayatul Hisbah dalam mensosialisasikan

    busana Islami adalah kegiatan yang meliputi kegiatan memberikan penerangan

    kepada seseorang atau kelompok orang tentang aspek-aspek pelaksanaan syariat

  • 51

    51

    Islam serta memberikan pemahaman melalui sosialisasi Peraturan Bupati

    No.5/2010 tentang penegakan syariat Islam.

    Dari keterangan yang diperoleh oleh penulis bahwa petugas wilayatul

    hisbah akan menertibkan mereka yang melanggar syariat Islam, tak hanya soal

    berpakaian tapi juga yang melakukan perjudian, mengkonsumsi minuman keras,

    melakukan perbuatan mesum. Yang pakaiannya tak islami, berpakaian ketat dan

    menampakkan aurat, tentu yang paling mudah ditindak.

    Bagi masyarakat Gampong Ujong Baroh sendiri, sesuai dengan hasil

    observasi peneliti menemukan adanya bentuk stagnan dalam kinerja Institusi

    Wilayatul Hisbah dimata masyarakat Gampong Ujong Baroh. Keberadaan

    Institusi Wilayatul Hisbah dalam menegakkan Syari’at Islam khususnya di

    Gampong Ujong Baroh, belum menunjukkan hasil yang optimal, terlihat dari

    masih banyaknya perilaku-perilaku yang menyimpang dari Syari’at Islam.

    Perilaku menyimpang yang sering menjadi masalah di Gampong Ujong

    Baroh, misalnya minuman keras, berpakaian yang kurang sopan, penyalahgunaan

    obat-obatan terlarang, membuang-buang waktu, berjudi dan sebagainya. Prilaku

    tersebut merupakan bahagian dari penyimpangan dan di luar ketentuan yang telah

    digariskan baik sekolah maupun agama.

    Hal ini tentu menjadi nilai dan kesan yang kontraversial bagi pandangan

    masyarakat serta tentang keberadaan Institusi Wilayatul Hisbah. Bagi masyarakat

    Gampong Ujong Baroh, kegiatan sosialisasi yang dilakukan pihak Humas

    Wilayatul Hisbah kurang gencar, hal ini dapat dilihat dari bentuk pelanggaran

    yang dilakukan oleh masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan kutipan wawancara

    dengan Rani selaku masyarakat Gampong Ujong Baroh menyatakan bahwa :

  • 52

    52

    “Menurut saya, pihak Humas WH kurang gencar melakukan

    sosialisasi atau razia, karena terlihat bahwa masih ada pelanggaran yang dilakukan masyarakat, seperti menggunakan pakaian ketat

    bagi wanita, berjudi dan sebagainya. Menurut saya tanpa adanya kesadaran dari masyarakat, pihak Humas WH agak susah melaksanakan sosialisasi, bagaimanapun strategi komunikasi yang

    digunakan oleh pihak WH, namun tetap saja ada pelanggaran dari masyarakat” (wawancara, Rabu 27 November 2012).

    Hal yang senada juga diungkapkan oleh Imum Meunasah Gampong Ujong

    Baroh yaitu Tgk. Jamaluddin, menyatakan bahwa :

    “Sosialisasi atau razia kurang gencar dilaksanakan oleh pihak Humas WH dan Satpol, kenapa saya katakana begitu karena masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya

    masyarakat Gampong Ujong Baroh. Menurut saya Humas WH sebaiknya melakukan komunikasi dengan baik dengan masyarakat,

    jangan hanya merazia di jalan-jalan akan tetapi masuk ke gampong dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang Qanun atau Perda” (wawancara, Rabu 27 November 2012).

    Hasil wawancara dengan Arlan selaku masyarakat Gampong Ujong Baroh,

    menyatakan bahwa :

    “Selama ini, saya melihat di lapangan bahwa, bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, sangat beragama, hal ini karena

    kesadaran masyarakat dalam mentaati peraturan sangat minim, walau bagaimanapun strategi sosialisasi yang dilaksanakan oleh Humas WH, tetap saja ada pelanggaran yang dilakukan.

    (wawancara, Rabu 27 November 2012).

    Kemudian hasil wawancara Jhon Aswir selaku DANSAT POL WH,

    menyatakan bahwa:

    “Iya, memang benar, masih banyak pelanggaran yang dilakukan

    masyarakat, walaupun pihak kami telah melakukan kegiatan sosialisasi dan razia, namun pelanggaran itu tetap ada. Saya kurang tahu dimana letak kesalahannya, apakah kami salah strategi atau

    memang masyarakat tidak kesadaran untuk menaatinya. (wawancara, Kamis 28 November 2012).

  • 53

    53

    Hal tersebut dibenarkan oleh kepala Dinas Syari’at Islam yaitu

    Muthawanil, mengungkapkan bahwa :

    “Sosialisasi sering dilakukan oleh pihak WH dan Humas Dinas Syari’at Islam, sosialisasi tersebut dilakukan secara umum dengan

    cara member pengarahan kepada masyarakat yang melanggarnya, tapi kenyataan yang terlihat di lapangan masih ada juga

    pelanggarannya (wawancara, Kamis 28 November 2012). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat dipahami bahwa

    kegiatan Humas dalam melaksanakan sosialisasi busana Islami di Gampong

    Ujong Baroh, masih kurang gencar dilaksanakan hal ini terlihat dari masih

    banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Dari keterangan yang

    diperoleh oleh penulis bahwa WH kurang menjalin komunikasi dengan baik

    antara masyarakat Gampong Ujong Baroh, seharusnya sosialisasi yang dilakukan

    oleh pihak WH di gampong- gampong, bukan di jalan raya.

    Dapat dipahami bahwa Wilayatul Hisbah adalah penegak hukum yang di

    bentuk untuk mengawasi penerapan Qanun di Aceh, di Aceh Barat sendiri WH

    berada satu naungan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Memang

    dalam penempatanya tidak harus satu naungan dengan Dinas Syariat Islam, karena

    hal itu tergantung kepada kebijakan dari pemerintah kabupaten/ kota di Aceh.

    Dari hasil wawancara dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa

    pelaksanaan kegiatan Humas Wilayatul Hisbah kabupaten Aceh Barat dalam

    mensosialisasikan busana Islami diantaranya adalah mengadakan penyuluhan

    kepada seseorang atau kelompok orang untuk menambah wawasan dan

    pemahaman terhadap ketentuan qanun dan peraturan perundang-undangan di

    bidang Syariat Islam, mengadakan kegiatan sosial keagamaan dan sosial

    kemasyarakatan guna meningkatkan motivasi masyarakat dalam mengamalkan

  • 54

    54

    Syariat Islam, memanfaatkan segala jenis media yang dapat digunakan untuk

    menyebarkanluaskan informasi tentang qanun dan peraturan perundang-undangan

    di bidang Syariat Islam dan mengadakan koordinasi dengan setiap instansi

    pemerintah dan non pemerintah untuk kepentingan sosialisasi.

    4.4 Pembahasan

    4.4.1 Strategi Public Relations Wilayatul Hisbah dalam Mensosialisasi

    Busana Islami di Gampong Ujong Baroh.

    a. Strategi Wilayatul Hisbah

    Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

    (management) untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan

    tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah

    saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya. Demikian

    halnya Kegiatan strategi Public Relations Wilayatul Hisbah dalam

    mensosialisasikan busana Islami di Gampong Ujong Baroh, ditunjukan kepada

    masyarakat yang ada dalam organisasi (internal) dan masyarakat luar organisasi

    (eksternal). Adapun strategi yang dilakukan Wilayatul Hisbah dalam

    melaksanakan sosialisasi busana Islami adalah sebagai berikut :

    1. Melakukan pemantauan atas kegiatan yang dilakukan di tempat umum

    untuk memastikan efektivitas penerapan qanun atau peraturan perundang-

    undangan di bidang Syariat Islam;

    2. Mencegah segala analisis yang berpotensi kepada timbulnya pelanggaran

    qanun atau peraturan perundang-undangan di bidang Syariat Islam;

    3. Memberitahu instansi terkait bahwa perizinan yang mereka berikan dapat

    atau telah disalah gunakan oleh penerima sehingga terjadi pelanggaran

  • 55

    55

    atau ketentuan dalam qanun atau peraturan perundang-undangan di bidang

    Syariat Islam;

    4. Memberitahu, menegur, dan atau memperingati seseorang atau badang

    bahwa kegiatan yang akan, sedang atau telah dilaksanakan dapat mengarah

    kepada pelanggaran qanun atau peraturan perundang-undangan di bidang

    Syariat Islam;

    b. Strategi Komunikasi Wilayatul Hisbah

    Strategi komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat

    diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu komunikasi personal atau pribadi dan

    komunikasi kelompok, yang penting untuk memberi pengertian bahwa

    komunikasi dalam Public Relations mempunyai peranan penting dalam pencapain

    tujuan yang telah ditentukan.

    Menurut Effendy (2009, h. 131), bahwa sasaran Public Relations dalam

    kegiatannya adalah khalayak dalam (Internal Public) dan Khalayak keluar

    (Eksternal Public) yang merupakan sasaran kegiatan Public Relation. Dengan

    demikian di dalam suatu instansi dibutuhkan Public Relations atau hubungan

    masyarakat (Humas) yang mempunyai fungsi menjembatani antara suatu instansi

    dengan publiknya.

    Dalam hal ini sosialisasi sangat diperlukan Public Relations wilayatul

    Hisbah dan Satpol PP kabupaten Aceh Barat dalam menjalankan tugasnya salah

    satunya untuk membina hubungan dengan masyarakat dan memberikan

    penyuluhan atau arahan mengenai sosialisasi Peraturan Bupati Nomor 5 tahun

    2010 tentang Penegakan Syariat Islam dalam pemakaian busana Islami dan

    sosialisasi tentang wajib berbusana Islami di daerah kota Meulaboh. Inti dari

  • 56

    56

    sosialisasi tersebut adalah proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai

    sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan

    dengan baik.

    Dalam melaksanakan tugas Wilayataul Hisbah di bidang sosialisasi adalah

    sebagai berikut :

    1. Mengadakan penyuluhan kepada seseorang atau kelompok orang untuk

    menambah wawasan dan pemahaman terhadap ketentuan qanun dan

    peraturan perundang-undangan di bidang Syariat Islam;

    2. Men